LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN LANDASAN HIDUP RELIGIUS REMAJA MUSLIM.
No :213/S/PPB/2014
LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN LANDASAN HIDUP RELIGIUS REMAJA
MUSLIM
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Asmidasari Harahap 0906199
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
(2)
LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
UNTUK MENGEMBANGKAN LANDASAN
HIDUP RELIGIUS REMAJA MUSLIM
Oleh
Asmidasari Harahap
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©
Asmidasari Harahap 2014 Universitas Pendidikan IndonesiaJuni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
(3)
ASMIDASARI HARAHAP NIM. 0906199
LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN LANDASAN HIDUP RELIGIUS REMAJA MUSLIM
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahman, M.Pd NIP. 19590104 198503 1 002
Pembimbing II
Dr. Euis Farida, M.Pd NIP. 19590110 198403 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
(4)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH………..v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ………...xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 12
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II PENGEMBANGAN LANDASAN HIDUP RELIGIUS REMAJA MUSLIM ... 12
A. Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial ... 12
1. Konsep Bimbingan Pribadi-Sosial ... 12
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 13
3. Fungsi Bimbingan ... 14
4. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial... 16
5. Strategi Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 17
B. Konsep Dasar Landasan Hidup Religius Remaja ... 21
1. Konsep Remaja ... 21
2. Konsep Landasan Hidup Religius ... 22
a. Pengertian Landasan Hidup Religius ... 22
b. Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia ... 24
c. Perkembangan Religius pada Remaja ... 25
d. Karakteristik Remaja yang Berlandaskan Religius ... 30
C. Layanan Pengembangan Landasan Religius Remaja ... 34
D. Penelitian Terdahulu ... 37
E. Kerangka Pemikiran... 38
(5)
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 41
C. Populasi dan Sampel ... 43
D. Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 46
F. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 49
G. Analisis Data ... 53
H. Prosedur Penelitian ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Hasil Penelitian ... 60
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
C. Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Landasan Hidup Religius Remaja Muslim... 70
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………….……….... 84
A. Kesimpulan ………...………... 84
B. Rekomendasi ... 84
DAFTAR PUSTAKA ……….. 86
(6)
(7)
Abstrak
Asmidasari Harahap. (2014). Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Landasan Hidup Religius Remaja Muslim. (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).
Rendahnya landasan hidup religius dan fenomena berbagai penyimpangan perilaku remaja saat ini merupakan hal yang mendasari penelitian ini. Sehingga, penelitian bertujuan memperoleh deskripsi mengenai profil gambaran umum landasan hidup religius remaja muslim dan merumuskan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim. Populasi penelitian siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan instrumen landasan hidup religius remaja dengan sampel 117 siswa. Hasil pengolahan data sebanyak 7 siswa berada pada kategori landasan hidup religius yang sangat rendah, 35 siswa berada pada kategori yang rendah, 35 siswa berada pada pada kategori sedang, 35 siswa berada pada kategori tinggi, dan 5 siswa berada pada kategori sangat tinggi. Hasil penelitian berupa layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim. Kesimpulan penelitian layanan yang dibuat diperkirakan efektif membantu remaja dalam permasalahan tersebut. Rekomendasi ditujukan kepada pihak sekolah, Guru BK, serta peneliti selanjutnya.
(8)
Abstract
Asmidasari Harahap. (2014). Social Personal Guidance Services to Develop the Foundation of the Religious Life of Muslim Adolescent. (Descriptifve Study with Class VIII SMPN 49 Bandung Academic Year 2013/2014).
The low foundation of religious life and the phenomenon of adolescent behavioral deviations currently is underlying this research. Thus, the study aims to obtain a general description of the profile picture of the foundation of the religious life of Muslim adolescent and formulate social personal guidance services to develop the foundation of the religious life of muslim adolescent. The Research population are class VIII SMPN 49 Bandung Academic Year 2013/2014. The Research uses a quantitative approach with descriptive methods. The data collection is using the instrument foundation of religious life with 117 teenager students as samples. The results of data processing as many as 7 students are in the category of religious life foundation is very low, 35 students were in the low category, 35 students were in the moderate category, 35 students are in the high category, and 5 students were in the very high category. The results of the study in the form of personal counseling services to develop a foundation of social religious life of muslim adolescent. The conclusion of the research made an estimated effective services to help adolescent in the problem. The recommendation addressed to the school, teacher BK, as well as further research.
(9)
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Sehingga para pendidik, orang tua, maupun masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan peserta didik melulu dilihat dari prestasi angka dan angka. Jarang sekali instusi yang menciptakan pengalaman bagi peserta didik untuk membangun kesadaran landasan religius sehingga membentuk karakter individu yang unggul. Karakter yang di mana seseorang akan berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan), emosi dan motivasi dari dirinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Az-za’Balawi (2007:425) bahwa anak dalam Islam dilahirkan dalam keadaan fitrah. Bahkan menurut pendapat yang paling kuat, mereka itu dilahirkan dalam keadaan Islam. Kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Oleh karena itu, para pendidik yang merupakan orang tua di sekolah sangat berperan untuk menciptakan bibit-bibit unggul tersebut.
Harold Alberty (1957:86; Nurihsan&Agustin,2011:55) memaparkan bahwa periode masa remaja merupakan periode perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datang masa awal dewasanya. Berlangsung sekitar umur 11-13 tahun hingga 18-20 tahun. Konsekuensinya, akan muncul beragam karakteristik pertumbuhan yang mempengaruhi perilaku remaja dalam masa perkembangan ini. Pertumbuhan dan perubahan fisik, kejiwaan, sosial, dan akal yang dialami oleh remaja (puber), dibarengi dengan adanya perubahan-perubahan kebutuhan. Loncatan pertumbuhan yang dialami oleh seorang anak pada usia remaja menyebabkan
(10)
munculnya kemiripan antara kebutuhan anak remaja dengan kebutuhan orang dewasa.
Beberapa pendapat ahli yang yang membahas definisi masa remaja, di antaranya Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi dimana individu menjadi gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dan dengan ini tercipta syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain. Sama halnya dengan pendapat tersebut, Hoffman menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya pada masa remaja itu berlangsung sangat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi terciptanya harmoni di antara fungsi-fungsi tersebut di dalam dirinya (Nurihsan & Agustin,2011:56). Dengan demikian, masa remaja sering disebut juga dengan masa badai dan tekanan yang sangat membutuhkan perhatian dan intervensi dari pihak orang dewasa.
Erikson (Yusuf,2007;Daradjat 1973) mengatakan bahwa masa remaja sering juga disebut sebagai masa pencarian identitas karena pada masa ini mulai berkembang sense of identify vs role confusion. Dimana setiap remaja tertarik untuk mengetahui siapa diri, bagaimana diri, dan ke mana menuju dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan agama. Apabila remaja mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya, memahami perannya, memahami makna hidup beragama dengan berbekal kepercayaan pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kepercayaan pada kemampuan dan kecakapannya, maka remaja itu akan menemukan identitas/ jati dirinya dan memiliki kepribadian yang sehat. Jika tidak, maka remaja tersebut akan mengalami kebingungan dalam dirinya (identity
confusion).
Makmun (2004:109) mengemukakan bahwa beberapa permasalahan keagamaan yang timbul pada masa remaja adalah bersikap negatif, pandangan
(11)
dalam hal ketuhanannya menjadi kacau, penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik (diliputi rasa was-was) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan. Dengan kondisi ini, remaja menjadi sangat rentan mudah kehilangan arah tujuan hidupnya sehingga hal tersebut sangat memungkinkan remaja berperilaku menyimpang.
Dalam Al-qur’an surat Al-a’raf ayat 201 (Depag RI,2005) disebutkan bahwa:
“Sesungguhnya, orang-orang bertakwa, apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat dari setan dan mereka segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”
Menurut sifat hakikinya, manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan memiliki potensi beragama, maka keluarganyalah yang akan mewarnai perkembangan agamanya itu. Keluarga hendaknya menciptakan lingkungan psikologis yang mendukung pembentukan karakter anak dalam menjalankan ajaran agamanya (Nurihsan & Agustin,2011:45).
Selain itu, perintah kepada manusia untuk senantiasa melakukan kebaikan dan perintah untuk mencegah kemungkaran, diterangkan dalam terjemahan Al-quran surat At-Taubah ayat 71 (Depag RI,2005) yang artinya:
“Dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka
adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapat rahmat dari Allah. Sesungguhnya, Allah maha
perkasa lagi bijaksana. “
Tidak hanya itu, Rasulullah saw bersabda tentang pentingnya manusia untuk meninjau ulang setiap perbuatan yang akan dilakukan semasa hidupnya mengingat adanya proses hisab kelak di yaumil akhir nanti, seperti yang disebutkan dalam hadits berikut yang artinya :
(12)
" Belum melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang empat hal; tentang umurnya dihabiskan untuk apa, ilmunya diamalkan untuk apa, darimana dan untuk apa harta yang diperolehnya dan tentang tubuhnya diabdikan untuk apa." (HR.Tirmidzi)
Menurut Yusuf (2009: 81), agama Islam sejatinya merupakan sebuah sistem yang sangat komprehensif yang diturunkan Allah untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian, agama diperlukan oleh manusia. Itulah sebabnya manusia disebut juga homo religious, makhluk beragama. Selain itu, fitrah manusia juga berfungsi untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, sekaligus menjadikan kebenaran itu sebagai tuntunan dalam bersikap dan berperilaku. Bahwa manusia memiliki sisi religi/keagamaan yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Setiap manusia dimanapun akan mempertanyakan mengapa dia ada dan untuk apa dia ada. Ketika manusia dilahirkan ke dunia dan mulai berkembang kemampuan berfikirnya, akan muncul pertanyaan dalam dirinya yang menunjukkan bahwa manusia akan selalu berfikir mengenai kondisi spiritual/batiniah di balik materi/keduniaan, sehingga manusia memang dikaruniai rasa untuk mengabdi kepada Tuhan-Nya. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self-control) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Daradjat (Yusuf,2004:131) mengatakan bahwa:
“Semakin dekat seseorang kepada Tuhan dan semakin banyak ibadahnya,
maka akan semakin tentramlah jiwanya, serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran dalam hidup. Demiikian pula sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama akan semakin sulit
baginya untuk mencari ketentraman batin.”
Tidak jauh berbeda dengan agama lainnya, Willis mengemukakan bahwa 62% orang Amerika percaya bahwa agama adalah sesuatu hal yang penting dan menjadi bagian dalam hidup mereka, dan persentase yang paling banyak adalah
(13)
berkembang pembahasan mengenai spiritualitas dan keagamaan dalam tabloid-tabloid mingguan di Amerika. Begitu pun dengan Richard dan Bergin dalam penelitiannya pada tahun 2004 mengenai pengaruh agama terhadap kesehatan fisik dan mental menunjukkan individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan ajaran agama lebih memiliki penyesuaian psikologis, memiliki perilaku sosial yang sehat, dan terhindar dari gangguan jiwa dibandingkan dengan orang yang kurang taat beragama. Sama halnya dalam sebuah sampel acak nasional yang terdiri dari 2000 remaja pada usia 11-18 tahun, mereka yang tingkat religiusnya tinggi, cenderung lebih sedikit merokok, minum alkohol, menggunakan ganja, bolos sekolah, terlibat dalam kenakalan remaja dan tidak merasa depresi dibandingkan remaja yang tingkat religiusnya rendah (Sinha,Cnaan & Gelles,2006; Santrock,2011).
Ironisnya, saat ini generasi remaja sudah banyak mengalami dekadensi moral akibat kurangnya pemahaman agama yang dimiliki. W.G. Wagener dalam jurnal
“The Counseling Psychologist” (vol.24 no.3 Juli 1996 : 360-363), mengemukakan bahwa remaja di Amerika serikat tahun 1990-an diimpresi sebagai periode ketidakberdayaan (helpless period) karena banyaknya remaja yang akrab dengan alkohol, obat-obat terlarang, senjata, dan hubungan seksual yang menyebabkan penyakit HIV. Sonestein, dkk telah melaporkan hasil penelitiannya yaitu bahwa sekitar 69 % remaja Afrika-Amerika telah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan pada usia 15 tahun. Ellison, Gay, dan Kaca juga telah menunjukkan hubungan antara tingkat yang lebih tinggi religiusitas dan kepuasan hidup yang lebih besar. Agama memainkan peran penting dalam upaya individu untuk mengatasi penyakit stres dan psikososial (Handal; Hitam-Lopez,&Moergen,1989; Pargament,1997; D. Williams; Larson, Buckler; Heckmann,&Pyle,1991; Seligman &Peterson,2004).
Sama halnya kondisi ironis tersebut dengan di Indonesia, belum lama ini media massa koran secara online dari Tribunews.com pada tanggal 5 September
(14)
2013 menyebutkan bahwa Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat menemukan kasus bahwa 28 persen pekerja seks anak/remaja di Bandung Raya adalah pelajar aktif atau masih bersekolah. Dari temuan lembaganya, diketahui ada yang masih berusia 13 tahun yang berarti mereka masih bisa disebut anak-anak karena masih duduk di bangku SMP dan kebanyakan mereka berusia di bawah 18 tahun (Tribunnews.com/Tif).
Pada media masa lainnya, yaitu dalam harian umum Pikiran Rakyat tanggal 11 Desember 2008, halaman 3 diberitakan bahwa sekitar 62,7 % remaja yang tercatat sebagai pelajar SMP dan SMA di Indonesia sudah tidak perawan lagi. Setahun kemudian Harian Umum Pikiran Rakyat tanggal 7 Desember 2009 halaman 18 memberitakan bahwa sebanyak 47 % remaja di kota Bandung mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Selain hubungan seksual pranikah, kata Sugiri, kasus HIV-AIDS juga disebabkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Berdasarkan data Departemen Kesehatan 2009, dari 17.699 kasus AIDS, 50,07 % di antaranya remaja (Nurihsan&Agustin,2011:80).
Data yang diperoleh dari jurnal Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010, menunjukkan bahwa 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks sebelum menikah. Hasil Survei Dinas Kesehatan Tentara(DKT) Indonesia tahun 2005 juga menunjukkan bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia telah melakukan seks sebelum menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47% dan di Medan 52%. Berdasarkan hasil survei Surat Keterangan Kesetiaan Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKKRI) Tahun 2002/2003, bahwa remaja memiliki teman yang pernah berhubungan seksual dimulai dari usia 14-19 tahun, dengan wanita 34,7% dan pria 30,9%. Bahkan sebesar 2,5 juta perempuan pernah aborsi per tahun, 27% nya dilakukan remaja (sekitar 700 ribu), dalam PKBI (rakyat merdeka,2006). Sehingga estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta jiwa, dan 800 ribu diantaranya terjadi di kalangan remaja. Oleh adanya demikian, data Kemenkes melaporkan
(15)
bahwa pada akhir Juni 2010, di Indonesia terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif, dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni sebesar 48,1% dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9% (Manurung, 2012).
Di samping itu, data yang diperoleh dari Polda Metro Jaya Jakarta, yang disampaikan oleh Sekretaris Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yaitu Sugihartatmo pada tanggal 10 Juni 2013, disebutkan bahwa jumlah remaja di Indonesia tercatat sebanyak 64 juta jiwa atau sekitar 27.6% dari total penduduk, namun pada tahun 2010 setidaknya telah terjadi 128 kasus tawuran pelajar yang kemudian meningkat tajam lebih dari 100% menjadi 330 kasus di tahun 2011 yang juga telah menewaskan 82 pelajar. Sebagian besar pelaku tawuran adalah pelajar tingkat sekolah menengah atas, akan tetapi fakta ironis di lapangan menunjukkan tawuran telah merambah pada pelajar di tingkatan SD dan SMP (Suara Pembaruan.com/D-13).
Terkait dengan dampak ditinggalkannya agama dalam kehidupan manusia, menurut harian media Suara Pembaruan yang diterbitkan pada tanggal 27 November 1997, Tarmizi Taher dalam ceramahnya yang berjudul “Peace,
Prosperity, and Religius Harmony in The 21 Century: Indonesian Muslim
Perspectives” di Georgtown AS, mengemukakan bahwa akibat disingkirkannya
nilai-nilai agama dalam kehidupan modern, kita menyaksikan semakin meluasnya kepincangan sosial, seperti: merebaknya kemiskinan, dan gelandangan di kota-kota besar; mewabahnya pornografi dan prostisusi; HIV dan AIDS; meratanya penyalahgunaan obat bius, kejahatan terorganisasi, pecahnya rumah tangga hingga mencapai 67 % di Negara-negara modern; kematian ribuan orang karena kelaparan di Afrika dan Asia, di tengah melimpahnya barang konsumsi di sementara bagian belahan dunia utara (Suara Pembaruan.com/D-13).
Selain itu, kondisi merosotnya akhlak remaja yang disebabkan oleh kegagalan remaja dalam identitas keyakinan religi tersebut sesuai dengan ungkapan Acher
(16)
(Marcia,et al,1993:194) bahwa perilaku remaja yang cenderung melanggar agama dan tidak bermoral, seperti : Free sex, aborsi, dan obat-obatan, merupakan buah dari identitas kepercayaan religi yang mengalami kebingungan. Senada dengan hal tersebut, Darajat (1973:12) mengemukakan bahwa masalah degradasi moral di kalangan remaja menjadi semakin marak, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat; (2) keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik; (3) suasana rumah tangga yang kurang baik; (4) banyaknya tulisan, gambar, siaran, dan kesenian yang tidak mengindahkan dasar dan tuntunan moral; (5) tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan (konseling) bagi anak-anak dan pemuda; (6) kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang, dengan cara yang baik dan yang membawa kepada pembinaan moral; (7) diperkenalkannya secara popular obat-obat dan alat anti hamil; dan (8) pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya, baik di rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
Penampilan perilaku remaja yang telah dipaparkan tersebut sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia di Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN No. 20 Tahun 2003).
Sama halnya dengan fenomena-fenomena kemunduran moral generasi muda sekarang yang telah dipaparkan di atas, belum lama ini peneliti telah menemukan juga beberapa fenomena penyimpangan yang disaksikan oleh peneliti sendiri saat melakukan praktek di sekolah, yaitu tepatnya di SMP Negeri 49 Bandung. Penyimpangan tersebut di antaranya ialah membolos, pencurian, pornografi, perkelahian dan tawuran antar siswa satu sekolah maupun dengan luar sekolah,
(17)
pacaran yang tanpa batas, sampai kepada perilaku seks yang bebas. Agama sebagai faktor utama dalam menuntun kehidupan manusia, menjadi sangat penting keberadaannya sehingga akibat-akibat dari perilaku tercela tersebut dapat diminimalisir. Oleh karenanya, permasalahan ini sangat menjadi perhatian yang serius bagi banyak pihak terutama sekolah sebagai institusi yang menaungi siswa tersebut dan lebih khusus bagi bidang bimbingan dan konseling.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan layanan bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Keberadaan bimbingan dan konseling sebagai salah satu disiplin ilmu yang concern di dunia pendidikan memiliki andil dalam menyikapi fenomena yang terjadi di kalangan remaja dan juga perkembangan kehidupan beragama sebagai salah satu tugas perkembangan remaja yang harus difasilitasi oleh pembimbing sebagai tugasnya di sekolah. Pentingnya bidang bimbingan dalam pendidikan terkait dengan pemberian layanan bantuan kepada siswa (siswa) dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya dan mampu berperilaku normatif. Dalam kehidupan beragama, bimbingan memiliki peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian siswa, sebab pada prinsipnya perkembangan keagamaan tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk kepribadian yang luhur. Hendaknya bimbingan pribadi-sosial dapat menjadi suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial konseli, sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut,
(18)
Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Landasan Hidup Religius Remaja Muslim”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam konteks Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), di dalamnya telah mencakup sepuluh aspek perkembangan individu untuk siswa SMP. Kesepuluh aspek perkembangan tersebut diantaranya: (1) Landasan hidup religius; (2) Landasan perilaku etis; (3) Kematangan emosi; (4) Kematangan intelektual; (5) Kesadaran tanggung jawab sosial; (6) Kesadaran gender; (7) Pengembangan diri; (8 ) Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis); (9) Wawasan dan kesiapan karier; dan (10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya. Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu:(1) pengenalan/penyadaran (memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai); (2) akomodasi (memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai) dan (3) tindakan (perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dari aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai).
Hasil analisis studi pendahuluan melalui daftar cek masalah (DCM) yang telah disebarkan kepada seluruh kelas siswa kelas VIII yang berjumlah 286 siswa di SMP Negeri 49 Bandung pada tahun ajaran 2013/2014, diperoleh data sebesar 40.6 % dari keseluruhan siswa menunjukkan sangat rendah dalam landasan hidup religiusnya. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja kelas IX SMP Negeri 49 Bandung tahun ajaran 2014/2015 penting untuk dilakukan penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini ialah bagaimana rancangan Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim.
(19)
Secara umum, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum landasan hidup religius remaja muslim
kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung?
2. Seperti apa Layanan bimbingan pribadi sosial yang tepat untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim kelas IX di SMP Negeri 49 Bandung?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh rumusan Layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim di SMP Negeri 49 Bandung. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran umum kehidupan religius remaja muslim di SMP Negeri 49 Bandung.
2. Untuk mengembangkan program bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan siswa SMP Negeri 49 Bandung dalam rangka membantu siswa untuk mengembangkan landasan hidup religius.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan dan kekayaan khasanah intelektual ilmu pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling sehingga dengan adanya penelitian ini diperoleh rumusan Layanan bimbingan pribadi sosial khususnya dalam upaya mengembangkan aspek landasan hidup religi remaja.
Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
(20)
1. Bagi konselor, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai landasan hidup religius remaja muslim sebagai dasar dalam memberikan bantuan.
2. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang dikhususkan untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu meliputi 5 Bab yaitu di antaranya Bab I Pendahuluan, dimana pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Lalu, Bab II Kajian Pustaka yang berisikan teori-teori dasar yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Selanjutnya Bab III Metodologi Penelitian, yang mana pada bab ini menjabarkan metode penelitian yang secara garis besar sudah dipaparkan pada bab I, dimulai dari prosedur dan tahap-tahap penelitian yaitu persiapan hingga penelitian berakhir, serta instrumen yang digunakan. Kemudian Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang merupakan hasil-hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya yang di rangkum secara ringkas dan terpadu. Terakhir, Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi.
(21)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 49 Bandung tepatnya di jalan Antapani No.58 Cicaheum Bandung. Akses menuju sekolah ini cukup mudah untuk dijangkau yaitu berada di belakang terminal dan pasar Cicaheum. Adapun subjek penelitian, SMP Negeri 49 Bandung yang dipimpin oleh Bapak Nana Hanadi sebagai kepala sekolah ini memiliki siswa yang berjumlah 1.562 siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX. Subjek yang dijadikan penelitian oleh peneliti adalah siswa kelas VIII SMP. Pada jenjang ini, siswa sedang berada pada masa remaja madya (pertengahan) dan diutamakan bagi yang memiliki masalah dengan landasan hidup religius para siswa kelas VIII yang saat ini berjumlah 286 siswa.
B.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih karena metode ini sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2011:8).
Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, yaitu suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih, sehingga peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain (Sugiyono,2011:35). Dengan metode ini, maka dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang
(22)
berkaitan dengan landasan hidup religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung yang kemudian atas hasil data landasan hidup religius siswa tersebut, maka dapat dirumuskan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung ini.
Sehingga, tujuan akhir penelitian adalah tersusunnya layanan bimbingan peribadi-sosial yang sesuai dan layak dalam mengembangkan landasan hidup religius siswa melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dan untuk menghasilkan layanan bimbingan pribadi-sosial yang layak dilaksanakan, maka desain yang digunakan meliputi empat tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Pengidentifikasian, yaitu tahap pengumpulan data tentang landasan hidup religius siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung. Pengidentifikasian ini dilakukan melalui penyebaran angket kepada siswa.
2. Tahap Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial di SMP Negeri 49 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil penngidentifikasian disertai konsep bimbingan pribadi-sosial, maka dikembangkanlah program hipotetik.
3. Tahap Diskusi Layanan Program. Untuk menguji kelayakan sebuah layanan program langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru bimbingan dan konseling sebagai pertimbangan layanan program.
4. Tahap Penyempurnaan Layanan Program. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan akhirnya program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan. Lebih lengkap, tahapan pelaksanaan penelitian diilustrasikan dalam bagan berikut ini:
(23)
Bagan 3.1 Tahapan Penyusunan Program
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80). Adapun populasi dari penelitian ini, yaitu siswa kelas VIII dari SMP Negeri 49 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 286 siswa. Asumsi dipilih kelas VIII ialah karena pada masa tersebut, remaja sedang mengalami tingkat perubahan gejolak religius yang tinggi karena berada pada periode keraguan religius untuk kemudian dapat dimantapkan pada jenjang usia berikutnya.
Tahap Pengidentifikasian a. Kajian konseptual
b. Karakteristik dan kebutuhan tentang landasan hidup religius
Tahap Pengembangan Program Layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja
Tahap Diskusi Uji validasi
Rasional Tahap Penyempurnaan
Program Program siap pakai
(24)
Menurut Sugiyono (2011:81), sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitiannya menggunakan teori simple randrom sampling atau teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel (Siregar,2012:145). Dengan demikian, jumlah siswa yang digunakan untuk sampel penelitian ini yaitu sebesar 40 % dari jumlah keseluruhan populasi atau sebanyak 117 responden dari 286 siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung, sesuai dengan penjelasan Arifin (2011:224) yang mengatakan bahwa “Jika jumlah anggota populasi berada antara 101 sampai dengan 500, maka sampel dapat diambil 30-40%.”
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Kelas Jumlah Siswa
Sampel (40%)
VIII-1 32 13
VIII-2 33 13
VIII-3 31 13
VIII-4 33 13
VIII-5 32 13
VIII-6 33 13
VIII-7 29 13
VIII-8 31 13
VIII-9 32 13
Jumlah 286 117
D. Definisi Operasional Variabel (DOV) 1. Layanan bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan pribadi-sosial adalah upaya yang dilakukan oleh seorang konselor terhadap siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa tersebut dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan
(25)
sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan pribadi-sosial (Yusuf &Nurihsan,2009:11). Layanan yang dimaksud adalah layananan bimbingan pribadi-sosial yang dirancang oleh peneliti untuk membantu siswa kelas VIII di SMP 49 Bandung, agar mampu mengembangkan kemampuan pribadi dan sosial siswa dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan landasan hidup religius Islamnya, yang sesuai dengan kebutuhan yaitu melalui need assessment dan dituangkan dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling berbasis tugas perkembangan meliputi: a) rasional; b) deskripsi kebutuhan; c) tujuan layanan; (d) rencana operasional; e) pengembangan tema; f) evaluasi dan indicator keberhasilan.
2. Landasan Hidup Religius
Landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal; atau suatu fondasi tempat berdirinya sesuatu hal. Menurut Al-Maududi (1985:8), seseorang yang memiliki sifat religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya, khususnya empat aspek inti dalam kehidupan, yaitu: keintiman, pekerjaan, komunitas dan spiritualitas. Maka, hidup yang religius itu bukan hanya ketika seorang melakukan kegiatan ritual (beribadah) tetapi harus diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan. Dengan demikian, landasan hidup yang kokoh yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama yang kemudian disebut dengan landasan hidup religius.
Dengan demikian, landasan hidup religius dalam definisi operasional variabel (DOV) penelitian ini ialah landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama para siswa kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu, dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT itu, sudah seharusnya setiap siswa tersebut mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah yang dapat dilihat dan dievaluasi dari aspek-aspek berikut:
(26)
Definisi operasinal yang dimaksud yaitu keyakinan siswa terhadap adanya Allah SWT :
1) Meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya sang Pencipta (khaliq) seluruh alam semesta.
2) Meyakini bahwa agama merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia.
3) Meyakini bahwa Allah Maha Melihat terhadap setiap perbuatan manusia.
4) Meyakini hari kiamat sebagai hari pembalasan amal seluruh manusia di dunia.
5) Meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun hamba-hambaNya.
b. Ibadah
Ibadah didefinisikan sebagai komitmen siswa dalam menjalankan dan mengaplikasikan setiap tuntutan ibadah yang telah diperintahkan Allah SWT.
1) Melaksanakan ibadah ritual
2) Membaca kitab suci al-qur’an dan belajar memahaminya
c. Akhlakul Karimah (Perilaku)
Perilaku didefinisikan sebagai tingkah laku siswa yang didasarkan pada tuntunan agama Islam.
1) Mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan Allah. 2) Bersikap hormat dan santun kepada orang tua dan orang lain. 3) Menjalin silaturahim dengan orang lain.
4) Bersyukur pada saat mendapatkan nikmat. 5) Bersabar pada saat mendapatkan musibah.
(27)
7) Memiliki etos yang belajar yang tinggi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang gambaran landasan hidup religius kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung ini, alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai landasan hidup religius dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuisioner (angket) untuk mendapatkan data mengenai gambaran landasan hidup religius siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung.
Seperti yang dikatakan Sugiyono (2011:142), Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selain itu, kuesioner ini cukup efisien untuk mengukur Variabel yang akan diukur, terlebih dalam jumlah responden yang cukup besar. Instrumen untuk mengungkap landasan hidup religius siswa ini disusun dengan menggunakan pertanyaan tertutup. Dalam angket tertutup atau berstruktur, pernyataan-pernyataan yang disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih jawaban yang disediakan.
Selanjutnya, peneliti menggunakan format ratting scale (skala penilaian) yang disebut dengan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala ini, maka Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator Variabel yang kemudian dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,2011:93).
(28)
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat landasan hidup religius siswa SMP Negeri 49 Bandung kelas VIII, dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat landasan hidup religius siswa tersedia pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Landasan Hidup Religius SMP (Sebelum Uji Kelayakan dan Uji Coba)
No Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-) 1 Akidah
(Keyakinan)
1.Meyakini Allah sebagai Pencipta
(Khaliq). 1,2 3 3
2. Meyakini bahwa Agama sebagai
pedoman hidup. 4,5,6 - 3
3.Meyakini bahwa Allah Maha Melihat terhadap semua perbuatan
manusia. 7,8 9 3
4. Meyakini hari kiamat sebagai hari
pembalasan amal manusia di dunia. 11, 12 10, - 3
No Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
5. Meyakini bahwa Allah Maha
Penyayang dan Pengampun. 13, 14 15 3
2 Ibadah 1.Melaksanakan ibadah ritual.
16,17, 20
18, 19, 21
6
2. Membaca kitab suci al-qur'an dan belajar memahaminya.
22,24,
(29)
3 Akhlakul Karimah (Perilaku)
1. Mengendalikan diri perbuatan
yang diharamkan Allah. 27,28,
30 29 4
2. Bersikap hormat dan santun kepada kedua orang tua dan orang lain.
31,32, 33,34,
35
- 5
3. Menjalin silaturahim dengan orang
lain. 36,37 38 3
4. Bersyukur pada saat mendapatkan
nikmat. 39, 41 40 3
5. Bersabar pada saat mendapatkan
musibah. 44,45 42,
43 4 6. Memelihara kebersihan diri dan
lingkungan. 46,47,
48,49 - 4 7. Memiliki etos belajar yang tinggi.
50,52 51 3
TOTAL 52
F. Uji Coba Alat Pengumpul Data
Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen yang digunakan baik dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Uji kelayakan tersebut dilakukan dengan melakukan penimbangan oleh tiga dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) dengan klasifikasi
(30)
Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Apabila item yang ditimbang Memadai (M), maka dapat digunakan untuk kelanjutan penelitian dan sebaliknya apabila Tidak Memadai (TM) maka item tidak dapat dipergunakan atau harus dilakukan revisi. Hasil judgement dari tiga dosen ahli dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Hasil
judgement para pakar dari jurusan PPB dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Kelayakan Instrumen Landasan Hidup Religius Siswa SMP
Kesimpulan No Item Jumlah
Memadai 1,2,3,4,5,9,10,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,26,27,29,32,34,36,37,38,39,41, 42,43,44,45,46,47,49,50,51,52
38
Revisi 6,7,8,11,12,13,14,28,30,31,33,35,40,48 14
Total 52
Item pernyataan yang termasuk pada kelompok Tidak Memadai (TM) perlu direvisi dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu : a) menyebutkan intensitas, b) kalimat pernyataan masih ambigu karena masih pernyataan umum, c) kalimat pernyatan negatif masih kurang tepat, dan d) belum menggunakan SPOK yang tepat.
2. Uji Keterbacaan Item
Setelah uji kelayakan instrumen oleh para dosen PPB, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji keterbacaan item kepada lima orang siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung. Tujuannya adalah untuk mengukur sejauh mana keterbacaan item yang akan digunakan oleh responden saat di lapangan. Melalui uji keterbacaan ini, dapat diketahui redaksi kata yang sulit dipahami oelh responden sehingga dapat diperbaiki sesuai kebutuhan responden penelitian.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, terdapat beberapa redaksi/ kalimat pernyataan yang sedikit menyulitkan responden sehingga item tersebut diperbaiki
(31)
dan akhirnya seluruh item pernyataan yang ada baik segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan dapat dipahami oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung tahun ajaran 2013/2014.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen dapat diketahui setelah uji coba instrumen dilaksanakan kepada responden penelitian ini yaitu 117 siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Sebelum mengisi instrumen yang diberikan, responden terlebih dahulu memperoleh penjelasan mengenai tata cara pengisian instrumen.
Pengolahan data hasil uji coba diolah secara statistik yaitu dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 21.0 for windows.
a. Uji Validitas Butir Item
Menurut Siregar (2012:162), Validitas (kesahihan) menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it
successfully measure the phenomenon). Pengujian validitas alat pengumpul data
ini dilakukan dengan cara mengorelasikan antara skor item dengan skor total item sehingga diperoleh koofisien korelasi product moment yang digunakan untuk mengukur apakah suatu item layak digunakan atau tidak.
Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Teknik pengujian yang digunakan yaitu korelasi
Bivariate Pearson (korelasi produk momen pearson).
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1) Jika r hitung ≥ r Tabel (uji 2 sisi dengan sig 0.05) maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyataan valid).
2) Jika r hitung ≤ r Tabel (uji 2 sisi dengan sig 0.05) maka instrumen atau item-item tidak pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyataan tidak valid).
(32)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid yaitu sebanyak 42 dari 52 item. Adapun 10 item lainnya dinyatakan tidak valid sehingga tidak dapat digunakan. Hasil item yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Kesimpulan No Item Jumlah
Valid 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16, 18,19,21,22,23,24,25,26,28,29,30, 31,32,33,34,35,36,37,38,39,41,42,43, 44,45,46,47,48,49,50,51,52
42
Tidak Valid 1,9,17, 20,23,27,30,39,40,51 10
Dari hasil uji validasi tersebut, berikut diketahui hasil data yang valid dan dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Landasan Hidup Religius SMP (Setelah Uji Validasi)
No Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
1
Akidah (Keyakinan)
1.Meyakini Allah sebagai
Pencipta (Khaliq). 2 3 2
2. Meyakini bahwa Agama
sebagai pedoman hidup. 4,5,6 3
No Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
1 Akidah (Keyakinan)
3. Meyakini bahwa Allah
(33)
perbuatan manusia. 4. Meyakini hari kiamat sebagai hari pembalasan amal manusia di dunia.
10,11,
12 - 3
5. Meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Pengampun.
13,14 15 3
2 Ibadah
1.Melaksanakan ibadah ritual. 16 18,19,21 4 2. Membaca kitab suci
al-qur'an dan belajar memahaminya.
22,24,
25,26 - 4
3 Akhlakul Karimah (Perilaku)
1. Mengendalikan diri perbuatan yang diharamkan Allah.
28 29 2
2. Bersikap hormat dan santun kepada kedua orang tua dan orang lain.
31,32, 33,34,
35
- 5
3. Menjalin silaturahim
dengan orang lain. 36,37 38 3
4. Bersyukur pada saat
mendapatkan nikmat. 41 - 1
5. Bersabar pada saat
mendapatkan musibah. 44,45 42,43 4
6. Memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
46,47,
48,49 - 4
7. Memiliki etos belajar yang
tinggi. 50,52 - 2
TOTAL 42
(34)
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar,2012:173). Nilai reliabilitas diperoleh dengan menggunakan metode yang digunakan dalam program SPSS yaitu metode Alpha.
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 21.0 untuk mencari nilai reliabilitas instrumen landasan hidup religius remaja dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.800 42
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan nilai reliabilitas instrumen yaitu sebesar 0.800 yang berarti bahwa instrumen ini memiiki tingkat konsistensi/ derajat keterandalan yang tinggi sehingga dapat dipergunakan kembali. Sesuai dengan klasifikasi tingkat reliabilitas/ derajat keterandalan berikut ini:
0.91-1.00 : Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 : Derajat keterandalan tinggi
0.41-0.71 : Derajat keterandalan sedang 0.21-0.40 : Derajat keterandalan rendah
< 0.20 : Derajat keterandalan sangat rendah
(Guilford, 1954:145)
G. Analisis Data
Penelitian ini merupakan Build in Try Out atau yang disebut dengan penelitian sambil melakukan uji coba. Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data diperoleh. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif
(35)
mengenai landasan hidup religius remaja. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS 21.0 untuk mengetahui nilai/ skor setelah dilakukan uji coba.
Penentuan skor skala sikap ini dilakukan secara aposteriori, yaitu dengan menentukan kemungkinan skor bagi setiap kemungkinan jawaban harus didasarkan atas hasil uji coba (Subino,1987:124). Oleh karena itu, peneliti menggunakan empat alternatif jawaban yang selanjutnya diurutkan dari kemungkinan nilai terendah sampai dengan kemungkinan nilai tertinggi, yaitu: 1) Sangat Tidak Sesuai (STS), 2) Tidak Sesuai (TS), 3) Sesuai (S), 4) Sangat Sesuai (SS). Tiap alternatif jawaban mengandung arti dan nilai skor dari hasil uji ketepatan skala seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Positif
Item Skor Empat Alternatif Respons
STS TS S SS
2 0 0 1 2
4 0 0 1 3
5 0 0 1 3
6 0 0 2 4
7 0 0 0 2
8 0 0 1 3
10 0 0 0 2
11 0 0 0 1
12 0 0 1 3
13 0 0 2 3
14 0 0 2 3
16 0 1 2 4
22 0 2 3 4
24 0 1 2 3
25 0 1 2 3
26 0 0 1 3
28 0 1 2 3
31 0 0 0 2
(36)
33 0 0 1 2
34 0 0 1 3
35 0 0 0 1
Item Skor Empat Alternatif Respons
STS TS S SS
36 0 1 2 3
37 0 1 2 3
41 0 1 2 3
44 0 1 2 3
45 0 0 1 3
46 0 1 2 3
47 0 0 1 3
48 0 1 2 3
49 0 1 2 3
50 0 1 2 3
52 0 1 2 3
Adapun untuk pola skor opsi alternatif jawaban yang bernilai negatif, dengan menggunakan pola skor di bawah ini.
Tabel 3.8
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Negatif
Item Skor Empat Alternatif Respons
SS S TS STS
3 0 1 1 3
9 0 1 2 3
15 0 1 2 3
18 0 0 1 3
19 0 0 1 3
21 0 1 2 3
23 0 1 2 3
29 0 1 2 3
38 0 1 2 3
42 0 1 2 3
(37)
Skor yang telah diperoleh dari hasil uji ketepatan skala kemudian dilakukan pemilihan butir-butir skala yang disasarkan kepada signifikan tidaknya DP (Daya Pembeda) butir skala yang bersangkutan. Daya Pembeda butir-butir skala tersebut dianalisis dengan uji-t. Dengan demikian, diperoleh butir skala mana saja yang dapat digunakan untuk proses analisis data selanjutnya, yaitu dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas yang akhirnya dapat diketahui grafik skor hasil penelitian. Perhitungan konversi skor yang diperoleh dengan menggunakan acuan sebagai berikut:
(Azwar, 2012:148)
Setelah data terkumpul, selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui perolehan data dengan kategori yang sangat tinggi (ST), tinggi (S), sedang (S), rendah (R), dan sangat rendah (SR). Setiap kategori interval skor, mengandung penjelasan makna sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interpretasi Skor Kategori Landasan Hidup Religius
Kategori Kualifikasi
µ ≤ - 1.5ᵹ Sangat Rendah -1.5 ᵹ< µ ≤ -0.5 ᵹ Rendah
-0.5 ᵹ< µ ≤ + 0.5 ᵹ Sedang +0.5 ᵹ< µ ≤ + 1.5 ᵹ Tinggi
(38)
Sangat Tinggi Responden telah memperoleh kematangan sistem moral yang sangat tinggi untuk membimbing perilaku diri mereka sendiri, yaitu adanya sebuah landasan hidup yang kokoh, yang bersumber dari agama yang diwujudkan dalam mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, responden dalam perkembangan penghayatan agamanya tidak bersikap negatif, kacau dan skeptik (diliputi keraguan).
Kategori Kualifikasi
Tinggi Responden telah memperoleh kematangan sistem moral yang tinggi untuk membimbing perilaku diri mereka sendiri, yaitu adanya sebuah landasan hidup yang kokoh, yang bersumber dari agama yang diwujudkan dalam mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, responden dalam perkembangan penghayatan agamanya tidak bersikap negatif, kacau dan skeptik (diliputi keraguan).
Sedang Responden memperoleh kematangan sistem moral berada di angka rata-rata untuk membimbing perilaku diri mereka sendiri, yaitu adanya sebuah landasan hidup yang kokoh, yang bersumber dari agama yang diwujudkan dalam mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
(39)
responden dalam perkembangan penghayatan agamanya tidak terlalu bersikap negatif, kacau dan skeptik (diliputi keraguan).
Rendah Responden kurang dalam memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilaku diri mereka sendiri, yaitu adanya sebuah landasan hidup yang kokoh, yang bersumber dari agama yang diwujudkan dalam mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, responden dalam perkembangan penghayatan agamanya masih bersikap negatif, kacau dan skeptik (diliputi keraguan).
Kategori Kualifikasi
Sangat Rendah Responden belum memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilaku diri mereka sendiri, yaitu adanya sebuah landasan hidup yang kokoh, yang bersumber dari agama yang diwujudkan dalam mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, responden dalam perkembangan penghayatan agamanya masih sangat bersikap negatif, kacau dan skeptik (diliputi keraguan).
(40)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Menyusun proposal penelitian yang diseminarkan di hadapan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
2. Mengajukan proposal penelitian pada seminar proposal di hadapan dosen mata kuliah Metode Riset, kemudian direvisi dan disahkan oleh dewan skripsi, serta oleh Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.
4. Melakukan studi pendahuluan ke tempat penelitian yaitu SMP Negeri 49 Bandung mengenai landasan hidup religius remaja dibantu oleh guru BK.
5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang direkomendasikan untuk melanjutkan penelitian ke tingkat Fakultas dan Universitas. Surat penelitian yang telah disahkan disampaikan kepada kepala sekolah SMP Negeri 49 Bandung.
6. Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh tiga dosen ahli dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
7. Melaksanakan uji coba penelitian kepada 117 siswa kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung pada tanggal 10 Maret 2014.
8. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dari data yang diperoleh di SMP Negeri 49 Bandung.
9. Melakukan pengumpulan data dari subyek penelitian.
10.Melaksanakan pengolahan dan analisis data yang telah terkumpul dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi.
(41)
11.Menyusun rancangan satuan layanan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius siswa SMP.
(42)
84 Asmidasari Harahap, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan landasan hidup religius remaja muslim, diketahui:
1. Profil gambaran umum landasan hidup religius siswa muslim di kelas VIII SMP Negeri 49 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 bahwa mayoritas siswa berada pada kategori sangat rendah sebanyak 7 siswa atau 5,98 %, kategori rendah sebanyak 35 siswa atau 29.91%, kategori sedang sebanyak 35 siswa atau 29.91 %, kategori tinggi sebanyak 35 siswa atau sebesar 29. 91%, dan kategori sangat tinggi sebanyak 5 siswa atau 4.27 %. Adapun hasil penelitian kategori yang berdasarkan aspek, diketahui bahwa aspek ibadah memiliki nilai rata-rata yang lebih sedikit dibanding aspek lainnya yaitu sebesar 57.42 %, di mana aspek akidah sebesar 76.86 % dan aspek akhlak sebesar 75 %.
2. Penelitian ini menghasilkan program layanan yang diperkirakan efektif untuk meningkatkan landasan hidup religius remaja yaitu pengembangan layanan dasar dan layanan responsif berupa bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok bagi siswa yang memiliki kategori “sedang”, “rendah” dan “sangat rendah”.
(43)
85 Asmidasari Harahap, 2014
Rekomendasi ditujukan untuk pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Melalui adanya rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi perbaikan dan pertimbangan bagi pihak-pihak tersebut.
1. Pihak Sekolah
Pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak dapat terlaksana dengan optimal apabila tidak memperoleh dukungan dari pihak sekolah. Oleh karenanya, peneliti berharap agar kepala sekolah dapat memfasilitasi sekolah dengan membuatkan tempat peribadatan yang kondusif, nyaman, dan bersih, agar siswa merasa betah untuk beribadah saat berada disekolah. Serta, dapat memberikan sentuhan nilai-nilai ruhani di ruangan kelas untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya, contohnya bagi muslim dengan memberlakukan jadwal untuk shalat berjamah di mesjid, menganjurkan shalat dhuha saat istirahat, memulai kegiatan belajar mengajar dengan membaca ayat suci al-qur’an terlebih dahulu, dll.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Program layanan ini merupakan program hipotetik yang harus dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan dari program yang telah dibuat. Peneliti berharap agar guru bimbingan dan konseling dapat mengemas layanan bimbingan peribadi sosial ini secara universal, mengingat program yang dibuat ditujukan untuk siswa-siswa yang beragama muslim saja, sehingga diharapkan tidak mengabaikan siswa lain yang beragama non muslim.
(44)
86 Asmidasari Harahap, 2014
3. Peneliti Selanjutnya
Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan kehidupan religius antara laki-laki dan perempuan, melakukan penelitian dengan strategi konseling lainnya, atau dengan mengadakan hubungan antara variabel landasan hidup religius dengan variabel lainnya yang mempengaruhi seperti pola asuh orang tua, konsep diri, penyesuaian diri dan sosial, dan lain-lainnya.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maududi, A. (1985). Prinsip-prinsip Islam. Terjemahan Abdullah Suhaih. Bandung : Al-Maarif.
Anshari, Endang Saefudin. (2004). Wawasan Islam; Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma Dan Sistem Islam. Jakarta : Gema Insani.
Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Az-za’Balawi, S.M. (2007). Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa.
Jakarta: Gema Insani.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Darajat, Z. (1973). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Departemen Agama RI. (2005). Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : PT. Sygma Examedia Arkanleema.
Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. D-13. (2013,10 Juni). Ruang Kreatifitas Terbatas Picu Tawuran Remaja. Suara
Pembaruan [Online], Tersedia: http: //www.suarapembaruan.com/
home/ruang-kreatifitas-terbatas-picu-tawuran-remaja/36768. [18September 2013].
Faridl, M. (2005). “Problem Pendidikan Agama pada Masyarakat Plural”. Jurnal
UPI. 2, (1).
Guilford, J.P. (1954). Psychometric Methods. New York : McGraw-Hil Company,Ltd.
Hurlock, E.B. (1999). Alih Bahasa: Isti Widayanti dan Sudjarwo. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Imadudin, S. (2011). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Kesadaran Beragama Siswa. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(46)
Jalaludin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta : Rajawali Press.
Jasiman Lc. (2011). Mengenal dan Memahami Islam. Solo: Era Adicitra Intermedia.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Isi dan Standar Kurikulum 2013.
Makmun, A.S. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.
Manurung, M. (2012). Membangun Remaja Jawa Barat Yang Bebas Dari
Masalah Seksualitas, Napza Dan Hiv/Aids. BKKBN [Online]. Tersedia
:Http://Jabar.Bkkbn.Go.Id/Lists/Artikel/Dispform.Aspx?Id=586&Contentt ypeid=0x01003dcababc04b7084595da364423de7897 [14 Oktober 2012]. Marcia, James. et al. (1993). Ego Identity: A Handbook for Phychosocial
Research. New York: Springer-Verlay
Marsudi, dkk. (2003). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhamadiyah University Press.
Monks, FJ.,dkk. (1982). Psikologi Perkembangan:.Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Muhidin, S.A. (2011). Panduan Praktis Memahami Penelitian.Bandung: Pustaka Setia.
Myrick, R. D. (1993). Developmental Guidance and Counseling A Practical
Approach. Second Edition. Minneapolis, MN: Educational Media
Corporation.
Nurihsan, J & Agustin,M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.
Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung : PT.Refika
Aditama.
Sadiah, D. (2011). “Pengembangan Model Pendidikan Nilai-Nilai Keberagamaan Dalam Membina Kepribadian Sehat (Studi Deskriptif Analitik Di
Madrasah Aliyah Darul Arqam Garut)”. Jurnal UPI.
Santrock, J.W. (2011). Alih bahasa: Benedictine Widyasinta. Perkembangan
Masa Hidup. Edisi Ketiga Belas Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M.E.P.& Peterson, C. (2004). Character Strength and Virtues: A
(47)
Siregar, Sofian. (2012). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17. Jakarta : Rajawali Pers.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto.
Subino. (1987). Kontruksi dan Analisis Tes. Suatu Pengantar Kepada Teori Tes
dan Pengukuran. Jakarta : Depdikbud.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tif. (2013,5 September). 28 Persen Pekerja Seks di Bandung adalah Pelajar Aktif.
Tribun Jabar [Online] Tersedia : http://www.Tribunews.com. [13
September 2013].
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3. Jakarta : Sinar Grafika.
Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Wojowasito,S. (1972). Perkembangan Ilmu bahasa (linguistic) abad ke-20
sebagai dasar pengajaran bahasa (hidup). Malang : FKSS IKIP Malang.
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2011). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yusuf,S &Nurihsan, J. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf,S&Nurihsan,J. (2003). Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Berbasis Perkembangan. Panduan Workshop Bimbingan dan Konseling dalam Acara Konvensi Nasional XIII Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Bandung: UPI.
Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : PT Rizqi Press.
(48)
Yusuf, S. (2009). Psikologi Belajar Agama. Bandung : Maestro.
(49)
I
NSTRUMEN PENELITIAN PENGUNGKAP LANDASAN ASPEK RELIGIUS SISWANama : Jenis kelamin :
Kelas : Sekolah :
Petunjuk Pengerjaan!
1. Berdoalah sebelum mengerjakan dan mengisi instrumen ini.
2. Sebelum mengisi instrumen, cantumkan identitas Anda dengan lengkap. 3. Bacalah setiap pernyataan yang ada dengan teliti.
4. Anda diminta mengisi instrument ini sesuai dengan pendapat dan kondisi diri yang sebenarnya Anda alami saat ini. Pernyataan yang sesuai dengan kondisi Anda saat ini
berilah tanda ceklis (√) pada salah satu kolom tersedia yaitu dengan pilihan jawaban:
SS = Sangat Sesuai S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
STS= Sangat Tidak Sesuai
5. . Jawaban yang Anda pilih tidak akan mempengaruhi nilai rapor dan akan dijaga kerahasiaannya, oleh karena itu jawablah pernyataan ini dengan jujur.
6. Isilah semua pernyataan dengan lengkap.
<<Selamat Mengerjakan>>
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya meyakini bahwa alam semesta diciptakan hanya oleh
Allah SWT.
2 Saya meyakini bahwa yang bisa menciptakan alam semesta
dengan sempurna bukanlah manusia.
3 Saya menganggap bahwa alam semesta ini ada dengan
sendirinya.
4 Saya meyakini bahwa agama hadir untuk menuntun umat
manusia di dunia menuju akhirat.
5 Saya meyakini bahwa agama diibaratkan sebagai kompas
dalam kehidupan manusia.
6 Saya yakin bahwa jika tidak menjalankan agama, maka hidup
akan kacau.
7 Saya meyakini setiap perbuatan manusia diketahui oleh Allah. 8 Saya tidak berbuat jahat sebab yakin diawasi Allah.
(50)
9 Saya berbohong demi keselamatan diri. 10 Saya meyakini akan datangnya hari kiamat suatu hari nanti. 11 Saya meyakini bahwa pada akhirnya dunia akan hancur.
12 Saya meyakini bahwa setiap apa yang dikerjakan akan
mendapat balasan di hari kiamat.
13 Saya menghirup udara ini sebagai bukti kasih sayang Allah.
14 Saya menganggap setiap dosa manusia akan diampuni selagi
mau bertobat.
15 Saya menganggap Allah pilih kasih terhadap setiap
makhlukNya dengan adanya orang miskin dan orang kaya.
16 Saya menjalankan shalat fardu dengan tepat waktu.
17 Saya melaksanakan shaum ramadhan dengan tuntas.
18 Saya membenci shaum, karena membuat capek dan lelah.
19 Saya mengganggap zakat hanya akan membuat harta menjadi
semakin berkurang.
20 Saya berdoa kepada Allah untuk meminta dan mengabulkan
apapun yang diinginkan.
21 Saya mengeluarkan zakat jika ada yang mengingatkan. 22 Saya membaca Al-Quran setiap ada kesempatan. 23 Saya malu membaca Al-Qur’an karena belum fasih
membacanya.
24 Saya malas membaca Al-Qur’an karena membosankan.
25 Saya senang ketika ada kumpulan pengajian yang membahas
kandungan ayat al-qur'an.
26 Saya menganggap mempelajari Al-Qur’an sangat besar
manfaatnya.
27 Saya tidak menyukai tontonan yang berbau pornografi.
28 Saya menjauhi pacaran.
29 Saya menganggap perbuatan mencontek saat ujian
diperbolehkan jika mendesak.
30 Saya menolak ajakan teman-teman yang suka merokok.
31 Saya percaya bahwa nasihat orang tua patut untuk
didengarkan.
32 Saya menganggap guru adalah orang tua di sekolah yang harus
dihormati.
33 Saya merasa orang yang lebih tua patut dihormati. 34 Saya bersikap sopan santun terhadap orang lain untuk kebaikan
(51)
35 Saya menganggap penjaga sekolah, ibu kantin, dan karyawan
Tata Usaha adalah orang yang harus dihormati. 36 Saya menganggap saling mengunjungi antar teman adalah
kebaikan.
37 Saya membenci permusuhan antar teman di sekolah.
38 Menurut saya, saling membenci karena prestasi dibolehkan.
39 Saya bersujud syukur kepada Allah saat mendapat nilai yang
besar.
40 Saya merasa bangga dengan kemampuan sendiri ketika
berprestasi di sekolah.
41 Saya berbagi kebahagiaan dengan teman-teman di kelas jika
mendapat rizki lebih dari Allah.
42 Saya marah jika orang tua tidak memberi uang jajan saat
keduanya tidak memiliki uang.
43 Saya merusak barang-barang yang ada di sekitar jika tidak bisa
pergi ke sekolah karena sakit.
44 Saya meminta pertolongan kepada Allah saat mendapat cobaan
hidup yang pahit.
45 Saya menganggap kesulitan hidup adalah ujian yang diberikan
oleh Allah untuk meningkatkan ketakwaan.
46 Saya membuang sampah pada tempatnya untuk menjaga
lingkungan.
47 Saya mandi setiap hari agar tubuh bersih dan sehat. 48 Saya tidak membuang sampah ke sungai agar tidak
menyebabkan banjir.
49 Saya tidak mencoret-coret dinding, karena membuat kelas
semakin kotor.
50 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan
semangat dan tepat waktu.
51 Saya merasa persaingan dalam prestasi di sekolah itu biasa
saja.
52 Saya menyukai kerja kelompok untuk saling berbagi
pengetahuan.
(52)
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (1)
Topik Penciptaan Alam Semesta
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Bidang Layanan Kelompok
Sasaran/Kelas Siswa Kelas IX SMP Negeri 49 Bandung
Waktu 1 x 40 menit
Aspek yang dikembangkan Akidah
Kompetensi Pencapaian Landasan Hidup Religius Sub Kompetensi Meyakini Allah sebagai pencipta (khaliq).
Indikator Siswa meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan seluruh alam semesta.
Teknik Nonton, diskusi, dan refleksi
Media Video Harun Yahya, Infokus, Laptop, Papan tulis, Spidol. Langkah Layanan Tahap Pembuka (5 menit)
1. Konselor memberi salam pembuka dan mengkondisikan siswa agar antusias dalam mengikuti kegiatan.
2. Konselor mengadakan kegiatan ice breaking sebagai kegiatan pembuka bimbingan.
Tahap Peralihan (5 menit)
1. Konselor mengecek daftar hadir siswa.
2. Konselor menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan bersama.
Tahap Inti (25 menit)
1. Konselor membagi siswa menjadi 5 kelompok.
2. kemudian konselor menayangkan video Harun Yahya selama 10 menit, kemudian meminta setiap kelompok untuk menyimak dan menjawab pertanyaan di papan tulis.
3. Konselor meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan isi video dan saling memberi argumen. Konselor menilai setiap presentasi kelompok.
(53)
1. Konselor memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau berdiskusi mengenai materi yang telah disampaikan.
2. Konselor menyimpulkan hasil dari diskusi makna dari materi yang sudah dibahas.
3. Konselor menutup pertemuan dengan salam.
(54)
Kegiatan Konselor Kegiatan Siswa Kegiatan Pembuka
1. Konselor memulai kegiatan bimbingan dengan ucapan salam dan doa
1. Menjawab salam dan berdoa dipimpin ketua kelas
2. Merespon Konselor 2. Konselor mengecek daftar
kehadiran siswa
3. Merespon Konselor dan menjawab pertanyaan Konselor
3. Konselor menjelaskan layanan yang akan
dilakukan dan memberikan sedikit ice breaking sebagai awal pertemuan.
4. Siswa mengikuti kegiatan ice breaking
Kegiatan Inti
1. Konselor membagi siswa menjadi 5 kelompok.
1. Siswa mencermati dan memperhatikan materi yang
disampaikan oleh Konselor.
2. kemudian konselor menayangkan video Harun Yahya selama 10 menit, kemudian meminta setiap kelompok untuk menyimak dan
menjawab pertanyaan di papan tulis.
2. Siswa ikut serta aktif dalam menjawab
pertanyaan secara terbuka.
3. Konselor meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan isi video dan saling memberi argumen. Konselor menilai setiap presentasi kelompok.
(55)
Evaluasi Analisis:
Apakah siswa meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan seluruh alam semesta?
Input:
Apakah siswa merasa antusias dan membutuhkan materi yang dibahas?
Proses:
Apakah siswa terlihat bersemangat ketika menyimak materi yang telah dibahas?
Produk:
Apakah siswa mampu merefleki dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Indikator Keberhasilan
Siswa meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan seluruh alam semesta.
Sumber Rujukan Ruswandi,M. & Learning Center, T.I. (2005). Games for Islamic Mentoring. Bandung: PT.Syaamil Cipta Media.
Kegiatan Penutup
1. Konselor mereview materi yang sudah disampaikan.
1. Siswa memperhatikan uraian materi dari Konselor.
2. Konselor melakukan diskusi singkat dengan para siswa.
2. Siswa melakukan diskusi.
3. Konselor mengungkapkan makna di balik materi yang telah disampaikan.
3. Siswa mencermati dan memperhatikan
penjelasan dari Konselor.
(56)
kesempatan siswa untuk mengisi lembar evaluasi atau refleksi.
evaluasi dan refleksi sesuai dengan perasaan dan aktifitas yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. 5. Konselor memberi
kesempatan perwakilan bebrapa siswa untuk mengungkapkan refleksi kegiatan secaralisan.
5. Siswa mengungkapkan refleksi kegiatan secara lisan.
6. Konselor memberi motivasi dan mengakhiri kegiatan dengan salam dan doa penutup.
6. Siswa termotivasi dan merespon salam dan doa.
(57)
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (2)
Topik Apa itu Ibadah?
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Bidang Layanan Klasikal
Sasaran/Kelas Siswa Kelas IX SMP Negeri 49 Bandung
Waktu 1 x 40 menit
Aspek yang dikembangkan Ibadah
Kompetensi Pencapaian Landasan Hidup Religius Sub Kompetensi
Melaksanakan ibadah ritual (Mahdoh) dengan kemauan sendiri dan konsisten
Indikator Siswa dapat mengetahui dan memahami makna dan tujuan diperintahkannya untuk beribadah.
Teknik Ceramah, diskusi, dan refleksi Media Materi berupa ppt, infocus, laptop. Langkah Layanan Tahap Pembuka (5 menit)
1. Konselor memberi salam pembuka dan mengkondisikan siswa agar antusias dalam mengikuti kegiatan.
2. Konselor mengadakan kegiatan ice breaking sebagai kegiatan pembuka bimbingan.
Tahap Peralihan (5 menit)
1. Konselor mengecek daftar hadir siswa.
2. Konselor menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan bersama.
Tahap Inti (25 menit)
1. Konselor menayangkan materi berkenaan dengan mengenal arti dan tujuan ibadah.
2. kemudian konselor menjelaskan isi materi yang hendak disampaikan.
3. Konselor memberikan beberapa pertanyaan secara terbuka kepada siswa berkaitan dengan materi yang disampaikan
Tahap Penutup (5 menit)
1. Konselor memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau berdiskusi mengenai materi yang telah disampaikan.
(1)
Produk:
Apakah siswa mampu merefleki dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Indikator Keberhasilan
Siswa dapat bersikap hormat dan santun terhadap orang yang lebih tua, terutama kepada kedua orang tua.
Sumber Rujukan Jasiman. (2011). Mengenal dan Memahami Islam. Solo: Era
Adicitra Intermedia.
(2)
SATUAN LAYANAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (7)
Topik Kapal Karam
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Bidang Layanan Kelompok
Sasaran/Kelas Siswa Kelas IX SMP Negeri 49 Bandung
Waktu 1 x 40 menit
Aspek yang dikembangkan Akhlak
Kompetensi Pencapaian Landasan Hidup Religius
Sub Kompetensi Menjalin silaturahim dengan orang lain.
Indikator Siswa dapat menjalin silaturahim dengan orang lain untuk
saling tolong menolong.
Teknik Simulasi
Media Koran bekas dan ruangan kelas yang kosong.
Langkah Layanan Tahap Pembuka (5 menit)
5. Konselor memberi salam pembuka dan
mengkondisikan siswa agar antusias dalam mengikuti kegiatan.
6. Konselor mengadakan kegiatan ice breaking
sebagai kegiatan pembuka bimbingan.
Tahap Peralihan (5 menit)
5. Konselor mengecek daftar hadir siswa.
6. Konselor menjelaskan maksud kegiatan yang
akan dilakukan bersama.
Tahap Inti (25 menit)
7. Konselor membagi siswa menjadi 5 kelompok.
8. Kemudian konselor bercerita seolah-olah setiap
kelompok berada dalam suatu yang sulit yaitu sedang mengalami kapal karam, dimana potongan Koran diibaratkan kapal tersebut. Lama-lama kapal menjadi karam dengan menyobekan potongan Koran sedikir-demi sedikit sehingga setiap anggota kelompok hanya boleh menyentuh koran saja.
9. Jika kapal sudah tidak memungkinkan lagi dan
anggota kelompok tidak dapat bertahan, maka permainan berakhir. Kelompok yg bertahan
(3)
lama menjadi pemenangnya.
Tahap Penutup (5 menit)
7. Konselor memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya atau berdiskusi mengenai materi yang telah disampaikan.
8. Konselor menyimpulkan hasil dari diskusi
makna dari materi yang sudah dibahas.
9. Konselor menutup pertemuan dengan salam.
(4)
Kegiatan Konselor Kegiatan Siswa Kegiatan Pembuka
7. Konselor memulai kegiatan
bimbingan dengan ucapan salam dan doa
9. Menjawab salam dan
berdoa dipimpin ketua kelas
10.
erespon Konselor
8. Konselor mengecek daftar
kehadiran siswa
11.
erespon Konselor dan menjawab pertanyaan Konselor
9. Konselor menjelaskan
layanan yang akan
dilakukan dan memberikan sedikit ice breaking sebagai awal pertemuan.
12.
iswa mengikuti kegiatan ice breaking
Kegiatan Inti
1. Konselor membagi
siswa menjadi 5 kelompok.
3. Siswa mencermati
dan memperhatikan materi yang
disampaikan oleh Konselor.
2. Kemudian konselor
bercerita seolah-olah setiap kelompok berada dalam suatu yang sulit yaitu sedang mengalami kapal karam, dimana potongan Koran diibaratkan kapal tersebut. Lama-lama kapal menjadi karam dengan menyobekan potongan Koran sedikir-demi sedikit sehingga setiap anggota kelompok hanya boleh menyentuh koran saja.
4. Siswa ikut serta
aktif dalam menjawab
pertanyaan secara terbuka.
3. Jika kapal sudah tidak
memungkinkan lagi dan anggota kelompok tidak dapat bertahan, maka permainan berakhir.
(5)
Kelompok yg bertahan lama menjadi
pemenangnya.
Kegiatan Penutup 13.
onselor mereview materi yang sudah disampaikan.
13.
iswa memperhatikan uraian materi dari Konselor.
14.
onselor melakukan diskusi singkat dengan para siswa.
14.
iswa melakukan diskusi.
15.
onselor mengungkapkan makna di balik materi yang telah disampaikan.
15.
iswa mencermati dan memperhatikan penjelasan dari Konselor. 16.
Konselor memberi kesempatan siswa untuk mengisi lembar evaluasi atau refleksi.
16.
iswa mengisi lembar evaluasi dan refleksi sesuai dengan perasaan dan aktifitas yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. 17.
onselor memberi kesempatan perwakilan bebrapa siswa untuk mengungkapkan refleksi kegiatan secaralisan.
17.
iswa mengungkapkan refleksi kegiatan secara lisan.
18.
Konselor memberi motivasi dan mengakhiri kegiatan dengan salam dan doa penutup.
18.
iswa termotivasi dan merespon salam dan doa.
(6)
Evaluasi Analisis:
Apakah siswa dapat menjalin silaturahim dengan orang lain untuk
saling tolong menolong. Input:
Apakah siswa merasa antusias dan membutuhkan materi yang dibahas?
Proses:
Apakah siswa terlihat bersemangat ketika menyimak materi yang telah dibahas?
Produk:
Apakah siswa mampu merefleki dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Indikator Keberhasilan
Siswa dapat menjalin silaturahim dengan orang lain untuk saling
tolong menolong.
Sumber Rujukan Ruswandi,M. & Learning Center, T.I. (2005). Games for Islamic