IMPLEMENTASI MODEL PENDEKATAN TAKTIS DALAM PERMAINAN BOLATANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS: Studi Eksperimen di SMP Labschool UPI.

(1)

BERPIKIR KRITIS

( Studi Eksperimen di SMP Labschool UPI ) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

AYU ANNISA MALUDI 0900519

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

( Studi Eksperimen di SMP Labschool UPI )

Oleh

Ayu Annisa Maludi 0900519

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Ayu Annisa Maludi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NAMA : AYU ANNISA MALUDI NIM : 0900519

JUDUL : IMPLEMENTASI MODEL PENDEKATAN TAKTIS DALAM

PERMAINAN BOLATANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Suherman Slamet, M.Pd NIP. 197603062005011010

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.pd NIP. 196508171990011001


(4)

(5)

Abstract

Ayu Annisa Maludi. 0900519. A Tactical Approach To Model Implementations In The Game Handball Against The Development Of Critical Thinking Skills

In Junior Pilot Laboratory UPI BANDUNG

The conditions of learning the game handball in physical education at Junior High Schools still do not meet the standards of basic competencies students especially in the game of handball and critical thinking skills. This research will examine the influence of tactical approach model and critical thinking skills. Research methods the research methods used in experiments. Basic use to experiment against a things will note the influence resulting from treatment or treatment that is performed with the tactical approach and used the understanding, analysis of handball games which applicated for the identification of critical thinking skills. Collected Data were analyzed statistically using the lilifors test on a significant level of α = 0.01. Based on the results of data analysis, the study concluded that a tactical approach to model gives influence to the development of critical thinking skills 2 (0.01) = 4.66 and 2 (22.75) = 29,14. The conclusion of the results of the processing and analysis of data is a significant tactical approach model and gives the influence to the development of critical thinking skills in the game of handball.


(6)

ABSTRAK

Ayu Annisa Maludi. 0900519. Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Permainan Bolatangan Terhadap Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis di SMP Laboratoruim Percontohan UPI. Skripsi Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK- UPI.

Kondisi pembelajaran permainan bolatangan dalam pendidikan jasmani di SMP masih belum memenuhi standar kompetensi dasar siswa terutama dalam permainan bolatangan dan keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini hendak mengkaji pengaruh model pendekatan taktis dan keterampilan berpikir kritis. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimen. Dasar penggunaannya untuk melakukan percobaan terhadap suatu hal yang akan diketahui pengaruh akibat dari perlakuan atau treatment yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan taktis dan pemahaman, analisis permainan bolatangan yang diaplikasikan untuk mengedintifikasi keterampilan berpikir kritis. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji lilifors pada taraf signifikan α = 0,01. Berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini meyimpulkan bahwa model pendekatan taktis memberikan pengaruh terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis ²(0,01) = 4,66 dan ²(0,99) = 29,14. Kesimpulan dari hasil pengolahan dan analisis data yaitu model pendekatan taktis yang signifikan dan memberikan pengaruh terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis pada permainan bolatangan.


(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

a. Secara Teoritis ... 7

b. Secara Praktis ... 7

E. Defenisi Istilah ... 7

F. Pembatasan penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

1. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 9

a. Belajar dan Pembelajaran ... 9

1) Pengertian Belajar ... 9

2) Pengertian Pembelajaran ... 11

3) Pengertian Pendidikan Jasmani ... 15

b. Model Pembelajaran 1) Model Pembelajaran ... 20

2) Pendekatan Taktis ... 21

c. Hakikat Bolatangan ... 24

1) Pengertian Bolatangan ... 24


(8)

2) Keterampilan Berpikir Kritis ... 35

3) Pembelajaran Berpikir Kritis dan Pembelajaran Berbasis Masalah Gerak 36 B. KERANGKA BERPIKIR ... 37

C. HIPOTESIS ... 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 41

C. Desain Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

F. Prosedur Pengolahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 53

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 53

1. Uji Normalitas data ... 53

2. Uji Lilifors ……... 54

C. Pengujian Hipotesis ... 54

D. Diskusi Penemuan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pendidikan jasmani dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat di beberapa negara maju di dunia seperti China, Jepang, dan Belanda, berbanding terbalik dengan negara kita yang masih mengacu kepada pendidikan yang mengarahkan siswa kepada pembelajaran kecabangan olahraga tertentu, kondisi ini merupakan suatu keadaan yang sangat ironis karena seharusnya pembelajaran penjas sudah merupakan bagian yang penting untuk menunjang pembelajaran gerak dan sebagai sarana untuk meningkatkan kebugaran yang menyenangkan tanpa ada suatu pemaksaan penggunaan tehnik daripada olahraga didalamnya, serta dapat mengembangkan aspek sosial dan keterampilan berpikir siswa dalam prakteknya.

Pembelajaran penjas bukanlah merupakan suatu pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada suatu prestasi dari suatu kecabangan olahraga, akan tetapi merupakan suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang mengutamakan partisipasi gerak. Pada prakteknya pembelajaran pendidikan jasmani di beberapa sekolah masih berorientasi pada kecabangan olahraga.

Hal ini mengakibatkan siswa-siswi merasa bosan dan kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran penjas, sehingga siswa beranggapan kegiatan penjas monoton karena kegiatannya yang mengharuskan siswa menguasai keterampilan teknik suatu cabang olahraga. Hal ini dapat mendorong perilaku siswa untuk enggan mengikuti pembelajaran penjas seperti pendapat Bahagia (2011:5) menyatakan bahwa:

….aktifitas pembelajaran yang berpusat pada cabang olahraga dengan

segala aturan, teknik serta lapangan dan alat-alat standar, tidak cocok disajikan dalam aktivitas pembelajaran disekolah-sekolah atau dalam lingkup pendidikan. Mengapa? Banyak alasan yang menyebabkan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan teknik dan aturan-aturan sesuai dengan kecabangan olahraganya tidak sesuai diterapkan dalam aktivitas pendidikan jasmani. Salah satunya adalah manakala peserta didik dihadapkan dengan


(10)

alat dan perlengkapan standar serta pembelajaran dengan alat dan perlengkapan standar serta pembelajaran dengan pendekatan teknik dengan aturan-aturan gerak yang sudah baku, seringkali tidak dapat diikuti oleh sebagian besar siswa peserta didik.

Padahal jika kita kaji lebih dalam mengenai pendidikan jasmani dijelaskan bahwa seluruh domain yang terdapat didalam pendidikan akan dapat dikembangkan seperti domain psikomotor, afektif, dan tentu saja domain kognitif yang berkaitan dengan keterampilan berfikir siswa.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah-sekolah dan mempunyai peranan dalam pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang mana di dalam pembelajarannya melingkupi hal-hal yang berkaitan dengan ketiga aspek tersebut. Seperti dikemukakan oleh Hetherington (1911) dalam Abduljabar (2010:vii) mendeklarasikan empat tujuan pendidikan jasmani yaitu:

1. Tujuan perkembangan organik, yaitu: sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak. 2. Tujuan perkembangan kognitif, yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh

pemahaman, kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.

3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu keterampilan, bergerak efektif, kompeten, bebas mengekpresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga, senam) dan kreativitas.

4. Tujuan perkembangan afektif, yaitu: sebagai contoh perkembangan karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani, selama ini proses belajar mengajar masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan menjadi tujuan utama pembelajaran tanpa memperhatikan karakteristik siswa dan tugas geraknya. Sehingga tanpa disadari guru terlalu fokus pada aspek psikomotornya sehingga melupakan hal yang sama pentingnya juga, yaitu aspek kognitif dan afektif.

Permainan bolatangan merupakan salah satu aktivitas permainan olahraga yang ada dalam program pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dalam kurikulum pendidikan jasmani dijelaskan bahwa melalui


(11)

permainan aktivitas pembelajaran bolatangan diharapkan selain untuk meningkatkan kebugaran jasmani juga untuk menanamkan kedisiplinan, mendidik watak, melatih kognisi dalam memahami materi serta untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan jasmani melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Permainan bolatangan termasuk olahraga permainan yang dapat diajarkan di lingkungan persekolahan. Selanjutnya dalam kurikulum dipaparkan pula bahwa standar kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah pembelajaran permainan dan olahraga sebagai berikut, Mempraktikan gerakan dasar ke dalam permainan sederhanan dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang terdiri dari tiga kompetensi dasar, yaitu, mempraktikan permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, nilai kerjasama tim, serta sportivitas dan kejujuran.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah tentang standar isi, keterbatasan sarana prasarana pelaksanaan penjas, dan nilai-niai yang terkandung dalam permainan bola tangan, maka tidak salah jika permainan bola tangan, yang tidak memerlukan biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana yang banyak, diajarkan di lingkungan persekolahan. Berdasarkan penjelasan di atas maka siswa diharapkan dapat menerapkan nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran, selain itu siswa juga diharapkan dapat mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran.

Kompetensi dasar “mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas,

dan kejujuran” diharapkan dapat tercapai melalui materi pembelajaran pilihan,

seperti permainan sepak bola, bola basket, futsal, bola voli mini, bola tangan, dll. Dijelaskan dalam kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan 2006 pada kompetensi dasar tingkat Sekolah Menengah Pertama bahwa sebagai berikut, Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar dengan baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai


(12)

lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Permainan bola tangan dapat menjadi materi yang dapat dipilih untuk diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani terutama di Sekolah Menengah Pertama.

Terkait dengan pembelajaran pendidikan jasmani melalui pendekatan teknik, yang disinggung di pernyataan sebelumnya bahwa kesannya membosankan bagi para siswa dalam proses pembelajarannya. Maka disini sangat dibutuhkan pemilihan dan penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran praktek dengan tujuan agar hasil belajar dapat dilakukan dengan baik sesuai yang diharapkan. Sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tuntutan dan karakteristik siswa yang belajar.

Dengan kata lain, guru harus memiliki strategi belajar-mengajar yang merupakan hasil pilihan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembelajaran tertentu, karena hal tersebut dapat berbeda-beda. Mengenai efektivitas proses belajar mengajar, Suherman (2011: 55) menjelaskan bahwa

“gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu

aktif dan siswanya secara konsisten aktif belajar”.

Artinya dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, siswa tidak bekerja sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu yang terbuang begitu saja. Jalannya aktivitas belajar begitu aktif, sibuk, dan menantang bagi siswa akan tetapi masih berada diantara tingkat perkembangan dan kemampuan siswanya. Yang pada akhirnya siswa dapat menerima pesan atau intruksi dari gurunya dengan baik dan dapat melakukan latihan secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Oleh sebab itu, pengajar harus dapat mensiasati atau mengatasi masalah tersebut, dengan tidak menggunakan pendekatan pembelajaran yang asal-asalan, artinya pengajar harus mampu merencanakan, menetapkan dan menerapkan berbagai upaya yang berhubungan dengan kegiatan belajar-mengajar, tentunya pemilihan pendekatan pembelajaran sangatlah efektif untuk terciptanya hasil belajar yang diharapkan.


(13)

Ma’Mun dan Subroto (2009: 7-10) menjelaskan bahwa “Pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya. Kesadaran taktis itu sendiri yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi masalah- masalah taktik yang muncul selama permainan berlangsung, sekalian kemampuan memilih jawaban yang tepat untuk memecahkannya. Pentingnya dalam pendekatan taktis adalah memupuk

kemampuan berfikir, keputusan yang seperti “ apa yang harus dilakukan” didalam

situasi bermain sangat penting guna merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Hal ini karena pada siswa dihadapkan dengan situasi yang lebih

nyata dan menuntuk kemampuan memecahkan masalah”.

Griffin, dkk (1997) dalam tesis Suparlan (2009: 4) mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yang pelaksanaannya menerapkan sistem pola permainan yang sesungguhnya. Pola pendekatan pembelajaran dilakukan melalui aktivitas bermain, dan pembelajaran penguasaan tehnik dasar dilakukan bersamaan dengan pola bermain. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran taktis.

Juliantine, dkk. (2011: 121) menjelaskan bahwa “model pembelajaran pendekatan taktik menggunakan minat siswa dalam suatu struktur permainan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktikal

yang diperlukan untuk penampilan permainan”.

Dalam kaitannya dengan permainan bolatangan, pendekatan pembelajaran taktis dimaksudkan untuk mendorong siswa dalam memecahkan masalah- masalah taktis dalam permainan bolatangan atau bagaimana menerapkan beberapa keterampilan teknik dalam situasi permainan yang sebenarnya.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis menekankan bagaimana pembelajaran siswa agar dapat memahami konsep bermain bolatangan. Pendekatan taktis dalam permainan bolatangan disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pengembangan siswa dalam pembelajaran bolatangan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, kondisi pembelajaran bolatangan dalam pendidikan jasmani dirasakan masih belum dilaksanakan secara


(14)

optimal, terkait dengan pengembangan tujuan pembelajarannya. Proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani cenderung mengutamakan keterampilan teknik, padahal yang kita ketahui bersama, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus menyentuh dimensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga ketiga ranah tersebut dapat dicapai dengan baik.

Namun, khususnya dalam penelitian yang akan dikaji oleh peneliti saat ini adalah terkait dengan aspek kognitifnya, yakni keterampilan berpikir kritis siswa. Peneliti merumuskan dengan judul “Implementasi Model Pendekatan Taktis dalam Permainan Bolatangan terhadap Pengembangan Keterampilan Berfikir Kritis”. Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah model pendekatan taktis dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan keterampilan berfikir kritis dalam permainan bolatangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitiannya yaitu:

“Ingin mengetahui apakah pendekatan taktis dapat meningkatkan pengembangan keterampilan berfikir kritis dalam permainan bolatangan?


(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian pendidikan jasmani maupun pelatihan mengenai pentingnya pemilihan pendekatan pembelajaran yang cocok dalam menunjang peningkatan hasil belajar keterampilan berfikir kritis.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan belajar mengajar.

2. Secara Praktis

Sebagai masukan kepada pengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam upaya meningkatkan hasil belajar keterampilan berfikir kritis.

E. Definisi Istilah

1. Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:664), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang.

2. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/, 14-04-2013) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

3. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. (Gagne dan Briggs (1979:3)).


(16)

4. Menurut Griffin, Mitchel, dan Oslin (1997) dalam Metzler (2000:354), bahwa pendekatan pembelajaran taktik merupakan model pembelajaran yang sering diterapkan pada permainan olahraga dengan lebih menekankan kepada pemahaman taktik bermain.

5. Menurut Mahendra (1991/2000: 6) bolatangan adalah permainan beregu yang menggunakan satu atau dua tangan. Bola tersebut boleh dilempar, dipantulkan, atau ditembakan. Tujuannya adalah memasukan bola sebanyak- banyaknya kegawang lawan, dan mencegah agar tim lawan tidak dapat memasukan bola ke gawang sendiri.

F. Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya bias dan memperjelas arah penelitian, maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini mengkaji mengenai hasil belajar pengembangan keterampilan berfikir kritis siswa kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI yang di ajar melalui pendekatan pembelajaran taktis.

2. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan UPI yang berjumlah 20 orang.

3. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain one- shot case study. Varibel dalam penelitian ini terdiri atas satu variabel, yakni terdapat suatu kelompok diberi treatment atau perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2010:2) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Alasan peneliti menggunakan metode ini didasarkan pada bentuk penelitian itu sendiri yang bertujuan untuk mendapatkan perlakuan atau treatment, karena karakteristik keterampilan awal permainan bolatangan siswa SMP Labschool UPI yang dijadikan sebagai populasi terjangkau, pada umumnya masih rendah. Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa:

Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dan sampel merupakan bagian yang penting dari sebuah penelitian. Ketelitian dalam menentukan sampel dari sejumlah populasi sangat menentukan hasil penelitian yang dilakukan.


(18)

Populasi merupakan individu atau objek yang memiliki sifat-sifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Sugiyono (2010:80) menjelaskan sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Labschool UPI kelas VIII yang berjumlah 15 orang.

2. Sampel

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti memerlukan subyek yang akan diteliti, subyek tersebut berupa populasi dan sampel. Populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yang ada atau metode pengambilan sampel menggunakan Purposive sample. Mengenai hal ini, Arikunto (2002:117), menjelaskan bahwa: “Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Alasan pengambilan teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta subyek yang ingin diteliti siswa SMP Labschool UPI.

Sedangkan mengenai aturan yang pasti harus berapa jumlah sampel yang diambil, sesuai dengan yang dikatakan Arikunto (2006:134) bahwa:


(19)

“Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subyek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subyek dalam populasi”

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian tidak selalu menghasilkan penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat-sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada subyek penelitian dalam populasi.

Adapun pernyataan lain yang diungkapkan Arikunto (1996:120), tentang penentuan sampel penelitian.

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Labschool UPI.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sudjana (1992:7) menjelaskan sebagai berikut:

Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan.

Desain penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata- mata dipengaruhi oleh variabel


(20)

independen, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.

Desain penelitian yang akan penulis gunakan adalah Pre-Experimental Design (nondesigns) yaitu One- Shot Case Study paradigma terdapat suatu kelompok diberi treatment/ perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.

Desain penelitian ini dapat peneliti gambarkan, sebagai berikut:

Bagan 3.1 Desain penelitian Keterangan:

= Kelompok model pendekatan taktis = Treatment (Perlakuan)

= Keterampilan Berfikir Kritis

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menyusun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:


(21)

Bagan 3.2

Langkah-langkah penelitian D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data, yang pada hakikatnya adalah alat ukur untuk variabel penelitian. Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk

POPULASI

SAMPEL

Perlakuan / treatment Kelompok eksperimen : Pembelajaran bolatangan dengan

menggunakan pendekatan taktis

TES AKHIR / POST - TEST

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA


(22)

menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen penelitian.

Secara garis besar penelitian yang dilakukan ini dibagi menjadi 3 tahap. Adapun urutan dari tahapan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah :

a. Menentukan pokok bahasan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dengan cara melaksanakan studi literatur dari KTSP dan Silabus.

b. Mengidentifikasi masalah.

c. Mengobservasi sarana dan prasarana sekolah untuk mendukung keterlaksanaan penelitian tersebut.

d. Menyusun instrumen untuk pengumpulan data yang dikonsultasikan terhadap pembimbing dan dosen.

e. Melakukan judgement instrumen terhadap dosen f. Analisis dan revisi hasil judgment instrument g. Analisis hasil uji instrument penelitian

h. Membuat surat izin untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMP Laboratorium Percontohan UPI. Dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut :

a. Memberi perlakuan kepada kelompok pertama yaitu kelompok pendekatan taktis.

b. Melaksanakan treatment terhadap kelompok eksperimen dengan model pembelajaran taktis sebanyak 16 x pertemuan.

c. Melakukan tes keterampilan berfikir kritis 3. Tahap Akhir

a. Pengolahan dan analisis data hasil eksperimen b. Pembahasan hasil penelitian


(23)

c. Menyimpulkan hasil penelitian d. Melaporkan hasil penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan penulis yaitu tes keterampilan berfikir kritis dan tes keterampilan bermain (pengamatan penampilan bermain bolatangan).

a. Tes keterampilan berfikir kritis

Dalam Yudiana (2010: 124) untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa sebagai akibat dari pembelajaran permainan bolatangan melalui pendekatan taktis. Dilakukan tes keterampilan berfikir kritis dengan menggunakan model “ california critical thingking skills test form M-20 (cctst- m20)” yang khusus untuk smp. Meliputi 5 unsur yang terkandung didalamnya yakni (1) analysis, (2) evaluation, (3) inference, (4) deductive reasioning, dan (5) inductive reasioning (www.criticalthingking.org.,2009). Bentuk kisi- kisi tes keterampialn berfikir kritis yaitu;

Aspek dan sub aspek Indikator- indicator No item

1. Analisis

2. Evaluasi

1.1Mengkatagorikan 1.2menetapkan arti 1.3menafsirkan arti

1.4menemukan kemungkinan keterkaitan kesimpulan 1.5mengidentifikasi insur- unsur

komponen

2.1 mengukur kekuatan pendapat 2.2 hasil yang cepat dari pemikirannya 2.3 berfikir benar dalam hal yang nyata, konseptual, metodelogikal,

kriteriologikal, dan pertimbangan

5 soal


(24)

3. Inferensi

4. Penalaran deduktif

5. Penalaran induktif

konsektual

3.1 menduga dan hipotesis 3.2 memperlihatkan konsekuensi kemungkinan

3.3 menanyakan data base 3.4 menduga beberapa alternatif 3.5 menarik kesimpulan

4.1 kesimpulan yang kita pertimbangkan tidak mungkin salah, semua pendapat yang diberikan dari argumen yang benar.

5.1 memutuskan bahwa bukti yang diperoleh merupakan kesimpulan yang mungkin benar.

5 soal

2 soal

2 soal

Jumlah 20 Soal

Hal ini merupakan waktu yang tepat untuk memulai belajar berbagai macam variasi

keterampialn gerak” (sugiyono dan sudjarwo, 1991: 153). Dan yang termasuk

didalamnya mempelajari keterampilan permainan bolatangan. Maka yang dipilih menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SMP Lab School UPI.


(25)

b. Instrument Pengamatan Penampilan Bermain Bolatangan (GPAI) Komponen penampilan bermain Kriteria

1. Keputusan yang diambil (decision Malking)

 Pemain berusaha mengoper bola pada pemain yang berdiri bebas

 Pemain berusaha mencetak angka ketika memungkinkan 2. Melaksanakan keterampilan

(skill execution)

 Bola operan mengenai sasaran  Lecutan pergelangan tangan

saat menembak

 Bola masuk ke gawang 3. Memberikan dukungan

(support)

 Permain bergerak menempati posisi yang bebas untuk menerima operan bola

No Nama

Keputusan Yang Diambil

Melaksanakan Keterampilan

Memberikan Dukungan

T TT E TE T TT


(26)

(Sumber : pendekatan keterampilan taktis dalam pembelajaran bola basket oleh Danu Hoedaya, dalam Afrian Pratama (2011))

Berikut gambaran mengenai rumus perhitungan kualitas penampilan aspek yang dinilai :

1. Keteribatan dalam permainan = jumlah keputusan yang tepat + jumlah keputusan yang tidak tepat + jumlah pelaksanaan keterampilan yang tidak efisien + jumlah tindakan dalam memberikan dukungan yang tepat.

2. Standar mengambil keputusan (SMK) = jumlah mengambil keputusan tepat : jumlah mengambil keputusan tidak tepat

3. Standar keterampilan (SK) jumlah keterampilan yang efisien : jumlah keterampilan yang tidak efisien

4. Standar memberikan dukungan (SMD) = jumlah pemberi dukungan yang tepat : jumlah pemberi dukungan yang tidak tepat

5. Penampilan bermain = (SMK + SD + SMD) : 3

Perlu diketahui bahwa angka- angka penelitian dari IPPB saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan tidak ada skor maksimum.

Menurut Hoedaya (116 : 2001) mengatakan bahwa :

“anggaplah bahwa nilai penampilan bermain yang lebih besar dari angka satu menunjukan rata- rata penampilan bermain yang lebih tepat dan efisien. Yang patut diketengahkan dari penerapan sistem IPPB adalah kepastian bahwa disamping menilai kualitas bermainnya, siswa juga dihargai usaha- usahanya untuk berperan secara aktif didalam permainan, hal mana bisa dilihat dari perolehan angka keterlibatannya didalam permainan”.


(27)

E. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan disesuaikan dengan waktu aktivitas pembelajaran di sekolah. Penelitian dilaksanakan di lingkungan sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai aktivitas dan jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Olahraga Lama pembelajaran : 2 bulan

Hari pembelajaran : Rabu dan Kamis

Waktu Pembelajaran : Pukul 07.00 – 08.45 WIB Tempat pembelajaran : Lapangan SMP Labschool UPI Lama pembelajaran : 16 kali pertemuan

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba, penulis melakukan pengumpulan data dan selanjutnya melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku a. Mencari nilai rata-rata (X)

X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicari X = Skor mentah

N = Jumlah sampel = jumlah

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S = √


(28)

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari = jumlah

X = nilai data mentah

X = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data ini bertujuan mengetahui apakah data dari hasil pengukuran normal atau tidak. Uji normalitas data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors, Nurhasan, dkk (2008:118-120) dengan cara sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan paling kecil hingga paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor.

Pengamatan …, dijadikan bilangan baku …, dengan menggunakan rumus:

Z =

c. Untuk tiap bilangan baku ini, dengan menggunakan tabel daftar distribusi normal baku (tabel distribusi Z).

Kemudian hitung peluang F ( ) = P(Z ≤ )

d. Selanjutnya dihitung proporsi , , …., yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( ), maka:

S( ) =

e. Hitung selisih F( ) – S( ). Kemudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan berilah symbol Lo.


(29)

g. Dengan bantuan nilai kritis L untuk Uji Liliefors, maka tentukan nilai L. h. Bandingkan nilai L tersebut dengan Lo untuk mengetahui diterima atau

ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: - Terima Ho jika Lo < Lα = Normal. - Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal.

3. Menguji Kesamaan Dua Rata-rata (Satu pihak)

Perhitungan ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Nurhasan, dkk (2008:152-155) dengan rumus yang digunakan adalah:

t =

Keterangan:

t = nilai yang dicari ( ) = rata-rata kelompok A = rata-rata kelompok B n1 = jumlah sampel kelompok A n2 = jumlah sampel kelompok B

= variansi kelompok A = variansi kelompok B Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pengujian nilai kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis: - Terima hipotesis jika t ( 1 – α ) < t < t ( 1 - α )

- Tolak hipotesis jika t ( 1 – α ) > t > t ( 1 - α )

b. Menentukan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis: Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )


(30)

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data

Sebagai tindak lanjut dari pengambilan tes akhir dari data model pendekatan taktis dan keterampilan bepikir kritis dalam permainan bolatangan maka dilakukan pengolahan dari data data mentah tersebut. Langkah ini dapat ditempuh agar penulis bisa menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, apakah terdapat pengaruh model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia, serta untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan oleh penulis.

Setelah seluruh data tes yang dilaksanakan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Adapun hasil penghitungan dan analisis data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Penghitungan Skor Rata-rata dan Simpangan Baku

Kelompok Hasil Tes

X S

Model pendekatan taktis 61,30 11,68 Keterampilan berpikir kritis 3,33 9,21

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Data

Pengujian persyaratan analisis data adalah menguji normalitas data mengenai model pendekatan taktis dan keterampilan bepikir kritis pada SMP Labschool UPI kelas VIII. Setelah menghitung rata-rata dan simpangan baku dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya menghitung normalitas data model pendekatan taktis dan keterampilan bepikir kritis. Adapun hasilnya dapat dilihat pada table 4.2.


(31)

Tabel 4.2

Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data Pendekatan Taktis Dan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa SMP Labschool UPI

Kelompok LO Ltabel Kesimpulan

Model pendekatan taktis 0,1910 0,2570 Normal

Keterampilan berpikir kritis 3,33 9,21 Normal

Dari tabel penghitungan uji normalitas data tersebut menunjukkan bahwa nilai LO dari masing-masing kelompok memiliki hasil yang lebih kecil dari nilai Ltabel untuk uji L (liliefors) untuk jumlah sampel 15 dan taraf α = 0,01 pada tabel menunjukkan 0,2570, sedangkan penghitungan L0 dari kelompok pendekatan taktis bola tangan menunjukkan nilai < 0,1910 Hal ini berarti Ho diterima, dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.

C. Pengujian Hipotesis

Langkah selanjutnya adalah menguji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis di SMP Labschool UPI. Hasil penghitungan uji signifikansi pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis di SMP Labschool UPI, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Penghitungan Uji Proporsi (Satu Pihak)

Kelompok Latihan Bola Tangan dan Sepak Bola Pada UKM

Kelompok ²(0,01) ²(0,99) Kesimpulan

Model Pendekatan taktis dan keterampilan berpikir

kritis


(32)

Dari hasil penghitungan diterima Ho jika ² antara 4,66 dan 29,14. Untuk harga- harga lainnya, H0 ditolak. Dari perhitungan didapat ² = 6,25. Dan ini jatuh antara 4,66 dan 29,14; jadi dalam daerah penerimaan hipotesis. Kesimpulan : terdapat pengaruh model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis.

D. Diskusi Penemuan

Pembelajaran penjas bukanlah merupakan suatu pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada suatu prestasi dari suatu kecabangan olahraga, akan tetapi merupakan suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang mengutamakan partisipasi gerak. Pada prakteknya pembelajaran pendidikan jasmani di beberapa sekolah masih berorientasi pada kecabangan olahraga.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis menekankan bagaimana pembelajaran siswa agar dapat memahami konsep bermain bolatangan. Pendekatan taktis dalam permainan bolatangan disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pengembangan siswa dalam pembelajaran bolatangan.

Berdasasarkan kondisi pembelajaran bolatangan dalam pendidikan jasmani dirasakan masih belum dilaksanakan secara optimal, terkait dengan pengembangan tujuan pembelajarannya. Proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani cenderung mengutamakan keterampilan teknik, padahal yang kita ketahui bersama, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus menyentuh dimensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga ketiga ranah tersebut dapat dicapai dengan baik.

Menurut Fister (1995) apabila seseorang sedang melakukan proses berpikir kritis berarti menjelaskan bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang.


(33)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 16 kali pertemuan hipotesis yang telah diajukan, serta perhitungan dan analisis data penulis menjabarkan bahwa pendekatan taktis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan keterampilan berpikir kritis dalam permainan bolatangan.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai implementasi model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis pada SMP Laboratorium Percontohan UPI, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan pada SMP Laboratorium Percontohan UPI.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pengembangan keterampilan berpikir kritis terhadap permainan bolatangan SMP Laboratorium Percontohan UPI. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan model pendekatan taktis terhadap

pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam permainan bolatangan di SMP Laboratorium Percontohan UPI.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi SMP Laboratorium Percontohan UPI, di dalam pengelolaan tersebut untuk kedepannya harus memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik lagi, pengaturan atau aturan yang tegas terhadap pembelajaran yang berlaku.

2. Bagi guru olahraga, lebih banyak lagi memberikan arahan serta motivasi kepada siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI dan melihat perkembangan juga keadaannya, sehingga apa yang diharapkan semua pihak di dalamnya tercapai, begitu pun terkait dengan model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis siswanya tersebut.


(35)

3. Bagi sekolah SMP Laboratorium Percontohan UPI, diharapkan dapat mengambil kebijakan yang lebih tegas lagi di dalam mengarahkan dan memberikan pemahaman serta motivasi terhadap siswanya untuk lebih mengikuti pembelajaran disekolah.

4. Bagi siswa, diharapkan untuk mengikuti pembelajaran karena banyak hal yang bermanfaat di dalamnya seperti dapat meningkatkan potensi siswa, menyalurkan kegemaran siswa dan lain sebagainya.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan jasmani. Bandung : Rizqi Press

Ali, Lukman, dkk. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penenlitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktis; Jakarta. Rineka Cipta.

Bahagia, Yoyo (2011) Permainan Invasi. Bandung: FPOK UPI Bucher ( 1964 ) Pendidikan Jasmani

Cronch bach ( Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar: Rineka Cipta : 1999)

belajar.

DRS. Ridwan Haris (1986) peraturan bola tangan IKIP Bandung.

Drs. Slameto ( Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar: Rineka Cipta : 1999). Griffin, Mitchell dan Oslin ( 1997 : dalam Metzlel, 2000) Pembelajaran Dalam

Permainan.

Hamalik. (1983:2). Definisi Belajar. [Online]. Tersedia:(www.google.com). Juliantine, dkk. (2011). Model- model pembelajaran pendidikan jasmani.

Bandung : FPOK UPI

Mahendra, Agus. (1999). Pengantar Bola Tangan. Jakarta: Depdikbud. Mukholid, Agus. (2004). Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudhistira.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan jasmani. Bandung : CV. Bintang Warli Artika

Suparlan, Ajang. (2009), Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Taktis dan Teknis Berdasarkan Pada Kemampuan Keterampilan Awal Yang Berbeda Terhadap Keterampilan Bermain Sofball. Tesis Prodi POR Pascasarjana UPI


(37)

Yudiana, Yunyun. (2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis dalam Pembelajaran Permainan BolaVoli pada Pendidikan Jasmani Siswa SMP. Disertasi Prodi POR Pasca Sarjana UPI

………(2007). Pengertian dan Ciri-Ciri Pembelajaran [Online], tersedia : http://khrisna.wordpress.com.[ 19 oktober 2009]

... (2010). Pengertian Belajar [Online], tersedia : http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/[22 November 2010]

..., (2013) (Online). http://ifada.wordpress.com/2010/03/02/pengembangan- kemampuan-berpikir-kritis-siswa-melalui-pembelajaran-matematika-open-ended-di-sekolah-dasar/

..., (2013) (Online). http://jurnal.upi.edu/penjasor/view/1047/implementasi- model-pendekatan-taktis-dan-teknis-dalam-pembelajaran-permainan-bola-voli-pada-pendidikan-jasmani-siswa-smp.html


(1)

Ayu Annisa Maludi, 2013

Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Permainan Bolatangan Terhadap Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari hasil penghitungan diterima Ho jika ² antara 4,66 dan 29,14. Untuk harga- harga lainnya, H0 ditolak. Dari perhitungan didapat ² = 6,25. Dan ini

jatuh antara 4,66 dan 29,14; jadi dalam daerah penerimaan hipotesis. Kesimpulan : terdapat pengaruh model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis.

D. Diskusi Penemuan

Pembelajaran penjas bukanlah merupakan suatu pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada suatu prestasi dari suatu kecabangan olahraga, akan tetapi merupakan suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang mengutamakan partisipasi gerak. Pada prakteknya pembelajaran pendidikan jasmani di beberapa sekolah masih berorientasi pada kecabangan olahraga.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis menekankan bagaimana pembelajaran siswa agar dapat memahami konsep bermain bolatangan. Pendekatan taktis dalam permainan bolatangan disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pengembangan siswa dalam pembelajaran bolatangan.

Berdasasarkan kondisi pembelajaran bolatangan dalam pendidikan jasmani dirasakan masih belum dilaksanakan secara optimal, terkait dengan pengembangan tujuan pembelajarannya. Proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani cenderung mengutamakan keterampilan teknik, padahal yang kita ketahui bersama, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus menyentuh dimensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, seorang guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga ketiga ranah tersebut dapat dicapai dengan baik.

Menurut Fister (1995) apabila seseorang sedang melakukan proses berpikir kritis berarti menjelaskan bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang.


(2)

56

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 16 kali pertemuan hipotesis yang telah diajukan, serta perhitungan dan analisis data penulis menjabarkan bahwa pendekatan taktis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan keterampilan berpikir kritis dalam permainan bolatangan.


(3)

Ayu Annisa Maludi, 2013

Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Permainan Bolatangan Terhadap Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai implementasi model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis pada SMP Laboratorium Percontohan UPI, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan pada SMP Laboratorium Percontohan UPI.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pengembangan keterampilan berpikir kritis terhadap permainan bolatangan SMP Laboratorium Percontohan UPI. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan model pendekatan taktis terhadap

pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam permainan bolatangan di SMP Laboratorium Percontohan UPI.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi SMP Laboratorium Percontohan UPI, di dalam pengelolaan tersebut untuk kedepannya harus memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik lagi, pengaturan atau aturan yang tegas terhadap pembelajaran yang berlaku.

2. Bagi guru olahraga, lebih banyak lagi memberikan arahan serta motivasi kepada siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI dan melihat perkembangan juga keadaannya, sehingga apa yang diharapkan semua pihak di dalamnya tercapai, begitu pun terkait dengan model pendekatan taktis dalam permainan bolatangan terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis siswanya tersebut.


(4)

58

3. Bagi sekolah SMP Laboratorium Percontohan UPI, diharapkan dapat mengambil kebijakan yang lebih tegas lagi di dalam mengarahkan dan memberikan pemahaman serta motivasi terhadap siswanya untuk lebih mengikuti pembelajaran disekolah.

4. Bagi siswa, diharapkan untuk mengikuti pembelajaran karena banyak hal yang bermanfaat di dalamnya seperti dapat meningkatkan potensi siswa, menyalurkan kegemaran siswa dan lain sebagainya.


(5)

Ayu Annisa Maludi, 2013

Implementasi Model Pendekatan Taktis Dalam Permainan Bolatangan Terhadap Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan

jasmani. Bandung : Rizqi Press

Ali, Lukman, dkk. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penenlitian Ilmiah Suatu Pendekatan

Praktis; Jakarta. Rineka Cipta.

Bahagia, Yoyo (2011) Permainan Invasi. Bandung: FPOK UPI Bucher ( 1964 ) Pendidikan Jasmani

Cronch bach ( Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar: Rineka Cipta : 1999)

belajar.

DRS. Ridwan Haris (1986) peraturan bola tangan IKIP Bandung.

Drs. Slameto ( Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar: Rineka Cipta : 1999). Griffin, Mitchell dan Oslin ( 1997 : dalam Metzlel, 2000) Pembelajaran Dalam

Permainan.

Hamalik. (1983:2). Definisi Belajar. [Online]. Tersedia:(www.google.com). Juliantine, dkk. (2011). Model- model pembelajaran pendidikan jasmani.

Bandung : FPOK UPI

Mahendra, Agus. (1999). Pengantar Bola Tangan. Jakarta: Depdikbud. Mukholid, Agus. (2004). Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudhistira.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan jasmani. Bandung : CV. Bintang Warli Artika

Suparlan, Ajang. (2009), Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Taktis dan Teknis Berdasarkan Pada Kemampuan Keterampilan Awal Yang

Berbeda Terhadap Keterampilan Bermain Sofball. Tesis Prodi POR

Pascasarjana UPI


(6)

Yudiana, Yunyun. (2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis dalam Pembelajaran Permainan BolaVoli pada Pendidikan Jasmani

Siswa SMP. Disertasi Prodi POR Pasca Sarjana UPI

………(2007). Pengertian dan Ciri-Ciri Pembelajaran [Online], tersedia :

http://khrisna.wordpress.com.[ 19 oktober 2009]

... (2010). Pengertian Belajar [Online], tersedia :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/[22 November 2010]

..., (2013) (Online). http://ifada.wordpress.com/2010/03/02/pengembangan- kemampuan-berpikir-kritis-siswa-melalui-pembelajaran-matematika-open-ended-di-sekolah-dasar/

..., (2013) (Online). http://jurnal.upi.edu/penjasor/view/1047/implementasi- model-pendekatan-taktis-dan-teknis-dalam-pembelajaran-permainan-bola-voli-pada-pendidikan-jasmani-siswa-smp.html