Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Kopi Robusta (Coffea canephora) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus in Vitro.

(1)

iv ABSTRAK

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora)

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus IN VITRO Regitha Martha, 2012, Pembimbing I : dr. Widura, M.S.

Pembimbing II : Dr. Savitri R. Wardhani, dr., SPKK

Latar Belakang. Efek antibakteri kopi telah ditunjukkan dalam berbagai studi yang dilakukan selama 15 tahun ini. Komponen dalam kopi yang terdiri dari kafein, asam organik volatil dan non volatil, fenol dan komponen aromatik dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri.

Maksud Penelitian. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dengan mengukur dan membandingkan diameter zona inhibisi yang dibentuk oleh kopi Arabika dengan kopi Robusta terhadap Staphylococcus aureus.

Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat prosprektif eksperimental laboratorik. Sampel yang digunakan adalah ekstrak etanol kopi Arabika dengan konsentrasi 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 100% dan ekstrak etanol kopi Robusta dengan konsentrasi 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 100% serta Eritromisin sebagai kontrol pembanding. Metode analisis yang digunakan adalah ANAVA LSD dengan α = 0,05.

Hasil Penelitian. Diameter zona inhibisi kopi Arabika berkisar antara 6,90 mm mm sampai 20,60 mm. Rerata diameter zona inhibisi kopi Arabika terkecil terdapat pada konsentrasi 3,125% sedangkan rerata terbesar pada konsentrasi 100%. Diameter zona inhibisi kopi Robusta berkisar antara 7,22 mm sampai 22,20 mm. Rerata diameter zona inhibisi kopi Robusta terkecil terdapat pada konsentrasi 3,125% sedangkan rerata terbesar pada konsentrasi 100%. Rerata diameter zona inhibisi Eritromisin sebagai kontrol pembanding adalah 22,29 mm. Analisis data menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol kopi Arabika maupun kopi Robusta dan terdapat perbedaan yang signifikan antara zona inhibisi ekstrak etanol kopi Arabika dan kopi Robusta dengan nilai p ≤ 0,05.

Kesimpulan. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki potensi yang lebih baik dari ekstrak etanol kopi Arabika pada konsentrasi 100%, 25%, 12,5%, dan memiliki potensi yang sama pada konsentrasi 50%, 6,25%, 3,125%.

Kata kunci: Staphylococcus aureus, kopi Arabika, kopi Robusta


(2)

ABSTRACT

ANTIBACTERIAL ACTIVITY COMPARISON BETWEEN ARABICA COFFEE (Coffea arabica) ETHANOL EXTRACT AND ROBUSTA COFFEE (Coffea

canephora) ETHANOL EXTRACT ON IN VITRO Staphylococcus aureus GROWTH

Regitha Martha, 1210212, Perceptor 1 : dr. Widura, M.S.

Perceptor 2 : Dr. Savitri R. Wardhani, dr., SPKK Background Coffee’s antibacterial effect has been shown in various studies performed in the last 15 years. The components of coffee that consist of caffeine, volatile and non-volatile organic acid, phenol, and aromatic components has been reported to possess antibacterial activity.

Objectives To determine antibacterial activity of two said coffee by measuring and comparing the diameters of inhibition zoned formed by Arabica and Robusta coffee against Staphylococcus aureus.

Methods This study was a prospective laboratory experiment. The samples used for this research was Arabica and Robusta coffee ethanol extract with 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, and 100% concentration respectively. Erythromycin was used as comparative control. The method for analysis was LSD ANOVA with α = 0.05.

Results Inhibition zone’s diameter of Arabica coffee was measured between 6.90 mm to 20.60 mm. The smallest average inhibition zone’s diameter of Arabica coffee was obtained from the 3.125% concentration group, and the largest from the 100% concentration group. Inhibition zone's of Robusta coffee was measured between 7.22 mm to 22.20 mm. The smallest average inhibition zone’s diameter of Robusta coffee was obtained from the 3.125% concentration group and the largest from the 100% concentration group. The average inhibition zone’s diameter of Erythromycin was 22.29 mm.

Data analysis showed that there was an antibacterial activity from both Arabica and Robusta ethanol extract and there was a significant difference between Arabica and Robusta coffee ethanol extract inhibition zone with p ≤ 0.05.

Conclusion Robusta coffee ethanol extract possessed a better potential compared to Arabica coffee ethanol extract on 100%, 25%, and 12.5%, but similar potential on 50%, 6.25%, and 3.125% concentration.


(3)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II ... 5

2.1 Staphylococcus sp. ... 6

2.1.1 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus... 6

2.1.2 Struktur Antigen Staphylococcus sp. ... 8

2.1.4 Patogenesis ... 12

2.2 Antimikroba ... 13

2.2.1 Eritromisin ... 14

2.2Tinjauan Botani ... 16


(4)

2.3.2 Taksonomi Kopi ... 20

2.3.3 Jenis- Jenis Kopi ... 20

2.3.4 Kandungan Kimia Kopi ... 22

2.3.5 Perubahan Komposisi Kimia Kopi... 27

BAB III ... 30

3.1 Alat dan Bahan/ Subjek penelitian ... 30

3.1.1 Alat dan Bahan ... 30

3.1.2 Subjek Penelitian ... 31

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.2Metode Penelitian ... 31

3.2.1 Desain Penelitian ... 31

3.2.1 Variabel Penelitian ... 31

3.3Besar Sampel Penelitian ... 32

3.4Prosedur Kerja ... 33

3.4.1 Sterilisasi Alat ... 33

3.4.2 Persiapan Media Agar ... 33

3.4.3 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 34

3.4.4 Persiapan Bahan Uji ... 35

3.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Infusa Kopi Arabika dan Infusa Kopi Robusta terhadap Staphylococcus aureus ... 36

3.5.1 Tes Sensitivitas Antibakteri Ekstrak Kopi Arabika ... 36

3.5.2 Tes Sensitivitas Antibakteri Ekstrak Kopi Robusta ... 36

3.5.3 Tes Sensitivitas Antibakteri ... 37

3.5.4 Pengukuran Zona Inhibisi ... 37

3.6Metode Analisis ... 37

3.6.1 Hipotesis Statistik ... 38

3.6.2 Kriteria Uji ... 38

BAB IV ... 39


(5)

x

4.2 Pembahasan ... 43

BAB V ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

LAMPIRAN ... xvii

RIWAYAT HIDUP ... xxvi


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Kopi Arabika dan Robusta Berdasarkan

Karakteristik Daun ... 18

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kopi Arabika dan Robusta Setelah Disangrai ... 28

Grafik 4.1 Rerata Zona Inhibisi Kopi Arabika, Kopi Robusta, dan Eritromisin dalam milimeter ... 39

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik ANAVA ... 40

Tabel 4.3 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Post Hoc LSD ... 40


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Mikroskopik Staphylococcus aureus ... 7

Gambar 2.2 Gambaran Makroskopik Staphylococcus aureus ... 8

Gambar 2.3 Struktur dari Staphylococcus aureus ... 12

Gambar 2.4 Ilustrasi Percabangan Tanaman Kopi ... 16

Gambar 2.5 Daun Kopi Arabika ... 17

Gambar 2.6 Daun Kopi Robusta ... 17

Gambar 2.7 Bakal Bunga Kopi ... 18

Gambar 2.8 Buah Kopi ... 19

Gambar 2.9 Ilustrasi Penampang Buah Kopi ... 19

Gambar 2.10 Biji Kopi Arabika ... 21

Gambar 2.11 Biji Kopi Robusta ... 22

Gambar 2.12 Struktur Kimia Kafein ... 23

Gambar 2.13 Struktur Kimia Trigonelin ... 24

Gambar 2.14 Struktur Kimia Asam Klorogenat ... 25

Gambar 2.15 Struktur Kimia Cafestol ... 25

Gambar 2.16 Struktur Kimia Kahweol ... 26


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel L1.1 Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Kopi Arabika dan Kopi

Robusta pada Konsentrasi Tertentu ... xvi

Tabel L1.2 Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Kopi Arabika dan Kopi Robusta pada Konsentrasi Tertentu ... xvi

Tabel L1.3 Perbandingan Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Kopi Arabika, Kopi Robusta dan Eritromisin dengan Metode ANAVA LSD ... xvii

Foto L2.1 Ekstrak Etanol Kopi Arabika dan Robusta... xxii

Foto L2.2 Standarisasi Suspensi Staphylococcus aureus ... xxii

Foto L2.3 Makroskopis Staphylococcus aureus pada Agar LAD... xxii

Foto L2.4 Mikroskopis Staphylococcus aureus dengan Pewarnaan Gram ... xxii

Foto L2.5 Tes Katalase ... xxiii

Foto L2.6 Tes Koagulase ... xxiii

Foto L2.7 Zona Inhibisi Staphylococcus aureus oleh Ekstrak Etanol Kopi Arabika Konsentrasi 100%, 50%, 25%,12,5%... xxiii

Foto L2.8 Zona Inhibisi Staphylococcus aureus oleh Ekstrak Etanol Kopi Arabika Konsentrasi 6,25%, 3,125% dan Kontrol Negatif .... xxiii

Foto L2.9 Zona Inhibisi Staphylococcus aureus oleh Ekstrak Etanol Kopi Robusta Konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% ... xxiv

Foto L2.10 Zona Inhibisi Staphylococcus aureus oleh Ekstrak Etanol Kopi Robusta Konsentrasi 6,25%, 3,125% dan Kontrol Positif ... xxiv


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk bulat yang merupakan bakteri komensal bagi manusia akan tetapi, pada keadaan tertentu Staphylococcus aureus dapat menjadi bakteri yang patogen. Hampir setiap orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (Brooks et al, 2010).

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain, Staphylococcal Scalded Skin Syndrome yang 98% penderitanya adalah anak-anak usia kurang dari enam tahun, selain itu terdapat furunkel, selulitis, dan infeksi gastroenteritis yang diakibatkan enterotoksin dari Staphylococcus aureus (Bartlett et al, 2011).

Antimikroba yang dapat digunakan untuk menghambat Staphylococcus aureus antara lain ampisilin, penisilin, tetrasiklin, kloksasilin, sefalosporin, vankomisin, dan metisilin (Brooks et al, 2010). Walaupun telah banyak antimikroba ditemukan, kenyataan menunjukkan bahwa masalah penyakit terus berkelanjutan. Hal tersebut terjadi akibat perkembangan resistensi bakteri terhadap antimikroba. Berkembangnya populasi bakteri yang resisten meyebabkan antimikroba yang pernah efektif untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya (Pelczar & Chan, 2007).

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri alami adalah biji kopi. Jenis biji kopi yang paling terkenal dan paling banyak diproduksi di seluruh dunia adalah kopi Arabika dan kopi Robusta. Beberapa manfaat kopi dalam bidang kesehatan antara lain sebagai diuretik, antimikroba dan antioksidan (Nayeem et al, 2011). Efek antimikroba kopi telah ditunjukkan dalam berbagai


(10)

studi yang dilakukan selama 15 tahun ini, bahwa pertumbuhan bakteri dihambat atau terhambat oleh berbagai konsentrasi ekstrak kopi (Rahman et al, 2014). Hasil penelitian sebelumnya oleh Hendro Sudjono Yuwono (2012) menemukan bahwa serbuk kopi Robusta telah menunjukkan konsistensinya dalam menyembuhkan berbagai luka di permukaan tubuh dan dari penelitian oleh Carolina Steffi Adrianto (2011) didapatkan hasil bahwa, infusa kopi Robusta (Coffea robusta) memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mempertimbangkan kemungkinan kopi sebagai antibakteri alami maka diperlukan kajian mengenai aktivitas antibakteri kopi terhadap Staphylococcus aureus, dan peneliti tertarik untuk membandingkan aktivitas antibakteri dari dua jenis kopi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak etanol kopi Arabika (Coffea arabica) mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Apakah ekstrak etanol kopi Robusta (Coffea canephora) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Apakah terdapat perbedaan aktivitas antibakteri antara ekstrak etanol kopi Arabika (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.


(11)

3 1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri suatu jenis kopi terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kopi Arabika terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol kopi Robusta terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri antara ekstrak etanol kopi Arabika dan kopi Robusta terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri dari zona inhibisi yang terbentuk antara ektsrak etanol kopi Arabika dan kopi Robusta terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memperluas pengetahuan mengenai manfaat kopi sebagai alternatif untuk sumber antibakteri alami kepada masyarakat.


(12)

1.5.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Terdapat sekitar 80 spesies kopi yang berbeda, yang paling banyak dijumpai adalah kopi Arabika dan kopi Robusta (Coffea canephora), di antara keduanya kopi Arabika lebih terkenal karena aroma dan rasanya. Kopi Robusta memiliki kualitas rasa yang lebih rendah dibandingkan kopi Arabika, tetapi kopi Robusta mengandung senyawa bioaktif antibakteri yang lebih tinggi (Antonio et al, 2010). Kopi mempunyai efek terapeutik yaitu sebagai anti inflamasi, antioksidan, antifungal dan antibakteri. Secara in vitro kopi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Gram positif dan Gram negatif. Komponen dalam kopi yang terdiri dari kafein, asam organik volatil dan non volatil, fenol dan komponen aromatik dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri (Fardiaz, 1995). Kafein merupakan penyusun paling penting dalam kopi, yang dilaporkan memiliki antioksidan dan aktivitas antibakteri (Nayeem et al, 2011).

Kafein merupakan senyawa golongan methylxanthine yang memberikan 10 % rasa pahit pada kopi. Kafein mempunyai efek fisiologis yaitu: menstimulasi sistem saraf pusat dan menstimulasi otot jantung (Antonio et al, 2010). Efek antibakteri juga terdapat dalam kafein yaitu dengan cara menghambat sintesis protein dan DNA dengan menghambat penggabungan adenin dan timidin (Pawar et al, 2011).

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berfungsi sebagai antimikroba dengan menghambat pembentukan glukosiltransferase (Ferrazzano et al, 2009).

Asam klorogenat merupakan senyawa utama dari fenolik yang berasal dari esterifikasi asam trans-sinamat (caffeic, ferulic, dan p-coumaric) dengan quinic acid. Asam klorogenat berfungsi sebagai dengan menghambat pembentukan glukosiltransferase (Antonio et al, 2010).


(13)

5

Trigonelin adalah derivat alkaloid yang berasal dari metilasi enzimatik asam nikotinat. Trigonelin memberikan kontribusi dalam rasa pahit pada minuman kopi dan merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa volatil seperti pirol dan piridin selama proses pemanggangan. Trigonelin adalah derivat alkaloid yang berasal dari metilasi enzimatik asam nikotinat. Trigonelin dikenal sebagai agen antiadsorpsi dengan menghambat adsorpsi bekteri (Ferrazzano et al, 2009). Pada serangkaian proses pemanggangan biji kopi terjadi perubahan dalam komposisi kimia dari biji kopi sebagai konsekuensi dari proses pirolisis, karamelisasi, degradasi dan reaksi Maillard, dengan demikian senyawa thermolabile seperti asam klorogenat dan trigonelin dalam kopi panggang lebih rendah dibandingkan kopi hijau. Pada percobaan oleh Antonio (2010) tidak ada perbedaan hasil yang bermakna antara daya hambat ekstrak etanol biji kopi hijau Robusta dan ekstrak etanol biji kopi panggang Robusta dalam menghambat pertumbuhan isolat bakteri plak gigi. Hal ini disebabkan karena pada proses pemanggangan melalui reaksi Maillard terbentuk senyawa baru yang mempunyai aktivitas antibakteri, yaitu melanoidin, glyoxal, methylglyoxal, diacetyl, dan α -dycarbonil (Antonio et al, 2010).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Ekstrak etanol kopi Arabika memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki efek yang lebih baik daripada ekstrak etanol kopi Arabika dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi tertentu.


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol kopi Arabika memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada ekstrak etanol kopi Arabika dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi tertentu.

5.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) dalam menghambat pertumbuhan mikroflora lain yang patogen.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar hambat minimal ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) dengan metode lain.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh klinis ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) sebagai antibakteri alternatif.


(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, A., Moraes, R., & Perone, D. (2010). Species Roasting Degree and Decaffeination Influence The Antibacterial Activity Of Coffee Againts Streptococcus mutans. Food Chemistry, 782-788.

Bartlett, J. G., Auwaerter, P. G., & Pham, P. A. (2011). Johns Hopkins ABX Guide

2012. New York: Jones & Bartlett Publishers.

Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2005). Jawetz, Melnick, dan

Adelberg's Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2007). Medical

Microbiology 24th ed. New York: McGraw Hill Professional.

Brooks, G. F., Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. (2010). Jawetz,

Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology 25th ed. New York:

McGraw Hill Medical.

Chu, Y. F. (2012). Coffee Emerging Health Effects and Disease Prevention. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Fardiaz, S. (1995). Antimicrobial Activity of Coffe (Coffea robusta) Extract.

ASEAN Food Journal.

Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ferrazzano, G., Amato, I., & Ingenito, A. (2009). Anticariogenic Effects of Polyphenol from Plant Stimultan Beverages. Fitoterapia, 255-262. Greenwood. (1995). Antibiotics, Suscrptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial

And Chemoterapy. USA: Mc. Graw Hill Company.

Henares, R., & Cueva, S. (2009). Antimicrobial Activity of Coffee Melanoides A Study of Their Metal-Chelating Properties. J. Agric. Food Chem.

Herriman, R. (2010, September 14). Microbiology 101: the Gram Stain. Dipetik November 16, 2015, dari Examiner:

http://www.examiner.com/article/microbiology-101-the-gram-stain


(16)

Jawetz, M. A. (2010). Mikrobiologi Kedokteran (25 ed.). (G. F. Brooks, K. C. Carroll, J. S. Butel, S. A. Morse, T. A. Mietzner, Penyunt., A. W. Nugroho, D. Ramadhani, H. Santasa, N. Yasdelita, & K. W. Nimala, Penerj.) New York: Mc Graw Hill.

Keenan. (1986). Kimia Untuk Universitas (Vol. 6). (H. Pudjaatmaka, Penyunt.) Jakarta: Erlangga.

King, R. W. (2015). Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. Dipetik October 28, 2015, dari Medscape: emedicine.medscape.com/article/788199-overview Kollef, M. H. (2010). Review of Recent Clinical Trials of Hospital-Acquired.

Clinical Infectious Diseases Oxford Journal.

Lowy, F. (1998). Staphylococcus aureus Infections. The New England Journal Of

Medicine, 520-532.

Munandar, A. (2014, Oktober 9). Diambil kembali dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat:

http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/berita/detailberita/333

Namboodiripad, P. C., & Kori, S. (2009). Can Coffee Prevent Caries? Journal of

Conservative Dentistry.

Nayeem, N., Denny, G., & Kapoor, S. (2011). Comparative Phytochemical Analysis, Antimicrobial and Antioxidant Activity of The Methanolic Extracts of The Leaves of Coffea. Scholars Research Library.

Neu, H. C., & Gootz, T. D. (1996). Medical Mirobiology, 4th edition. Texas: University of Texas Medical Branch at Galveston.

Panggabean, E. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Pawar, P., Suchita, B., Shital, K., & Shilipa, K. (2011). Evaluation Of

Antibacterial Activity Of Caffeine. ASPMs D. Pharmacy Institute, 1354-1357.

Pelczar, M., & Chan, E. (2007). Dasar-dasar Mikrobiologi (1st ed.). (R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo, & S. L. Angka, Penyunt.) Jakarta: UI Press.

Radji, M. (2015). Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi &

Kedokteran. (S. A. July Manurung, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku


(17)

xvi

Rahardjo, P. (2012). Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan

Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahman, N. A., Muharram, S. H., & Abiola, O. (2014). Antibacterial activity of NESCAFÉ instant coffee beverages and pharyngitis-causing Streptococcus species. Brunei Darussalam Journal of Health.

Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Diambil kembali dari USU Digital Library: http://library.usu.ac.id/download/fp/tekper-ridwansyah4.pdf TN AU Agritech. (2014). TN AU Agritech Portal. Dipetik October 26, 2015, dari

http://www.agritech.tnau.ac.in/horticulture/images/plantation/coffee/coffee /coffee1.jpg


(1)

4 1.5.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Terdapat sekitar 80 spesies kopi yang berbeda, yang paling banyak dijumpai adalah kopi Arabika dan kopi Robusta (Coffea canephora), di antara keduanya kopi Arabika lebih terkenal karena aroma dan rasanya. Kopi Robusta memiliki kualitas rasa yang lebih rendah dibandingkan kopi Arabika, tetapi kopi Robusta mengandung senyawa bioaktif antibakteri yang lebih tinggi (Antonio et al, 2010). Kopi mempunyai efek terapeutik yaitu sebagai anti inflamasi, antioksidan, antifungal dan antibakteri. Secara in vitro kopi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Gram positif dan Gram negatif. Komponen dalam kopi yang terdiri dari kafein, asam organik volatil dan non volatil, fenol dan komponen aromatik dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri (Fardiaz, 1995). Kafein merupakan penyusun paling penting dalam kopi, yang dilaporkan memiliki antioksidan dan aktivitas antibakteri (Nayeem et al, 2011).

Kafein merupakan senyawa golongan methylxanthine yang memberikan 10 % rasa pahit pada kopi. Kafein mempunyai efek fisiologis yaitu: menstimulasi sistem saraf pusat dan menstimulasi otot jantung (Antonio et al, 2010). Efek antibakteri juga terdapat dalam kafein yaitu dengan cara menghambat sintesis protein dan DNA dengan menghambat penggabungan adenin dan timidin (Pawar et al, 2011).

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berfungsi sebagai antimikroba dengan menghambat pembentukan glukosiltransferase (Ferrazzano et al, 2009).

Asam klorogenat merupakan senyawa utama dari fenolik yang berasal dari esterifikasi asam trans-sinamat (caffeic, ferulic, dan p-coumaric) dengan quinic acid. Asam klorogenat berfungsi sebagai dengan menghambat pembentukan glukosiltransferase (Antonio et al, 2010).


(2)

5

Trigonelin adalah derivat alkaloid yang berasal dari metilasi enzimatik asam nikotinat. Trigonelin memberikan kontribusi dalam rasa pahit pada minuman kopi dan merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa volatil seperti pirol dan piridin selama proses pemanggangan. Trigonelin adalah derivat alkaloid yang berasal dari metilasi enzimatik asam nikotinat. Trigonelin dikenal sebagai agen antiadsorpsi dengan menghambat adsorpsi bekteri (Ferrazzano et al, 2009). Pada serangkaian proses pemanggangan biji kopi terjadi perubahan dalam komposisi kimia dari biji kopi sebagai konsekuensi dari proses pirolisis, karamelisasi, degradasi dan reaksi Maillard, dengan demikian senyawa thermolabile seperti asam klorogenat dan trigonelin dalam kopi panggang lebih rendah dibandingkan kopi hijau. Pada percobaan oleh Antonio (2010) tidak ada perbedaan hasil yang bermakna antara daya hambat ekstrak etanol biji kopi hijau Robusta dan ekstrak etanol biji kopi panggang Robusta dalam menghambat pertumbuhan isolat bakteri plak gigi. Hal ini disebabkan karena pada proses pemanggangan melalui reaksi Maillard terbentuk senyawa baru yang mempunyai aktivitas antibakteri, yaitu melanoidin, glyoxal, methylglyoxal, diacetyl, dan α -dycarbonil (Antonio et al, 2010).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Ekstrak etanol kopi Arabika memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki efek yang lebih baik daripada ekstrak etanol kopi Arabika dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi tertentu.


(3)

47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol kopi Arabika memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Ekstrak etanol kopi Robusta memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada ekstrak etanol kopi Arabika dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi tertentu.

5.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora)

dalam menghambat pertumbuhan mikroflora lain yang patogen.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar hambat minimal ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) dengan metode lain.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh klinis ekstrak biji kopi Arabica (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) sebagai antibakteri alternatif.


(4)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, A., Moraes, R., & Perone, D. (2010). Species Roasting Degree and Decaffeination Influence The Antibacterial Activity Of Coffee Againts Streptococcus mutans. Food Chemistry, 782-788.

Bartlett, J. G., Auwaerter, P. G., & Pham, P. A. (2011). Johns Hopkins ABX Guide 2012. New York: Jones & Bartlett Publishers.

Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2005). Jawetz, Melnick, dan Adelberg's Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2007). Medical Microbiology 24th ed. New York: McGraw Hill Professional.

Brooks, G. F., Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. (2010). Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology 25th ed. New York:

McGraw Hill Medical.

Chu, Y. F. (2012). Coffee Emerging Health Effects and Disease Prevention.

United Kingdom: Blackwell Publishing.

Fardiaz, S. (1995). Antimicrobial Activity of Coffe (Coffea robusta) Extract.

ASEAN Food Journal.

Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Ferrazzano, G., Amato, I., & Ingenito, A. (2009). Anticariogenic Effects of Polyphenol from Plant Stimultan Beverages. Fitoterapia, 255-262.

Greenwood. (1995). Antibiotics, Suscrptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial

And Chemoterapy. USA: Mc. Graw Hill Company.

Henares, R., & Cueva, S. (2009). Antimicrobial Activity of Coffee Melanoides A Study of Their Metal-Chelating Properties. J. Agric. Food Chem.

Herriman, R. (2010, September 14). Microbiology 101: the Gram Stain. Dipetik

November 16, 2015, dari Examiner:

http://www.examiner.com/article/microbiology-101-the-gram-stain


(5)

xv

Jawetz, M. A. (2010). Mikrobiologi Kedokteran (25 ed.). (G. F. Brooks, K. C.

Carroll, J. S. Butel, S. A. Morse, T. A. Mietzner, Penyunt., A. W. Nugroho, D. Ramadhani, H. Santasa, N. Yasdelita, & K. W. Nimala, Penerj.) New York: Mc Graw Hill.

Keenan. (1986). Kimia Untuk Universitas (Vol. 6). (H. Pudjaatmaka, Penyunt.)

Jakarta: Erlangga.

King, R. W. (2015). Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. Dipetik October 28,

2015, dari Medscape: emedicine.medscape.com/article/788199-overview Kollef, M. H. (2010). Review of Recent Clinical Trials of Hospital-Acquired.

Clinical Infectious Diseases Oxford Journal.

Lowy, F. (1998). Staphylococcus aureus Infections. The New England Journal Of Medicine, 520-532.

Munandar, A. (2014, Oktober 9). Diambil kembali dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat:

http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/berita/detailberita/333

Namboodiripad, P. C., & Kori, S. (2009). Can Coffee Prevent Caries? Journal of Conservative Dentistry.

Nayeem, N., Denny, G., & Kapoor, S. (2011). Comparative Phytochemical Analysis, Antimicrobial and Antioxidant Activity of The Methanolic Extracts of The Leaves of Coffea. Scholars Research Library.

Neu, H. C., & Gootz, T. D. (1996). Medical Mirobiology, 4th edition. Texas:

University of Texas Medical Branch at Galveston.

Panggabean, E. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Pawar, P., Suchita, B., Shital, K., & Shilipa, K. (2011). Evaluation Of

Antibacterial Activity Of Caffeine. ASPMs D. Pharmacy Institute,

1354-1357.

Pelczar, M., & Chan, E. (2007). Dasar-dasar Mikrobiologi (1st ed.). (R. S.

Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo, & S. L. Angka, Penyunt.) Jakarta: UI Press.

Radji, M. (2015). Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran. (S. A. July Manurung, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.


(6)

xvi

Rahardjo, P. (2012). Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan

Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahman, N. A., Muharram, S. H., & Abiola, O. (2014). Antibacterial activity of NESCAFÉ instant coffee beverages and pharyngitis-causing Streptococcus species. Brunei Darussalam Journal of Health.

Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Diambil kembali dari USU Digital

Library: http://library.usu.ac.id/download/fp/tekper-ridwansyah4.pdf TN AU Agritech. (2014). TN AU Agritech Portal. Dipetik October 26, 2015, dari

http://www.agritech.tnau.ac.in/horticulture/images/plantation/coffee/coffee /coffee1.jpg