PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SIWA.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SIWA

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh GISTI AGUSTINI

0800518

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012


(2)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA

Oleh Gisti Agustini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Gisti Agustini 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

GISTI AGUSTINI NIM. 0800518

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001

Pembimbing II

Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

ABSTRAK

Gisti Agustini. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian ini dilatarbelakangi dari studi pendahuluan yang menunjukkan adanya gambaran konsep diri negatif pada siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa Kelas X Tahun Ajaran 2012/2013 terlihat dari beberapa siswa yang mengalami ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki dirinya serta kemampuannya. Hal itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri terhadap kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek oleh siswa lain. Penelitian bertujuan mengungkap gambaran umum konsep diri siswa dan menghasilkan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan yakni pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan instrumen konsep diri siswa. pengambilan sampel dilakukan secara acak (simple random sampling). Sampel penelitian adalah siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 82 siswa dari 160 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum konsep diri siswa berada pada kategori positif sebesar 52,44%. Pada setiap aspek yang diperoleh yaitu, pada aspek fisik sebesar 47,56% siswa berada pada kategori positif, aspek psikis 46,34% berada pada kategori positif, dan aspek sikap sebesar 60,98% siswa berada pada kategori positif. Hasil dari penelitian yaitu berupa program hipotetik yang telah diuji validasi oleh pakar, program tersebut yakni program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa SMA PGRI 1 Bandung Kelas X Tahun Aajaran 2012/2013. Rekomendasi ditujukan bagi: 1) guru BK yaitu dapat mengimplementasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa dengan metode yang kreatif untuk mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung, 2) peneliti selanjutnya yaitu Melakukan penelitian tentang konsep diri berdasarkan gender dan usia yang dilakukan pada jenjang SD, SMP, SMK, dan Perguruan Tinggi.


(5)

ABSTRACT

Gisti Agustini. (2012). Social Personal Guidance Program for Students Develop Self-Concept (Descriptive Research on Class X Students High School PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013).

The research is motivated from a preliminary study that showed a picture of a negative self-concept in class X in high school PGRI 1 Bandung. It can be seen from the behavior of Class X students in Academic Year 2012/2013 looks from a few students who have distrust themselves against what he has himself and his abilities. This was evidenced by some of the students who have self distrust of the physical condition because he had often teased by other students. The research aims to uncover the student an overview of the concept and generate personalized guidance hypothetical social programs to develop students' self-concept. The research approach used the quantitative approach, the descriptive method. Collecting data using student self-concept instrument. random sampling (simple random sampling). The research sample was student of Class X Secondary School PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013, amounting to 82 students out of 160 students. The results showed that in general students' self concept in the category of positive at 52.44%. In every aspect obtained is, the physical aspect of 47.56% of the students are in the positive category, psychological aspects of 46.34% at the positive category, and aspects of the attitudes of 60.98% of the students are in the positive category. The results of the study in the form of a hypothetical program that has been tested validation by experts, the program is the personal guidance of social programs to develop the self-concept of high school students of Class X PGRI 1 Bandung Academic Year 2012/2013. Recommendations addressed to: 1) counselor are able to implement a mentoring program to develop personal social self-concept of students with creative methods to develop students' self-concepts held as one of the considerations in the optimization of the implementation of guidance and counseling services in High School PGRI 1 Bandung, 2) further research is doing research on self-concept based on gender and age were performed at elementary, junior high, vocational, and higher education.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... Vi DAFTAR TABEL ... Vii DAFTAR GAMBAR ... Vii i DAFTAR DIAGRAM BATANG ... X DAFTAR LAMPIRAN ... Xi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Konsep Dasar Bimbingan ... 10

B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 14

C.Konsep Diri Remaja... 17

D.Karakteristik Konsep Diri Remaja... 24

E. Karakteristik Perkembangan Remaja... 29

F. Tugas Perkembangan Remaja ... 32

G.Konsep Dasar Program Bimbingan... 34

H.Hasil Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40

B.Definisi Operasional Variabel ... 40

C.Populasi dan Sampel ... 42

D.Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Uji Coba Alat Ukur ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 48

G.Penyusunan Program Hipotetik untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 52

H.Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 56


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ... 95 B. Rekomendasi... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Anggota populasi ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen konsep Diri Siswa ... 44

Tabel 3.3 Hasil Judgement Angket ... 46

Tabel 3.4 Pola Skor Alternatif Respon Model Likert ... 49

Tabel 3.5 Interval Skor Gambaran Umum Konsep Diri Siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung ... 50 Tabel 3.6 Interpretasi Kategori Konsep Diri Siswa ... 51

Tabel 4.1 Penilaian Kebutuhan Siswa ... 78

Tabel 4.2 Rencana Operasional Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 86

Tabel 4.3 Pengembangan Tema Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 88

Tabel 4.4 Instrumen Evaluasi Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 93


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

DAFTAR DIAGRAM BATANG

Diagram Batang 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

... 56 Diagram Batang 4.2 Gambaran Konsep Diri Siswa berdasarkan

Aspek ... 57 Diagram batang 4.3 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan

Indikator dari Aspek Fisik ... 59 Diagram Batang 4.4 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan

Indikator dari Aspek Psikis ... 60 Diagram Batang 4.5 Gambaran Konsep Diri Siswa Berdasarkan


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Siswa SMA kelas X ini disebut juga sebagai masa puber, masa puber di awali dengan usia 12 tahun sampai usia 15 tahun, yaitu suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, saat dimana kriteria kematangan seksual muncul dan ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks (Hurlock, 1980).

Perubahan fisik pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja (Hurlock, 1980). Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, berubah menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dan karena kritik yang bermunculan datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak perempuan dan laki-laki setelah masa puber mempunyai rasa rendah diri. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Pudjijogyanti (1993: 41) bahwa kebingungan remaja dalam menyikapi kondisi fisik dan psikologis pada masa peralihan sering menimbulkan perilaku salah suai, yang ditampilkan dalam bentuk rasa rendah diri, cemas yang berlebihan, dan pandangan diri yang cenderung negatif dan menurut Erikson (Pudjijogyanti, 1993: 42) bahwa keadaan fisik pada masa remaja merupakan sumber pembentukan identitas diri dan konsep diri, maka remaja yang tidak percaya diri terhadap fisik yang dimilikinya akan mengalami konsep diri yang negatif.


(12)

2

Sobur (2003: 510) mengungkapkan:

Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sebagainya.

Wigfield & Eccles (Tarmidi, 2008) mengemukakan remaja awal diketahui sebagai masa penyesuaian, dan konsep diri yang negatif akan membuat siswa pada masa ini akan mengalami kegagalan akademis di masa yang akan datang.

Berteori tentang konsep diri telah terjadi di lingkungan fenomenologis yang disebutkan Wylie (Moreno, 2007) perilaku pribadi dipengaruhi oleh orang-orang yang berarti bahwa setiap individu memaparkan persepsi mereka tentang pengalaman mereka. Kemudian Fox (Tarmidi, 2008) memaparkan konsep diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri bagian dari suatu keseluruhan dimana satu harga diri adalah dasar kontributor untuk kesehatan kesejahteraan dan mental.

Hurlock (1974:21) bahwa konsep diri merupakan konfigurasi persepsi yang meliputi keyakinan, perasaan, sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai bagian dari karakteristik diri.

Menurut Snow dan Jackson (Tarmidi, 2008), konsep diri (self-concept) adalah sejauh mana ia mengetahui dirinya (individual’s self-knowledge).

Menurut Branden (Tarmidi, 2008), konsep diri adalah siapa dan apa yang individu pikirkan mengenai diri sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar, yang menyangkut fisik dan psikologi serta kelebihan dan kekurangannya.

Harter (Tarmidi, 2008) juga menjelaskan bahwa konsep diri merupakan konstruksi kognitif yang menggambarkan dan menilai diri. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar, oleh karena itu konsep diri biasanya menetap dan konsisten. Purkey (Tarmidi, 2008) memaparkan persepsi tentang diri mengarahkan perilaku seseorang, dan individu akan berperilaku sesuai dengan persepsinya tersebut.


(13)

Maka dari itu konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan (anggapan dan perasaan), persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Brooks (Rakhmat, 2008), konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Hurlock (1974) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan konfigurasi persepsi yang meliputi keyakinan, perasaan, sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai bagian dari karakteristik diri. Menurut Yusuf (2009) konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi (pandangan), penilaian, dan perasaan seseorang terhadap dirinya, baik menyangkut aspek fisik, psikis, maupun sosial.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan, persepsi terhadap diri yang menyangkut fisik, psikologis, dan sosial yang terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman sehingga bersifat menetap dan konsisten serta pandangan orang lain terhadap dirinya yang menyangkut fisik, sosial, dan psikologis. Fisik menyangkut keadaan diri yang terlihat langsung dari luar atau tampilan diri, sosial bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain dengan memiliki suatu sikap dan psikologis mengenai karakteristik diri yang khas, serta konsep tentang kemampuan dan ketidak mampuan diri.

Konsep diri menurut J.F. Calhoun (Rosidah, 2009) jenisnya ada dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri negatif adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur sedangkan konsep diri positif adalah dasar dari konsep diri yang bukanlah kebanggaan besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan diri dan kualitas yang mengarah ke kerendahan hati dan ke kedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan.

Menurut Hadley, M. A., Hair, C.E., Moore, A.K., (2008) menjelaskan bahwa remaja di Amerika Serikat cenderung mengalami penurunan konsep diri yang positif selama beberapa tahun. Penurunan ini sering dimulai sekitar usia 12 untuk gadis dan sekitar usia 14 untuk laki-laki. Untuk beberapa yang mengalami penurunan dapat menjadi hal yang fatal pada awal masa remaja (Antara usia 14 dan 16) sebelum umumnya pulih di pertengahan usia remaja. Memiliki konsep diri negatif selama masa remaja telah dikaitkan dengan perilaku maladaptif dan


(14)

4

emosi. Sebaliknya, memiliki konsep diri positif telah dikaitkan dengan perkembangan sosial dan emosional yang positif.

Rosidah (2009) menyatakan bahwa permasalahan remaja yang paling banyak dikonsultasikan pada MCR PKBI Jawa Barat saat masa pubertas, yaitu perubahan fisik 27.9%, dampak perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa puber 16%, pubertas sebagai awal masa remaja 10.1% dan keadaan emosi 7.6%.

Haryadi (Rosidah: 2009) mengemukakan berdasarkan hasil survei terhadap remaja DKI dan sembilan kota besar di Indonesia oleh federasi kesehatan kesehatan mental Indonesia (FEKMI) bahwa perilaku remaja bermasalah sudah muncul pada remaja awal sekitar usia 11-14 tahun. Hal ini terjadi lebih dini terjadi percepatan, 31% remaja merasa tidak nyaman dengan perubahan fisik yang dialaminya sedangkan 79% remaja mencemaskan penampilan.

Syarif (2007:79) menjelaskan, berdasarkan persentase terkecil yaitu aspek fisik pada konsep diri remaja mengenai keadaan fisik diperoleh sebesar 48.4%.

Penelitian ini diadakan di SMA PGRI 1 Bandung kelas X, pada SMA kelas X siswa berada di usia 15-16 tahun merupakan peralihan masa remaja awal menuju masa remaja madya yang menyebabkan terjadinya perubahan pada diri siswa baik dari segi fisik maupun psikologis (Yusuf, 2009), serta adanya studi pendahuluan pada tahun ajaran 2012-2013 yang menyebutkan bahwa kondisi siswa sekolah tersebut memiliki pandangan dirinya yang negatif terlihat dari beberapa siswa yang mengalami ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki dirinya serta kemampuan. Hal itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri terhadap kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek oleh siswa lain serta siswa tidak ada keberanian untuk menyampaikan pendapat atau ide dalam KBM serta dalam diskusi lainnya hal itu terjadi karena siswa merasa bahwa apa yang akan disampaikan takut salah dan orang lain tidak bisa menerima pendapat atau ide nya. Adanya perilaku menyimpang misalnya siswa sering bolos, datang terlambat ke sekolah, membuat gaduh saat pelajaran, tidak menghormati pada guru dengan sering mengobrol disaat guru sedang menerangkan materi dan makan di kelas pada waktu istirahat sudah habis serta pada saat KBM dimulai, serta prestasi akademik yang rendah. Prestasi akademik


(15)

sangat mempengaruhi pada konsep diri terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shaw, Alves serta Combs (Burns, 1993:358) bahwa anak yang memiliki prestasi akademik yang rendah, mempunyai lebih banyak konsep diri yang negatif dibandingkan dengan yang berprestasi bagus, serta orang yang berprestasi rendah pun cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak perasaan diri yang negatif dan dari hasil tes psikologi yang telah dilaksanakan pada siswa Kelas X tahun ajaran 2011/2012 terdapat beberapa siswa dalam satu kelas bahwa pencapaian prestasi akademik yang optimal memerlukan dukungan dan bimbingan pada pengembangan konsep diri, maka sudah terbukti dengan jelas bahwa prestasi akademik mempunyai pengaruh terhadap konsep diri. Fenomena terakhir yang terjadi pada beberapa siswa di sekolah ini yaitu keadaan orang tua atau keluarga yang tidak harmonis sehingga siswa merasa tidak nyaman berada dirumah dan J.F. Calhoun (Rosidah, 2009) mengemukakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu adalah faktor orang tua, menurutnya orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan yang paling kuat yang dialami individu. Anak bergantung kepada orang tuanya untuk makanannya, perlindungannya, kenyamanannya, serta untuk kelangsungan hidupnya. Akibatnya orang tua menjadi sangat penting di mata anak.

Dari fenomena yang telah dipaparkan bahwa konsep diri pada usia remaja sangat rentan dan mengalami konsep diri negatif, oleh karena itu remaja perlu adanya pembinaan dan bimbingan dari guru khususnya guru bimbingan dan konseling atau pembimbing, dengan adanya layanan bimbingan pada remaja akan terbentuk konsep diri yang mengakibatkan peningkatan penyesuaian diri seperti yang di paparkan oleh Snow & jackson Guerin et al, Mc Call, Evahn & Kratzer, dan Adams (Tarmidi, 2008) bahwa perbaikan konsep diri akan mengarahkan peningkatan penyesuaian diri dan prestasi.

Peran bimbingan dan konseling di sekolah adalah adanya kesadaran atau komitmen untuk memfasilitasi siswa. Layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam membina perkembangan siswa termasuk mengembangkan konsep diri yang positif pada siswa. Siswa adalah


(16)

6

seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya.

Rohman Natawidjaja (Yusuf 2009: 38) mengemukakan pengertian bimbingan yaitu:

Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut mampu memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan memiliki nilai-nilai moral sehingga bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian individu akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu siswa mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.

Dari pemaparan tersebut, bimbingan juga bersifat untuk semua (guidance for all) artinya bahwa bimbingan dilakukan pada semua siswa, tidak selalu memberikan bantuan pada siswa yang bermasalah saja tetapi untuk mencapai perkembangan yang optimal, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, karir, maupun belajar. Oleh sebab itu peran bimbingan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada siswa sangatlah penting.

Maka dari itu peneliti memilih konsep diri sebagai bahan penelitian dengan merancang sebuah program, yaitu program bimbingan yang mengarah kepada bimbingan pribadi sosial karena dilihat dari apa yang akan dikembangkan dalam bimbingan ini adalah tentang konsep diri yang terbentuk berdasarkan aspek pribadi dan sosial. Aspek pribadi menyangkut pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang baik tentang fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki siswa SMA, sedangkan aspek sosial dalam konsep diri dapat dilihat dari interaksi sosial siswa yang mempengaruhi pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang diri, selanjutnya penelitian ini berjudul Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA PGRI Bandung Tahun ajaran 2012/2013.


(17)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sebagainya.

Wigfield & Eccles (Tarmidi, 2008) mengemukakan remaja awal diketahui sebagai masa penyesuaian, dan konsep diri yang negatif akan membuat siswa pada masa ini akan mengalami kegagalan akademik di masa yang akan datang. Snow & jackson Guerin et al, Mc Call, Evahn & Kratzer , dan Adams (Tarmidi, 2008) bahwa perbaikan konsep diri akan mengarahkan peningkatan penyesuaian diri dan prestasi.

Fokus penelitian ini terbatas pada siswa SMA Kelas X yang berada pada rentang usia 15-16 tahun. Kondisi siswa sekolah tersebut memiliki pandangan dirinya yang negatif terlihat dari beberapa siswa yang mengalami ketidakpercayaan diri terhadap apa yang dimiliki dirinya serta kemampuan. Hal itu terbukti dengan beberapa siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri terhadap kondisi fisik yang dimilikinya karena sering diejek oleh siswa lain serta siswa tidak ada keberanian untuk menyampaikan pendapat atau ide dalam KBM serta dalam diskusi lainnya hal itu terjadi karena siswa merasa bahwa apa yang akan disampaikan takut salah dan orang lain tidak bisa menerima pendapat atau ide nya

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran umum, gambaran aspek, dan gambaran indikator konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 ?

2. Bagaimana program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 ?


(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah tersusunnya sebuah program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran umum, gambaran aspek, dan gambaran indikator konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012-2013. 2. Tersusunnya program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, hasil penelitian ini memiliki kegunaan baik bagi pengembangan ilmu sebagai berikut:

1. Menambah informasi yang menyangkut konsep diri.

2. Menemukan dasar-dasar konseptual yang berimplikasi secara metodologis bagi studi tentang konsep diri dan berbagai variabel yang terkait.

3. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat implementatif terhadap upaya mengembangkan konsep diri yang begitu bermakna bagi dirinya sendiri, konseli, dan masyarakat pada umumnya.

4. Pihak Jurusan PPB FIP UPI dan Dinas pendidikan berkewajiban untuk mendorong munculnya para calon konselor yang mempunyai pengetahauan yang dalam dan membantu mengembangkan keyakinan serta kemampuannya sehingga menjadi lebih efektif sebagai pekerja sosial profesional.


(19)

E. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2011) disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, untuk mengetahui gambaran konsep diri siswa berdasarkan data-data faktual.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Angket yang dipergunakan untuk memperoleh gambaran konsep diri siswa yang positif atau negatif. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Riduwan (2006) teknik simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Pengambilan sample mengacu pada pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006) apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sample sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai dengan seribu, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.


(20)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif diselaraskan dengan variabel penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah aktual dan fenomena yang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka. Metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dan hasil akhir berupa program hipotetik untuk mengembangkan konsep diri siswa.

B. Devinisi Operasional Variabel 1. Konsep Diri

Hurlock (1974) bahwa konsep diri merupakan konfigurasi persepsi yang meliputi keyakinan, perasaan, sikap dan nilai yang dipandang siswa sebagai bagian dari karakteristik diri.

Selanjutnya Hurlock menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen konsep diri siswa tentang dirinya, yaitu:

a. Komponen perceptual: merujuk pada persepsi siswa tentang penampilan fisiknya, baik persepsi siswa tentang diri sendiri maupun kesan orang lain yang dipersepsi kembali oleh siswa yang bersangkutan (mirror image). Komponen ini ditandai dengan beberapa karakteristik yaitu apakah siswa menerima atau menolak bagian-bagian tubuhnya; perasaan menarik atau serasi, perasaan terhadap stamina dan atau kesehatan, persepsi tentang kesan orang lain


(21)

terhadap penampilannya. Komponen ini sering disebut konsep diri fisik (phsycal self-concept).

b. Komponen conceptual: merujuk pada konsepsi siswa atas karakteristik diri yang khas, termasuk di dalamnya kemampuan dan ketidakmampuan, latar belakang dan asal usulnya, serta masa depan. Komponen ini sering disebut konsep diri psikologis (psychological self-concept) yang tersusun dalam bentuk kualitas penyesuaian hidup seperti kejujuran atau sebaliknya, percaya diri atau sebaliknya, kebebasan atau sebaliknya, dan keberanian atau sebaliknya.

c. Komponen attitudinal: merujuk pada perasaan siswa tentang dirinya, menyangkut sikap tentang status saat ini dan prospek masa depannya, perasaan kebermanfaatan (worthiness) sikap terhadap diri, penyesuaian diri, perasaan bangga atau malu. Karakteristik ini akan berkembang ketika siswa memasuki masa remaja dan dewasa yaitu keyakinan, pendirian, nilai-nilai, cita-cita atau aspirasi dan pandangan hidupnya.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa konsep diri dalam penelitian ini merupakan keseluruhan persepsi atau cara pandang, perasaan, penilaian, pengharapan siswa tentang dirinya mengenai fisik, psikologis dan sikap. Jadi indikator-indikator konsep diri dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Perceptual (fisik): meliputi persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki dan kesan yang diperoleh dari orang lain mengenai penampilan. b. Conceptual (psikis): meliputi karakteristik diri yang khas, konsep tentang

kemampuan dan ketidakmampuan serta kesan tentang latar belakang keluarga. c. Attitudinal (sikap): meliputi sikap tentang status siswa pada saat ini dan sikap

terhadap masa depan, perasaan bangga atau malu terhadap dirinya.

2. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Program bimbingan merupakan sebagai rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode tertentu (Winkel, 1997). Program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan layanan yang disusun secara sistematis, terencana, dan terarah berdasarkan analisis penyesuaian sosial siswa, guna mencapai dan


(22)

42

memfasilitasi perkembangan sosial siswa secara optimal serta untuk menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangan pribadi-sosial siswa.

Program bimbingan pribadi sosial yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan program yang secara hipotetik mengembangkan konsep diri siswa di sekolah.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Riduwan (2006) teknik simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut dengan mengundi nama-nama siswa dari semua kelas. Pengambilan sampel mengacu pada pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006) apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai dengan 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.

Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:65) yaitu sebagai berikut :

S = 19% + 1000 – n (50% - 15 %)

1000 - 100

Dimana :

S = jumlah sample yang diambil n = jumlah anggota populasi

S = 19% + 1000 – 160 (50% - 15 %) 1000 – 100

S = 19% + 658 (35 %) 900


(23)

= 19% + 32,55 % = 51,55 %

Dari perhitungan di atas, maka jumlah sampel penelitian sebesar 51,55 % X 160 = 82,48 = 82 Siswa.

Tabel 3.1 Anggota Populasi

Tahun Ajaran Kelas Jumlah

2012/2013 X-1 42

X-2 39

X-3 41

X-4 38

Jumlah Populasi 160

Jumlah Sampel 82

Pertimbangan dalam menentukan populasi dan sampel penelitian di SMA PGRI 1 Bandung sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil observasi di SMA PGRI 1 Bandung bahwa keadaan status ekonomi keluarga siswa berada pada Kelas menengah kebawah dan keadaan keluarga yang kurang harmonis secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi konsep diri siswa.

b. Siswa Kelas X merupakan siswa yang baru masuk sekolah, ini artinya siswa dalam proses menyesuikan diri dengan lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah, mempunyai lebih banyak konsep diri yang negatif dibandingkan dengan yang berprestasi bagus, serta orang yang berprestasi rendah pun cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak perasaan diri yang negatif.

c. Siswa Kelas X berada pada usia 15 tahun, dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada saat ini termasuk masa remaja awal menuju remaja madya. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Dampak psikologis yang terjadi pada masa pubertas yaitu adanya konsep diri yang kurang baik, hal ini disebabkan karena remaja merasa tidak mampu menerima


(24)

44

perubahan fisik yang terjadi dan merasa tidak puas dengan penampilan yang dimiliki. Selain itu, faktor kurang kondusif dalam menyikapi remaja yang sedang berada dalam masa pubertas juga berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dari komponen conceptual, perceptual, dan attitudinal. Untuk memperoleh data tersebut, maka diperlukan alat pengumpul data berupa angket atau keusioner. Sugiyono (2011: 142) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Alternatif respon yang disdiadakan ada 4 pilihan yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai).

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh data tentang konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Siswa

Aspek Indikator

Sebaran Item

Σ

+ -

Perceptual (fisik)

1. Persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki dirinya.

1, 2, 3, 4,5 5


(25)

mengenai fisik dirinya (Persepsi mengenai daya tarik tubuh dan tingkah laku yang menggambarkan kebanggaan diri)

Conceptual (psikis)

1. Percaya Diri, Kemandirian (emosi, Nilai, Perilaku, dan moral) 11,12,13, 44,45,46, 47 14,15, 48,49 11

2. Kemampuan dan ketidak

mampuan (hubungan

sosial, kejujuran, keadaan

emosi, intelektual,

akademik, dan ekonomi).

16,17,18, 19,20,50, 51,52,53, 54,55,56 21,22,23 57,58 17

3. Kesan tentang latar belakang keluarga.

24,25,26, 27,28,59,

60

29,30,31 10

Attitudinal (sikap)

1. Perasaan tentang diri sendiri

32,33,34, 61,62

35,63 7

2. Sikap terhadap keberadaan diri baik positif maupun negatif baik untuk masa kini dan masa depan.

36,37,38, 39,64

40,42, 43

8

E. Uji Coba Alat Ukur

Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan harus melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Masukan dari tiga dosen ahli dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Hasil judgement dari dosen ahli, sebagai berikut:


(26)

46

Tabel 3.3

Hasil Judgement Angket

Kesimpulan No Item Jumlah

Memadai 1,3,4,5,7,9,11,12,14,16,27,33,35,38,39,40,41, 42,43,44,45,47,51,52,54,55

26 Revisi 2,6,10,13,15,17,19,21,23,24,25,28,30,31,32,34,

36,37,46,48,49,50,53,56,57, 58,

26

Buang 8,18,20,22,26,29, 6

Tambahan 59,60,61,62,63,64 6

Total 64

2. Uji Keterbacaan Item

Sebelum instrumen konsep diri diuji secara empiris, instrumen terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada lima orang siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat di mengerti oleh siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung dan kemudian dilakukan uji validitas eksternal.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji coba instrumen. Uji coba angket dilaksanakan terhadap siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian angket sebelum mengisi angket.


(27)

a.Uji Validitas Butir

Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap konsep diri siswa. Uji validitas butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir pernyataan yang digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur. Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total.

Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi pearson product-moment atau metode Pearson dengan skor mentah.

 



  2 2 2 2 . . . . y y n x x n y x xy n r hitung Keterangan : hitung

r = Koefisien korelasi

xi = Jumlah skor item

yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

(Sugiyono, 2011:183)

Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki r hitung > r tabel

dinyatakan sebagai item yang valid dan dapat digunakan dalam skala. Pada tahap kepercayaan 95%. Pengujian validitas dilakukan terhadap 64 item pernyataan dengan jumlah subjek 82 siswa. Dari 64 item diperoleh 57 item yang valid dan 7 item tidak valid. (Hasil pengisian lengkap teralampir).

b.Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen


(28)

48

ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah dengan adalah metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

                

t i S S k k r 1 1 11 (Riduwan, 2006:115) Keterangan :

r11 = Nilai Reliabilitas

Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item Si = Varians total

k = Jumlah item

Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,94 dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

Keterangan :

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2006:276)

F. Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan


(29)

untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Dari hasil verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah data sesuai dengan subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.

2. Pemberian Skor

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor seduai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban. Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor berikut disajikan dalam tabel 3.5:

Tabel 3.4

Pola Skor Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

SS S TS STS

Favorabel (+) 4 3 2 1

Un-Favorabel (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah :

a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.


(30)

50

3. Pengolahan Data

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai konsep diri siswa yang diperoleh berdasarkan angket yang telah disebar pada siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam pembuatan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri positif pada siswa. Gambaran umum karakteristik sumber data penelitian yaitu konsep diri siswa yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Penentuan kelompok siswa secara umum dengan kategori konsep diri yang positif dan negatif dalam penelitian dilakukan konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas ideal dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 57 item pernyataan (valid) dalam instrumen, kemudian dicari panjang interval setiap Kelas dengan rumus sebagai berikut:

c = Keterangan:

c = panjang interval Kelas Xn = nilai tertinggi

X1 = nilai terendah

k = banyaknya Kelas, dalam penelitian sebanyak 2 (Positif dan Negatif).

Dengan demikian, maka interval skor untuk menentukan masing-masing kategori konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung:

Tabel 3.5

Interval Skor Gambaran Umum

Konsep Diri Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung

Rentang Skor Kategori

≥ 142,6 Positif (P)


(31)

4. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program

Hasil pengolahan data konsep diri siswa yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Kategori Konsep Diri Siswa

KATEGORI INTERPRETASI

Positif

Siswa pada kategori ini telah mencapai konsep diri yang realistis pada setiap aspeknya, yaitu perceptual, conceptual, dan attitude. Dengan kata lain siswa yang berada pada kategori ini memiliki konsep diri yang

realistis.

Negatif

Siswa pada kategori ini telah mencapai konsep diri yang tidak realistis

pada setiap aspeknya, yaitu perceptual, conceptual, dan attitude. Dengan kata lain siswa yang berada pada kategori ini memiliki konsep diri yang tidak realistis.

Berdasarkan Tabel 3.7 pemberian layanan difokuskan berdasarkan kualifikasi dari interpretasi skor ketegori konsep diri.

5. Uji Validitas Program

Program bimbingan pribadi sosial diharapkan dapat mengembangkan konsep diri siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung.

Dimensi-dimensi pengembangan program bimbingan pribadi-sosial hipotetik yang dianalisis yaitu: rumusan judul, penggunaan istilah, sistematika program, rumusan rasional program, rumusan tujuan program,rumusan komponen program, rumusan kompetensi konsep diri, kesesuaian antar komponen program, struktur Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan (SKLB), teknik evaluasi, dan rumusan indikator keberhasilan.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis kelayakan program, adalah sebagai berikut.


(32)

52

b. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan guru pembimbing di sekolah.

G. Penyusunan Program Hipotetik untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

Proses penyususnan program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Penyusunan Program

Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran konsep diri siswa di sekolah dan indikator-indikator konsep diri siswa. Gambaran indikator-indikator-indikator-indikator konsep diri merupakan dasar dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa. Penyusunan program terdiri dari aspek-aspek antara lain landasan penyusunan program, proses penyusunan program dan evaluasi program.

2. Validasi Program

Langkah berikutnya setelah penyusunan program adalah melakukan validasi program yang telah disusun kepada dosen ahli program dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA PGRI 1 Bandung. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan untuk menyusun program bimbingan pribadi sosial yang tepat untuk mengembangkan konsep diri positif pada siswa. Proses validasi program diawali dengan proses penimbangan kisi-kisi penilaian uji kelayakan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri positif siswa.

3. Penyusunan Program Hipotetik

Penyusunan rumusan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa, dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan hasil validasi program dosen. Rumusan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah.


(33)

H. Prosedur Penelitian

Tahap Pertama : Persiapan

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

1. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

2. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif gambaran konsep diri siswa di SMA PGRI 1 Bandung.

3. Mengkaji hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep diri siswa.

4. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dalam menerapkan program bimbingan dan konseling pribadi-sosial.

Tahap Kedua : Merancang Instrumen Penelitian

Berdasarkan kajian teoretik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi pendahuluan, langkah selanjutnya merancang instrumen konsep diri siswa.

Tahap Ketiga : Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen dilakukan untuk mendapatkan instrumen konsep diri siswa, dilakukan beberapa kegiatan, yakni sebagai berikut.

1. Uji rasional instrumen dengan mengidentifikasi hasil penilaian konseptual dari para pakar bimbingan dan konseling.

2. Uji keterbacaan instrumen dan uji kepraktisan instrumen. Tahap Keempat : Revisi Instrumen

Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, kegiatan berikutnya adalah : 1. Mengevaluasi hasil uji kelayakan instrumen.

2. Memperbaiki redaksi dan isi instrumen.

3. Tersusun instrumen konsep diri siswa yang sudah direvisi. Tahap Kelima : Pengumpulan Data Konsep Diri Siswa

Pengumpulan data dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran konsep diri siswa. Kegiatan dalam tahap ini meliputi:

1. Menyusun rencana dan teknis pengumpulan data. 2. Melaksanakan penyebaran instrumen konsep diri siswa. 3. Menganalisis hasil penyebaran instrumen.


(34)

54

Tahap ini meliputi kegiatan: i. Menyusun program hipotetik.

ii. Uji rasional program dengan mengidentifikasi hasil penilaian konseptual dari para pakar bimbingan dan konseling.

iii. Uji keterbacaan program dan uji kepraktisan program dari guru pembimbing.

Tahap tujuh: Revisi Program Bimbingan Pribadi-Sosial.

Tahap ini meliputi kegiatan revisi program hipotetik yang telah dikembangkan sehingga tersusunnya program bimbingan pribadi-sosial yang secara hipotetik untuk mengembangkan konsep diri siswa di sekolah.

Visualisasi tahap-tahap prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:


(35)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

1. Kajian konseptual & analisis penelitian terdahulu

2. Survey lapangan 3. Kajian pendekatan

& strategi BK

Tersusunnya instrumen konsep diri siswa Kelas X

SMA PGRI 1 Bandung

1. Uji rasional instrumen 2. Uji keterbacaan

instrumen & Uji kepraktisan

Tahap IV Pengembangan Program

1. Rancangan program hipotetik 2. Uji rasional

program 3. Uji keterbacaan

program

Tahap V Pengumpulan Data

1. Menyusun rencana & teknis

pengumpulan data 2. Penyebaran

instrumen 3. Analisis hasil

penyebaran instrumen

Tahap IV Revisi Instrumen

1. Evaluasi hasil uji kelayakan instrumen 2. Koreksi redaksi &

isi instrumen 3. Tersusun instrumen

konsep diri hasil revisi

Tahap VII Revisi Program


(36)

95

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang konsep diri yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian gambaran umum konsep diri Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 memiliki konsep diri positif walaupun perbedaan hasil penelitian dengan konsep diri negatif tidak begitu jauh. Pada konsep diri positif berarti siswa telah mencapai konsep diri yang realistis pada setiap aspeknya, yaitu perceptual (fisik), conceptual (psikis), dan attitude (sikap). Dengan kata lain siswa dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang beragam tentang dirinya dan seseorang dengan konsep diri positif akan mempunyai pengharapan-pengharapan dengan merancang tujuan-tujuan hidupnya secara realistis serta mempunyai kemungkinan yang besar untuk dapat mencapai tujuan hidup yang diharapkan.

2. Pencapaian konsep diri siswa pada setiap aspek sebagian besar berada pada kategori negatif, artinya siswa belum mampu untuk menerima dan memiliki pengharapan positif mengenai fisiknya dan siswa belum mampu untuk menerima tanggapan atau kesan dari orang lain mengenai penampilan fisik serta siswa belum mampu untuk memahami dan menilai karakteristik diri, kemampuan dan ketidak mampuan diri serta belum mampu untuk memahami masa depan yang tersusun dalam bentuk kualitas penyesuaian hidup seperti percaya diri dan kemandirian yaitu emosi, nilai, perilaku, dan moral.

3. Layanan bimbingan pribadi sosial merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada remaja sebagai siswa di sekolah guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan yaitu layanan dasar maupun layanan responsif sesuai dengan kebutuhan guna dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif.


(37)

4. Rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa merupakan hasil dari penelitian yang telah diuji validasi oleh dosen pakar dan guru BK SMA PGRI 1 Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil simpulan dan penelitian, berikut dikemukakan beberapa rekomendasi diantaranya:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Data hasil penelitian menggambarkan bahwa siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori konsep diri positif, maka dari itu rekomendasi untuk guru BK SMA PGRI 1 Bandung yaitu upaya pengembangan, pemeliharaan, dan pencegahan dalam bentuk layanan bimbingan baik klasikal ataupun layanan informasi agar konsep diri positif yang dimiliki oleh siswa masih tetap terjaga. Namun pada setiap aspek dan indikator konsep diri masih harus dikembangkan lebih lanjut, terutama pada aspek dan indikator pada kategori negatif. Aspek dan idikator yang perlu dikembangkan yaitu:

a. Pada aspek fisik: persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki dirinya dan penilaian orang atau teman mengenai fisik dirinya.

b. Pada aspek psikis: rasa percaya diri dan kemandirian (emosi, nilai, perilaku, dan moral), dan kesan tentang latar belakang.

c. Pada aspek sikap: sikap terhadap keberadaan diri baik positif maupun negatif untuk masa kini dan masa depan.

Konselor menggunakan instrumen yang lebih beragam untuk mendapatkan gambaran umum konsep diri siswa. Konselor diharapkan dapat mengimplementasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa dengan metode atau teknik bimbingan yang kreatif untuk mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung.


(38)

97

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a. Melakukan penelitian tentang konsep diri berdasarkan gender dan usia yang dilakukan pada jenjang SD, SMP, SMK, dan Perguruan Tinggi.

b. Melakukan penelitian konsep diri dengan menghubungkan variabel lain.

c. Melakukan uji coba program bimbingan pribadi sosial yang telah dirancang oleh peneliti untuk mengembangkan konsep diri siswa.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku). Jakarta: Arcan.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Didi, dkk. (2008). Muslimorfosis. Bandung. MeC Publishing.

Giya. (2009). Teknik Johari Window. [Online]. Tersedia:

http://www.psikologikomunikasi.com/teknik-johari-window. [14 April 2009]

Hadley, M. A., Hair, C.E., Moore, A.K., (2008). Assessing What Kids Think About Themselves: A Guide to Adolescent Self-Concept for Out-of-School Time Program Practitioners. Brief Research to Results Child Trends. Publication #2008-32.

Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan Istiwiayanti). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. (1992). Psikologi Perkembangan. [Online]. Tersedia:

http://www.google.com//belajarpsikologi.com [11 Januari 2011]

Hurlock, Elizabeth B. (1974). Personality Development. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Jacinta F Rini. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. [Online]. Tersedia : http://percayadiri. asmakmalaikat.com/Memupuk-rasa-percaya diri.html. [28 Agustus 2012]

Jannah, Izzatul. (2003). Easy Going, No Way ! Bikin Hidupmu Lebih Terencana. Solo : PT. Era Eureka.


(40)

99

Monk dkk. (2008). Remaja. [Online] Tersedia:

http//www.google.com//duniapsikologi [11 Januari 2012]

Moreno, J. A., Cervelló, E., Vera, J. A., y Ruiz, L. M. (2007). Physical self-concept of Spanish schoolchildren: Diferences by Gender, Sport Practice and Levels of Sport Involvement. Journal of Education and Human

Development, 1(2).

http://www.scientificjournals.org/journals2007/articles/1180.

Nindia. (2009). Menjaga Kesehatan Badan. [Online]. Tersedia: www.google.com/menjaga kesehatan-badan. [21 Mei 2009]

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Bimbingan.

Pudjijogyanti, C. (1993). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rakhmat, Jalalludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Raines & Isbell. 2002. 17 Cerita Moral dan Aktivitas Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Riduwan. (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta.

Rosidah. (2009). Program Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Dikembangkan Berdasarkan Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung). Skripsi PPB FIP UPI. Tidak diterbitkan. Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok (Metode,

Teknik, dan Aplikasi). Bandung:RIZQI PRESS.

Santrock, JW. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2011). Menjadi Pribadi Mandiri. [Online]. Tersedia :

http://www.blog.mybcshop.com/2010/06/menjadi-pribadi-mandiri. [21 Agustu 2012]

Syarif. (2007). Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Konsep Diri. Skripsi PPB FIP UPI. Tidak diterbitkan.


(41)

Fauziah, Syifa. (2012). Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Konsep Diri Remaja dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Tarmidi. (2008). Konsep Diri Underachiever. (Program Pascasarjana F.Psi Univ. Indonesia)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yulianto, Hendra. 2012. Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan. Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2002). Pengantar Teori Keprobadian. Bandung: PPB FIP UPI Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:

Rizqi Press.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan Juntika. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wanhar, Lingga. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa Berdasarkan Gender dan Implikasinya bagi Bimbingan Pribadi-Sosial (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Winarso. (2012). 7 Tips Berhemat Ala Pelajar. [Online]. Tersedia : MJEducation.co. [7 Oktober 2012]

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang konsep diri yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian gambaran umum konsep diri Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 memiliki konsep diri positif walaupun perbedaan hasil penelitian dengan konsep diri negatif tidak begitu jauh. Pada konsep diri positif berarti siswa telah mencapai konsep diri yang realistis pada setiap aspeknya, yaitu perceptual (fisik), conceptual (psikis), dan attitude (sikap). Dengan kata lain siswa dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang beragam tentang dirinya dan seseorang dengan konsep diri positif akan mempunyai pengharapan-pengharapan dengan merancang tujuan-tujuan hidupnya secara realistis serta mempunyai kemungkinan yang besar untuk dapat mencapai tujuan hidup yang diharapkan.

2. Pencapaian konsep diri siswa pada setiap aspek sebagian besar berada pada kategori negatif, artinya siswa belum mampu untuk menerima dan memiliki pengharapan positif mengenai fisiknya dan siswa belum mampu untuk menerima tanggapan atau kesan dari orang lain mengenai penampilan fisik serta siswa belum mampu untuk memahami dan menilai karakteristik diri, kemampuan dan ketidak mampuan diri serta belum mampu untuk memahami masa depan yang tersusun dalam bentuk kualitas penyesuaian hidup seperti percaya diri dan kemandirian yaitu emosi, nilai, perilaku, dan moral.

3. Layanan bimbingan pribadi sosial merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada remaja sebagai siswa di sekolah guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan yaitu layanan dasar maupun layanan responsif sesuai dengan kebutuhan guna dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif.


(2)

4. Rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa merupakan hasil dari penelitian yang telah diuji validasi oleh dosen pakar dan guru BK SMA PGRI 1 Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil simpulan dan penelitian, berikut dikemukakan beberapa rekomendasi diantaranya:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Data hasil penelitian menggambarkan bahwa siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori konsep diri positif, maka dari itu rekomendasi untuk guru BK SMA PGRI 1 Bandung yaitu upaya pengembangan, pemeliharaan, dan pencegahan dalam bentuk layanan bimbingan baik klasikal ataupun layanan informasi agar konsep diri positif yang dimiliki oleh siswa masih tetap terjaga. Namun pada setiap aspek dan indikator konsep diri masih harus dikembangkan lebih lanjut, terutama pada aspek dan indikator pada kategori negatif. Aspek dan idikator yang perlu dikembangkan yaitu:

a. Pada aspek fisik: persepsi siswa tentang penampilan fisik yang dimiliki dirinya dan penilaian orang atau teman mengenai fisik dirinya.

b. Pada aspek psikis: rasa percaya diri dan kemandirian (emosi, nilai, perilaku, dan moral), dan kesan tentang latar belakang.

c. Pada aspek sikap: sikap terhadap keberadaan diri baik positif maupun negatif untuk masa kini dan masa depan.

Konselor menggunakan instrumen yang lebih beragam untuk mendapatkan gambaran umum konsep diri siswa. Konselor diharapkan dapat mengimplementasikan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan konsep diri siswa dengan metode atau teknik bimbingan yang kreatif untuk mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 1 Bandung.


(3)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a. Melakukan penelitian tentang konsep diri berdasarkan gender dan usia yang dilakukan pada jenjang SD, SMP, SMK, dan Perguruan Tinggi.

b. Melakukan penelitian konsep diri dengan menghubungkan variabel lain.

c. Melakukan uji coba program bimbingan pribadi sosial yang telah dirancang oleh peneliti untuk mengembangkan konsep diri siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdiknas.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (teori, pengukuran, perkembangan dan

perilaku). Jakarta: Arcan.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Didi, dkk. (2008). Muslimorfosis. Bandung. MeC Publishing.

Giya. (2009). Teknik Johari Window. [Online]. Tersedia:

http://www.psikologikomunikasi.com/teknik-johari-window. [14 April 2009]

Hadley, M. A., Hair, C.E., Moore, A.K., (2008). Assessing What Kids Think About Themselves: A Guide to Adolescent Self-Concept for

Out-of-School Time Program Practitioners. Brief Research to Results Child

Trends. Publication #2008-32.

Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan Istiwiayanti). Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. (1992). Psikologi Perkembangan. [Online]. Tersedia:

http://www.google.com//belajarpsikologi.com [11 Januari 2011]

Hurlock, Elizabeth B. (1974). Personality Development. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Jacinta F Rini. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. [Online]. Tersedia : http://percayadiri. asmakmalaikat.com/Memupuk-rasa-percaya diri.html. [28 Agustus 2012]

Jannah, Izzatul. (2003). Easy Going, No Way ! Bikin Hidupmu Lebih Terencana. Solo : PT. Era Eureka.


(5)

Monk dkk. (2008). Remaja. [Online] Tersedia: http//www.google.com//duniapsikologi [11 Januari 2012]

Moreno, J. A., Cervelló, E., Vera, J. A., y Ruiz, L. M. (2007). Physical self-concept of Spanish schoolchildren: Diferences by Gender, Sport Practice

and Levels of Sport Involvement. Journal of Education and Human

Development, 1(2).

http://www.scientificjournals.org/journals2007/articles/1180.

Nindia. (2009). Menjaga Kesehatan Badan. [Online]. Tersedia: www.google.com/menjaga kesehatan-badan. [21 Mei 2009]

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Bimbingan.

Pudjijogyanti, C. (1993). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rakhmat, Jalalludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Raines & Isbell. 2002. 17 Cerita Moral dan Aktivitas Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Riduwan. (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti

pemula. Bandung: Alfabeta.

Rosidah. (2009). Program Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Dikembangkan Berdasarkan Studi Terhadap Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 7 Bandung). Skripsi PPB FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok (Metode,

Teknik, dan Aplikasi). Bandung:RIZQI PRESS.

Santrock, JW. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2011). Menjadi Pribadi Mandiri. [Online]. Tersedia : http://www.blog.mybcshop.com/2010/06/menjadi-pribadi-mandiri. [21 Agustu 2012]

Syarif. (2007). Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Konsep Diri. Skripsi PPB FIP UPI. Tidak diterbitkan.


(6)

Fauziah, Syifa. (2012). Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Konsep Diri Remaja dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Bandung

Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak

Diterbitkan.

Tarmidi. (2008). Konsep Diri Underachiever. (Program Pascasarjana F.Psi Univ. Indonesia)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yulianto, Hendra. 2012. Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung Tahun

Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu. (2002). Pengantar Teori Keprobadian. Bandung: PPB FIP UPI Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:

Rizqi Press.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan Juntika. (2006). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wanhar, Lingga. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa Berdasarkan Gender dan Implikasinya bagi Bimbingan Pribadi-Sosial (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 24 Bandung

Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Winarso. (2012). 7 Tips Berhemat Ala Pelajar. [Online]. Tersedia : MJEducation.co. [7 Oktober 2012]

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.