ANALISIS STRUKTURAL PUISI KARYA ANAKANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Saat ini, sebagian besar kehidupan kita tidak pernah lepas dari sastra. Sastra membuat jiwa kita menjadi lebih manusiawi, lebih peka terhadap kehidupan ini. Selain menghibur, sastra memberikan juga pengajaran yang berupa pesan, amanat, dan nilai moral yang dapat kita petik, dan berguna bagi kehidupan.

Begitu juga dengan anak-anak sebagai pembaca sastra. Mereka juga membutuhkan hiburan dan pembelajaran yang baik yang dapat mereka gunakan untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Untuk itu, perlu diciptakan karya sastra yang khusus untuk anak-anak. Karya sastra tersebut haruslah sesuai dengan perkembangan anak-anak terutama perkembangan kognitifnya.

Sastra adalah karya imajinatif manusia yang bermediakan bahasa dan memunyai nilai estetika dominan (Waren & Wellek, 1995). Sebagai karya cipta manusia, hakikatnya karya sastra itu berfungsi sebagai media komunikasi antara penulis dengan pembaca. Hal ini menunjukkan sastra sebagai karya yang memunyai isi, yang berupa pesan-pesan dan makna yang digambarkan dalam kehidupan dengan media bahasa yang estetis dan berbeda dengan bahasa sehari-hari. Dengan membaca uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam sastra terdapat empat aspek yaitu penulis, pembaca, pesan yang ingin disampaikan, dan bahasa sebagai media.


(2)

(Kurniawan, 2009: 4)

Berdasarkan bagan di atas, maka pengertian sastra anak, mencakup aspek

1) bahasa yang digunakan dalam sastra anak adalah bahasa yang mudah dipahami oleh anak, yaitu bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak, dan

2) pesan yang disampaikan berupa nilai-nilai, moral, dan pendidikan yang disesuaikan pada tingkat perkembangan dan pemahaman anak.

Melihat konteks penulis dan pembacanya, sastra anak dapat ditulis dan dibaca baik oleh anak-anak maupun oleh orang dewasa. Anak masih memunyai tingkat keterbatasan kreativitas berhubungan dengan mencipta dan memahami kehidupan, Oleh karena itu, sastra anak terbuka untuk ditulis orang dewasa (siapa pun). Karya yang dihasilkan, untuk bisa disebut sastra anak, secara bahasa dan isi harus sesuai dengan tingkat pemahaman anak terhadap kehidupan. Pada tahap pembaca, sastra anak boleh bahkan mengharuskan orang dewasa seperti orang tua, guru, atau pemerhati anak, untuk membacanya. Hal ini akan membuat mereka bisa lebih memahami dunia anak dan bisa menyampaikan isi karya itu sebagai bahan dongeng dan pengajaran.

Dewasa ini, perkembangan karya sastra anak semakin pesat. Tidak seperti dulu, karya sastra anak hanya ditulis oleh pengarang dewasa yang mempersembahkan karyanya untuk pembaca anak-anak. Sekarang ini, mulai banyak ditemukan karya sastra anak yang dikarang oleh anak-anak. Jenis karya sastra yang dikarang oleh anak-anak ini

Karya sast ra

Pembaca Penulis Bahasa sebagai media


(3)

3 yang sudah ditemukan sekarang ini berupa puisi, prosa, dan komik. Sebagai contoh adalah Seruan Hati Dewa karya Dewa (berumur 5 tahun), merupakan kumpulan puisi yang diterbitkan Kecil-Kecil Punya Karya, Dar! Mizan, Ketika Potter Hilang karya Arifia Sekar Seroja (berumur 10 tahun), merupakan kumpulan cerita pendek anak yang diterbitkan PT Bhuana Ilmu Populer (BIP) Kelompok Gramedia, dan Adventure in

Magic World karya Fia (berumur 12 tahun) yang berupa komik atau cerita bergambar

yang diterbitkan Kecil-Kecil Punya Karya, Dar! Mizan.

Padahal seperti yang kita ketahui, karya sastra anak dibuat untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai moral kepada anak sebagai generasi penerus dari orang tua sebagai generasi terdahulu. Untuk tujuan itu, sastra anak diharapkan memuat amanat dan nilai moral yang baik untuk anak-anak. Sastra anak harus sesuai dengan pemahaman, logika, emosi, daya nalar, dan perkembangan kognitif dan afektif anak agar mudah dipahami dan dicerna dengan baik oleh anak-anak sebagai pembacanya.

Pada dasarnya, karya sastra anak yang ditulis oleh orang dewasa dianggap telah dapat memenuhi persyaratan sebagai karya sastra anak yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak sebagai pembacanya, baik cerita maupun pesan moral yang ingin disampaikan kepada mereka. Tetapi bagaimanakah dengan karya sastra anak yang ditulis oleh anak-anak yang daya imajinasinya sangat berkembang? Apakah karya sastra mereka dapat memenuhi kriteria sebagai karya sastra anak yang patut dibaca oleh anak-anak seusianya bahkan juga oleh orang dewasa? Atau apakah karya sastra mereka hanya sebagai bentuk dari luapan emosi, curahan daya imajinasi yang membutuhkan media untuk disalurkan begitu saja?

Oleh karena itu, sekiranya perlu diadakan penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh anak-anak untuk melihat apakah karya sastra tersebut dapat digunakan sebagai bacaan untuk anak-anak sebagai pembaca yang seusia dengan pengarang bahkan sebagai bacaan untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar.


(4)

Faktanya, selama ini guru-guru masih menggunakan sastra anak yang ditulis oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan anak berupa bahasa sebagai media sastra dan perkembangan cerita yang sesuai dengan perkembangan anak.

Oleh karena itu, perlu kiranya diadakan penelitian mengenai karya sastra yang dibuat oleh anak-anak. Karena cakupan karya sastra yang dibuat anak-anak ada tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan pertunjukan drama, pada penelitian ini akan dilakukan pada satu jenis saja yaitu puisi yang dibuat oleh anak-anak. Penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktural dan pendekatan ekspresif. Pendekatan struktural atau objektif digunakan untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun puisi karangan anak-anak ini. Pendekatan ekspresif digunakan untuk mengetahui kesesuaian makna atau pesan yang tersirat dalam puisi yang dikarang oleh anak-anak dengan perkembangan kognitif pengarangnya. Perlu juga untuk diketahui bahwa penelitian ini menggunakan objek puisi karya anak-anak berusia 7 – 11 tahun. Alasan pemilihan puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun adalah sebagai berikut.

1) Usia 7-11 tahun sesuai dengan usia yang termasuk tahap operasional kongkret menurut teori Jean Piaget.

2) Dilihat pada silabus mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD, pembelajaran puisi telah diperkenalkan mulai dari kelas 1 semester 1, dan mulai diperdalam mulai dari kelas 2 semester1 sampai kelas 6. Bila dipadankan antara usia dan kelas dengan asumsi bahwa anak-anak memulai kelas 1 SD di usia 6 tahun, berarti kelas 2-6 SD berada pada usia 7-11 tahun.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian

1. Khazanah puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun pada tahun 2002-2011. 2. Jenis unsur-unsur pembangun puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun. 3. Perkembangan kata dan frasa dalam puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun.

4. Kebergunaan puisi karya anak-anak sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar.


(5)

5 1.3. Rumusan Masalah Penelitian

Dari identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah khazanah puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun pada tahun 2002-2011?

2. Unsur-unsur pembangun sebuah puisi apakah yang terdapat di dalam puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun?

3. Bagaimanakah perkembangan kata dan frasa dalam puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun?

4. Apakah puisi karya anak-anak dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar?

1.4. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah penelitian di atas, tujuan masalah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan khazanah puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun pada tahun 2002-2011.

2. Mendeskripsikan unsur-unsur pembangun puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun. 3. Mendeskripsikan perkembangan kata dan frasa dalam puisi karya anak-anak usia 7-11

tahun.

4. Mendeskripsikan kebergunaan puisi karya anak-anak sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis adalah manfaat yang memberikan sumbangsihnya pada pengetahuan sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diterapkan dalam masyarakat terutama dunia pendidikan.

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat 1)memperkuat teori-teori pemerolehan bahasa yang sudah ada sebelumnya;


(6)

2)dapat menambah khazanah penelitian kesusastraan Indonesia dalam memahami unsur struktur dalam suatu karya sastra;dan

3)menambah referensi bagi penelitian sejenis berikutnya. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah

1)hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan yang dapat membantu pembaca untuk memahami dan mengetahui unsur struktural dalam puisi karya anak usia 7-11 tahun yang menjadi objek penelitian ini; dan

2)sebagai informasi bacaan di sekolah dasar. 1.6. Definisi Operasional

1. Khazanah puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun padatahun 2002-2011 adalah kumpulan puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun pada tahun 2002-2011 yang ditemukan dalam penelitian ini.

2. Analisis struktural adalah analisis unsur-unsur instrinsik yang membangun atau membentuk puisi karya anak-anak.

3. Puisi adalah karya terikat yang berisikan gagasan atau ide pengarang, menggunakan bahasa yang padat penuh makna (bukan bahasa sehari-hari).

4. Puisi karya anak usia 7-11 tahun adalah puisi yang ditulis oleh pengarang anak-anak berusia 7-11 tahun.

5. Bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah sumber bahan yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan materi-materi yang terdapat dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

1.7. Paradigma Penelitian

Pendekatan Ekspresif

Bahan Ajar di SD Puisi Karya Anak-Anak

usia 7-11 tahun Teori perkembangan

kognitif anak-anak Pendekatan Struktural


(7)

54 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian yang berjenis kualitatif, yang secara keseluruhannya memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi, memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Menurut Kutha Ratna (2009: 47), sumber data dalam penelitian kualitatif untuk sastra berupa karya, naskah, data penelitiannya, sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana.

Ciri-ciri terpenting penelitian kualitatif menurut Kutha Ratna (2009: 47-48) adalah sebagai berikut.

1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.

3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung di antaranya.

4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka. 5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-masing.

Lain lagi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (via Sugiyono, 2008: 13) adalah sebagai berikut.


(8)

1)Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2)Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3)Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome. 4)Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5)Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Untuk menganalisis unsur-unsur instrinsik atau unsur pembangun sebuah karya sastra, tidak cukup hanya dengan mengetahui dan melakukan penelitian kualitatif, tetapi juga harus disertai analisis struktural. Analisis struktural dibedakan menjadi dua macam: struktur lahir, struktur luar (surface structure) dan srtuktur batin, struktur dalam (deep

structure) (Ahimsa-Putra, 2006: 60).

Struktur luar adalah relasi-relasi antarunsur yang dapat kita buat atau bangun berdasar atas ciri-ciri luar atau ciri-ciri empiris dari relassi-relasi tersebut, sedang struktur dalam adalah susunan tertentu yang kita bangun berdasarkan atas struktur lahir yang telah berhasil kita buat, namun tidak selalu tampak pada sisi empiris dari fenomena yang kita pelajari. Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata (Pradopo, 2009: 14).

Untuk menganalisis unsur pembangun sebuah puisi dapat menggunakan analisis puisi berdasarkan strata norma Roman Ingarden ( Pradopo, 2009). Hal ini dikarenakan bahwa puisi harus dimengerti sebagai struktur norma-norma, yang dapat dipahami sebagai norma implisit yang harus ditarik dari setiap pengalaman individu karya sastra dan bersama-sama merupaka karya sastra yang murni sebagai keseluruhan (Pradopo,


(9)

56 2009). Menurut Rene Wellek (Pradopo, 2009), Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia, menganalisis lapis norma dalam puisi sebagai berikut.

1. Lapis bunyi adalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang, yang terdengar bila puisi dibacakan. Suara atau bunyi tersebut disusun begitu rupa hingga menimbulkan arti, yang sesuai dengan konvensi bahasa.

2. Lapis arti berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frasa, dan kalimat.

3. Lapis ketiga yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan.

4. Lapis dunia yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu ditanyakan, tetapi terkandung di dalamnya (secara implisit).

5. Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis (yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci), dengan sifat-sifat ini seni dapat memberikan renungan (kontemplasi) kepada pembaca.

Lapis bunyi dan arti termasuk ke dalam struktur fisik, sedangkan lapis ketiga, dunia, dan metafisis termasuk ke dalam struktur dalam. Khusus untuk lapis metafisis, tidak semua puisi memilikinya. Setiap lapis norma saling terkait, ketika menganalisis lapis pertama yaitu lapis bunyi, maka secara otomatis akan menimbulkan lapis kedua yaitu arti. Analisis lapis kedua akan menimbulkan lapis ketiga, begitu seterusnya sampai selesai.

Dengan menggunakan analisis struktural dalam meneliti puisi karya anak-anak ini, berarti dapat dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif ini menandakan bahwa penelitian ini langsung dilakukan pada objek penelitian ini yaitu teks puisi karya anak-anak. Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik (Kutha Ratna, 2009: 73). Sebagai konsekuensinya, penelitian dengan pendekatan objektif akan


(10)

mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan biografi. Penelitian ini hanya akan memusatkan analisis terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam teks karya sastra dengan berpijak pada teori strukturalisme. 3.2. Desain Penelitian

Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini didesain sebagai berikut. 1. Membaca teks puisi karangan anak-anak secara tuntas.

2. Analisis struktural, untuk mengetahui struktur pembangun puisi karya anak-anak dan perkembangan kata dan frasa yang terdapat di dalam puisi tersebut.

3. Menyusun bahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang berkaitan dengan pembelajaran puisi seperti yang terdapat di dalam kurikulum sekolah dasar. 3.3. Alur Penelitian

Penelitian ini akan dimulai dengan langkah-langkah berikut, yaitu: 1)pembuatan proposal penelitian,

2)setelah disetujui, pengambilan data (studi pustaka), 3)analisis data,

4)pembahasan, dan

5)penulisan hasil penelitian. 3.4. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah puisi karya anak-anak usia 7-11 tahun sebagai berikut.

1. Guruku karya Tiara Anisa Fitri,usia 7 tahun.

2. Awan karya Nabila Nurkhalishah Harris, usia 7 tahun.

3. Ikan karya Alden Wilbert Hartono, usia 8 tahun.

4. Puisi bunda karya Abdurahman Faiz, usia 8 tahun.

5. Bunga Mawar karya M. Irfan Zaky, usia 9 tahun.

6. Saudaraku karya Asep Maulana, usia 9 tahun.

7. Biru Lautku karya Lina, usia 10 tahun.


(11)

58 9. Kucingku yang Cerdik karya Elin, usia 11 tahun.

10. Anak Jalanan karya NN, usia 11 tahun.

Dalam pengambilan sampel penelitian ini, penulis menggunakan cara purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel yang diseuaikan dengan tujuan penelitian

(Siswantoro, 2010: 73). Sehingga hanya sepuluh puisi ini saja yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Kesepuluh puisi ini diambil sebagai sampel dengan alasan, 1) puisi-puisi tersebut mewakili kelompok usia anak-anak yang termasuk dalam tahap operational konkret, yaitu usia 7-11 tahun (seperti dalam tahap perkembangan kognitif yang diperkenalkan oleh Piaget), 2) puisi-puisi ini asli karya anak-anak tersebut yang telah dipublikasikan lewat majalah anak-anak Bobo, dan blog yang ada di internet, dan 3) puisi ini merupakan puisi-puisi yang dibuat di atas tahun 2000.

Sumber sekunder adalah analisis atau penelitian peneliti lain tentang puisi anak-anak baik yang dikarang oleh orang dewasa maupun oleh anak-anak-anak-anak.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi dengan menggunakan format pengumpulan data berikut ini.

Data no :

Judul Puisi :

Kelompok pengarang : anak-anak/remaja/dewasa

Sumber :

Tahun sumber :


(12)

Dokumentasi atau dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang digunakan untuk menelusuri data historis. Hal ini dikarenakan sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi (Bungin, 2007: 121).

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber nonmanusia. Sumber ini terdiri atas dokumen dan rekaman (Syamsuddin dan Damaianti, 2007: 108). Dokumen adalah setiap tulisan atau bukan selain “rekaman”, yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu (Lincoln dan Guba dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2007:108). Rekaman adalah setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk indivdu atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa (Lincoln dan Guba dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2007: 108). 3.6. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini akan mengolah atau menganalisis data yang diperoleh di lapangan dengan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 246). Menurut Miles dan Huberman, aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sampai datanya sudah jenuh atau tidak ada lagi data baru yang ditemukan. Aktivitas analisis data berupa mengumpulkan data, mereduksi data (menganalisis data), dan memaparkan data yang ditemukan. Data yang ditemukan, akan dianalisis dengan format analisis berikut ini.

No. Data :

Judul puisi :

Pengarang :

Kelompok Umur/Kelas :

No. Unsur pembangun puisi Data temuan Keterangan

1 Tema Tema puisi karya anak-anak

dalam penelitian ini dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu sosial, keluarga, lingkungan, dan pendidikan.


(13)

60

puisi karya anak-anak.

3 Isi Keterkaitan isi dengan tema da

judul puisi karya anak-anak.

4 Suasana Suasana dalam puisi karya

anak-anak dalam penelitian ini terbagi dalam 5 kelompok, yaitu senang/gembira, marah/kesal, sedih/duka, tenang/sepi, dan sahdu.

5 Konteks/Alam  Mengidentifikasi ada atau tidak ada alam yang digunakan dalam puisi karya anak-anak.

 Alam dalam puisi karya anak-anak dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kelompok, yaitu alam fisik, hayati, dan hewani.

 Bila tidak ada penggunaan alam dalam puisi karya anak-anak yang diteliti, dicari apakah puisi karya anak-anak menggunakan konteks (sebagai latar belakang dalam puisi tersebut) baik secara tersurat maupun tersirat.

6 Bunyi/Rima  Menentukan rima puisi

melalui jenis puisi.

 Bila puisi bebas, maka rima puisi memiliki pola, yaitu adanya persamaan vokal atau persamaan konsonan.

 Bila puisi terikat, maka rima puisi ditata atau diatur menjadi aaaa atau abab dalam 1 bait.


(14)

anak-anak terbagi dalam 7 kelompok, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pencecap, badan, dan gerak.

8 Gaya bahasa/majas  Menemukan gaya

bahasa/majas yang digunakan dalam puisi karya anak-anak.  Bila ditemukan,

mendekripsikan jenis gaya bahasa/majas yang digunakan dalam puisi karya anak-anak.

9 kata  Mendeskripsikan bentuk kata

benda (abstrak atau kongkret) yang ditemukan dalam puisi karya anak-anak.

 Mendeskripsikan makna kata (denotasi atau konotasi) yang ditemukan dalam puisi karya anak-anak.

 Mendeskripsikan kata berimbuhan dan jenis imbuhan yang terdapat dalam puisi karya anak-anak.  Mendeskripsikan jenis kata

yang terdapat dalam puisi karya anak-anak.

10 frasa  Mengidentifikasi penggunaan

frasa (ada atau tidak) dalam puisi karya anak-anak.  Bila ada, menentukan jenis

frasa yang digunakan dalam puisi karya anak-anak (setara atau bertingkat).


(15)

171 BAB V

PENGGUNAAN PUISI KARYA ANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

5.1. Metode Pengajaran Sastra di Sekolah Dasar

Pelaksanaan pengajaran sastra di sekolah dasar tentunya tidak terlepas dari penggunaan metode yang digunakan. Metode pengajaran sastra merupakan cara yang digunakan dalam pengajaran sastra kepada murid, yang meliputi cara pemilihan, cara penahapan, cara penyajian, dan cara pengulangan bahan pengajaran (Rusyana, 1984: 314).

Ada beberapa cara mengajarkan sastra menurut Rusyana (1982), yaitu 1) murid mendengarkan cerita, 2) murid membaca buku cerita bersama guru, 3) mengajak murid untuk menonton pementasan drama, 4) meminta murid untuk berdiskusi tentang cerita, puisi, atau drama yang telah mereka dengar atau tonton, 5) meminta murid untuk bercerita atau berdeklamasi mengenai pengalaman pribadi yang paling mengesankan, 6) meminta murid untuk membaca nyaring cerita yang telah mereka buat atau dengar sebagai bentuk ekspresinya, 7) meminta murid mengungkapkan gagasan, ide, pikiran mereka dengan cara mengarang, dan 8) meminta murid untuk memainkan peran dari tokoh-tokoh cerita yang pernah mereka baca atau dengar.

Taufik Ampera melalui bukunya yang berjudul Pengajaran Sastra Teknik

Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas, memperkenalkan sebuah pengajaran sastra

pada anak-anak yang berbasis aktivitas siswa. Menurut Taufik (2010: 7), pengajaran sastra berbasis aktivitas merupakan pengajaran yang menekankan pada aktivitas siswa


(16)

dengan bimbingan pengajar, siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan belajar secara mandiri karena kegiatan belajar mandiri merupakan kegiatan yang sangat bermakna.

Pengajaran sastra anak berbasis aktivitas, menempatkan pengajar sebagai seorang pembimbing yang harus bersama-sama dengan siswa, untuk mencari informasi, menentukan konsep, dan menginterpretasikan karya sastra (Ampera, 2010: 7). Kedudukan seorang pengajar pada metode pengajaran berbasis aktivitas sebagai fasilitator, dinamisator, dan mediator proses.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan proses kreativitas dalam pengajaran sastra anak berbasis aktivitas adalah sebagai berikut (Ampera, 2010: 8).

1. Tahap persiapan, siswa diarahkan untuk melakukan berbagai persiapan berdasarkan pengalaman diri. Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk merumuskan suatu gagasan atau ide sesuai dengan materi pengajaran.

2. Tahap pengelolaan, pengajar sebagai pembimbing mengajak siswa untuk melakukan pengelolaan suatu kegiatan berdaarka gagasan yang telah ditentukan.

3. Tahap penyampaian, siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan karyanya atau gagasannya sesuai dengan kreativitas yang dimiliki setiap siswa. Adanya keragaman bentuk penyampaian (seperti puisi, cerita pendek, atau naskah drama), semakin memperlihatkan dinamika aktivitas siswa.

4. Tahap penilaian, pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap karya sastra yang telah dibuat oleh siswa, termasuk menerima saran dan kritik dari siswa lain.

Ada beberapa manfaat aktivitas dalam pengajaran (Ampera, 2010: 8), yaitu 1. siswa mendapat pengalaman langsung, seperti dalam merumuskan ide, melakukan

kerja sama, dan mempersembahkan karya;

2. siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan menunjukkan kemampuannya; dan


(17)

173

3. siswa memiliki kesempatan untuk lebih banyak berbuat, berpikir kritis, dan mengembangkan keliaran imajinasinya.

5.2. Pengertian dan Pelaksanaan Metode Ungkapan Kreatif dalam Pengajaran Puisi di Sekolah Dasar

Teknik ungkapan kreatif adalah pembelajaran sastra anak dengan melibatkan siswa menciptakan karya sastra dalam bentuk yang sederhana (Ampera, 2010: 58). Penggunaan teknik pembelajaran ini memungkinkan untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, tanggapan, dan imajinanya dengan cara merangkai kata. Manfaat yang diharapkan dari penerapan teknik ungkapan kreatif adalah sebagai berikut (Ampera, 2020: 58).

1. Siswa memiliki kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaannya. 2. Siswa dapat mengetahui dan memahami proses kreatif seorang pengarang. 3. Siswa mampu memilih gaya bahasa dalam menuangkan gagasannya.

Model ini dapat dilakukan dengan cara merangkai kata untuk mewujudkan suatu karya sastra. Teknik ini dapat dilakukan secara berkelompok ataupun secara individu yang digunakan untuk melatih siswa berimajinasi, berlatih menerjemahkan peraenerjemahkan perasaan orang lain, dan mengikuti alur pikiran orang lain.

Menurut Ampera (2010: 59), pelaksanaan pembelajaran sastra dengan teknik ini secara berkelompok adalah sebagai berikut.

1. Salah seorang siswa mengawali kegiatan menulis karya sastra dengan menulis satu kalimat apa saja pada awal alinea.

2. Kemudian siswa lainnya meneruskan, menulis secara berantai, dengan mempertimbangkan kesatuan gagasan.

3. Selama siswa mengerjakan, guru memberikan menuntun siswa dengan memberikan bekal wawasan, bahwa karya sasra itu merupakan susunan unsur-unsur yang


(18)

bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Sehingga rangkaian kata atau kalimat yang dibuat oleh siswa yang satu dengan yang berikutnya menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan, tidak berdiri sendiri.

4. Setelah karya sastra yang dibuat bersama itu selesai, siswa masih secara berkelompok menentukan judul karya sastra tersebut.

5.3. Penggunaan Puisi Karya Anak Usia 7-11 Tahun sebagai Bahan Ajar

Selama ini, guru-guru lebih sering menggunakan puisi anak yang dikarang oleh orang dewasa baik puisi tradisional (seperti pantun dan syair) maupun puisi modern sebagai media atau bahan pembelajaran puisi bagi siswa di sekolah dasar. Padahal dewasa ini, banyak sekali puisi modern yang dikarang oleh siswa-siswa sekolah dasar terutama usia 7-11 tahun yang bahkan telah dipublikasikan di media cetak dan blog di internet. Hal ini dikarenakan para guru merasa bahwa puisi karya anak-anak ini belum layak digunakan sebagai bahan pembelajaran. Mereka menganggap puisi karya anak-anak ini belum memenuhi syarat karya sastra yang diperuntukkan bagi anak-anak-anak-anak seusia mereka.

Padahal, setelah dilakukan penelitian terhadap puisi karya anak-anak uisa 7-11 tahun, puisi karya anak-anak ini sebagian besar telah dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran puisi di sekolah dasar, baik secara isi maupun dilihat dari unsur kebahasaannya. Isi yang dikemukakan oleh pengarang anak memperlihatkan dunia yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka, merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai kelayakan sebuah karya sastra untuk anak-anak. Bahasa yang mereka gunakan, sederhana, mudah dipahami, juga merupakan syarat berikutnya untuk kelayakan karya sastra yang diperuntukkan bagi anak-anak. Bahasa yang mereka gunakan sesuai dengan perkembangan bahasa pengarang anak-anak itu sendiri. Penemuan dalam penelitian ini pun sesuai dengan syarat pemilihan puisi sebagai bahan


(19)

175

pengajaran puisi di sekolah dasar (Rusyana, 1982). Syarat-syarat pemilihan puisi yang baik untuk diajarkan kepada siswa di sekolah dasar adalah sebagai berikut.

1. Puisi-puisi yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran itu harus menyenangkan, memenuhi kebutuhan dan kemampuan berpikir, minat, tingkat perasaan para siswa. 2. Puisi-puisi tersebut menggunakan bahasa yang memenuhi kemampuan berbahasa para

siswa, tidak terlalu sederhana, yang dapat membuat para siswa bosan, tidak juga sukar, yang aka membuat para siswa sulit untuk memahaminya.

3. Puisi-puisi itu berisikan hal-hal yang dekat dengan lingkungan yang dikenal oleh para siswa sehingga mereka mudah untuk memahaminya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menawarkan atau merekomendasikan pembelajaran puisi untuk siswa kelas 5 SD semester kedua, dengan teknik ungkapan kreatif menggunakan puisi karya anak-anak yang telah diteliti sebagai bahan pembelajarannya. Pembuatan pembelajaran puisi ini berdasarkan silabus sebagai pegangan agar pembelajaran ini tidak melenceng dari kurikulum yang telah ada. Silabus yang dijadikan rujukan pembuatan pembelajaran ini terlampir.

Berdasarkan silabus yang ada, dibuatlah rencana pelaksanaan pembelajaran puisi sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SDN 23 Pangkalpinang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2

Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (70 menit)

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas.


(20)

Indikator :

1. Menyimak cerita/puisi yang dibaca atau diperdengarkan .

2. Menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan atau puisi yang didengar.

3. Menceritakan kembali bacaan atau puisi yang didengar dengan kata-kata atau kalimat sendiri.

4. Menuliskan sebuah puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu menulis puisi bebas dengan kata kata/kalimat sendiri. B. Materi Pembelajaran

Puisi berjudul Pak Guru karangan Naedah dari Antologi Puisi Anak-Anak Rumah Dunia (rumahdunia.net)

C. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode ungkapan kreatif. D. Langkah langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam pembuka.

2. Guru menanyakan kondisi para siswa dan melihat kesiapan mereka untuk belajar dan menyatakan tujuan pembelajaran hari ini.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sebagai pembekalan wawasan tentang puisi bagi siswa.

4. Siswa diminta memperhatikan gambar yang berhubungan dengan profesi yang ada di sekolah yaitu gambar seorang guru dan potongan-potongan larik puisi yang telah di tempel di papan tulis, setelah itu mendengarkan teks puisi yang berjudul Pak Guru yang dikarang oleh Naedah.

5. Setelah selesai mendengarkan, siswa diminta mengidentifikasi pernyataan benar/salah yang berhubungan teks puisi yang sudah dibacakan.


(21)

177

6. Siswa diminta untuk menceritakan kembali isi puisi yang sudah mereka dengar tadi dengan bahasa sendiri.

Kegiatan Inti

1. Siswa diberikan tugas secara berkelompok (satu kelompok 5 orang), untuk membuat sebuah puisi bertema alam secara berantai.

2. Seorang siswa dari tiap-tiap kelompok mengawali kegiatan menulis puisi tersebut dengan membuat satu larik puisi, yang kemudian diteruskan oleh siswa lain. Hal itu dilakukan terus menerus secara bergantian dari siswa satu ke siswa berikutnya sampai puisi itu selesai dibuat.

3. Setelah itu siswa-siswa dalam satu kelompok itu berdiskusi menentukan judul yang tepat untuk puisi yang telah mereka buat.

4. Setiap kelompok diwajibkan untuk tampil di depan kelas untuk membacakan puisi yang telah mereka buat, dan kelompok lain diharapkan memberikan penilaian kepada kelompok penampil.

Kegiatan Akhir

1. Guru membantu para siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini.

2. Guru memberikan tugas untuk para siswa di rumah yang berupa tugas untuk menulis puisi bebas.

E. Sumber Pembelajaran

 Bina Bahasa Indonesia V B semester 2, Penerbit Erlangga.  Teks puisi yang berjudul Pak Guru karya Naedah.

Pak Guru

Kala mentari muncul Kau kayuh sepeda tuamu Menempuh jalan yang baru Mengejar keteratan waktu


(22)

Kala mentari menyengat kulit Kau kayuh sepeda tuamu Lapar dahaga menjadi satu Tapi tak kau hiraukan hal itu Demi anak didikmu

Itulah pengabdianmu

Wahai bapak guru

Jasa-jasamu yang luhur itu Tak pernah aku lupakan Sepanjang hidupku

F. Penilaian 1. Lisan 2. Tulisan

a) Jenis Tagihan : Unjuk Kerja dan Produk b) Bentuk Instrumen : Uraian

Rubrik Penilaian

No. Kriteria Keterangan

1 Kesesuaian isi puisi dengan tema

sesuai tidak sesuai

2 Pilihan kata variatif terbatas banyak

perulangan

3 Keterkaitan antar larik ada keterkaitan tidak ada

keterkaitan

4 Majas ada tidak ada

Mengetahui


(23)

179

Bentuk Bahan Ajar 1. Bentuk puisi per bait

2. Bentuk puisi per larik

l1: Kala mentari muncul

l3: Lapar dahaga menjadi satu l3: Menempuh jalan yang baru

l4: Tapi tak kau hiraukan hal itu

bait 2

l6: Itulah pengabdianmu bait 3 l1: Wahai bapak guru

l2: Jasa-jasamu yang luhur itu l3: Tak pernah aku lupakan l4: Sepanjang hidupku bait 1 l1: Kala mentari muncul

l2: Kau kayuh sepeda tuamu l3: Menempuh jalan yang baru l4: Mengejar keteratan waktu

bait 2 l1: Kala mentari menyengat kulit l2: Kau kayuh sepeda tuamu l3: Lapar dahaga menjadi satu l4: Tapi tak kau hiraukan hal itu l5: Demi anak didikmu

l6: Itulah pengabdianmu

l2: Kau kayuh sepeda tuamu

l2: Kau kayuh sepeda tuamu

l5: Demi anak didikmu l4: Mengejar keteratan waktu

l1: Kala mentari menyengat kulit


(24)

3. Gambar

l3: Tak pernah aku lupakan l2: Jasa-jasamu yang luhur itu

l4: Sepanjang hidupku l1: Wahai bapak guru


(25)

185

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Cetakan pertama. Yogyakarta: Kepel Press.

Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis

Aktivitas. Bandung: Widya Padjadjaran.

Atkinson, Rita L, dkk. Pengantar Psikologi jilid 1 edisi 11. Batam: Interaksara. Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Clark, Herbert H. & Eve Clark. 1977. Psychology and Language: An Introduction to

Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich.

Firdaus, Adam Putra. 2010. Mostly Ghostly. Depok Timur: Asma Nadia Publishing House.

Hendy, Zaidan. 1993. Kesusastraan Indonesia 2 Warisan yang perlu diwariskan. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit Angkasa.

Hendy, Zaidan. 1993a. Kesusastraan Indonesia 1 Warisan yang perlu diwariskan. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit Angkasa.

Jumani. 2009. Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Rubrik “Ujang Besaot”

Surat Kabar Bangka Pos dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA. Tesis Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di SPs UPI:

Bandung. Tidak diterbitkan.

Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1992. Pengantar Ilmu

Sastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(26)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Edisi ketiga, cetakan kedua. Jakarta: Balai

Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kamusbahasaindonesia.org diunduh pada

tanggal 4 Juni 2011.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Cetakan ke-20, edisi yang diperbarui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa

Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika,

hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak

Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik Sastra dalam penelitian dan pengajaran. Jakarta: Pt. Cahaya Insan Sejahtera.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(27)

187

Pengembangan Bahan Ajar. Diunduh tanggal 30 okt 2010 dari

http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pengembangan-bahan-ajar presentation.

Piaget, Jean. 2010. Psikologi Anak The Psychology of The Child. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Cetakan keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwo. 1989. Perkembangan Bahasa Anak Pragmatik dan Tata Bahasa.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Cetakan ketiga, Edisi

kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Penerbit CV. Diponegoro.

Sani, Fatharani Yasmin Shafiyya. 2010. Adventure in Magic World. Bandung: Dar! Mizan.

Santoso, Sugeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan. Sarumpaet, Riris K. Toha. 2009. Pedoman Penelitian Sastra Anak (edisi revisi). Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor.

Sastra Untuk Anak Sekolah Dasar, diunduh tanggal 2 oktober 2010 dari

http://berita.balihita.com/sastra-untuk-anak-sekolah-dasar.html.

Semiawan, Conny. R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Indonesia: PT. Macanan Jaya Cemerlang.


(28)

Seroja, Arifia Sekar. 2005. Ketika Potter Hilang. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Soepardi, Dewantara. 2009. Suara Hati Dewa. Bandung: Dar! Mizan.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Terjemahan: Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. 2008. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuddin AR dan Damaianti, Vismaia S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur, 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Penerbit Angkasa.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, diunduh tanggal 10 Oktober 2010 dari

http://valmband.multiply.com/journal/item/12.

Tyasrinestu, Fortunata. 2008. Bahasa dan Sastra dalam berbagai perspektih: Lagu Anak

dalam Perkembangan Kognitif Bahasa Anak: Tinjauan Psikologi Musik.

Yogyakarta: kerjasama FBS, UNY dengan Penerbit Tiara Wacana.

Waridah, E. 2010. Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa untuk SD, SMP, dan SMA. Jakarta Selatan: PT. Kawan Pustaka.

Waridah, Ernawati. 2010a. EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesiaan. Cetakan keempat. Jakarta Selatan: Penerbit Kawan Pustaka.


(29)

189 Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Terjemahan: Melanie

Budianta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wiyatmi.2008. Pengantar Kajian Sastra.Cetakan kedua. Yogyakarta: Penerbit Pustaka.

Widada, RH. 2009. Saussure untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural. Yogyakarta: Jala Sutra.

Zaidan, Abdul Rozak. dkk. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

180

3. Gambar

l3: Tak pernah aku lupakan l2: Jasa-jasamu yang luhur itu

l4: Sepanjang hidupku l1: Wahai bapak guru


(2)

185

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Cetakan pertama. Yogyakarta: Kepel Press.

Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis

Aktivitas. Bandung: Widya Padjadjaran.

Atkinson, Rita L, dkk. Pengantar Psikologi jilid 1 edisi 11. Batam: Interaksara. Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Clark, Herbert H. & Eve Clark. 1977. Psychology and Language: An Introduction to

Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich.

Firdaus, Adam Putra. 2010. Mostly Ghostly. Depok Timur: Asma Nadia Publishing House.

Hendy, Zaidan. 1993. Kesusastraan Indonesia 2 Warisan yang perlu diwariskan. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit Angkasa.

Hendy, Zaidan. 1993a. Kesusastraan Indonesia 1 Warisan yang perlu diwariskan. Cetakan ketiga. Bandung: Penerbit Angkasa.

Jumani. 2009. Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Rubrik “Ujang Besaot”

Surat Kabar Bangka Pos dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA. Tesis Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di SPs UPI:

Bandung. Tidak diterbitkan.

Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1992. Pengantar Ilmu

Sastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(3)

186

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Edisi ketiga, cetakan kedua. Jakarta: Balai

Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kamusbahasaindonesia.org diunduh pada

tanggal 4 Juni 2011.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Cetakan ke-20, edisi yang diperbarui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa

Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika,

hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak

Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik Sastra dalam penelitian dan pengajaran. Jakarta: Pt. Cahaya Insan Sejahtera.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(4)

Pengembangan Bahan Ajar. Diunduh tanggal 30 okt 2010 dari http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pengembangan-bahan-ajar

presentation.

Piaget, Jean. 2010. Psikologi Anak The Psychology of The Child. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Cetakan keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwo. 1989. Perkembangan Bahasa Anak Pragmatik dan Tata Bahasa.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Cetakan ketiga, Edisi

kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Penerbit CV. Diponegoro.

Sani, Fatharani Yasmin Shafiyya. 2010. Adventure in Magic World. Bandung: Dar! Mizan.

Santoso, Sugeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan. Sarumpaet, Riris K. Toha. 2009. Pedoman Penelitian Sastra Anak (edisi revisi). Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor.

Sastra Untuk Anak Sekolah Dasar, diunduh tanggal 2 oktober 2010 dari

http://berita.balihita.com/sastra-untuk-anak-sekolah-dasar.html.

Semiawan, Conny. R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Indonesia: PT. Macanan Jaya Cemerlang.


(5)

188

Seroja, Arifia Sekar. 2005. Ketika Potter Hilang. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Soepardi, Dewantara. 2009. Suara Hati Dewa. Bandung: Dar! Mizan.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Terjemahan: Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. 2008. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuddin AR dan Damaianti, Vismaia S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur, 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Penerbit Angkasa.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, diunduh tanggal 10 Oktober 2010 dari

http://valmband.multiply.com/journal/item/12.

Tyasrinestu, Fortunata. 2008. Bahasa dan Sastra dalam berbagai perspektih: Lagu Anak

dalam Perkembangan Kognitif Bahasa Anak: Tinjauan Psikologi Musik.

Yogyakarta: kerjasama FBS, UNY dengan Penerbit Tiara Wacana.

Waridah, E. 2010. Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa untuk SD, SMP, dan SMA. Jakarta Selatan: PT. Kawan Pustaka.

Waridah, Ernawati. 2010a. EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesiaan. Cetakan keempat. Jakarta Selatan: Penerbit Kawan Pustaka.


(6)

Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Terjemahan: Melanie Budianta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wiyatmi.2008. Pengantar Kajian Sastra.Cetakan kedua. Yogyakarta: Penerbit Pustaka.

Widada, RH. 2009. Saussure untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural. Yogyakarta: Jala Sutra.

Zaidan, Abdul Rozak. dkk. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.