PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Labotarorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

Muhammad, 2013

Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ……….......

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

DAFTAR ISI ………........

DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ………... B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... C. Tujuan Penelitian ………... D. Manfaat Penelitian …... E. Hipotesis ...

BAB II KONSEP BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN

BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER...

I. Konsep Dasar Underachiever ..………... a. PengertianUnderachiever ………... b. Karakteristik Underachiever………... c. Jenis-jenis Underachiever………... d. Penyebab Underachiever ………... e. Kriteria Underachiever ………...….…………... II. Konsep Dasar Kebiasaan Belajar ……...

a. Pengertian Kebiasaan Belajar ... b. Karakteristik Kebiasaan Belajar ……... c. Faktor-faktor Mempengaruhi Kebiasaan Belajar …………... d. Aspek-aspek Kebiasaan Belajar... III. Konsep Dasar Bimbingan Belajar …... a. Pengertian Bimbingan Belajar………...…………... b. Tujuan Bimbingan Belajar…...…………... c. Prosedur Bimbingan Belajar ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………...

A. Metode dan Pendekatan.. ………... B. Langkah-langkah Penelitian ………... C. Defenisi Operasional Variabel ... D. Subjek Penelitian ... E. Pengembangan Alat Pengumpulan Data ………... F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... i ii iii iv v vi vii viii 1 1 10 10 11 12 13 13 13 15 22 24 32 36 36 40 42 45 53 53 61 63 66 66 66 68 72 74 81


(2)

G.Pengujian Asumsi Statistik ... H.Penyusunan Program Bimbingan ... I. Alur Penelitian ...

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...

A. Hasil Penelitian ...………... 1. Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

Kelas VIII SMP Laboratorium UPI Bandung (pretest)... 2. Gambaran Umum Per-aspek Kebiasaan Belajar Siswa

Underachiever Kelas VIII SMP Laboratorium UPI

Bandung (pretest)... B.Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar

Siswa Underachiever ... 1. Hasil Pengembangan dan Validasi Program Intervensi... 2. Program Bimbingan Belajar Siap Uji ... C. Efektifitas Program Bimbingan Belajar Untuk

Meningkatkan Kebiasaan Belajar siswa Underachiever ... 1. Hasil Uji Lapangan Program Bimbingan ...

Belajar Untuk Mengembangkan Kebiasaan

Belajar Siswa Underachiever di SMP Laboratorium

Percontohan UPI Bandung... 2. Perubahan Gambaran Kebiasaan Belajar Siswa

Sebelum dan sesudah treatment berupa pemberian

Bimbingan Belajar ... 3. Peranan Bimbingan Belajar Dalam Meningkatkan

Kebiasan Belajar siswa Underachiever ...

BAB V KISIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Kesimpulan ………...…………... B. Rekomendasi ………...

DAFTAR RUJUKAN... LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 83 84 85 86 86 87 89 101 101 102 128 163 185 188 188 189 191


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 2.1 Kategori Underachiever ...

TABEL 2.2 Konstruk Kebiasaan Belajar ... TABEL 3.1 Subjek Penelitian ... TABEL 3.2 Kisi-kisi Intrumen Kebiasaan Belajar (Sebelum Uji Coba) ... TABEL 3.3 Hasil Uji Validas Instrumen Kebiasaan Belajar ... TABEL 3.4 Kisi-kisi Intrumen Kebiasaan Belajar (Setelah Uji Coba) ... TABEL 3.5 Rentang Koefisien Reliabilitas ... TABEL 3.6 Alternatif Jawaban ... TABEL 4.1 Subjek Penelitian ... TABEL 4.2 Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung ... TABEL 4.3 Gambaran Umum Aspek Keteraturan ... TABEL 4.4 Gambaran Umum Indikator Aspek Keteraturan Belajar Siswa

Underachiever ... TABEL 4.5 Gambaran Umum Aspek Disiplin ... TABEL 4.6 Gambar Umum Indikator Aspek Disiplin ... TABEL 4.7 Gambaran Umum Aspek Konsentrasi ... TABEL 4.8 Deskripsi Kebutuhan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun

Ajaran 2012/2013 ... TABEL 4.9 Sasaran Program Bimbingan Belajar Siswa Underachiever ... TABEL 4.10 Rencana Operasional Program Bimbingan Belajar

Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar siswa Underachiever... TABEL 4.11 Pengembangan Topik Program Bimbingan Belajar Untuk

Meningkatkan Kebiasaan Belajar Bagi Siswa Underachiever ... TABEL 4.12 Personel Program dan Perannya ... TABEL 4.13 Self Evaluation Kebiasaan Belajar Siswa Underachiver SMP

Laboratoriun Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013.... TABEL 4.14 Rekapitulasi Hasil Self Evaluation Kebiasaan Belar Siswa

Underachiever Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... TABEL 4.15 Format Evaluasi program Bimbingan Belajar untuk

Mengembangkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

Di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung ... TABEL 4.16 Evaluasi Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan

Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/213

TABEL 4.17 Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever

Pretes-Postest ... TABEL 4.18 Gambaran Umum Rata-rata Pretest-Postest Aspek Keteratuan ... TABEL 4.19 Gambaran Umum Aspek Keteraturan Setelah Dilakukan

Treatment ... 34 52 74 75 78 79 81 83 86 87 89 91 94 95 98 106 113 114 117 120 123 123 125 126 163 166


(4)

TABEL 4.20 Gambaran Umum Rata-rata Indikator Aspek Keteraturan Prestest-Postest ... TABEL 4.21 Persentase Kenaikan Rata-rata Pretest-Postest

Aspek Keteraturan... TABEL 4.22 Gambaran Umum Per-indikator Berdasarkan Kategori (Postest).... TABEL 4.23 Gambaran Umum Aspek Disiplin ... TABEL 4.24 Gambaran Rata-rata Indikator Pretest-Postest Aspek Kosentrasi ... TABEL 4.25 Persentase Kenaikan Rata-rata Pretest-Postest Aspek Disiplin ...

TABEL 4.26 Gambaran Per-indikator Aspek Disiplin Berdasarkan Kategori (Postest) ... TABEL 4.27 Gambaran Umum Aspek Konsentrasi dan Indikator Mampu

kosentrasi Ketika Belajar di Sekolah dan di Rumah... TABEL 4.28 Gambaran Rata-rata Indikator Pretest-Postest

Aspek Konsentrasi ... TABEL 4.29 Persentase Kenaikan Rata-rata Pretest-Postest Aspek Konsentrasi TABEL 4.30 Gambaran Mampu Berkonsentrasi Ketika Belajar di Sekolah dan di

Rumah Berdasarkan Katergori (Postest) ... TABEL 4.31 Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Siswa Underachiver Kelas

VIII SMP Laboratorium UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 170 171 172 173 175 175 177 178 180 180 181 183


(5)

GAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Siswa Underacheiver ... 4.2 Gambaran Umum Aspek Keteraturan ... 4.3 Gambaran Per-indikator aspek Keteraturan ... 4.4 Gambaram Umum Aspek Disiplin ... 4.5 Gambaran Umum Per-indikator aspek Disiplin ... 4.6 Gambaran Umum Aspek Konsentrasi ... 4.7 Gambaran Umum Kebiasaan Belajar

Siswa Underachiever Pretest-Postest ... 4.8 Gambaran Umum Aspek Keteraturan Belajar Siswa Underachiever ... 4.9 Gambaran Umum Aspek Keteraturan Setelah Dilakukan Treatment ... 4.10 Gambaran Persentase Kenaikan Rerata Per-indikator Pretest-Postest... 4.11 Gambaran Umum Aspek Keteraturan Per-indikator Setelah dilkukan

Treatment ... 4.12 Gambaran Umum Aspek Disiplin ... 4.13 Gambaran Persentase Kenaikan Rerata Aspek Disiplin Pretest-Postest... 4.14 Gambaran Umum Per-indikator Aspek Disiplin ... 4.15 Gambaran Umum Aspek Konsentrasi dan Indikator Mampu Kosentrasi

Ketika Belajar di Sekolah dan di Rumah ... 4.16 Gambaran Umum Aspek Konsentrasi Setelah Dilakukan Poststest ... 4.17 Gambaran Umum Indikator Mampu berkonsentrasi ketika belajar di sekolah

dan di rumah ...

88 90 92 94 96 99 137 140 142 144 145 147 149 150 152 154 155


(6)

DAFTAR BAGAN

Halaman BAGAN 3.1 Alur Penelitian ... 85


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat-suarat dalam proses penelitian

a. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing b. Surat Keterangan Judment instrmen Penelitian c. Surat Keterangan Judgement Program BK d. Surat Izin Penelitian

e. Surat Keterangan Dari Sekolah 2. Instrumen Penelitian

3. Pengolahan Data

a. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen b. Data Pretest dan Postest


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung pada dekade ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan tersebut semakin terasa sangat mendesak. Untuk memenuhi semua itu, pendidikan berperan sebagai gerbang utama sekaligus sebagai filter terhadap“buaian-buaian manis” side effect akulturasi, globalisasi, dan modernisasi.

Pendidikan berfungsi dan bertanggung jawab sebagai wahana untuk mengembangkan individu agar dapat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan beserta cara mendapatkannya (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar mengembangkan diri (learning to be), dan belajar hidup berdampingan dengan yang lain secara harmonis (learning to live to gether). Pendidikan seyogianya ditujukan untuk mengembangkan individu-individu kreatif, yaitu individu yang dapat merumuskan ide-ide baru dan karya-karya orisinal yang lebih hidup serta fleksibel dalam berpikir dan bertindak untuk menyongsong perubahan-perubahan dalam lingkungan yang mengancam keberlangsungan hidup individu maupun masyarakat. Kesemua itu bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003.


(10)

Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan, dan kesempatan yang ada. Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 1992:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti pendidikan yang merupakan unsur penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari tujuan pendidikan, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th 2003 ayat 1 yang berbunyi:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” Menurut Nurihsan (2006:3) pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan haruslah yang seimbang, yang tidak hanya mampu mengantarkan pesera didik pada pencapaian standar kemampuan profesional akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional maupun sosial (Yusuf, 2005:95).


(11)

Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan mempunyai peran penting dalam mendukung dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 3, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Salah satu kata kunci dari definisi pendidikan di atas adalah mengembangnya potensi siswa. Peran pendidikan adalah memfasilitasi menjadi prestasi. Fasilitas tersebut ditunjukkan agar individu mengenali, menemukan, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Usaha dalam mengembangkan potensi individu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan mengacu pada dua komponen utama yaitu, kurikulum program pendidikan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan usaha strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan, karena di dalamnya terdapat program dan aktivitas belajar untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai perkembangan yang optimal, yaitu situasi di mana siswa telah dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang terdapat di dalam dirinya.

Salah satu indikator pencapaian keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari prestasi yang didapatkan, karena prestasi belajar siswa merupakan manifestasi dari perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Namun demikian, tidak semua siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, banyak di antara siswa tidak menampilkan hasil optimal.


(12)

Proses belajar yang dilakukan siswa di sekolah pada kenyataannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga hasil belajar yang dicapai akan sangat tergantung pada interaksi dari berbagai faktor yang saling terkait antara satu dengan yang lainya. Inteligensi merupakan salah satu faktor yang diprediksikan sebagai penyebab utama dalam pencapaian prestasi belajar siswa oleh karena itu tingkat inteligensi sering digunakan untuk meramalkan kemampuan dalam belajar serta prestasi yang akan diraih siswa.

Dalyono (Djamarah, 2002:160) menyebutkan secara tegas bahwa seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah dalam belajar dan hasilnya cenderung baik, sebaliknya orang yang inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, dan prestasi yang rendah.

Oleh karena itu, menurut Nasution (Djamrah, 2002:160) kecerdasan mempunyai peran penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas.

Kenyataan di lapangan/di sekolah banyak dijumpai, diantaranya siswa-siswa yang memiliki masalah kesulitan belajar, berupa nilai-nilai yang rendah, gagal ujian, kurang teliti dalam menyimpan perlengkapan pelajaran, kurang terbiasa membaca buku, sering terlambatan mengumpulkan tugas dan sebagainya. umumnya siswa-siswa tersebut mempunyai intelegensi yang tinggi, karena tidak didukung oleh faktor lainya siswa-siswa tersebut tidak mendapatkan hasil belajar


(13)

yang sesuai dengan potensinya. Siswa-siswa tersebut tergolong pada siswa berprestasi kurang (dalam hal ini adalah siswa underachiever), yaitu siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah standar nilai yang diukur berdasarkan kriteria IQ.intelegensi tertentu.

Jumlah siswa yang tidak menampilkan prestasi sesuai dengan potensinya di setiap sekolah mungkin belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi hal yang cukup mengejutkan dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian berikut. Amerika Serikat diperkirakan jumlah siswa yang tidak menampilkan prestasi sesuai dengan potensinya berkisar antara 15 sampai 50 persen (Marland, dalam Sulistiana : 1999), sedangkan di Inggris jumlahnya mencapai 25 persen (Pringle, dalam Whitemore, 1999). Hasil penelitian Surya (1978:142) mengenai siswa berprestasi kurang menemukan bahwa dari 78 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan tinggi terdapat 32 orang atau sekitar (41%) siswa berprestasi kurang. Data hasil penelitian tersebut menggambarkan walaupun jumlah siswa berprestasi kurang sangat bervariasi, namun diyakini bahwa siswa yang mendapatkan prestasi akademik yang tidak sesuai dengan potensinya akan selalu tampak dalam setiap sekolah.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya potensi siswa tidak memberikan jaminan siswa tersebut dapat mengaktualisasikannya dengan baik, dalam konteks psikologi dan bimbingan konseling fenomena tersebut dikenal dengan istilah underachiever. Surya (1983:73) mengemukakan bahwa underachiever adalah siswa yang memiliki potensi tergolong tinggi tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah atau dibawah rata-rata potensi yang dimilikinya.


(14)

Peters (1999) menyatakan bahwa underachievement dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi mengajar dari guru.

Rimm (2000:218) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan underachiever adalah kemampuan anak dalam penelitian ini dijabarkan dengan skor IQ yang diperoleh siswa. Sedangkan prestasi sekolah dijabarkan dalam bentuk nilai tes hasil belajar. Untuk mengidentifikasi underachiever didasarkan kereteria perkembangan antara IQ dengan proses perbandingan dalam tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata pelajaran dibawah rata-rata kelompok (total/kelasnya masing-masing.

Underachiever merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dalam dunia pendidikan. Underachiever mengarah pada keterkaitan dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Natawidjaja (1999:1) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam belajar adalah faktor-faktor yang ada pada individu yang mencakup inteligensi atau kecerdasan, kepribadian, bakat, motivasi, metode belajar, serta kebiasaan belajar, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar pada individu yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kebiasaan belajar merupakan faktor yang dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa siswa yang mempunyai tingkat intelegensi normal bisa memperoleh hasil belajar yang baik jika ia mempunyai kebiasaan belajar yang baik dan lingkungan sekitarnya memberikan pengaruh


(15)

yang positif. Sebaliknya, jika siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi tidak didukung dengan kebiasaan belajar yang baik maka tidak menutup kemungkinan akan mendapat hasil belajar yang kurang memuaskan.

Kebiasaan belajar yang baik akan menentukan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Menurut Nedi (2008) suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan penelitian San Francisco (Panji, 2008) mengatakan bahwa keberhasilan siswa dalam studinya, kebiasaan belajar menduduki ranking tertinggi di atas minat dan IQ.

Banyak ditemukan siswa underachiever tidak mempunyai kebiasaan yang baik. Menurut Rahmi (2008) mengemukakan bahwa pada siswa underachiever dapat biasanya mereka tidak punya keinginan untuk sekolah dan berprestasi. Sekolah acapkali dijadikan prioritas terakhir dan selalu kalah dengan kegiatan lainnya yang disukainya, misalnya bolos hanya untuk bermain.

Selain itu Preckle at al. (Tarmidi, 2008:9) mengemukakan bahwa siswa underachiever memiliki karakteristik antara lain buruknya keahlian dalam tugas-tugas sekolah, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam aktivitas sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah, mudah bosan, “meninggalkan”


(16)

kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk dengan pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri, mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, suka bercanda di kelas (membuat keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berperilaku yang tidak biasa.

Perilaku siswa underachiever perlu segera ditangani terutama dari segi kebiasaan belajarnya menurut Runikasari (2012:4) mengatakan bahwa gambaran perilaku siswa underachiever di sekolah adalah bersikap negatif terhadap sekolah, berkata kalau ia bosan belajar, tugas-tugasnya tidak selesai, tidak pernah puas dengan hasil kerjanya, mudah terganggu konsentrasinya, mempunyai masalah disiplin berkeliling kelas, terlambat, mengganggu kelas, dan menyalahkan guru atau teman kalau ada masalah.

Berdasarkan hasil analisis dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat studi pendahuluan berdasarkan perbandingan IQ dengan hasil ulangan umum ditemukan 14 siswa underachiever (25%) dari 56 siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Siswa underachiever tersebut memiliki skor IQ dengan kategori di atas rata-rata, cerdas bahkan sangat cerdas. Namun sangat disayangkan siswa tersebut memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan yang seharusnya diperoleh berdasarkan skor IQ tersebut.

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, guru pembimbing menyusun program bimbingan dan konseling untuk keseluruhan siswa secara umum, tidak ada program khusus untuk menangani siswa underachiever. Adapun untuk pelaksanaan konseling


(17)

diberikan kepada siswa yang diduga siswa underachiever dan memerlukan penanganan secepatnya

Proses pendidikan khususnya di lingkungan sekolah hendaknya berfungsi memberikan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk senantiasa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berkaitan dengan fungsi tersebut sekolah hendaknya dapat memberikan bantuan agar setiap individu dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah dalam pemberian bantuan pada siswa underachiever adalah dengan cara mengembangkan kemampuannya kebiasaan belajar yang positif adalah belajar seraca teratur, disiplin, dan penuh kosentrasi dalam mengikuti pelajaran, membaca buku-buku pelajaran, melatih diri, mendengarkan pelajaran, tidak pernah absen, dan menyimpan pelajaran serta memelihara peralatan yang diperlukan untuk menunjung kegiatan belajar.

Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan di lingkungan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengaktualisasikan potensinya. Dalam hal ini bimbingan dan konseling adalah upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Supaya layanan dapat benar-benar mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa, maka pelaksanaannya harus berdasarkan pada kebutuhan dan permasalahan siswa yang dibimbing. Salah satu layanan yang dapat diberikan adalah bimbingan belajar yang biasanya melingkupi ranah akademik siswa.


(18)

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai “Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa

Underachiever

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah secara umuma adalah: Bagaimana bentuk program bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar bagi siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Secara khusus rumusan masalah penelitian ini diturunkan menjadi tiga pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013.

2. Bagaimanakah program bimbingan belajar yang diduga efektif untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3. Bagaimana efektivitas program bimbingan belajar meningkatkan dalam kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui program bimbingan belajar efektif dalam membantu siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan


(19)

UPI Bandung. Untuk lebih spesifik tujuan penelitian ini mengungkap dan menganalisis hal-hal berikut.

1. Gambaran umum kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun 2012/2013.

2. Terumuskannya program bimbingan yang secara hipotetik dapat meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3. Mengetahui seberapa besar keefektifan program bimbingan belajar alternatif dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah diperolehnya konsep-konsep tentang siswa underachiever serta program bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar yang dapat dijadikan rujukan pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya pada bidang bimbingan belajar. 2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian dan pengembangan program ini memiliki beberapa manfaat adalah sebagai berikut.

a. Bagi pihak sekolah. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah untuk lebih memperhatikan unsur-unsur pengembangan potensi yang dimiliki siswa.


(20)

b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling, program bimbingan yang secara hipotetik efektif untuk membantu siswa underachiever di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dalam pembuatan program bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar yang positif untuk membantu siswa agar terhindar dari underachiever.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai permasalahan tentang underachiever yang dikaji dalam konteks kebiasaan belajar yang dimilikinya yang secara signifikan dapat dikaji pada penelitian selanjutnya.

E. Hipotesis

Berdasarkan pengamatan data sementara, maka hipotesis yang disusun adalah terdapat peningkatan kebiasaan belajar siswa underachiever setelah dilakukan bimbingan belajar di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalah yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian yang mengenai kebiasaan belajar siswa underachiever yang diuraikan secara gamblang kemudian dibuat program bimbingan dan konseling untuk membantu siswa underachiever dalam upaya meningkatkan kebiasaan belajar siswa yang pasitif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatatn data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik). Pendekatan kualitatif dipilih untuk mendapat gambaran dari kebiasaan belajar siswa underachiever.

B. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian pengembangan model program hipotetik dalam upaya meningkatkan kebiasaan belajar siswa dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.


(22)

1. Studi Pendahuluan

Dalam studi pendahuluan langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a) Melakukan kajian teoretis untuk menyusun kerangka teoretik tentang karakteristik siswa underachiever dilihat dari kebiasaan belajar, serta konsep tentang program bimbingan belajar yang baik. b) Melakukan survei mengenai keberadaan siswa underachiever dan

upaya bantuan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran atau guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever ke arah yang lebih positif.

c) Pengumpulan dan pengolahan data IQ dan hasil ulangan umum siswa semester dua II) tahun ajarann 2012/2013.

2. Penyusunan rancangan: pengusunan rancangan model hipotetik bagi siswa underachiever melalui peningkatakan kebiasaan belajar siswa. Program ini didasarkan atas karakteristik siswa underachiever dalam mengembangkan kebiasaan belajar siswa yang positif.

3. Uji validitas rasional program hipotetik. Program hipotetik yang disusun dan divalidasi oleh 2 orang pakar dan 2 orang guru bimbingan dan konseling di sekolah tempat penelitian.

4. Tahap penyempurnaan program. Berdasarkan hasil uji validitas rasional, akhirnya program tersebut disempurnakan sebagai program hipotetik yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.


(23)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pengertian siswa Underachiver

Rimm (Del Siegle & MeCoah, 2008) mengatakan bahwa ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Reis dan MeCoah (Robinson, 2006) mendefenisikan underachieverment sebagai kesenjangan akut antara potensi (expected achieverment) dan prestasi yang diraih (actual achievement)

Surya (1983:73) mengemukan bahwa siswa yang tergolong underachiever atau berprestasi kurang adalah siswa yang memiliki potensi tergolong tinggi tapi prestasi belajarnya rendah atau di bawah dari yang sebenarnya.

Peters & VanBoxtel (1999) underachieverment dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah yang diukur dengan tingkat kelas dan hasil evaluasi mengajar guru.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dalam penelitian ini adalah siswa underachiever kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013, yang memiliki kesenjangan antara potensi yang dimiliki dengan prestasi belajar yang ditampilkannya, potensi awal yang dimiliki siswa sebagai modal awal dalam melakukan proses belajar di sekolah diukur dengan menggunakan tes intelegensi, sedangkan prestasi akademik yang ditampilkan di sekolah diukur dengan nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru. Prestasi aktual siswa dalam penelitian ini mengacu pada nilai ulangan umum semester dua (II) yang didapati siswa tahun ajaran 2012/2013, karena nilai tersebut merupakan manifestasi dari seluruh kegiatan belajar siswa di sekolah.


(24)

Secara operasional penentuan jumlah siswa underachiever didasarkan kereteria perkembangan antara IQ dengan proses perbandingan dalam tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata pelajaran di bawah rata-rata kelompok (total/kelasnya masing-masing)

2. Kebiasaan Belajar

Untuk mencapai keberhasilan berbagai pekerjaan dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu yang terbentuk melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan dengan tuntutan pekerjaan itu.

Kebiasaan belajar siswa menunjuk pada kecenderungan dan kemampuan siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar sesuai dengan tuntutan sebagai siswa. Dirnensi yang terkait dengan kebiasaan belajar siswa dalam penelitian ini mengacu pada Survey of Study Habits and Attittudes, disingkat SSHA yang telah disadur oleh Sulaeman (1984:71). Adalah sebagai cara atau teknik-teknik yang menetap yang dilakukan siswa pada waktu ia menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut.

Kebiasaan belajar dalam penelitian ini secara operasional adalah cara-cara belajar yang dilakukan siswa secara berulang-ulang dalam mengikuti pelajaran di sekolah, mengkaji ulang pelajaran di rumah, dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kebiasaan belajar tersebut dilakukan dengan mengikuti teknik-teknik tertentu sehingga terbentuk pola belajar efektif yang ditandai dengan munculnya aspek-aspek sebagai berikut.


(25)

a) Keteraturan yaitu kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan aturan, secara operasional ditandai dengan adanya indikator, (1) mengikuti pelajaran secara teratur, (2) menyimpan dan memelihara secara teratur alat perlengkapan untuk belajar, dan (3) membiasakan membaca buku-buku pelajaran.

b) Disiplin yaitu ketaatan atau kepatuhan terhadap rencana kerja yang telah ditentukan, secara operasional ditandai adanya indikator, (1) disiplin dalam menetapkan penguasaan materi pelajaran, (2) disiplin dalam menyelesaikan tugas di rumah maupun di sekolah, dan (3) disiplin dalam melaksanakan terhadap jadwal belajar yang telah dibuat.

c) Konsentrasi yaitu pemusatan pikiran terhadap aktivitas belajar yang sedang dilakukan dengan mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan belajar, secara operasional ditandai dengan adanya indikator (1) mampu berkonsentrasi ketika belajar di sekolah dan di rumah.

Kebiasaan belajar dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan angket yang disusun oleh Luthfiyani (2010) berdasarkan aspek-aspek kebiasaan belajar efektif yang dikemukakan oleh Gie (1995).

3. Program Bimbingan Belajar Bagi Siswa Underachiever

Pada penelitian program bimbingan bagi siswa underachiever yang dimaksud adalah program yang disusun secara sistematis, terencana, terarah dan


(26)

terpadu untuk membantu siswa underachiver kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahuna ajaran 2012/2013 dalam mengembangkan kebiasaan belajar yang positif yang disesuaikan dengan karakterisik dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Tujuan dari program yaitu proses merancang kegiatan bimbingan yang tepat dan terpadu untuk membantu siswa underachiever. Dasar pengembangan program bimbingan mengacu pada data empiris mengenai karakteristik siswa underachiever dilihat dari konsep kebiasaan belajarnya. Struktur program yang dirancang sebagai berikut.

a) Dasar pemikiran yaitu latar belakang pentingnya disusun program bimbingan bagi siswa underachiever kelas VIII di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

b) Tujuan program yang akan dikembangkan yaitu untuk meningkakan siswa underachiever dalam hal kebiasaan belajar.

c) Jenis layanan bimbingan belajar yang dikembangkan yaitu jenis layanan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa underachiever dalam hal kebiasaan belajar. Media bimbingan menggunkan Satuan layanan Bimbingan dan Konseling. Kegiatan layanan bimbingan dengan menggunakan bimbingan klasikal dan kelompok.

d) Sasaran program bimbingan belajar yaitu siswa kelas VIII di SMP Laboratorium Perscontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.


(27)

e) Strategi pelaksanaan program dilakukan melalui setting individual dan kelompok.

f) Personel yang terlibat dalam pelaksanaan program bimbingan anta lain adalah guru pembimng dan guru bidang studi SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, orang tua siswa dan pihak-pihak yang dapat mendukung dalam proses bimbingan.

g) Struktur program terdiri atas rasional , landasan empirik, landasan yuridis, visi dan misi, tujuan, komponen-komponen program, rencana operasional,

pengembangan tema/topik, pengembangan satuan layanan, evaluasi dan anggaran.

h) Evaluasi yang dilakukan yaitu mencakup evaluasi program dan hasil.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pengambilan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu penentuan subjek atas pertimbangan peneliti, subjek-subjek yang dikehendaki telah ada dalam anggota subjek yang diambil. Subjek penelitian yang diambil dari siswa underachiever kelas VIII, SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, dengan alasan sebagai berikut.

1) Siswa kelas VIII termasuk remaja awal. Salah satu fase yang diawali dengan kecenderungan menghindari dan keinginan bergaul dengan teman tetapi bersifat temporer.


(28)

2) Masa remaja awal juga merupakan masa yang kritis identitasnya, yaitu dipengaruhi oleh kondisi psikososial, yang akan membentuk kepribadian siswa

3) Berdasarkan informasi dari guru pembimbing dan observasi selama PPL di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung rentan terjadinya masalah kebiasaan belajar siswa.

4) Peningkatan dalam upaya membantu siswa yang mengalami masalah dalam hal kebiasaan belajar sebaiknya dilakukan dari awal agar tidak menghambat perkembangan dan lingkungan sosial siswa.

5) Pada masa remaja awal merupakan proses belajar di sekolah, dengan demikian seandainya ditemukan gejala underachiverment akan sangat mungkin untuk dikurangi atau bahkan dihilangkan.

Dalam penelitian ini ditententukan berdasarkan IQ siswa, dibandingkan dengan nilai-hasil ulangan umum semester dua (II) tahun 2012/2013. Penentuan jumlah siswa underachiever didasarkan kereteria perbandingan antara IQ dengan nilai hasil dalam tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata pelajaran di bawah rata-rata kelompok (total/kelasnya masing-masing).

Dari perbandingan antara nilai IQ dengan nilai hasil ulangan umum yang diperoleh masing-masing siswa dari 56 siswa, maka siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 siswa. Rincian disajikan subjek penelitian dalam Tabel 3.1 sebagai berikut.


(29)

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Kelas Jumlah Jumlah siswa Underachiever

1 VII-A 19 2

2 VII-B 19 6

3 VII-C 18 6

Jumlah Total 56 14

Sumber: Asli Data SMP Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Kelas VIII

E. Pengembangan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penelitian akan menggunakan data yang diambil dari alat ukur berupa angket yang digunakan sebagai alat pengumpul data dan sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Alat pengumpulan data dikembangkan berdasarkan skala kebiasaan belajar siswa underachiever yang dikembangkan oleh Gie (1995) dengan beberapa adaptasi sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Jenis instrumen pengukap kebiasaan belajar siswa dalam penelitian ini adalah angket tertutup format force choice dengan alternatif responden pernyataan hanya dua, yaitu Ya atau Tidak.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kebiasaan belajar siswa dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Selanjutnya dijabarkan dalam bentuk item pernyataan. Adapun kisi-kisi instrumen untuk


(30)

mengunkap kebiasaan belajar siswa underachiever adalah dijabarkan dalam bentuk Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Belajar Siswa (Sebelum Uji Coba )

No Aspek Indikator Item JML

(+) (-)

1. Keteraturan a. Mengikuti pelajaran secara teratur

1,3,5, 6,7

2,4,8,9 9 b. Menyimpan dan memelihara

secara teratur perlengkapan belajar

10, 13 11,12 4

c. Membiasakan membaca buku pelajaran

14 15,16,1 7,

4 2. Disiplin a. Disiplin dalam memantapkan

penguasaan materi pelajaran

18,19, 20,22, 23

21 6

b. Disiplin dalam melaksanakan jadwal pelajaran yang telah dibuat

24,26, 28

25,27 5

c. Disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah 29,30, 32,33, 35 31,34, 36 8

3. Konsentrasi Mampu berkonsentrasi ketika belajar di sekolah dan di rumah 37,40, 41,42 38,39, 43 7

Jumlah 25 18 43

2. Uji Coba Alat Pengumpul Data

a. Penimbang Butir Pernyataan ( Judgemen Instrumen)

Sebelum alat pengumpul data (instrumen) tersebut diujicobakan, langkah

yang harus dilakukan adalah meminta dua dosen penimbang (judgement) instrumen yang telah dibuat untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut dan untuk penyempurnaan instrumen penelitian. Selain itu juga untuk melihat kesesuaian


(31)

antara isi instrumen setiap pernyataan dengan indikator nilai yang diukur oleh butir pernyataan tersebut berdasarkan variabelnya.

Penimbang butir pernyataan ini dilakukan oleh dua orang dosen penimbang PPD FIB UPI, yaitu Drs. Nurhudaya, M.Pd dan Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. Hasil penimbang untuk instrumen kebiasaan belajar dari 52 item, maka yang dapat dipergunakan untuk penelitian hanya 43 item.

b. Uji Keterbacaan Item

Melakukan uji keterbacaan instrumen dilakukan pada siswa SMP Ciajur, maksud dalakuan uji keterbacaan item-item instrumen yaitu untuk mengetahui pemahaman, persepsi dari isi setiap item baik dari segi kata-kata maupun kalimat dalam pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian dirivisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Berkaitan dengan uji validitas instrumen, Arikunto (2006:168) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan dan kesahian suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan sesuai untuk mendapatkan data, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Setelah divalidisi masing-masing item diuji, selanjutnya instrumen tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa


(32)

sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai lat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas berhubungan dengan tingkat keterhandalan instrumen yang dibuat

1) Uji Coba Validitas Alat Pengumpul Data

Dalam menguji validitas instrumen kebiasaan belajar, peneliti menggunakan rumus korelasi point biseral, karena bentuk itemnya adalah dichhotomous (corret/incorrect, true/false), rumusnya sebagai berikut.

( Arikunto, 2006:283) Keterangan

= Koefisein korelasi point biseral

= Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes

= Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes) S = Standar deviasi skor total

P = Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut Q = 1 -p

Hasil perhitungan melalui rumus di atas dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 diperoleh 32 item yang valid dari 43 item uji coba. Artinya item yang dibuang karena tidak signifikan sehingga tidak dapat digunakan untuk pengumpulkan data penelitian. Hasil uji coba instrumen kebiasaan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3


(33)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Kebiasaan Belajar

No. Item R hitung R tabel Keterangan

1 -0,071 0,254 Tidak Valid

2 0,589 0,254 Valid

3 0,283 0,254 Valid

4 0,452 0,254 Valid

5 -0,028 0,254 Tidak Valid

6 0,048 0,254 Tidak Valid

7 0,272 0,254 Valid

8 0,388 0,254 Valid

9 0,222 0,254 Tidak Valid

10 0,047 0,254 Tidak Valid

11 0,534 0,254 Valid

12 0,317 0,254 Valid

13 0,256 0,254 Valid

14 0,483 0,254 Valid

15 0,557 0,254 Valid

16 0,603 0,254 Valid

17 0,151 0,254 Tidak Valid

18 0,246 0,254 Tidak Valid

19 0,591 0,254 Valid

20 0,671 0,254 Valid

21 0,395 0,254 Valid

22 0,339 0,254 Valid

23 0,679 0,254 Valid

24 0,18 0,254 Tidak Valid

25 0,56 0,254 Valid

26 0,423 0,254 Valid

27 0,379 0,254 Valid

28 0,555 0,254 Valid

29 0,599 0,254 Valid

30 0,535 0,254 Valid

31 0,564 0,254 Valid

32 -0,425 0,254 Tidak Valid

33 0,574 0,254 Valid

34 0,598 0,254 Valid


(34)

36 0,187 0,254 Tidak Valid

37 0,39 0,254 Valid

38 0,548 0,254 Valid

39 0,563 0,254 Valid

40 0,127 0,254 Tidak Valid

41 0,418 0,254 Valid

42 0,333 0,254 Valid

43 0,489 0,254 Valid

Setelah dilakukan ujicoba angket, maka terdapat beberapa perubahan pada kisi-kisi instrumen kebiasaan belajar dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Belajar Siswa (Setelah Uji Coba )

No Aspek Indikator Item Jumlah

(+) (-)

1. Keteraturan a. Mengikuti pelajaran secara teratur

2,4 1,3,4 5 b. Menyimpan dan memelihara

secara teratur perlengkapan belajar

8 6,7 3

c. Membiasakan membaca buku pelajaran

9 10,11 3

2. Disiplin d. Disiplin dalam memantapkan penguasaan materi pelajaran

12,13, 15,16

14 5

e. Disiplin dalam melaksanakan jadwal pelajaran yang telah dibuat

18,20 17,19 4

f. Disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah 21,22, 24 23,25, 26 6 3. Kosentrasi Mampu berkonsentrasi ketika

belajar di sekolah dan di rumah 27,30, 31 28,29, 30 6

Jumlah 16 16 32

2. Uji Reliabelitas Item

Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) Koefisien


(35)

Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Arikunto, 2006:100) Keterangan

= reliabilitas tes secara keseluruhan

P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar Q = proporsi subjek yang menjawab iten dengan salah (q-1-p)

= jumlah hasil perkalian antara p dan q N = banyak item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Dengan Bantuan SPSS 16 for Windows ditemukan reliabilitas instrumen secara keseluruhan .

Cronbach's

Alpha N of Items

,862 43

Berdasarkan Guilford (Furqan, 1999) mengatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut. Dimana makin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, dan semakin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), sebagai berikut.


(36)

Tabel 3.5

Rentang Koefisien Reliabilitas Rentang Koefisien

Reliabilitas Kategori

Kurang dari 0,20 Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 0,20 - 0,39 Hubungan yang kecil (tidak erat)

0,40 - 0,70 Hubungan yang cukup erat 0,70 - 0,89 Hubungan yang erat (reliabil)

0,90 Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)

F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisi secara deskriptif dengan perhitungan statistik yaitu dengan memberi bobot skor pada item pernyataan instrumen penelitian. Kemudian untuk menyajikan data digunakan teknik persentase, penafsiran dan pemaknaan terhadap data tersebut dilakukan dengan mendeskripsikan data tersebut. Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut.

1. Menyeleksi Data

Seleksi data dimaksud ialah pemeriksaan kelengkapan semua data yang memadai untuk diolah, dimana data yang dimiliki kelengkapan dalam pengisian, baik identitas maupun jawaban. Data yang dianggap layak untuk diolah adalah yang lengkap baik kelengkapan identitas kelas, tingkat kelas maupun jawaban terhadap pernyataan yang dikemukakan.

2. Teknik Analisa Data

Analisa data digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berkaitan dengan gambaran tingkat kebiasan belajar siswa kelas VIII SMP


(37)

Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 sebelum dan setelah mengikuti layanan bimbingan belajar digunakan rumus.

+ 1.5 (SD) keatas berada dalam kategori sangat tinggi, antara + 1.5 (SD) sampai dengan + 0.5 (SD) berada pada kategori tinggi, antara + 0.5 (SD) sampai dengan - 0.5 (SD) berada pada kategori sedang, antara - 0.5 (SD) sampai dengan + 1.5 (SD) berada pada kategori rendah, san - 1.5 (SD) ke bawah berada pada kategori rendah sekali. Selanjutnya untuk memudahkan dalam melihat gambaran digunakan tiga kategori yanitu tinggi, rendah dan sedang. Tinggi sekali pada dasarnya berada pada kategori tinggi dan rendah sekali pada dasarnya berada pada kategori rendah.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian berkaitan dengan efektivitas layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiver kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi statistic dengan menggunakan uji Paired Samples Test, yaitu perbandingan data hasil skor rata-rata pretest dan posttest setelah dilakukan treatment. Selain skor rata-rata perbandingan juga digunakan data skor gain (selisih antara hasil pretest dan posttest)

3. Pemberian Skor

Pemberian skor terhadap kebiasan belajar siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung TahunAjaran 2012/2013 dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.


(38)

a) Mengelompokkan data kebiasaan belajar siswa kelas VIII

b) Jika item pernyataan positif dijawab Ya, maka jawaban tersebut diberi skor 1, dan jika sebaliknya diberi skor 0. Penyekoran pada tiap-tiap pernyataan dalam angket yang seluruhnya merupakan pernyataan positif dan negatif dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.6 Alternatif Jawaban

Jawaban Skor

Ya 1

Tidak 0

c) Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap sampel dan mencari besaran frekuensi dari setiap skor yang diperoleh dengan menggunakan bantuan Microsof Excel 2007 dan SPSS. 16.00.

G. Pengujian Asumsi Statistik

Untuk menguji pengaruh sebelum dan sesudah perlakukan program digunakan analisis SPSS 16.00 dengan teknik uji stasitisk Paired Samples T-Test Maksudnya analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakukan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi perlakukan dan pengukuran kedua dilakukan sesudahnya. Dasar pemikiran-nya apabila suatu perlakukan tidak memberikan pengaruh maka perbedaan rata-ratanya adalah nol (Thendradi, 2008:146).

Untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana dipaparkan dalam Bab I, penelitian ini dirumuskan dalam 3 pertanyaan penelitian. Pada dasarnyanya,


(39)

analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor satu dan dua dilakukan dengan menghitung persentase distribusi respons data terhadap masing-masing indikator dengan rumus sesuai yang dikemukan Cece Rakhmat & Sholehuddin (2006).

Skor yang digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat kebiasaan belajar pada penelitian ini adalah skor aktual.

H.Penyusunan Program Bimbingan 1. Proses Penyusunan Program

Proses penyusunan program bimbingan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Penyusunan Program

Penyusunan program dilakukan peniliti berdasarkan hasil analisis data penelitian. Hasil data analisis tersebut dijadikan sebagai landasan dalam penyusun program.

b)Validasi Program

Langkah berikut setelah melakukan penyusunan program adalah validasi program yang dilakukan oleh 2 orang ahli berkualifikasi doktor yaitu Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan Dr Ipah Saripah, M.Pd. Hasil validasi program sebagai rujukan dalam proses revisi penyusunan program bimbingan bagi siswa underachiever


(40)

2. Revisi Program

Tahap berikutnya revisi program yang telah divalidasi. Program yang dihasilkan diharapkan menjadi rekomondasi bagi guru layanan bimbingan di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

I. Alur Penelitian

Alur atau tahap penelitian dalam pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever dapat ditunjukan dalam Bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Studi Pendahuluan

Kajian Konsep

Penyusunan Rancangan Program Bimbingan

Pree-test (tes awal) dan angket Penyusunan Instrumen

Uji Validitas Instrumen

Pembahasan Analisis data Post-test (test akhir) Layanan Bimbingan Belajar

(Treatment) di Kelas VIII


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Secara umum kebiasaan belajar siswa underachiever kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013 berada pada katagori sedang. Perkembangan konsep kebiasaan belajar siswa underachiever belum berada pada taraf optimal.

2. Terdapat perbedaan capaian pada setiap aspek dan indikaor dari kebiasaan belajar yang sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi akademik di sekolah.

3. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator kebiasaan belajar dapat dijadikan landasan dalam pengembangan program siswa underachiever, namun yang menjadi prioritas adalah dua aspek yang terendah yaitu aspek keteraturan meliputi; membiasakan membaca buku pelajaran, dan aspek disiplin meliputi; disiplin dalam memantapkan materi pelajaran, dan disiplin dalam melaksanakan terhadap jadwal yang telah dibuat. Hasil uji kelayakan oleh pakar dan praktisi bimbingan dan konseling di lapangan, program bimbingan belajar yang disusun secara hipotetik efektif dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa underachiever.


(42)

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Profil siswa underachiever Sekolah Menengah Pertama yang dihasilkan penelitian ini merupakan salah satu potret perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa underachiever secara umum termasuk ke dalam katagori sedang. Namun dalam setiap aspek dan indikator terdapat tingkat perkembangan yang berbeda dan hampir semua aspek belum mencapai tingkat optimal.

Bagi pelaksanaan Layanan BK di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, profil tersebut dapat dimanifistasikan sebagai salah satu rujukan bagi pelaksanaan layanan bimbingan belajar di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dalam menyingkapi masalah siswa underachiever kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung, dapat dilaksanakan oleh konselor adalah sebagai berikut.

a) Bekerja sama dengan wali kelas dan guru bidang studi dalam mengidentifikasi siswa yang menunjukkan gejala siswa underachiever b) Melaksanakan analisis secara menyeluruh profil siswa underachiever

yang dihasilkan dalam penelitian.

c) Melakukan uji kelayakan program bimbingan bagi siswa underachiever yang dihasilkan dalam penelitian

d) Mengadaptasikan program bimbingan siswa underachiever yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan program bimbingan yang


(43)

tepat untuk mengatasi masalah underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang dilakukan mencoba mengungkapkan profil kebiasaan belajar siswa underachiever. Hasil penelitian ini dijadikan masukan atau rujukan data empirik dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah siswa underacheiever.

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusunan tesis dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:

a) Melakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan belajar siswa underachiever secara lebih mendalam.

b) Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dan mendalam meneliti masalah siswa underachiever

c) Mengmbangkan dan melaksanakan uji coba empiris program layanan Bimbingan bagi siswa underachiever pada setiap jenjang pendidikan ( SD, SMP, SMA, dan PT).


(44)

DAFTAR RUJUKAN

Ajeng. (2012). Karakteriskik siswa Underachiever. [Onlene]. Tersedia : http://ajenganjar.blogspot.com. Online : 12 Desember 2011.

Ali, L. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ardiansyah, A. (2011). Pengertian Kebiasaan Belajar. Tersedia : http://kabar-pendidikan.blogspot.com. Online : 12 Desember 2011.

Arikunto, Suharsini. (2006). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Delisie. (1992). Dealing with the Stereotype of Underachiverment. Tersedia di http://www.geocities.com/Athens?Crete?1019/Interests/delisle.html. Depdikbud. 1992). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdikbud.

Dimyanti dan Mudjiono. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali. (2008). Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Furqan. 1999). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gani, Abdul. (2000). Diagnosis Kesulitan Belajar, Remedial dan Bimbingan Konseling. Skripsi: Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Gie. (1995). Cara Belajar Yang Efisein. Jilid II Edisi ke 4. Yogyakarta:

Liberty Jokyakarta.

... (1988) Psikologi Pendidikan . Tarsito.

... (2000). Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Edisi II. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

... (2002). Cara Belajar Yang Efisien. Jilid I Edisi ke 5. Yogyakarta: PUBIB (Pusat Belajar Ilmu Berguna).

Hamalik,Oemar.( 2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hawadi. (2004). Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatn Belajar dan Anak


(45)

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompotensi: Bandung. Kusuma Karya

Lutfiany (2010). Perbandingan Kebiasaan Belajar Antara Siswa Berbakat Akademik Di Kelas Akselerasi Dengan Kelas Reguler. Skripsi. PBB FIB Bandung: Tidak diterbitkan.

McCoah, D. (2008). Understanding Underachievement: Recent Research on Underachievement.www.aare.edu.au.

Munandar. (1999). Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

... (2002). Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

... (2004) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.Sukmadinata.

Natawidjaja. (1987). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Depdikud.

... (1999). Pedoman Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

Nedi. (2008). Metode serta Media Pembelajaran. Tersedia di www. Indoskripsi.com.

Nurhayati. (2003). Beberapa Faktor Non Intelektual Yang Menyebabkan Siswa Berprestasi Kurang. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI: Tidak Diterbitkan

Nurihsan. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. ... (2006). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai latar

Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

Oxfordbrooks.ac.uk. (2006). Underachievement: What do We Mean by Underachievement?.[ Online] : 13 Maret 2012.

Panji. (2008). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Kecerdasan Terhadap Hasil Belajar. [Online]. Tersedia di http://semuatentangbelajar.blogspot.com/ Peters.WA, VanBoxtel. (1999). Irregular Error Pattern in Raven's Standar Progressive Matrices: a sign of underachievement in testing situation?. High ability studies Vol 10, No. 2.


(46)

Prayitno dan Amti Erman (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyitno. (2004). Pengembangan dan Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling. UNP: Sumatra Barat.

Rahmi. (2008). Anak Underachiver : Berpotensi Meski Tak Berprestasi. [Online]. Tersedia di http://halohalo.co.id/index2.php.

Rakhmat, Cece & Sholehuddin.M (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Andira.

Rimm, Silvia. B. (1986). Underachievement Syndrome Cause and Curse. Watertovn: Apple Publishing.

Rimm, Sylvia. (2000). Why Bright Kids Get Poor Grades. Alih bahasa: A Mangunhardjana. Jakarta. Grasindo.

Robinson, (2006). Undrachiver. [Online]. Tersedia di www.oxfordbrookkes.ac.uk Rosmelia. (2006). Bimbingan Belajar bagi Siswa Kelas Unggulan. Bandung:

Skripsi . Jurusan PPB FIB UPI. Tidak diterbitkan.

Runikasari. (2012). Motivasi Remaja Underachiever. [Online] Tersedia; http://www.lptui.com/artikel (5 Agustus 2012).

Sabili (1998). Beberapa faktor penyebab underachiver. Tersedia di (www.gwocities.com).

Salim (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Semiawan. ( 2004). Perkembangan Anak Usia Dini, Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulaeman. (1984). Sumbangan Kecerdasan, Motif Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi belajarAkademik Para Siswa SMA di Jawa Barat. Disertasi. Bandung. SPS IKIP Bandung.

Sulatri. (2008). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa. Bandung SPS BK.

Sulistiana. (2009). Program Bimbingan Belajar Siswa Underachiever. Skripsi PBB FIB Bandung: Tidak diterbitkan.


(47)

Sunarja. (1989). Prestasi Belajar Mahasiswa IAIN Dilihat dari Penyesuaian Akademik dan Kebiasaan Belajar. Tesis pada FPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

Surachmad. (1992: 83). Pengantar Penelitian Ilmiah : Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Surya. (1978). Pengaruh Faktor-Faktor Non-Intelektual Terhadap Gejala Prestasi Kurang. Disertasi FPS IKIP. Bandung. Tidak diterbitkan.

... (1978). Pengantar Psikologi Perkembangan. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan, FIP IKIP: Bandung.

... (1979 ). Pengaruh Faktor-Faktor non Intelektual Terhadap gejala Prestasi Kurang. Disertasi FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. ... (1983). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisi. ... (1992). Psikologi Pendidikan: Percetakan Offset : Bandung. Suryabrata, (1993), Strategi Belajar Mengajar. Bandung: IKIP Bandung. ... .(1997). Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Syah. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

... (2008),Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada Makmum. (2000). Psikologi Kepependidikan: Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syaodih. (2005). Bimbingan dan Konseling dalam Praktik. Bandung: Maestro. Tarmidi. (2008). Underachiver. [Online]. Tersedia di htt://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/underachiver/konsep guru siswa underachiver/(diakses 12 Maret 2012)

Trevallion. (2008). Underachievement: A Model For Improving Academic Direction In School. [Onlene]. Tersedia di (vvaare.edu.au).

Trihendradi. (2008). Analisis Data Statistik. Yogyakrta: C.V. Andi Offeset. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem


(48)

Walgito. (1995). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Edisi Ketiga: Yagyakarta: Andi Offiset.

Winkel. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia sarana

Withmore. (1980). Giftedness, conflict and underachievement. Boston: Allyn and Bacon.

Yusuf. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Roskadarya.

... (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.


(1)

tepat untuk mengatasi masalah underachiever di SMP Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang dilakukan mencoba mengungkapkan profil kebiasaan belajar siswa underachiever. Hasil penelitian ini dijadikan masukan atau rujukan data empirik dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah siswa underacheiever.

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusunan tesis dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:

a) Melakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan belajar siswa underachiever secara lebih mendalam.

b) Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dan mendalam meneliti masalah siswa underachiever

c) Mengmbangkan dan melaksanakan uji coba empiris program layanan Bimbingan bagi siswa underachiever pada setiap jenjang pendidikan ( SD, SMP, SMA, dan PT).


(2)

DAFTAR RUJUKAN

Ajeng. (2012). Karakteriskik siswa Underachiever. [Onlene]. Tersedia : http://ajenganjar.blogspot.com. Online : 12 Desember 2011.

Ali, L. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ardiansyah, A. (2011). Pengertian Kebiasaan Belajar. Tersedia : http://kabar-pendidikan.blogspot.com. Online : 12 Desember 2011.

Arikunto, Suharsini. (2006). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Delisie. (1992). Dealing with the Stereotype of Underachiverment. Tersedia di http://www.geocities.com/Athens?Crete?1019/Interests/delisle.html. Depdikbud. 1992). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdikbud.

Dimyanti dan Mudjiono. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali. (2008). Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Furqan. 1999). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gani, Abdul. (2000). Diagnosis Kesulitan Belajar, Remedial dan Bimbingan Konseling. Skripsi: Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Gie. (1995). Cara Belajar Yang Efisein. Jilid II Edisi ke 4. Yogyakarta:

Liberty Jokyakarta.

... (1988) Psikologi Pendidikan . Tarsito.

... (2000). Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Edisi II. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

... (2002). Cara Belajar Yang Efisien. Jilid I Edisi ke 5. Yogyakarta: PUBIB (Pusat Belajar Ilmu Berguna).

Hamalik,Oemar.( 2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hawadi. (2004). Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatn Belajar dan Anak


(3)

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompotensi: Bandung. Kusuma Karya

Lutfiany (2010). Perbandingan Kebiasaan Belajar Antara Siswa Berbakat Akademik Di Kelas Akselerasi Dengan Kelas Reguler. Skripsi. PBB FIB Bandung: Tidak diterbitkan.

McCoah, D. (2008). Understanding Underachievement: Recent Research on Underachievement.www.aare.edu.au.

Munandar. (1999). Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

... (2002). Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

... (2004) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.Sukmadinata.

Natawidjaja. (1987). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Depdikud.

... (1999). Pedoman Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

Nedi. (2008). Metode serta Media Pembelajaran. Tersedia di www. Indoskripsi.com.

Nurhayati. (2003). Beberapa Faktor Non Intelektual Yang Menyebabkan Siswa Berprestasi Kurang. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI: Tidak Diterbitkan

Nurihsan. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. ... (2006). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai latar

Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

Oxfordbrooks.ac.uk. (2006). Underachievement: What do We Mean by Underachievement?.[ Online] : 13 Maret 2012.

Panji. (2008). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Kecerdasan Terhadap Hasil Belajar. [Online]. Tersedia di http://semuatentangbelajar.blogspot.com/ Peters.WA, VanBoxtel. (1999). Irregular Error Pattern in Raven's Standar Progressive Matrices: a sign of underachievement in testing situation?. High ability studies Vol 10, No. 2.


(4)

Prayitno dan Amti Erman (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyitno. (2004). Pengembangan dan Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling. UNP: Sumatra Barat.

Rahmi. (2008). Anak Underachiver : Berpotensi Meski Tak Berprestasi. [Online]. Tersedia di http://halohalo.co.id/index2.php.

Rakhmat, Cece & Sholehuddin.M (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Andira.

Rimm, Silvia. B. (1986). Underachievement Syndrome Cause and Curse. Watertovn: Apple Publishing.

Rimm, Sylvia. (2000). Why Bright Kids Get Poor Grades. Alih bahasa: A Mangunhardjana. Jakarta. Grasindo.

Robinson, (2006). Undrachiver. [Online]. Tersedia di www.oxfordbrookkes.ac.uk Rosmelia. (2006). Bimbingan Belajar bagi Siswa Kelas Unggulan. Bandung:

Skripsi . Jurusan PPB FIB UPI. Tidak diterbitkan.

Runikasari. (2012). Motivasi Remaja Underachiever. [Online] Tersedia; http://www.lptui.com/artikel (5 Agustus 2012).

Sabili (1998). Beberapa faktor penyebab underachiver. Tersedia di (www.gwocities.com).

Salim (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Semiawan. ( 2004). Perkembangan Anak Usia Dini, Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulaeman. (1984). Sumbangan Kecerdasan, Motif Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi belajarAkademik Para Siswa SMA di Jawa Barat. Disertasi. Bandung. SPS IKIP Bandung.

Sulatri. (2008). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa. Bandung SPS BK.

Sulistiana. (2009). Program Bimbingan Belajar Siswa Underachiever. Skripsi PBB FIB Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

Sunarja. (1989). Prestasi Belajar Mahasiswa IAIN Dilihat dari Penyesuaian Akademik dan Kebiasaan Belajar. Tesis pada FPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

Surachmad. (1992: 83). Pengantar Penelitian Ilmiah : Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Surya. (1978). Pengaruh Faktor-Faktor Non-Intelektual Terhadap Gejala Prestasi Kurang. Disertasi FPS IKIP. Bandung. Tidak diterbitkan.

... (1978). Pengantar Psikologi Perkembangan. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan, FIP IKIP: Bandung.

... (1979 ). Pengaruh Faktor-Faktor non Intelektual Terhadap gejala Prestasi Kurang. Disertasi FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. ... (1983). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisi. ... (1992). Psikologi Pendidikan: Percetakan Offset : Bandung. Suryabrata, (1993), Strategi Belajar Mengajar. Bandung: IKIP Bandung. ... .(1997). Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Syah. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

... (2008),Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada Makmum. (2000). Psikologi Kepependidikan: Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syaodih. (2005). Bimbingan dan Konseling dalam Praktik. Bandung: Maestro. Tarmidi. (2008). Underachiver. [Online]. Tersedia di htt://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/underachiver/konsep guru siswa underachiver/(diakses 12 Maret 2012)

Trevallion. (2008). Underachievement: A Model For Improving Academic Direction In School. [Onlene]. Tersedia di (vvaare.edu.au).

Trihendradi. (2008). Analisis Data Statistik. Yogyakrta: C.V. Andi Offeset. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem


(6)

Walgito. (1995). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Edisi Ketiga: Yagyakarta: Andi Offiset.

Winkel. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia sarana

Withmore. (1980). Giftedness, conflict and underachievement. Boston: Allyn and Bacon.

Yusuf. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Roskadarya.

... (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE INFORMATION SEARCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe)

4 60 151

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 188

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 8 67

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA, KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 2 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 11 87

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 5 35

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SIRAMPOG BREBES TAHUN AJARAN 2015 2016

1 16 245

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA SMP EMPU TANTULAR SEMARANG

0 6 27

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 18 71

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

0 1 15

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEBIASAAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 12 YOGYAKARTA

0 0 10