Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung.

(1)

LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN RASA PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK

TUNAGRAHITA DI SLB C ADITYA GRAHITA

KOTA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

OLEH

HARLIN YUSUF

NIM : 1302551

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Layanan

Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta

Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung" ini beserta

seluruh isinya adalah benar- benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan

adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung,

Agustus 2015

Pembuat

Pernyataan,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING AKADEMIK

LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA DI SLB C ADITYA

GRAHITA KOTA BANDUNG

Pembimbing Akademik

Dr. Hidayat, Dipl., S.Ed., M.Si NIP. 195707111985031003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP.195904141985031005


(4)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Peneliti ingin mengembangkan suatu layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita. Berdasarkan permasalahan yang di teliti, maka peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat post positivisme, di gunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:11). Penelitian ini menggunakan instrumen percaya diri peserta didik untuk mengetahui profil kepercayaan diri peserta didik sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.

B. Design Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang di perlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nasir, 2009:84). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa desain penelitian adalah rancangan atau pedoman dari semua proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain dalam penelitian ini di rancang menggunakan 3 tahap penelitian dimana setiap tahap memiliki tujuan tertentu. 3 tahap tersebut adalah:

1. Tahap pendahuluan

Tahap pendahuluan ini mendeskripsikan kondisi awal kepercayaan diri peserta didik tunagrahita sebelum mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial.


(5)

2. Tahap perumusan layanan bimbingan

Tahap perumusan layanan bimbingan ini guru dan observer berkolaborasi untuk merumuskan layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kepercayaan diri rendah. Adapun layanan bimbingan yang akan dirumuskan adalah bimbingan karir, bimbingan keagamaan dan bimbingan kemandirian.

3. Tahap implementasi layanan bimbingan

Tahap impelementasi layanan bimbingan ini mengujicobakan layanan yang sudah dirumuskan oleh guru dan peneliti yaitu layanan bimbingan karir, bimbingan keagamaan dan bimbingan kemandirian, kemudian menyimpulkan kepercayaan diri yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi-sosial.

Skema model penelitian layanan bimbingan pribadi-sosial adalah sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1: kondisi awal peserta didik sebelum mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial

X : pemberian layanan bimbingan pribadi sosial

O2: kepercayaan diri peserta didik setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial


(6)

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar prosedur dalam penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kondisi objektif kepercayaan diri peserta didik tunagrahita. Untuk mengetahui kondisi objektif kepercayaan diri peserta didik tunagrahita peneliti melakukan observasi berupa wawancara kepada guru kelas. Alasan peneliti melakukan wawancara terhadap guru peserta didik karena guru kelas lebih mengetahui tentang kepercayaan diri peserta didik. Selain observasi dan wawancara peneliti juga memberikan angket kepercayaan diri peserta didik tunagrahita untuk memperkaya informasi tentang kondisi awal kepercayaan diri peserta didik.

2. Menyusun layanan bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita. layanan ini didasarkan atas karakateristik peserta didik tunagrahita dalam mengembangkan rasa percaya diri peserta didik dengan baik. Adapun aspek-aspek yang diberikan dalam layanan bimbingan pribadi sosial yaitu optimis, berpikir positif, mandiri, penilaian diri, dan toleransi.

3. Penyempurnaan layanan bimbingan melalui masukan-masukan dari Dosen pembimbing, setelah itu layanan bimbingan tersebut di diskusikan dengan beberapa guru pembimbing yang dikenal dengan Fokus Group Disscusion (FGD). Pada tahap ini bentuk layanan bimbingan telah final. 4. Menganalisis hasil keterlaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial.

Analisis dilakukan yakni tahap pertama hasil observasi kepercayaan diri peserta didik tunagrahita sebelum di berikan treatment dan tahap ke dua


(7)

hasil observasi kepercayaan diri peserta didik tunagrahita setelah diberikan treatment, serta membuat kesimpulan penelitian.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah salah seorang peserta didik tunagrahita yang di rekomendasikan oleh guru kelasnya memiliki kepercayaan diri yang sangat rendah. Alasan memilih subjek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan informasi dari kepala sekolah di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung rentang terjadinya kepercayaan diri peserta didik tunagrahita. 2. Pengembangan dalam upaya membantu peserta didik yang mengalami

masalah dalam hal percaya diri sebaiknya di lakukan dari awal agar tidak menghambat perkembangan sosial peserta didik.

3. Pada kelas D1 SLB C merupakan kelas rendah, maka dari itu proses kepercayaan diri peserta didik di sekolah perlu di perhatikan dan diberikan layanan bimbingan untuk dapat melangkah kajenjang kelas yang lebih tinggi dengan penuh rasa percaya diri. Dengan demikian peserta didik tunagrahita kekurangan yang dialaminya bukanlah merupakan hambatan dan terus percaya diri.


(8)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tahap pendahuluan

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita adalah pertama observasi, observasi dalam penelitian ini adalah observasi terbuka, yakni melakukan observasi atau pengamatan langsung. Kedua wawancara yang digunakan untuk menggali data tentang kondisi awal peserta didik tunagrahita. Adapun wawancara dilakukan oleh peneliti kepada orang tua dan guru subjek. Ketiga angket (kuesioner), yang digunakan sebagai alat pengumpul data yang dikembangkan berdasarkan skala kepercayaan diri peserta didik tunagrahita yang dikembangjan oleh Gie (1995) dengan beberapa adaptasi sesuai kebutuhan peneliti. Angket yang telah dibuat diuji validasikan oleh pakar. Bentuk angket tertutup format force choice dengan alternative pernyataan hanya 5 pilihan yaitu: SL= Selalu, SR = Sering, KD = Kadang-kadang, JR = Jarang, TDP = Tidak pernah, masing-masing pernyataan ditentukan skor ; SL =4, SR = 3, KD = 2, JR = 1, dan TDP = 0. Apabila ada pernyataan negatif maka pemberian skor dibalik. Skor pernyataan negatif yaitu SL = 0, SR = 1, KD = 2, JR = 3, dan TDP = 4.

2. Tahap Perumusan Program

Pada tahap ini merumuskan program yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik guna untuk mengembangkan kepercayaan dirinya. Program yang telah disusun kemudian didiskusikan lebih


(9)

mendalam dengan dosen pembimbing sehingga menghasilkan program akhir/program final.

3. Tahap Implementasi Program

Program akhir yang disepakati tersebut lalu diuji cobakan pada peserta didik tunagrahita kelas D1 di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung. Adapun sebelum memberikan treatment peneliti; pertama melakukan observasi kepercayaan diri peserta didik tunagrahita, kedua pelaksanaan layanan, ketiga melakukan observasi lanjutan tentang kepercayaan diri peserta didik setelah diberi treatment untuk mendapatkan hasil uji keterlaksanaan.

Dalam uji keterlaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita ini dapat dijelaskan aspek-aspek sebagai pedoman observasi kepercayaan diri subjek sebelum dan sesudah dilakukan layanan bimbingan pribadi sosial. Aspek-aspek tersebut yaitu: a) aspek optimis, b) aspek berpikir positif, c) aspek mandiri, d) aspek penilaian diri, dan e) aspek toleransi.

4. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012:83) Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif, bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif akan semakin tinggi jika melibatkan atau menggunakan hasil studi dokumen dalam penelitiannya. Dokumentasi berupa video dan gambar dalam proses penelitian.


(10)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun menggunakan pernyataan tertutup yang sudah yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah guru kelas. Bentuk angket tertutup format force choice dengan alternative responden pernyataan hanya 5 pilihan yaitu SL = Selalu, SR = Sering, KD = Kadang-kadang, JR = Jarang, TDP = Tidak pernah. Masing-masing pernyataan ditentukan skor SL = 4, SR = 3, KD = 2, JR = 2, dan TDP = 0. Adapun instrumen untuk mengungkap kepercayaan diri peserta didik tunagrahita adalah di jabarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Instrumen Angket Kepercayaan Diri Peserta Didik Tunagrahita

Nama: ...

No Aspek Pernyataan Kategori

SL SR KD JR TDP 1 Optimis a. Mempunyai motivasi

untuk latihan menulis b. Memiliki motivasi untuk

latihan membaca c. Menjawab soal latihan

yang diberikan oleh guru sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

d. Mampu memperbaiki prestasi belajar di sekolah e. Mengikuti pelajaran

sampai jam pelajaran selesai

f. Mampu mengatasi masalah sendiri 2 Berpikir positif a. Nyaman dengan fisik

yang dimilikinya b. Mengakui kesalahan

yang dibuat ketika ditanya oleh guru kelas c. Mengikuti tren di sekolah


(11)

d. Menceritakan pengalaman kepada teman-temannya didepan kelas

e. Bernyanyi didepan kelas f. Berperilaku baik di

sekolah 3 Mandiri a. Menyiapkan

perlengkapan belajar sendiri

b. Menyiapkan

perlengkapan belajar melalui bantuan guru c. Merapikan dan

memasukan

perlengkapan belajar kedalam tas sendiri d. Merapikan dan

memasukan

perlengkapan belajar kedalam tas melalui bantuan guru

e. Mewarnai gambar tanpa bantuan guru

f. Mewarnai gambar dengan baik melalui bantuan guru kelas g. Mengerjakan PR yang

diberikan guru secara mandiri

h. Menyelesaikan sendiri tugas di sekolah yang diberikan oleh guru 4 Penilaian diri a. Membersihkan halaman

sekolah tanpa inisiatif dari guru kelas

b. Menyiram bunga yang ada dihalaman sekolah tanpa inisiatif dari guru kelas

c. Memanfaatkan waktu senggang dengan latihan menulis

d. Memanfaatkan waktu senggang untuk latihan membaca

e. Memamerkan barang-barang baru yang dibawa di sekolah pada


(12)

teman-teman kelasnya

f. Bernyanyi di depan teman kelasnya. g. Menceritakan

pengalaman di rumah kepada teman kelasnya. 5 Toleransi a. Memiliki sikap tenggang

rasa yang baik

b. Menerima kekurangan teman

c. Memaafkan teman yang d. melakukan kesalahan

kepadanya

e. Mendengarkan cerita teman pada waktu luang di sekolah

f. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah

g. Pulang bersama-sama dengan teman kelasnya setelah jam pelajaran selesai.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Proses analisis data kualitatif ini menggunakan analisis deskriptif naratif. Dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles & Huberman (Sugiyono, 2012:246) yang terdiri dari 3 fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi (conclusion drawing) dan verifikasi (verification). 3 fase tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Reduksi data

Pada tahap ini peneliti berusaha memilah mana data yang relevan dan kurang relevan dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan. Berdasarkan data yang diperoleh dianggap sebagai data mentah, yang


(13)

ditampilkan adalah data-data yang penting sehingga mudah untuk dipahami.

2. Display data

Display data ini dilakukan agar dapat melihat lebih mudah dan memahami hasil dari temuan penelitian, maka peneliti akan mengklasifikasikan dan menyajikannya sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas. Data yang berupa data kualitatif akan disampaikan dalam bentuk uraian singkat.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data

Kegiatan ini ditujukan untuk mencari makna dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari persamaan dan perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan hasil tes, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.


(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berdasarkan hasil kajian teoritis dan temuan di lapangan, sedangkan rekomendasi penelitian diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C Aditya Grahita masih tergolong rendah, masih terdapat beberapa aspek kepercayaan diri yang belum optimal.

2. Layanan bimbingan pribadi sosial yang telah diujicobakan dapat terlaksana dengan baik tetapi masih ada aspek yang belum tercapai yaitu aspek penilaian diri. Pada aspek penilaian diri ini masih ada dua pernyataan yang belum tercapai yaitu pemanfaatan waktu luang untuk latihan menulis dan pemanfaatan waktu luang untuk latihan membaca.

3. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C Aditya Grahita Kota setelah mendapatkan layanan bimbingan pribadi sosial mendapatkan perkembangan pada semua aspek kepercayaan diri yang diujicobakan, namun masih ada satu aspek yang harus mendapatkan


(15)

layanan bimbingan yang lebih mendalam yaitu aspek yakin dengan sendiri dan tidak berlebihan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru Kelas

Layanan bimbingan pribadi sosial dalam penelitian ini terbukti mampu mengembangkan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita secara signifikan. Layanan bimbingan dapat dikembangkan lagi oleh guru kelas terutama aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan yang merupakan aspek terendah dan memerlukan layanan bimbingan yang lebih serius.

2. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan program sekolah yang terkait dengan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita sehingga sekolah dapat lebih menfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kepercayaan diri, misalnya dengan pembinaan peserta didik untuk lebih mengembangkan kemampuan menulis dan membaca yang lebih baik. Setiap tenaga pengajar juga harus memahami pengertian dan penerapan layanan bimbingan pribadi sosial agar peserta didik di sekolah memiliki kepercayaan diri yang baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai kepercayaan diri direkomendasikan untuk:


(16)

a. Meneliti lebih lanjut aspek kepercayaan diri yang paling rendah yaitu aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan, terutama pada pernyataan kemampuan menulis dan membaca.

b. Meneliti kepercayaan diri dengan mengontrol variabel lain yang berkenaan dengan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita.


(17)

1

DAFTAR PUSTAKA

Angelis, Barbara. (2003). Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Atok, Hilmi. (2010). Aspek-aspek Percaya Diri. (Online) Tersedia:

http://miklotof.wprdpress.com/2010/06/26/aspek-aspek-percaya-diri/ (19 Juli 2011).

Beers, M.H., & Berkow, R. (2003). Mental retardation (Sec. 19, Chap. 262) [electronic version]. Merck manual of diagnosis and therapy. Retrieved on October 9, 2013, from www.merck.com/pubs/mmanual/section19/chapter262/262e.htm.

Center for Disease Control and Prevention. (2003, March). Childhood lead poisoning. Retrieved October 1, 2003.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006). Identifikasi Anak Berkebutuhan

Pendidikan Khusus dalam Pendidikan Inklusif, diambil dari

http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=52.

Drew, C., & Hardman, M. (2004). Mental retardation: A life cycle approach. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education (2003, March). Prader-Willi syndrome. Retrieved October 9, 2003, from http://ericec.org/faq/praderwl.html.

Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan (Psikologi Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. From

www:cdc.gov/nceh/lead/factsheets/childhoodlead.htm.

Greenspan, S., & Love, P. (1997). Social intelligence and developmental disorder: Mental retardation, learning disabilities, and autism. In W. macLean (Ed.), Ellis handvook of mental deficiency, psychological of mental and research (3 ed., pp. 311-342). Marwah, NJ: Erlbaum.

Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Purwa Suasana.

Hallahan, Daniel P. & Kauffman, James M. (1938). Exceptional Children Introduction to Special Education New Jersey: Prentice International Inc.

Hitcock, D., Meyer, A., Rose, D., & Jackson, R. (2002). Providing new access to the general curriculum Universal design for learning. Teaching Exceptional Children, 35 (2), 8-17.

Jenkins, J.R., Antil, L.R., Wayne, S.K., & Vadasy, P.F. (2003). How cooperative learning works for special education and remedial students. Exceptional Children, 69, 279-292.


(18)

2

Katimas, D. (2000). Literacy Intruction for people with mental retardation: Historical highlights and contemporary anlysis. Education and Training in Mental Retardation and Developmental Disabilities, 35 (1), 3-15.

Lauster, Peter. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Askara.

March of Dimes. (2003). Quick reference; Birth defects and genetics-Down syndrome [fact sheet]. New York: National Down Syndrome Society. Retrieved October 8, 2003, from www.marchofdimes.com/printableArticles/681

_1214.asp?printable=true.

T. (Murro, J.J dan Kottman, 1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle School. Madison: Wm C. Brown Com. Inc.

Nakata, H. (2003). Educational Cooperation Bases System Construction Project, Implementation Report, Center for Research on International Cooperation in National Down Syndrome Society. (2003, October). Questions and answers about

Down Syndrome. Retrieved October 10, 2003, from

www.ndss.org/content.cfm?fuseaction=inforResGeneralArticle&article=1994. Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation. Nurihsan, Juntika dan Sudianto, Akur. (2005). Manajemen Layanan Bimbingan dan

Konseling di Jakarta. Jakarta : Grasindo.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Prayitno & Amti (2009). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Putra, Nusa (2011). Research and Development Penelitian dan Pengembangan suatu

Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rini, Jacinta F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. (Online). Tersedia: http://www.e-psikologi.com (9 April 2012).

Rustanto. (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu. Smith, J.D. (2003). Granting Monty’s wish: From mental retardation to developmental

disabilities. DDD Expres, 14 (1), 4.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta.

Sutisna. (2010). Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Strategi Layanan.

Sulaeman. (1984). Sumbangan Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Akademik Para Siswa SMA di Jabar. Disertasi. Bandung SPS IKIP Bandung.

Spencer, V.G., & Balboni, G. (2003). Can students with mental retardation teach their peers? Education and Training in Mental Retardation and Developmental


(19)

3

Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special Education, 34, 194-202.

Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special Education, 34, 194-202.

Tomporowski, P., & Tinsley, V. (1997). Attention in mentally retarded persons. In W. Mac Lean (Ed.), Ellis’ handbook of mental deficiency, psychological theory and research. Marwah, NJ: Erlbaum.

UU RI No. 20 Tahun (2003). Sitem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Willis, Sofyan S. (2004). Bimbingan Individu dan Praktek. Bandung: CV. Alfabeta. Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf, Syamsu L.N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Pres


(1)

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berdasarkan hasil kajian teoritis dan temuan di lapangan, sedangkan rekomendasi penelitian diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C Aditya Grahita masih tergolong rendah, masih terdapat beberapa aspek kepercayaan diri yang belum optimal.

2. Layanan bimbingan pribadi sosial yang telah diujicobakan dapat terlaksana dengan baik tetapi masih ada aspek yang belum tercapai yaitu aspek penilaian diri. Pada aspek penilaian diri ini masih ada dua pernyataan yang belum tercapai yaitu pemanfaatan waktu luang untuk latihan menulis dan pemanfaatan waktu luang untuk latihan membaca.

3. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C Aditya Grahita Kota setelah mendapatkan layanan bimbingan pribadi sosial mendapatkan perkembangan pada semua aspek kepercayaan diri yang diujicobakan, namun masih ada satu aspek yang harus mendapatkan


(2)

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

layanan bimbingan yang lebih mendalam yaitu aspek yakin dengan sendiri dan tidak berlebihan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru Kelas

Layanan bimbingan pribadi sosial dalam penelitian ini terbukti mampu mengembangkan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita secara signifikan. Layanan bimbingan dapat dikembangkan lagi oleh guru kelas terutama aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan yang merupakan aspek terendah dan memerlukan layanan bimbingan yang lebih serius.

2. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan program sekolah yang terkait dengan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita sehingga sekolah dapat lebih menfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kepercayaan diri, misalnya dengan pembinaan peserta didik untuk lebih mengembangkan kemampuan menulis dan membaca yang lebih baik. Setiap tenaga pengajar juga harus memahami pengertian dan penerapan layanan bimbingan pribadi sosial agar peserta didik di sekolah memiliki kepercayaan diri yang baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai kepercayaan diri direkomendasikan untuk:


(3)

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

a. Meneliti lebih lanjut aspek kepercayaan diri yang paling rendah yaitu aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan, terutama pada pernyataan kemampuan menulis dan membaca.

b. Meneliti kepercayaan diri dengan mengontrol variabel lain yang berkenaan dengan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita.


(4)

1

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Angelis, Barbara. (2003). Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Atok, Hilmi. (2010). Aspek-aspek Percaya Diri. (Online) Tersedia:

http://miklotof.wprdpress.com/2010/06/26/aspek-aspek-percaya-diri/ (19 Juli 2011).

Beers, M.H., & Berkow, R. (2003). Mental retardation (Sec. 19, Chap. 262) [electronic version]. Merck manual of diagnosis and therapy. Retrieved on October 9, 2013, from www.merck.com/pubs/mmanual/section19/chapter262/262e.htm.

Center for Disease Control and Prevention. (2003, March). Childhood lead poisoning. Retrieved October 1, 2003.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006). Identifikasi Anak Berkebutuhan

Pendidikan Khusus dalam Pendidikan Inklusif, diambil dari

http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=52.

Drew, C., & Hardman, M. (2004). Mental retardation: A life cycle approach. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education (2003, March). Prader-Willi

syndrome. Retrieved October 9, 2003, from http://ericec.org/faq/praderwl.html.

Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan (Psikologi Perkembangan Peserta

Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. From

www:cdc.gov/nceh/lead/factsheets/childhoodlead.htm.

Greenspan, S., & Love, P. (1997). Social intelligence and developmental disorder: Mental retardation, learning disabilities, and autism. In W. macLean (Ed.), Ellis handvook of mental deficiency, psychological of mental and research (3 ed., pp. 311-342). Marwah, NJ: Erlbaum.

Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Purwa Suasana.

Hallahan, Daniel P. & Kauffman, James M. (1938). Exceptional Children Introduction to

Special Education New Jersey: Prentice International Inc.

Hitcock, D., Meyer, A., Rose, D., & Jackson, R. (2002). Providing new access to the general curriculum Universal design for learning. Teaching Exceptional Children, 35 (2), 8-17.

Jenkins, J.R., Antil, L.R., Wayne, S.K., & Vadasy, P.F. (2003). How cooperative learning works for special education and remedial students. Exceptional Children, 69, 279-292.


(5)

2

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Katimas, D. (2000). Literacy Intruction for people with mental retardation: Historical highlights and contemporary anlysis. Education and Training in Mental

Retardation and Developmental Disabilities, 35 (1), 3-15.

Lauster, Peter. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Askara.

March of Dimes. (2003). Quick reference; Birth defects and genetics-Down syndrome [fact sheet]. New York: National Down Syndrome Society. Retrieved October 8, 2003, from www.marchofdimes.com/printableArticles/681

_1214.asp?printable=true.

T. (Murro, J.J dan Kottman, 1995). Guidance and Counseling in The Elementary and

Middle School. Madison: Wm C. Brown Com. Inc.

Nakata, H. (2003). Educational Cooperation Bases System Construction Project, Implementation Report, Center for Research on International Cooperation in National Down Syndrome Society. (2003, October). Questions and answers about

Down Syndrome. Retrieved October 10, 2003, from

www.ndss.org/content.cfm?fuseaction=inforResGeneralArticle&article=1994. Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation. Nurihsan, Juntika dan Sudianto, Akur. (2005). Manajemen Layanan Bimbingan dan

Konseling di Jakarta. Jakarta : Grasindo.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Prayitno & Amti (2009). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Putra, Nusa (2011). Research and Development Penelitian dan Pengembangan suatu

Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rini, Jacinta F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. (Online). Tersedia: http://www.e-psikologi.com (9 April 2012).

Rustanto. (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu. Smith, J.D. (2003). Granting Monty’s wish: From mental retardation to developmental

disabilities. DDD Expres, 14 (1), 4.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta.

Sutisna. (2010). Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Strategi Layanan.

Sulaeman. (1984). Sumbangan Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Akademik Para Siswa SMA di Jabar. Disertasi. Bandung SPS IKIP Bandung.

Spencer, V.G., & Balboni, G. (2003). Can students with mental retardation teach their peers? Education and Training in Mental Retardation and Developmental


(6)

3

Harlin Yusuf, 2015

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special

Education, 34, 194-202.

Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special

Education, 34, 194-202.

Tomporowski, P., & Tinsley, V. (1997). Attention in mentally retarded persons. In W. Mac Lean (Ed.), Ellis’ handbook of mental deficiency, psychological theory and

research. Marwah, NJ: Erlbaum.

UU RI No. 20 Tahun (2003). Sitem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Willis, Sofyan S. (2004). Bimbingan Individu dan Praktek. Bandung: CV. Alfabeta. Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf, Syamsu L.N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Pres