Nuana Perancangan Busana Siap Pakai untuk Wanita Urban dengan Inspirasi Kain Tenun Ikat Sumba.
i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Nuana menjadi judul dari koleksi tugas akhir ini. Kata ‘Nuana’ berasal dari bahasa Sumba
yang berarti ‘ikatan’ (bond). Nuana menjadi pengikat unsur tradisional dan unsur modern
yang dituangkan dalam busana. Melalui koleksi Nuana ini, unsur tradisional yang berupa tenun ikat Sumba dikemas dalam bentuk modern sehingga diharapkan dapat lebih diterima di kalangan masyarakat urban dan menjadi pengingat akan budaya asli mereka. Pengemasan dalam bentuk yang lebih modern diwujudkan melalui penggabungan tenun ikat Sumba, dengan tren fashion masa kini yang diambil dari Trend Forecast 2016/2017
“Resistance”. Tema yang diambil yaitu “Refugium” dengan subtema “Artistry”. Tema
“Refugium” menceritakan migrasi, adaptasi, dan akulturasi yang harus dilakukan untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Subtema “Artistry” diambil karena memiliki
beberapa keserupaan dengan kebudayaan Sumba.
Nuansa warna yang dipakai dalam koleksi Nuana ini yaitu biru gelap dan abu-abu pucat untuk menimbulkan kesan calm dan cool, dengan meterial tenun ikat dan kain linen. Terdapat overlapping dan unsur ikatan pada desain busana yang terinspirasi dari cara berbusana masyarakat Sumba. Siluet busana yaitu loose untuk fungsi kenyamanan pemakainya. Motif dekoratif khas Sumba diaplikasikan pada busana melalui teknik sablon. Karakter utama koleksi ini yaitu simple.
Koleksi Ready-To-Wear Deluxe ini ditujukan bagi masyarakat urban, khususnya wanita kalangan menengah ke atas dengan rentang usia 25-35 tahun yang berkarakter smart, memiliki mobilitas yang tinggi, dan berwawasan modern namun menghargai budaya lokal. Berangkat dari pemilihan material dan bentuk busana maka koleksi ini dapat dikenakan di berbagai aktivitas keseharian khususnya di daerah tropis. Selain dapat dikenakan di acara sehari-hari, koleksi Nuana dapat dikenakan pula pada acara semi-formal.
(2)
ii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Nuana is the title of this final assignment collection. The word ‘Nuana’ originates from Sumba Language which means bond. Nuana is the bond between traditional and modern elements as conceived in fashion. Through this Nuana Collection, traditional elements such as ‘Sumba Ikat’ weave was packaged in modern form so as expected to be more acceptable in urban community and to be such a reminder of their native culture. Packaging in more modern form was embodied trough integration of ‘Sumba Ikat’ weave and today’s fashion trends, i.e. “Resistance” from Trend Forecast 2016/2017. The theme was “Refugium” with
sub-theme “Artistry”. The theme “Refugium” depicted migration, adaptation, and
acculturation that was needed to be done in order to achieve a better quality of life. Sub-theme “Artistry” was used because it had some similarities with Sumba Culture.
Dark blue and pale gray shades was applied to this Nuana Collection to create calm and cool impression using ‘ikat’ weave and linen material. There were overlapping and bonding elements in the design inspired by the way of Sumba People dress. The silhouette was loose for wearing comfort. Screen printing techniques was utilized to apply Sumba typical decorative patterns. Simplicity is the main character of this collection.
This Deluxe Ready-To-Wear collection was intended for urban community, especially for upper middle class women of 25-35 year old which have the characters of smart, highly mobile, modern yet appreciative of local culture. Departing from material and fashion model selection, this collection was intended to be worn in variety of daily activities, particularly in tropical area. Other than daily activities, the collection could also be imposed on semi-formal events.
(3)
iv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...vii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Perancangan...2
1.3 Batasan Perancangan...2
1.4 Tujuan Perancangan...3
1.5 Metode Perancangan...4
1.6 Sistematika Penulisan...5
BAB II KERANGKA TEORI...6
2.1 Teori Desain...6
2.1.1 Unsur Desain...6
2.1.2 Prinsip Desain...8
2.2 Teori Fashion...8
2.2.1 Tren...9
2.3 Teori Busana...11
2.3.1 Jenis Busana...11
2.3.2 Fungsi Busana...13
2.4 Teori Pola dan Jahit...13
2.5 Teori Tekstil...14
2.5.1 Serat...14
2.5.2 Konstruksi Kain...15
(4)
v Universitas Kristen Maranatha
2.6 Teori Reka Bahan Tekstil...16
2.6.1 Sablon...16
2.7 Teori Warna...17
2.7.1 Teori Albert Munsell...17
2.7.2 Teori Brewster...18
2.7.3 Warna Biru dan Kombinasi Warna...19
BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI...20
3.1 Sumba...20
3.2 Tenun Sumba...21
3.2.1 Jenis Kain...21
3.2.2 Pembuatan Kain...22
3.2.3 Fungsi Kain...24
3.2.4 Motif Kain...25
3.3 Warna...28
3.4 Trend Forecasting 2016/2017 “Refugium”...28
3.4.1 Refugium...29
3.4.2 Artistry...30
3.5 Target Market...31
BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN...32
4.1 Perancangan Umum...32
4.1.1 Image Board...32
4.1.2 Konsep...33
4.1.3 Desain Koleksi...34
4.2 Perancangan Khusus...35
4.2.1 Desain 1...36
4.2.1 Desain 2...37
4.2.1 Desain 3...38
4.2.1 Desain 4...40
(5)
vi Universitas Kristen Maranatha
4.3 Perancangan Detail...40
4.3.1 Desain Motif...40
4.3.2 Aksesori...41
4.3.3 Sablon...42
4.3.4 Pembagian Kain Tenun...44
BAB V SIMPULAN & SARAN...48
5.1 Simpulan...48
5.2 Saran...48
DAFTAR PUSTAKA...49
BIODATA PENULIS...50
(6)
vii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Metode perancangan...4
Gambar 2.1 Garis lurus, lengkung, dan zigzag...7
Gambar 2.2 Kurva tahapan dalam siklus fashion...10
Gambar 2.3 Adibusana dari koleksi Valentino, Fall 2015 couture...11
Gambar 2.4 Busana siap pakai dari koleksi Giambattista Valli, Ready-To-Wear 2016...12
Gambar 2.5 Proses sablon menggunakan rakel...16
Gambar 2.6 Teori Warna Albert Munsell...17
Gambar 2.7 Pembagian warna panas dan warna dingin...18
Gambar 2.8 Kombinasi warna biru gelap dan abu-abu pucat...19
Gambar 3.1 Peta Pulau Sumba...20
Gambar 3.2 Kain tenun hinggi (kiri) dan lau (kanan)...21
Gambar 3.3 Kegiatan menenun menggunakan ATBM...22
Gambar 3.4 Pembentukan corak melalui teknik ikat...23
Gambar 3.5 Proses pencelupan benang ke dalam pewarna...23
Gambar 3.6 Kain tenun sebagai busana bagi masyarakat Sumba...24
Gambar 3.7 Motif skull tree atau pohon tengorak atau andung...26
Gambar 3.8 Mamuli sebagai anting...26
Gambar 3.9 Motif mamuli pada kain...27
Gambar 3.10 Motif kuda dan ayam...27
Gambar 3.11 Empat tema Resistance...29
Gambar 3.12 Empat subtema dan color chart Refugium ...30
Gambar 4.1 Image board...32
Gambar 4.2 Desain koleksi busana tampak depan...34
(7)
viii Universitas Kristen Maranatha
Gambar 4.4 Tampilan 1...36
Gambar 4.5 Tampilan 2...37
Gambar 4.6 Tampilan 3...38
Gambar 4.7 Tampilan 4...40
Gambar 4.8 Desain motif pertama (kiri) dan kedua (kanan)...41
Gambar 4.9 Sandal...42
Gambar 4.10 Persiapan proses sablon di atas kain...43
Gambar 4.11 Proses membersihkan screen sablon...43
Gambar 4.12 Proses mengeringkan sablon pada kain...44
Gambar 4.13 Kain tenun pertama dan motifnya...45
Gambar 4.14 Kain tenun kedua dan motifnya...46
(8)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam bentuk kain. Terdapat banyak kain tradisional yang menjadi kebanggaan dan ciri khas setiap daerah di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kain tradisional yaitu Sumba dengan tenun ikatnya.
Sumba ialah sebuah pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan Waingapu sebagai ibukotanya. Daerah Sumba menyimpan banyak keunikan, salah satunya yaitu tenun ikat yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumba. Kain tradisional tersebut menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia yang harus dilestarikan. Namun seiring berkembangnya zaman, maka salah satu akibatnya budaya tradisional lambat laun terkikis oleh budaya asing yang lebih modern.
Melalui koleksi “Nuana”, tenun ikat Sumba diangkat dan dikemas dalam bentuk yang lebih modern bagi pasar masyarakat urban. Nuana yang berarti ikatan (bond) menjadi pengikat antara unsur tradisional dan unsur modern. Diharapkan melalui koleksi ready-to-wear deluxe ini dapat mengangkat dan mempopulerkan kain tenun Sumba.
Pengemasan dalam bentuk modern diwujudkan melalui penggabungan tenun ikat Sumba sebagai tema utama dengan tema yang diambil dari Trend Forecast 2016/2017 “Resistance”.Tema “Resistance” ini merupakan respon dari perkembangan pola pikir masyarakat yang berupaya melindungi diri karena kehidupan yang terlalu didominasi oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tersebut mempermudah masuknya berbagai informasi asing yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti tergerusnya budaya tradisional oleh budaya asing. Tema yang diambil dari yaitu “Refugium” dengan subtema “Artistry”. Tema “Refugium” menceritakan migrasi yang harus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Adaptasi kebudayaan
(9)
2 Universitas Kristen Maranatha asli dengan kebudayaan baru pun harus dilakukan. Subtema “Artistry” diambil karena
memiliki beberapa keserupaan dengan kebudayaan Sumba.
Dari berbagai inspirasi diatas maka Koleksi Ready-To-Wear Deluxe “Nuana” ditujukan bagi masyarakat urban, khususnya wanita kalangan menengah ke atas dengan rentang usia 25-35 tahun yang berkarakter smart, memiliki mobilitas yang tinggi, dan berwawasan modern namun menghargai budaya lokal. Koleksi busana bersiluet loose untuk memberikan rasa nyaman bagi pengguna busana. Motif dekoratif khas Sumba pun diaplikasikan pada busana melalui teknik sablon.
1. 2 Masalah Perancangan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka masalah perancangan yang ditemukan yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya.
2. Bagaimana membuat desain busana Ready-To-Wear Deluxe berbudaya Sumba yang berkesan modern dan smart bagi masyarakat urban.
3. Bagaimana mempopulerkan kain tenun Sumba melalui koleksi busana Ready-To-Wear deluxe bagi masyarakat urban.
1.3 Batasan Perancangan
Batasan dibuat untuk menjaga kesatuan dalam sebuah koleksi dan menjadikan desain busana tepat sasaran. Batasan perancangan dari koleksi ini yaitu sebagai berikut. 1. Tema besar yaitu tenun ikat Sumba yang digabungkan dengan tren Refugium,
subtema Artistry. Motif yang dipakai yaitu motif binatang, motif dekoratif, dan motif mamuli yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba. 2. Material yang digunakan yaitu kain tenun Sumba dan kain linen untuk mendapatkan
tekstur yang alami yang menyerupai tekstur kain tenun. Siluet busana yang cenderung lurus, kaku, dan terdapat unsur overlap serta ikatan yang terinspirasi dari cara pemakaian kain tenun sebagai busana pada masyarakat Sumba. Warna-warna yang dipakai dalam busana yaitu biru indigo dan warna abu-abu sebagai lambang gaya hidup urban yang serba praktis serta minimalis.
(10)
3 Universitas Kristen Maranatha 3. Teknik sablon diterapkan untuk membuat corak-corak pada kain yang
melambangkan motif dekoratif khas Sumba. Berdasarkan riset yang sudah dilakukan desainer, teknik sablon merupakan teknik yang efisien untuk menerapkan motif-motif pada kain.
4. Target market yang dituju yaitu wanita berusia 25-35 tahun kalangan menengah ke atas dengan dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, memiliki mobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.
1. 4 Tujuan Perancangan
Ada pun tujuan perancangan koleksi busana Ready-To-Wear Deluxe yaitu sebagai berikut.
1. Mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya
2. Menyediakan busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia 25-35 tahun dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.
3. Mempopulerkan kain tenun Sumba di kalangan masyarakat luas, terutama di kalangan masyarakat urban.
(11)
4 Universitas Kristen Maranatha
1.5 Metode Perancangan
Gambar 1.1 Metode perancangan Sumber: Dokumentasi pribadi
(12)
5 Universitas Kristen Maranatha
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan tentang latar belakang perancangan, masalah perancangan, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.
BAB II Kerangka Teori, berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan desain dan dapat memperkuat konsep. Teori yang diangkat yaitu teori desain, teori fashion, teori busana, teori pola jahit, teori reka bahan tekstil, dan teori warna.
BAB III Deskripsi Objek Studi, berisi pembahasan sumber inspirasi secara mendalam. Dalam laporan ini, yaitu pembahasan tentang tenun ikat Sumba yang menjadi inspirasi utama perancangan, tren Refugium dengan subtema Artistry, dan target market.
BAB IV Konsep Perancangan, terbagi menjadi empat bagian yaitu perancangan umum, perancangan khusus, perancangan detail, dan proses pengerjaan. Bab ini berisi tentang penjelasan konsep dan image board, ilustrasi busana, serta penjelasan desain dari setiap busana.
BAB V Penutup, berisi simpulan koleksi busana serta saran yang berguna bagi berbagai pihak untuk mengembangkan koleksi busana, hingga nantinya dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
(13)
48 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN & SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan konsep perancangan yang sudah dijelaskan di dalam Bab IV, tujuan perancangan untuk mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya sudah tercapai. Hal tersebut diwujudkan melalui penggunaan tenun ikat Sumba dalam perancangan yang digabungkan dengan tren “Refugium”. Tujuan untuk menyediakan busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia 25-35 tahun dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal pun sudah terwujud melalui desain busana.
5.2 Saran
Saran yang diberikan yaitu agar tenun ikat Sumba dapat diolah kembali menjadi busana atau item fashion lainnya dengan berbagai karakter desain. Hal tersebut bertujuan agar kain tenun Sumba dapat diterima oleh berbagai macam target market. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan tenun ikat Sumba, semakin lestari pula keberadaan kain tradisional tersebut sehingga di tengah-tengah era modern ini, masyarakat modern tidak melupakan budaya aslinya.
(14)
49 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Marie Jeanne and Jill Forshee. 1999. Decorative Arts Of Sumba. Amsterdam: The Pepin Press
Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: JALASUTRA
Gunawan, Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
Hopkins, John. Fashion Design: The Complete Guide. Switzerland: AVA Publishing SA
Kuno, Naomi. 2005. Tasteful Color Combinations.
Ramone, Robert. Sumba Forgotten Island.
https://kuacaproduction.wordpress.com/jenis-sablon/ diakses pada 20 Mei 2016 pada 19:17
https://obey2008.wordpress.com/2008/04/01/proses-teknik-sablon/ diakses pada 20 Mei 2016 pada 19:17
http://www.empower-yourself-with-color-psychology.com/color-blue.html/ diakses pada 1 Juni 2016 pada 11:56
(1)
2 Universitas Kristen Maranatha
asli dengan kebudayaan baru pun harus dilakukan. Subtema “Artistry” diambil karena memiliki beberapa keserupaan dengan kebudayaan Sumba.
Dari berbagai inspirasi diatas maka Koleksi Ready-To-Wear Deluxe “Nuana” ditujukan bagi masyarakat urban, khususnya wanita kalangan menengah ke atas dengan rentang usia 25-35 tahun yang berkarakter smart, memiliki mobilitas yang tinggi, dan berwawasan modern namun menghargai budaya lokal. Koleksi busana bersiluet loose untuk memberikan rasa nyaman bagi pengguna busana. Motif dekoratif khas Sumba pun diaplikasikan pada busana melalui teknik sablon.
1. 2 Masalah Perancangan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka masalah perancangan yang ditemukan yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya.
2. Bagaimana membuat desain busana Ready-To-Wear Deluxe berbudaya Sumba yang berkesan modern dan smart bagi masyarakat urban.
3. Bagaimana mempopulerkan kain tenun Sumba melalui koleksi busana
Ready-To-Wear deluxe bagi masyarakat urban.
1.3 Batasan Perancangan
Batasan dibuat untuk menjaga kesatuan dalam sebuah koleksi dan menjadikan desain busana tepat sasaran. Batasan perancangan dari koleksi ini yaitu sebagai berikut. 1. Tema besar yaitu tenun ikat Sumba yang digabungkan dengan tren Refugium,
subtema Artistry. Motif yang dipakai yaitu motif binatang, motif dekoratif, dan motif mamuli yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba. 2. Material yang digunakan yaitu kain tenun Sumba dan kain linen untuk mendapatkan
tekstur yang alami yang menyerupai tekstur kain tenun. Siluet busana yang cenderung lurus, kaku, dan terdapat unsur overlap serta ikatan yang terinspirasi dari cara pemakaian kain tenun sebagai busana pada masyarakat Sumba. Warna-warna yang dipakai dalam busana yaitu biru indigo dan warna abu-abu sebagai lambang gaya hidup urban yang serba praktis serta minimalis.
(2)
3 Universitas Kristen Maranatha
3. Teknik sablon diterapkan untuk membuat corak-corak pada kain yang melambangkan motif dekoratif khas Sumba. Berdasarkan riset yang sudah dilakukan desainer, teknik sablon merupakan teknik yang efisien untuk menerapkan motif-motif pada kain.
4. Target market yang dituju yaitu wanita berusia 25-35 tahun kalangan menengah ke atas dengan dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, memiliki mobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.
1. 4 Tujuan Perancangan
Ada pun tujuan perancangan koleksi busana Ready-To-Wear Deluxe yaitu sebagai berikut.
1. Mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya
2. Menyediakan busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia 25-35 tahun dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.
3. Mempopulerkan kain tenun Sumba di kalangan masyarakat luas, terutama di kalangan masyarakat urban.
(3)
4 Universitas Kristen Maranatha
1.5 Metode Perancangan
Gambar 1.1 Metode perancangan Sumber: Dokumentasi pribadi
(4)
5 Universitas Kristen Maranatha
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan tentang latar belakang perancangan, masalah perancangan, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.
BAB II Kerangka Teori, berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan desain dan dapat memperkuat konsep. Teori yang diangkat yaitu teori desain, teori fashion, teori busana, teori pola jahit, teori reka bahan tekstil, dan teori warna.
BAB III Deskripsi Objek Studi, berisi pembahasan sumber inspirasi secara mendalam. Dalam laporan ini, yaitu pembahasan tentang tenun ikat Sumba yang menjadi inspirasi utama perancangan, tren Refugium dengan subtema Artistry, dan target market.
BAB IV Konsep Perancangan, terbagi menjadi empat bagian yaitu perancangan umum, perancangan khusus, perancangan detail, dan proses pengerjaan. Bab ini berisi tentang penjelasan konsep dan image board, ilustrasi busana, serta penjelasan desain dari setiap busana.
BAB V Penutup, berisi simpulan koleksi busana serta saran yang berguna bagi berbagai pihak untuk mengembangkan koleksi busana, hingga nantinya dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
(5)
48 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN & SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan konsep perancangan yang sudah dijelaskan di dalam Bab IV, tujuan perancangan untuk mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya sudah tercapai. Hal tersebut diwujudkan melalui penggunaan tenun ikat Sumba dalam
perancangan yang digabungkan dengan tren “Refugium”. Tujuan untuk menyediakan
busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia 25-35 tahun dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi, berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal pun sudah terwujud melalui desain busana.
5.2 Saran
Saran yang diberikan yaitu agar tenun ikat Sumba dapat diolah kembali menjadi busana atau item fashion lainnya dengan berbagai karakter desain. Hal tersebut bertujuan agar kain tenun Sumba dapat diterima oleh berbagai macam target market. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan tenun ikat Sumba, semakin lestari pula keberadaan kain tradisional tersebut sehingga di tengah-tengah era modern ini, masyarakat modern tidak melupakan budaya aslinya.
(6)
49 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Marie Jeanne and Jill Forshee. 1999. Decorative Arts Of Sumba. Amsterdam: The Pepin Press
Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: JALASUTRA
Gunawan, Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
Hopkins, John. Fashion Design: The Complete Guide. Switzerland: AVA Publishing SA
Kuno, Naomi. 2005. Tasteful Color Combinations.
Ramone, Robert. Sumba Forgotten Island.
https://kuacaproduction.wordpress.com/jenis-sablon/ diakses pada 20 Mei 2016 pada 19:17
https://obey2008.wordpress.com/2008/04/01/proses-teknik-sablon/ diakses pada 20 Mei 2016 pada 19:17
http://www.empower-yourself-with-color-psychology.com/color-blue.html/ diakses pada 1 Juni 2016 pada 11:56