PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG : Studi terhadap Pengguna Media Sosial di SMA Negeri 5 Bandung.
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi
Oleh Elsa Puji Juwita
1002999
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
Oleh Elsa Puji Juwita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Elsa PujiJuwita 2014 UniversitasPendidikan Indonesia
Juni 2014
HakCiptadilindungiundang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Perubahan Sosial ... 12
1. Perubahan Sosial ... 12
2. Faktor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya ... . 21
a. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk ... 21
b. Penemuan-penemuan Baru ... 22
c. Pertentangan atau Konflik dalam Masyarakat ... 25
3. Faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan ... 26
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial ... 26
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial ... 31
B. Definisi Media Sosial ... 35
(5)
(6)
E. Kaitan Pembelajaran Sosiologi dengan Pembinaan Karakter .. 66
F. Penelitian yang Relevan ... 75
G. Asumsi ... 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 77
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 77
1. Lokasi Penelitian ... 77
2. Subjek Penelitian ... 77
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 79
1. Pendekatan Penelitian ... 79
2. Metode Penelitian ... 81
C. Instrumen Penelitian ... 84
D. Teknik Pengumpulan Data ... 85
1. Observasi ... 86
2. Wawancara ... 88
3. Studi Dokumentasi ... 89
4. Triangulasi/Gabungan ... 89
E. Prosedur Penelitian ... 91
1. Tahap Pra Penelitian ... 92
2. Tahap Perizinan Penelitian ... 92
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 93
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 94
1. Reduksi Data ... 95
2. Display Data ... 96
3. Kesimpulan/Verivikasi Data ... 96
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98
A. Deskripsi Umum Sekolah ... 98
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 101
1. Intensitas penggunaan media sosial pada siswa SMA Negeri 5 Bandung ... 102
(7)
3. Penggunaan media sosial berdampak pada
gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung ... 113
4. Pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan gaya hidup remaja SMAN 5 Bandung sebagai bahan ajar untuk membina karakter ... 120
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 130
1. Intensitas penggunaan media sosial pada siswa SMA Negeri 5 Bandung ... 130
2. Gaya hidup remaja pengguna media sosial... 134
3. Penggunaan media sosial berdampak pada gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung ... 138
4. Pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan gaya hidup remaja SMAN 5 Bandung sebagai bahan ajar untuk membina karakter ... 143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 147
A. Simpulan ... 147
B. Saran ... 150
DAFTAR PUSTAKA ... 152
LAMPIRAN ... 156
(8)
kehidupan masyarakat. Perubahan sosial di dalam masyarakat mengakibatkan munculnya penemuan-penemuan baru baik ilmu pengetahuan maupun dalam bidang teknologi, sehingga mempengaruhi pula pada kehidupan manusia. Hal tersebut selaras dengan munculnya media sosial yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi yang tersebar di seluruh dunia yang memungkinkan setiap orang saling berinteraksi dengan orang yang berada di negara lain atau tempat yang jauh tanpa mengenal batas dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan media sosial dapat berpengaruh terhadap gaya hidup siswa di SMA Negeri 5 Bandung. Serta diharapkan mampu menguraikan berbagai dampak baik positif maupun negatif penggunaan situs jejaring sosial pertemanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode studi kasus. Pendekatan dan metode ini digunakan untuk lebih memahami secara mendalam dan spesifik mengenai gambaran peran media sosial terhadap gaya hidup siswa di SMA Negeri 5 Bandung. Teknik pengumpulan data ini melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Temuan penelitian ini adalah : 1) Intensitas pengguna media sosial saat ini semakin meningkat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan seringnya siswamenggunakan media sosial terutama di waktu luang. Media sosial bukan hanya dipergunakan untuk komunikasi melainkan dapat mempermudah mencari informasi serta hiburan. 2) Gaya hidup remaja saat ini dipandang sebagai makhluk individu yang tidak terlepas dari kecanggihan teknologi informasi. Penggunaan teknologi media sosial sebagai alat komunikasi maupun hiburan di kalangan remaja khususnya SMA Negeri 5 Bandung merupakan bagian dari gambaran tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh seorang individu. 3) Penggunaan media sosial berdampak terhadap gaya hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung. Dampak positif yang dirasakan melalui adanya media sosial mudahnya komunikasi serta arus informasi yang semakin cepat. Sedangkan, dampak negatif tersebut dapat terlihat dari munculnya sifat konsumtif, indivdualistis, kurang peka terhadap lingkungan, menginginkan segala sesuatu didapatkan dengan instan, serta sebagai tolak ukur seorang individu dapat dikatakan sebagai remaja yang memiliki keeksistensian diri di lingkungannya. 4) Pembelajaran sosiologi dapat dimanfaatkan sebagai contoh mengenai fenomena sosial gaya hidup remaja saat ini sebagai upaya membina karakter. Pembinaan karakter diintegrasikan dengan mata pelajaran sosioologi serta dilakukan secara komprehensif dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dapat lebih menitikberatkan pada motif penggunaan dan pola interaksi yang dibangun oleh pengguna media sosial.
(9)
Information technology in the future very thrived in society.Social changes in society resulting in the appearance of new findings good science and in technology. So as to affect still in human life. It conformable with the appearance of social media used as a medium to communicate spread worldwide that allow any people interact with the person on another country or distant place beyond a limit and time. This research aims to know the extent of the role of social media can affect the lifestyle of students in SMA Negeri 5 Bandung. And is expected to outline a range of both positive and negative impacts of the use of the social networking site feeds. This research used a qualitative approach and using the case study method. The approach and methods used to understand more in depth and specific about the role social media picture of the lifestyles of students at SMA Negeri 5 Bandung. The technique of collecting data through observation, interview and documentation study. The findings of this study are: 1) The intensity of the current social media users increases. It can be evidenced by the frequent siswamenggunakan of social media especially at your leisure. Social Media is not only used for communication but can make it easier to search for information and entertainment. 2) Teenage lifestyle nowadays viewed as individual beings is inseparable from the sophistication of information technologies. The use of social media technologies as communication tools as well as entertainment among teenagers especially SMA Negeri 5 Bandung is a part of the description of the action that is performed daily by an individual. 3) The use of social media impact on lifestyle students state sma 5 bandung.Positive impacts are perceived through the social media effortlessly communication and information flow faster.Meanwhile, the negative impact can be seen from the consumptive, the nature of indivdualistis, not sensitive the environment, want everything obtained through instant and also as a yardstick an individual be considered as remaja having keeksistensian self in their environment. 4) Study of Sociology can be used as an example of the social phenomenon of teenage lifestyle at this time as an attempt to build the character. Construction of the characters integrated with sosioologi as well as the subjects carried out comprehensively in the learning activities in the classroom and outside the classroom. Based on the findings in this research, for researchers who want to do further research can be more emphasis on the use of motifs and patterns of interaction that is built by users of social media.
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Interaksi sosial merupakan sebuah syarat terjadinya aktivitas sosial. Dalam melakukan interaksi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial. Seperti halnya yang diungkapkan Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 73) bahwasannya “kontak sosial akan terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengadakan hubungan dengan pihak lain dengan tidak harus dalam bentuk
sentuhan fisik”. Kontak sosial dapat diartikan pula bahwa setiap orang tidak selalu harus melakukan kontak secara fisik untuk melakukan komunikasi karena dapat ditempuh oleh berbagai media penghubung misalnya melalui pesawat telepon, mengirim email atau membaca surat. Sedangakan menurut Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 75) “komunikasi merupakan aksi antara dua pihak atau lebih yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsiran atas pesan yang disampaikan masing-masing pihak”. Dua syarat interaksi sosial tersebut merupakan komponen yang sangat penting untuk melakukan komunikasi baik individu antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan antar kelompok.
Teknologi Informasi di era globalisasi sangat berkembang pesat di dalam kehidupan masyarakat. Penggunaan fasilitas komunikasi yang semakin canggih memberikan peluang bagi setiap individu untuk mengakses informasi sesuai keinginan serta dapat berkomunikasi dengan mudah tanpa memikirkan waktu.
O’Brien (dalam Kadir, 2003, hlm. 8) mengemukakan bahwa “perilaku manusia
dan teknologi memiliki interaksi di dalam lingkungan sosioteknologi”. Hal tersebut menjelaskan bahwa media memberikan pengaruh terhadap cara berperilaku maupun berpikir manusia di dalam kehidupan sosialn ya.
(11)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan suatu perubahan besar dalam komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat di era modern. Haryanto dan Nugrohadi (2011, hlm. 237) mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah :
Perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat mempengaruhi sistem-sistem sosial dalam suatu masyarakat mempengaruhi sistem-sistem sosial, termasuk nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari berbagai kelompok sosial.
Berdasarkan data di Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) (2013, hlm. 1) dapat diketahui bahwa “Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial”. Pertumbuhan pengguna internet tersebut menyebabkan teknologi menjadi suatu kebutuhan bagi manusia yang dianggap penting untuk menunjang segala bentuk kegiatan maupun aktivitas di era globalisasi ini.
Komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya berupa kontak fisik secara langsung atau bertatap muka melainkan melalui sebuah media sosial yang dapat menghubungkan antar individu untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Media sosial merupakan situs jejaring sosial yang memberikan sebuah kemudahan komunikasi antar individu dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Melalui media sosial memungkinkan segala bentuk informasi atau kabar berita dapat menyebar dan diakses dengan mudah oleh setiap orang. Menurut Djahiri (2006, hlm. 11) :
Iptek telah melahirkan temuan konsep/dalil dan produk baru yang serba elektronik-masal meninggalkan ketergantungan manusia dan kehidupannya terhadap tenaga manusia, binatang, dan alam serta memperpendek jarak waktu antar space
Perubahan interaksi di dalam masyarakat merupakan bentuk kedinamisan, karena setiap elemen masyarakat melakukan hubungan dengan satu dan lainnya baik dalam bentuk orang perorangan maupun kelompok sosial. Selain itu, setiap individu maupun kelompok selalu melakukan pengembangan baik bidang ilmu
(12)
pengetahuan maupun teknologi dalam rangka mewujudkan warga negara yang berspektif global bertindak lokal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Naisbit (1990, hlm. 68) bahwasannya negara yang masuk dalam era globalisasi pada saat ini harus memiliki pandangan “think globally act locally”. Warga negara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi harus memiliki pemikiran global namun tetap bertindak lokal.
Hal tersebut selaras dengan munculnya media sosial yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi yang tersebar di seluruh dunia yang memungkinkan setiap orang saling berinteraksi dengan orang yang berada di negara lain atau tempat yang jauh tanpa mengenal batas dan waktu. Era globalisasi ini remaja merupakan kalangan yang sering menggunakan media internet khusunya media sosial sebagai sarana untuk mencari informasi, hiburan maupun berkomunikasi dengan teman di situs jejaring sosial.
Berdasarkan data yang diperoleh Depkominfo (2012, hlm. 1) dapat diketahui bahwa “semakin banyak pengguna internet merupakan anak muda. Mulai dari usia 15-20 tahun dan 10-14 tahun meningkat signifikan”. Berdasarkan data tersebut, remaja merupakan kalangan yang paling banyak menggunakan media sosial untuk berinteraksi, karena dengan memiliki situs jejaring sosial mereka dapat mengeskpresikan diri dalam rangka mencari identitas diri. Menurut Erikson dalam Mar’at (2009, hlm. 211) mengemukakan bahwa :
Seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU”
yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai suatu kesadaran
akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang” yang
diterima dan diakui oleh orang banyak
Masa pertumbuhan remaja selalu dipenuhi dengan rasa keingintahuan mereka yang besar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab bergantungnya mereka terhadap gadget canggih, dimana mereka selalu berusaha memperbaharui pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengakses internet. Sugihartati (2010, hlm. 43) mengemukakan bahwa “gaya hidup adalah adaptasi
(13)
aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk
menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain”. Gaya hidup dapat menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola hidup tersebut ditunjukkan dalam minat maupun aktivitasnya. Penggunaan media sosial bagi kalangan remaja merupakan suatu cerminan gaya hidup modern pada saat ini.
Media sosial dianggap sebagai sarana untuk menyalurkan keeksistensian dirinya sebagai seorang remaja. Hampir sebagian remaja memiliki akun situs jejaring sosial sekaligus merupakan pengguna aktif dari situs jejaring sosial tersebut, dimana hampir setiap hari para remaja usia sekolah tersebut menggunakan aplikasi di media sosial, misalnya mengunggah foto, memperbaharui status, menggunggah video serta melakukan transaksi pembelian barang atau makanan menggunakan situs media sosial tersebut.
Keberadaan media sosial sebagai suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi memberikan perubahan serta banyak membawa pengaruh terhadap gaya hidup remaja. Perubahan yang terjadi pada saat ini merupakan sebuah perubahan budaya materi. Perubahan budaya materi tersebut menurut Bungin (2008, hlm. 92) mencakup “perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan kebutuhan
masyarakat”. Media sosial memberikan dampak terhadap penggunanya, hal tersebut tercermin dalam ketergantungan para pengguna terhadap gadget yang dimiliki.
Beragam fasilitas media sosial dinilai dapat memberikan pengaruh baik positif maupun negatif. McLuhan dalam Haryanto dan Nugrohadi (2011, hlm.
239) mengemukakan bahwa “teknologi informasi sebagai teknologi terpenting yang paling mampu menyebabkan perubahan dalam masyarakat”. Secara
perlahan-lahan kecanggihan teknologi media sosial yang saat ini berkembang tersebut mampu mengubah pandangan para remaja tentang bagaimana mereka mengekspresikan keeksistensian dirinya dan bagaimana dirinya membangun
(14)
hubungan relasi pertemanan di dunia maya. Supardan (2008, hlm. 157) mengemukakan bahwa :
Teori tentang Cultural Lag atau ketertinggalan budaya dari Ogburn bahwa pertumbuhan atau perubahan unsur kebudayaan yang mengalami perubahan tidak sama cepatnya yaitu kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan dan pola-pola organisasi sosial yang tertinggal di belakang perubahan kebudayaan materiil.
Munculnya ketidakseimbangan antara budaya immaterial dan material memberikan dampak yang biasa disebut dengan ketertingalan budaya. Media sosial sebagai kebudayaan materiil lebih cepat perubahannya dibandingkan perubahan immateriil. Kehadiran media sosial memudahkan arus lalu lintas informasi mengenai apa saja dengan mudah menyebar kepada setiap orang. Penggunaan media sosial pada saat ini lebih banyak digunakan untuk menunjukan eksistensi diri yang berlebihan hingga terkadang tidak ada batas antara kehidupan nyata dengan kehidupan di dunia maya. Sehingga muncul ketidakseimbangan antara perubahan kebudayaaan materiil dengan immateriil.
Lembaga sekolah merupakan sarana yang dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan mempersiapkan generasi muda sehingga dapat menjadi individu yang memiliki karakter. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kehidupan generasi muda untuk menjadi manusia yang lebih baik. Tingkat pendidikan merupakan kunci sebuah peradaban yang maju. Keberhasilan dalam
(15)
dunia pendidikan dapat diukur dengan materi maupun kecanggihan dalam mempergunakan teknologi, tetapi juga kematangan dalam bersikap serta keluhuran moral generasi mudanya. Hal tersebut dapat dijelaskan Chicago Tribune (dalam Elmubarok, 2009, hlm. 110) bahwa United States Departement of Health and Human Services yang menyebutkan beberapa faktor resiko tentang kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak melainkan pada kecerdasan emosi dan sosial anak yang meliputi rasa percaya diri (confidence), kemampuan kontrol diri (self control), kemampuan bekerja sama (cooperation), kemudahan bergaul dengan sesamanya (socialization), kemampuan berkonsentrasi (concentration), rasa empati (emphatty), dan kemampuan berkomunikasi (communication).
Memasuki era globalisasi, pendidikan di negara Indonesia harus menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing di dunia global. Sumber daya manusia tersebut harus mampu mengembangkan potensi dirinya dalam rangka menyesuaikan serta mengikuti perkembangan baik ilmu pengetahuan maupun teknologi yang sangat berkembang pesat. Generasi muda yang berkualitas dapat menjadi anak bangsa berkarakter, berakhlak mulia dengan iman dan ketaqwaan yang kuat, berbudi luhur serta memiliki kecerdasan dan kecapakan dalam bekerja keras.
Mata pelajaran sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran dalam bidang ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari di tingkat SMA/MA. Kata sosiologi berasal dari kata latin yakni socius yang artinya teman, sedangkan logos berasal dari bahasa Yunani yang artinya cerita. Ogburn dan Nimkoff (dalam Soekanto, 2009, hlm. 18) mengemukakan pendapatnya bahwa “sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi
sosial”. Sosiologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari hubungan antar-individu, individu dengan kelompok guna mengurangi benturan yang dapat terjadi akibat adanya pertentangan dalam kelompok tersebut.
(16)
SMA Negeri 5 Bandung merupakan salah satu sekolah kluster pertama di Kota Bandung dengan berbagai latar belakang siswa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. Sekolah ini memiliki misi menghasilkan siswa yang berdaya saing tinggi serta mengenal IPTEK. Para siswa tidak pernah dibatasi dalam penggunaan gadget di lingkungan sekolah. Generasi muda saat ini sedang mengalami tantangan global sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai teknologi. Dalam menghadapi berbagai tantangan global para siswa diberikan pendidikan karakter sehingga menjadi manusia yang senantiasa menjunjung nilai dan norma sosial. Oleh karena itu, mata pelajaran sosiologi diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pencegahan ataupun dalam mengatasi dampak dari munculnya media sosial terutama hal-hal yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku yang negatif.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah mengenai munculnya fenomena media jeajaring sosial tersebut peneliti mengangkat judul penelitian
“PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI
5 BANDUNG (Studi terhadap Pengguna Media Sosial di SMAN 5 Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah
1. Media sosial yang berkembang pada saat ini merupakan salah satu dampak perubahan sosial yang saat ini terjadi. Perkembangan media sosial memberikan dampak baik dari segi positif maupun negatif bagi para penggunanya khususnya remaja.
2. Munculnya media sosial mengakibatkan munculnya ketidakseimbangan antara budaya immaterial dan material memberikan dampak yang biasa disebut dengan ketertingalan budaya. Pengguna media sosial khususnya remaja cenderung menggunakan media sosial bukan hanya untuk sarana komunikasi, tetapi lebih banyak untuk hiburan serta menunjukan keeksistensian yang berlebihan yang ditunjukkan dalam kehidupannya sehari-hari.
(17)
3. Berbagai dampak negatif khususnya yang ditimbulkan oleh media sosial memberikan pengaruh terhadap karakter para remaja peserta didik yang semakin menunjukan ketidakpekaan remaja terhadap lingkungan sosialnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, perlu adanya penelitian untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini lebih difokuskan pada rumusan
masalah pokok ini, yaitu “Bagaimanakah media sosial dan gaya hidup remaja
siswa SMA Negeri 5 Bandung (studi terhadap pengguna media sosial di SMAN 5 Bandung) ?”.
Agar rumusan masalah menjadi lebih terinci dan terarah pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana intensitas penggunaan media sosial pada siswa SMA Negeri 5 Bandung ?
2. Bagaimana gaya hidup remaja pengguna media sosial dewasa ini ?
3. Sejauh manakah penggunaan media sosial berdampak pada gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung ?
4. Sejauh manakah pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan gaya hidup remaja di SMA Negeri 5 Bandung sebagai bahan ajar untuk membina karakter remaja tersebut ?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
(18)
Sesuai dengan perumusan masalah yang diungkapkan, secara umum peneliti ingin mendeskripsikan dan menganalisis perubahan gaya hidup yang dialami remaja perkotaan akibat dari perkembangan teknologi informasi media sosial khususnya kalangan remaja di Kota Bandung. Serta peran mata pelajaran sosiologi dalam menggambarkan gaya hidup remaja dalam rangka membentuk karakter remaja.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan intensitas penggunaan media sosial pada siswa SMA Negeri 5 Bandung.
b. Mendeskripsikan gaya hidup remaja pengguna media sosial dewasa ini. c. Mendeskripsikan dampak pengunaan media sosial pada gaya hidup siswa
SMA Negeri 5 Bandung.
d. Mengidentifikasi gaya hidup remaja dapat dimanfaatkan oleh pembelajaran sosiologi sebagai bahan ajar untuk membina karakter remaja di SMA Negeri 5 Bandung.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretik
Manfaat secara teoretis bagi disiplin ilmu sosiologi dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya dengan Program Studi Pendidikan Sosiologi. Serta dapat memberikan pemaparan mengenai perubahan sosial yang berdampak pada perkembangan teknologi khususnya media sosial yang
(19)
saat ini banyak digunakan oleh para remaja. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya perkembangan media sosial tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi remaja khususnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran bagi pihak sekolah maupun para remaja yang menggunakan media sosial untuk dapat mengetahui sejauh mana perubahan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi gaya hidup remaja dan membantu mengarahkan kepada hal-hal yang positif dari perkembangan negatif media sosial tersebut.
F. Struktur Organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perubahan Sosial
B. Definisi Media Sosial C. Definisi Gaya Hidup D. Definisi Remaja
E. Kaitan Pembelajaran Sosiologi dengan Pembinaan Karakter BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Pendekatan dan Metode Penelitian C. Instrumen Penelitian
(20)
E. Prosedur Penelitian
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Sekolah
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Intensitas Penggunaan Media Sosial pada Siswa SMA Negeri 5 Bandung 2. Gaya Hidup Remaja Pengguna Media Sosial
3. Penggunaan Media Sosial yang Berdampak pada Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung
4. Pembelajaran Sosiologi Dapat Memanfaatkan Gaya Hidup Remaja SMA Negeri 5 Bandung sebagai Bahan Ajar untuk Membina Karakter Remaja C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Intensitas Penggunaan Media Sosial pada Siswa SMA Negeri 5 Bandung 2. Gaya Hidup Remaja Pengguna Media Sosial
3. Penggunaan Media Sosial yang Berdampak pada Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung
4. Pembelajaran Sosiologi Dapat Memanfaatkan Gaya Hidup Remaja SMA Negeri 5 Bandung Sebagai Bahan Ajar Untuk Membina Karakter Remaja BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(21)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah sekolah yang termasuk kluster pertama di Kota Bandung yaitu SMA Negeri 5 Bandung yang berlokasi di Jalan Belitung No. 8. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian inii dipilih berdasarkan alasan-alasan berikut :
a. SMA Negeri 5 Bandung merupakan Sekolah Menengah Atas yang memiliki kualitas cukup baik.
b. SMA Negeri 5 Bandung termasuk sekolah favorit karena termasuk sekolah yang berada pada tingkat (cluster) pertama dalam tingkatan-tingkatan sekolah di Bandung.
c. SMA Negeri 5 Bandung termasuk salah satu sekolah yang memiliki siswa dari kalangan menengah ke atas.
d. SMA Negeri 5 Bandung berlokasi cukup strategis dekat dengan keramaian di pusat Kota Bandung.
2. Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang tidak menggunakan populasi dan sampel.Subjek dalam penelitian dipilih serta dengan jumlah yang relatif sedikit, sehingga memudahkan dalam mengungkapkan permasalahan dalam penelitian. Penentuan subjek dalam penelitian dilakukan berdasarkan tujuan tertentu secara (purposive sampling). Sugiyono (2011, hlm.
(22)
300) mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan
(23)
Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa subjek dalam penelitian dipilih secara selektif berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu dan dianggap dapat dipercaya untuk menjadi sumber data berdasarkan pertimbangan untuk menemukan jawaban mengenai gambaran gaya hidup remaja dengan adanya media sosial khususnya di SMA Negeri 5 Bandung.
Peneliti melakukan penggalian informasi melalui informan melalui pendekatan secara individu sesuai dengan tujuan penelitian. Herdiansyah (2010, hlm. 34) mengemukakan bahwa “peneliti kualitatif dan subjek penelitian harus
saling mengenal satu sama lain”. Peneliti diharapkan mampu mengenal subjek
penelitian secara mendalam guna mendapatkan informasi. Penentuan subjek dalam penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh informasi sebanyak mungkin mengenai permasalahan perkembangan media sosial yang mempengaruhi gaya hidup remaja di perkotaan.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 5 Bandung. Subjek penelitian ini adalah Guru Mata Pelajaran Sosiologi, Orang Tua Siswa, dan Siswa. Mereka dipilih karena dinilai menguasai serta memahami mengenai permasalahan yang diteliti, mereka adalah orang yang terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti serta mempunya waktu untuk diteliti.
Sebagaimana hal yang telah dikemukakan oleh penulis penentuan subjek penelitian ini menggunakan purposive sampling dan snow ball sampling sehingga besarnya perolehan sampel ditentukan oleh informasi yang diperoleh. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996, hlm. 32-33) bahwa:
Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.
(24)
Oleh karena itu, dari uraian pendapat yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengumpulan data berdasarakan kebutuhan informasi yang dihasilkan. Perolehan data yang diperoleh dari responden didasarkan pada tingkat kejenuhan data dan informasi yang diterima.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian terhadap munculnya fenomena media sosial di kalangan remaja yang pada hakikatnya digunakan untuk berkomunikasi. Penelitian ini mengkaji bagaimana penggunaan media sosial dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap perilaku remaja khususnya pada siswa di SMAN 5 Bandung. Penelitian ini merupakan cara atau langkah-langkah dengan urutan yang sistematis sehingga mencapai pengetahuan yang benar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih oleh peneliti karena masalah yang dipilih oleh peneliti dirasa masih bersifat sementara serta akan berkembang ataupun berubah sesuai dengan hasil yang diperoleh di lapangan, dalam hal ini yaitu SMAN 5 Bandung. Pendekatan kualitatif dalam menelaah masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang bersifat deskriptif. Menurut Moleong (2004, hlm. 26) mengemukakan bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
Melalui pendekatan kualitatif dalam penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai media sosial yang dipergunakan oleh para remaja. Serta peran mata pelajaran sosiologi di sekolah dapat dimanfaatkan untuk membina karakter remaja khusunya peserta didik di SMA 5 Bandung. Penelitian kualitatif tidak hanya berdasarkan variabel penelitian
(25)
melainkan memperhatikan keseluruhan situasi tempat, pelaku maupun aktivitas sosial dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Denzin dan Lincoln (dalam Herdiansyah, 2010, hlm. 7) menjelaskan bahwasannya :
penelitian kualitatif ditujukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar melalui pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses dan melebur menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya, dan catatan-catatan lapangan yang aktual
Penelitian kualitatif merupakan first hand, sehingga peneliti harus mengenal subjek penelitian secara personal tanpa perantara. Pendekatan kualitatif menitikberatkan kepada individu dan perilaku yang ditampilkan oleh subyek penelitian. Selanjutnya, Sugiyono (2011, hlm. 17) mengemukakan bahwa :
penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan intreprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwasannya pendekatan kualitatif akan bergantung dengan situasi dan kondisi di lapangan serta berhubungan langsung dengan orang-orang sebagai subyek serta lingkungan sekitarnya. Sugiyono (2011, hlm. 15) menyatakan bahwa :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ini yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa dalam rangka menggambarkan serta mendeskripsikan perubahan gaya hidup remaja akibat adanya media sosial maka diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam.
(26)
Nazir (2003, hlm. 5) pada hakekatnya “penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka
tentang dunia sekitarnya”. Herdiansyah (2010, hlm. 1) menjelaskan mengenai
esensi penelitian kualitatif adalah :
memahami yang dimaksud adalah memahami “sesuatu” yang dapat berarti banyak hal, misalnya memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut pandang orang lain, memahami suatu fenomena (central phenomeneon) berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam setting alamiah. Memahami di sini adalah benar-benar memahami dari sudut pandang subjek atau sekelompok
subjek, dan fungsi peneliti hanya sebagai orang yang “mengemas” apa
yang dilihat oleh subjek atau sekelompok subjek
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan sejumlah data dari lapangan yang berisi masalah yang bersifat aktual mengenai media sosial dan gaya hidup remaja perkotaan khususnya di SMA 5 Bandung. Selain itu, instrumen utama dalam penelitian melalui pendekatan kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan yang dapat berubah-ubah. Fokus penelitian ini ditujukan pada penggunaan media sosial khususnya remaja di Kota Bandung serta perubahan gaya hidup remaja tersebut akibat adanya media sosial.
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwasannya penelitian kualitatif merupakan proses untuk memahami metodologi penelitian tertentu mengenai suatu masalah sosial ataupun manusia. Peneliti dalam proses memahami penelitian kualitatif harus memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan bersosialisasi, kemampuan membangun relasi yang baik, serta kemampuan menulis.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah studi kasus. Metode penelitian studi kasus yang dipakai didasarkan pada pertimbangan situasi dan
(27)
kondisi status subjek yang khas atau spesifikasi. Sugiyono (2011, hlm. 2)
mengemukakan pendapatnya bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini dilakukan secara intensif terinci dan mendalam, metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode studi kasus. Creswell (dalam Herdiansyah, 2010, hlm. 97) menjelaskan bahwasannya :
pertanyaan penelitian yang diajukan lebih sering diawali dengan kata how dan why karena dalam studi kasus, seorang peneliti hendak mencari keunikan kasus yang diangkat, sehingga lebih memfokuskan bidang pertanyaan kepada proses (how) dan alasan (why)
Arikunto (2006, hlm. 142) yang mengemukakan bahwa “Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam,
terhadap suatu lembaga, organisasi atau gejala tertentu”. Penelitian kasus yang
dimaksud dalam penelitian ini penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap remaja penggguna media sosial di SMA 5 Bandung. Berdasarkan pengertian Arikunto, peneliti mengambil kesimpulan bahwasannya subyek dalam penelitian studi kasus relatif lebih sedikit sedangkan hasil dari data penelitian diungkap lebih mendalam.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto, peneliti menyimpulkan bahwa subyek penelitian dalam studi kasus lebih sedikit namun hasil penelitian yang akan diperoleh lebih mendalam. Yin (2013, hlm. 9) pertanyaan how dan why dalam metode studi kasus “berkenaan dengan kaitan -kaitan operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri, dan bukan sekadar
frekuensi atau kemunculan”. Peneliti berusaha memberikan gambaran mengenai
latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari suatu kasus.
Creswell (dalam Herdiansyah, 2010, hlm. 97) menjelaskan bahwa
„...penyusunan pertanyaan penelitian model studi kasus, peneliti dapat menulis
(28)
hlm. 70) mengemukakan pendapatnya mengenai pokok-pokok keterampilan yang dituntut pada umumnya dapat diketengahkan, sebagai berikut :
a. Seseorang harus mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik dan menginterpretasikan jawabannya.
b. Seseorang harus menjadi “pendengar” yang baik dan tak terperangkap oleh ideologi atau prakonsepsinya sendiri.
c. Seseorang hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel, agar situasi yang baru dialami dapat dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman.
d. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini berupa orientasi teoretis atau kebijakan, ataupun bahkan berbentuk eksplanatoris.
e. Seseorang harus tidak bias oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya; termasuk anggapan-anggapan yang diturunkan dari teori. Persiapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan metode studi kasus harus dimulai dengan menguasai keterampilan yang memadai. Dengan menggunakan metode studi kasus peneliti berharap dapat mengidentifikasi perkembangan media sosial serta gaya hidup remaja di wilayah perkotaan yaitu SMAN 5 Bandung. Dengan demikian peneliti diharapkan mampu menjawab pertanyaan : (1) Bagaimana intensitas penggunaan media sosial pada remaja tersebut, (2) Bagaimana gaya hidup remaja pengguna media sosial dewasa ini ?, (3) Sejauh manakah penggunaan media sosial berdampak pada gaya hidup remaja?, (4) Sejauh manakah pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan gaya hidup remaja Kota Bandung sebagai bahan ajar untuk membina karakter remaja perkotaan tersebut ?.
Beberapa argumentasi yang dipilih yakni metode studi kasus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Studi ini diharapkan mampu memberikan keleluasaan dalam menggunakan beragam teknik pengumpulan data.
(29)
b. Peneliti diharapkan dapat menggali serta mengkaji perkembangan media sosial serta gaya hidup remaja di wilayah perkotaan khususnya di SMA Negeri 5 Bandung secara mendalam dan menyeluruh.
Sesuai dengan pemaparan masalah tersebut, metode studi kasus dipilih agar mendapatkan hasil yang mendalam serta spesifik mengenai permasalahan yang diteliti. Penulis diharapkan dapat memaparkan secara komprehensif dan mengungkapkan fakta-fakta mengenai perkembangan teknologi khususnya media sosial dikaitkan dengan gaya hidup remaja di Kota Bandung.
Kesimpulannya peneliti memilih pendekatan kualitatif yaitu untuk mendapatkan data maupun fakta secara ketika melakukan penelitian di lapangan. Sedangkan metode studi kasus dipilih karena untuk mendapatkan data maupun fakta di lapangan yang lebih mendalam serta spesifik. Ruang lingkup metode studi kasus ini lebih sempit, namun hasil yang diperoleh akan lebih mendalam.
C. Instrumen Penelitian
Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti ketika melakukan penelitian kualitatif adalah berperan sebagai instrumen bagi penelitian yang sedang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Herdiansyah (2010, hlm. 21) bahwa
“instrumen atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang terlibat
aktif dalam penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti”.
Penelitian kualitatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peneliti itu sendiri sebagai instrumen.
Padget (dalam Herdiansyah, 2010, hlm. 21) menjelaskan bahwa „seorang
peneliti kualitatif ketika melakukan “petualangan” dalam penelitiannya
diibaratkan sebagai kapten kapal yang dikemudikannya‟. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (1985, hlm. 39) bahwa “peneliti berperan sebagai instrument
(30)
(human instrument) yang utama”. Penelitian dibangun berdasarkan pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian.
Peneliti kualitatif harus mampu melakukan pendekatan secara personal kepada subjek penelitian beserta lingkungan sosialnya, namun tetap menjaga kode etik sebagai peneliti. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Herdiansyah (2010, hlm. 24) bahwa :
ketika berfungsi sebagai instrumen, ia akan melebur menjadi satu dengan satu batasan bahwa sedekat apa pun ia dengan subjek yang diteliti dan lingkungan sosial subjek tersebut, ia tidak larut dan kehilangan identitasnya yang lain sebagai seorang peneliti. Begitu pula sebaliknya, ketika berfungsi sebagai seorang peneliti, ia tetap menjadi bagian dari kehidupan subjek penelitian beserta lingkungan sosialnya
Instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Nasution (2003, hlm. 9) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam penelitian kualitatif “peneliti adalah
“key instrument” atau alat penelitian utama untuk merekam informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian”. Peneliti sebagai instrumen dalam mengumpulkan
data dengan terjun langsung ke lapangan. Alat pengumpul data dapat menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara serta dokumentasi.
Peneliti sebagai instrumen melakukan pendekatan secara personal terhadap subjek penelitian, dimana peneliti selama proses penelitian berlangsung akan terus melakukan interaksi dengan orang-orang yang berada di sekitar lokasi penelitian. Seperti yang diungkapkan Moleong (2004, hlm. 169) :
manusia mempunyai data adaptabilitas yang tinggi dan responsif terhadap situasi yang selalu berubah selama penelitian berlangsung, imajinatif, kreatif, dan mempunyai kemampuan untuk menggali sesuatu yang tidak diduga atau sesuatu yang tidak lazim terjadi yang dapat memperdalam makna penelitian
Peneliti kualitatif tetap berpegang teguh pada ketentuan metodologis yang benar serta selalu melakukan evaluasi jalannya penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa peneliti kualitatif harus mampu bermain
(31)
peran serta mampu memainkan seluruh peran tersebut agar terbentuk hubungan yang harmonis dengan subjek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan langkah utama penelitian sebagai cara untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, dalam berbagai latar, sumber maupun cara. Latar pengumpulan data pada penelitian ini adalah SMA Negeri 5 Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berada di lingkungan sekolah, yaitu Guru Sosiologi SMA Negeri 5 Bandung, Siswa SMA Negeri 5 Bandung, dan Orang Tua Siswa SMA Negeri 5 Bandung. Cara yang dilakukan ada beberapa cara diantaranya observasi, wawancara, dokumentas dan dapat dilakukan triangulasi/gabungan.
Teknik pengumpulan data secara umum ada empat macam yaitu, observasi, wawacara, dokumentasi dan triangulasi atau penggabungan. Sugiyono (2011:309) menggambarkan teknik pengumpulan data ditunjukan pada gambar berikut :
Bagan 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data Sumber : Sugiyono (2011)
Macam Teknik Pengumpulan Data Observasi
Wawancara Dokumentasi
Triangulasi/ Gabungan
(32)
1. Observasi
Observasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan peneliti dalam rangka mendapatkan hasil pra-penelitian. Langkah ini dilakukan bertujuan agar mendapatkan gambaran kepada peneliti mengenai lokasi dan subjek yang akan diteliti, serta permasalahan yang muncul di lapangan. Nasution dalam Sugiyono (2011, hlm. 310) menjelaskan bahwa „observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan‟. Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mencatat segala peristiwa ataupun fenomena mengenai penggunaan media sosial yang mempengaruhi perubahan gaya hidup remaja khususnya di Kota Bandung. Melalui teknik observasi, teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Marshall dalam Sugiyono (2011, hlm. 310) mengemukakan bahwa
„through observation, the researcher learn about behaviour and the meaning
attached to those behaviour’. Artinya, dalam melakukan observasi seorang peneliti dapat mempelajari perilaku serta makna perilaku dari subyek penelitian tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti melalui observasi akan belajar untuk memahami perilaku dan makna perilaku yang diamati di SMA Negeri 5 Bandung.
Adapun menurut Patton (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 313), manfaat dari observasi sebagai berikut :
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh
b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery
(33)
c. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara
d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan gambaran tentang situasi lingkungan yang akan diteliti yaitu SMA Negeri 5 Bandung. Pada dasarnya proses observasi merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang tidak didapat oleh peneliti melalui wawancara.
2. Wawancara
Stewat dan Cash (dalam Herdiansyah, 2010, hlm. 115) mengemukkan
bahwa „wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat
pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif,
dan informasi‟. Dengan wawancara diharapkan diperoleh informasi tertentu dari
semua informan. Lincoln dan Guba (1985, hlm. 266) mengartikan wawancara
adalah “suatu percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
perorangan, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, disamping itu
dapat mengalami dunia pikiran dan perasaan responden”. Melalui teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam tentang narasumber dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak hanya diperoleh dari teknik observasi.
(34)
Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dari subyek penelitian. Esterberg dalam Sugiyono (2011, hlm. 317) mengemukakan bahwa
„wawancara adalah merupalam pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu‟. Teknik pengumpulan data melalui wawancara tersebut dilakukan atas
dasar keingintahuan peneliti sebagai pengetahuan serta keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi maupun jawaban dalam permasalahan penelitian. Proses wawancara dapat dilakukan secara face to face (tatap muka) maupun pesawat telepon.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada beberapa subyek penelitian, diantaranya :
a. Guru Mata Pelajaran Sosiologi
b. Perwakilan Siswa-Siswi SMA Negeri 5 Bandung
c. Perwakilan Orangtua Siswa-Siswi SMA Negeri 5 Bandung
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai catatan peristiwa dalam melakukan penelitian di lapangan. Dokumentasi di lapangan dapat berupa gambar maupun tulisan untuk mendukung temuan dalam penelitian. Dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti selama melaksanakan penelitia di SMA Negeri 5 Bandung yaitu :
a. Silabus dan RPP Guru Sosiologi di SMA Negeri 5 Bandung. b. Foto siswa di lingkungan sekolah.
(35)
Sugiyono (2011:329) menjelaskan bahwa “hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi”. Berdasarkan pemaparan tersebut teknik pengumpulan data melalui
studi dokumentasi tidak begitu sulit diamati adalah benda mati sehingga jika terdapat kekeliruan sumber data masih tetap. Dokumentasi yang dijadikan bukti oleh peneliti berupa silabus dan RPP mata pelajaran sosiologi dan photo siswa (data terlampir). Teknik dokumentasi selain berupa tulisan maupun gambar juga dapat menggunakan rekaman suara (record). Dokumen record juga dapat dipergunakan untuk penelitian.
4. Triangulasi/Gabungan
Teknik pengumpulan data melalui triangulasi dapat diartikan sebagai teknik yang bersifat penggabungan dari beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2011, hlm. 330) mengemukakan bahwa :
Bila peneliti menggunakan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data
Penggabungan tersebut dilakukan berdasar sumber-sumber informasi yang diperoleh peneliti. Selanjutnya, Stainback (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 330) menyatakan bahwa :
The aim is not to determine the truth about some social phenomenon,
rather the purpose of triangulation is it increase one’s understanding of
what ever is being investigated. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.
Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa teknik yang berbeda-beda namun sumber data yang diperoleh sama yaitu data
(36)
maupun fakta yang diperoleh selama melakukan penelitian di SMA Negeri 5 Bandung. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011, hlm. 330) bahwa
“triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama”. Teknik triangulasi ini dilakukan dengan menggabungkan hasil observasi serta wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Bagan 3.2 Triangulasi “teknik”
Sumber : Sugiyono (2011)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa proses triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik yang berbeda namun dari sumber yang sama. Observasi dilakukan di lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 5 Bandung dengan memantau keadaan lingkungan sekitar wilayah tersebut. Wawancara dilakukan dengan Guru sosiologi dan bersangkutan dengan media sosial dan gaya hidup remaja perkotaan dalam hal ini yaitu Siswa SMA Negeri 5 Bandung.
SUMBER DATA SAMA Observasi
Partisipatif
WAWANCARA
(37)
Triangulasi atau gabungan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menggabungkan beberapa data di lapangan melalui teknik yang berbeda namun dengan sumber yang sama. Tujuan utama melakukan triangulasi dalam penelitian yaitu untuk mendapatkan hasil yang valid di lapangan dengan menyesuaikan data hasil observasi, wawancara serta dokumentasi.
E. Prosedur Penelitian
Dalam proses melakukan penelitian dengan judul “Peran Media Sosial
terhadap Gaya Hidup SMA Negeri 5 Bandung (Studi terhadap Pengguna Media Sosial di SMA Negeri 5 Bandung)” ada tiga tahap yang dilakukan yaitu tahap pra penelitian, tahap perizinan dan tahap pelaksanaan penelitian. Prosedur penelitian ini dilakukan agar penelitian ini berjalan dengan egektif dan efisien sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Berikut uraian tahap prosedur penelitian tersebut :
1. Tahap Pra penelitian
Pada tahapan pra penelitian ini, hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah memilih masalah, kemudian menentukan judul serta lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul dalam penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti.
Tahap ini merupakan proses penggalian informasi maupun data secara mendalam dengan mengenal subjek penelitian lebih dekat serta pengamatan terhadap lingkungan subjek penelitian. Tahapan yang dilakukan untuk memasuki lapangan penelitian, penulis melakukan observasi tahap awal serta melakukan studi pendahuluan guna memperoleh informasi dan menentukan subjek penelitian. Selain melakukan observasi dan studi pendahuluan, peneliti melakukan proses
(38)
wawancara terhadap responden. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :
a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi subjek yang ada di lapangan.
b. Memilih serta merumuskan masalah dalam penelitian. c. Menentukan judul dan lokasi penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian.
2. Tahap Perizinan Penelitian
Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang akan diteliti, serta merumskan masalah yang relevan dengan kondisi objektif di lapangan. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu ditempuh prosedur perizinan dalam pelaksanaan penelitian, sebagai berikut :
a. Mengajukan surat permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi untuk mendapatkan rekomendasi kepada Dinas Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.
b. Mengajukan surat permohonan izin mengadakan penelitian kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.
c. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian kepada Dinas Pendidikan Kota Bandung.
d. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung mengeluarkan surat izin untuk disampaikan kepada Sekolah SMA Negeri 5 Bandung.
e. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Bandung memberikan izin untuk melaksanakan penelitian selama batas waktu yang telah ditentukan.
(39)
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan inti dalam sebuah penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mendapatkan fakta dan data dari responden. Peneliti menggunakan observasi serta wawancara dengan subjek penelitian untuk memperoleh data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai berikut :
a. Menghubungi Tata Usaha SMA Negeri 5 Bandung untuk meminta informasi dan meminta izin untuk melakukan penelitian.
b. Menghubungi Kepala Sekolah serta Wakasek Humas untuk memperoleh izin melaksanakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.
c. Menghubungi guru mata pelajaran sosiologi yang akan diwawancarai. d. Mengadakan wawancara dengan guru mata pelajaran sosiologi. e. Menghubungi siswa sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai. f. Mengadakan wawancara dengan siswa sebagai subjek penelitian. g. Menghubungi orang tua siswa untuk diwawancarai.
h. Mengadakan wawancara dengan orang tua siswa.
i. Membuat catatan yang diperlukan berkaitan dengan kegiatan penelitian. j. Menentukan responden untuk di wawancara.
k. Menghubungi responden untuk di wawancara. l. Mengadakan kegiatan wawancara dengan responden
Setelah proses wawancara di lapangan selesai, peneliti membuat tulisan yang berkaitan dengan data yang terkumpul di lapangan. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan tersebut kemudian disusun untuk
(40)
membuat catatan lengkap serta didukung dokumen yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan berbagai cara seperti triangulasi dan dilakukan secara terus menerus hingga mencapai titik jenuh. Pengolahan dan analisis data merupakan suatu bagian terpenting dalam sebuah penelitian, karena berkaitan dengan hasil akhir dari jawaban-jawaban yang menjadi permasalahan penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009, hlm. 89) bahwa :
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisaikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama pengumpulan data di lapangan. Langkah untuk melakukan analisis data dapat dimulai dengan menelaah sumber penelitian, kemudian dilakukan pemeriksaan data dan diambil makna-maknanya yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Miles dan Huberman (1992, hlm. 16) mengemukakan bahwa “Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi”.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus dan berlangsung secara interaktif antara peneliti dan subyek peneliti, hingga data yang diperoleh mencapai titik jenuh. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan suatu siklus yang satu sama lain saling memiliki keterkaitan dan berkesinambungan. Peneliti harus memperhatikan ketiga hal tersebut guna mendapat data yang lebih akurat serta alamiah. Berikut ini proses dari ketiga kegiatan pengolahan analisis data kualitatif tersebut
(41)
Bagan 3.3 Komponen-komponen Analisis Data Miles dan Huberman (1992, hlm. 20)
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh selama penelitian di lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga harus dicatat secara terperinci dan teliti. Reduksi data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merangkum dan mereduksi hasil penelitian dari lapangan yang dianggap penting bagi penulis. Penelitian ini difokuskan kepada Guru mata pelajaran sosiologi, Siswa SMA Negeri 5 Bandung, dan Orang tua Siswa mengenai “ Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Remaja Kota Bandung (Studi Kasus Pengguna di SMA Negeri 5 Bandung)”. Reduksi data dapat bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti dalam mengolah data-data yang telah terkumpul sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan rinci.
2. Display Data
Display data merupakan langkah kedua yang dilakukan setelah melakukan reduksi data. Proses display data dapat memudahkan peneliti untuk melakukan analisis terhadap apa yang terjadi serta melakukan perencanaan terhadap apa yang selanjutnya akan dikerjakan. Display data yaitu menyusun semua data yang telah
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan: Penarikan/verifikasi
(42)
terkumpul sehingga diperoleh gambaran yang lebih rinci dan menyeluruh. Gambaran data yang terperinci dan menyeluruh tersebut kemudian dicari pola hubungannya sehingga didapatkan pola hubungan guna mencari hasil dari penelitian tersebut.
Penyajian data dimulai dengan melakukan proses pengumpulan data melalui teknik wawancara yang dilakukan dengan siswa SMA Negeri 5 Bandung kemudian disusun sesuai dengan rumusan masalah. Kemudian untuk menguatkan hasil laporan penelitian dilakukan proses wawancara dengan guru mata pelajaran sosiologi, serta orang tua siswa yang bersangkutan, sehingga hasil penelitian ini dapat diperoleh dengan akurat.
3. Kesimpulan/Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan atau verivikasi data merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam tahap penelitian. Kesimpulan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan makna yang dianggap penting dari data yang telah dianalisis sebelumnya. Sugiyono (2009, hlm. 99) menjelaskan bahwa :
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori
Kesimpulan ini berupa pernyataan singkat tentang “ Peran Media Sosial
Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung (Studi terhadap Pengguna Media Sosial di SMA Negeri 5 Bandung)”. Proses pengolahan data tersebut dimulai dengan pencatatan data di lapangan (data mentah) kemudian mengumpulkan data yang telah didapat dari lapangan, selanjutnya dilakukan reduksi data guna menyeleksi data-data yang dianggap penting dalam proses penelitian, setelah itu melakukan reduksi data untuk melihat gambaran secara keseluruhan serta disesuaikan dengan masalah atau fokus penelitian.
(43)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian pada Bab IV.
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Simpulan Umum
Berdasarkan temuan data di lapangan, tampak bahwa saat ini para remaja khususnya di lingkungan SMA Negeri 5 Bandung memiliki gadget canggih. Para siswa tersebut memiliki dan menggunakan gadget canggih untuk mendukung komunikasi maupun mempermudah mencari informasi terkini. Media sosial merupakan suatu media komunikasi yang tidak dapat terpisahkan dari para siswa saat ini. Media sosial juga dapat menjadi sarana hiburan siswa pada saat waktu luang, karena memiliki aplikasi atau fitur canggih, seperti game, chatting, dan mengunggah foto.
Media sosial merupakan bagian dari sarana komunikasi teknologi canggih yang digunakan oleh manusia di era modern saat ini. Sebagai sebuah situs jejaring pertemanan yang diakses oleh banyak orang membuat para pengguna media sosial menyadari bahwa pesan apapun yang mereka produksi di akun media sosial mereka akan membentuk sebuah penilaian terhadap pribadi mereka sendiri. Akun di media sosial dinilai mampu merepsentasikan bagaimana karakter pemilik akun secara langsung.
(44)
Berdasarkan rumusan masalah telah diuraikan dalam bab IV, maka tampak peranan media sosial terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung dapat dirinci sebagai berikut:
(45)
a. Intensitas Penggunaan Media Sosial pada Siswa SMA Negeri 5 Bandung
Intensitas pengguna media sosial di SMA Negeri 5 Bandung saat ini semakin meningkat. Media sosial merupakan salah satu bagian dari perubahan sosial bidang teknologi informasi yang digunakan oleh para remaja untuk berkomunikasi dengan teman maupun keluarga. Media sosial bukan hanya dipergunakan untuk komunikasi melainkan dapat mempermudah mencari informasi serta hiburan. Berbagai aplikasi menarik tersebut memberikan dampak terhadap intensitas penggunaan media sosial semakin besar pada kalangan remaja saat ini. Masa pencarian identitas diri remaja tidak terlepas dari gaya hidup yang dikembangkan masyarakat terutama dalam mengisi waktu luang, hal ini tercermin dengan seringnya remaja mengakses media sosial. Aktivitas mengisi waktu luang seringkali dihubungkan dengan perkembangan identitas, karena aktivitas tersebut menjadi bagian penting dari gaya hidup dan kehidupan sehari-hari manusia, termasuk para remaja. Intensitas penggunaan media sosial juga dapat dikatakan cukup tinggi, karena mereka sangat ketergantungan dan ingin selalu mengakses media sosial terlebih dalam mengisi waktu luang.
b. Gaya Hidup Remaja Pengguna Media Sosial
Gaya hidup remaja pengguna media sosial saat ini dipandang sebagai individu-individu yang tidak terlepas dari kecanggihan teknologi informasi. Sebagai manusia yang memiliki sifat dinamis, remaja tersebut selalu berusaha menggali setiap penemuan baru terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan media rekreasi saat ini sudah beralih kepada teknologi elektronik yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sosial masyarakat perkotaan. Penggunaan teknologi media sosial sebagai alat komunikasi maupun hiburan di kalangan remaja perkotaan merupakan bagian dari gambaran tindakan yang dilakukan oleh seorang individu.
(46)
c. Penggunaan Media Sosial Berdampak pada Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung
Penggunaan media sosial berdampak terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung. Adanya media sosial memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi penggunanya. Dampak positif yang dirasakan melalui adanya media sosial mudahnya komunikasi serta arus informasi yang semakin cepat. Sedangkan, dampak negatif tersebut dapat terlihat dari munculnya sifat konsumtif, indivdualistis, kurang peka terhadap lingkungan, menginginkan segala sesuatu didapatkan dengan instan, serta sebagai tolak ukur seorang individu dapat dikatakan sebagai remaja yang memiliki keeksistensian diri di lingkungannya.
d. Pembelajaran Sosiologi Dapat Memanfaatkan Gaya Hidup Remaja SMA Negeri 5 Bandung Sebagai Bahan Ajar Untuk Membina Karakter Remaja
Pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan gaya hidup remaja SMA Negeri 5 Bandung sebagai bahan ajar untuk membina karakter remaja. pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan berbagai macam contoh gaya hidup remaja saat ini sebagai upaya membina karakter remaja. Pembinaan karakter remaja tersebut dilakukan secara komprehensif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui mata pelajaran sosiologi yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter yang ada di Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru selalu berupaya untuk menanamkan pemahaman mengenai nilai maupun norma yang baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam lingkungan luar kelas. Guru juga mengupayakan untuk selalu menumbuhkan kepekaan sosial siswa mengingat mata pelajaran sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan individu maupun kelompok sosial dalam masyarakat.
(47)
a. Media sosial yang berkembang saat ini, pada umumnya digunakan para remaja untuk berkomunikasi, mencari informasi, maupun sebagai sarana hiburan dalam mengisi waktu luangnya. Media sosial merupakan suatu alat komunikasi yang harus dimiliki oleh para remaja saat ini.
b. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam mencegah maupun mengatasi berbagai permasalahan yang muncul akibat dampak negatif dari adanya media sosial. Orang tua harus melakukan pengawasan penggunaan gadget anak, sehingga dapat mengurangi kecanduan terhadap gadget tersebut. c. Melalui mata pelajaran sosiologi, guru memberikan penguatan terhadap
karakter para siswa di sekolah dalam menghadapi berbagai perkembangan zaman yang semakin canggih dengan adanya teknologi. Guru selalu berusaha untuk selalu menanamkan nilai-nilai positif di lingkungan sekolah serta menumbuhkan kepekaan sosial siswa terhadap lingkungan sekitarnya.
B. Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut :
1. Guru Sosiologi, dapat mengintegrasikan mata pelajaran sosiologi dengan pembinaan karakter sebagai upaya menghadapi perubahan gaya hidup akibat dari perkembangan teknologi informasi khusunya media sosial. Guru mata pelajaran sosiologi dapat memberikan contoh-contoh konkrit dalam setiap materi yang menyangkut pergaulan remaja di era globalisasi. Pembinaan karakter melalui mata pelajaran sosiologi dapat dilakukan dengan cara membiasakan kedisplinan terhadap siswa, membiasakan siswa untuk selalu bersikap sesuai dengan nilai dan norma sopan santun yang berlaku di masyarakat baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Siswa SMA Negeri 5 Bandung, , perlu membangun kesadaran dan pemahaman pada diri siswa sebagai seorang makhluk sosial mengenai pentingnya mempelajarai sosiologi sebagai upaya menghadapai tantangan global dengan
(48)
munculnya teknologi informasi khususnya media sosial. Siswa juga harus memiliki pemahaman bagaimana menggunakan dan memanfaatkan media sosial sebagai suatu sarana komunikasi maupun informasi yang tepat. Melalui mata pelajaran sosiologi siswa diajarkan untuk lebih mengetahui makna hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
3. Orang Tua, memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting terhadap perkembangan seorang anak. Perkembangan media sosial yang semakin cepat saat ini menyebabkan orang tua harus memiliki pengawasan yang sangat ketat terhadap berbagai informasi yang dapat dengan mudah diakses oleh anak-anaknya. Pemberian gadget kepada anak juga harus dibatasi serta disesuaikan dengan kebutuhannya sebagai seorang pelajar. Sebagai orang tua yang berada di era media komunikasi, setidaknya mengetahui perkembangan teknologi agar memudahkan pengawasan terhadap anak. Para orang tua juga harus membangun hubungan komunikasi yang baik dengan anak terutama yang sedang beranjak remaja, ajaran moral dan agama juga harus diajarkan sejak dini. Sehingga anak dapat mendapatkan penanaman karakter yang kuat dalam menghadapi perkembangan zaman. Orang tua juga tidak boleh sepenuhnya melepaskan tanggung jawab terhadap anak-anaknya kepada pihak sekolah. 4. Jurusan Pendidikan Sosiologi UPI, diharapkan mampu memberikan kontribusi
khususnya terhadap perkembangan teknologi dikaitkan dengan mata pelajaran sosiologi yang dapat diintegrasikan dengan pembinaan karakter di sekolah, sehingga para pendidik sosiologi maupun siswa mampu menghadapi perkembangan zaman khususnya dalam bidang teknologi informasi.
5. Penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menganalisis secara mendalam mengenai motif penggunaan dan pola interaksi sosial secara interpersonal yang dilakukan oleh individu yang menggunakan media sosial. Penelitian tersebut diharapkan mampu menggali faktor-faktor yang menyebabkan seorang
(49)
individu menggunakan media sosial serta interaksi yang dilakukan dalam situs jejaring sosial pertemanan tersebut.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, A. (ed.). (2006b). Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta : Jalasutra
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung : Refika Aditama Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Al-Mighwar, M. (2011). Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Barker, C. (2004). Cultural Studies. Yogyakarta : Kreasi Wacana
BU, D. (2013). Usir Galau dengan Internet Sehat. Yogyakarta : Penerbit Andi Budimansyah, D. (2011). Perancang Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung : Widya Aksara Perss
Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Bangsa. Bandung: Widya Aksara Pers
Bungin, B. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana
Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada
Chaney, D. (2004). Life Style, Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, Menyatukan yang Tercerai). Bandung : Alfabeta
Evers, H (Peny). (1988). Teori Masyarakat: Proses Peradaban Dalam Sistem Dunia Modern. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Hartanto, B. (2013). Dunia Pasca-Manusia. Depok : Kepik
Haryanto, D. dan G. Edwi, N. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraja
Henslin, J.M. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
(51)
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Kartini, K. (2005). Teori Kepribadian. Bandung : Mandar Maju
Khan, D. Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Lickona, T. (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.
Lincoln, Y.S. dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publication.
Makmun, A.S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Malihah, E. dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV. Maulana Media Grafika
Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT RajaGrafindo
Mbete, A.M , dkk. (2013). Dinamika Bahasa Media Televisi, Internet, dan Surat Kabar. Bali : Udayana University Pres
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun bangsa). Jakarta: Star Energi
Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Monks, F,J. dkk. (1998). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Naisbitt, J. dan Aburdene P. (1990). Megatrends 2000 Sepuluh Arah Baru untuk Tahun 1990-an. Jakarta : Binarupa Aksara.
Narwoko, J., Dwi dan Bagong, S. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana
Nasrullah, R. (2012). Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta : Kencana
(1)
Elsa Puji Juwita, 2014
Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu menggunakan media sosial serta interaksi yang dilakukan dalam situs jejaring sosial pertemanan tersebut.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, A. (ed.). (2006b). Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta : Jalasutra
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung : Refika Aditama
Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Al-Mighwar, M. (2011). Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Barker, C. (2004). Cultural Studies. Yogyakarta : Kreasi Wacana
BU, D. (2013). Usir Galau dengan Internet Sehat. Yogyakarta : Penerbit Andi Budimansyah, D. (2011). Perancang Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung : Widya Aksara Perss
Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Bangsa. Bandung: Widya Aksara Pers
Bungin, B. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana
Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada
Chaney, D. (2004). Life Style, Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang
Terserak, Menyambung yang Terputus, Menyatukan yang Tercerai). Bandung :
Alfabeta
Evers, H (Peny). (1988). Teori Masyarakat: Proses Peradaban Dalam Sistem
Dunia Modern. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Hartanto, B. (2013). Dunia Pasca-Manusia. Depok : Kepik
Haryanto, D. dan G. Edwi, N. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraja
Henslin, J.M. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
(3)
Elsa Puji Juwita, 2014
Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Kartini, K. (2005). Teori Kepribadian. Bandung : Mandar Maju
Khan, D. Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Lickona, T. (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.
Lincoln, Y.S. dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publication.
Makmun, A.S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Malihah, E. dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV. Maulana Media Grafika
Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,
Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT RajaGrafindo
Mbete, A.M , dkk. (2013). Dinamika Bahasa Media Televisi, Internet, dan Surat
Kabar. Bali : Udayana University Pres
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun
bangsa). Jakarta: Star Energi
Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Monks, F,J. dkk. (1998). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Naisbitt, J. dan Aburdene P. (1990). Megatrends 2000 Sepuluh Arah Baru untuk
Tahun 1990-an. Jakarta : Binarupa Aksara.
Narwoko, J., Dwi dan Bagong, S. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana
Nasrullah, R. (2012). Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta : Kencana
(4)
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Kualitatif-Naturalistik. Bandung : Tarsito Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nazsir, R.N. (2008). Sosiologi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi
Sebagai Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran
Salim, A. (2002). Perubahan Sosial. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya Setiadi, E.M. dan Usman, K. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Soedarno, P. (1993). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Storey, J. (2003). Teori Budaya dan Budaya Pop, Memetakan Lanskap
Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta : Penerbit Qalam
Sugihartati, R. (2010). Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme Kajian Tentang
Reading For Pleasure dari Perspektif Cultural Studies. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wulansari, D. (2009). Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung : PT Refika Aditama Q-Annes, B. dan Adang Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Bandung : Simbiosa Rekatama Medika
Yin, R.K (2013). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Jurnal
Kaparang, O.M. (2013) Analisa Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya POP Korea Melalui Televisi. Journal Acta Diurna, 2 (2), hlm. 2-3.
Nursiti. (2013) Dampak Media Sosial. Jurnal NADI Media Komunikasi LPMP
Jawa Barat, 7 (2), hlm. 25-26.
Susanto, A.S. (2013) Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup). Jurnal Jibeka 7 ( 2), hlm. 1-3.
Undang-Undang
(5)
Elsa Puji Juwita, 2014
Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembaga Pemerintah
Departemen Komunikasi dan Informasi (2012).Indonesia Peringkat Lima
Pengguna Twitter. Jakarta : depkominfo
Departemen Komunikasi dan Informasi (2013). Kemkominfo : Pengguna Internet
di Indonesia 63 Juta Orang. Jakarta : depkominfo
Sumber Internet
Deliusno. (2013). YouTube Capai 1 Miliar Pengguna. [Online]. Tersedia :
http://tekno.kompas.com/read/2013/03/21/10151294/youtube.capai.1.miliar.pengg una. [Diakses 14 Desember 2013]
Diredja, T.G. (2013). Pengguna Line Indonesia Urutan Ke-5 Dunia. [Online]. Tersedia
http://tekno.kompas.com/read/2013/08/21/1712396/pengguna.line.indonesia.uruta n.ke-5.dunia. [Diakses 10 Januari 2013]
Dwi , Y. (2012). Sejarah Kesuksesan Instagram. Yahoo. [Online]. Tersedia : http://id.berita.yahoo.com/sejarah-kesuksesan-instagram-183000521.html. [Diakses 15 Januari 2014]
Steven, I. (2013). Sejarah Lahirnya Line, KakaoTalk, WhatsApp, Wechat. [Online]. Tersedia : https://www.bersosial.com/topic/1565/sejarah-lahirnya-line-kakaotalk-whatsapp-wechat. [Diakses 10 Januari 2014]
Wahyudi, R. (2014). Facebook Tembus 1,19 Miliar Pengguna Aktif. [Online]. Tersedia :
http://tekno.kompas.com/read/2013/10/31/1426203/Facebook.Tembus.1.19.Miliar .Pengguna.Aktif . [Diakses 15 Desember 2013].
(6)