PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN MANAJEMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI KOTA GORONTALO.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 11

C. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian 12

D. Defenisi Operasional 13

E. Tujuan Penelitian 19

F. Manfaat Penelitian 19

BAB II : LANDASAN TEORETIK 21

A. Hakikat Pelatihan Manajemen 21

B. Hakikat Kompetensi 45

C. Hakikat Kreativitas 51

D. Hakikat Pengelolaan 70

E. Hasil Penelitian yang Relevan 72

F. Kerangka Pikir Pengembangan Model 76

BAB III : METODE PENELITIAN 81

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 81

B. Prosedur Pengumpulan Data 82

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 85

D. Data dan Sumber Data 89


(2)

F. Pengecekan Keabsahan Data 94 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 97

A. Hasil Studi Pendahuluan 97

B. Pengembangan Model Pelatihan 113

C. Kajian Efektivitas Model Pelatihan 140 D. Faktor Pendukung dan Penghambat 183

E. Pembahasan Hasil Penelitian 184

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 205

A. Kesimpulan 205

B. Rekomendasi 206

DAFTAR PUSTAKA 207


(3)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Keadaan Pengelola PKBM Kota Gorontalo 99

4.2 Kriteria Penilaian Keterampilan dan Kreativitas Peserta Pelatihan

134

4.3 Mekanisme Pelaksanaan Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM

164

4.4 Hasil Uji t Hasil Post-test Uji Coba Tahap I dan II Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

169

4.5 Hasil Uji Coba Posttest Kelas Eksperimen 173

4.6 Hasil Post-Test Uji Coba Pertama Yang Dipasangkan Dengan Hasil Post-Test Uji Coba Tahap Kedua

174

4.7 Penguasaan Keterampilan Manajemen Berbasis Kompetensi Peserta Sebelum Pelatihan

175

4.8 Penguasaan Keterampilan Manajemen Berbasis Kompetensi Peserta Setelah Pelatihan

176

4.9 Kreativitas Peserta Sebelum Pelatihan 178

4.10 Kreativitas Peserta Setelah Pelatihan 178

4.11 Pengembangan Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan


(4)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Model pelatihan Joyce dan Weil 33

2.2 Flow Chart Model Induktif 38

2.3 Identifikasi Kebutuhan Belajar menurut Ishak Abdulhak 40

2.4 Pelatihan Model Klasik 42

2.5 Siklus Model Pelatihan Kompetensi Manajerial Untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM

45

2.6 Kerangka Pikir Pengembangan Model Pelatihan

Manajemen Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM

80

3.1 Langkah-Langkah Penelitian 84

3.2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 92

3.3 Randomized Posttest-Only Control Group Design 93

4.1 Kondisi Objektif Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi di Kota Gorontalo

112

4.2 Pengembangan Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM Kota Gorontalo

115

4.3 Pengembangan Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM Kota Gorontalo (Setelah Validasi dan Siap Uji)

139

4.4 Model Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM Kota

Gorontalo (Hasil Uji Coba)

163


(5)

4.6 Hasil Uji Coba Posttest Kelas Eksperimen 173 4.7 Grafik Penguasaan Keterampilan Manajemen Berbasis

Kompetensi Sebelum dan Setelah Pelatihan

177

4.8 Grafik Kreativitas Peserta Sebelum dan Setelah Pelatihan 179 DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 212

2 Pedoman Wawancara dengan Pengelola PKBM 213

3 Pedoman Wawancara dengan Fasilitator PKBM 216

4 Pedoman Wawancara Untuk Peserta 219

5 Pedoman Wawancara Untuk Hasil Uji Coba Model 223

6 Pedoman Observasi 225

7 Kurikulum Pelatihan 230

8 Instrumen Pretest dan Posttest 231

9 Inventarisasi Calon Peserta Pelatihan 236

10 Daftar Peserta Pelatihan 238

11 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan 240

12 Identifikasi Sumber Pelatihan 241

13 Identifikasi Kemungkinan Pendukung Dan Penghambat Pelatihan Manajemen Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola Pkbm

242

14 Identifikasi Calon Fasilitator Pelatihan 243

15 Surat Pernyataan 244

16 Fasilitator Pelatihan 245

17 Silabus 246

18 Rencana Pelaksana Pelatihan 248

19 Jadwal Pelatihan 251

20 Bahan/Alat, Media Dan Fasilitas Belajar 252

21 Tata Tertib Fasilitator 253

22 Tata Tertib Peserta 254

23 Struktur Organisasi 256


(6)

25 Biodata Peserta/Fasilitator 258

26 Format Penilaian 259

27 Lembar Pengamatan Penguasaan Keterampilan Manajemen Berbasis Kompetensi Peserta Sebelum Pelatihan

260

28 Lembar Pengamatan Penguasaan Keterampilan Manajemen Berbasis Kompetensi Peserta Setelah Pelatihan

261

29 Lembar Pengamatan Kreatifitas Peserta Sebelum Pelatihan 262 30 Lembar Pengamatan Kreatifitas Peserta Setelah Pelatihan 263

31 Dokumentasi Penelitian 264


(7)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua/Penguji

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd

Ko. Promotor Merangkap Sekretaris/Penguji

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed

Anggota/Penguji

Dr. Uyu Wahyudin, M.Pd

Penguji

Prof. Dr. H. Tuhpawana S. Senjaya, M.Si

Ketua Program Studi PLS/Penguji


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan berstruktur dengan sistem yang luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang hayat. Pendidikan nonformal sebagai subsistem pendidikan nasional memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana dikemukakan Sudjana (2004: 39), adalah:

Program pendidikan nonformal lebih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya a) tujuan program berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat setempat dan/atau kebutuhan lembaga tempat peserta didik itu bekerja, b) adanya hubungan erat antara isi program pendidikan dengan dunia kerja atau kegiatan usaha yang ada di masyarakat, c) pengorganisasian program pendidikan dilakukan dengan memanfaatkan pengalaman belajar baik dari peserta didik, nara sumber teknis maupun sumber-sumber belajar lainnya yang ada di lingkungan setempat, d) program pendidikan diarahkan untuk kepentingan peserta didik bukan mengutamakan penyelenggara program, e) kegiatan belajar tidak dipisahkan dari kegiatan bekerja atau kefungsian peserta didik di masyarakat, f) adanya kecocokan antara pendidikan dengan dunia kerja, maka program pendidikan nonformal dapat memberikan hasil balik yang relatif lebih cepat,

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan


(9)

kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Coombs dan Ahmed (1974: 8) yang mengatakan bahwa:

Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara tersendiri atau bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajarnya. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu satuan pendidikan non formal adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk masyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan demikian jelaslah bahwa PKBM merupakan suatu wadah pendidikan nonformal dengan berbagai program kegiatan pembelajaran masyarakat yang mengarah pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan khususnya pendidikan nonformal. Kegiatan di PKBM tergantung pada kebutuhan masyarakat sekitar, karena sifatnya adalah memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. PKBM dimaksudkan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki supaya mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam rangka mengikuti perkembangan lingkungan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PKBM mempunyai tujuan memperluas kesempatan masyarakat yang tidak mampu


(10)

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mental untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.

Pembangunan pendidikan melalui PKBM, secara bertahap terus dipacu dan diperluas guna memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak mungkin dapat terlayani melalui jalur pendidikan sekolah. Sasaran pelayanan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) diprioritaskan kepada warga masyarakat yang tidak pernah sekolah, putus sekolah, penganggur/miskin dan warga masyarakat lainnya yang ingin belajar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya sebagai bekal untuk dapat hidup lebih layak.

Sudjana, (2000;53) mengatakan bahwa

PKBM memiliki fungsi sebagai tempat membelajarkan kepada warga masyarakat, melakukan koordinasi dalam memanfaatkan potensi-potensi di masyarakat, menyediakan informasi kepada anggota masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional atau kecakapan hidup (life-skills), menjadi ajang pertukaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan di antara anggota masyarakat, dan menjadi tempat untuk upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tertentu bagi warga masyarakat yang membutuhkan

Upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional pada jalur PLS,khususnya pada PKBM akan banyak bergantung kepada berbagai faktor, baik dari dalam sistem PKBM itu sendiri maupun faktor-faktor dari luar sistem PKBM. Salah satu faktor kunci (the key factor ) yang berasal dari "internal system" PKBM adalah para pengelola. Hal ini disebabkan oleh fungsi dan peranan pengelola sebagai manajer lembaga yang secara formal ditetapkan oleh pemerintah. Pengelola adalah "the key person" yang menentukan kelancaran dan


(11)

keberhasilan segala kegiatan lembaga yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maupun tujuan kelembagaan PKBM itu sendiri.

Secara formal, pengelola adalah seorang "decision maker" bagi segala kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PKBM, baik tutor maupun warga belajar. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang menyangkut pelaksanaan kurkulum sangat tergantung kepada putusan-putusan yang ditetapkan oleh pengelola sebagai penanggung jawab kegiatan program pembelajaran di PKBM. Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan kelembagaan PKBM akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan (skills) dan wawasan (vision) yang dimiliki oleh pengelola dalam melaksanakan peranan dan fungsinya sebagai pimpinan PKBM. Apabila pengelola PKBM memiliki kemampuan-kemampuan profesional yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pimpinan dan penanggung jawab kegiatan PKBM, maka hal ini memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan secara efektif. Setiap peran ataupun tugas yang harus dilaksanakan pengelola PKBM sebagai pimpinan dan penanggung jawab lembaga menuntut sejumlah kemampuan khusus yang memungkinkan pengelola PKBM dapat melaksanakan tugas atau peranannya secara efektif. Di antara kemampuan yang harus dimiliki oleh pengelola PKBM adalah kemampuan manajerial.

Kemampuan manajerial, secara teoritis berkaitan dengan kemampuan seseorang baik akademis maupun pribadi, yang dengan kekuatan itu dapat


(12)

mempengaruhi orang lain untuk turut berperilaku sesuai dengan tujuan yang ditetapkan organisasi. Kemampuan-kemampuan ini tidak dapat tumbuh dengan sendirinya dari pengalaman saja tetapi perlu ditumbuhkembangkan melalui berbagai kegiatan pendidikan khusus baik dalam pra jabatan maupun dalam jabatan. Melalui kedua kegiatan tersebut, memungkinkan pengelola PKBM tumbuh secara terus menerus sehingga mampu mengadakan penyesuaian dalam melaksanakan tugasnya.

Kemampuan manajerial pengelola PKBM cukup penting untuk dijadikan kajian karena dianggap dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan dan keberhasilan pendidikan di jalur PLS. Kepemimpinan yang handal merupakan syarat mutlak suatu lembaga yang mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kepentingan organisasi. Kemampuan manajerial selalu berkaitan dengan kemampuan seseorang baik akademis maupun pribadi, yang dengan kekuatan itu dapat mempengaruhi orang lain untuk turut berperilaku sesuai dengan tujuan yang ditetapkan organisasi

Oleh karena itu, kemampuan manajerial yang baik menjadi syarat mutlak keberhasilan PKBM dalam memberikan pelayanan pendidikan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kualitas dan kuantitas layanan program pendidikan, meningkatnya manfaat program yang dirasakan kelompok sasaran, dan meningkatnya partisipasi setiap warga masyarakat dalam pengelolaan PKBM. Keberhasilan pengelolaan lembaga PKBM sangat ditentukan oleh sumber daya yang tersedia terutama antara lain sumber daya


(13)

manusia sebagai pengelola. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan didirikannya PKBM yakni melayani masyarakat dalam bidang pendidikan sesuai dengan kebutuhannya, maka pengelola PKBM dituntut kreativitasnya yakni kemampuannnya untuk berpikir kreatif dalam menjalankan berbagai macam program serta mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh PKBM. Di samping itu, kreativitas dalam melakukan inovasi-inovasi dengan memanfaatkan unsur-unsur yang tersedia merupakan keharusan dalam pengelolaan PKBM. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas (berpikir kreatif) merupakan kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. (Munandar, 2006: 47). Dengan demikian, kreativitas pengelola PKBM sangat penting untuk dikembangkan terutama dalam penerapan prinsip-prinsip seperti: proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Pada dasarnya setiap orang termasuk pengelola PKBM memiliki potensi yang dapat dikembangkan agar terjadi peningkatan kemampuan yang dapat menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan tugas. Pengembangan potensi ini dapat dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan bagi pengelola lembaga pendidikan nonformal


(14)

khususnya pengelola PKBM yang dilaksanakan dan dibiayai baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pengelola PKBM. Kenyataan yang terjadi adalah pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan dewasa ini belum mampu meningkatkan kompetensi peserta pendidikan dan pelatihan termasuk pengelola PKBM. Hal ini jelas terlihat dari adanya pengelola PKBM yang tidak memilki kreativitas dalam pengelolaan PKBM.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari beberapa pengelola PKBM bahwa pengelolaan PKBM dilakukan tergantung pada anggaran yang dikeluarkan pemerintah, sehingga program dan kegiatan yang dijalankan juga sangat tergantung pada program dan kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengelola PKBM belum memiliki kreativitas dalam menyusun program dan kegiatan yang merupakan inisiatif sendiri dan tidak harus tergantung pada pihak lain. Akibatnya, banyak PKBM yang mati – hidup (on-off), artinya PKBM akan melaksanakan kegiatannya jika ada anggaran atau biaya dari pemerintah. Tapi ketika pemerintah tidak mengalokasikan anggaran untuk PKBM, maka PKBM itupun tidak ada kegiatan yang dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pengelola PKBM dalam pengembangan mutu pendidikan masih rendah. Hal tersebut nampak dari adanya pengelolaan PKBM yang belum menerapkan


(15)

fungsi-fungsi manajemen. Dalam perencanaan, pengelola belum menggunakan metode dan logika untuk memperoleh rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini pengelola kadang memutuskan sesuatu, kapan, bagaimana dan siapa yang harus melakukannya. Seberapa besar tanggung jawab yang dibebankan dalam perencanaan kegiatan PKBM belum didasarkan pada besarnya dan tujuan lembaga serta kegiatan khusus lembaga.

Pada pengorganisasian, pengelola PKBM belum mengalokasikan dan menugaskan sumber daya lembaga yang dimiliki untuk mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan. Pengelola telah menyusun struktur organisasi yang mencakup sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan sekitarnya serta konsisten dengan tujuan organisasi. Pengelola juga merinci tugas pekerjaan pada setiap individu yang terlibat dalam lembaga PKBM. Namun dua aspek tentang struktur organisasi dan perincian tugas dianggap bukan menjadi hal yang penting dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Pada aspek pengarahan, pengelola belum melaksanakan pemberian motivasi kepada warga belajar. Selain itu komunikasi yang terjalin di antara anggota belum menciptakan suasana yang mendukung pengelolaan PKBM. Hal ini nampak dari kurang adanya pemberian kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para kelompok.


(16)

Selanjutnya dalam melakukan pengawasan, pengelola tidak dilakukan melalui pengumpulan informasi akurat tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau terhadap tujuan yang diinginkan. Selain itu pengawasan tidak dilakukan pada semua aspek organisasi, tetapi hanya pada aspek-aspek tertentu saja seperti keuangan dan kehadiran para karyawan/pegawai. Kurangnya efektifnya pengelolaan PKBM mengindikasikan bahwa kreativitas pengelola rendah.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kreativitas pengelola PKBM adalah melalui pelaksanaan pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini dilaksanakan secara konvensional dengan menggunakan model-model yang berlaku umum tanpa melakukan pengembangan pada tahapan-tahapan kegiatan pelatihan. Selain itu, materi pelatihan belum memasukkan materi manajemen dalam usaha meningkatkan kreativitas pengelola sehingga kemampuan peserta dalam mengelola PKBM tidak mengalami peningkatan yang diharapkan.

Belum optimalnya pelatihan yang dilaksanakan nampak dari adanya penerapan fungsi-fungsi manajemen, seperti; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian, pembinaan dan pengembangan belum optimal dilaksanakan. Dalam perencanaan, kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara meliputi: rekrutmen peserta pelatihan, rekrutmen tutor, penetapan materi dan penyusunan program pembelajaran. Kegiatan pengorganisasian yang dilaksanakan adalah pembentukan penanggung jawab


(17)

dan pembagian tugas. Pada pelaksanaan, kegiatan yang dilaksanakan adalah program pelatihan menyangkut kegiatan penyelenggara, fasilitator dan peserta. Pembinaan dilaksanakan oleh internal dan eksternal. Penilaian dilaksanakan hanya pada kegiatan pelatihan, sedangkan dampak yang diperhatikan meliputi: peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku peserta.

Fungsi-fungsi manajemen tersebut secara keseluruhan tidak dilaksanakan. Penyelenggara dalam merekrutmen peserta dan fasilitator hanya melihat data-data yang ada pada pelaksanaan pelatihan-pelatihan sebelumnya tanpa melakukan analisis terhadap kebutuhan pelatihan akan peserta didik dan fasilitator. Selain itu, belum adanya penetapan tata tertib bagi pelaksanaan pelatihan untuk fasilitator maupun peserta sehingga pelatihan tidak berlangsung secara efektif dan efesien. Demikian pula pada aspek-aspek lainnya. Dampak dari kurang efektifnya pelatihan yang dilaksanakan menyebabkan peserta pelatihan tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam mengelola PKBM pada aspek kreativitas yang meliputi: kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu gagasan.

Uraian tersebut di atas mengisyaratkan perlu adanya pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi sebagai salah satu bentuk inovasi dalam program pelatihan yang selama ini dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari kegiatan pelatihan


(18)

terhadap pengelola PKBM yang selama ini dilaksanakan di Kota Gorontalo masih perlu diformulasikan ke dalam suatu pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi yang harus dilaksanakan sesuai kebutuhan peserta pelatihan agar hasil pelatihan benar-benar dapat meningkatkan kreativitas pengelola PKBM dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal.

Kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo dalam melaksanakan program dan kegiatan pendidikan nonformal untuk melayani masyarakat dalam bidang pendidikan sesuai dengan kebutuhannya sangat diperlukan dlam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam pengelolaan PKBM di Kota Gorontalo yakni pengelola belum memiliki kreativitas dalam pelaksanaan berbagai program kegiatan untuk memenuhi keinginan masyarakat terhadap pendidikan sesuai kebutuhannya. Dari masalah pokok ini, dapatlah dipahami bahwa PKBM dalam menjalankan aktivitasnya menerapkan manajemen yang efektif, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Pengelolaan PKBM seperti ini hanya menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap keberadaan PKBM sebagai lembaga pendidikan nonformal. Pengelolaan yang diharapkan adalah pengelolaan yang memiliki perencanaan yang matang, pengorganisasian yang terstrukutr dengan baik, terdapatnya jalinan komunikasi dan pemberian motivasi kerja yang kontinu, sistem pengawasan yang baik, dan


(19)

dilakukan evaluasi, sehingga akan jelas tingkat ketercapaian program dan kegiatan yang dilaksanakan.

Pemerintah telah mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pengelola PKBM, namun kompetensi pengelola belum mengalami peningkatan yang berarti. Hal tersebut dikarenakan, pelatihan yang diberikan kepada pengelola belum efektif yang disebabkan oleh penerapan model pelatihan yang tidak mengembangkan prinsip-prinsip manajemen dalam pelaksanaannya.

Permasalahan yang dihadapi oleh pengelola PKBM dalam menjalankan program dan kegiatannya adalah ketidakmampuan mereka mengembangkan sendiri hasil pendidikan dan pelatihan sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mengimplementasikan dalam pengelolaam PKBM. Adanya permasalahan tersebut mengakibatkan pengelolaan PKBM tidak efektif. Dari 16 PKBM di Kota Gorontalo terdapat 45% yang melaksanakan pengelolaan dengan baik meskipun tidak secara efektif, sedangkan 55% lainnya tidak melakukan pengelolaan dengan baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, terdapat kecenderungan belum adanya model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM.

C. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka ditetapkan rumusan masalah penelitian ini adalah ” Pengembangan Model Pelatihan Manajemen Berbasis


(20)

Kompetensi bagaimana yang dapat meningkatkan Kreativitas Pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

Dengan mengacu kepada rumusan masalah di atas, peneliti secara khusus menjabarkannya ke dalam rumusan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kondisi obyektif pengelolaan PKBM di Kota Gorontalo?

2. Bagaimana pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo?

3. Bagaimana efektivitas model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo? 4. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model

pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo?

D. Definisi Operasional

1. Pengembangan Model

Model adalah suatu penyajian fisik atau konseptual dari suatu obyek atau sistem yang mengkombinasikan bagian-bagian khusus tertentu dari obyek aslinya. (Fred dalam Hamalik, 2000:2). Sedangkan pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seseorang


(21)

individu atau kelompok dalam menjalankan tugas (Simamora, 1995:287). Jadi model pelatihan adalah suatu konsep atau sistem instruksional atau pembelajaran untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan atau sikap untuk mencapai standar yang ditentukan.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengembangan model adalah menjadikan pola yang sudah ada dalam hal ini pelatihan manajemen yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah terhadap pengelola Kegiatan Belajar Masyarakat menjadi lebih sempurna atau lebih efektif.

2. Pelatihan Manajemen

Robins dan Mary, (1999:12) mengatakan bahwa pelatihan adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Selanjutnya menurut Sikula (1976) dalam Suryana, (2006:2) merumuskan bahwa pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur yang sistimatis dan terorganisir. Peserta pelatihan itu sendiri akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu”.

Menurut pendapat lain tentang pelatihan diungkapkan oleh Henri Simamora (1997:287) menyebutkan, pelatihan yaitu serangkaian aktivitas yang dirangsang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,pengalaman


(22)

ataupun perubahan sikap seseorang individu atau kelompok. Dalam hal ini pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian, pengetahuan, pengalaman yang diajarkan kepada peserta bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu.

Manajemen menurut Terry (1993: 4) adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Richard (1988: 5) memandang bahwa manajemen merupakan proses pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efesien yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan dan sumber daya organisasi. Manajemen dalam suatu organisasi termasuk lembaga pendidikan merupakan sumber daya yang sangat penting dalam menggerakkan komponen-komponen yang ada untuk mencapai tujuan secara optimal.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelatihan manajemen adalah proses pendidikan jangka pendek yang dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir yang diikuti oleh pengelola PKBM dengan tujuan agar mereka dapat meningkatkan keahlian, pengetahuan, dan keterampilan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi terkait dengan pengelolaan PKBM.


(23)

3. Kompetensi

Syah (2001: 229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (2002: 1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2006: 38) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Robert A. Roe (dalam Mulyasa, 2006: 39) mengemukakan kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki pengelola PKBM berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola program dan kegiatan pendidikan non formal.


(24)

4. Kreativitas

Rogers (dalam Munandar, 2009: 18) mengatakan. bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kemampuan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua organism. Selanjutnya Minandar

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsure-unsur yang ada. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dan kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu gagasan. (Munandar, 2006:47)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kreativitas adalah kemampuan pengelola PKBM untuk mengekspresikan, mewujudkan potensi dirinya serta kemampuan mengembangkan, memperkaya, dan merinci suatu gagasan terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan dalam pengelolaan PKBM.

5. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal dapat


(25)

berbentuk lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah satuan pendidikan nonformal yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat yang ada di Kota Gorontalo dengan berbagai macam kegiatannya antara lain program pendidikan keterampilan, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Keaksaraan dan kesetaraan.

6. Pengelola PKBM

Secara formal pengelola PKBM adalah seorang “decision maker” bagi segala kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PKBM. Pengelola PKBM sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan PKBM berperan sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator dia betanggung jawab dalam penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sebagai supervisor dia bertanggung jawab dalam pengembangan mutu pembelajaran di PKBM melalui pemberian bantuan terhadap pengembangsn kemampuan professional tenaga pendidik. Lipphan (1974:10) menggolongkan tugas pengelola PKBM ke dalam lima macam yaitu : a). program pengajaran, b). membina staf, c). membina dan mengelola warga belajar, d). mengelola sumber/keuangan, dan e). mengelola hubungan PKBM dengan masyarakat.


(26)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan kondisi obyektif pengelolaan PKBM di Kota Gorontalo. b. Mengembangkan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk

meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

c. Menguji efektivitas model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

d. Menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis temuan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan nonformal, tidak saja bagi penguatan program pembelajaran kewirausaahan tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya model-model pembelajaran baru dalam dimensi pendidikan non formal.


(27)

1. Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

2. Memberikan masukan kepada lembaga pembina program dan satuan pendidikan nonformal dalam hal pelaksanaan pendidikan pelatihan bagi pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

3. Memberikan masukan kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan satuan pendidikan nonformal


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam

setting tertentu untuk mengetahui kondisi riil (alamiah) dengan maksud

menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya?. Jadi riset kualitatif adalah berbasis pada konsep

going exploring” yang melibatkan indepth and caseoriented study atas

sejumlah kasus atau kasus tunggal yang berhubungan dengan pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo. Penelitian kuantitatif digunakan mengumpulkan data kreativitas pengelola PKBM untuk menjadi dasar pembuktian (verifying) teori-teori yang sudah ada. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan pretest, posttest dan pengamatan terhadap kreativitas pengelola PKBM.

Metode yang digunakan adalah metode research and development (R& D). Model penelitian dan pengembangan adalah: “a process develop andd

validate educational product”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa produk

pendidikan tidak hanya objek-objek material, seperti buku teks, film untuk pengajaran, prosedur dan proses seperti metode mengajar, atau pengorganisasian pengajaran. Wujud dapat berupa tujuan belajar, metode,


(29)

kurikulum, evaluasi, baik perangkat keras, lunak maupun cara atau prosedurnya.

Selaras dengan pemikiran tersebut, yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini, untuk menemukan atau membuat model pelatihan baru dan atau perbaikan terhadap produk lama pendidikan guna menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di dalam masyarakat untuk mendorong terciptanya masyarakat mandiri dan siap menjadi wirausaha baru melalui optimalisasi masyarakat dalam unit-unit usaha dengan berbagai potensi yang dimilikinya. B. Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penelitian adalah metode R & D, maka prosedur (langkah-langkah ) dalam pelaksanaan penelitian ini mengacu pada apa yang dipaparkan oleh Borg & Hall (2003) yakni sebagai berikut:

1). Melakukan studi pendahuluan, yakni untuk memperoleh data empiric (melalui observasi) tentang kondisi warga belajar dan studi teoretik (studi literature), yakni konseptual yang terkait dengan data awal (empiric) yang diperoleh.

2). Mengembangkan model yang akan diimplementaikan, yakni melihat validitas dari model tersebut. Untuk itu perlu dilakukan “seminar terbatas” dengan mengundang para pakar atau praktisi bidang pendidikan luar sekolah dan tutor pada lembaga setempat untuk melihat kelemahan dari model yang disusun.


(30)

3). Merevisi (memperbaiki) model berdasarkan masukan pada pakar (praktisi) sampai model tersebut siap untuk diuji cobakan (mungkin masih diperlukan pertemuan dengan para pakar yang relevan?

4). Uji coba model secara terbatas ke lapangan, yakni dengan eksperimen semu” (One Group-Postest Only Design) dengan tujuan melihat keefektifan model tersebut melalui pengamatan, wawancara atau angket. 5). Revisi model awal, yakni analisis dan penyempurnaan model tersebut

berdasarkan hasil uji coba awal di lapangan

6). Uji coba pelaksanaan di lapangan, yakni dilaksanakan di masyarakat yang sesungguhnya (lebih luas), yakni dengan One Group Pretest-Postest Only Design. Ini mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dan perlu ke lapangan berulang-ulang

7). Revisi model (penyempurnaan) yakni memperbaiki hal-hal yang masih lemah atau kurang efektif

8). Final pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kinerja pengelola PKBM

Langkah-langkah penelitian di atas dapat digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut:


(31)

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penelitian Pemahaman Fenomena

Studi Teoretik

Penyusunan Indikator

Validasi instrumen

Analisis Data secara Kualitatif

Deskripsi Data

Perumusan Model Konseptual Validasi Model Konseptual

Revisi Model Konseptual Uji Coba Terbatas Model Konseptual

Revisi Uji Coba Terbatas Model

Uji Coba Model (lapangan) Penyempurnaan Model (Validasi)

Pengumpulan dan Pengolahan Data


(32)

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian dengan teknik kualitatif sangat tergantung pada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi, wawancara dan studi dokumenter. Ketiga teknik pengumpulan data ini untuk memperoleh informasi yang saling menunjang dan melengkapi.

Mengacu pada pendapat di atas, teknik pengumpulan data untuk studi awal dan pelaksanaan penelitian yang digunakan meliputi; (a) pengamatan partisipasi, (b) wawancara, (c) studi dokumentasi, (d) tes diberikan sebelum

(pretest) dan sesudah pengembangan model pelatihan manajemen berbasis

kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM (posttest). Observasi partisipasi (partisipation observation), dilakukan oleh pengamat dengan melibatkan dirinya dalam suatu kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang lain tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi. Singarimbun (dalam Moleong, 1990: 109) mengemukakan bahwa kegiatan wawancara melibatkan komponen-komponen, yaitu; isi pertanyaan, pewawancara, responden, dan situasi wawancara. Sedangkan dokumentasi yaitu dokumen-dokumen yang ada di dinas pendidikan kesetaraan Kota Gorontalo, PKBM, dan masyarakat yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai pelengkap keluasan analisis data.


(33)

a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan lain-lainnya. Intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan yaitu dari partisipasi nihil (non pariticipation), partisipasi pasif (pasive partisipation), partisipasi sedang (moderate partisipation), partisipasi aktif (active

partisipation), sampai dengan partisipasi penuh (complete partisipation).

Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi moderat. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan sebagai penonton, sewaktu-waktu turut serta dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung.

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah pelatihan tentang kreativitas pengelola PKBM, tempat-tempat pelaksanaan pelatihan, dokumen-dokumen pelatihan, bukti-bukti kreativitas pengelola PKBM, sarana prasana pelatihan, media dan fasilitas yang digunakan dalam pelatihan kreativitas pengelolaan PKBM.


(34)

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan tentang objek penelitian yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara (interview guide)

Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah (1) model yang diterapkan dalam pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk mengembangkan kreativitas pengelola PKBM, (2) peserta pelatihan, (3) fasilitator pelatihan, (3) waktu dan lamanya pelatihan, (4) PKBM yang pernah mengikuti pelatihan manajemen berbasis kompetensi, (5) fasilitas yang digunakan dalam pelatihan, dan (6) pihak-pihak yang menjadi penyelenggara pelatihan.

Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka. Dengan demikian wawancara dimaksudkan untuk mengumpulkan data penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari, antara lain:

- Antara pewawancara dan yang diwawancarai belum saling mengenal; - Terjadi interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai;

- pewawancara mengajukan pertanyaan;

- pertanyaan yang diajukan oleh harus selalu bersifat netral, atau tidak menjurus pada suatu jawaban tertentu;

- Pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara berdasarkan panduan wawancara.


(35)

Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide Interaksi serta komunikasi dalam wawancara akan menjadi mudah jika waktu, tempat, serta sikap masyarakat menunjang situasi. Waktu wawancara harus dicari sedemikian rupa, sehingga bagi responden merupakan waktu tersebut adalah waktu yang tidak digunakan untuk pekerjaan lain, dan dijaga supaya responden tidak menggunakan waktu yang terlalu lama untuk wawancara. Tempat untuk wawancara haruslah suatu tempat yangdapat diterima oleh responden dan dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya.

Suatu keserasian antara pewawancara, responden, serta situasi wawancara perlu dipelihara supaya terdapat suatu komunikasi yang lancar dalam wawancara. Dalam hubungan ini, maka sangat diperlukan:

1). Suatu hubungan yang baik antara pewawancara dan responden sehingga wawancara beralan dengan lancar;

2). Kemampuan pewawancara mencatat jawaban sejelas-jelasnya, teliti dan sesuai dengan maksud jawaban;

3). Kemampuan pewawancara menyampaikan pertanyaan kepada responden sejelas-jelasnya dan sesederhana mungkin dan tidak menyimpang dari interview guide;

4). Dapat membuat responden memberikan penjelasan tambahan untuk menambah penjelasan jawaban sebelumnya dengan pertanyaan yang tepat; 5). Pewawancara harus dapat bersifat netral terhadap semua jawaban.


(36)

c. Teknik dokumentasi, yaitu untuk melengkapi data yang bersifat dokumen, foto, gambar, dan lain-lain yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Sebelum data dari dokumen, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu; (a) apakah dokumen itu otentik atau palsu, (b) apakah isinya dapat diterima sebagai kenyataan, dan (c) apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.

Data data yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi adalah foto-foto tentang pelatihan, program pembelajaran (silabus, RPP, materi, dan jadwal), daftar peserta pelatihan, daftar fasilitator, dan profil PKBM. d. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui data tentang kemampuan awal dan akhir dari peserta pelatihan tentang materi manajemen. Tes dilakukan dalam bentuk pretest yang diberikan pada awal kegiatan untuk mengetahui kemampuan awal peserta sebelum mengikuti pelatihan dan posttest diberikan pada akhir kegiatan untuk mengetahui kemampuan akhir peserta setelah mengikuti pelatihan. Tes diberikan dalam bentuk pilihan ganda atau

multiple choice dengan 4 option jawaban, sebagaimana terdapat pada

lampiran 8.

D. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan model pelatihan manajemen berbasis


(37)

kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo.

Data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data tentang pengembangan model manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo diperoleh dari hasil wawancara sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan informasi-informasi yang relevan dengan variabel penelitian.

Data hasil penelitian awal diperoleh bahwa terdapat 16 PKBM di Kota Gorontalo. Dari 16 PKBM tersebut terdapat 9 PKBM yang pernah mengikuti pelatihan tentang manajemen berbasis kompetensi, sedangkan 7 PKBM lainnya belum pernah mengikuti pelatihan manajemen berbasis kompetensi. Pelatihan yang digunakan masih berbentuk kompensional dan belum dapat meningkatkan kreativitas pengelola PKBM.

Dari hasil penelitian akhir diperoleh bahwa terjadi peningkatan kreativitas pengelola PBKM yang ditunjukkan oleh hasil postest kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Keterampilan pengelola PKBM mengalami peningkatan sebesar 39,25%, di mana keterampilan pengelola PKBM sebelum pelatihan sebesar 38% dan meningkat menjadi 77,25% setelah mengikuti pelatihan. Selain itu kreativitas pengelola mengalami peningkatan sebesar 26,50%, di mana kreativitas pengelola sebelum pelatihan sebesar 40,00% dan menjadi 66,50% setelah mengikuti pelatihan.


(38)

E. Analisis Data

Proses penelitian dan pengembangan memiliki prosedur dan langkah-langkah sebagai berikut: (a) produk yang dikembangkan diperoleh dari hasil penelitian yang relevan, (b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (c) uji lapangan, dan (d) mengurangi kesalahan dan kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan ujicoba lapangan.

Dalam penelitian awal, data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan teknik induksi. Datanya kebanyakan berbentuk kata-kata, pernyataan, perilaku, gambar-gambar, foto, dokumen-dokumen dan tanda-tanda lain. Untuk kepentingan analisis dan interpretasi lebih lanjut, setiap paragraf dari teks tersebut diberi kode cetak untuk mengenal substansi model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM di Kota Gorontalo dapat dikelompokkan secara sistematis dan diinterpretasi secara bermakna.

Mengacu pada uraian di atas, maka dalam analisis data kualitatif, peneliti membagi pada beberapa tahap yaitu pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi data, mereduksi, interpretasi data atau memberi tafsiran. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian direduksi, dirangkum, dipilih dan difokuskan variabel pengembangan selanjutnya, data disusun secara berurutan berdasarkan kepentingan, sehingga data tersebut dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai objek atau fokus kajian.


(39)

Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian efektivitas. 1) Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data kualitatif. Huberman dan Miles (dalam Sugiyono (2007: 276) mengatakan bahwa analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data sebagaimana gambar berikut:

Gambar 3.2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

2) Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis deskriptif, di mana berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoretik meliputi menyusun model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM. Model yang disusun ini kemudian divalidasi

Data collection

Data Display

Data Reduction

Conclusion Drawing Verification


(40)

pakar, praktisi, dan teman sejawat serta dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

3) Tahap Kajian Efektivitas

Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan model eksperimen “Randomized Posttest-Only Control Group Design” (desain kelompok kontrol PascaTest beracak) yang bagannya sebagai berikut:

Kelompok Perlakuan Pascatest

A (ke) X 0

B (kk) 0

Gambar 3.3. Randomized Posttest-Only Control Group Design

Keterangan:

A : Kelompok yang dibentuk B : Kelompok yang dibentuk KE : Kelompok eksperimen KK : Kelompok kontrol

X : Perlakuan yang diberikan 0 : Tes yang diberikan

Kelompok A dan Kelompok B memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Kelompok A diberi perlakuan dalam hal ini kegiatan pembelajarannya menggunakan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM (model yang dikembangkan). Kelompok B kegiatan pembelajarannya menggunakan model yang selama ini biasa dilaksanakan. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir kelompok A dan kelompok B diberi tes yang sama. Hasil tes kedua kelompok ini diuji perbedaannya dengan menggunakan statistika melalui uji t.


(41)

F. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang akan dilakukan peneliti terdiri atas: 1. Uji Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian ini dipenuhi melalui beberapa kegiatan, yaitu: Pertama, aktivitas yang dilakukan untuk membuat temuan dan interpretasi yang akan dihasilkan lebih terpercaya dan terdiri dari: (a) memperpanjang masa observasi pada lokasi penelitian yaitu di PKBM Cipta Karya dan Putra Mandiri, (b) melakukan pengamatan secara terus menerus pada kegiatan yang dilaksanakan dalam pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM, dan (c) melakukan triangulasi. Perpanjangan masa observasi dilakukan dengan maksud melengkapi kekurangan-kekurangan data yang masih diperlukan untuk menyusun temuan penelitian yang terpercaya. Pengamatan secara terus menerus ditujukan agar apa yang diamati bukanlah kejadian sesaat atau muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan aktivitas yang sudah terpola. Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari seorang informan dengan informan lainnya. Misalnya hasil wawancara informan di PKBM Cipta Karya dan untuk mengecek kebenarannya peneliti mengkroscek dengan informan di PKBM Putra Mandiri. Kedua, aktivitas yang ditujukan untuk melakukan pemeriksaan eksternal (external check) terhadap temuan penelitian yang dilakukan dengan cara peer debriefing dengan tujuan: (a) membantu menjaga kejujuran peneliti karena the inquirer’s biased are


(42)

probed, maka makna dieksplorasi dan dasar-dasar interpretasi diklarifikasi, (b) memberikan pengenalan dan pencarian kesempatan untuk menguji hipotesis kerja yang mungkin muncul dalam pikiran peneliti, dan (c) memberikan kepada peneliti suatu kesempatan untuk menjernihkan pikiran peneliti dari emosi dan perasaan yang mungkin clouding good judgement. Peer debriefing dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa informan. Masukan yang diperoleh dimaksudkan untuk mengsinkronisasikan paparan data dengan fokus penelitian. Ketiga, melakukan member checks sehingga data yang dikumpulkan dari infroman lebih valid. Member checks dilakukan dengan cara meminta kesediaan informan membaca ulang hasil wawancara yang sudah dituangkan ke dalam transkrip sehingga diperoleh masukan untuk perbaikannya.

2. Tranferabilitas

Digunakan untuk menjawab persoalan sampai sejauh mana hasil penelitian ini dapat ditransfer pada beberapa konteks lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan yang diuraikan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

3. Ketergantungan (dependability)

Ketergantungan dimaksudkan untuk menjaga kehati-hatian dalam “proses” pengumpulan data dan penginterpretasian data agar tidak terjadi


(43)

kemungkinan kesalahan. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Menurut Sugiyono (2007: 277) bahwa caranya dilakukan oleh auditor yang independen, pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian dengan pembimbing yang ditunjuk oleh lembaga dalam pelaksanaan penelitian.

4. Konfirmabilitas

Pemenuhan kriteria konfirmabilitas (objektivitas) dimaksudkan untuk melihat objektivitas temuan penelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilihat keabsahan yang menyangkut dengan relevansi data, penggunaan teknik analisis data yang cermat, interpretasi data secara benar, dan rumusan kesimpulan yang benar-benar didukung oleh data yang lengkap. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemenuhan kriteria konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkofirmasikan data temuan penelitian dengan pembimbing. Maksudnya hasil yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian dikonfirmasikan dengan pembimbing.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah kesimpulan dan rekomendasi

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM Kota Gorontalo, secara garis besar kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 16 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Dari jumlah tersebut

terdapat 9 PKBM yang sudah mengikuti pelatihan tentang manajemen berbasis kompetensi sedangkan 7 PKBM lainnya belum. Pelatihan manajemen berbasis kompetensi dilaksanakan secara konvensional dan belum memperhatikan peningkatan kreativitas dan produktivitas pengelola PKBM.

2. Pengembangan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kreativitas pengelola PKBM Kota Gorontalo dilaksanakan melalui langkah-langkah kegiatan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian.

3. Efektifitas model menunjukkan adanya dampak positif dari penyelenggaraan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi terhadap peningkatan kreativitas pengelola. Data kuantitatif menunjukkan, dapat ditemukannya fakta, masalah, ide/gagasan, solusi dan penerimaan


(45)

4. Terdapat faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi terutama faktor peserta pelatihan, fasilitator, penyelenggara pelatihan maupun ketersediaan sarana dan prasarana.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah Kota Gorontalo perlu mendorong semua komponen yang ada pada pemerintahan dan masyarakat untuk terselenggaranya PKBM dan sekaligus menjadikan PKBM sebagai tempat pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Gorontalo perlu memfasilitasi pengelolaan PKBM untuk penyelenggaraan pendidikan non formal sehingga menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat.

3. Bagi pengelola PKBM, disarankan agar dapat menerapkan model pembelajaran dan pengembangannya sesuai dengan karakteristik PKBM 4. Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini terbatas pada peningkatan kreativitas

pengelola PKBM. Oleh karena itu, disarankan agar dapat menguji kembali dan memperluas kegiatan pada aspek-aspek lainnya.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak. (2000a), Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira

______________. (2000b), Strategi Membangun Motivasi dalam

Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira

Alma, Buchari,(2010). Kewirausahaan, untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Amstrong, Ibrahim. (2003). Pendidikan dan Pelatihan bagi Wirausaha. Jakarta. Sumber Bacaan.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Gorontalo dalam Angka. Kota Gorontalo Borg, Walter R. and Gall, Meredith D, Joice. P, . Gall (2003). Educational

Research: An Introduction 7thEdition. USA: Pearson Education, Inc.

Coombs, P.H. & Manzoor A. (1974), Attacking Rural Proverty how Nonformal

Education Can Help. Baltimore and London: The Johns Hopkins

University Press

Fallon, Pat, and Fred Senn. (2006). Juicing The Orange (How 2 Turn

Creativity Into A Powerfull Bussines Advantage). HarvardBussines

School Press.

Gilbert. Stoltz (1996), Adversity Quotient (terjemahan T. Hermaya), Gramedia. Widiasarana, Jakarta.

Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional, terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia, Pustaka Umum.

Gordon, G. Darkenwald, Charon B. Meriem. (1996). Adult Education,

Formations of Practice Art Studid. Vontage, Art, Inc, by. Harper & Row,

Publisher, Inc, USA.

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara..

Hawadi, W. (2001). Seni Berpikir Kreatif (Sebuah Pedoman Praktis). Alfonsus Samosir.Jakarta: Penerbit Erlangga.


(47)

Jhonson and Hackman, (2005). Creative Mangement, Sage Publications London.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Non Formal: Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) di Indonesia (sebuah Pembelajaran dari

Kominkan Jepang). Bandung: Alfabeta

______________. (2003). Model Pembelajaran Magang bagi Peningkatan

Kemandirian Warga Belajar. Bandung: PPS UPI

______________. (2011). Model Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (Konsep

dan Aplikasi. Bandung Barat: Dewi Ruchi

Knowles, M.S. (1984), The Modern Practice of Adult Education, Chicago: Follet Publishing Company.

Lipphant, Holden. (1974). Human Resources Management A Comtemporary

Approach, 3thEdition. London: Financial Times Prentice Hall

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2009), Perencanaan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia, PT Refika Aditama, Bandung.

Manullang. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Moekijat. (2002). Dasar-DasarMotivasi. Bandung: Pioner Jaya.

Mulyana, (2008), Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran

kreatif dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. (1998). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi

Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Balai Pustaka

__________. (2006). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah

(Petunjuk bagi para guru dan orang tua). Jakarta: Grasindo.

__________.(2009). Kreativitas Manusia. Jakarta: Balai Pustaka

Nedler. (1982). Eating and Exercise Behavors and Attitudes of Southwestern


(48)

Nitiseminto S, Almisal, (2002). Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Noe, G.A. (2005). Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.

Purnomo, Bambang Hari. (2005). Membangun semangat Kewirausahaan. Yogyakarta. LaksBang PRESSindo

Robbins, Stephen P, (1994). Organizational Behaviour, Prentice-Hall of Australia Pty Ltd, Sydney.

Robbins, Stephent dan Coulter Mary. (1999). Manajemen. Jakarta: Prenhalindo

Richard, Alex, (1988). Performance and Creatifity. New Jersey: Hill-Book Prentice

Ruky, Allison & W. Arwady, Joseph. (2002). Training Needs Assesment. Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey 07632

Rusman, (2011). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan

Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Press

Semiawan, Conny R., I. Made Putrawan, dan TH. I. Setiawan. (2009). Dimensi

Kreatif DalamFilsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya.

Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sigit, Suhardi. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta, Pustaka Jaya.

Sihombing, U. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: masalah, tantangan dan

peluang. Jakarta: Wirakarsa.

Simamora, Henry, (2006). “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Yogyakarta: YKPN.

__________. (1998). Gaya Mengajar Guru dengan Kreatifitas,. http://www.csla.org/

__________., (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya


(49)

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Spencer,M.Lyle and Spencer,M.Signe, (1993) Competence at Work:Models

for Superrior Performance, John Wily & Son,Inc,New York,USA.

Sudjana, H.D. (1993), Metoda dan teknik pembelajaran partisipatif, Bandung, Nusantara Press.

__________. (1999). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung, Asas. Bandung:

Nusantara Press.

__________.(2000). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan Luar

Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:

Fallah Production.

__________.(2004). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan non

formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Fallah

Production.

__________. (2004). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:

Alfabeta

Suryana, (2006), Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses, Salemba Empat

Syah, (2001), Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Taylor dan Farrel, (1995). Competence in Managing Operations. New Delhi: Beacon Books

Terry. George R. (1993). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Timpe, A. Dale. (2010). Seni Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis

Kreativitas/Creativity. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Torrance, E. Paul. (1962). Guiding Creative Talent. New Jersey: Prentice Hall. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


(50)

Usman, M.U. (2002), Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wexley and Yukl. (1987). Understanding Attitude and Predicting Social

Behavior, Englewood Cliff, New York: Prectice Hall

Wibowo, Singgih. (2007). Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Jakarta. Penebar Swadaya

Wijaya dan Rusyan, (1991). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zais, Jalaluddin.(1986). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zimmerer, Thomas W. dan Norman M. Scarborough. (2008). Essentials of

Entrepreneurship and small Business Management. (Kewirausahaan


(1)

4. Terdapat faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan model pelatihan manajemen berbasis kompetensi terutama faktor peserta pelatihan, fasilitator, penyelenggara pelatihan maupun ketersediaan sarana dan prasarana.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah Kota Gorontalo perlu mendorong semua komponen yang ada

pada pemerintahan dan masyarakat untuk terselenggaranya PKBM dan sekaligus menjadikan PKBM sebagai tempat pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Gorontalo perlu memfasilitasi pengelolaan PKBM untuk penyelenggaraan pendidikan non formal sehingga menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat.

3. Bagi pengelola PKBM, disarankan agar dapat menerapkan model

pembelajaran dan pengembangannya sesuai dengan karakteristik PKBM 4. Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini terbatas pada peningkatan kreativitas

pengelola PKBM. Oleh karena itu, disarankan agar dapat menguji kembali dan memperluas kegiatan pada aspek-aspek lainnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak. (2000a), Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa.

Bandung: Andira

______________. (2000b), Strategi Membangun Motivasi dalam

Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira

Alma, Buchari,(2010). Kewirausahaan, untuk Mahasiswa dan Umum.

Bandung: Alfabeta

Amstrong, Ibrahim. (2003). Pendidikan dan Pelatihan bagi Wirausaha.

Jakarta. Sumber Bacaan.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Gorontalo dalam Angka. Kota Gorontalo Borg, Walter R. and Gall, Meredith D, Joice. P, . Gall (2003). Educational

Research: An Introduction 7thEdition. USA: Pearson Education, Inc. Coombs, P.H. & Manzoor A. (1974), Attacking Rural Proverty how Nonformal

Education Can Help. Baltimore and London: The Johns Hopkins

University Press

Fallon, Pat, and Fred Senn. (2006). Juicing The Orange (How 2 Turn Creativity Into A Powerfull Bussines Advantage). HarvardBussines School Press.

Gilbert. Stoltz (1996), Adversity Quotient (terjemahan T. Hermaya),

Gramedia. Widiasarana, Jakarta.

Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional, terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia, Pustaka Umum.

Gordon, G. Darkenwald, Charon B. Meriem. (1996). Adult Education,

Formations of Practice Art Studid. Vontage, Art, Inc, by. Harper & Row, Publisher, Inc, USA.

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi

Aksara..

Hawadi, W. (2001). Seni Berpikir Kreatif (Sebuah Pedoman Praktis). Alfonsus Samosir.Jakarta: Penerbit Erlangga.


(3)

Jhonson and Hackman, (2005). Creative Mangement, Sage Publications London.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching.

Boston: Allyn and Bacon.

Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Non Formal: Pengembangan Melalui Pusat

Kegiatan Belajar (PKBM) di Indonesia (sebuah Pembelajaran dari

Kominkan Jepang). Bandung: Alfabeta

______________. (2003). Model Pembelajaran Magang bagi Peningkatan

Kemandirian Warga Belajar. Bandung: PPS UPI

______________. (2011). Model Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (Konsep

dan Aplikasi. Bandung Barat: Dewi Ruchi

Knowles, M.S. (1984), The Modern Practice of Adult Education, Chicago:

Follet Publishing Company.

Lipphant, Holden. (1974). Human Resources Management A Comtemporary

Approach, 3thEdition. London: Financial Times Prentice Hall

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2009), Perencanaan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia, PT Refika Aditama, Bandung.

Manullang. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Moekijat. (2002). Dasar-DasarMotivasi. Bandung: Pioner Jaya.

Mulyana, (2008), Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran

kreatif dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. (1998). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi

Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Balai Pustaka

__________. (2006). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah

(Petunjuk bagi para guru dan orang tua). Jakarta: Grasindo. __________.(2009). Kreativitas Manusia. Jakarta: Balai Pustaka

Nedler. (1982). Eating and Exercise Behavors and Attitudes of Southwestern Anglos and Hispanic. Psychology and Health. Vol. 7,.


(4)

Nitiseminto S, Almisal, (2002). Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Noe, G.A. (2005). Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK.

Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.

Purnomo, Bambang Hari. (2005). Membangun semangat Kewirausahaan.

Yogyakarta. LaksBang PRESSindo

Robbins, Stephen P, (1994). Organizational Behaviour, Prentice-Hall of Australia Pty Ltd, Sydney.

Robbins, Stephent dan Coulter Mary. (1999). Manajemen. Jakarta:

Prenhalindo

Richard, Alex, (1988). Performance and Creatifity. New Jersey: Hill-Book Prentice

Ruky, Allison & W. Arwady, Joseph. (2002). Training Needs Assesment. Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey 07632

Rusman, (2011). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan

Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Press

Semiawan, Conny R., I. Made Putrawan, dan TH. I. Setiawan. (2009). Dimensi

Kreatif DalamFilsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya.

Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sigit, Suhardi. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta, Pustaka Jaya.

Sihombing, U. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: masalah, tantangan dan peluang. Jakarta: Wirakarsa.

Simamora, Henry, (2006). “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Yogyakarta:

YKPN.

__________. (1998). Gaya Mengajar Guru dengan Kreatifitas,.

http://www.csla.org/

__________., (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja


(5)

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Spencer,M.Lyle and Spencer,M.Signe, (1993) Competence at Work:Models

for Superrior Performance, John Wily & Son,Inc,New York,USA.

Sudjana, H.D. (1993), Metoda dan teknik pembelajaran partisipatif, Bandung, Nusantara Press.

__________. (1999). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung, Asas. Bandung:

Nusantara Press.

__________.(2000). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan Luar

Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:

Fallah Production.

__________.(2004). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan non

formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Fallah

Production.

__________. (2004). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta

Suryana, (2006), Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses, Salemba Empat

Syah, (2001), Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Taylor dan Farrel, (1995). Competence in Managing Operations. New Delhi: Beacon Books

Terry. George R. (1993). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Timpe, A. Dale. (2010). Seni Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis

Kreativitas/Creativity. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Torrance, E. Paul. (1962). Guiding Creative Talent. New Jersey: Prentice Hall. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


(6)

Usman, M.U. (2002), Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wexley and Yukl. (1987). Understanding Attitude and Predicting Social Behavior, Englewood Cliff, New York: Prectice Hall

Wibowo, Singgih. (2007). Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Jakarta. Penebar Swadaya

Wijaya dan Rusyan, (1991). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zais, Jalaluddin.(1986). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Zimmerer, Thomas W. dan Norman M. Scarborough. (2008). Essentials of

Entrepreneurship and small Business Management. (Kewirausahaan