PENGARUH PENERAPAN BERMAIN DENGAN DADU GEOMETRI TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI.

(1)

i DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 12

F. Paradigma Penelitian ... 15

G. Hipotesis ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN TEORETIS TENTANG BERMAIN DENGAN DADU GEOMETRI, KETERAMP[LAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMUALAAN ANAK USIA DINI A. Konsep Permainan Dadu Geometri ... ... 19

1. Pengertian Media ... 19

2. Pengertian Dadu Geometri ... 20

3. Fungsi Media Permainan Dadu Geometri ... 21

4. Kelemahan dan Kelebihan Permainan Dadu Geometri ... 23

5. Langkah-langkah Pembelajaran melalui Bermain dengan Dadu Geometri ... 26


(2)

ii

6. Penerapan Pembelajaran melalui Bermain dengan Dadu

Geometri pada Anak Usia Dini ... 27

B. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ... 29

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 29

2. Karakteristik Keterampilan Sosial Anak ... 31

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 33

C. Konsep Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 34

1. Pengertian Berhitung Permulaan ... 34

2. Tahapan, Prinsip Kemampuan Berhitung Permulaan ... 38

3. Metode Kemampuan Berhitung Permulaan ... 41

D. Pengaruh Belajar melalui Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosiak dan Kemampuan Berhitung Permulaan ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 52

B. Alur Penelitian ... 53

C. Lokasi Penelitian ... 57

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 58

F. Proses Perlakuan ... 61

G. Instrumen Penelitian ... 64

1. Ujicoba Alat Pengumpul Data ... 68

2. Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Anak di Kelas ... 68

a. Validitas Butir Item ... 68

b. Reliabilitas Butir Item ... 70

3. Prosedur Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Gambaran Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2010/2011 ... 74


(3)

iii

a. Penguasaan Awal ... 74

b. Penguasaan Akhir ... 78

c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ... 82

2. Gambaran Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2010/2011 ... 86

a. Penguasaan Awal ... 87

b. Penguasaan Akhir ... 91

c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 95

B. Pembahasan ... 99

1. Deskripsi tentang Keterampilan Sosial dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini di Kelompok B TK Islam Fitriah Majalengka Tahun Ajaran 2010/2011... 99

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Dadu Geometri di Kelompok B TK Islam Fitriah Majalengka ... 101

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 111

B. Rekomendasi ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 120


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Disain Kuasi Eksperimen ... 53 3.2 Teknik Pengumpul Data Penelitian ... 60 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial AnakUsia Dini ... 66 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Berhitung Permulaan Anak

Usia Dini ... 67

3.5 Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Anak

Usia Dini ... 69 3.6 Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Kemampuan Berhitung

Permulaan Anak Usia Dini ... 70 3.7 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 71 4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Awal (Pre-test) Keterampilan

Sosial Anak Usia Dini ... 75 4.2 Hasil Uji Homogenitas Skor Penguasaan Awal (Pre-test) Keterampilan

Sosial Anak Usia Dini ... 76 4.3 Uji Beda Rata-rata (uji-t) Pretest Keterampilan Sosial Anak Usia Dini .. 77 4.4 Hasil Uji Normalitas Penguasaan Akhir (Post-test) Keterampilan

Sosial Anak Usia Dini ... 79 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Post-test Keterampilan Sosial Anak

Usia Dini ... 80

4.6 Uji Beda Rata-rata Post-test Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ... 81 4.7 Hasil Uji Normalitas Rata-rata Peningkatan (N-Gain) Keterampilan

Sosial Anak Usia Dini ... 83 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Keterampilan Sosial Anak

Usia Dini ... 84 4.9 Uji Beda Rata-rata Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ... 85

4.10 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Awal (Pre-test)


(5)

v

4.11 Hasil Uji Homogenitas Skor Penguasaan Awal (Pre-test)

Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 88 4.12 Uji Beda Rata-rata (uji-t) Pre-test Kemampuan Berhitung Permulaan

Anak Usia Dini ... 89 4.13 Hasil Uji Normalitas Penguasaan Akhir (Post-test) Kemampuan

Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 92

4.14 Hasil Uji Homogenitas Skor Post-test Kemampuan Berhitung

Permulaan Anak Uisa Dini ... 93 4.15 Uji Beda Rata-rata Post-test Kemampuan Berhitung Permulaan

Anak Usia Dini ... 94 4.16 Hasil Uji Normalitas Rata-rata Peningkatan (N-Gain) Kemampuan

Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 96 4.17 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Berhitung

Permulaan Anak Usia Dini ... 97 4.18 Uji Beda Rata-rata Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 98


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Paradigma Penelitian ... 15 1.2 Desain Penelitian ... 17 3.1 Diagram Desain Penelitian/Alur Penelitian ... 54 4.1 Kurva Uji Beda Keterampilan Sosial Anak Usia Dini pada Kelas

Kontrol dan Eksperimen ... 78 4.2 Kurva Uji Beda Keterampilan Sosial Anak Usia Dini pada Kelas

Kontrol dan Eksperimen ... 82 4.3 Kurva Uji Beda Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini

pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 86 4.4 Kurva Uji Beda Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini

pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 90 4.5 Kurva Uji Beda Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini

pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 95 4.6. Kurva Uji Beda Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Pedoman Observasi yang telah dijudmend tentang

Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Y1) ... 120

Lampiran 2 Pedoman Observasi yang telah dijudmend tentang Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini (Y2) ... 123

Lampiran 3 Pedoman Observasi Proses Belajar Mengajar ... 126

Lampiran 4 Matrik Pemetaan Penelitian ... 129

Lampiran 5 Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial Anak Usia dini ... 130

Lampiran 6 Instrumen Penelitian Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 133

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial Anak Usia Dini ... 136

Lampiran 8 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 137

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Sosial ... 138

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Keterampilan Sosial ... 138

Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Berhitung Permulaan ... 140

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Berhitung Permulaan ... 140

Lampiran 13 Hasil Ujicoba Instrumen Keterampilan Sosial ... 142

Lampiran 14 Hasil Ujicoba Instrumen Berhitung Permulaan ... 143

Lampiran 15 Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosial ... 144

Lampiran 16 Hasil Pre-test Kelompok Kontrol Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosial ... .... 145

Lampiran 17 Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Pembelajaran Bermain dengan dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosial ... 146

Lampiran 18 Hasil Post-test Kelompok Kontrol Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosial ... 147

Lampiran 19 Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan ... ... 148

Lampiran 20 Hasil Pre-test Kelompok Kontrol Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan ... 149 Lampiran 21 Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Pembelajaran Bermain


(8)

viii

Permulaan ... 150

Lampiran 22 Hasil Post-test Kelompok Kontrol Pembelajaran Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan ... 151

Lampiran 23 Indeks N-Gain Skor Eksperimen Keterampilan Sosial ... 152

Lampiran 24 Indeks N-Gain Skor Kontrol Keterampilan Sosial ... 153

Lampiran 25 Indeks N-Gain Skor Eksperimen Berhitung Permulaan ... 154

Lampiran 26 Indeks N-Gain Skor Kontrol Berhitung Permulaan ... 155

Lampiran 27 Uji Normalitas Skor Pre-tes Kelompok Eksperimen Keterampilan Sosial ... 156

Lampiran 28 Uji Normalitas Skor Pre-tes Kelompok Kontrol Keterampilan Sosial ... 157

Lampiran 29 Uji Normalitas Skor Pos-tes Kelompok Eksperimen Keterampilan Sosial ... 158

Lampiran 30 Uji Normalitas Skor Pos-tes Kelompok Kontrol Keterampilan Sosial ... 159

Lampiran 31 Uji Normalitas Skor Pre-tes Kelompok Eksperimen Berhitung Permulaan ... 160

Lampiran 32 Uji Normalitas Skor Pre-tes Kelompok Kontrol Berhitung Permulaan ... 161

Lampiran 33 Uji Normalitas Skor Pos-tes Kelompok Eksperimen Berhitung Permulaan ... 162

Lampiran 34 Uji Normalitas Skor Pos-tes Kelompok Kontrol Berhitung Permulaan ... 163

Lampiran 35 Uji Homogenitas Skor Pre-tes Keterampilan Sosial ... 164

Lampiran 36 Uji Homogenitas Skor Pos-tes Keterampilan Sosial ... 165

Lampiran 37 Uji Beda Rata-rata Skor Pre-tes Keterampilan Sosial ... 166

Lampiran 38 Uji Beda Rata-rata Skor Pos-tes Keterampilan Sosial ... 167

Lampiran 39 Uji Homogenitas Skor Pre-tes Berhitung Permulaan ... 168

Lampiran 40 Uji Homogenitas Skor Pos-tes Berhitung Permulaan ... 169

Lampiran 41 Uji Beda Rata-rata Skor Pre-tes Berhitung Permulaan ... 170

Lampiran 42 Uji Beda Rata-rata Skor Pos-tes Berhitung Permulaan ... 171

Lampiran 43 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Kelompok Eksperimen dalam Keterampilan Sosial ... 172

Lampiran 44 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Kelompok Kontrol dalam Keterampilan Sosial ... 173

Lampiran 45 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Kelompok Eksperimen dalam Berhitung Permulaan ... 174

Lampiran 46 Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Kelompok Kontrol dalam Berhitung Permulaan ... 175


(9)

ix

Lampiran 47 Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Keterampilan

Sosial ... 176 Lampiran 48 Uji Beda Rata-rata Skor Gain Ternormalisasi Keterampilan

Sosial ... 177 Lampiran 49 Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Berhitung

Permulaan ... 178 Lampiran 50 Uji Beda Rata-rata Skor Gain Ternormalisasi Berhitung

Permulaan ... 179 Lampiran 51 Rencana Kegiatan Mingguan ... 180 Lampiran 52 Rencana Kegiatan Harian ... 183 Lampiran 53 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia tentang Pengangkatan Pembimbing

Penulisan Tesis Program Magister (S2) ... 186 Lampiran 54 Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/Penelitian ... 187 Lampiran 55 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari TK Islam

Fitriah Majalengka ... 188 Lampiran 56 Riwayat Hidup ... 189


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat. Proses pendidikan harus berlangsung secara berkesinambungan sepanjang hayat sejak anak dalam kandungan sampai akhir hayat. Menurut ajaran Islam tujuan pendidikan itu bersifat menyeluruh (komprehensif) dan universal; menerobos ke berbagai aspek. Baik aspek spritual, intelektual, imajinatif, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasa (Ubes, 2007: 11). Sabda Nabi Muhammad SAW “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”. Pengertian buaian di sini dimaknai sebelum dilahirkan, tepatnya sejak masih dalam kandungan (prenatal).

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi dan abad informasi dirasakan terdapat perubahan paradigma tentang pendidikan yang semula bersifat kewajiban menjadi suatu kebutuhan. Perbedaan tersebut terletak pada tingkat kesadaran masyarakat melalui aspek afektif hingga mengubah perilaku yang semula merasa sebagai tekanan atau beban hingga menjadi suatu yang dicari atau dikejar sekalipun harus dengan resiko tinggi. Sejalan dengan pernyataan di atas, pendidikan nasional Indonesia memiliki fungsi dan tujuan sebagaimana tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

...mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi


(11)

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tercapainya tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dimulai sejak usia dini, karena pendidikan usia dini merupakan pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Pendidikan usia dini menentukan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu, pemerintah mulai memperhatikan dan memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini. Seperti tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 dijelaskan bahwa:

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 Tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pernyataan di atas merupakan salah satu bukti bahwa pemerintah benar-benar telah peduli dengan pendidikan anak usia dini. Hal ini dapat dipahami karena pengalaman pendidikan pada masa usia dini memberikan pengaruh yang sangat mendasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang. Masa kanak-kanak sangat penting untuk mendasari pemahaman terhadap pengetahuan, sikap dan kepribadian. Masa pendidikan taman kanak-kanak (TK) sangat pendek antara 1-2 tahun. Pada masa ini proses pembelajaran bagi anak ditekankan pada aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sebagai masa peka taman kanak-kanak memberikan


(12)

pengalaman yang mampu dilakukan dan dialami anak untuk menuju jenjang pendidikan selanjutnya.

Usia dini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di taman kanak-kanak tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.

Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.

Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu kiranya guru untuk menerapkan bermain dengan dadu geometri dalam mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini. Karena bermain adalah dunia anak, selama rentang perkembangan anak usia dini melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktifitas bermain tanpa mengenal lelah. Bermain akan membantu mengembangkan aspek intelektual, sosio emosional, kognisi/bahasa, spiritual, phisik, yang terjadi secara interdependensi


(13)

atau saling terpadu, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan melengkapi sekaligus melibatkan kognisi, afeksi, dan psikomotor.

Piaget dan Mayesty (dalam Sujiono, 2009: 144) mengatakan bahwa: ’Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan dan kepuasan bagi diri seseorang’. Sedangkan Parten, Docket, Fleer (dalam Sujiono, 2009: 144) memandang bermain sebagai:

...sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli, salah satu tokoh yang dianggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang bermain adalah filsuf Yunani yang pertama Plato. Plato dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain, anak-anak lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada anak-anak, atau melalui pemberian alat permainan miniatur balok-balok kepada anak usia tiga tahun yang pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan. Berbeda dengan Aristoteles, beliau berpendapat anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni dimasa dewasa nanti. Sedangkan menurut Frobel kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka. Jadi Plato, Aristoteles dan Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan


(14)

sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Odom, Mc Connel dan Chandler dalam Muslihuddin dan Mubiar Agustin (2008: 41) bahwa kegiatan bermain bagi anak 75% berkonstribusi positif terhadap perkembangan keterampilan sosialnya (social skills). Angka yang cukup tinggi tersebut setidaknya menggambarkan betapa penting kegiatan bermain bagi anak.

Kegiatan bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak, misalnya saja untuk memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan-perasaan tertekan dan masih banyak sekali manfaat lain yang dapat dipetik dari kegiatan bermain dan permainan. Memenuhi hal di atas termasuk pula dalam menyikapi kebutuhan akan pendidikan pada anak usia dini, diawali sejak anak lahir bahkan sejak bayi masih dalam kandungan, sebab setiap kesuksesan pada suatu fase perkembangan akan memperlancar perkembangan pada fase berikutnya, begitu pula sebaliknya.

Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD, mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini


(15)

menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat ketergantungan pada orang lain, saling membutuhkan satu sama lain. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu karakteristik manusia, mereka berkumpul saling menolong, bekerja sama, saling menghargai dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan sosial sangat diperlukan untuk dapat diterima di lingkungan, dihargai dan disukai. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan sosial maka ia akan terasing dari lingkungannya.

Menjalin hubungan sosial dengan orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Seorang anak yang tidak banyak memperoleh peluang untuk melakukan hubungan sosial akan tampak bahwa penampilannya jauh berbeda dengan anak-anak yang dibiarkan bebas melakukan hubungan sosial. Anak yang bebas melakukan hubungan sosial akan lebih efektif dalam melaksanakan hubungan sosial karena ia mampu memilih dan melakukan perilaku tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam suatu investigasi, relasi yang buruk diantara teman sebaya pada anak-anak diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja. (Santrok dalam bukunya Life Span, 1995: 268-269). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Afiati (2003: 3) bahwa bila hubungan sosial dapat dipenuhi sejak anak usia dini maka perkembangan sosialpun akan dicapai secara wajar dan optimal, sebaliknya kekurangan dalam hal ini akan menimbulkan gejala yang tidak diinginkan yaitu menyebabkan anak berusaha menarik perhatian dengan cara-cara yang tidak


(16)

disukai seperti suka melawan, suka mengganggu, memukul, akibatnya anak tidak dapat diterima dan dijauhi teman-temannya.

Anak dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan hitungan-hitungan atau disebut juga matematika, baik secara langsung maupun tidak langsung, disisi lain realita menunjukan bahwa banyak anak yang menjadikan hitungan-hitungan dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan, hal ini diiringi konsep berhitung yang diterapkan membuat anak kesulitan memahaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu banyak sekolah-sekolah yang kurang memperhatikan tahapan-tahapan berhitung permulaan pada anak dan hanya mengejar target agar anak mampu berhitung dan dapat masuk SD favorit. Atikah (2006: 6) mengungkapkan bahwa meskipun beberapa guru TK mengetahui itu tidak dibenarkan diajarkan kepada siswanya, namun tuntutan dari SD agar lulusan TK bisa berhitung dengan baik, membuat mereka mengajarkan hal tersebut kepada anak didiknya.

Selain itu masih adanya guru yang kurang menggunakan alat permainan edukatif dalam kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran abstrak membuat anak kesulitan memahaminya. Target pembelajaran dijadikan salah satu alasan sehingga hal tersebut dilakukan TK yang seharusnya menjadi arena untuk bermain dengan semua potensi dan karakter yang dimilikinya, dimana anak masih dalam tahap kegiatan bermain menjadi beralih fungsi yaitu penerapan calistung yang diutamakan. Sehingga tahapan keterampilan sosial dan berhitung permulaan anak tidak terkontrol. Sesuai yang diungkapkan oleh Ace Suryadi dalam jurnal pendidikan bahwa calistung pada anak usia dini merupakan salah satu kesalahan


(17)

besar yang diterapkan dalam sistem pendidikan. (http://pendidikan-rumah.blogspot.com/2007.html). Persoalan calistung memang merupakan fenomena tersendiri bagi orang tua yang memiliki anaknya di taman kanak-kanak dan sekolah dasar karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran disekolahnya jika tidak dibekali calistung sejak dini.

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut, maka penanganannya harus dilakukan sedini mungkin, dimana anak perlu dibantu agar mempunyai keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan yang diharapkan dengan cara belajar melalui interaksi sosial yang dilakukan bersama-sama guru dan anak agar dapat membentuk dan mengembangkan pengetahuan sendiri serta mengambangkan berbagai aspek perkembangan anak.

Ada berbagai macam metode yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak, diantaranya melalui pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang berpusat pada anak serta melatih anak untuk bekerjasama. Selain itu ada pula metode pembelajaran yang berorientasi bermain dan penggunaan metode proyek juga dapat meningkatkan keterampilan dan kecerdasan sosial anak.

Namun dalam penelitian ini penulis akan mengambil pengaruh penerapan bermain dengan dadu geometri terhadap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan, bermain disini menggunakan dadu geometri untuk keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan dimana anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya dengan cara berbagi bergantian bermain dadu geometri dan atau menghitung bentuk-bentuk yang sejenis, misalnya


(18)

kumpulan dua segitiga dan empat segitiga, atau pengelompokkan bentuk geometri berdasarkan warna, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis akan melakukan kajian tentang bermain dadu geometri yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak usia dini sebagai acuan terbentuknya keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan. Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada “Pengaruh Penerapan Bermain dengan Dadu Geometri terhadap Keterampilan Sosial dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut ini:

1. Apakah proses pelaksanaan pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan sosial anak usia dini yang mengikuti pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri dengan yang tidak menggunakan dadu geometeri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011?


(19)

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan berhitung permulaan anak usia dini yang mengikuti pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri dengan yang tidak menggunakan dadu geometeri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi empirik tentang penerapan pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri terhadap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara keterampilan sosial anak usia dini yang mengikuti pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri dengan yang tidak menggunakan dadu geometri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011.

3. Mengetahui perbedaan antara kemampuan berhitung permulaan anak usia dini yang mengikuti pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri dengan yang tidak menggunakan dadu geometri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011.

D. Manfaat Penelitian


(20)

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi lingkungan akademik, tulisan ini mudah-mudahan dapat menambah khasanah keilmuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu literatur yang membahas pendidikan anak usia dini.

b. Bagi guru , tulisan ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang belajar melalui bermain dengan dadu geometri dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini. c. Bagi ilmu pengetahuan, memberikan konstribusi yang positif terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan yang progresif dan inovstif khususnya berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi praktisi dan orang tua terhadap pelaksanaan pembelajaran di taman kanak-kanak.

b. Sebagai masukan bagi guru taman kanak-kanak untuk lebih memperhatikan atau memilih pendekatan/metode pembelajaran bagi siswa taman kanak-kanak.

c. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada pendidikan anak usia dini.

d. Bagi pengembang, perencana, penyelenggara dan pelaksana lembaga pendidikan, tulisan ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam


(21)

pengembangan, perencanaan, dan penyelenggara program pendidikan anak usia dini khususnya taman kanak-kanak.

E. Definisi Operasional

. Secara umum terdapat tiga variabel yang menjadikan kata kunci dalam penelitian ini, yaitu penerapan bermain dengan dadu geometri, keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.

1. Bermain dengan dadu geometri

Penerapan bermain dengan dadu geometri dimaksudkan pembelajaran yang menggunakan alat permainan edukatif terbuat dari potongan kayu, kertas lipat, kertas asturo yang dibuat menjadi bentuk kubus atau kotak yang biasanya ditandai dengan noktah bentuk lingkaran berjumlah satu-enam, dalam dadu geometri noktah lingkaran tersebut diganti dengan bentuk-bentuk geometri (segitiga, segiempat, lingkaran, empat persegi panjang, jajaran genjang dan segilima), agar dadu tersebut menarik maka bentuk-bentuk geometri tersebut diberi warna-warna skunder dan warna primer, cara memainkannya dikocok sehingga keluar kocokan dadu dengan jumlah, warna dan bentuk geometri yang berbeda yang dapat dijadikan alat untuk pengelompokkan warna, pengelompokkan bentuk dan juga dapat dijadikan alat untuk penambahan dan pengurangan dalam berhitung permulaan.


(22)

2. Keterampilan Sosial

Pengembangan aspek-aspek keterampilan sosial yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Cartledge dan Milburn (1992: 15) sebagaimana dalam daftar berikut:

Social Skill list:

1) Self-related behaviors: (a) accepting consequences, (b) ethical behavior, (c) expressing feelings, (d) positive attitude toward self, (e) responsible behavior, and (f) self care.

2) Task-related behaviors: (a) asking and answering questions, (b) attending behavior, (c) classroom discussion, (d) completing tasks, (e) following directions, (f) group activities, (g) Indevendent work, (h) on-task behavior, (i) performing before others, and (j) quality of work. 3) Environmental behaviors: (a) care for the environment, (b) dealing with

emergencies, (c) lunchroom behavior, and (d) movement around environment.

4) Interpersonal behaviors: (a) accepting authority, (b) coping with conflict, (c) gaining attention, (d) greeting others, (e) helping others, (f) making conversation, (g) organized play, (h) positive attitude toward others, (i) playing informally, and (j) property: own and others.

Sejalan dengan pendapat di atas, keterampilan sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan anak taman kanak-kanak dalam mengadakan hubungan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan orang lain, sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara harmonis. Adapun keterampilan sosial yang akan diteliti di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka adalah: 1) Perilaku interpersonal (Interpersonal behaviors) dengn indikator: (a)

menerima pengaruh orang lain, (b) mengatasi masalah, (c) memberikan perhatian, (d) salam dengan orang lain, (e) membantu orang lain, (f) kerjasama, (g) bersikap positif terhadap orang lain, (h) bergaul secara informal, (i) menjaga milik orang lain.


(23)

2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (Self-related behaviors) dengan indikator: (a) menerima konsekuensi, (b) berperilaku etis, (c) dapat mengungkapkan perasaan, (d) bersikap positif terhadap diri sendiri, dan (e) berperilaku bertanggungjawab.

3. Berhitung Permulaan

Adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik kemampuannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah yaitu berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan konsep penjumlahan dan pengurangan secara sederhana dengan benda sampai 20 sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak melalui permainan dadu geometri, semakin tinggi skor yang diperoleh anak, maka kemampuan berhitung permulaan anak semakin baik.

Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.

Berdasarkan acuan tersebut maka kemampuan berhitung permulaan dalam penelitian ini adalah:

1) Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit,


(24)

2) Menunjukkan dan mencari sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk, ukuran,

3) Mengelompokkan benda 3 dimensi (benda-benda sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat).

4) Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20. 5) Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai

20. (Kurikulum TK, 2010: 51-53).

F. Paradigma Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X = Bermain dengan Dadu Geometri Y1 = Keterampilan Sosial

Y2 = Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini

X Bermain dengan Dadu Geometri

Y 1

Keterampilan Sosial

Y 2

Kemampuan Berhi-tung Permulaan Anak Usia Dini


(25)

G. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan dalam penelitian. Ada empat kriteria dalam merumuskan hipotesis. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2001: 89-90) yaitu: 1) hipotesis yang dirumuskan hendaklah merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih; 2) hipotesis yang dirumuskan harus dapat diuji; 3) hipotesis yang dirumuskan harus memberi isyarat penggunaan statistik; 4) hipotesis yang dirumuskan tidak boleh memberi makna ganda. Adapun hipotesis secara umum sebagai berikut: Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Furqon dan Emilia E, 2010: 26) atas dasar rumusan di atas hipotesis dalam penelitian in adalah:

HA:0²pre= 0²post Terdapat perbedaan yang signifikan dalam keterampilan sosial

anak usia dini antara yang menerapkan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri dengan pembelajaran melalui bermain tanpa dadu geometri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka.

HA: 0²pre > 0²post Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung

permulaan anak usia dini antara yang menerapkan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri dengan pembelajaran melalui bermain tanpa dadu geometri di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka.


(26)

H. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjajagi peluang jenis penerapan bermain dengan dadu geometri yang belum diterapkan di TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka. Adapun jenis desain dalam penelitian ini berbentuk Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih secara random, sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi Pre-Test dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil Pre-Test yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol.

Pengaruh perlakuan adalah ( O2 - O1 ) - ( O4 - O3 ). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sugiyono, (2009: 116) Keterangan:

A = Kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol

O1 = Pre-Test sebelum diberi perlakuan pada Kelompok Eksperimen

O2 = Post-Test setelah diberi perlakuan pada Kelompok Eksperimen

X = Perlakuan menggunakan bermain dengan dadu geometri A O1 X O2


(27)

O3 = Pre-Test pada Kelompok Kontrol

O4 = Post-Test pada Kelompok Kontrol

H. Lokasi dan Populasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di TK Islam Fitriah Jalan Raya Pasukan Sindang Kasih Maja Selatan. Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Dalam penggunaan populasi ini dilakukan dengan melalui total sampling berjumlah 40 orang. Suharsimi Arikunto (2000: 5), penentuan sampel berjumlah kurang dari 100 orang dapat digunakan total sampling artinya seluruh siswa menjadi sampel. Adapun kriteria pemilihan populasi didasarkan pada:

1. Usia anak yaitu umur 5 tahun

2. Pembagian populasi pada kelompok kelas kontrol dan kelompok kelas eksperimen adalah dengan perbandingan 20 : 20.


(28)

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjajagi peluang jenis penerapan belajar melalui bermain dengan dadu geometri yang belum diterapkan di TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011 dan untuk mengetahui perbandingan/perbedaan keterampilan sosial dan berhitung permulaaan anak antara yang menerapkan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri dengan pembelajaran melalui bermain tanpa menggunakan dadu geometri.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jenis Quasi-experimental designs, disini peneliti tidak membagi sampel secara acak (random assignment) dalam penarikan sampelnya, tetapi menggunakan kelompok atau kelas yang sudah tersedia/terbentuk sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Furqon dan Emilia E, 2010: 20). Yang membedakan antara true-experiment dengan quasi experiment adalah adanya random assignment pada true-experiment, ketiga desain pada kelompok true-experiment designs akan berubah menjadi quasi experiment designs manakala peneliti tidak melakukan random assignment, tetapi menggunakan kelompok atau kelas-kelas yang sedang berlangsung sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelompok diberi Pre-Test dengan maksud untuk mengetahui homogenitas dan normalitas, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu


(30)

geometri sementara kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran melalui bermain tanpa menggunakan dadu geometri, pada akhirnya dua kelompok tersebut diberikan post-test untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa.

Desain ini dapat digambarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 3. 1

Desain Eksperimen dengan The Matching-Only Pretest-Posstest Control Group Design

Kelompok Pretest Treatmen Posstest

Treatment Group 01 X1 02

Control Group 03 X2 04

Kelompok eksperimen dan kontrol terpilih diberi prestest (O) dan posttest (O). Kelompok eksperimen diberi perlakuan permainan dadu geometri (X1),

sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional (X2).

B. Alur Penelitian

Dengan membandingkan hasil observasi antara test awal dengan test akhir akan diketahui seberapa besar perubahannya indikator keefektifan perlakuan (Arikunto, 1988: 86). Adapun langkah-langkah dalam desain penelitian tersebut ditunjukkan dalam alur penelitian sebagai berikut:


(31)

Gambar 3.1 Diagram Desain Penelitian/Alur Penelitian Bermain dengan dadu geometri terhadap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini

Perumusan Masalah

Melatih guru TK Islam Fitriah:

1. Menyiapkan anak didik kelompok B 2. Konsep bermain dengan dadu

geometri

3. Penyusunan perangkat pembelajaran dan instrument RKM dan RKH

Uji Coba, Validasi

Kelompok eksperimen Pre-test

Penerapan bermain dengan dadu geometri

Pos-test Pembelajaran

melalui bermain tanpa media dadu geometri

Kelompok kontrol

Pengolahan dan analisis data

Observasi kegiatan bermain dengan

dadu geometri

Pembahasan

Kesimpulan Studi Pendahuluan

Penyusunan Instrumen

1. Pedoman Observasi Keterampilan Sosial

2. Pedoman Observasi Kemampuan Berhitung Permulaan


(32)

Pelaksanaan langkah-langkah penelitian melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini di awali dengan studi literatur terhadap program pembelajaran anak usia dini yang terfokus pada keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan dengan menerapkan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri, sekaligus mengidentifikasi permasalahan dilapangan agar dapat menerapkan penelitian yang tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kemudian menentukan penelitian dengan judul pengaruh penerapan bermain dengan dadu geometri terhadap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di Kelompok B TK Islam Fitriah Majalengka. Bersama guru menyepakati pengaruh pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri terhadap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak uisa dini dalam eksperimen pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, memberikan petunjuk dan pelatihan pada guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri, menyiapkan anak didik, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk pembelajaran. Selanjutnya menyusun instrumen berupa pedoman observasi keterampilan sosial dan pedoman observasi kemampuan


(33)

berhitung permulaan anak usia dini, kemudian melakukan uji validitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini kegiatan diawali dengan memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai tes awal untuk mengetahui kemampuan awal anak dalam keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan sebelum diberi perlakuan. Selanjutnya memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu bermain dengan dadu geometri untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini, sementara kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri atau pembelajaran konvensional. Peneliti mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh guu pada kelas eksperimen, serta mengamati responden dalam melaksanakan permainan deskriptif dalam bentuk permainan dadu dengan media dadu geometri, peneliti mengamati responden dalam berinteraksi, membantu dan menghargai orang lain, pengikuti peraturan permainan, mengelompokkan 2 kumpulan benda yang sama dan tidak sama jumlahnya, membilang banyak benda dari 1-20, kemampuan berbagi dan bekerja sama dalam unjuk kerja dengan menggunakan dadu geometri, mampu memasangkan/menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda, mampu menyebutkan/membilang urutan bilangan 1-20

Setelah seluruh kegiatan selesai, memberikan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah


(34)

terdapat perbedaan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini antara yang menggunakan bermain dengan dadu geometri dengan bermain tanpa dadu geometri.

3. Tahap Analisis Data

Setelah pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri selesai, data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik dengan membandingkan skor keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini kelompok B TK Islam Fitriah Majalengka pada pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu kepada anak didik itu disebabkan dari penerapan bermain dengan dadu geometri yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelompok B Taman Kanak-kanak Islam Fitriah di bawah naungan yayasan Persatuan Umat Islam yang beralamat di Jln. Raya Pasukan Sindang Kasih Desa Maja Selatan Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Pemilihan Taman Kanak-kanak berdasarkan pada pertimbangan


(35)

sekolah tersebut lokasinya dekat dengan penulis sehingga memudahkan untuk meneliti, maka diharapkan hasil penelitian dapat dipergunakan untuk kemajuan pembelajaran siswa. Langkah selanjutnya adalah menetapkan subjek eksperimen yaitu kelompok B2 dan B3 TK Islam Fitriah yang akan dijadikan subjek penelitian, dalam pelaksanaanya peneliti akan mengatur skenario pembelajaran sedangkan guru yang akan menjalankannya.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penggunaan populasi ini dilakukan dengan melalui total sampling berjumlah 40 orang. Suharsimi Arikunto (2000: 5), penentuan sampel berjumlah kurang dari 100 orang dapat digunakan total sampling artinya seluruh siswa menjadi sampel. Adapun kriteria pemilihan populasi didasarkan pada:

1. Usia anak yaitu umur 5 tahun

2. Pembagian populasi pada kelompok kelas kontrol dan kelompok kelas eksperimen adalah dengan perbandingan 20 : 20.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Nazir (2003: 328) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka untuk mendapatkan data yang mendukung


(36)

penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan dua teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu: observasi dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui observasi dan dokumentasi. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini karena penelitian ini akan meneliti perilaku atau sikap manusia yaitu keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini juga peneliti ukur dengan menggunakan observasi. Sugiyono (2008: 203) menyatakan bahwa observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan pada 40 responden yang terdiri dari 20 responden kelompok eksperimen dan 20 responden kelompok kontrol, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan. Peneliti menggunakan catatan anekdot. Catatan anekdot adalah catatan peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi pada saat pengamatan berlangsung. Peristiwa atau sesuatu yang dianggap penting dicatat dengan singkat tanpa mengikuti aturan tertentu. Dalam hal ini peneliti melalui teknik observasi ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan didalam pedoman pengamatan tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel pembelajaran melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri (X), keterampilan sosial (Y1) dan

kemampuan berhitung permulaan (Y2).

Dokumentasi dipilih agar dapat memperoleh data langsung dari tempat penelitian seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, rekaman


(37)

kegiatan dan data yang relevan (Akdon, 2008: 137). Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai hal berkaitan dengan pembelajaraan melalui bermain dengan dadu geometri yang dilaksanakan di Kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Keterampilan Sosial dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pulta Instrumen

1 Anak Keterampilan sosial

anak sebelum

mendapat-kan

perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pre-test dan

pos-test

Pernyataan operasional tentang keterampilan sosial anak

2 Anak Kemampuan berhitung permulaan sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pre-test dan

pos-test

Pernyataan operasional tentang kemampuan berhitung permulaan

3 Anak dan Guru

Foto-foto, rekaman kegiatan pembelajaran

Dokumentasi Alat yang dibutuhkan untuk mengambil foto atau rekaman seperti kamera atau handycame

4 Guru Data perencanaan

pembelajaran

Dokumentasi Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH)


(38)

F. Proses Perlakuan

Pada penelitian ini ditentukan dua kelas sebagai subjek penelitian, kelas pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas kedua sebagai kelompok kontrol. Pertama-tama masing-masing kelompok diberi pre-test dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri sebanyak 10 kali pertemuan dengan langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Tahap persiapan dengan langkah kegiatan sebagai berikut:

a. Guru menata lingkungan kelas yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri

b. Guru mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan berupa beberapa buah dadu yang terbuat dari kayu, kertas asturo dan kertas lipat yang diberi gambar bentuk-bentuk geometri (Lingkaran, segitiga, segiempat, empat persegi panjang, jajaran genjang dan segilima) dengan berbagai warna yang menarik perhatian anak, selain itu juga menyiapkan bentuk-bentuk geometri (Lingkaran, segitiga, segiempat, empat persegi panjang, jajaran genjang dan segilima) dari potongan kertas, kartu angka dari 1 sampai 20 untuk penambahan dan pengurangan.


(39)

2. Tahap awal dengan langkah kegiatan sebagai berikut:

a. Anak-anak dibariskan didepan kelas sambil bernyanyi dan mengucapkan doa masuk kelas, kemudian anak-anak masuk kelas dengan tertib sambil berjabat tangan dengan ibu guru dan teman-teman. Lalu anak-anak duduk dengan tertib dan rapih di atas karpet dan duduk membuat bentuk lingkaran

b. Guru membimbing anak untuk mengucapkan doa belajar, membacakan surat-surat pendek, membacakan doa-doa harian, bernyanyi, berhitung, mengucapkan huruf-huruf kemudian guru mengabsen anak

c. Guru berbagi cerita dan memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam 1 hari

d. Guru memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan. 3. Tahap inti dengan langkah kegiatan sebagai berikut:

a. Guru menerangkan kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak memperhatikan guru yang sedang memperlihatkan alat peraga

b. Anak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan anak

c. Anak memperhatikan guru yang menunjukkan dadu geometri sebagai alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran

d. Guru memberikan informasi tentang dadu geometri sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak


(40)

e. Dadu dikelompokkan menjadi dua, kelompok satu adalah dadu dengan bentuk geometri yang warnanya sama, kelompok kedua adalah dadu dengan bentuk-bentuk geometri yang warnanya berbeda

f. Anak mengambil 1 kali dan melempar dadu dari kelompok satu dengan warna yang sama dan melempar dadu dari kelompok dua dengan warna yang berbeda sesuai pilihan anak

g. Anak disuruh mengamati dan menyebutkan bentuk atau warna apa yang muncul atau yang berada pada posisi atas

h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil, melempar dadu dan menebak bentuk atau warna apa dengan jumlah berapa yang muncul dan mengelompokkannya sesuai dengan aturan permainan yang sudah disepakati bersama antara anak dan guru

i. Guru memberikan penghargaan pada setiap keberhasilan anak agar anak merasa dihargai dan lebih semangat.

4. Tahap penutup dengan langkah kegiatan sebagai berikut:

a. Guru bersama anak duduk diatas karpet membuat lingkaran dan memberikan penjelasan setelah kegiatan bermain dengan dadu geometri selesai

b. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau berpendapat tentang kegiatan dan berbagi pengalaman setelah bermain dengan dadu geometri

c. Guru menekankan kembali nilai-nilai sosial yang diajarkan melalui permainan dadu geometri


(41)

d. Anak-anak mengumpulkan hasil pekerjaannya dan disimpan di atas meja guru

e. Guru dan anak menyimpulkan hasil pekerjaannya/pembelajaran seharian dan memberikan kesempatan kepada anak yang belum paham

f. Guru melakukan penilaian setiap kali anak selesai melaksanakan kegiatan g. Guru bercakap-cakap tentang kegiatan yang akan dilaksanakan besok h. Guru membimbing anak untuk berdoa, anak bersalaman dengan

teman-teman dan mencium tangan guru sambil pulang.

Materi yang diberikan dalam kelompok eksperimen tentang penerapan pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. Anak tidak mengantuk dan tidak bosan karena anak beraktivitas dengan aktif dan anak diberi kesempatan untuk mengambil, memilih, melempar, mengelompokkan, menghitung dan mengurangi sehingga anak aktif. Saat anak memilih ada aktivitas dalam keterampilan sosial, segi kognitif dan motorik halus, saat anak melempar ada aktivitas dalam motorik kasarnya. Sedangkan kelompok kontrol diberi materi pelajaran dengan tujuan yang sama tetapi dengan metode pembelajaran konvensional.

G. Instrumen Penelitian

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi


(42)

operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2008: 149).

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1999: 160). Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Ketepatan instrumen harus dapat mengukur apa yang semestinya diukur, sebab derajat ketepatan identik dengan nilai validitas dan nilai validitas menunjukkan kesahihan instrumen dengan materi yang akan dinyatakan baik butir soal maupun soal secara keseluruhan. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian yaitu validitas isi yang diuji berdasarkan analisis logis dan validitan konstruk yang diuji berdasarkan analisis empiris (Akdon: 57).

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998: 170). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali datanya diambil akan tetap mendapatkan hasil yang sama.


(43)

Pengembangan instrumen penelitian yang dimaksud adalah untuk mengungkap keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan di Kelompok B TK Islam Fitriah Kabupaten Majalengka, maka disusun butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi instrumen.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial Anak Usia Dini No

Variable Sub

Variabel Indikator

Teknik Pulta Respon den Instru men 1 Keterampilan

Sosial Melaksana-kan Peraturan dan Disiplin 1.Melaksana-kan Peraturan Obser vasi

Anak 12, 14, 24, 26.

2.Melaksana-kan Disiplin

Obser vasi

Anak 19, 32, 35 Menunjuk-kan Sikap Toleransi 3. Toleransi Obser vasi

Anak 1, 3, 8, 20, 28. Bersikap kooperatif dengan teman 4. Mengung-kapkan Obser vasi

Anak 2, 4, 5, 6, 7.

5. Bekerja-sama

Obser vasi

Anak 9, 13, 17, 21. 6. Bermain Obser

vasi

Anak 22, 23, 25.

Menunjuk-kan rasa empati

7. Rasaempati Obser vasi

Anak 9, 11, 15, 16. 8.Mengenal tatakrama dan sopan santun Obser vasi

Anak 27, 29, 30, 33, 34.


(44)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini 1 Kemampuan

Berhitung Permulaan

Mengenal Bilangan

1 Dapat menyebutkan bilangan

Obser vasi

Anak 11, 18

2. Dapat membuat kumpulan benda Obser vasi

Anak 2, 4, 5, 30

Menghitung 3. Dapat membuat urutan bilangan sampai 20 Obser vasi

Anak 12, 13, 14, 17, 22 4. Dapat menjumlahkan benda-benda Obser vasi

Anak 15, 19, 20, 25, 26 Klasifikasi 5. Dapat

membedakan kumpulan benda

Obser vasi

Anak 1, 3, 5, 24

6. Dapat menunjukkan benda berda-sarkan warna, bentuk dan ukuran Obser vasi

Anak 7, 8, 9, 27,

7. Dapat menge-lompokkan benda/bentuk geometri

Obser vasi

Anak 21, 23,

8. Dapat memperkira-kan

Obser vasi

Anak 25, 28, 29,


(45)

1. Ujicoba Alat Pengumpul Data

Sebelum alat pengumpul data ini digunakan untuk mengumpulkan data, maka pedoman observasi ini harus diuji dahulu apakah alat ini sudah valid dan reliabel, maka proses pertama adalah mengukur validitas dan reliabilitas butir item.

2. Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Anak di Kelas

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku perkembangan keterampilan sosial anak di kelas dari mulai pretest sampai kepada posttest. Pedoman observasi ini dikonstruksi dalam skala SM = Sangat Mampu, M = Mampu, CM = Cukup Mampu, KM = Kurang Mampu, STM = Sangat Tidak Mampu. Penskorannya adalah SM = 5, M = 4, CM = 3, KM = 2, dan STM = 1.

a. Validitas Butir Item

Menurut Akdon (2008: 138) sebuah instrumen diputuskan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur jika instrumen sudah diuji validitasnya dan hasilnya valid. Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan ANATES versi 4.

Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai rXY dan nilai rtabel. Nilai

rtabel diperoleh dengan dk = n – 2 (uji dua sisi) dan tingkat signifikan α = 0,05,

dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara rXY dan rtabel dengan berpedoman pada kaidah

penafsiran jika rXY > rtabel, berarti data valid, dan jika rXY < rtabel berarti data tidak


(46)

Dari 35 butir item keterampilan Sosial anak usia dini yang diujicobakan kepada 20 orang anak diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.5. Pada tabel 3.5 terdapat keterangan bahwa 35 butir item dinyatakan valid, sehingga 35 butir item pernyataan digunakan untuk mengukur keterampilan sosial anak usia dini.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini No

Soal

Validitas No

Soal

Validitas

rXY rtabel Ket. rXY rtabel Ket.

1 0,711 0,468 Valid 19 0,638 0,468 Valid 2 0,637 0,468 Valid 20 0,594 0,468 Valid 3 0,640 0,468 Valid 21 0,556 0,468 Valid 4 0,620 0,468 Valid 22 0,583 0,468 Valid 5 0,558 0,468 Valid 23 0,605 0,468 Valid 6 0,661 0,468 Valid 24 0,530 0,468 Valid 7 0,636 0,468 Valid 25 0,633 0,468 Valid 8 0,763 0,468 Valid 26 0,614 0,468 Valid 9 0,621 0,468 Valid 27 0,642 0,468 Valid 10 0,616 0,468 Valid 28 0,545 0,468 Valid 11 0,634 0,468 Valid 29 0,647 0,468 Valid 12 0,828 0,468 Valid 30 0,570 0,468 Valid 13 0,714 0,468 Valid 31 0,600 0,468 Valid 14 0, 694 0,468 Valid 32 0,481 0,468 Valid 15 0,679 0,468 Valid 33 0,538 0,468 Valid 16 0, 699 0,468 Valid 34 0,728 0,468 Valid 17 0,564 0,468 Valid 35 0,494 0,468 Valid 18 0,784 0,468 Valid

Selanjutnya, dari 30 butir item kemampuan berhitung permulaan anak usia dini yang diujicobakan kepada 20 orang anak diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.6. Pada tabel 3.6 terdapat keterangan bahwa 30 butir item dinyatakan valid, sehingga 30 butir item pernyataan digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.


(47)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini No

Soal

Validitas No

Soal

Validitas

rXY rtabel Ket. rXY rtabel Ket.

1 0,982 0,468 Valid 16 0,778 0,468 Valid 2 0,908 0,468 Valid 17 0,764 0,468 Valid 3 0,921 0,468 Valid 18 0,624 0,468 Valid 4 0,890 0,468 Valid 19 0,573 0,468 Valid 5 0,782 0,468 Valid 20 0,808 0,468 Valid 6 0,849 0,468 Valid 21 0,722 0,468 Valid 7 0,684 0,468 Valid 22 0,637 0,468 Valid 8 0,788 0,468 Valid 23 0,494 0,468 Valid 9 0,711 0,468 Valid 24 0,725 0,468 Valid 10 0,703 0,468 Valid 25 0,802 0,468 Valid 11 0,847 0,468 Valid 26 0,812 0,468 Valid 12 0,847 0,468 Valid 27 0,694 0,468 Valid 13 0,652 0,468 Valid 28 0,739 0,468 Valid 14 0,635 0,468 Valid 29 0,772 0,468 Valid 15 0,829 0,468 Valid 30 0,539 0,468 Valid Sumber: ANATES versi 4

b. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai rhitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil ANATES versi 4 diperoleh reliabilitas untuk keterampilan sosial adalah 0,96 dan untuk kemampuan berhitung permulaan adalah 0,97.

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam


(48)

lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan seperti tabel berikut:

Tabel 3.7

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 s.d 0,20

0,20 s.d 0,40 0,40 s.d 0,60 0,60 s.d 0,80 0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel

Berdasarkan tabel di atas maka tingkat reliabilitas pada pedoman observasi ini ada pada derajat sangat reliabel.

3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berawal dari proses seminar usulan penelitian tesis, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi tesis, Masukan-masukan pada saat seminar tesis kemudian diolah menjadi sebuah bahan usulan tesis yang siap untuk dilaksanakan. Draf penelitian yang telah mendapat masukan dari pembimbing kemudian diperbaiki dan setelah melalui diskusi yang panjang dengan para pembimbing sehingga tesis yang ditulis sesuai dengan kaidah karya tulis ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Langkah selanjutnya adalah pengembangan instrumen (alat pengumpul data) penelitian. Pada tahap awal adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian agar butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi operasional yang telah


(49)

dirumuskan. Setelah membuat kisi-kisi maka langkah selanjutnya adalah membuat butir-butir instrumen penelitian sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Butir-butir instrumen penelitian ini harus mencakup semua variabel penelitian, setelah itu penulis wajib berdiskusi dengan pembimbing mengenai instrumen penelitian tersebut. Langkah ini menjadi amat penting terutama untuk memeriksa ketepatan butir dengan variabel yang akan diukur. Hasil konsultasi dengan pembimbing ini dapat, menjadi sebuah kekuatan agar instrumen penelitian dapat diuji coba terlebih dahulu.

Berdasarkan saran pembimbing langkah berikutnya adalah mengujicobakan instrumen penelitian. Pada tahap ini instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel penelitian diujicobakan terlebih dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang akan diteliti. Hasil ujicoba dianalisis baik validitas maupun reliabilitasnya. Dari hasil analisis ini diperoleh alat pengumpul data yang valid dan reliabel, setelah menjadi yakin maka langkah berikutnya adalah mengurus ijin penelitian. Permohonan ijin penelitian ditujukan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kemudian Direktur SPs UPI membuat permohonan ijin penelitian Kepada Kepala Taman Kanak-kanak Islam Fitriah Desa Maja Selatan Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka, sebagai tempat penelitian


(50)

(51)

111 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil penelitian dan hasil temuan tentang pengaruh pembelajaran melalui bermain dengan dadu geometri dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anaka usia dini dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Permainan merupakan kegiatan yang paling disukai anak karena dengan permainan anak dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat mengembangkan seluruh potensi anak. Potensi tersebut meliputi sosial-emosional, kognitif, fisik dan bahasa.

2. Proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang dilakukan melalui permainan dengan menggunakan dadu geometri bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri dapat meningkatkan keterampilan sosial dan berhitung permulaan anak usia dini. Dalam pelaksanaannya memakai beberapa metode permainan yang variatif sehingga membuat anak tertarik dan tidak merasa bosan. Beberapa metode permainan yang digunakan adalah tebak-tebakan, berhitung, diskusi kelompok dengan menggunakan dadu geometri, bernyanyi serta mampu mempresentasikan hasil di depan kelas. Sedangkan dalam aplikasi pembelajaran di kelas, peran guru di awal pembelajaran sangat penting. Pada permulaan pembelajaran, guru menerangkan tema pelajaran, menjelaskan tata cara permainan dengan dadu geometri, syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh


(52)

anak misalnya: ketepatan waktu, tidak menyerobot, antri menunggu giliran, mengangkat tangan jika hendak menjawab pertanyaan atau minta izin sebelum melakukan kegiatan, mendengarkan dengan baik ketika teman berbicara atau presentasi di depan kelas, terlibat dalam diskusi kelompok. Dan setelah mengakhiri pelajaran, guru membuat sebuah kesimpulan singkat bersama anak-anak.

3. Aplikasi pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri dalam meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini dibandingkan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat diketahui melalui hasil penelitian dimana nilai pos tes lebih besar dari nilai pre tes. Selain itu hasil observasi ketika permainan berlangsung, anak mulai dapat menyebutkan bentuk-bentuk geometri dari hasil kocokan dadu yang keluar, menghitung, penambahan, pengurangan, menunjukkan dan mengelompokkan bentuk-bentuk geometri berdasarkan warna dan jumlah. Artinya terdapat perbedaan peningkatan keterampilan sosial anak usia dini antara hasil pembelajaran dengan model pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri di kelas eksperimen dengan hasil pembelajaran konvensional di kelas kontrol, di mana hasil pembelajaran dengan menggunakan permainan dadu geometri lebih tinggi daripada hasil pembelajaran konvensional.

B. Rekomendasi

Pembelajaran yang baik adalah yang melibatkan semua unsur yang memberikan konstribusi positif pada proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran dalam


(53)

kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ternyata media pembelajaran membawa pengaruh positif pada ketercapaian hasil pembelajaran. Dengan demikian, penulis memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi Guru, diharapkan dapat menerapkan pembelajaran melalui permainan dengan menggunakan dadu geometri yang dapat dijadikan sebuah isu pembelajaran dan bahan masukan bagi TK tempat peneliti melakukan penelitian, dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi konsep pembelajaran pengembangan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini sesuai dengan rencana dan strategi yang telah ditentukan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan, permainan dadu geometri sebagai sebuah konsep pembelajaran di kelas dapat dijadikan sebagai sebuah masukan bagi Pimpinan taman kanak-kanak Islam Fitriah Majalengka untuk dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan konsep pengembangan keterampilan sosial dan berhitung permulaan anak usia dini di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan bisa mengklarifikasi hasil penelitian ini untuk dilakukan penelitian ulang agar hasil penelitian benar-benar berdaya guna bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada pendidikan anak usia dini. Pilih metode dan teknik yang lebih variatif agar pembelajaran lebih disenangi anak. Munculkan permainan-permainan baru sebagai bahan penelitian. Bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian yang terkait dengan pembelajaran


(54)

melalui bermain dengan menggunakan dadu geometri agar dapat mengembangkan lebih banyak kemampuan anak usia dini tidak saja dibidang keterampilan sosial dan kognitif tetapi menyangkut semua bidang pengembangan anak usia dini yang dalam hal ini multi intelegensi.

4. Berdasarkan hasil penelitian di kelas dan mengingat pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri mudah dilakukan di rumah maka sangat disarankan bagi para orang tua untuk dapat mempergunakannya demi mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, E. (2003). Program Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan). Anwar dan Ahmad A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek edisi revisi VI

Jakarta: Rineka Cipta.

Atikah. (2006). Jangan Paksakan Anak TK bisa Calistung. Bandung: Pikiran Rakyat.

B. Somantri, Elin. (2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) terhadap Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan). Bunda. (2006). Bermain dan Membuat Alat Permainan. Buletin PADU Jurnal

Ilmiah Anak Usia Dini. Vol. 5, (1), 14-25.

Cartledge G, Milburn J.F. (1992). Teaching Social Skills to Children. New York: Pergamon General Psychology Series.

Depdikbud. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdikbud. (1998). Didaktik Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdikbud. (1998). Metodik Khusus Pengembangan Daya Pikir di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD. Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di

Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas. (2006). Bermain. Jakarta: Direktorat PLSP.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Editor. (2006). “Bermain Tanpa Alat Permainan Mungkinkah?” Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia dini. Vol 5, (1), 3-6.


(56)

Elan. (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosial dalam Partisipasinya sebagai Warga Negara melalui Pendekatan Belajar Kontekstual. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Fajar. (2008). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir. Online tersedia: F4jar Multiply.com/journal/item/191/keterampilan pada anak-anak menengah akhir 132k.

Furqon. (2009). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon dan Emilia, Emi. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gutawa. (2002). Kecerdasan Spiritual dalam Membentuk Perilaku Anak. Jurnal Ilmiah Anak Usia dini. Vol 02. hal 32-37.

Hamalik. O. (1997). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Han, Heejeong Sophia. (2010). “Sosiocultural influence on children’s social Competence: a close look at kindergarden teacher’ beliefs” Journal of Research in Chillhood Education. 24.1.

Hertinjung, S.W., Partini, Pratisti. D.W. (2008). Keterampilan Sosial Anak Pra Sekolah Ditinjau dari Interaksi Guru-Siswa Model Mediated Learning Experience. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 9, hal 179-191.

Hidayat. H. (2007). Aktifitas Mengajar Anak TK. Jakarta: Jasa Grafika Indonesia. Hurlock, B. Elizabeth, (1980). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. (a.b Meitasari Tjandrasa dan Moeslichah Zarkasih) edisi ke enam. Jakarta: Erlangga. Ibuka Masaru. (2009). Membuka Lorong Dunia Anak. Yogyakarta: Annora

Media.

Jalal, F. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan yang Mendasar. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Vol 03. hal 4-8.

Kemendiknas. (2010). Kurikulum Taman Kanak-kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.


(1)

mengembangkan lebih banyak kemampuan anak usia dini tidak saja dibidang keterampilan sosial dan kognitif tetapi menyangkut semua bidang pengembangan anak usia dini yang dalam hal ini multi intelegensi.

4. Berdasarkan hasil penelitian di kelas dan mengingat pembelajaran dengan menggunakan dadu geometri mudah dilakukan di rumah maka sangat disarankan bagi para orang tua untuk dapat mempergunakannya demi mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, E. (2003). Program Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Anwar dan Ahmad A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek edisi revisi VI

Jakarta: Rineka Cipta.

Atikah. (2006). Jangan Paksakan Anak TK bisa Calistung. Bandung: Pikiran Rakyat.

B. Somantri, Elin. (2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) terhadap Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Bunda. (2006). Bermain dan Membuat Alat Permainan. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Vol. 5, (1), 14-25.

Cartledge G, Milburn J.F. (1992). Teaching Social Skills to Children. New York: Pergamon General Psychology Series.

Depdikbud. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdikbud. (1998). Didaktik Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdikbud. (1998). Metodik Khusus Pengembangan Daya Pikir di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Depdiknas. (2006). Bermain. Jakarta: Direktorat PLSP.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Editor. (2006). “Bermain Tanpa Alat Permainan Mungkinkah?” Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia dini. Vol 5, (1), 3-6.


(3)

Elan. (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosial dalam Partisipasinya sebagai Warga Negara melalui Pendekatan Belajar Kontekstual. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Fajar. (2008). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir. Online tersedia: F4jar Multiply.com/journal/item/191/keterampilan pada anak-anak menengah akhir 132k.

Furqon. (2009). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon dan Emilia, Emi. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gutawa. (2002). Kecerdasan Spiritual dalam Membentuk Perilaku Anak. Jurnal Ilmiah Anak Usia dini. Vol 02. hal 32-37.

Hamalik. O. (1997). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Han, Heejeong Sophia. (2010). “Sosiocultural influence on children’s social Competence: a close look at kindergarden teacher’ beliefs” Journal of Research in Chillhood Education. 24.1.

Hertinjung, S.W., Partini, Pratisti. D.W. (2008). Keterampilan Sosial Anak Pra Sekolah Ditinjau dari Interaksi Guru-Siswa Model Mediated Learning Experience. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 9, hal 179-191.

Hidayat. H. (2007). Aktifitas Mengajar Anak TK. Jakarta: Jasa Grafika Indonesia. Hurlock, B. Elizabeth, (1980). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. (a.b Meitasari Tjandrasa dan Moeslichah Zarkasih) edisi ke enam. Jakarta: Erlangga. Ibuka Masaru. (2009). Membuka Lorong Dunia Anak. Yogyakarta: Annora

Media.

Jalal, F. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan yang Mendasar. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Vol 03. hal 4-8.

Kemendiknas. (2010). Kurikulum Taman Kanak-kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen Mapendasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD.


(4)

Kurniati E. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial melalui Permainan Tradisional. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Masri, S. (1995). Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslihuddin dan Agustin,M. (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-kanak/Raudhlatul Athfal. Bandung: Rizqi Press.

Nugraha, Ali dan Rachmawati, Y. (2006). Metode Pengembagan Sosial Emosional. Jakarta: universitas terbuka.

Rahman, Hilbana. S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Rahman Saleh, Y.(2005). Pendidikan Anak Usia Dini, Perlu Stimulasi Sejak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini. Bisnis Indonesia. (21) hal 21-41. Direktorat PAUD.

Raw Sumangkut,B (2006). Bermain dan Membuat Alat Permainan Sendiri. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Bulletin PAUD. Vol 5. hal 14-25. Ditjen PLS. Depdiknas.

Ridwan, (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ridwan, (2009). Metode dan Teknik Menyususn Tesis. Bandung: Alfabeta Rohani, Ahmad (1997). Media Intruksional Educatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sadiman, Arif. at al (2003). Media Peendidikan (Pengertian, Pengembangan dan


(5)

Santrock. John W. (2007). Child development (Perkembangan Anak). Terj. Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.

Santrock. John W. (2002). Life-Span Development (perkembangan Masa Hidup). Terj. Juda Damanik dan Achmad Chusairi edisi ke-5. Jakarta: Erlangga. Schumacher dan James McMillan. (2001). A. Conceptual Introduction (Penelitian

dalam Pendidikan)(Pengantar Konsep). New York City: Longmen.

Semiawan, C,R (2003). Pengembangan Rambu-Rambu Belajar Sambil Bermain pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini.buletin PADU. Vol. 1. hal 14-19. Direktorat PAUD.

Sriningsih, Nining. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka sebelas.

Subana. (2005). Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana N. (1990). Penilaian Hasil: Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sudjana, (1992). Metode Statistika.Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (1993). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, N. dan Ibrahim ( 2004 ). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru algesindo.

Sudono, A. (2003). Gaya Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal ilmiah Anak Usia Dini. Buletin PADU. Vol 2, hal 33-37. Direktorat PAUD.

Sujiono, N. Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sujiono, N. Yuliani. (2006). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmanasa, Elly. (2009). Dampak Metode Bermain dengan Menggunakan Media Flashcard terhadap Peningkatan Berhitung Permulaan dan Kreativitas Anak Usia Dini. Tesis. Bandung: UPI (Tidak dipublikasikan).

Sumantri, M dan Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik . Universitas Terbuka.


(6)

Suriasumantri, Jujun S. (2000). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suryadi, A. (2006). Posisi Strategis Alat Permainan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia dini.buletin PADU. Vol 5 Ditjen PLS Depdiknas.

Suryadi, Ace. (2007). Jurnal Pendidikan pada: http://pendidikan-rumah. Blogspot.com/2007.html.

Syaefudin, S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Penddikan Dasar. Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar.Universitas Pendidikan Indonesia. Tim Litbang Asma. (2001). Materi Short Training Pendidikan Mental Aritmetika

Tingkat I. Bandung: Yayasan Prisma.

Wajdi, (2005). Pendidikan Anak Usia Dini, Pondasi bagi Masa Depan Anak? Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini. Barito pos edisi 14 juni 2005 Direktorat PAUD.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.