PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Komang Widre

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester

Genap Tahun Pelajaran 2012/2013). Oleh

Komang Widre

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung karena pembelajaran yang masih terpusat pada guru di kelas. Siswa bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar kurang memuaskan. Dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk belajar secara aktif dalam kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar dan (2) hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan cara membagi kelompok berdasarkan kemampuan akademik, memberikan presentasi singkat mengenai materi belajar, membagikan LKS kepada kelompok untuk


(3)

Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar diketahui bahwa persentase aktivitas siswa siklus I sebesar 50% siswa aktif, pada siklus II meningkat 19% menjadi 69% siswa aktif, dan pada siklus III meningkat sebesar 12% menjadi 81% siswa aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 68,74 dengan persentase ketuntasan belajar 50%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 5,51 menjadi 74,25 dengan 68,75% siswa tuntas belajar, dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali meningkat sebesar 6,69 menjadi 80,94 dengan persen-tase ketuntasan belajar 75%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULIAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 9

3. Aktivitas Belajar ... 11

4. Hasil Belajar ... 13

B. Kerangka Pikir ... 14

C. Hipotesis Tindakan... 16

III.METODE PENELITIAN A. Setting penelitian ... 17

B. Faktor-Faktor yang Diteliti ... 17

C. Data Penelitian ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 18

E. Instrumen Penelitian ... 19

F. Teknik Analisis Data ... 20

G. Pelaksanaan Tindakan ... 22

H. Indikator Keberhasilan ... 26

IV.HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 27

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 30

3. Hasil Penelitian Siklus III ... 33


(7)

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan-tujuan yang diharapkan telah tercapai. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang ikut mempengaruhi siswa seperti lingkungan, teman, keluarga, tenaga pendidik, dan metode pembelajaran. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi, minat, perhatian, dan aktivitas siswa.

Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas belajar dan mengajar. Oleh sebab itu, metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Aktivitas memegang peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar atau proses belajar. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan aktivitas adalah adanya kerjasama dan hubungan baik antara guru dan siswa serta perhatian dari guru dan orangtua. Dengan memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


(9)

aktivitas, maka seorang guru dapat memilih model yang tepat dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 siswa, ditemukan bahwa aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah, memberi contoh soal, memberi soal latihan kemudian diakhiri dengan pemberian tugas pekerjaan rumah kepada siswa. Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif. Siswa hanya mencatat materi dan contoh soal yang dituliskan di papan tulis, kemudian mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Aktivitas yang ditunjukkan siswa pada semester ganjil tersebut berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa. Hal ini tampak pada pencapaian rata-rata nilai matematika pada ujian mid semester yaitu sebesar 68,44 dan yang mendapat nilai matematika lebih besar atau sama dengan 72,00 hanya enam siswa atau 37,5 %. Sedangkan pada ujian semester, rata-rata nilai matematika adalah 65,25 dan yang mendapat nilai matematika lebih besar atau sama dengan 72,00 hanya lima siswa atau hanya 31,25 %. Persentase tersebut masih jauh di bawah standar ketuntasan yang ditetapkan pihak sekolah terhadap pelajaran matematika , yaitu minimal 70% siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 72,00.

Hasil tersebut menggambarkan bahwa proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada semester ganjil belum berhasil. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa. Salah satu upaya


(10)

3

yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dari segi akademiknya. Hal ini membuat siswa yang kurang jelas dalam memahami materi pelajaran dapat bertanya atau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena tugas yang diberikan guru menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Slavin (2005 : 143) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang cocok untuk para guru yang akan memulai model pembelajaran kooperatif karena model ini paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan atau presentasi materi oleh guru. Selanjutnya, siswa diminta untuk berkumpul dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka memantapkan pemahaman terhadap konsep yang sudah diberikan oleh guru.

Kelompok adalah bagian yang paling penting dalam STAD. Setiap anggota kelompok harus melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Dalam belajar secara kelompok, setiap anggota kelompok bertanggung jawab agar setiap


(11)

individu di dalam kelompok benar-benar telah memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan untuk mempersiapkan anggotanya bisa mengerjakan tes dengan baik.

Keberhasilan suatu kelompok sangat dipengaruhi oleh anggota kelompok, karena setiap anggota akan menyumbangkan nilainya untuk menentukan poin peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru memberikan tes kepada masing-masing siswa. Pada saat tes, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

Poin sumbangan anggota ke kelompoknya ditentukan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin sumbangan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya dibandingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan adanya pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar matematika.

Berdasarkan keterangan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Apabila siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung menjadi lebih aktif, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.


(12)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, memberikan pengalaman tentang solusi dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika.

2. Bagi siswa, mengembangkan sikap kerja sama, bertanggung jawab, dan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan suasana baru dalam pembelajaran matematika sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat diantaranya sebagai berikut :

a) Meningkatkan kebersamaan siswa. b) Meningkatkan kreativitas siswa.

c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

d) Meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat dan sikap menghargai pendapat kelompok lain.


(13)

3. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah tempat penelitian yaitu SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu presentasi singkat oleh guru, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

2. Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari memper-hatikan penjelasan guru, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok, mempresenta-sikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil perolehan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD yang ditunjukan dari nilai yang diperoleh siswa pada tes dengan materi Statistika untuk setiap akhir siklus.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Menurut Lie (2002: 2)

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan ke-sempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa untuk belajar dalam kelompok dimana guru sebagai fasilitator harus mampu mengkondisikan siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok masing-masing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slavin (2005: 284) yang mengatakan :

Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran,


(15)

menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut mencapai hasil belajar yang tinggi

Model pembelajaran kooperatif menurut Arends (2007: 5) ditandai oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan yang kooperatif. Siswa dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu. Pembelajaran kooperatif memiliki bagian-bagian berikut ini :

a) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

b) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

c) Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender. d) Sistem penghargaannya berorientasi kelompok maupun individu.

Dari penjelasan dan teori-teori di atas dapat disimpukan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif yang dilakukan dalam kelompok ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada temannya yang lebih memahami. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan menangani konsep-konsep yang sukar jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.


(16)

9

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri dari mengajar, belajar dalam kelompok, tes, dan pemberian penghargaan terhadap kelompok. Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005 : 143) adalah sebagai berikut.

a. Presentasi Kelas

Materi pelajaran disampaikan pada presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang dipelajari siswa dalam tugas kelompok, sehingga siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan tes, dan skor tes menentukan poin kelompok.

b. Belajar Kelompok

Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang. Tiap kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama dari kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan tes dengan baik. Oleh sebab itu, setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya.


(17)

c. Tes

Tes diberikan setelah dilakukan beberapa pertemuan presentasi. Tes diberikan secara individu, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakannya.

d. Poin Peningkatan Individual

Setelah tes diberikan dan diperiksa, selanjutnya hasil dari tes ini dibandingkan dengan skor pencapaian sebelumnya. Skor tes ini akan diberikan poin peningkatan sesuai dengan kriteria peningkatan. Kriteria pemberian poin peningkatan menurut Slavin (2005:159) dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 - 1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

e. Penghargaan Kelompok

Kelompok akan mendapat penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus: Pk Kelompok Anggota Banyaknya Kelompok Anggota Setiap n Peningkata Poin Jumlah  Keterangan :


(18)

11

Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat tiga penghargaan yang diberikan. Kriteria penghargaan kelompok tersebut menurut Trianto (2007: 56) seperti pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok.

Kriteria Predikat Kelompok

0 ≤ Pk ≤ 5 -

5< Pk ≤ 15 Tim baik

15 < Pk ≤ 25 Tim hebat

Pk > 25 Tim super

3. Aktivitas Belajar

Banyak ahli yang memberikan pendapatnya mengenai belajar. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seorang individu untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar. Hamalik (2001:27), mengatakan :

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Kemudian ditambahkan Sardiman (2003 : 21) yang mengemukakan :

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Selanjutnya, Abdurrahman (1999 : 28) mengatakan :

Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.


(19)

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu hasil belajar melalui serangkaian kegiatan.

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari pelaku belajarnya. Menurut Diedrick (dalam Sardiman, 2003:101), aktivitas belajar adalah aktivitas yang melibatkan mental dan fisik. Aktivitas tersebut meliputi:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4. Writing activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.

5. Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grifik, peta, diagram.

6. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, berkebun, bermain dan beternak.

7. Mental activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari


(20)

13

guru, mengerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok, mempre-sentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dimyati ( 1994:3), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan kegiatan pembelajaran. Dari sisi guru, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Slameto (2003 : 51) mengemukakan :

Hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh laporan tentang hasil pembelajaran yang dicapai siswa.

Selain itu, Hamalik (2001:8) mengatakan :

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis/ budi pekerti, dan sikap.

Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar siswa adalah laporan pencapaian tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku, selain itu hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Melalui hasil belajar siswa juga dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.


(21)

Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek kognitif.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar secara kelompok, setiap kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok didasarkan pada skor yang diperoleh setiap siswa sehingga kelompok tersebut bersifat heterogen terutama dari segi kemampuannya.

Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini, maka siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, menyelesai-kan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tujuan dari pembentukan kelompok ini untuk lebih memotivasi siswa agar memiliki tanggung jawab dalam menguasai materi, belajar kelompok, melakukan aktivitas bersama, dan mempunyai kesem-patan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang terbaik kepada kelompoknya karena menjadi tanggung jawab bersama, sehingga aktivitas dari setiap anggota dapat meningkat.


(22)

15

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, poin peningkatan individu akan memberikan hasil yang lebih baik jika mereka bekerja lebih giat dan memper-lihatkan prestasi yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sehingga poin peningkatan individu pun meningkat. Poin peningkatan individu ini akan sangat berpengaruh terhadap pemberian penghargaan kelompok. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan sesuai dengan poin peningkatan kelompok.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih diharapkan mengajarkan kepada anggota kelompok yang kemampuannya lebih rendah. Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan didapat siswa. Sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanya-kan materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan baik. Dengan demikian, siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan dapat memahami materi yang diajarkan secara bertahap melalui temannya yang lebih tinggi kemampuannya sehingga siswa yang memiliki kemampuan ren-dah akan bisa mendapatkan hasil yang baik dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe STAD akan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga hasil yang didapat siswa pun akan meningkat. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(23)

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013”.


(24)

III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa yang terletak di Jalan Pangeran Emir M. Noer no. 33 Palapa, Tanjung Karang, Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan subyek penelitian ini adalah kelas VIIIB yang memiliki jumlah 16 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Dalam kelas ini terdapat seorang siswa laki-laki yang berwarganegara asing, sehingga dalam berkomunika- si perlu adanya penerjemahan materi dan soal ke dalam bahasa inggris. Namun sejauh ini, peneliti dan siswa lain yang berada dalam kelas ini tidak mengalami masalah dalam hal berkomunikasi dengan siswa tersebut.

B. Faktor-Faktor yang Diteliti

Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah: (1) Aktivitas belajar matematika siswa


(25)

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Aktivitas belajar siswa, merupakan hasil pengamatan selama proses belajar mengajar

2. Hasil belajar matematika siswa. Data hasil belajar berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi dan tes. 1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pengajar dan aktivitas siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan dengan tindakan. Data aktivitas siswa diperoleh dengan bantuan seorang observer yang akan mengamati setiap aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar observasi dan setiap aktivitas siswa akan ditandai dengan tanda √. Data aktivitas yang berdasarkan angka dinilai dan dilihat sesuai dengan aktivitas yang siswa dilakukan. Nilai maksimal diambil melalui standar yang ditetapkan oleh observer.

2. Tes

Tes diberikan oleh peneliti adalah tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan. Pemberian tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep, kemudian hasilnya digunakan untuk menentukan anggota kelompok. Tes akhir diberikan dengan cara meminta setiap siswa untuk menjawab


(26)

19

lembar tes secara individual. Tes ini dilakukan untuk menentukan poin peningkatan individu untuk menentukan status suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. Tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi aktivitas siswa disiapkan oleh peneliti dan dengan bantuan observer kemudian digunakan untuk mengamati aktivitas siswa. Lembar observasi berbentuk lembaran tabel yang berisi nama kelompok, nama anggota dan jenis aktivitas yang akan diamati oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati sebagai berikut:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru c. Mengerjakan LKS

d. Berdiskusi antara siswa dalam kelompok

e. Mempresentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi 2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak termasuk dalam lembar observasi. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti dan berbentuk lembaran catatan. Catatan lapangan ini digunakan oleh observer dalam mencatat perilaku khusus yang ditunjukkan siswa dan permasalahan yang


(27)

dapat dijadikan perkembangan bagi pelaksanaan langkah berikutnya ataupun masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai.

3. Perangkat tes

Perangkat tes dibuat oleh peneliti dan berbentuk lembaran soal-soal yang akan diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus. Soal-soal yang dipakai harus memenuhi uji validitas isi. Oleh sebab itu, isi perangkat tes yang dibuat akan dikonsultasikan dahulu.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Siswa

Siswa dikatakan aktif melakukan aktivitas ke-i jika siswa tersebut melakukan aktivitas ke-i lebih dari 70 % dari frekuensi pengamatan yang ditetapkan dan

dibe-ri tanda √. Jumlah aktivitas yang dilakukan siswa pada pertemuan setiap siklusnya akan dicatat untuk mendapatkan persentase aktivitas. Penghitungan persentase aktivitas pada setiap siklus digunakan rumus:

% 100

 

A Ai PAi

Keterangan:

PAi = Persentase aktivitas siswa pada siklus ke-i

Ai = Jumlah aktivitas siswa yang muncul pada siklus ke-i A = Jumlah aktivitas yang diamati

Siswa dikatakan aktif pada suatu siklus jika persentase aktivitas yang dilakukan mencapai lebih dari 70 %. Persentase siswa yang aktif selanjutnya dihitung dengan rumus:


(28)

21

 100%

S Sa PSa Keterangan:

PSa = Persentase siswa aktif Sa = Jumlah siswa aktif

S = Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran

2. Analisis Data Hasil Belajar

Data hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh dengan rata-rata nilai tes yang diberikan setelah tindakan selesai dilakukan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

S T x   s

Keterangan :

x = nilai rata-rata kelas

s

T

 = jumlah nilai tes seluruh siswa S = jumlah siswa yang mengikuti tes

Presentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus dihitung dengan rumus:

PSt = S St

x 100%

Keterangan:

PSt = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke-j

St = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 pada siklus ke-j S = Jumlah siswa yang mengikuti tes


(29)

G. Pelaksanaan Tindakan

Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi : a. Tahap pra-penelitian

1) Tes awal

Tes ini diberikan untuk mendapatkan skor dasar yang akan digunakan untuk menentukan poin setiap individu. Nilai tes awal diambil dari nilai semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

2) Pembentukan kelompok

Poin yang sudah didapat kemudian diurutkan untuk membentuk kelompok dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin.

3) Penjelasan STAD

Menjelaskan maksud serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif STAD kepada seluruh siswa di kelas secara terperinci dengan harapan siswa memahami setiap ketentuan yang berlaku dalam suatu kelom-poknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap siswa dalam suatu kelompok adalah sebagai berikut:

i. Kerjasama

Setiap anggota kelompok harus bisa saling bekerjasama. Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi penjelasan kepada temannya yang tidak mengerti mengenai materi yang diberikan, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti diminta untuk bertanya kepada teman yang sudah mengerti sebelum menanyakannya kepada guru.


(30)

23

ii. Duduk melingkar atau saling berhadapan

Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk lingkaran atau saling berhadap-hadapan. Hal ini akan memudahkan setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi.

iii. Aktif

Setiap siswa harus memperhatikan baik-baik pada saat pengajar menyampaikan materi pelajaran. Setiap siswa harus berani menyampaikan pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya. Dengan ini maka akan tercipta suasana diskusi aktif di dalam kelas pada saat belajar dalam kelompok.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengama-tan, dan refleksi.

1) Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

a) Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus I,

b) Setelah rancangan pembelajaran ditetapkan, dilanjutkan dengan membuat skenario pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD sesuai dengan materi yang telah ditetapkan,

c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa sebagai tugas pada saat diskusi berlangsung,


(31)

d) Mempersiapkan lembar pengamatan untuk merekam aktivitas-aktivitas yang ditunjukkan oleh siswa,

e) Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan yang akan digunakan sebagai pengukur poin kemajuan individu.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan merupakan penerapan dari rencana kegiatan pembelajaran yang telah disusun. Proses kegiatannya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana pembelajaran. Urutan kegiatan pada tahap pelaksanaan ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

(a) Penyajian materi atau presentasi

Penyajian materi dilakukan dalam waktu lebih kurang seperempat dari waktu yang tersedia. Oleh sebab itu, pokok-pokok materi yang disajikan adalah pokok materi yang bersifat umum atau secara garis besarnya. Selanjutnya pengamat akan mencatat aktivitas siswa.

(b) Belajar dalam kelompok

Setelah materi selesai disajikan, siswa akan diberi lembar kegiatan dan diberi batasan waktu secara singkat (± 5 menit) untuk membacanya. Setelah siswa selesai membaca lembar kegiatan tersebut, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok diminta untuk membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara berdiskusi dalam kelompok. Setelah semua kelompok selesai menjawab lembar kegiatan, hasil pekerjaan siswa tersebut kemudian dikumpulkan. Guru kemudian memimpin diskusi antar kelompok untuk membahas hasil pengerjaan masing-masing kelompok tersebut.


(32)

25

(c) Tes individual

Setelah siswa selesai berdiskusi dan belajar dalam kelompok selanjutnya akan diberi tes secara individual yang juga merupakan salah satu langkah dari pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD. Pada tes ini, tidak diperbolehkan untuk saling bekerjasama. Hasil tes ini kemudian digunakan sebagai skor peningkatan individu untuk menentukan kelompok terbaik.

(d) Pemberian penghargaan

Skor peningkatan individu yang telah didapat tersebut kemudian ditentukan poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai dari proses pembelajaran berlangsung dengan meng-gunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan peneliti.

4) Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Analisa dilakukan secara menyeluruh terhadap hasil tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai dasar perbaikkan pada siklus berikutnya.


(33)

Adapun kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya yang dilihat dari perbandingan nilai akhir dengan nilai awal.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1) Aktivitas siswa meningkat setiap siklus dan mencapai 70% siswa aktif 2) Siswa tuntas belajar memperoleh nilai ≥ 72 mencapai 70 %


(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas dan hasil belajar ini, disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dapat me-ningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran kooperattif tipe STAD pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 maka disarankan :

(a) Kepada guru matematika untuk dapat menerapkannya sebagai alternatif pembelajaran di kelas guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, (b) Kepada calon pendidik untuk dapat terus menggali ilmu dan memahami


(35)

Abdurahman, Asari. 1999.Pembelajaran Matematika Dengan Coopertaif Learning. Makalah.

Arends, Richard I. 2007.Learning to Teach.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Arikunto, Suharsimi. 2005.Dasar-Dasar Evaluai Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono . 1994.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar. 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Gaung Persada (GP) Press. Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Sardiman, A.M. 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya: Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(1)

ii. Duduk melingkar atau saling berhadapan

Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk lingkaran atau saling berhadap-hadapan. Hal ini akan memudahkan setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi.

iii. Aktif

Setiap siswa harus memperhatikan baik-baik pada saat pengajar menyampaikan materi pelajaran. Setiap siswa harus berani menyampaikan pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya. Dengan ini maka akan tercipta suasana diskusi aktif di dalam kelas pada saat belajar dalam kelompok.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengama-tan, dan refleksi.

1) Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

a) Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus I,

b) Setelah rancangan pembelajaran ditetapkan, dilanjutkan dengan membuat skenario pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD sesuai dengan materi yang telah ditetapkan,

c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa sebagai tugas pada saat diskusi berlangsung,


(2)

24

d) Mempersiapkan lembar pengamatan untuk merekam aktivitas-aktivitas yang ditunjukkan oleh siswa,

e) Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan yang akan digunakan sebagai pengukur poin kemajuan individu.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan merupakan penerapan dari rencana kegiatan pembelajaran yang telah disusun. Proses kegiatannya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana pembelajaran. Urutan kegiatan pada tahap pelaksanaan ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

(a) Penyajian materi atau presentasi

Penyajian materi dilakukan dalam waktu lebih kurang seperempat dari waktu yang tersedia. Oleh sebab itu, pokok-pokok materi yang disajikan adalah pokok materi yang bersifat umum atau secara garis besarnya. Selanjutnya pengamat akan mencatat aktivitas siswa.

(b) Belajar dalam kelompok

Setelah materi selesai disajikan, siswa akan diberi lembar kegiatan dan diberi batasan waktu secara singkat (± 5 menit) untuk membacanya. Setelah siswa selesai membaca lembar kegiatan tersebut, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok diminta untuk membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara berdiskusi dalam kelompok. Setelah semua kelompok selesai menjawab lembar kegiatan, hasil pekerjaan siswa tersebut kemudian dikumpulkan. Guru kemudian memimpin diskusi antar kelompok untuk membahas hasil pengerjaan masing-masing kelompok tersebut.


(3)

(c) Tes individual

Setelah siswa selesai berdiskusi dan belajar dalam kelompok selanjutnya akan diberi tes secara individual yang juga merupakan salah satu langkah dari pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD. Pada tes ini, tidak diperbolehkan untuk saling bekerjasama. Hasil tes ini kemudian digunakan sebagai skor peningkatan individu untuk menentukan kelompok terbaik.

(d) Pemberian penghargaan

Skor peningkatan individu yang telah didapat tersebut kemudian ditentukan poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai dari proses pembelajaran berlangsung dengan meng-gunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan peneliti.

4) Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Analisa dilakukan secara menyeluruh terhadap hasil tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai dasar perbaikkan pada siklus berikutnya.


(4)

26

Adapun kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya yang dilihat dari perbandingan nilai akhir dengan nilai awal.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1) Aktivitas siswa meningkat setiap siklus dan mencapai 70% siswa aktif 2) Siswa tuntas belajar memperoleh nilai ≥ 72 mencapai 70 %


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas dan hasil belajar ini, disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dapat me-ningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran kooperattif tipe STAD pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 maka disarankan :

(a) Kepada guru matematika untuk dapat menerapkannya sebagai alternatif pembelajaran di kelas guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, (b) Kepada calon pendidik untuk dapat terus menggali ilmu dan memahami


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Asari. 1999.Pembelajaran Matematika Dengan Coopertaif Learning. Makalah.

Arends, Richard I. 2007.Learning to Teach.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Arikunto, Suharsimi. 2005.Dasar-Dasar Evaluai Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono . 1994.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar. 2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Gaung Persada (GP) Press. Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Sardiman, A.M. 2003.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya: Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 42

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 66

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri I Natar Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011)

0 12 107

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 28 57

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 5 35