MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN.

(1)

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar S-1 Sarjana Sastra

Oleh: Dina Astrimiati

NIM 1006204

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hak Cipta

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Oleh

Dina Astrimiati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dina Astrimiati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DINA ASTRIMIATI

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing 1,

Drs. Memen Durachman M. Hum NIP 196306081988031002

Pembimbing 2,

Nenden Lilis Aisyah M. Pd NIP 197109262003122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si NIP 197204031999031002


(4)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN” ini berikut seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masuarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus2014 Yang membuat pernyataan,

Dina Astrimiati NIM 1006204


(5)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menyampaikan nikmat, hikmah serta muhibah-Nya kepada seluruh umat-Nya khususnya kepada penulis sehingga tetap diizinkan untuk merasakan setiap wejangan-wejangan yang dihadirkan oleh-Nya. Shalawat dan salam penulis curahkan kepada Baginda Rasululllah Saw. beserta para kekasih-kekasih-Nya yang selalu berada dalam naungan-Nya.

Dengan kenikmatan yang dilimpahkan tak terkira, peneliti diizinkan untuk merampungkan penyusunan skripsi yang berjudul “Motif Hukuman Pada

Legenda Gunung Pinang Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Banten”

sebagai wujud dari hasil akhir penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain itu, skripsi ini menjadi salah satu syarat yang harus ditempuh demi memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis secara penuh menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya dengan karya tulis ini. Oleh sebab itu, peneliti menerima dengan senang hati segala jenis saran, kritikan, dan penilaiannya terhadap karya tulis yang bersangkutan agar dapat menjadi perbaikan dan catatan berharga untuk penelitian di masa depan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, tidak hanya bagi pembaca namun juga dapat dijadikan acuan pada penelitian-penelitian selanjutnya.


(6)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Untaian puji serta syukur tak henti-hentinya peneliti lantunkan kepada Illahi Rabbi, yang berkat firman dan kasih-Nya, peneliti diberi kesempatan untuk disampaikan pada penghujung doa dan kerja keras yang telah dilakukan selama ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa peneliti ucapkan kepada pihak-pihak yang senantiasa membantu dan mendampingi peneliti dalam proses menyelesaikan skripsi ini, baik secara moril maupun materiil. Melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dadang S. Anshori, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia;

2. Tedi Permadi M. Hum selaku ketua prodi Bahasa dan sastra Indonesia sekaligus dosen Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia;

3. Drs. Memen Durachman M. Hum selaku pembimbing 1 yang tidak hanya setia memberi arahan dan masukan kepada peneliti dalam penelitian skripsi, namun juga motivasi untuk tetap menjaga semangat dan menghargai proses belajar;

4. Nenden Lilis A. M. Pd selaku pembimbing 2 yang tidak pernah jenuh memberikan nasihat dan saran yang membangun secara intensif kepada peneliti;

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menyampaikan ilmu dan pengetahuan sehingga menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti;


(7)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

6. Geng TU: Pak Aep, Mas Joko, dan Pak Wawan yang selalu memberikan informasi penting yang berhubungan dengan akademik sehingga memudahkan peneliti dalam mengurus segala sesuatunya;

7. Keluarga peneliti, khususnya ibu Christie Arni dan Ayah peneliti. Terima kasih untuk air mata dan doa yang selalu kalian semaikan di setiap usaha dan keringat yang mengucur;

8. Masyarakat Kecamatan Kramatwatu, khususnya Bapak Rahmat, Bapak Khaerudin, Bapak Sain Salili, dan Bapak Anhar selaku informan LGP yang telah memberikan kecukupan informasi serta keterangan terkait objek penelitian;

9. Teh Yostiana yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat untuk memperjuangkan karya tulis ini;

10.Kerabat kelompok sosial yang senantiasa hadir bersama kebahagiaan dan keceriaan selama proses penyusunan skripsi berlangsung: Fanny Marini T., Citra Annisa A., Dininatiwi R., Raidah Azyyati F., Tiara Rahayu, Eka B. Pramesty dan Danissa Citra;

11.Kawan seperjuangan lintas kampus, AP (Aswar P. dan Aditya P. red), yang senantiasa menyediakan fasilitas untuk menunjang terlaksananya kegiatan penelitian;

12.Ibu, Mas Caesar, Arifin Noor, Dedi, Imam dan Satria yang waktunya rela direcoki oleh pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan objek penelitian; 13.Kerabat kostan: Teh Nurfadillah, Winda Nurfadilah, Syerel Stevany, Ratnanengsih, yang menyampaikan bantuan dari Tuhan di menit-menit terakhir. Juga Kak Amat, Kak Uril, dan segenap keluarga PAS ITB;

14.Kawan sejawat kelas Nondik A dan Nondik B;

15.Pihak-pihak lain yang telah terlibat dalam penggarapan penelitian ini.

Semoga Allah Swt. memberikan kasih dan cinta-Nya kepada semua pihak-pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap karya


(8)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

tulis sederhana ini dapat menjadi telaga bagi kepentingan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sastra dan folklor.

Bandung, Agustus 2014

Peneliti

ABSTRAK

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Dina Astrimiati

Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang meriwayatkan mengenai keberadaan bentuk gunung pinang yang memiliki kaitan dengan cerita anak durhaka yang terletak di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan antara anak durhaka dengan motif hukuman yang terdapat pada cerita rakyat bersangkutan. Data yang bersumber dari tiga informan pilihan kemudian ditelusuri melalui lima aspek analisis, di antaranya yakni struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna.

Metode penelitian LGP yang dilakukan menggunakan kajian deskriptif yang bersifat analisis. Artinya kajian dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta objek yang berhubungan dengan cerita gunung pinang baru kemudian dianalisis. Adapun pendekatan yang digunakan yakni melalui folklor modern yang bersifat holistik.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara umum LGP dengan legenda anak durhaka Nusantara yang berasal dari latar belakang dan kondisi alam yang sama akan memunculkan motif-motif hukuman yang serupa. Kondisi tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa konteks kebudayaan turut andil dalam


(9)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cerita rakyat di suatu kolektif.

DAFTAR ISI PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Batasan Masalah Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6


(10)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

BAB II LANDASAN TEORETIS

A.Pengertian Legenda ... 8

B. Klasifikasi Legenda ... 10

C. Cerita Rakyat LGP Sebagai Legenda ... 11

D.Cerita Rakyat LGP Sebagai Sastra Lisan dan Tradisi Lisan ... 12

E. Teori Motif ... 14

1. Motif Hukuman ... 15

F. Kajian terhadap LGP ... 16

1. Analisis Strukturalisme Todorov ... 16

2. Analisis Proses Penciptaan ... 21

3. Analisis Konteks Penuturan ... 22

4. Fungsi ... 25

5. Makna ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 28

B. Objek Penelitian... 28

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

D.Instrumen Penelitian ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 31

F. Keabsahan Data ... 35

G.Definisi Operasional ... 35

H.Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MOTIF HUKUMAN LGP A.Analisis LGP 1 ... 38

1. Analisis Struktur ... 38

a) Analisis Alur ... 42


(11)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

c) Analisis Latar ... 57

2. Analisis Proses Penciptaan ... 61

a) Proses Pewarisan... 61

b) Proses Penciptaan... 63

3. Analisis Konteks Penuturan ... 64

a) Konteks Situasi ... 65

b) Konteks Budaya ... 69

4. Analisis Fungsi ... 77

5. Analisis Makna... 85

B. Analisis LGP 2 ... 90

1. Analisis Struktur ... 90

a) Analisis Alur ... 90

b) Analisis Tokoh ... 95

c) Analisis Latar... 102

2. Analisis Proses Penciptaan ... 105

a) Proses Pewarisan... 105

b) Proses Penciptaan... 107

3. Analisis Konteks Penuturan ... 108

a) Konteks Situasi ... 108

b) Konteks Budaya ... 112

4. Analisis Fungsi ... 120

5. Analisis Makna... 126

C. Analisis LGP 3 ... 131

1. Analisis Struktur ... 131

a) Analisis Alur ... 131

b) Analisis Tokoh ... 138

c) Analisis Latar ... 155


(12)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

a) Proses Pewarisan ... 163

b) Proses Penciptaan ... 164

3. Analisis Konteks Penuturan ... 165

a) Konteks Situasi... 166

b) Konteks Budaya ... 168

4. Analisis Fungsi ... 176

5. Analisis Makna... 180

D. Motif Hukuman dalam LGP ... 185

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 191

DAFTAR PUSTAKA ... 194

LAMPIRAN ... 196

BIODATA PENULIS ... 220

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Informan ... 29

Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan ... 30

Tabel 3.3 Daftar Pemerolehan Sumber Data ... 32

Tabel 4.1 Proses Pewarisan LGP 1 ... 62

Tabel 4.2 Proses Pewarisan LGP 2 ... 106


(13)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Bagan Alur LGP 1 ... 42 Bagan 4.2 Bagan Alur LGP 2 ... 94 Bagan 4.3 Bagan Alur LGP 3 ... 137


(14)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

DAFTAR GAMBAR

Gb. 4.1 Peta Lokasi Desa Pejaten ... 69 Gb. 4.2 Peta Lokasi Desa Tonjong ... 113 Gb. 4.3 Peta Lokasi Desa Lebakwana ... 169


(15)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 ABSTRAK

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Dina Astrimiati

Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang meriwayatkan mengenai keberadaan bentuk gunung pinang yang memiliki kaitan dengan cerita anak durhaka yang terletak di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan antara anak durhaka dengan motif hukuman yang terdapat pada cerita rakyat bersangkutan. Data yang bersumber dari tiga informan pilihan kemudian ditelusuri melalui lima aspek analisis, di antaranya yakni struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna.

Metode penelitian LGP yang dilakukan menggunakan kajian deskriptif yang bersifat analisis. Artinya kajian dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta objek yang berhubungan dengan cerita gunung pinang baru kemudian dianalisis. Adapun pendekatan yang digunakan yakni melalui folklor modern yang bersifat holistik.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara umum LGP dengan legenda anak durhaka Nusantara yang berasal dari latar belakang dan kondisi alam yang sama akan memunculkan motif-motif hukuman yang serupa. Kondisi tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa konteks kebudayaan turut andil dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cerita rakyat di suatu kolektif.


(16)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Legenda bagian dari folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, dan sistem proyeksi. Vansina (dalam Hutomo, 1991, hlm.12) mengemukakan bahwa folklor merupakan segala macam keterangan lisan dalam bentuk laporan tentang suatu hal yang terjadi pada masa lampau. Danandjaya (2007, hlm.5) mengatakan bahwa folklor merupakan cara untuk mengabadikan hal-hal yang dirasakan penting oleh masyarakat pada sesuatu di masa tertentu. Dengan begitu sangatlah jelas bahwa legenda merupakan bentuk inventarisasi budaya masyarakat yang berbentuk lisan. Keberagaman legenda di Nusantara menjadi sebuah tolak ukur, sejauh mana suatu masyarakat tersebut menghargai kebudayaan lisan yang dimiliki.

Kendati demikian, kemunculan folklor tulis di tengah-tengah masyarakat lisan sering menyebabkan terjadinya transmisi bahkan interpolasi yang menimbulkan ketegangan antara penelitian folklor lisan dan tulis (Endraswara, 2009, hlm.17). Tidak dapat disangkal bahwa pergerakan waktu terus mendorong folklor lisan dan tulis berkembang sehingga lambat laun kelisanan akan berbaur dengan budaya tulis/keberaksaraan. Jika keadaan terus seperti itu, maka para peneliti dituntut cermat dalam menanggapi dan mengambil data yang aktual dari kedua hal tersebut.

Legenda yang berkaitan dengan suatu nama tempat dan bentuk topografi, memiliki jumlah tidak terbatas di setiap daerah bila dibandingkan dengan mite atau dongeng (Alan Dundes dalam Danandjaya, 2007, hlm.67). Kajian legenda setempat di Nusantara telah mendapatkan banyak perhatian dari kalangan para sarjana, khususnya pemerhati folklor, terlebih legenda setempat mengenai asal muasal nama gunung.Animo masyarakat peneliti terhadap pengkajian legenda gunung sebenarnya bukan sebuah hal baru yang dilakukan. Hal tersebut terjadi


(17)

2

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lantaran karakteristik sebuah cerita rakyat yang memiliki versi dan variannya, sehingga dari sebuah penelitian dapat diketahui daerah mana saja yang memiliki cerita yang semacam dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan pengkajian legenda gunung yakni disertasi Ayu Sutarto berjudul Suku Tengger Gunung Bromo dan legenda Gunung Kemukus oleh Novitasari.

Adapun legenda serupa yang terdapat di daerah lainnya adalah legenda

asalMula Nama Tengger dan Terjadinya Gunung Batokberasal yang dari Jawa

Timur. Keduanya memiliki kesamaan motif yakni „motif gunung atau bukit yang tercipta dari kegiatan dewa atau tokoh legendaris di zaman dahulu‟ dan „motif ganjaran sebagai upah melaksanakan suatu tugas tertentu, yang secara tipu muslihat tidak diberikan‟ (Danandjaya, 2007, hlm.80). Motif-motif tersebut merupakan unsur-unsur cerita yang dapat dipergunakan bagi keperluan penganalisisan dan perbandingan. Legenda setempat yang berhubungan erat dengan bentuk topografi juga terdapat di kabupaten Serang, Banten.

Serang merupakan salah satu di antara sekian banyak daerah di Nusantara yang memiliki ragam folklor, termasuk legenda. Daratan yang beriklim tropis tersebut memiliki lore yang penyebarannya dilakukan secara turun-temurun baik melalui lisan, gerak isyarat (gesture) dan atau alat pembantu pengingat. Salah satu legenda setempat yang masih dipertahankan keeksistensiannya hingga kini yakni legenda Gunung Pinang(selanjutnya akan disingkat menjadi LGP). LGP merupakan cerita masyarakat Serang yang kini kian jarang diceritakan oleh penutur aktif. Hal tersebut ditandai dengan minimnya ketidaktahuan penduduk lokal sendiri mengenai keutuhan cerita dari LGP.

Kendati demikian, masyarakat Serang, khususnya masyarakat di Kecamatan Kramatwatu tersebut mempercayai bahwa keberadaan Gunung Pinang sendiri merupakan bentuk jelmaan dari kemurkaan seorang ibu karena tindakan anaknya yang berbuat durhaka terhadap dirinya. Gunung yang berlokasi di perbatasan kabupaten Serang dan Cilegon tersebut menarik bukan karena bentuk gunungnya yang benar-benar menyerupai bentuk perahu terbalik, melainkan karena


(18)

3

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberadaan cerita tersebut yang dijadikan sebagai alat proyeksi dan pendidikan bagi anak-anak setempat agar tidak berbuat durhaka terhadap orang tua. Ditinjau dari beberapa segi, motif LGP memiliki kesamaan motif dengan anak durhaka lainnya, tidak hanya di Nusantara bahkan di dunia. Contoh motif anak durhaka yang sangat terkenal di Indonesia yakni legenda Malin Kundang, sedangkan legenda anak durhaka di dunia salah satu contohnya yaitu Si Tenggang dari Malaysia.

Kabupaten Serang terletak di provinsi Banten dengan pusat pemerintahannya berada di kota Serang. Tidak dapat disangkal jika dari perkembangan tersebut akan memberi pengaruh besar terhadap sektor lainnya, seperti perdagangan, jasa, pariwisata, dll. Kehadiran pemukiman industri pun turut memengaruhi peningkatan jumlah penduduk dan sistem budaya. Mata pencaharian yang pada awalnya sebagian besar adalah petani ladang, lambat laun bertransisi menjadi pedagang, buruh, dsb. Bukan hal yang muskil apabila kondisi tersebut akan menyebabkan pergeseran budaya terjadi. Seperti yang terjadi pada keberadaan cerita LGP yang semakin tergerus waktu dari masyarakat penciptanya. Ditinjau dari berbagai segi, motif LGP memiliki kesamaan motif anak durhaka dengan beberapa cerita legenda di Nusantara seperti Sampuraga (Kalimantan Tengah), Amat Rhang Mayang (Aceh), Joko Poneng (Brebes),

Boncel (Sunda), Gunung Batu Hapu (Kalimantan Selatan) dan Si Kintan (Aceh).

Motif anak durhaka di Nusantara umumnya memiliki kesamaan motif yang menceritakan tentang seorang anak yang telah mengkhianati ibunya setelah dirinya berhasil meraih kesuksesan dan kemapanan. Motif hukuman yang dihadirkan pun tidak jauh berbeda. Pada kasus LGPmisalnya, hukuman yang dihadirkan berupa kiamat kecil yang akhirnya mampu meluluhlantakkan seisi dermaga dan membalikkan kapal. Cerita tersebut mirip sekali dengan legenda gunung batu Sampuraga yang berasal dari Kalimantan Tengah. Namun, motif hukuman terlihat berbeda dengan cerita yang berasal dari alamagraris berlatar geografis pegunungan seperti pada kisah Boncel dari suku Sunda. Hukuman yang diberikan berupa penyakit menahun yang tidak dapat disembuhkan hingga ajal


(19)

4

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjemput si tokoh. Meskipun memiliki jenis tipologi yang sama, namun penggambaran hukuman yang dihadirkan di setiap daerah berbeda-beda, salah satunya bergantung pada letak geografis daerah masing-masing. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengkaji penggambaran hukuman pada legenda

Gunung Pinang tentang anak durhaka di kabupaten Serang, Banten.

Dari penelitian sebelumnya, peneliti menemukan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan pedoman dan tuntunan dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun skripsi M. Riezky Novtriansyah (2013) yang berjudul “Kajian Antropologi Sastra cerita Rakyat Banten dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMP” yang berisi mengenai pencatatan dan penganalisisan bahan data yang bersumber dari buku cerita rakyat Banten terbitan Kemendikbud. Penelitian tersebut menguraikan bagaimana pola pikir masyarakat Banten secara global dan keseluruhan, tercermin dari lima cerita lokal Banten yang salah satu di antaranya memuat cerita LGP.

Adapun penelitian lainnya yang berkaitan dengan motif hukuman anak durhaka yakni skripsi Risna Tiadi (2009) berjudul “Kajian Perbandingan Motif Anak Durhaka Dalam Cerita Malin kundang Dengan Regen Boncel”. Karya ilmiah tersebut berusaha membanding-bandingkan cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel yang bersumber dari Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara terbitan Pustaka Mandiri menggunakan teori-teori yang relevan.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai unsur-unsur kebudayaan Banten yang bersumber dari buku cerita Banten terbitan Kemendikbud,maupunpenelitian yang membahas mengenai motif anak durhaka yang bersumber dari cerita anakNusantara terbitan Pustaka Mandiri, penelitian yang akan dilakukan kali ini melibatkan setidaknya tiga sumber data dari tiga informan untuk mendeskripsikan struktur cerita LGP menggunakan teori relevan yang akan diulas pada bagian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini berusaha menyinggung secara eksplisit keterkaitan antara motif hukuman LGPdengan legenda-legenda lain di Nusantara yang telah disebutkan sebelumnya. Persamaan mendasar dari penelitian kali ini dengan penelitian-penelitian


(20)

5

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebelumnya yakni sama-sama mengangkat LGP atau motif anak durhaka menjadi objek penelitian.

Dengan mempertimbangkan hal yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai motif hukuman dalam kajian LGP. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap cerita rakyat tersebut yang berada di Kabupaten Serang, Bantendengan judul “Motif Hukuman Pada Legenda Gunung Pinang Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten”.

Perlu disadari bahwa tradisi yang lahir dan berkembang di Indonesia merupakan salah satu ciri khas dan identitas suatu bangsa. Sangat disayangkan apabila masyarakat bersikap acuh dan mengabaikan keberadaan tradisi lisan. Jika keadaan seperti ini berlangsung terus-menerus maka dapat dipastikan tradisi yang dititipkan dari nenek moyang akan mengalami involusi bahkan binasa seiring berjalannya waktu sehingga tidak akan ada catatan sejarah yang berarti.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti memaparkan permasalahan yang terjadi sebagai berikut.

1. Jumlah penutur LGPyang semakin sedikit di tengah kehidupan masyarakat modern sehingga penuturan kini jarang dilakukan; 2. Ketidaktahuan masyarakat kini mengenai keutuhan cerita LGP; 3. Keterkaitan motif hukuman dan nilai moral di dalam masyarakat.

C. Batasan Masalah Penelitian

Peneliti membatasi permasalahan yang akan dikaji agar penelitian tidak meluas. Adapun batasan masalah tersebut yakni penelitian ini mengkhususkan diri untuk meneliti struktur, fungsi, proses penelitian, konteks penuturan, dan struktur makna dari LGP yang bersumber dari tiga narasumber yang dipilih berdasarkan dengan kriteria yang ditentukan yang terdapat di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten.


(21)

6

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah yang kemudian dapat dijadikan acuan penelitian.

1. Bagaimana struktur LGPdi kecamatan Kramatwatu?

2. Bagaimana proses penciptaan LGP Kecamatan Kramatwatu? 3. Bagaimana konteks penuturan yang terdapat pada LGPdi

kecamatan Kramatwatu?

4. Bagaimana fungsi LGP di kecamatan Kramatwatu?

5. Bagaimana makna yang terkandung dalam LGP di kecamatan Kramatwatu?

6. Bagaimana motif hukuman yang hadir dalam LGP di kecamatan Kramatwatu?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan keterkaitan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan dimuka, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Struktur LGP di kecamatan Kramatwatu;

2. Proses penciptaan LGPdi kecamatan Kramatwatu; 3. Konteks penuturan LGPdi kecamatan Kramatwatu; 4. Fungsi LGPdi kecamatan Kramatwatu;

5. Makna LGPkecamatan Kramatwatu;

6. Motif hukuman yang hadir dalam LGP di kecamatan Kramatwatu.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun rumusan manfaat penelitian yakni sebagai berikut.


(22)

7

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah referensi tentang konsep hukuman tipologi anak durhaka;

b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian serupa mengenai legenda;

c. Sebagai upaya pelestarian budaya lisan yang masih aktif bertahan dalam kolektif.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana inventarisasi tradisi lisan masyarakat agar tidak hilang ditelan arus globalisasi;

b. Mengetahui nilai folklor/budaya masyarakat lokal/setempat terkait LGP;

c. Sebagai alat didaktis bagi pembaca khususmya anak-anak di Nusantara.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini berfungsi untuk memberikan arahan terhadap langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian terdiri dari lima bab yakni.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah yang menguraikan alasan diadakannya penelitian serta objek yang akan dikaji. Pembatasan masalah mencakup masalah-masalah yang terdapat dalam objek kajian serta batasannya. Perumusan masalah mencakup masalah yang terdapat dalam objek kajian yang hendak dicapai. Tujuan Penelitian mengarah pada rencana yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian berisi seputar manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, terdapat manfaat teoritis dan praktis. Sistematika penulisan berisi langkah-langkah dalam makalah ini. Bab kedua merupakan landasan teori yang terdiri dari teori-teori yang dipakai dalam mengkaji objek.Kemudian pada bab dua terdiri dari landasan teori yang mengemukakan mengenai kajian pustaka berupa teori-teori yang dikembangkan dari beberapa pakar dan kerangka pemikiran.


(23)

8

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab ketiga menyajikan metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan metodologi yang digunakan dalam penelitian. Bab empat merupakan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan. Kemudian pada bab lima menguraikan isi simpulan dan saran sebagai ringkasan dari pembahasan sebelumnya.


(24)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian

Metode dianggap sebagai strategi untuk mencapai pemahaman mengenai sebuah realitas. Pemahaman mengenai metode yang berfungsi untuk memecahkan suatu masalah sangat diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian LGP yakni metode penelitian deksriptif analisis. Artinya, penelitian ini mendeskripsikan fakta-fakta objek yang ada baru kemudian di analisis. Metode tersebut biasa diaplikasikan dalam penelitian folklor dan kebudayaan. Menurut Ratna (2004, hlm.34) metode deskriptif analisis diperoleh dari penggabungan dua metode, dengan ketentuan bahwa kedua metode yang disatukan tidak bertentangan. Penelitian semacam ini bertujuan untuk memberikan arti dan interpretasi terhadap masalah yang kompleks. Metode penelitian ini sangat cocok untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, fungsi, makna, juga motif hukuman secara menyeluruh pada LGP.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan telaah studi pustaka, studi lapangan/observasi dan penganalisisan data. Asal-usul LGP diperoleh dari sekurang-kurangnya tiga informan yang terpilih dari Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten.

Secara definitif, pendekatan penelitian merupakan proses atau cara dalam mendekati objek kajian. Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan folklor modern yang bersifat holistik, yakni pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan tidak hanya lore-nya saja, namun juga folk-nya. Pendekatan dengan model semacam ini sering digunakan oleh para ahli folklor, mengingat pendekatan lainnya yang serupa masih terfokus pada folk atau lore-nya saja.


(25)

29

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum, Dampu Awang merupakan tokoh dari LGPyang dituturkan oleh penutur aktif. Teks LGPdidapat dengan melakukan perekaman dari penutur asli yang selanjutnya dianalisis menggunakan kajian struktural.

Lokasi administratif gunung pinangberada tepat di perbatasan antara kabupaten Serang dan Cilegon. Kemudian dibuka secara umum pada tanggal 1991 sebagai lokasi pariwisata. Lokasi yang memiliki ketinggian 0-300 mdpl tersebut dimanfaatkan oleh wisatawan domestik untuk berolahraga sepeda gunung, piknik, dan penelitian kehutanan. Terdapat makam yang terletak di puncak gunung pinang dan tidak diketahui pemiliknya dan sering didatangi wisatawan lokal untuk sekedar berziarah ke makam tersebut. Masyarakat juga meyakini bahwa gunung pinang sering disebut-sebut sebagai lokasi pengasingan atau bertapa dan memiliki suasana magis di dalamnya.

Adapun cerita LGP yang dianalisis mengacu pada sumber utama data primer dan data sekunder. Sumber data primer berupa tuturan yang diperoleh dari informan berupa teks lisan yang direkam. Sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dari informan berupa hal-hal di luar konteks cerita namun masih berkaitan dengan cerita LGP. Adapun data informan yang digunakan peneliti dalam mengkaji LGP yakni sebagai berikut.

Tabel 3.1 Data Informan

No. Nama Informan

Tempat, Tanggal Lahir

Pendidikan Jabatan Alamat

1. KH. Haerudin Serang, 1949 Sekolah Rakyat, Madrasah Aliyyah Pensiunan Angkatan Darat, Wiraswasta Kampung Kerikil Desa Pejaten 2. KH.Sain

Alaihin

Serang, 1942

Pesantren Pensiunan Guru Agama

Kampung Kepuh Desa


(26)

30

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tonjong 3. Anhar Serang,

1940

SD/Sekolah Rakyat

Buruh Kampung Lebakbulus Desa Lebakwana *Sumber data peneliti

C.Waktu dan Lokasi Penelitian

Sebagai cerita lokal, LGP tersebar di empat kecamatan di kabupaten Serang. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada observasi awal, masyarakat di Kecamatan Kramatwatu merupakan pewaris aktif yang menguasai cerita LGP. Hal tersebut selain karena didasari oleh banyaknya kuantitas penutur yang memahami cerita LGP, daerah tersebut merupakan lokasi terdekat dari letak lokasi gunung pinang berada. Penelitian berfokus pada 3 desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Kramatwatu, yakni desa Pejaten, desa Tonjong dan desa Lebakwana.

Adapun waktu yang dilakukan dalam penelitian ini yakni dilakukan selama kurun waktu 6 bulan. Sedangkan pada tanggal 6 Oktober 2013 di siang hari (informan I), tanggal 10 Oktober 2013 di sore hari (informan 2) dan 11 Oktober 2013 (informan 3). Lokasi perekaman dilakukan di kediaman masing-masing informan, mengingat kenyamanan penutur menjadi hal yang penting dan diutamakan ketika menuturkan LGP.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dilakukan sebagai sarana penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menganalisa data secara sistematis sebagai alat memecahkan permasalahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni observasi/pengamatan dan wawancara. Observasi dilakukan bertujuan untuk menentukan informan, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui dan melengkapi data-data penelitian yang berkaitan dengan konteks cerita. Adapun pertanyaan yang diajukan dilampirkan sebagai berikut.


(27)

31

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2 Tabel Daftar Pertanyaan No. Pertanyaan

1. Bagaimana cerita LGP di masyarakat kecamatan Kramatwatu? 2. Apa fungsi dari cerita LGP di masyarakat setempat?

3. Apakah cerita tersebut masih aktif diceritakan?

4. Bagaimana proses pewarisan yang dilakukan terhadap LGP?

5. Bagaimana pandangan masyarakat kecamatan Kramatwatu mengenai kehadiran LGP?

*Sumber data Peneliti

Selain daftar pertanyaan dalam penelitian lapangan, peneliti menggunakan instrumen tambahan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis data-data. Adapun instrumen tambahan yakni perekam dan catatan lapangan.

E. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian terdapat teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data yang kemudian dihimpun dan diidentifikasi agar memudahkan peneliti menganalisis data lebih lanjut. Peneliti mengumpulkan data-data mengenai cerita LGP yang didapat dari informan setempat dengan menggunakan alat perekam yang telah disediakan. Selanjutnya data-data tersebut dihimpun untuk kemudian dilakukan transkripsi data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Artinya, penelitian ini menggunakan dan memanfaatkan kumpulan data-data yang didapat dari hasil wawancara, dokumen pribadi, majalah, memo atau catatan lainnya yang bersifat alamiah. Metode kualitatif sering disebut juga sebagai multimetode yang melibatkan sejumlah gejala sosial yang relevan. Bagi metode kualitatif, makna merupakan bagian yang sangat esensial dan memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya, dengan konteks


(28)

32

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberadaannya (Ratna, 2004, hlm.47). Penelitian sastra lisan harus memperhatikan sumber-sumber informan terpercaya.

Pada tahap ini, sekiranya peneliti wajib berkiblat pada teori van Sydow mengenai active bearer of tradition (pemilkul folklor aktif) dan passive bearer of

tradition (pemikul folklor pasif). Hal tersebut perlu dilakukan peneliti agar data

yang diperoleh murni berbentuk sastra lisan yang bersandar pada ingatan, bukan berasal dari hafalan yang didapat dari media tulisan. Adapun tahapan-tahapan pengumpulan data yang dilakukan yakni.

a) Perekaman

Hutomo (1991, hlm.77) membagi perekaman menjadi dua jenis, yakni perekaman dalam konteks asli (natural), dan perekaman dalam konteks tak asli. Perekaman dalam konteks asli lebih menekankan pada pendekatan ethnography, sedangkan perekaman dalam konteks tak asli dilakukan dengan sengaja. Kedua jenis perekaman tersebut bergantung pada tujuan penelitian.

Perekaman dilakukan dengan menggunakan alat perekam kamera jenis digital dan SLR serta recorder yang memanfaatkan fitur telepon genggam. Perekaman dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2013 pada waktu siang hingga sore hari. Perekaman selanjutnya dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2013.

b) Pemilihan Narasumber

Kedudukan narasumber sangat penting dalam penelitian folklor. Adapun

sumber cerita “Legenda Gunung Pinang” didapat peneliti dari beberapa

narasumber sebagai berikut:

3.3 Tabel Pemerolehan Sumber Data

No. Data Teknik Sumber Data Keterangan

1. Legenda Gunung Pinang

Observasi dan

wawancara

Bpk. Zul (45 tahun) Kampung Giripada Desa Pejaten Bpk. Samani (69

tahun)

Kampung Pengarengan Desa Pejaten


(29)

33

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ibu Sakiyah (68 tahun)

Kampung Desa Pejaten Bpk. Haerudin (58

tahun)

Kampung kerikil Desa Pejaten Bpk. Rahmat (32

tahun)

Desa Lebakwana Bpk. Anhar (73 th) Desa

Lebakwana Dedi (15 th) Desa Pejaten Bpk. Abdul Aziz

(73 th)

Desa Tonjong Bpk.Sibli (42 th) Kampung

Tonjong Desa Tonjong *Sumber data Peneliti

Peneliti memilah data berdasarkan narasumber yang memiliki kesadaran penuh terhadap budaya yang dimilikinya. Dengan mengacu hal tersebut, peneliti memilih 3 cerita dari 3 informan yang berasal dari 3 desa di Kecamatan Kramatwatu, Serang, Banten.

Bapak KH. Haerudin merupakan penduduk asli desa Pejaten. Beliau memiliki garis keturunan dengan Sultan Maulana Hassanudin, pejuang Islam di Banten. Sehingga Beliau sering dipercaya sebagai sesepuh kampung dan selalu dipercaya untuk memimpin jalannya ritual yang berlaku di kampung tersebut. Adapun ritual yang rutin dijalankan setiap tahun berkenaan dengan ritual pemandian tumbak yang dilakukan di bulan muharram yang percaya sebagai penolak bala. Pengetahuannya mengenai cerita LGP dibuktikan dari intensitas beliau menuturkan LGP tersebut kepada anak-anak, peneliti dan pelajar yang


(30)

34

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkunjung untuk mengetahui secara detail cerita tersebut. Berdasarkan penuturan Beliau, alur LGP sangat berkaitan dengan legenda Tangkuban Perahu dan batu menangis. Kendati demikian, kepercayaan masyarakat lokal terhadap cerita yang melatarbelakangi gunung tersebut membuat gunung mengandung kekuatan magis dengan dilihat dari sisi manapun.

Bapak KH. Sain Alaihin merupakan pensiunan guru agama yang telah berusia 72 tahun. Pandangan dan pemahamannya mengenai cerita rakyat terutama yang berkenaan dengan unsur Islam terlihat dari ketertarikannya terhadap cerita rakyat yang kemudian diceritakan kembali pada para anak didik dan keturunannya. Saat ini beliau aktif menjadi mentor senior pengajian di madrasah Desa Tonjong sekaligus dipercayai menjadi tetua di setiap kegiatan dan dalam kesempatan berceramah.

Penutur LGP 3 yakni bapak Anhar yang kini telah berusia 74 tahun. Sebagai penduduk asli kampung Lebakbulus, beliau dipercaya masyarakat Lebakwana yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai alur cerita LGP. Dalam menuturkan LGP 3, Bapak Anhar fokus pada penceritaan legenda dan tidak melibatkan audiens/penonton dalam bercerita, sehingga terjalin komunikasi satu arah.

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data yakni transkripsi, transliterasi, dan analisis data.

Transkripsi dilakukan untuk mengubah data dari data lisan ke tulis. Secara definisi, transkripsi merupakan pengalihan tuturan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan teks berupa lambang bunyi. Data lisan yang dimaksud berupa rekaman dan pertunjukan lisan. Data yang telah melalui proses transkripsi selanjutnya dialihbahasakan dari bahasa Jawa dialek Banten ke Indonesia, atau melalui proses transliterasi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu orang lain untuk memahami isi teks. Seorang peneliti di Nusantara tentu tidak dapat


(31)

35

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghindari kegiatan penerjemahan, mengingat keberadaan sastra lisan yang dituturkan dalam bahasa daerah.

Analisis data merupakan proses pengaturan urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, berikut dengan tekniknya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni: (a) melakukan transkripsi data yang diperoleh; (b) melakukan transliterasi atau penerjemahan terhadap teks LGP yang berbahasa Jawa dialek Serang atau dialek Banten ke dalam bahasa Indonesia, (c) menganalisis struktur teks yang kemudian dianalisis menggunakan teori strukturalisme dan skema aktan untuk diketahui lebih lanjut struktur LGP, dan (d) menganalisis konteks penuturan, proses penciptaan, makna, dan fungsi tentang legenda tersebut.

F. Keabsahan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data untuk memeroleh keabsahan data dengan cara sebagai berikut: (a) perpanjangan Keikutsertaan /partisipan, (b) kecukupan referensial, dan (c) verifikasi data perekaman.

Perpanjangan keikutsertaan merupakan teknik yang dilakukan peneliti dalam memeroleh data dengan waktu yang tidak singkat. Perpanjangan keikutsertaan dilakukan dengan melibatkan diri masuk ke dalam suatu kolektif yang dituju sehingga memungkinkan mendapat peningkatan kepercayaan data.

Kecukupan referensial merupakan teknik yang digunakan untuk menampung dengan menggunakan bahan-bahan tercatat atau terekam sebagai penilaian interpretasi data. Sedangkan verifikasi data perekaman dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan pernyataan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan.

G. Definisi Operasional

Agar terhindar dari penyimpangan makna, penulis menguraikan definisi penelitian yang dilakukan. Adapun definisi operasional sebagai berikut.


(32)

36

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Legenda merupakan cerita rakyat yang dipercaya pernah terjadi di zaman dahulu yang berkaitan dengan sejarah suatu hal. Legenda Gunung Pinang atau yang disingkat menjadi LGPtersebut merupakan cerita rakyat yang diyakini keberadaannya oleh masyarakat di kecamatan Kramatwatu kabupaten Serang, Banten yang dibuktikan dengan keberadaan susunan gunung menyerupai perahu tertelungkup berkaitan dengan kepercayaan masyarakat mengenai motif anak durhaka;

2. Motif Hukuman merupakan sebuah pola dari penggambaran mengenai ganjaran atas perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat;

3. Struktur berasal dari istilah Inggris, structure; Keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks; tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra;

4. Proses Penciptaan merupakan tradisi yang sangat tergantung kepada masyarakat pemilik dan sifat isi yang diciptakannya;

5. Konteks penuturan merupakan situasi kejadian saat penuturan yang diujarkan tersebut berlangsung. Konteks penuturan ini sangat penting kedudukannya dalam memudahkan pemahaman terhadap tuturan sebagai bentuk transformasi budaya.


(33)

37

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BaganKerangka Berpikir Penelitian

Motif Hukuman LGPdi Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, Banten

Jumlah penutur legenda Gunung Pinang yang semakin sedikit di tengah kehidupan masyarakat modern sehingga penuturan kini jarang dilakukan;

Ketidaktahuan masyarakat kini mengenai keutuhan cerita legenda Gunung Pinang.

Kesimpulan Mendeskripsikan:

1. Struktur legenda Gunung Pinang; 2. Proses penciptaan legenda Gunung

Pinang;

3. Konteks penuturan legenda Gunung Pinang;

4. Fungsi legenda Gunung Pinang; 5. Makna legenda Gunung Pinang. 6. Motif hukuman

Legenda Gunung Pinang di

Legenda Gunung Pinang di kecamatan Kramatwatu (Analisis struktur, proses penciptaan, penuturan, fungsi, makna,

motif hukuman) pengumpulan dan pengolahan data

1. Bagaimana struktur cerita legenda Gunung Pinang?

2. Bagaimana proses penciptaan cerita legenda Gunung Pinang?

3. Bagaimana konteks penuturan cerita legenda Gunung Pinang?

4. Bagaimana fungsi cerita legenda Gunung Pinang?

5. Bagaimana makna cerita legenda Gunung Pinang?

Metode Penelitian 1. Penelitian deskripsi analisis 2. Metode kualitatif


(34)

38

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN


(35)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 191

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang berkaitan dengan kedurhakaan seorang anak yang lahir dan hidup di masyarakat Kramatwatu, Banten. Analisis yang dilakukan melibatkan setidaknya 3 informan tersebut kemudian menghasilkan sebuah interpretasi yang dikaji melalui lima aspek, antara lain analisis struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna. Kelima aspek analisis tersebut menjadi langkah awal untuk mengetahui hal-hal yang terkandung dalam LGP. Adapun simpulan yang dihasilkan sebagai berikut.

Pertama, berkaitan dengan struktur cerita LGP. Struktur yang terdapat pada

cerita memiliki hubungan yang berkesinambungan antara satu sama lain baik alur, tokoh, maupun latar. Adapun alur pada LGP 1 terdiri dari 29 fungsi utama yang mengandung sebab akibat. Serupa dengan alur LGP 2 yang terdiri dari 26 fungsi utama. Sedangkan alur pada LGP 3 terdiri dari 46 fungsi utama. Secara garis besar ketiga informan menunjukkan 3 inti pokok cerita, yakni: tokoh utama yang sentral dalam cerita, lokasi kejadian, dan lahirnya pantangan bagi masyarakat untuk membangkang kepada orang tua. Pada analisis tokoh tercermin 3 tokoh yang selalu hadir yakni tokoh Dampu Awang, ibu Dampu Awang, dan istri Dampu Awang. Tampak dari ketiga tokoh tersebut berusaha saling bahu-membahu membentuk cerita LGP. Adapun tokoh-tokoh lainnya yang muncul dijadikan sebagai pelengkap cerita, dengan tujuan untuk menguatkan cerita dan karakter tokoh-tokoh utama yang ada di dalamnya. Pada analisis latar yang sangat dominan muncul yakni latar tempat berupa pelabuhan dan perkampungan. Kedua latar tersebut memberikan pemahaman bahwa lokasi kejadian berlatar belakang daerah maritim.

Kedua, berkaitan dengan proses penciptaan. Analisis ini menunjukkan

metode-metode yang dilakukan masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan keeksistensian cerita LGP. Analisis proses penciptaan dilakukan melalui proses


(36)

192

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pewarisan dan proses penciptaan. Keseluruhan dari ketiga cerita LGP tersebut sama-sama di wariskan secara vertikal dan horizontal. Artinya, mereka tidak hanya menyampaikan cerita kepada keluarga kandung, namun juga kepada masyarakat melalui sistem-sistem dan aturan tidak tertulis. Umumnya penciptaan yang dilakukan melibatkan ingatan dan lebih berdasarkan pada kespontanitasan penuturan.

Ketiga, analisis konteks penuturan yang secara umum menunjukkan

pergerakan aturan secara statis. Hal yang demikian ditunjukkan dari konteks situasi penuturan yang cenderung tidak berubah, seperti waktu, tujuan, media peralatan, teknik penuturan, penutur, dsb. Meskipun sedikit perubahan tampak dari waktu penuturan LGP yang sebelumnya sering dituturkan sebagai media pengantar tidur, kini dinikmati ketika sama-sama memiliki waktu senggang. Selain itu, analisis dilanjutkan melalui aspek sosial budaya yang melatar belakangi cerita LGP. Adapun analisis aspek sosial budaya dilakukan dengan berkiblat pada unsur kebudayaan secara universal yang dkelompokkan oleh Keontjaraningrat, seperti bahasa, sistem mata pencaharian, sistem teknologi dan peralatan, religi, kesenian, dan organisasi sosial. Berdasarkan hasil analisis, masyarakat di desa Kramatwatu masih tergolong dalam masyarakat tradisional. Hal demikian terlihat dari peralatan-peralatan maupun sistem pencaharian yang dilakukan. Selain itu, Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ketiga cerita LGP secara utuh menggambarkan pemikiran masyarakat yang telah berkembang dan merupakan wujud dari sikap manusia dalam tahap ontologis. Hal yang demikian ditunjukkan dari sikap-sikap masyarakat yang dilakukan dalam menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keempat, analisis fungsi yang bersandar pada teori Bascom bahwa folklor

memiliki empat fungsi, yakni (1) sebagai sistem proyeksi pencermin suatu angsan-angan kolektif, (2) alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, (3) alat pendidikan anak, dan (4) alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektif. Fungsi-fungsi tersebut otomatis menjadi kebiasaan yang mengikat sekaligus peraturan tak tertulis yang harus


(37)

193

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipatuhi oleh masyarakat. Adapun yang melanggar akan mendapatkan sanksi sosial. Selain itu, LGP berfungsi sebagai media hiburan.

Kelima, makna yang terkandung dalam LGP tidak terlepas dari

pembelajaran mengenai kehidupan bagi setiap individu untuk meningkatkan kualitas pribadinya di kehidupan bermasyarakat. Melalui pemaknaan dalam cerita LGP, masyarakat diajarkan untuk selalu gigih dan berusaha keras dalam mencapai harkat dan keinginan yang diimpikannya dalam mencapai makna dan kebahagiaan hidup yang hakiki.

Keenam, motif hukuman yang termuat dalam legenda Gunung Pinang

memiliki kesamaan motif, yakni tokoh utama sama-sama mendapatkan hukuman sebagai bentuk konsekuensi dari anggapan perilaku yang menyimpang dari aturan kolektif. Bentuk hukuman yang hadir pun menunjukkan tipikal hukuman yang sesuai dengan letak dan kondisi geografis, yakni pesisir pantai.

B. Saran

Berangkat dari hasil analisis yang telah dijabarkan di muka, maka penelitian ini menemukan usulan-usulan yang dapat diajukan sebagai saran. Adapun saran-saran yang diajukan sebagai berikut.

Pertama, hasil penelitian LGP dapat dijadikan sebagai data pustaka acuan

terhadap penelitian-penelitian serupa di masa depan, khususnya penelitian yang mengarah pada motif-motif dan keterkaitannya dengan motif hukuman.

Kedua, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengkaji secara detail

dan mendalam mengenai motif-motif hukuman anak durhaka lainnya yang terdapat di sebuah wilayah tertentu, berikut dengan ruang budaya, kultur dan adat serta ideologi yang melatari kolektif tersebut dengan berkiblat pada metode dan kajian sastra lainnya.

Ketiga, penelitian LGP dapat dijadikan sebagai media dokumentasi dalam

melestarikan tradisi lisan yang ada di Kecamatan Kramatwatu dengan maksud agar dapat mendatangkan sikap rasa kebermilikan kepada masyarakat terhadap cerita yang telah tumbuh dan berkembang di kalangan kolektifnya.


(38)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 194

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1984.Pengantar apresiasi sastra. Bandung: Sinar Baru

Bascom, William R. 1965a. “Folklore and Antrhopology” dalam Alan Dundes The study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.

________________. 1965a. “Four Function of Folklore” dalam Alan Dundes The study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.

Chaer, A. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chudari, Mudjahid. 2012. Tatabahasa bahasa Jawa Banten. Serang: Pustaka Sarana Cipta

Danandjaya, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Anggota IKAPI, Kreatama

Sutjiatiningsih, Sri. 1995. Banten kota pelabuhan jalan sutra. Jakarta: CV. Putera Sejati Raya

Durachman, Memen. 1996. “Khotbah di Atas Bukit. Novel Gagasan Karya

Kuntowijoyo”. Tesis Pascasarjana UI: Tidak diterbitkan.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi penelitian folklor: Konsep teori, dan

aplikasi. Yogyakarta:PT. Buku Kita

Hasanuddin, dkk. 2004. Ensiklopedi sastra Indonesia.Bandung: Titian Ilmu Hutomo, S. S. 1998. Mutiara yang terlupakan. Surabaya: HISKI

Koentjaraningrat. 1972. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta _____________. 1981. Beberapa pokok antropologi sosial. Jakarta: PT. Dian

Rakyat

Mardinsyah, Mardety. 2014. Cara baru memaknai malin kundang.

www.mardetymardinsyah.com. Diakses pada tanggal 06 Juni 2014.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Novtriansyah,M. Riezky. 2013. “Kajian antropologi sastra cerita rakyat Banten dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMP”. Skripsi Untirta. Tidak diterbitkan.


(39)

195

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusyana, Yus., dkk. 2000. Prosa traadisional: Pengertian, klasifikasi, dan teks. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Peursen, C. A. van. 1988. Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Poespoprodjo. W. 1999. Filsafat moral. Bandung: CV.Pustaka Grafika

Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Metodologi penelitian kajian budaya dan sosial

humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___________________.2004. Teori, metode dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Simatupang, G. R. Lono Lastoro. 2011. Penelitian cerita rakyat. Yogyakarta: Makalah Seminar Kegiatan Peningkatan Mutu Tenaga Teknis Balai Bahasa Yogyakarta

Sutarto, A. 1997. Legenda kasada dan karo tengger Lumajang. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Sobur, Alex. 2003.Psikologi umum. Bandung:Penerbit Setia Pustaka

Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan (sejarah, teori,metode, pendekatan disertai

contoh penerapannya). Yogyakarta: Lamalera

Teeuw, A. 1994. Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya

Todorov, T. 1985. Tata sastra. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan

Tiadi, Risna. 2009.“Kajian perbandingan motif anak durhaka dalam cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel”. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia Yulianty, Tri K. S. S., dkk. 2007. Folklor lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan

perbandingan motif. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran

Zaimar, Okke K. S. 2008a. “Metodologi penelitian sastra lisan” dalam Pudentia


(1)

38

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN


(2)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

191 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Legenda Gunung Pinang atau LGP merupakan cerita rakyat yang berkaitan dengan kedurhakaan seorang anak yang lahir dan hidup di masyarakat Kramatwatu, Banten. Analisis yang dilakukan melibatkan setidaknya 3 informan tersebut kemudian menghasilkan sebuah interpretasi yang dikaji melalui lima aspek, antara lain analisis struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi, dan makna. Kelima aspek analisis tersebut menjadi langkah awal untuk mengetahui hal-hal yang terkandung dalam LGP. Adapun simpulan yang dihasilkan sebagai berikut.

Pertama, berkaitan dengan struktur cerita LGP. Struktur yang terdapat pada

cerita memiliki hubungan yang berkesinambungan antara satu sama lain baik alur, tokoh, maupun latar. Adapun alur pada LGP 1 terdiri dari 29 fungsi utama yang mengandung sebab akibat. Serupa dengan alur LGP 2 yang terdiri dari 26 fungsi utama. Sedangkan alur pada LGP 3 terdiri dari 46 fungsi utama. Secara garis besar ketiga informan menunjukkan 3 inti pokok cerita, yakni: tokoh utama yang sentral dalam cerita, lokasi kejadian, dan lahirnya pantangan bagi masyarakat untuk membangkang kepada orang tua. Pada analisis tokoh tercermin 3 tokoh yang selalu hadir yakni tokoh Dampu Awang, ibu Dampu Awang, dan istri Dampu Awang. Tampak dari ketiga tokoh tersebut berusaha saling bahu-membahu membentuk cerita LGP. Adapun tokoh-tokoh lainnya yang muncul dijadikan sebagai pelengkap cerita, dengan tujuan untuk menguatkan cerita dan karakter tokoh-tokoh utama yang ada di dalamnya. Pada analisis latar yang sangat dominan muncul yakni latar tempat berupa pelabuhan dan perkampungan. Kedua latar tersebut memberikan pemahaman bahwa lokasi kejadian berlatar belakang daerah maritim.

Kedua, berkaitan dengan proses penciptaan. Analisis ini menunjukkan

metode-metode yang dilakukan masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan keeksistensian cerita LGP. Analisis proses penciptaan dilakukan melalui proses


(3)

192

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pewarisan dan proses penciptaan. Keseluruhan dari ketiga cerita LGP tersebut sama-sama di wariskan secara vertikal dan horizontal. Artinya, mereka tidak hanya menyampaikan cerita kepada keluarga kandung, namun juga kepada masyarakat melalui sistem-sistem dan aturan tidak tertulis. Umumnya penciptaan yang dilakukan melibatkan ingatan dan lebih berdasarkan pada kespontanitasan penuturan.

Ketiga, analisis konteks penuturan yang secara umum menunjukkan

pergerakan aturan secara statis. Hal yang demikian ditunjukkan dari konteks situasi penuturan yang cenderung tidak berubah, seperti waktu, tujuan, media peralatan, teknik penuturan, penutur, dsb. Meskipun sedikit perubahan tampak dari waktu penuturan LGP yang sebelumnya sering dituturkan sebagai media pengantar tidur, kini dinikmati ketika sama-sama memiliki waktu senggang. Selain itu, analisis dilanjutkan melalui aspek sosial budaya yang melatar belakangi cerita LGP. Adapun analisis aspek sosial budaya dilakukan dengan berkiblat pada unsur kebudayaan secara universal yang dkelompokkan oleh Keontjaraningrat, seperti bahasa, sistem mata pencaharian, sistem teknologi dan peralatan, religi, kesenian, dan organisasi sosial. Berdasarkan hasil analisis, masyarakat di desa Kramatwatu masih tergolong dalam masyarakat tradisional. Hal demikian terlihat dari peralatan-peralatan maupun sistem pencaharian yang dilakukan. Selain itu, Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ketiga cerita LGP secara utuh menggambarkan pemikiran masyarakat yang telah berkembang dan merupakan wujud dari sikap manusia dalam tahap ontologis. Hal yang demikian ditunjukkan dari sikap-sikap masyarakat yang dilakukan dalam menghadirkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keempat, analisis fungsi yang bersandar pada teori Bascom bahwa folklor

memiliki empat fungsi, yakni (1) sebagai sistem proyeksi pencermin suatu angsan-angan kolektif, (2) alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, (3) alat pendidikan anak, dan (4) alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektif. Fungsi-fungsi tersebut otomatis menjadi kebiasaan yang mengikat sekaligus peraturan tak tertulis yang harus


(4)

193

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipatuhi oleh masyarakat. Adapun yang melanggar akan mendapatkan sanksi sosial. Selain itu, LGP berfungsi sebagai media hiburan.

Kelima, makna yang terkandung dalam LGP tidak terlepas dari

pembelajaran mengenai kehidupan bagi setiap individu untuk meningkatkan kualitas pribadinya di kehidupan bermasyarakat. Melalui pemaknaan dalam cerita LGP, masyarakat diajarkan untuk selalu gigih dan berusaha keras dalam mencapai harkat dan keinginan yang diimpikannya dalam mencapai makna dan kebahagiaan hidup yang hakiki.

Keenam, motif hukuman yang termuat dalam legenda Gunung Pinang

memiliki kesamaan motif, yakni tokoh utama sama-sama mendapatkan hukuman sebagai bentuk konsekuensi dari anggapan perilaku yang menyimpang dari aturan kolektif. Bentuk hukuman yang hadir pun menunjukkan tipikal hukuman yang sesuai dengan letak dan kondisi geografis, yakni pesisir pantai.

B. Saran

Berangkat dari hasil analisis yang telah dijabarkan di muka, maka penelitian ini menemukan usulan-usulan yang dapat diajukan sebagai saran. Adapun saran-saran yang diajukan sebagai berikut.

Pertama, hasil penelitian LGP dapat dijadikan sebagai data pustaka acuan

terhadap penelitian-penelitian serupa di masa depan, khususnya penelitian yang mengarah pada motif-motif dan keterkaitannya dengan motif hukuman.

Kedua, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengkaji secara detail

dan mendalam mengenai motif-motif hukuman anak durhaka lainnya yang terdapat di sebuah wilayah tertentu, berikut dengan ruang budaya, kultur dan adat serta ideologi yang melatari kolektif tersebut dengan berkiblat pada metode dan kajian sastra lainnya.

Ketiga, penelitian LGP dapat dijadikan sebagai media dokumentasi dalam

melestarikan tradisi lisan yang ada di Kecamatan Kramatwatu dengan maksud agar dapat mendatangkan sikap rasa kebermilikan kepada masyarakat terhadap cerita yang telah tumbuh dan berkembang di kalangan kolektifnya.


(5)

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

194

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1984.Pengantar apresiasi sastra. Bandung: Sinar Baru

Bascom, William R. 1965a. “Folklore and Antrhopology” dalam Alan Dundes The study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.

________________. 1965a. “Four Function of Folklore” dalam Alan Dundes The study of folklore. Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.

Chaer, A. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Chudari, Mudjahid. 2012. Tatabahasa bahasa Jawa Banten. Serang: Pustaka Sarana Cipta

Danandjaya, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Anggota IKAPI, Kreatama

Sutjiatiningsih, Sri. 1995. Banten kota pelabuhan jalan sutra. Jakarta: CV. Putera Sejati Raya

Durachman, Memen. 1996. “Khotbah di Atas Bukit. Novel Gagasan Karya Kuntowijoyo”. Tesis Pascasarjana UI: Tidak diterbitkan.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi penelitian folklor: Konsep teori, dan

aplikasi. Yogyakarta:PT. Buku Kita

Hasanuddin, dkk. 2004. Ensiklopedi sastra Indonesia.Bandung: Titian Ilmu Hutomo, S. S. 1998. Mutiara yang terlupakan. Surabaya: HISKI

Koentjaraningrat. 1972. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta _____________. 1981. Beberapa pokok antropologi sosial. Jakarta: PT. Dian

Rakyat

Mardinsyah, Mardety. 2014. Cara baru memaknai malin kundang.

www.mardetymardinsyah.com. Diakses pada tanggal 06 Juni 2014.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Novtriansyah,M. Riezky. 2013. “Kajian antropologi sastra cerita rakyat Banten dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMP”. Skripsi Untirta. Tidak diterbitkan.


(6)

195

Dina Astrimiati , 2014

MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusyana, Yus., dkk. 2000. Prosa traadisional: Pengertian, klasifikasi, dan teks. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Peursen, C. A. van. 1988. Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Poespoprodjo. W. 1999. Filsafat moral. Bandung: CV.Pustaka Grafika

Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Metodologi penelitian kajian budaya dan sosial

humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___________________.2004. Teori, metode dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Simatupang, G. R. Lono Lastoro. 2011. Penelitian cerita rakyat. Yogyakarta: Makalah Seminar Kegiatan Peningkatan Mutu Tenaga Teknis Balai Bahasa Yogyakarta

Sutarto, A. 1997. Legenda kasada dan karo tengger Lumajang. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Sobur, Alex. 2003.Psikologi umum. Bandung:Penerbit Setia Pustaka

Taum, Y. Y. 2011. Studi sastra lisan (sejarah, teori,metode, pendekatan disertai

contoh penerapannya). Yogyakarta: Lamalera

Teeuw, A. 1994. Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya

Todorov, T. 1985. Tata sastra. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan

Tiadi, Risna. 2009.“Kajian perbandingan motif anak durhaka dalam cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel”. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia Yulianty, Tri K. S. S., dkk. 2007. Folklor lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan

perbandingan motif. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran

Zaimar, Okke K. S. 2008a. “Metodologi penelitian sastra lisan” dalam Pudentia