PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA

BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V, dan VI Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Rina Anur Sari

0901191

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

Mengembangkan Harga Diri (

Self Esteem

)

Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

(

Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V, dan VI Tahun Ajaran

2013/2014

)

Oleh Rina Anur Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rina Anur Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN RINA ANUR SARI

NIM. 0901191

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI- SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN SELF ESTEEM SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V,dan VI Tahun Ajaran 2013/2014)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing: Pembimbing I

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd NIP. 19590110 1984032001

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd. NIP. 19771014 2001122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 19860301004


(4)

Rina Anur Sari. (2014). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Self

Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Studi Deskriptif terhadap Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V,VI Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian dilatarbelakangi oleh kecenderungan self esteem rendah pada siswa xberstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 yang ditunjukkan melalui sikap menarik diri, panampilan fisik yang kurang terawat, sikap agresif dan sebagainya. Penelitian bertujuan merumuskan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV,V,dan VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket karakterstik self esteem yang dikembangkan oleh Coopersmith. Hasil penelitian menunjukkan 1) self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah berada pada kategori sedang; 2) diperoleh rancangan hipotetik program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Rekomendasi penelitian ditujukan bagi: 1)

wali kelas dan guru mata pelajaran, diharapkan mampu mengintegrasikan program bimbingan pribadi sosial pada proses belajar mengajar; 2) peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji cobakan program untuk mengetahui efektivitas program tersebut.

Kata kunci : Self Esteem, Status Sosial Ekonomi, Program bimbingan pribadi sosial, Siswa sekolah dasar


(5)

ABSTRACT

Rina Anur Sari. (2014). Social Self-Guidance Program to Develop Student Self Esteem with Low Social-Economy Status (Descriptive Study in Student with Low Social-Economy Status at Keduanan 2 Primary School Cirebon Class IV, V, and VI Learned Years 2013/2014)

The background of this research is inclined of lowness self esteem in student with low social-economy status at Keduanan 2 primary school learned years 2013/2014 which showed by self-draw out attitude, physical appearance that sleazy, aggressive attitude and etc. Purpose of this research is to formulate social self-guidance to develop student self esteem with low social-economy status. Phenomenological that used is quantitative phenomenological with descriptive method. Sample of this research is student in class IV, V, and VI at Keduanan 2 primary school Cirebon learned years 2013/2014. Instrument which used in this research is characteristic questionnaire self esteem that developed by Coopersmith. The result of this research shows: 1) self esteem of student with low social-economy status is in the average category; 2) obtained hypothetic plan for social self-guidance to develop student self esteem that proper followed by expert and practitioner. Recommendation of this research is addressed for: 1) homeroom teacher and teachers, hoped can be able to integrate social self-guidance in study activity; 2) next researcher, hoped can be able to test-drive in understand effectiveness of this program.


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR BAGAN……….. xi

DAFTAR GAMBAR……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah……… 7

C. Tujuan Penelitian……… 8

D. Manfaat Penelitian……….. 8

E. Struktur Organisasi 9 BAB II KONSEP DASAR HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL A. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar……… 10

B. Konsep Dasar Harga Diri (Self Esteem)……….. 12

C. Konsep Status Sosial Ekonomi……… 23

D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial di Sekolah Dasar……. 29

E. Penelitian Terdahulu………. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian………. 39

B. Lokasi dan Populasi……… 40

C.Sampel………. 40

D. Desain Penelitian………. 41

E. Definisi Operasional Variabel……….. 42

F. Instrumen Penelitian………. 44

G. Teknik Pengumpulan Data………... 48

H. Uji Validitas dan Reliabilitas……… 49

I. Teknik Analisis Data……… 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 57

B. Pembahasan……….. 85

C. Keterbatasan Penelitian……… 95


(7)

A.Kesimpulan………... 96

B. Rekomendasi……… 96

DAFTAR PUSTAKA………. 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Statistik Komponen IPM Kabupaten Cirebon Tahun

2010-2012……… 29

3.1 Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian……… 40

3.2 Kisi-kisi Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Sebelum Judgement)………... 45

3.3 Kisi-kisi Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Setelah Judgement)………. 46

3.4 Ketentuan Pemberian Skor Alat Pengungkap Self Esteem Siswa……….. 48

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah……….. 50

3.6 Tabel Interpretasi Nilai r……… 51

3.7 Interval Kategori Profil Self Esteem Siswa……… 53

3.8 Format Judgement Program………... 56

4.1 Rekapitulasi Kategori Self Esteem Siswa Kelas Atas (IV,V,VI) SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014………... 57

4.2 Ketercapaian Aspek Self Esteem……… 58

4.3 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kekuasaan…... 58

4.4 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Keberartian…………. 59

4.5 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kebajikan……… 59

4.6 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kompetensi…………. 60

4.7 Rekapitulasi Kategori Indikator Aspek Kekuasaan…………... 61

4.8 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kekuasaan………. 61

4.9 Rekapitulasi Kategori Indikator pada Aspek Keberartian………. 62

4.10 Ketercapaian Indikator pada Aspek Keberartian………... 62

4.11 Rekapitulasi Kategori Aspek Kebajikan……… 63

4.12 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kebajikan………... 64

4.13 Rekapitulasi Kategori Aspek Kompetensi………... 64

4.14 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kompetensi………... 65

4.15 Rekapitulasi Hasil Penimbangan Program………. 68


(9)

4.17 Deskripsi Kebutuhan berdasarkan Ketercapaian Aspek Self

Esteem……… 75

4.18 Rencana Operasional………... 80

4.19 Pengembangan Tema………... 83

4.20 Pedoman Observasi……… 84

4.21 Pedoman Wawancara………... 84

DAFTAR BAGAN Bagan Hal 3.1 Desain Penelitian………. 41


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sebagai mahluk sosial sama halnya dengan orang dewasa, membutuhkan orang lain untuk membantu dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Pada dasarnya anak merupakan individu yang membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai aspek perkembangannya. John Locke (Nuryati, 2008:3) menyatakan bahwa ketika bayi dilahirkan kondisinya tabula rasa atau seperti kertas kosong yang bersih. Pikiran anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Oleh karena itu, anak memerlukan bimbingan orang dewasa dalam pengembangan dan pencapaian segala aspek dalam kehidupannya, baik aspek pribadi maupun sosial. Peran pendidikan sangat penting untuk anak, karena melalui pendidikan anak akan belajar mengenal dirinya, lingkungan sekitar, mengembangkan potensi yang dimiliki dan sebagainya.

Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan yang sangat menentukan masa depan seseorang. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga komponen utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling (Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2008: 193). Pencapaian perkembangan yang optimal tidak hanya memerlukan bimbingan akademik saja, melainkan siswa perlu bimbingan dalam hal pribadi, sosial dan karir. Proses pendidikan dapat diperoleh melalui proses belajar. Kegiatan belajar setiap individu dapat berlangsung sepanjang hayat, baik di rumah, di sekolah, di sekitar lingkungan tempat tinggal, dan berdasarkan sebuah pengalaman yang telah dialaminya. Sekolah merupakan tempat memperoleh pendidikan kedua setelah keluarga, karena pendidikan pertama kali


(12)

muncul dalam lingkup keluarga, dan guru pertama seorang anak adalah orang tuanya. Adapun sekolah pun memiliki peranan yang penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Hadiani (Syabibah, 2012:1), “Sekolah merupakan wahana sosialisasi yang dapat dilihat dalam suatu kebudayaan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu sepanjang rentang kehidupannya”, sehingga apa yang diperoleh individu di sekolahnya akan memberikan pengaruh bagi perkembangan dalam berbagai aspek kehidupannya”. Melalui pendidikan individu dapat melakukan hal-hal yang diinginkan, baik positif ataupun negatif bergantung cara individu memahami yang akan dilakukannya. Pendidikan dapat pula berpengaruh terhadap status sosial ekonomi seseorang. Pada era modern seperti sekarang, masyarakat di Indonesia masih sangat bervariasi dalam status sosial ekonomi. Terdapat yang berstatus sosial ekonomi atas, menengah dan rendah. Status sosial ekonomi merupakan pengelompokkan manusia dengan berbagai karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi yang sama (Santrock, 2007:14) Anak dengan status sosial ekonomi apapun layak untuk mendapatkan pendidikan. Namun tidak jarang justru yang ditemui anak dari kalangan ekonomi rendah sedikit yang bisa mengenyam dunia pendidikan. Idealnya pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan karena pendidikan sebagai salah satu gerbang menuju sebuah kesuksesan. Orang tua pada kelompok sosio ekonomi yang berbeda cenderung berpikir berbeda tentang masalah pendidikan (Huff,Laursen & Tadrif, 2002; Magnuson & Duncan, 2002). Orang tua berpendapatan menengah dan tinggi lebih sering memikirkan pendidikan sebagai sesuatu yang harus di dorong oleh orang tua dan guru. Sebaliknya, orang tua berpendapatan rendah lebih cenderung memandang pendidikan sebagai tugas guru. Oleh karena itu, sistem keterkaitan sekolah-keluarga dapat memberikan keuntungan kepada siswa dari keluarga berpendapatan rendah. (Suntrock; 2007:193)


(13)

3

Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010, pada 2011 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 243,8 juta jiwa, dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anak-anak usia 0-17 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2011 anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah sebesar 80,29 persen. Dan ternyata pada kelompok usia tersebut terdapat 7,36 persen yang tidak bersekolah lagi dan yang belum pernah sekolah sebesar 12,35 persen. Meskipun persentase anak usia sekolah yang masih bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga harus ditingkatkan demi terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di masa mendatang. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan terbatasnya akses pendidikan berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga kurang mampu dan di masyarakat terpencil. Dampaknya dapat terlihat dari semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang bermasalah dengan hukum, eksploitasi (termasuk trafficking), dan diskriminasi terhadap anak. (Profil Anak Indonesia, 2012)

Data Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang (dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 487 ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012. (BPS, 2013).

Keinginan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan sangat tinggi namun terkadang karena faktor ekonomi maka mereka cenderung untuk meninggalkan bangku sekolah, Status sosial ekonomi di sekolah beragam, terkadang anak yang


(14)

berasal dari kalangan menengah ke bawah cenderung minder untuk berinteraksi dengan teman-temannya, penampilan fisik mereka yang terlihat kurang terurus, menunjukkan perilaku yang kurang baik karena merasa ingin diakui diantara teman-temannya, dan sebagainnya. Namun, terdapat juga anak yang berasal dari keluarga menengah kebawah cenderung menunjukkan prestasi yang bagus di sekolah, karena mereka memiliki motivasi untuk menjadi sukses di kemudian hari. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian para guru untuk terus mengembangkan dan memotivasi anak untuk terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta mampu menghargai dirinya walaupun mereka berasal dari keluarga menengan kebawah, karena kesuksesan berlaku untuk semua kalangan. Banyak orang sukses yang ternyata mereka dulunya berasal dari keluarga menengah kebawah.

Self confidance dan self respect pada anak bisa dikembangkan atau tidak

dikembangkan oleh orang dewasa. Sebagaimana orang dewasa tersebut mampu membimbing anak untuk menghormati, mencintai, menghargai, dan mendukung apa yang ada pada dirinya. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan anak sejak dini adalah harga diri (self esteem) karena harga diri (self esteem) merupakan evaluasi individu yang dibuat dan dijadikan kebiasaan dalam memandang dirinya. Self Esteem diperlihatkan melalui sikap menerima dan menolak, yang mengidentifikasi besarnya kepercayaan diri atas kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. (Coopersmith, 1967:90). Melalui harga diri individu dapat memandang dirinya secara positif ataupun negatif. Ketika individu memiliki self esteem yang tinggi, berarti individu tersebut mampu menghargai potensi yang telah dimilikinya, namun sebaliknya individu yang memiliki self esteem rendah, akan cenderung memandang dirinya kurang berharga, merasa tidak memiliki potensi, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi harga diri individu, salah satunya adalah status sosial ekonomi keluarga. Coopersmith (1967:82) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu dengan kelas sosial yang tinggi


(15)

5

cenderung memiliki harga diri yang tinggi pula, sedangkan individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi rendah cenderung memiliki harga diri yang rendah pula.

Swanson (Huraerah, 2006) mengungkapkan lingkungan yang mendukung

(environmental support) sangat menentukan perkembangan seorang anak. Environmental support termasuk ke dalamnya adalah perlakuan yang diterima anak

baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar tempat tinggal. Apabila perlakuan yang diterima seorang anak dari keluarga dan lingkungan sekitar mampu memenuhi kebutuhan dasar anak, maka anak akan tumbuh dan berkembang secara normal. Segala tekanan yang didapatkan anak karena kondisi ekonominya yang rendah akan membuat anak merasa dirinya tidak berharga. Apabila anak kurang dapat menerima yang ada dalam dirinya maka dia akan cenderung menarik diri dan enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, selain itu ada yang cenderung berperilaku kurang baik karena ingin mendapatkan perhatian dan ingin diakui oleh lingkungan sekelilingnya, hal ini yang membuat anak memiliki harga diri yang rendah.

Status sosial ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan self-esteem yang rendah pula karena adanya evaluasi negatif dari diri mereka, terbukti dari hasil penelitian yang menyebutkan tema-tema harga diri anak jalanan yang berupa penyesalan menjadi anak jalanan, menilai diri negatif, dan sikap marah terhadap penilaian masyarakat. Hal ini tentu akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar khususnya di sekolah.(Nasution dan Nashori). Selain itu juga menurut Singer (2003) menyatakan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, cenderung memiliki harga diri rendah dan terkait dengan masalah-masalah kesehatan mental. Depresi, frustrasi dan kemarahan merupakan bentuk konsekuensi terhadap kesehatan mental dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan.

Pentingnya harga diri (self esteem) pada individu dipaparkan pada buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling di Jalur Pendidikan Formal (2008: 208). Materi yang pertama disebutkan dan menjadi


(16)

fokus pada layanan bimbingan dan konseling adalah terkait Self Esteem. Dapat disimpulkan bahwa self esteem sangat penting dimiliki oleh individu. Pengembangan

self esteem perlu dimulai sejak dini agar ketika individu menginjak usia remaja

kemudian dewasa sudah terbentuk self esteem yang positif pada individu. Harter (Papalia,Diane E.,et.al, 2008:371) menyatakan harga diri pada usia prasekolah cenderung bersifat semu atau tidak sama sekali : “Saya baik atau Saya Jelek”. Baru pada masa kanak-kanak tengah evaluasi personal terhadap kompetensi dan kecukupan (yang didasarkan pada internalisasi standar pengasuhan dan masyarakat) menjadi kritis dalam bentuk mempertahankan perasaan akan nilai-nilai yang ada.

Dalam dunia pendidikan, dibutuhkan peran bimbingan dan konseling. Keberadaan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan bukan sekedar tuntutan dari pemerintah, namun dalam sekolah harus adanya guru bimbingan dan konseling untuk membantu mengembangkan individu dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan optimal. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan penting dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Program layanan bimbingan dan konseling dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan harga diri (self esteem) khususnya pada anak yang berlatar belakang status sosial ekonomi rendah. Layanan bimbingan berupa bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, konseling kelompok dan perencanaan individual. Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah perlu menghargai dirinya dan mampu menunjukkan pada orang lain walaupun mereka berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah namun mereka memiliki potensi dan layak mendapatkan kesuksesan melalui pendidikan seperti halnya anak-anak lain.


(17)

7

Gejala-gejala siswa yang menunjukkan kecenderungan self esteem rendah ditemukan di SDN 2 Keduanan Cirebon. Gejala ini ditemukan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak sekolah, dalam hal ini adalah kepala sekolah, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah dengan menggunakan studi dokumentasi jumlah seluruh siswa di sekolah tersebut 163 siswa. Sedangkan dilihat dari status sosial ekonominya, 20% berada pada menengah keatas, 35% menengah, dan 45% berada pada menengah kebawah. Artinya secara umum siswa sekolah tersebut berada pada kateori kelas status sosial ekonomi rendah.

Gejala yang muncul pada siswa cukup bervariasi, terdapat anak yang selalu mencari perhatian dari orang lain dengan cara berbuat jahil pada teman-temannya, ada pula yang cenderung menarik diri dengan teman-temannya, sulit ketika harus maju kedepan kelas untuk menjawab pertanyaan atau sekedar mengemukakan pendapat. Selain terlihat dari perilaku nampak juga dari penampilan fisik anak. misalnya pakaiannya yang kurang rapi, rambut yang kurang terurus. Dari hasil temuan di lapangan, maka penelitian akan dilakukan guna mengungkap bagaimana harga diri siswa yang berstatus sosial ekonomi rendah, yang selanjutnya akan menghasilkan sebuah program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan harga diri siswa dengan status sosial ekonomi rendah. Di karenakan tidak semua Sekolah Dasar memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang khusus, sehingga rancangan program pribadi-sosial untuk mengembangkan harga diri pun dapat di integrasikan oleh wali kelas ataupun guru mata pelajaran ketika mengajar dan mendidik siswa-siswinya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Faktor sosial ekonomi sangat memengaruhi siswa ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal ini yang dikhawatirkan ketika siswa tidak mampu


(18)

menghargai dirinya sehingga terbentuknya harga diri yang rendah terhadap dirinya. Untuk itu perlu adanya pengembangan harga diri untuk siswa dengan status sosial ekonomi rendah agar mereka memiliki harga diri yang tinggi.

Secara umum permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan harga diri (self esteem) pada siswa berstatus sosial ekonomi rendah?”

Secara khusus dapat pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran harga diri (self esteem) siswa Kelas IV,V, dan VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana rancangan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan harga diri (self esteem) pada siswa Kelas IV, V , dan VI berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah merancang program bimbingan pribadi-sosial yang sesuai untuk mengembangkan harga diri (self esteem) siswa Kelas IV,V, dan VI berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014. Secara khusus, tujuan penelitian adalah :

1. memperoleh gambaran umum empirik mengenai harga diri (self esteem) siswa kelas IV,V, dan VI SDN 2 Keduanan Cirebon; dan

2. mendeskripsikan rancangan program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan harga diri (self esteem) pada siswa kelas IV, V, dan IV berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis


(19)

9

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu psikologi anak dan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya yang berkaitan dengan kajian teoretis mengenai self esteem pada anak yang berstatus sosial ekonomi rendah, dan intervensinya melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah pada anak usia sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi wali kelas dan guru mata pelajaran, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi wali kelas dan guru mata pelajaran untuk mengembangkan harga diri siswa melalui bimbingan yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran di kelas. Ataupun melalui sikap dan perilaku yang ditampilkan.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian dapat dijadikan bahan acuan peneliti berikutnya untuk lebih mendalami mengenai self esteem.

E. Struktur Organisasi

Penelitian terdiri dari lima Bab. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Bab II berisi kajian pustaka tentang Self Esteem, Karakteristik Siswa Sekolah Dasar, Konsep Status Sosial Ekonomi dan Program Bimbingan dan Konseling, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III berisi metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/sampel, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yakni pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek perhitungan. Pendekatan kuatitatif digunakan untuk mengetahui gambaran self esteem siswa SDN 2 Keduanan Cirebon. Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif bertujuan sebagai need

assessment layanan bimbingan yang dibutuhkan oleh siswa dalam rangka

pengembangan self esteem.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek baik orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata. (Setyosari; 2009:33). Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Azwar, 2012:7). Metode deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi objektif mengenai self esteem siswa SDN 2 Keduanan Cirebon kelas IV, V, dan VI Tahun Ajaran 2013/2014. Selanjutnya setelah didapatkan deskripsi mengenai self esteem siswa, hasil tersebut dijadikan sebagai dasar untuk pembuatan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan harga diri siswa. Hasil akhir penelitian adalah tersusunnya program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan harga diri siswa berstatus sosial


(21)

40

ekonomi rendah yang secara hipotetik layak menurut pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling.

B. Lokasi dan Populasi

Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Keduanan Cirebon, yang beralamatkan di Jl.Kopi Desa Keduanan Kec.Depok Kab.Cirebon. Alasan pemilihan lokasi karena sebagian besar siswa di sekolah tersebut berstatus sosial ekonomi rendah dan berdasarkan studi pendahuluan didapatkan gejala kecenderungan siswa memiliki harga diri yang rendah.

Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:215). Menurut Azwar (2012:77), populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 163 siswa.

C. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun sampel dari penelitian ini adalah siswa SDN 2 Keduanan Cirebon kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014. Berikut dipaparkan rekapitulasi jumlah sampel pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian


(22)

No Kelas Jumlah

1 IV 24 siswa

2 V 36 siswa

3 VI 20 siswa

Tabel di atas menunjukkan rekapitulasi jumlah sampel penelitian, yaitu kelas IV berjumlah 24 siswa, kelas V berjumlah 36 siswa, dan kelas VI berjumlah 20 siswa.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian ditampilkan pada bagan berikut.

Bagan 3.1 Desain Penelitian

TAHAP 1

Kajian Teoritis (self

esteem dan program

bimbingan pribadi-sosail

Penyusunan Proposal dan Studi Pendahuluan

Data awal penelitian

TAHAP 2

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Data Objektif mengenai Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

TAHAP 3 Pengembangan

Program

Validasi dan Revisi Program


(23)

42

E. Definisi Operasional Variabel

1. Program bimbingan pribadi-sosial

Program bimbingan pribadi-sosial adalah proses layanan bantuan yang

diberikan oleh konselor/guru BK kepada siswa untuk mengembangkan aspek pribadi-sosialnya, khususnya aspek harga diri (self esteem).

Definisi operasional variabel program bimbingan pribadi-sosial untuk

meningkatkan harga diri (self esteem) siswa berstatus sosial ekonomi rendah adalah suatu rancangan kegiatan bimbingan dan konseling yang bersifat hipotetik, dirancang oleh peneliti secara sistematis untuk membantu siswa mengembangkan self esteem Kelas IV, V, VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014, dengan ruang lingkup program meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Tujuan Program: Mengembangkan Self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014 b. Materi layanan BK: Materi mengenai upaya-upaya untuk mengembangkan self

esteem pada siswa Sekolah Dasar (SD)

c. Sasaran program: Siswa berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN SELF ESTEEM SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH


(24)

d. Strategi Pelaksanaan Program: Bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal Sistematika pengembangan program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini merujuk pada buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikembangkan oleh ABKIN. Adapun sistematika pengembangan program sebagai berikut. 1) Rasional; 2) Deskripsi kebutuhan; 3) Tujuan program; 4) Komponen program; 5) Rencana operasional; 6) Pengembangan tema/topik; 7) Pengembangan satuan layanan, dan6) Evaluasi.


(25)

44

2. Harga Diri (self esteem)

Menurut Coopersmith (1967:90), harga diri merupakan evaluasi diri individu yang dibuat dan dijadikan sebagai kebiasaan dalam memandang dirinya, yang diperlihatkan melalui sikap menerima dan menolak, yang mengidentifikasi besarnya kepercayaan diri terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat, harga diri (self esteem) adalah kemampuan mempercayai yang ada pada diri individu sehingga menimbulkan sebuah keyakinan diri untuk dapat meraih kesuksesan dan kebahagian dalam hidupnya.

Harga diri siswa berstatus sosial ekonomi rendah adalah kemampuan penilaian diri siswa kelas VI, V, VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 mengenai potensi yang dimilikinya berupa kekuasaan, keberartian, kebajikan, dan kompetensi walaupun berada pada status sosial ekonomi rendah. Adapun indikator-indikator dari aspek-aspek self esteem adalah sebagai berikut.

a. Kekuasaan (power), kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai oleh adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain dan besarnya sumbangan dari pikiran atau pendapat dan kebenarannya. Keberhasilan ini diukur oleh kemampuan untuk mempengaruhi tindakannya dengan mengontrol perilaku sendiri dan mempengaruhi orang lain. Kekuasaan muncul melalui pengakuan dan penghargaan yang diterima oleh individu dari orang lain dan melalui kualitas penilaian terhadap pendapat-pendapat dan hak-haknya.

Indikatornya sebagai berikut.

1) Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain 2) Pengakuan dan rasa hormat dari orang lain 3) Mengontrol perilaku diri sendiri


(26)

Keberartian, yaitu adanya kepedulian, perhatian, dan kasih sayang yang diterima individu dari orang lain. Dampak utama dari perlakuan dan kasih sayang adalah menumbuhkan keberartian dalam diri. Semakin banyak orang yang menunjukkan b. kasih sayangnya, semakin besar kemungkinan memiliki penilaian diri yang baik.

Indikatornya sebagai berikut. 1) Penerimaan diri

2) Penerimaan dari orang tua 3) Penerimaan dari teman 4) Popularitas diri

c. Kebajikan, yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika. Individu yang menaati etika, moral, dan prinsip agama yang kemudian menginternalisasikannya akan menampilkan penilaian diri yang lebih positif. Indikatornya sebagai berikut. 1) Taat pada etika moral di sekolah

2) Taat pada aturan/prinsip agama 3) Kepedulian terhadap orang lain

d. Kompetensi, kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dan tuntutan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Indikatornya sebagai berikut.

1) Mampu melaksanakan tugas/kemampuan dengan baik 2) Mampu menghadapi situasi sosial

3) Mampu menyelesaikan masalahnya sendiri 4) Mampu mengambil keputusan sendiri

F. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen


(27)

46

data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:142). Angket pengungkap self esteem ini berjumlah 50 item pernyataan dan disebarkan pada siswa kelas IV, V, VI di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Penyusunan Instrumen penelitian

Instrumen yang dikembangkan dibuat dalam bentuk kisi-kisi instrumen berdasarkan definisi operasional variabel yang kemudian dikembangkan dalam bentuk angket tertutup untuk mengungkap self esteem pada siswa berstatus ekonomi rendah. Adapun kisi-kisi instrument self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah yang jabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen Self Esteem Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Sebelum Judgement)

Aspek Indikator Nomor Item

( + ) ( - )

1. Kekuasaan (power) a. Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain

(33) (12,26) 3 b. Pengakuan dan rasa

hormat dari orang lain

(17) (35,43) 3 c. Mengontrol perilaku diri

sendiri

(31,20) (27,29) 4

2. Keberartian

(significance)

a. Penerimaan diri (14) (8,10) 3 b. Penerimaan dari orang tua (37,24,39) (44) 4 c. Penerimaan dari teman (7) (1,38,45) 4 d. Popularitas diri (4,46) (23,25) 4 3. Kebajikan

(virtue)

a. Taat pada etika moral di sekolah

(6,34,21) (5) 4 b. Taat pada aturan/prinsip

agama

(13,30) (31,32,33) 5 c. Kepedulian terhadap

orang lain


(28)

Aspek Indikator Nomor Item ( + ) ( - )

4. Kompetensi

(competence)

a. Mampu melaksanakan tugas/tanggung jawab dengan baik

(9,32) (40.16) 4

b. Mampu menghadapi situasi sosial

(11) (22,30) 3 c. Mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri

(19,48) (42,28) 4 d. Mampu mengambil

keputusan sendiri

(49,50) (36,20) 4

Jumlah 50

Setelah instrumen disusun, kemudian dilakukan penimbangan instrument (judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan praktisi di sekolah. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen dari segi bahasa, konten, dan konstruk. Hasil dari penimbangan ahli disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi instrumen Self Esteem Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Setelah Judgement)

Aspek Indikator Nomor Item

( + ) ( - )

1. Kekuasaan

(power)

a. Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain

(33) (12,26) 3 b. Pengakuan dan rasa

hormat dari orang lain

(17) (35,43) 3 c. Mengontrol perilaku diri

sendiri

(31,20) (27,29) 4

d. Keberartian

(significance)

a. Penerimaan diri (14) (8,10) 3 b. Penerimaan dari orang tua (37,24,39) (44) 4 c. Penerimaan dari teman (7) (1,38,45) 4 d. Popularitas diri (4,46) (23,25) 4 e. Kebajikan a. Taat pada etika moral di (6,34,21) (5) 4


(29)

48

Aspek Indikator Nomor Item

( + ) ( - )

(virtue) sekolah

b. Taat pada aturan/prinsip agama

(13,30) (31,32,33) 5 c. Kepedulian terhadap

orang lain

(2,15,18) (47) 4 d. Kompetensi

(competence)

a. Mampu melaksanakan tugas/tanggung jawab dengan baik

(9,32) (40.16) 4

b. Mampu menghadapi situasi sosial

(11) (22,30) 3 c. Mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri

(19,48) (42,28) 4 d. Mampu mengambil

keputusan sendiri

(49,50) (36,20) 4

Jumlah 50

Ket. No item yang berwarna merah adalah item-item yang di revisi.

3. Penyekoran Instrumen

Instrumen penelitian menggunakan skala Guttman. Melalui skala Guttman, data yang diharapkan berada dalam ukuran yang jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2011:139).

Instrumen yang dibuat berupa angket disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, kemudian jawaban item pernyataan self esteem siswa dalam bentuk “YA” atau

“TIDAK”. Jawaban “Ya” untuk pernyataan yang sesuai dengan diri siswa sedangkan jawaban “Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri siswa.

Adapun untuk pemberian skor tergantung pada jawaban yang dipilih oleh siswa. Pedoman pemberian skor pada angket dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4


(30)

Bentuk Item Pola Skor

YA TIDAK

Positif 1 0

Negatif 0 1

Tabel di atas menggambarkan ketentuan pemberian skor angket pengungkap self

esteem. Apabila item pernyataan positif dan responden menjawab “Ya” maka skornya

satu, dan apabila menjawab “Tidak” maka skornya nol. Apabila pernyataan negatif

dan responden menjawab “Ya” maka skornya nol, dan apabila responden menjawab

“Tidak” maka skornya satu.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian menggunakan angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dengan sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang pada kolom jawaban yang telah

disediakan. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan untuk memudahkan siswa menjawab penyataaan pada angket, karena sampelnya adalah siswa Sekolah Dasar (SD). Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan penyebaran alat pengumpul data berupa angket untuk mengetahui gambaran self esteem siswa kelas IV,V,VI di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengisian instrumen. 2. Mengecek kesiapan siswa untuk mengisi instrumen.

3. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan siswa untuk mengisi angket yang telah disediakan.


(31)

50

identitas dan jawaban siswa.

H. Uji Validatas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

a. Uji validitas rasional

Uji validitas terdiri dari dua, yaitu uji validitas rasional dan uji validitas empiris. Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen dilihat dari segi bahasa, konten dan konstruk. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli dan praktisi dengan mempertimbangkan item instrumen tersebut memadai atau tidak memadai. Tahap selanjutnya setelah penimbangan instrumen oleh dosen ahli bimbingan dan konseling dan praktisi, dilakukan uji keterbacaan pada lima orang siswa sekolah dasar kelas IV, V, dan VI untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap instrumen tersebut.

b. Uji validitas empiris

Uji validitas empiris berguna untuk mengetahui instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121)

Pengujian instrumen menggunakan rumus Point Biserial Correlation. Secara lengkap berikut rumus yang akan digunakan, adalah :

r pbis =

(Sudjana, 2001)


(32)

Mp = Rata-rata siswa yang menjawab benar Mt = Rata-rata total

St = Standar Deviasi Total

p = Proporsi untuk siswa yang menjawab benar q = 1 – p

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa 50 item pernyataan mengenai self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah terdapat 34 item pernyataan yang valid dan 16 item pernyataan yang tidak valid. (Hasil perhitungan validitas terlampir). Berikut akan disajikan hasil validasi pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil uji validitas instrumen self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,4,5,6,10,11,12,15,17,18,19,20,22,24,25,27,29,30,31, 32,33,35,36,37,39,40,41,42,45,46,47,48,50

34 Tidak Valid 3,7,8,9,13,14,16,21,23,26,28,34,38,43,44,49 16

Jumlah 50

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama. Dalam pengujian ini digunakan Rumus KR.20 (Kuder Richardason), sebagai berikut :


(33)

52

(Sudjana, 2001)

Keterangan :

r11= reliabilitas instrumen

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi tes

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas disajikan pad Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Tabel Interpretasi Nilai r 3.

Besarnya nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199 0,200 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,00

Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi

Sangat Tinggi

(Arikunto; 2010:31) Hasil perhitungan reliabilitas instrumen self esteem siswa dengan 34 item pernyataan sebesar 0,768, artinya tingkat korelasi dan derajat instrumen self esteem berada pada kategori tinggi. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada kategori tinggi menunjukkan instrument yang dibuat reliable.


(34)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian menggunakan teknik persentase untuk memperoleh gambaran mengenai aspek, dan indikator pada angket mengenai self esteem. Adapun langkah-langkah analisis data untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai gambaran mengenai harga diri (self

esteem) siswa berstatus sosial ekonomi rendah, digunakan langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut.

a. Menghitung skor total responden

b. Mengkonversi skor responden menjadi skor baku

Keterangan :

x = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T x = rata-rata skor kelompok

s = standar deviasi skor kelompok

(Azwar, 2011:156) c. Mengkonveksi skor baku menjadi skor matang

Keterangan :

Skor T = Skor matang yang dicari

50 = konstanta nilai tengah sebagi rata-rata 10 = konstanta standar deviasi

z skor


(35)

54

(Azwar, 2011:109)

d. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus z skor dan menkonveksi skor baku menjadi skor matang didapatkan pengelompokkan kategori

self esteem dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Adapun hasil dari kualifikasi kategori profil self esteem siswa sekolah dasar terdapat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Interval Kategori Profil Self Esteem Siswa Interval Jumlah siswa Kategori

X >= 50,9 46 Tinggi X < 50,9 34 Rendah

Terdapat dua kategori pada profil self esteem siswa, yaitu tinggi dan rendah. Coopersmith (1967: 249-250) mengungkapkan karekteristik dari masing-masing kategori.

a. Self esteem tinggi

Individu yang memiliki self esteem tinggi, memiliki penerimaan dan penghargaan diri yang positif. Karakteristiknya sebagai berikut.

1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik.

Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan hubungan 2) sosial.


(36)

3) Dapat menerima kritikan dengan baik. 4) Percaya pada persepsi dan reaksi dirinya.

5) Tidak terpaku pada dirinya sendiri/hanya memikirkan kesulitannya sendiri. 6) Keyakinan dirinya tidak didasarkan atas fantasi, karena mempunyai

kemampuan, kecakapan dan kualiatas diri yang tinggi.

7) Tidak terpengaruh pada penilaian orang lain tentang kepribadiannya baik itu yang positif maupun yang negatif.

8) Tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang jelas.

9) Lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaan sehingga tercipta tingkat kecemasan yang rendah dan memiliki pertahanan yang seimbang.

b. Self esteem rendah

Gambaran individu yang memiliki self esteem rendah cenderung bertolak belakang dengan individu yang memiliki self esteem tinggi. Karakteristiknya sebagai berikut.

1) Memiliki perasaan inferiority.

2) Takut gagal dalam membina hubungan sosial. 3) Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi. 4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan.

5) Kurang dapat mengekspresikan diri. 6) Sangat bergantung pada lingkungan. 7) Tidak konsisten.

8) Secara pasif akan mengikuti apa yang ada dilingkungan. 9) Menggunakan banyak taktik defence mechanism.


(37)

56

10) Mudah mengakui kesalahan.

2. Pertanyaan penelitian yang kedua adalah mendeskripsikan rancangan program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan harga diri (self esteem) pada siswa kelas IV, V, dan IV berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014, digunakan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menganalisis hasil gambaran self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah

b. Merancang program bimbingan pribadi sosial berdasarkan hasil need

assessment self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah. Bentuk

rancangan program bimbingan pribadi sosial sebagai berikut. 1) Rasional

2) Deskripsi Kebutuhan 3) Tujuan

4) Komponen Program 5) Rencana Operasional 6) Pengembanga tema/topik 7) Pengembangan Satuan Layanan 8) Evaluasi

9) Anggaran

c. Judgement program oleh pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling.


(38)

Tabel 3.9

Format Judgement Program

No Komponen Program Memadai Tidak Memadai Saran untuk Perbaikan

1. Rasional

2. Deskripsi kebutuhan 3. Tujuan

4. Kompetensi Pelaksana Program 5. Rencana Operasional

6. Pengembangan Satuan Layanan 7. Evaluasi

Bandung, Februari 2014 Penimbang


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Gambaran self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah secara umum berada pada kategori tinggi. Ini berarti siswa telah memiliki kemampuan untuk memandang dirinya sebagai individu yang berharga, namun tetap membutuhkan bimbingan untuk mempertahankannya.

2. Implikasi hasil penelitian mengungkapkan siswa berstatus sosial ekonomi rendah memerlukan pengembangan self esteem melalui layanan bimbingan bimbingan pribadi-sosial. Adapun komponen dari program bimbingan meliputi rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rancangan operasional, pengembangan tema, evaluasi dan tindak lanjut.

B. Rekomendasi

1. Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian menunjukkan self esteem siswa kelas IV,V,VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014 berada pada kategori sedang. Pengembangan self

esteem siswa diharapkan dapat dilakukan oleh wali kelas atau guru mata pelajaran

sebagai pembimbing dan pengajar di Sekolah Dasar. Program bimbingan dapat diintegrasikan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh kegiatan bimbingan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, ketika guru menjelaskan materi mengenai membaca. Guru dapat memberikan bahan bacaan mengenai penerimaan diri. Berdasarkan cerita tersebut dapat dimasukkan mengenai


(40)

pengembangan self esteem siswa. Selain itu sikap dan perilaku wali kelas dan guru harus menunjukkan penghargaan terhadap anak. Sebagai contoh, ketika kegiatan belajar mengajar guru menghargai siswa yang mau bertanya, mengapresiasi ketika siswa mau menjawab terlepas dari jawaban tersebut benar atau salah. Melalui hal-hal tersebut secara tidak langsung membuat siswa mendapatkan penerimaan dari orang lain dan penghargaan sehingga berpengaruh terhadap penilaian diri yang positif.

2. Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Program yang dirumuskan masih bersifat hipotetik, oleh karena itu direkomendasikan bagi peneliti berikutnya untuk menguji keefektifan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan membedakan self esteem berdasarkan jenis kelamin, karakteristik orang tua, ataupun ras dan kebangsaan.

c. Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menambahkan instrumen pengungkap self esteem seperti angket yang ditujukan pada orang tua, wawancara dan sebagainya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai self esteem yang akan diteliti.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alimandan. (1989). Status Sosial Ekonomi. Jakarta: Mitra Utama. Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta :Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. (online). Tersedia : http://www.bps.go.id/?news=940. [09 Juli 2013].

Branden, Nathaniel. (2007). (alih bahasa oleh Tim Redaksi Mitra Utama).Kiat Jitu

Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Delapratasa.

Branden, Nathaniel. (1988). How To Raise Your Self Esteem. New York : Batams Books.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco : Freeman and Company.

Defi, Mega Sari. (2010). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Harga Diri

(Self Esteem) Siswa Berprestasi Akademik Rendah. Skripsi PPB FIP UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor

dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi

Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) .Jakarta :

Erlangga.


(42)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik.2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta : CV. Miftahur Rizky. Muro, J.J., dan Kottman, T. (2005).Guidance and Counseling in the Elementary and

Middle Schools.A Practical Approach. Iowa. Bronan Bechmark Publisher.

Nasution. (2004). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nasution dan Nashori. (2011). Harga Diri Anak Jalanan. Karya Ilmiah: UII Nuryati, Lusi. (2008). Psikologi Anak. Jakarta : PT.Indeks.

Papalia,Diane E.,et.al. (2008). Alih Bahasa: A.K.Anwar. Human Development

(Psikologi Perkembangan). Jakarta :Kencana.

Purnama, Sidik. (2008). Profil Harga Diri (Self Esteem) Remaja Di Panti Asuhan. Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rima, Sundari. (2008). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Self Esteem

Anak Jalanan. Skipsi PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa: Mila Rahmawati dan Anna Kuswan. Child

Development (Perkembangan Anak). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa : Benedictine Widyasinta. Adolescence

(Remaja). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. (1996). Alih Bahasa : Shinto B.Adelar dan Sherly Saragih.

Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Setyosari, A. (2009). Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sistha Hanani, Vania. (2012). Profil Kecerdasan Emosi Anak yang Berasal dari

Keluarga dengan Status Ekonomi Miskin di Barak Sosial Ampera Salatiga.

[online]. Tersedia: http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2461. [08 Juli 2013].


(43)

99

Siti Syabibah Nurul Amalia. (2013). Pengembangan Program Bimbingan dan

Konseling Pribadi-Sosial Berdasarkan Profil Harga Diri Peserta Didik. Skripsi

PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Soerjono, Soekanto. (1989). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT Raja Grafindo. STATDA Kab.Cirebon. (2013). Statistik Kabupaten Cirebon 2013. Badan Pusat

Statistik Cirebon.

Subowo, E dan Martiarini. (2009). Hubungan Antara Harga Diri Remaja dengan

Motivasi Berprestasi pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan. Psikodinamika.

Vol.11, No.2, 20-30.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Uman. (2005). Karakteristik Siswa dan Bimbingan di SD. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Status Ekonomi. online. Tersedia : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html. [08 Juli 2013].

Surya, M. (1988). Kesehatan Mental. Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP Bandung. Syamsu, Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT.Remaja Rosda Karya.


(44)

(1)

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Gambaran self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah secara umum berada pada kategori tinggi. Ini berarti siswa telah memiliki kemampuan untuk memandang dirinya sebagai individu yang berharga, namun tetap membutuhkan bimbingan untuk mempertahankannya.

2. Implikasi hasil penelitian mengungkapkan siswa berstatus sosial ekonomi rendah memerlukan pengembangan self esteem melalui layanan bimbingan bimbingan pribadi-sosial. Adapun komponen dari program bimbingan meliputi rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rancangan operasional, pengembangan tema, evaluasi dan tindak lanjut.

B. Rekomendasi

1. Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian menunjukkan self esteem siswa kelas IV,V,VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014 berada pada kategori sedang. Pengembangan self esteem siswa diharapkan dapat dilakukan oleh wali kelas atau guru mata pelajaran sebagai pembimbing dan pengajar di Sekolah Dasar. Program bimbingan dapat diintegrasikan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh kegiatan bimbingan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, ketika guru menjelaskan materi mengenai membaca. Guru dapat memberikan bahan bacaan mengenai penerimaan diri. Berdasarkan cerita tersebut dapat dimasukkan mengenai


(2)

96

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengembangan self esteem siswa. Selain itu sikap dan perilaku wali kelas dan guru harus menunjukkan penghargaan terhadap anak. Sebagai contoh, ketika kegiatan belajar mengajar guru menghargai siswa yang mau bertanya, mengapresiasi ketika siswa mau menjawab terlepas dari jawaban tersebut benar atau salah. Melalui hal-hal tersebut secara tidak langsung membuat siswa mendapatkan penerimaan dari orang lain dan penghargaan sehingga berpengaruh terhadap penilaian diri yang positif.

2. Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Program yang dirumuskan masih bersifat hipotetik, oleh karena itu

direkomendasikan bagi peneliti berikutnya untuk menguji keefektifan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan membedakan self esteem berdasarkan jenis kelamin, karakteristik orang tua, ataupun ras dan kebangsaan.

c. Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menambahkan instrumen

pengungkap self esteem seperti angket yang ditujukan pada orang tua, wawancara dan sebagainya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai self esteem yang akan diteliti.


(3)

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alimandan. (1989). Status Sosial Ekonomi. Jakarta: Mitra Utama. Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta :Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. (online). Tersedia : http://www.bps.go.id/?news=940. [09 Juli 2013].

Branden, Nathaniel. (2007). (alih bahasa oleh Tim Redaksi Mitra Utama).Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Delapratasa.

Branden, Nathaniel. (1988). How To Raise Your Self Esteem. New York : Batams Books.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco : Freeman and Company.

Defi, Mega Sari. (2010). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berprestasi Akademik Rendah. Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi

Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) .Jakarta : Erlangga.


(4)

98

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik.2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta : CV. Miftahur Rizky. Muro, J.J., dan Kottman, T. (2005).Guidance and Counseling in the Elementary and

Middle Schools.A Practical Approach. Iowa. Bronan Bechmark Publisher. Nasution. (2004). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nasution dan Nashori. (2011). Harga Diri Anak Jalanan. Karya Ilmiah: UII Nuryati, Lusi. (2008). Psikologi Anak. Jakarta : PT.Indeks.

Papalia,Diane E.,et.al. (2008). Alih Bahasa: A.K.Anwar. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta :Kencana.

Purnama, Sidik. (2008). Profil Harga Diri (Self Esteem) Remaja Di Panti Asuhan. Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rima, Sundari. (2008). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Self Esteem Anak Jalanan. Skipsi PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa: Mila Rahmawati dan Anna Kuswan. Child Development (Perkembangan Anak). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa : Benedictine Widyasinta. Adolescence (Remaja). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. (1996). Alih Bahasa : Shinto B.Adelar dan Sherly Saragih. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Setyosari, A. (2009). Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sistha Hanani, Vania. (2012). Profil Kecerdasan Emosi Anak yang Berasal dari Keluarga dengan Status Ekonomi Miskin di Barak Sosial Ampera Salatiga. [online]. Tersedia: http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2461. [08 Juli 2013].


(5)

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siti Syabibah Nurul Amalia. (2013). Pengembangan Program Bimbingan dan

Konseling Pribadi-Sosial Berdasarkan Profil Harga Diri Peserta Didik. Skripsi PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Soerjono, Soekanto. (1989). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT Raja Grafindo. STATDA Kab.Cirebon. (2013). Statistik Kabupaten Cirebon 2013. Badan Pusat

Statistik Cirebon.

Subowo, E dan Martiarini. (2009). Hubungan Antara Harga Diri Remaja dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan. Psikodinamika. Vol.11, No.2, 20-30.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Uman. (2005). Karakteristik Siswa dan Bimbingan di SD. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Status Ekonomi. online. Tersedia : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html. [08 Juli 2013].

Surya, M. (1988). Kesehatan Mental. Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP Bandung. Syamsu, Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT.Remaja Rosda Karya.


(6)

100

Rina Anur Sari, 2014

Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Harga Diri (Self Esteem) Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah