KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN : Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
NOMOR: 370/SKRIPSI/PSI-FIP/UPI.10.2013
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN (Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Gadis Novianita
0802577
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN
(Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan KebakaranKota Bandung)
Oleh Gadis Novianita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Gadis Novianita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Gadis Novianita (0802577). Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam Kebakaran (Studi Kasus Kesejahteraan Psikologis Karyawan Seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang petugas pemadam kebakaran yang berstatus sebagai pegawai tetap dan memiliki masa kerja minimal 2 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara yang didukung dengan observasi dan dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan: a) Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung adalah dinas yang berada dibawah Pemerintah Kota Bandung memiliki tugas pokok untuk melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi: pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional, b) Petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung memiliki kesejahteraan psikologis dimana mereka dapat berfungsi dengan segala potensi yang dimiliki dalam bekerja. Kesejahteraan psikologis ini merupakan evaluasi secara subjektif sehingga setiap individu memiliki perbedaan dalam memaknai setiap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis. Usia dan dukungan sosial merupakan faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran.
(6)
ABSTRACT
Gadis Novianita (0802577). The Psychological Well-being of Firefighter (Case Study of Psychological Well-being Firefighter Operation Control Section Staff of Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung). Thesis.
Psychology Faculty of Education Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2013).
This research aims to describe psychological well-being of firefighter in office of fire prevention and control in Bandung. This study used qualitative approach with case study method. Subjects in this study were three permanent employee of firefighter with 2 years minimum term. The techniques of data collection that has been used was interviews which are supported by observation and with related documents. The result of this study: a) Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung is the official department under the government of Bandung which has the main task to implement part of regional authorities in the field of fire prevention and suppression, including: prevention, guidance and counseling, and also operational controling. b) Firefighters in Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kota Bandung have psychological well-being in which they can function with all its potential in the work. This psychological well-being is a subjective evaluation, so that each individual has differences to interpret each dimensions of psychological well-being. Age and social support are the factors that affect the psychological well-being of firefighters.
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DAN PEMADAM KEBAKARAN A. Kesejahteraan Psikologis ... 12
1. Perkembangan Kesejahteraan Psikologis ... 12
2. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ... 15
3. Teori - Teori Kesejahteraan Psikologis ... 16
4. Dimensi - Dimensi Kesejahteraan Psikologis ... 19
5. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Psikologis ... 22
B. Pemadam Kebakaran ... 25
1. Sejarah Pemadam Kebakaran di Dunia ... 25
2. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia... 26
3. Kondisi Pekerjaan Pemadam Kebakaran ... 29
C. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian ... 35
B. Prosedur Penelitian... 36
C. Definisi Operasional... 38
D. Instrumen Penelitian... 38
E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40
(8)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 45 1. Profil Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kota Bandung ... 45 2. Profil Jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung... 49 3. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam
Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Kota Bandung ... 50 a. Hasil Penelitian Subjek 1 (S) ... 50 1) Riwayat Hidup Subjek 1 (S) ... 50 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 51 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 55 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
Otonomi ... 57 5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 59 6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan
Hidup ... 62 7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi ... 64 b. Hasil Penelitian Subjek 2 (DR) ... 67 1) Riwayat Hidup Subjek 2 (DR) ... 67 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 68 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 72 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
Otonomi ... 74 5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 77 6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan
Hidup ... 82 7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi ... 84 c. Hasil Penelitian Subjek 3 (I) ... 89 1) Riwayat Hidup Subjek 2 (I) ... 89 2) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan
Diri ... 90 3) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan
Positif dengan Orang Lain ... 94 4) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan
(9)
5) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan
Lingkungan ... 99
6) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup ... 102
7) Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi ... 105
B. Pembahasan Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung ... 109
1. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri ... 109
2. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain ... 112
3. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi ... 113
4. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan ... 113
5. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup . 114 6. Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi ... 115
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 119
B. Rekomendasi ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 126
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kebakaran di Wilayah Kota Bandung ... 3
Tabel 2.1 Gaji Pemadam Kebakaran Per- Tahun ... 31
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Pedoman Wawancara ... 39
Tabel 3.2 Rencana Teknik Pengumpulan Data ... 41
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung ... 47
Tabel 4.2 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek S ... 54
Tabel 4.3 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain Subjek S ... 56
Tabel 4.4 Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek S ... 58
Tabel 4.5 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan Subjek S ... 61
Tabel 4.6 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek S... 63
Tabel 4.7 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi Subjek S ... 66
Tabel 4.8 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek DR ... 71
Tabel 4.9 Gambaran Hubungan Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Positif Dengan Orang Lain Subjek DR ... 74
Tabel 4.10 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek DR ... 76
Tabel 4.11 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan Subjek DR ... 82
Tabel 4.12 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek DR ... 84
Tabel 4.13 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan Pribadi Subjek DR ... 88
Tabel 4.14 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penerimaan Diri Subjek I ... 93
Tabel 4.15 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Hubungan Positif Dengan Orang Lain Subjek I ... 95
Tabel 4.16 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Otonomi Subjek I ... 98
Tabel 4.17 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Penguasaan Lingkungan Subjek I ... 101
(11)
Tabel 4.18 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Tujuan Hidup Subjek I ... 104 Tabel 4.19 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Pertumbuhan
Pribadi Subjek I ... 108 Tabel 4.20 Gambaran Kesejahteraan Psikologis Petugas Pemadam
Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan
Kota Bandung ... 48 Gambar 4.2 Dimensi yang Memengaruhi Dimensi Lain pada Kesejahteraan Psikologis Subjek S ... 67 Gambar 4.3 Dimensi yang Memengaruhi Dimensi Lain pada Kesejahteraan Psikologis Subjek DR ... 89 Gambar 4.4 Dimensi yang Memengaruhi Dimensi Lain pada Kesejahteraan Psikologis Subjek I ... 109
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Subjek 1 (S) ... 127
Lampiran 2 Identitas Subjek 1 (S) ... 128
Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Wawancara 1 ... 129
Lampiran 4 Verbatim Subjek 1 Wawancara 2 ... 149
Lampiran 5 Verbatim Significant Other Subjek 1 ... 171
Lampiran 6 Display Data Subjek 1 ... 179
Lampiran 7 Observasi Subjek 1 ... 192
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Subjek 2 (DR) ... 194
Lampiran 9 Identitas Subjek 2 (DR) ... 195
Lampiran 10 Verbatim Subjek 2 Wawancara 1 ... 196
Lampiran 11 Verbatim Subjek 2 Wawancara 2 ... 208
Lampiran 12 Verbatim Significant Other Subjek 2 ... 230
Lampiran 13 Display Data Subjek 2 ... 237
Lampiran 14 Observasi Subjek 2 ... 249
Lampiran 15 Lembar Persetujuan Subjek 2 (DR) ... 252
Lampiran 16 Identitas Subjek 3 (I) ... 253
Lampiran 17 Verbatim Subjek 3 Wawancara 1 ... 254
Lampiran 18 Verbatim Subjek 3 Wawancara 2 ... 267
Lampiran 19 Verbatim Significant Other Subjek 3 ... 285
Lampiran 20 Display Data Subjek 3 ... 289
Lampiran 21 Observasi Subjek 3 ... 300
Lampiran 22 Foto-Foto Kegiatan dan Lingkungan Tempat Kerja Pemadam Kebakaran ... 302
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan hidupnya berada dalam tekanan, kesulitan, dan tidak bahagia, karena pada kenyataannya setiap manusia ingin selalu merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Kesejahteraan dalam hidup dapat berupa terpenuhinya kebutuhan fisik seperti memperoleh pangan, sandang, papan yang layak dan juga kebutuhan psikis (psikologis) seperti kesehatan, rasa aman, hubungan sosial hingga aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki oleh setiap manusia.
Seperti yang diungkapkan oleh Maslow (Munandar, 2001) dalam teori hierarki kebutuhan manusia yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri, dimana ketika kebutuhan paling mendasar (fisiologis) manusia telah tercapai maka ia merasa puas dan akan menuju tingkat kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi menjadi dominan, tetapi kebutuhan pada tingkat lebih rendah dianggap menjadi motivator yang lebih kuat dari suatu perilaku. Agar dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut menurut Anoraga (2009) manusia akan terdorong untuk melakukan serangkaian aktivitas terencana yaitu bekerja, karena melalui bekerja manusia dapat memperoleh pendapatan (gaji) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Anoraga (2009) apabila individu dapat mencapai harapan dan tujuannya dalam bekerja maka akan muncul rasa puas, terutama dalam hal gaji. Namun, berdasarkan penyelidikan di beberapa negara barat, ternyata gaji hanya menduduki urutan ketiga sebagai faktor yang memotivasi orang untuk bekerja. Sedangkan faktor yang paling utama adalah rasa aman dan kesempatan untuk naik jabatan. Selain kedua faktor tersebut faktor mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, kondisi kerja yang menyenangkan dan hubungan kerja yang baik juga tidak kalah penting dalam memotivasi karyawan. Bekerja akan memberikan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan.
(15)
2
Maka dapat disimpulkan berdasarkan pemaparan di atas bahwa individu bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial dan fisik saja, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis untuk mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan karyawan tidak saja tercermin dari kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran adanya keserasian dan keselarasan antara seseorang dengan pekerjaannya yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya (Rachmawati, 2008).
Petugas pemadam kebakaran adalah salah satu pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai profesi oleh masyarakat di seluruh dunia. Pemadam kebakaran menjadi sangat penting keberadaannya di Indonesia karena kondisi wilayah Indonesia yang sering kali mengalami bencana alam dan kebakaran, baik yang terjadi pada bangunan pemukiman, bangunan umum maupun tempat lainnya. Sepanjang tahun 2011-2012 tercatat sekitar 261 kasus kejadian kebakaran di wilayah Kota Bandung yang menimpa bangunan pemukiman penduduk (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, 2013).
Petugas pemadam kebakaran adalah karyawan dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran dan penyelamatan (rescue). Selain terlatih untuk memadamkan api, menyelamatkan korban dari kebakaran, para petugas juga dilatih untuk menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain.
Jika melihat deskripsi pekerjaannya, petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang berbahaya dan memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Schuller (dalam Lestari, 2009) menyatakan beberapa jenis pekerjaan yang dikategorikan berisiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan meliputi pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam kebakaran, pekerja tambang, kontraktor, buruh bangunan, atau bahkan pekerja
cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan
gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan ini dianggap berisiko tinggi karena dapat menyebabkan luka ringan, luka sedang, luka parah, kecacatan bahkan kematian pada pekerjanya.
(16)
3
Para petugas pemadam kebakaran, mereka tidak hanya menghadapi bahaya api saja tetapi juga kemungkinan bahaya lain seperti bahan-bahan atau gas kimia beracun yang terhirup saat melakukan pemadaman, bertanggungjawab untuk menyelamatkan nyawa korban, harta benda dan tentunya nyawa petugas itu sendiri. Rawannya kecelakaan kerja saat bertugas merupakan salah satu risiko yang harus dihadapi oleh karyawan tersebut. Namun, besarnya risiko yang harus ditanggung para karyawan tidak sebanding dengan fasilitas kerja dan keamanan kerja serta tidak adanya asuransi kecelakaan kerja yang memadai dari pihak Dinas. Hal ini dibenarkan oleh John Siregar yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung pada saat itu (tribunnews.com, 2011):
“Meski sudah menyandang status pegawai negeri sipil (PNS), 210 petugas pemadam kebakaran Kota Bandung tidak memiliki asuransi kecelakaan... dari 210 anggotanya, 150 orang bertugas di lapangan. Sudah tiga tahun ini mereka tidak ditanggung asuransi kecelakaan. Idealnya, para petugas tersebut menerima asuransi kecelakaan. Namun, selama ini mereka menerima fasilitas layaknya seperti yang diterima PNS lain, hanya Asuransi Kesehatan (ASKES). Fungsinya lebih kepada untuk pengobatan
PNS dan keluarganya”.
Keterangan ini senada dengan apa yang di sampaikan oleh salah satu staff Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung (2013) yang menyatakan bahwa selama ini apabila karyawan mengalami kecelakaan kerja, ASKES hanya mengcover sekitar 40% saja dari keseluruhan biaya pengobatan dan sisanya menjadi tanggungan dari petugas itu sendiri.
Berikut ini adalah data kebakaran di wilayah Kota Bandung setiap bulannya dari tahun 2009 – 2012:
Tabel 1.1 Data Kebakaran Di Wilayah Kota Bandung
No Bulan Tahun
2009 2010 2011 2012
1 Januari 5 6 9 7
2 Februari 7 9 10 12
3 Maret 6 5 14 11
(17)
4
5 Mei 8 4 9 13
6 Juni 3 4 5 5
7 Juli 14 13 9 13
8 Agustus 14 11 21 17
9 September 25 9 18 23
10 Oktober 15 5 7 14
11 November 4 14 4 8
12 Desember 11 11 8 6
Jumlah Kebakaran 121 101 124 137
Sumber: Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, Januari 2013
Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa jumlah kejadian kebakaran mengalami angka yang fluktuatif, hal ini disebabkan karena kebakaran tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi.
Situs Pikiran Rakyat online melaporkan pada Senin 26 November 2012, hujan deras yang terjadi akhir-akhir ini tak menjamin Kota Bandung bebas dari ancaman kebakaran. Potensi kebakaran kebanyakan terpicu karena hubungan arus pendek selama turunnya hujan. Demikian kata Kepala Dinas Kebakaran Kota Bandung, Alwiansyah Nasution saat ditemui Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana Bandung, Minggu (26/11/12).
"Selama Oktober-November terjadi sekitar 15-20 kasus kebakaran di Kota Bandung,"ucapnya. Kendati sudah memasuki musim hujan, hubungan arus pendek masih menjadi penyebab dominan terjadinya kebakaran."Kita menduga kebakaran terjadi karena konsleting listrik. Tetapi kalau kepastian penyebab, hal itu wilayah pemeriksaan kepolisian,"katanya.
Pada tahun 2012 hubungan arus pendek listrik menjadi penyebab utama kebakaran yang terjadi di wilayah Kota Bandung, kemudian disusul oleh kendaraan bermotor, gardu/tiang listrik, tempat sampah, kompor/gas, lampu (lampu tempel, lilin), dan rokok (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap beberapa petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung (DPPK), terungkap bahwa dengan kondisi kerja yang berbahaya jaminan kecelakaan kerja dirasakan kurang memadai karena tidak adanya asuransi.
(18)
5
Para petugas Pemadam Kebakaran pun menyampaikan harapannya pada saat pergantian Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung bulan September 2012 yang lalu, terkait peningkatan kesejahteraan serta penambahan armada guna membantu kinerja petugas dilapangan. Mereka berharap peningkatan kesejahteraan tersebut dapat segera ditingkatkan sehingga petugas pun tidak merasa was-was saat melakukan tugas dilapangan yang sangat berisiko (http://www.pjtv.co.id, 2012).
Selain risiko tinggi yang dihadapi karyawan pada Bidang Pengendalian Operasi Pemadaman Petugas Kebakaran harus siap siaga selama 24 jam karena kebakaran tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Seperti pada saat Lebaran 2011 yang lalu semua anggota lapangan tidak dapat menikmati libur Lebaran. Kebijakan itu berlaku sejak H-3 sampai H+3 lebaran. Sebelum itu, para petugas diberi kesempatan untuk mengambil cuti secara bergiliran (inilah.com, 2011). Jadi bila diperlukan petugas pemadam kebakaran harus siap bekerja, walaupun sedang dalam keadaan lepas atau libur (Permen PU No. 20 Tahun 2009).
Tak jarang ketika bekerja petugas pemadam kebakaran mendapatkan lontaran caci maki dan emosi dari warga. Kondisi kepanikan di lokasi kebakaran juga dapat turut serta mengganggu konsentrasi pemadam saat bertugas memadamkan api.
Jika melihat deskripsi pekerjaan, jam kerja dan kondisi lingkungan pekerjaan yang dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran kondisi ini dapat menimbulkan stress dalam bekerja. Berdasarkan hasil survey di Amerika oleh Dow Jones (Charles, 2007) mengenai jenis pekerjaan yang banyak menimbulkan
stress, pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran menduduki peringkat
kedua sebagai pekerjaan yang stressfull. Maka dari itu untuk menghadapi kondisi pekerjaan yang stressfull dan tingginya risiko kecelakaan yang dihadapi saat bekerja perlu diperhatikan aspek psikologis dari para petugas pemadam kebakaran.
Cooper (dalam Lestari, 2009) juga berpendapat bahwa ada beberapa sumber stres kerja yaitu kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi. Jika
(19)
6
perusahaan memberikan perhatian yang khusus terhadap sumber stres ini, maka kondisi psikologis karyawan suatu perusahaan akan lebih terjaga, terpelihara dan sejahtera karena hal ini dapat memengaruhi perilaku mereka, pengambilan keputusan dan interaksi dengan rekan kerja, dan juga memengaruhi kehidupan keluarga dan sosial (Warr, 1990, 1978; Rasulzada, 2007).
Menurut penelitian Charles (2007) mengenai hubungan antara
psychological well-being dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran di
Jakarta, kesejahteraan psikologis merupakan salah satu bagian dari moderator yang mengubah sumber-sumber stres bisa menjadi stres. Kesejahteraan yang dimaksud di sini adalah pengalaman realisasi diri atas keenam dimensi yang terdiri dari dimensi otonomi, hubungan postif dengan orang lain, penerimaan diri, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan diri. Di mana kesejahteraan ini bisa saja berbeda pemenuhannya dari satu individu dengan individu lainnya. Semakin terpenuhi atau tingginya kesejahteraan psikologis individu yang bersangkutan maka semakin mampu individu tersebut mengembangkan kapasitas dirinya, sehingga dengan kondisi pekerjaan yang stres seperti apapun individu menjadi siap untuk menghadapinya.
Bekerja dapat membuat seseorang menjadi sakit dan bekerja juga dapat membuat seseorang menjadi bahagia, hal ini tergantung pada apa yang dilakukan dan bagaimana seseorang diperlakukan di tempat kerja. Pekerjaan yang bermanfaat, yang melibatkan hubungan baik dengan rekan kerja dan kesempatan merasakan rasa berprestasi secara teratur merupakan faktor kunci dalam
psychological well-being (kesejahteraan psikologis) (Robertson & Cooper, 2011).
Warr pada tahun 1978 (dalam Kusumayanti, 2010) kesejahteraan psikologis merupakan keadaan yang dirasakan individu dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Menurut Warr kesejahteraan psikologis ini merupakan pembahasan keberadaan mental negatif seperti ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, kecemasan dan lain-lain sampai dengan pandangan positif seperti ketiadaan dari ketidakbahagiaan itu yang juga disebut sebagai mental yang positif. Menurut Warr pekerja dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi lebih mempunyai performa
(20)
7
kerja. Lebih lanjut lagi Warr (dalam Lestari, 2009) menyatakan bahwa aspek-aspek dalam lingkungan bekerja, seperti terlindunginya keselamatan pekerja dan kesempatan untuk mencapai karir tertentu akan berhubungan dengan well-being seseorang.
Sedangkan menurut Ryff (1989) kesejahteraan psikologis adalah penilaian atas evaluasi seseorang terhadap pengalaman dan kualitas kehidupannya. Tingkat kesejahteraan psikologis seseorang berkaitan dengan tingkat pemungsian positif yang terjadi dalam hidup orang tersebut. Ryff menawarkan model multidimensi dari 6 dimensi yang berbeda tentang kesejahteraan psikologis yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, dan perkembangan pribadi. Menurut Ryff kesejahteraan psikologis seseorang akan berkaitan dengan psychological functioning atau kemampuan berfungsi secara psikologis dengan baik. Ketika kondisi kesejahteraan psikologis seseorang baik maka psychological functioning orang tersebut akan baik pula.
Berdasarkan kedua pandangan di atas, kesejahteraan psikologis merupakan evaluasi individu sebagai hasil pemaknaan dari pengalaman hidupnya sehingga individu dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki sehingga dengan kesejahteraan psikologis seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan kondisi yang baik, mempunyai kepuasan hidup, bahagia, dan terbebas dari gejala-gejala depresi.
Penelitian Horn pada tahun 2004 menjelaskan bahwa bila tingkat kesejahteraan psikologis diaplikasikan dalam bidang pekerjaan maka akan berguna untuk meningkatkan komitmen individu, produktivitas kerja, pencapaian target-target dalam bekerja, hubungan dengan rekan kerja serta penguasaan lingkungan kerja (Horn, 2004).
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa keberadaan dan peran seorang petugas pemadam kebakaran sangatlah penting dengan segala beban kerja dan risiko yang harus dihadapi. Maka setiap petugas haruslah memiliki kondisi psikologis yang baik dapat merasa nyaman, aman dan sejahtera sehingga dapat bekerja dengan segala potensi yang dimiliki oleh dirinya. Kondisi psikologis yang dimaksud adalah kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan psikologis dapat menggambarkan
(21)
8
seberapa positif seorang individu menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya (Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran yang bertugas untuk menanggulangi kebakaran dengan risiko kerja yang tinggi. Studi pendahuluan yang dilakukan memberikan gambaran secara umum mengenai kesejahteraan psikologis pada petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
Kesejahteraan psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesejahteraan psikologis yang merupakan evaluasi individu sebagai hasil pemaknaan dari pengalaman hidupnya sehingga individu dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki.
Kesejahteraan psikologis ini dapat dilihat dari 6 dimensi, yaitu: (1) penerimaan diri meliputi evaluasi diri serta menerima kekuatan dan kelemahan diri; (2) hubungan positif dengan orang lain meliputi hangat dan percaya dengan orang lain serta empati dalam menjalin hubungan; (3) otonomi meliputi dapat menentukan nasib sendiri, mampu melawan tekanan sosial, dan mampu mengatur perilaku dengan standar pribadi; (4) penguasaan lingkungan meliputi menguasai dan mengontrol lingkungan serta mampu memilih situasi/lingkungan kondusif untuk mencapai tujuan; (5) tujuan dalam hidup meliputi memiliki tujuan terarah dan dapat memaknai hidup; (6) perkembangan pribadi meliputi kemauan untuk tumbuh dan mengembangkan potensi, penambahan pengetahuan dan efektivitas diri dari waktu ke waktu serta terbuka pada pengalaman baru.
C. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
(22)
9
1. Bagaimanakah profil Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung?
2. Bagaimanakah profil jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung?
3. Bagaimanakah kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan data empirik tentang: 1. Deskripsi Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung 2. Deskripsi profil jabatan Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
3. Deskripsi kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, pengetahuan dan dapat berkontribusi terhadap pengembangan bidang ilmu psikologi khususnya penelitian mengenai kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi subjek, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan psikologis bagi Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, sehingga subjek memiliki kondisi psikis yang baik, dapat merasakan dirinya berfungsi secara penuh, bertanggung jawab, berkembang dan tumbuh dalam menjalankan profesinya.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat memberikan deskripsi lebih jelas mengenai kondisi kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung,
(23)
10
sehingga dapat dijadikan masukan sebagai salah satu usaha meningkatkan kesejahteraan psikologis pemadam kebakaran.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesejahteraan Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung untuk melakukan penelitian selanjutnya dibidang yang sama.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi dari Bab I sampai Bab V dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan, berisi tentang uraian pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Kemudian Bab ini juga menjelaskan alasan mengapa kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dipilih menjadi topik dalam skripsi ini.
2. BAB II Kajian Pustaka, berisi penjelasan mengenai konsep kesejahteraan psikologis, konsep pemadam kebakaran dan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Dengan demikian pembaca akan terlebih dahulu memiliki pemahaman mengenai kesejahteraan psikologis dan pemadam kebakaran, sebelum mendapatkan penjelasan mengenai deskripsi kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
3. BAB III Metode Penelitian, berisi tentang penjabaran rinci dari desain dan metode penelitian yang digunakan termasuk di dalamnya seperti prosedur penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, serta teknik pengujian keabsahan data.
(24)
11
tentang bagaimana kesejahteraan psikologis Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung yang diteliti.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi tentang uraian kesimpulan dari seluruh bagian skripsi. Selain itu, akan dipaparkan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung serta peneliti selanjutnya.
(25)
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penggunaan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk memahami
central phenomenon seperti suatu proses kejadian, fenomena, atau suatu konsep
yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel penyertanya. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti (Creswell dalam Herdiansyah, 2012:8).
Sedangkan metode penelitian yang dipilih adalah metode studi kasus yang
menekankan pada ekplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” pada suatu kasus
atau beberapa kasus secara mendetail dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya (Creswell dalam Herdiansyah, 2012:76). Sistem yang terbatas disini maksudnya adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian). Metode studi kasus juga memiliki keunikan dari segi kasus yang diangkat.
Peneliti melakukan eksplorasi mendalam untuk menjawab pertanyaan yang terjadi dalam suatu konteks sosial mengenai gambaran kesejahteraan psikologis pada petugas pemadam kebakaran Dinas Kebakaran Kota Bandung. Oleh karena kesejahteran psikologis dapat dirasakan berbeda-beda oleh setiap individu pada berbagai konteks sosial maka kasus ini dapat dikatakan memiliki keunikannya tersendiri yaitu berbeda dari yang lainnya.
(26)
36
B. Prosedur Penelitian
Aktivitas dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan inti yang terurai dalam beberapa kegiatan. Berikut adalah penjelasan dari tiga tahapan yang dilakukan:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap pertama ini kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah di Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (DPPK) Kota Bandung. Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahapan persiapan:
a. Mengajukan proposal skripsi kepada dewan skripsi serta melengkapi persyaratan administrasi di jurusan Psikologi maupun di Fakultas Ilmu Pendidikan. Setelah disetujui proposal skripsi diajukan kepada pembimbing skripsi.
b. Melakukan studi literatur dan mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengumpulkan berbagai bahan atau materi yang terkait dengan penelitian.
c. Mengajukan permohonan izin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (BKPPM) Kota Bandung dan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (DPPK) Kota Bandung.
d. Menjalin komunikasi dengan Sub. Bag. Umum & Kepegawaian dan Bidang Pemadam Kebakaran untuk mendapatkan informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti profil Dinas Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran, profil petugas pemadam kebakaran, data kebakaran di wilayah kota Bandung dan jaminan kesejahteraan yang diberikan oleh dinas sehingga permasalahan yang terjadi di perusahaan dapat diidentifikasi.
e. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi petugas kebakaran untuk memperkuat bahan atau materi yang telah ditemukan sebelumnya.
(27)
37
g. Mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi sebagai alat bantu bagi peneliti dalam pengambilan data. Pedoman wawancara semi terstruktur digunakan untuk memandu dalam pengungkapan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan telah melalui proses judgement expert.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan pengambilan data penelitian yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara terhadap tiga orang petugas pemadam kebakaran yang pemilihannya berdasarkan pada kriteria/ciri-ciri yang sebelumnya telah ditentukan oleh peneliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Melakukan observasi terhadap tiga orang petugas pemadam kebakaran yang sebelumnya telah diwawancara. Melalui observasi, perilaku dan interaksi sosial dari ketiga subjek dapat teramati serta dideskripsikan. c. Melakukan wawancara terhadap tiga orang atasan dari masing-masing
subjek sebagai data pelengkap dalam pengumpulan data.
d. Mengolah data wawancara melalui verbatim sehingga kemudian dapat dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan analisa data wawancara yang telah diverbatim dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data untuk dapat menjelaskan secara detail gambaran kesejahteraan psikologis pada petugas pemadam kebakaran.
b. Melakukan analisa data observasi dan menghasilkan lampiran hasil observasi.
(28)
38
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesejahteraan psikologis adalah evaluasi individu sebagai hasil pemaknaan dari pengalaman hidupnya sehingga individu dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki. Evaluasi ini berdasarkan pada enam multidimensi kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Ryff (1989; 1995), yaitu:
1. Penerimaan diri adalah evaluasi diri dalam jangka panjang yaitu: evaluasi diri, mengetahui dan menerima kelebihan dan kelemahan diri.
2. Hubungan positif dengan orang lain yang menggambarkan wilayah interpersonal individu seperti kehangatan dan kepercayaan serta empati terhadap orang lain.
3. Otonomi dapat diartikan sebagai individu yang memiliki kerangka penilaian internal sehingga individu tersebut dapat menentukan nasib sendiri, mampu melawan tekanan sosial dan mampu mengatur perilaku dengan standar pribadi.
4. Pengusaan lingkungan merupakan kemampuan individu untuk dapat menguasai dan mengontrol lingkungan serta mampu memilih situasi atau lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan.
5. Tujuan hidup yaitu dimana individu memiliki tujuan yang terarah dan memiliki kebermaknaan.
6. Pertumbuhan pribadi merupakan refleksi dari keberlanjutan pengembangan bakat-bakat, talenta, dan kesempatan-kesempatan untuk pengembangan diri, serta untuk merealisasikan satu potensi yang dimiliki. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kemauan untuk tumbuh dalam mengembangkan potensi, penambahan pengetahuan dan efektivitas diri serta terbuka pada pengalaman baru.
D. Instrumen Penelitian
Peneliti menyiapkan pedoman wawancara berupa kisi-kisi pertanyaan yang sesuai dengan pokok permasalahan yang ingin diteliti yaitu mengenai kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran. Pedoman wawancara
(29)
39
digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data. Berikut kisi-kisi yang digunakan dalam pedoman wawancara:
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Pedoman Wawancara
Dimensi Indikator Gambaran
Penerimaan diri : evaluasi diri dalam jangka panjang yang dibangun dengan penilaian diri dan
penghargaan diri yang jujur
Evaluasi diri
Evaluasi petugas kebakaran terhadap pengalaman hidupnya Evaluasi petugas kebakaran terhadap pekerjaan
Menerima kelebihan dan kelemahan diri
Menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
Kontribusi kelebihan yang dimiliki terhadap pekerjaan
Cara mengantisipasi kelemahan yang dimiliki
Hubungan positif dengan orang lain : aspek yang menggambarkan wilayah interpersonal individu
Kehangatan dan kepercayaan
Hubungan antara petugas
kebakaran dengan petugas lainnya Hubungan antara petugas
kebakaran dengan atasan Dukungan dari orang terdekat (keluarga/teman) terhadap profesi yang dijalankan
Empati
Merasakan kegembiraan dan kesedihan yang dialami petugas lainnya
Memberikan dukungan dan bantuan kepada petugas lainnya
Otonomi : individu dengan kerangka penilaian internal untuk mengikuti
keyakinan diri atau keteguhan hati
Dapat menentukan nasib sendiri
Keyakinan dalam pemilihan profesi
Mampu melawan tekanan sosial
Keberanian mengungkapkan pendapat
Tekanan yang dirasakan petugas kebakaran dalam bekerja Mampu mengatur perilaku
dengan standar pribadi
Pengambilan keputusan petugas kebakaran saat dalam situasi kebakaran
Pengusaan terhadap lingkungan : kemampuan untuk bertindak dan mengubah dunia sekitarnya melalui kegiatan mental dan fisik
Menguasai dan mengontrol lingkungan
Memahami tugas dan
tanggungjawab sebagai petugas kebakaran
Penguasaan petugas kebakaran terhadap alat-alat pemadam kebakaran
Kendala/hambatan yang dialami saat bekerja
(30)
40
kondusif untuk mencapai
tujuan Pemanfaatan waktu luang
Tujuan hidup : memiliki tujuan, niat, dan rasa keterarahan, dan semua ini membantunya untuk memberikan makna bagi kehidupan
Memiliki tujuan yang terarah dan kebermaknaan
Tujuan hidup yang ingin dicapai Perencanaan karir dan target dalam bekerja
Kebermakna ketika melakukan pekerjaan
Pertumbuhan pribadi : refleksi dari keberlanjutan pengembangan bakat-bakat, talenta, dan kesempatan-kesempatan untuk pengembangan diri, serta untuk merealisasikan satu potensi yang dimiliki
Kemauan untuk tumbuh dan mengembangkan potensi
Upaya dalam mengembangkan
skill/keterampilan yang dimiliki
petugas kebakaran
Penambahan pengetahuan dan efektivitas diri dari waktu ke waktu
Keaktifan petugas pemadam kebakaran dalam kegiatan dan pelatihan/sertifikasi
Kemajuan yang dialami petugas kebakaran dalam pekerjaannya Prestasi dan penghargaan yang pernah diraih petugas kebakaran Terbuka pada pengalaman
baru
Membuka diri terhadap setiap kesempatan yang datang
E. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada petugas pemadam kebakaran, yaitu karyawan seksi Pengendalian Operasi Pemadaman Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. Petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dan berbahaya bagi keselamatan, karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan juga kemungkinan bahan-bahan atau gas kimia beracun yang terhirup saat melakukan pemadaman. Beban kerja yang dihadapi tidaklah mudah bagi pemadam kebakaran hal ini dapat memengaruhi bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis petugas, dengan alasan ini maka Dinas Kebakaran Kota Bandung dipilih sebagai tempat penelitian karena mewakili permasalahan dalam penilitian.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Herdiansyah, 2012). Subjek penelitian dipilih berdasarkan karakteristik sebagai
(31)
41
berikut: 1) berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran, 2) pegawai tetap, dan 3) masa kerja minimal 2 tahun.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang yang berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran. Subjek 1 (S1) adalah anggota pemadam kebakaran
yang berusia 51 tahun dengan masa kerja 5 tahun. Subjek 2 (S2) merupakan salah
satu Danton Regu (Danru) pemadam kebakaran yang berusia 42 tahun dengan masa kerja 19 tahun. Subjek 3 (S3) adalah seorang anggota pemadam kebakaran
yang berusia 29 tahun dengan masa kerja 9 tahun. Ketiganya merupakan pegawai tetap dan merupakan petugas pemadam kebakaran di Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga sumber data dalam teknik pengumpulan datanya yaitu wawancara, observasi dan studi dokumen. Berikut ini adalah penjelasan dari tiga teknik tersebut:
Tabel 3.2 Rencana Teknik Pengumpulan Data
No
Teknik Pengumpulan
Data
Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan
Data Hasil yang Diharapkan 1. Wawancara 1.Petugas pemadam
kebakaran 2.Danton/ Danru
petugas pemadam kebakaran
1. Wawancara tatap muka dengan menggunakan tape
recorder.
2. Wawancara dengan pedoman wawancara semi terstruktur dan tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi.
3. Setelah proses
1. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran. 2. Pedoman wawancara sebagai panduan agar wawancara tidak keluar dari konteks masalah.
(32)
42 penulisan transkrip hasil wawancara. Hasil tersebut ditunjukkan kepada subjek beserta rekamannya. subjektivitas peneliti.
2. Observasi 1. Kondisi lingkungan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung 2. Perilaku petugas
pemadam kebakaran saat bekerja
3. Interaksi petugas pemadam kebakaran di lingkungan dinas
1. Observasi dilakukan secara langsung ke Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung.
2. Mengamati perilaku petugas pemadam kebakaran dalam menjalankan setiap tugasnya.
3. Pengamatan terhadap situasi dan interaksi petugas pemadam kebakaran dengan sesama petugas, atasan dan tamu yang datang.
1. Memberikan pemahaman konteks dengan lebih baik dan mengecek kebenaran data dari bias atau
penyimpangan. 2. Memberikan
informasi tambahan dan gambaran yang kompleks mengenai masalah yang diteliti.
3. Studi Dokumen 1. Company profile
2. Peraturan pemerintah 3. Data kebakaran
wilayah Kota Bandung 4. Job description
pemadam kebakaran 5. Artikel surat
kabar (cetak dan
online)
6. Foto lingkungan tempat kerja
1. Menanyakan pada Staf Sub. Bagian Umum &
Kepegawaian dan Ka. Seksi
Pengendalian Operasi Pemadaman atau mencari sendiri dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Mengamati dan
memahami dokumen-dokumen yang telah didapatkan. Untuk menambah informasi sekunder mengenai masalah yang diteliti.
(33)
43
2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data hingga datanya jenuh (Sugiyono, 2007:91). Terdapat tiga tahapan teknik analisis data Miles & Huberman yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperluakan.
b. Penyajian Data
Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, atau hubungan antar kategori. Penyajian data tersusun berdasarkan suatu pola hubungan tertentu sehingga memiliki alur yang jelas dan mudah untuk dipahami.
c. Kesimpulan/Verifikasi
Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan yang mengarah kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan. Kesimpulan akan dikatakan memiliki kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh bukti yang valid dan konsisten. Kesimpulan ini merupakan deskripsi atau gambaran suatu obyek yang setelah diteliti menjadi jelas yang dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
G. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dan member check (Sugiyono, 2007:121).
1. Triangulasi
(34)
44
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam penelitian ini triangulasi sumber atau pengujian data dilakukan ke atasan subjek sehingga menghasilkan suatu kesimpulan tentang subjek yang diteliti. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data kepada sumber (subjek) yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggabungkan teknik wawancara kemudian dicek dengan observasi sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang diteliti.
2. Member Check
Member check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data yang ditemukan telah disepakati oleh para pemberi data maka data tersebut dapat dikatakan valid. Pelaksanaan member check ini dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapat suatu temuan dan kesimpulan.
(35)
119
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung adalah dinas yang berada dibawah Pemerintahan Kota Bandung yang memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi: pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional.
Pemadam kebakaran di Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung memiliki tugas sebagai berikut: 1) melaksanakan apel pagi dan apel malam, 2) melaksanakan penaikan/penurunan Bendera Merah Putih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 3) membantu dan melaksanakan pemeriksaan kelengkapan mobil unit untuk operasi penanggulangan, 4) menyiapkan peralatan lainnya dalam unit mobil untuk operasi penanggulangan, 5) melaksanakan setiap perintah Komandan Regu sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, 6) melaksanakan operasi penanggulangan kebakaran/penyelamatan sesuai dengan perintah Komandan Regu, 7) melaksanakan teknis dan strategi penanggulangan kebakaran sampai dinyatakan selesai oleh Komandan Regu, 8) melaksanakan konsolidasi pasukan serta peralatannya sesaat selesainya penanggulangan, dan 9) melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan atasannya sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Secara umum meskipun pekerjaan pemadam kebakaran adalah pekerjaan yang memiliki risiko tinggi, namun petugas pemadam kebakaran Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung sudah dapat merasakan bahwa diri mereka mengalami kesejahteraan psikologis dalam pekerjaannya. Petugas pemadam kebakaran dapat mengevaluasi dan memaknai keenam dimensi kesejahteraan psikologis berdasarkan pengalaman hidupnya sehingga dapat berfungsi secara baik dengan segala potensi yang dimiliki. Namun karena kesejahteraan psikologis ini merupakan evaluasi secara subjektif maka
(36)
120
setiap individu memiliki perbedaan dalam memaknai setiap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis.
Terkadang petugas pemadam kebakaran mengalami kejenuhan ketika piket siaga saat tidak ada panggilan kebakaran ataupun tugas lainnya, hal ini disebabkan karena kegiatan saat waktu luang kurang terfasilitasi oleh dinas sehingga cenderung monoton. Namun para petugas pemadam kebakaran mampu memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa terdapat beberapa dimensi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran yang memengaruhi dimensi kesejahteraan psikologis lainnya. Setiap petugas pemadam kebakaran memiliki perbedaan pada dimensi yang saling memengaruhi kesejahteraan psikologisnya dalam bekerja.
Usia dan dukungan sosial dari keluarga serta petugas pemadam lainnya merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran. Faktor usia menyebabkan perbedaan pencapaian tujuan yang ingin di raih oleh pemadam kebakaran, sedangkan aspek sosial memengaruhi petugas pemadam kebakaran sehingga mereka memiliki makna, dan aspek psikologis dapat memengaruhi aspek sosial melalui bagaimana mereka mengadopsi sikap mereka dalam bekerja.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hal-hal yang direkomendasikan untuk beberapa pihak terkait dengan kesejahteraan psikologis pemadam kebakaran yaitu:
1. Bagi pihak Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petugas pemadam kebakaran diantaranya:
a. Pekerjaan pemadam kebakaran termasuk kedalam pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dan kecelakaan yang mungkin menimpa petugas pemadam kebakaran sehingga pengadaan jaminan asuransi kecelakaan
(37)
121
kerja, kelengkapan alat-alat kerja yang berkualitas dan peningkatan fasilitas di barak menjadi hal penting sehingga petugas merasa aman bekerja dan dapat bertugas secara maksimal.
b. Minimnya pelatihan lanjutan dan pembelajaran yang diberikan dinas tentang pemadaman membuat petugas kurang terfasilitasi dengan baik dalam mengembangkan skill-skill pemadaman sehingga diperlukan pelatihan dan pembelajaran rutin guna meng-upgrade dan meningkatkan
skill pemadam.
c. Untuk meningkatkan kerjasama tim antar petugas, Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dapat mengadakan kegiatan
outbond di saat lepas piket guna meningkatkan team building dan sebagai
sarana refreshing bagi petugas pemadam kebakaran.
d. Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung diharapkan lebih mengapresiasi petugas pemadam kebakaran terutama bagi petugas yang berprestasi dan bersertifikasi baik secara individu, regu, maupun pleton baik berupa piagam penghargaan maupun pemberian bonus guna meningkatkan motivasi petugas pemadam kebakaran dalam bekerja.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan instrumen penelitian terutama dalam pembuatan kisi-kisi pertanyaan sehingga maksud dan tujuan dari pertanyaan mengenai kesejahteraan psikologis dapat tergali dengan tepat. Kepekaan peneliti sangatlah dibutuhkan dalam memahami pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh subjek agar kasus yang diteliti dapat tereksplor secara mendalam. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menambah teknik pengumpulan data dan menggunakannya dengan tepat agar data yang didapatkan bisa saling melengkapi.
(38)
122
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Andriyan, Anityasari, & Wessiani. (2011). Perhitungan nilai Kompensasi Atas
Risiko Kerja Pemadam Kebakaran Dinas Kebakaran Kota Surabaya Melalui Pendekatan Manajemen Risiko. Paper pada Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baihaqi. MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk
Mengembangan Optimisme. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Bradburn, N.M, (1969). The Structure of Psychological Well-Being. Chicago: Aldine Publishing Company.
Compton. W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. Belmont: Thompson Wadsworth.
Charles. (2007). Hubungan Antara Psychological Well-Being Dengan Stres Kerja
Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Jakarta. Skripsi pada Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. (2013). Sejarah Dinas
Pemadam Kebakaran & Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta
[Online]. Tersedia: http://www.jakartafire.net/profil/index.php?act=detil& idp=17 [27 September 2013]
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. (2013). Data
Kebakaran di Wilayah Kota Bandung dan Sekitarnya. Bandung: Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung. (2011). Dinas Kebakaran [Online]. Terasedia: http://www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.detail&id=7#
[20 Januari 2013]
Hardiansyah, D. & Setiawan, F. (2012). Petugas Diskar Kota Bandung Berharap
Peningkatan Kesejahteraan [Online]. Tersedia: http://www.pjtv.co.id/berita/
detail/global/3488/petugas-diskar-kota-bandung-berharap-peningkatan kesejahteraan.html [20 Januari 2013]
(39)
123
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schreurs, P.J.G. (2004). The Structure of Occupational wellbeing: A Study among dutch Teachers.
Journal of Occupational and Organizational Psychology. 77, 365-375.
Hurlock, E. (1980). A Life Span Approach. 5th ed. McGraw-Hill, Inc.
Husna, H. (2011). Petugas Pemadam Kebakaran Dilarang Libur Lebaran [Online]. Tersedia: http://m.inilah.com/read/detail/1763799/petugas
-pemadam-kebakaran-dilarang-libur-lebaran [20 Januari 2013]
Keyes, C.L.M, Ryff, C.D & Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and social
Psychology. 82, (6), 1007-1022.
Keyes, C. L. & Haidt, J. (2003). Flourishing: Positive Psychology And The Life
Well-Lived. USA: American Psychological Association.
Kinder, A, Hughes R, & Cooper, C.L. (2008) Employee Well-Being Support : A
Workplace Resource. England: John Wiley & Sons Ltd.
Knight, T., Davison, T. E., McCabe, M. P. & Mellor, D. (2011). Environmental
Mastery and Despression in Older Adults in Residental Care [Online].
Tersedia: http://dro.deakin.edu.au/eserv/DU:30033219/knight-environ mentalmastery-2011.pdf [2 Oktober 2013]
Kusumayanti, R. (2010). Gambaran Psychological Well-Being Pada Penjaga
Jalur Lintasan Kereta Api Daerah Oprasional (DAOP) I Jakarta PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Skripsi pada Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Jakarta: tidak diterbitkan.
Lestari, N. H. E. (2009). Gambaran Psychological Well-Being Pada Buruh
Bangunan di PT Jaya Konstruksi Tbk. Skripsi pada Fakultas Psikologi
Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Maulana, P. (2011). Kasihan, Pemadam Kebakaran Kota Bandung Tak
Diasuransikan [Online]. Tersedia: http://m.tribunnews.com/2011/10/14/kasi
(40)
124
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press: Jakarta.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan. Jakarta.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan.
Pikiran Rakyat Online. (2012). Kota Bandung Tetap Rawan Kebakaran [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/212750 [20 Januari 2013] Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
ANDI.
Rasulzada, F. (2007). Organizational Creativity And Psychological Well-Being: Contextual Aspects Creativity And Psychological Well-Being From An Open Systems Perspective. Doctoral thesis at Lund University Sweden: https://film.kau.se/sites/default/files/farida_rasulzada_book.pdf.
Robertson, I & Cooper, C. (2011). Well-Being: Productivity and Happiness at
Work [versi elektronik]
Ryan, R.M. & Deci, E.L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review Of Research on Hedonic And Eudaimonic Wellbeing. Annual Review
Psychology, 52, 141-166.
Ryff, C. D. (1989). ”Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57, (6),1069 - 1081.
Ryff, C. D, & Keyes, C.L.M, (1995). “The Structure of Psychological Well Being Revisited”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 69. (4). 719
– 727.
Ryff, C.D. & Singer, B.H. (2008). “Know Thyself And Become What You Are: A Eudaimonic Approach To Psychological Well-Being”. Journal of Happiness Studies. 9, 13-39.
(41)
125
Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (5th
edition). USA : John Wiley & Sons, Inc.
Snyder, C.R. & Lopez, S.N. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tn. (2013). Sejarah Dunia (Pemadam Kebakaran Zaman Romawi) [Online]. Tersedia:http://skaifire.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&i d=19 [27 September 2013]
Wells, I.E. (2010). Psychological Well-Being. New York: Nova Science Publishers, Inc.
(1)
setiap individu memiliki perbedaan dalam memaknai setiap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis.
Terkadang petugas pemadam kebakaran mengalami kejenuhan ketika piket siaga saat tidak ada panggilan kebakaran ataupun tugas lainnya, hal ini disebabkan karena kegiatan saat waktu luang kurang terfasilitasi oleh dinas sehingga cenderung monoton. Namun para petugas pemadam kebakaran mampu memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa terdapat beberapa dimensi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran yang memengaruhi dimensi kesejahteraan psikologis lainnya. Setiap petugas pemadam kebakaran memiliki perbedaan pada dimensi yang saling memengaruhi kesejahteraan psikologisnya dalam bekerja.
Usia dan dukungan sosial dari keluarga serta petugas pemadam lainnya merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran. Faktor usia menyebabkan perbedaan pencapaian tujuan yang ingin di raih oleh pemadam kebakaran, sedangkan aspek sosial memengaruhi petugas pemadam kebakaran sehingga mereka memiliki makna, dan aspek psikologis dapat memengaruhi aspek sosial melalui bagaimana mereka mengadopsi sikap mereka dalam bekerja.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hal-hal yang direkomendasikan untuk beberapa pihak terkait dengan kesejahteraan psikologis pemadam kebakaran yaitu:
1. Bagi pihak Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petugas pemadam kebakaran diantaranya:
a. Pekerjaan pemadam kebakaran termasuk kedalam pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dan kecelakaan yang mungkin menimpa petugas pemadam kebakaran sehingga pengadaan jaminan asuransi kecelakaan
(2)
kerja, kelengkapan alat-alat kerja yang berkualitas dan peningkatan fasilitas di barak menjadi hal penting sehingga petugas merasa aman bekerja dan dapat bertugas secara maksimal.
b. Minimnya pelatihan lanjutan dan pembelajaran yang diberikan dinas tentang pemadaman membuat petugas kurang terfasilitasi dengan baik dalam mengembangkan skill-skill pemadaman sehingga diperlukan pelatihan dan pembelajaran rutin guna meng-upgrade dan meningkatkan skill pemadam.
c. Untuk meningkatkan kerjasama tim antar petugas, Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung dapat mengadakan kegiatan outbond di saat lepas piket guna meningkatkan team building dan sebagai sarana refreshing bagi petugas pemadam kebakaran.
d. Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung diharapkan lebih mengapresiasi petugas pemadam kebakaran terutama bagi petugas yang berprestasi dan bersertifikasi baik secara individu, regu, maupun pleton baik berupa piagam penghargaan maupun pemberian bonus guna meningkatkan motivasi petugas pemadam kebakaran dalam bekerja.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan instrumen penelitian terutama dalam pembuatan kisi-kisi pertanyaan sehingga maksud dan tujuan dari pertanyaan mengenai kesejahteraan psikologis dapat tergali dengan tepat. Kepekaan peneliti sangatlah dibutuhkan dalam memahami pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh subjek agar kasus yang diteliti dapat tereksplor secara mendalam. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menambah teknik pengumpulan data dan menggunakannya dengan tepat agar data yang didapatkan bisa saling melengkapi.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Andriyan, Anityasari, & Wessiani. (2011). Perhitungan nilai Kompensasi Atas Risiko Kerja Pemadam Kebakaran Dinas Kebakaran Kota Surabaya Melalui Pendekatan Manajemen Risiko. Paper pada Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baihaqi. MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk Mengembangan Optimisme. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Bradburn, N.M, (1969). The Structure of Psychological Well-Being. Chicago: Aldine Publishing Company.
Compton. W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. Belmont: Thompson Wadsworth.
Charles. (2007). Hubungan Antara Psychological Well-Being Dengan Stres Kerja Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Jakarta. Skripsi pada Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. (2013). Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran & Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta [Online]. Tersedia: http://www.jakartafire.net/profil/index.php?act=detil& idp=17 [27 September 2013]
Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung. (2013). Data Kebakaran di Wilayah Kota Bandung dan Sekitarnya. Bandung: Dinas Kebakaran Kota Bandung.
DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung. (2011). Dinas Kebakaran [Online]. Terasedia: http://www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.detail&id=7#
[20 Januari 2013]
Hardiansyah, D. & Setiawan, F. (2012). Petugas Diskar Kota Bandung Berharap Peningkatan Kesejahteraan [Online]. Tersedia: http://www.pjtv.co.id/berita/ detail/global/3488/petugas-diskar-kota-bandung-berharap-peningkatan kesejahteraan.html [20 Januari 2013]
(4)
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schreurs, P.J.G. (2004). The Structure of Occupational wellbeing: A Study among dutch Teachers. Journal of Occupational and Organizational Psychology. 77, 365-375. Hurlock, E. (1980). A Life Span Approach. 5th ed. McGraw-Hill, Inc.
Husna, H. (2011). Petugas Pemadam Kebakaran Dilarang Libur Lebaran [Online]. Tersedia: http://m.inilah.com/read/detail/1763799/petugas
-pemadam-kebakaran-dilarang-libur-lebaran [20 Januari 2013]
Keyes, C.L.M, Ryff, C.D & Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and social Psychology. 82, (6), 1007-1022.
Keyes, C. L. & Haidt, J. (2003). Flourishing: Positive Psychology And The Life Well-Lived. USA: American Psychological Association.
Kinder, A, Hughes R, & Cooper, C.L. (2008) Employee Well-Being Support : A Workplace Resource. England: John Wiley & Sons Ltd.
Knight, T., Davison, T. E., McCabe, M. P. & Mellor, D. (2011). Environmental Mastery and Despression in Older Adults in Residental Care [Online]. Tersedia: http://dro.deakin.edu.au/eserv/DU:30033219/knight-environ mentalmastery-2011.pdf [2 Oktober 2013]
Kusumayanti, R. (2010). Gambaran Psychological Well-Being Pada Penjaga Jalur Lintasan Kereta Api Daerah Oprasional (DAOP) I Jakarta PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Skripsi pada Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Lestari, N. H. E. (2009). Gambaran Psychological Well-Being Pada Buruh Bangunan di PT Jaya Konstruksi Tbk. Skripsi pada Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta: tidak diterbitkan.
Maulana, P. (2011). Kasihan, Pemadam Kebakaran Kota Bandung Tak Diasuransikan [Online]. Tersedia: http://m.tribunnews.com/2011/10/14/kasi han-pemadam-kebakaran-kota-bandung-tak-diasuransikan [20 Januari 2013]
(5)
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press: Jakarta.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan. Jakarta.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan.
Pikiran Rakyat Online. (2012). Kota Bandung Tetap Rawan Kebakaran [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/212750 [20 Januari 2013]
Rachmawati, I. K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.
Rasulzada, F. (2007). Organizational Creativity And Psychological Well-Being: Contextual Aspects Creativity And Psychological Well-Being From An Open Systems Perspective. Doctoral thesis at Lund University Sweden: https://film.kau.se/sites/default/files/farida_rasulzada_book.pdf.
Robertson, I & Cooper, C. (2011). Well-Being: Productivity and Happiness at Work [versi elektronik]
Ryan, R.M. & Deci, E.L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review Of Research on Hedonic And Eudaimonic Wellbeing. Annual Review Psychology, 52, 141-166.
Ryff, C. D. (1989). ”Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 57, (6),1069 - 1081.
Ryff, C. D, & Keyes, C.L.M, (1995). “The Structure of Psychological Well Being
Revisited”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 69. (4). 719
– 727.
Ryff, C.D. & Singer, B.H. (2008). “Know Thyself And Become What You Are: A Eudaimonic Approach To Psychological Well-Being”. Journal of Happiness Studies. 9, 13-39.
(6)
Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (5th edition). USA : John Wiley & Sons, Inc.
Snyder, C.R. & Lopez, S.N. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tn. (2013). Sejarah Dunia (Pemadam Kebakaran Zaman Romawi) [Online]. Tersedia:http://skaifire.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&i d=19 [27 September 2013]
Wells, I.E. (2010). Psychological Well-Being. New York: Nova Science Publishers, Inc.