Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan

(1)

MODEL PENDIDIKAN ANAK JALANAN

Studi kasus Pada Lembaga Pusat Kegiatan Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru (HANUBA) di Kota Medan

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

DISUSUN OLEH

HENDRA HUTAGALUNG

080901013  

           

   

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 4


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Model Pendidikan Anak Jalanan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) di Kota Medan. Dalam penelitian ini Model Pendidikan Anak Jalanan yang dimaksud adalah menjelaskan mengenai penanganan, tindakan proses pendekatan dan bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Pengurus dan Tenaga Ahli yang ada di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terhadap anak jalanan yang ada dijalanan. Peran dan fungsi Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani baru ( PKBM HANUBA ) merupakan suatu wadah untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khusunya bagi anak jalanan yang mengikuti program pendidikan anak jalanan yang dilakukan dengan cara melalui proses belajar mengajar yang dilakukan dan memberikan keterampilan, kemampuan dan pembobotan terhadap jalanan agar mereka kedepannya bisa lebih sukses dan maju serta berusaha untuk mandiri kedepannya. Sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak terlantar/jalanan, tetapi mereka akan beralih keprofesi yang jauh lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup mereka

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Model Pendidikan Anak Jalanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan studi kepustakaan termasuk dokumentasi. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari lapangan.

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan, serta langsung mensosialisasikan kepada warga seteempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial. Model pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja Pusat kegaiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA), melakukan pendekatan dengan proses belajar partisipatif. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.

Kata Kunci : Model Pendidikan, Sosialisasi, Anak Jalanan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan ” dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan penuh hormat dan kasih penulis ucapkan terima kasih kepada ayah dan Ibunda tercinta yang selalu mendukung penulis baik doa maupun dalam setiap hal yang penulis lakukan.

Melalui lembaran ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, dorongan, dan nasehat dan bimbingan kepada Penulis.

4. Bapak Drs. Sismudjito M.Si, Sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan penjelasan dan masukan kepada penulis.

5. Seluruh Staf pengajar Sosiologi FISIP USU yang telah banyak membantu penulis sebagai Seorang Mahasiswa Sosiologi.


(4)

6. Kak Feny, Kak Betty, Pak Manan, dan seluruh staf Pegawai FISIP USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Administrasi.

7. Buat bang Jontar selaku pengurus dan teman- teman tenaga ahli febrina Odelia, jesika, Hotma, Rusdin, dalam Program Pendidikan Pusat kegiatan Belajar masyarakat ( PKBM HANUBA ) yang banyak membantu penulis selama dilapangan.

8. Buat Abang Saya Apriadi Hutagalung, Hermansyah Hutagalung, dan Adik Saya Hendri Hutagalung dan Syaipul Bahri Hutagalung, dan kakak Ipar saya terimakasih banyak atas bantuan moral dan materi, serta dukungan dan motivasi yang diberikan.

9. Buat seluruh keluarga terimakasih atas semua dukungan dan nasihatnya.

10.Teman – teman Jurusan Sosiologi Angkatan 2008 “ Nalar Cepat Mental Kuat” Belman, Gio, Roinal, Richat, Dzi Manalu, Lenie, Octa Virna, Ricky, Amos, Heberlin, Bresman, Robby Surya, Diki Handika, Vanny, Santy Jv, Yola, Nari, Radja, Riama, Fitri Aprilia, Ratih dina, Sri Dhanie dan yang lainnya. Terimakasih atas kebersamaan yang kita lalui bersama.

11.Buat kawan seperjuangan Kos di Jln. Bahagia No.18 Belman, Lae Amos dan Polin yag selalu berbagi pengalaman dalam hidup.

12.Kawan – kawan di GmnI Komisariat Fisip USU, Reni Andriani, Alexender Giovani, Ridawati Parhusip, James Coleman, Warren Out Saider, Bang Herbin, Bang Prabu, Roy, Moses, Polin, Andreas, Ribel dan yang lainnya, terimaksih telah berbagi ilmu dan pengalaman.

13.Buat bang Yudi terimakasih atas kebersamaan dengan waktu yang singkat atas dukungan, motivasi dan masukan serta semangat selama proses pembuatan skripsi berlangsung.


(5)

14.Buat Teguh Santoso terimakasih banyak atas bantuan baik secara moral dan materi, pengalaman dan kebersamaannya.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna untuk penyempurnaan skripsi yang lebih baik lagi dihari-hari yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Agustus 2014 Penulis

Hendra Hutagalung      


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Defenisi Konsep ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Anak Jalanan ... 9

2.2 Anak Dalam Aspek Sosiologis ... 11

2.3 Sosialisasi Dalam Pembentukan Perilaku ... 12

2.4 Jenis Sosialisasi ... 13

2.4.1 Sosialisasi Primer ... 14

2.4.2 Sosialisasi Sekunder ... 14

2.5 Tipe Sosialisasi ... 14

2.6 Pola Sosialisasi ... 15

2.6.1 Proses Sosialisasi Menurut George Herbert Mead ... 16

2.6.1.1 Tahap Persiapan ... 16


(7)

2.6.1.3 Tahap Siap Bertindak……….. 17

2.6.1.4 Tahap Penerimaan Norma………... 17

2.7 Agen Sosialisasi………. 17

2.7.1 Keluarga……….. 18

2.7.2 Teman Pergaulan………. 18

2.7.3 Lembaga Pendidikan Formal……….. 19

2.7.4 Media Massa………... 19

2.7.5 Agen Agen Lainnya……… 20

2.8 Perspektif Struktural Fungsional………... 20

2.9 Pendidikan………. 21

2.9.1 Pendidikan Non Formal……….. 22

BAB III METODE PENELITIAN……… ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 24

3.3.1 Unit Analisis ... 24

3.3.2 Informan ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.1 Data Primer ... 25

3.4.2 Studi Dokumentasi ... 27

3.5 Interpretasi Data ... 27

3.6 Jadwal Kegiatan ... 28


(8)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN ... 30

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 30

4.1.2 Gambaran Peserta dan Sumber Belajar ... 33

4.2 Sejarah PKBM HANUBA di Kota Medan ... 35

4.3 Profil Informan ... 40

4.3.1 Profil Informan Biasa ... 51

4.4 Sosialisasi Pr ogram Pendidikan PKBM HANUBA ... 54

4.5 Model Pembelajaran Anak Jalanan ... 56

4.6 Sikap Anak Jalanan Dalam Belajar ... 58

4.7 Perilaku Belajar Anak Jalanan ……….. 60

4.8 Fungsi Pendidik Dalam Pembelajaran ……… . 62

4.9 Stratetegi Kegiatan Pembelajaran ………. 62

4.9.1 Strategi Pembelajaran Yang Berpusat Pada Peserta Didik ……… 63

BAB V PENUTUP... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran .. ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

FOTO DOKUMENTASI... 71 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal kegiatan ... 29

Tabel 2 Identitas Peserta Berdasarkan Kelompok Usia ... 34

Tabel 3 Identitas Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Model Pendidikan Anak Jalanan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) di Kota Medan. Dalam penelitian ini Model Pendidikan Anak Jalanan yang dimaksud adalah menjelaskan mengenai penanganan, tindakan proses pendekatan dan bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Pengurus dan Tenaga Ahli yang ada di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terhadap anak jalanan yang ada dijalanan. Peran dan fungsi Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani baru ( PKBM HANUBA ) merupakan suatu wadah untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khusunya bagi anak jalanan yang mengikuti program pendidikan anak jalanan yang dilakukan dengan cara melalui proses belajar mengajar yang dilakukan dan memberikan keterampilan, kemampuan dan pembobotan terhadap jalanan agar mereka kedepannya bisa lebih sukses dan maju serta berusaha untuk mandiri kedepannya. Sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak terlantar/jalanan, tetapi mereka akan beralih keprofesi yang jauh lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup mereka

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Model Pendidikan Anak Jalanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan studi kepustakaan termasuk dokumentasi. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari lapangan.

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan, serta langsung mensosialisasikan kepada warga seteempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial. Model pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja Pusat kegaiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA), melakukan pendekatan dengan proses belajar partisipatif. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.

Kata Kunci : Model Pendidikan, Sosialisasi, Anak Jalanan.


(11)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya adalah anak- anak yang tersisih, marginal dan teralinasi dari perlakuan kasih sayang. Hal ini dibuktikan karena kebanyakan di usia yang relatife dini, mereka sudah berhadapan dengan lingkungan kota yang tidak kondusif dan bahkan sangat tidak bersahabat. Alasan anak jalanan yang mengatakan bahwa tinggal dijalanan adalah sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarga tampaknya secara social kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan timbulnya stereotipe bahwa anak jalanan dianggap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor sehingga yang namanya razia bukan lagi hal yang mengejutkan bagi mereka. Marginal, rentan dan eksploitatif adalah istilah- istilah yang sangat erat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang karier nya, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerjanya yang sangat panjang secara kenyataan dari segi kesehatan maupun social sangat rawan. Sedangkan disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar menawar yang sangat lemah, tersubordinasi dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang- wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Sebagai bagian dari pekerja anak ( child labour ), anak jalanan bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungan dengan orang tua atau orang dewasa


(12)

terdekat, waktu dan jenis kegiatannya dijalanan, serta jenis kelaminnya.

Ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/292

Dalam hal ini mengapa anak jalanan sering kita jumpai di jalanan itu terkaitnya dengan permasalahan ekonomi yang terdapat didalam keluarga mereka, seperti orang tua yang mengalami pengangguran dengan tidak tersedianya lowongan pekerjaan, adapun lowongan pekerjaan yang orang tua mreka lakukan itu pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluaran yang mereka lakukan sehingga tidak terpenuhiya kebutuhan sandang dan pangan yang ada didalam keluarga mereka tersebebut, maka oleh sebab itu maka yang akan terjadi seorang anak pun ikut terjun untuk mencari tambahan keuangan keluarga mereka dengan terjun langsung kelapangan atau kejalanan seperti yang kita lihat dijalanan yang disebut sebagai anak jalanan, sehingga membuat seorang anak mnjadi terlena akan kondisi dan kehidupan yang seperti ini, yang membuat mereka bisa menghasilkan duit untuk menambah kebutuhan keluarga mereka. Sehingga membuat mereka lupa akan beberapa pentingnya pendidikan yang akan mereka dapat

lebih banyak didalam dunia sekolah mereka.

http:/candrahardcore.student.umum.ac.id/2010/02/06/kehidupan-anak-jalanan-/

Hampir 80 persen anak jalanan disebabkan oleh faktor kemiskinan. Mereka terpaksa turun kelapangan atau kejalanan untuk mencari nafkah karena disuruh orang tua. Oleh karena itu, program kesejahteraan social anak ( PKSA) diharapkan tidak hanya menyadarkan anak tapi juga orang tua melalui pemberdayaan lewat bantuan kelompok usaha bersama agar mendapatkan lapangan pekerjaan, Jelas menteri sosial salim segaf al jufri di bandung, jawa barat, minggu (14/10). Menteri sosial mengatakan, jalanan bukanlah tempat yang layak karena tidak sehat dan tidak aman bagi tumbuh kembangnya anak, sebab akan terjadi eksploitasi, diskriminasi, dan seluruh hal-hal yang buruk yang terjadi di jalanan. Menurut menteri sosial, hak anak tidak akan


(13)

di dapat di jalanan terutama hak untuk mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu harus dikembalikan ke orang tua dan orang tua yang bertanggung jawab atas tumbuh kembangnya si anak. Anak- anak juga butuh perhatian lebih, yang tidak hanya cukup di tangani oleh kementerian sosial. Maka penting sekali pemerintah daerah, LSM dan semua pihak ikut serta dalam menangani masalah anak. Penanganan anak jalanan juga harus dengan cara- cara persuasife bukan cara yang represif dimana harus ditangani oleh pekerja sosial yang profesional.

Jurnalpendidikanislam.blogspot.com/…/conto-penelitian-tentang-anakjalanan.

Dalam dunia pendidikan aturan disekolah informal ini memang tidak seketat aturan sekolah informal. Misalnya, dari segi kurikulum. Mereka mengikuti kurikulum yang di berikan dinas pendidikan. Namun tidak semua kurikulum yang di berikan dinas pendidikan dan tidak semua materi pelajaran harus diajarkan dan hanya melihat bagian yang penting saja. Selain belajar di kelas, anak- anak yang ada di dalam yayasan tersebut juga akan dibekali pendidikn keterampilan, tujuannya setelah lulus nantinya mereka bias ataupun mereka mempunyai modal yang bisa di kembangkan. Pengajaran yang lebih di tekankan pada sisi keterampilannya. Sementara untuk teori yang di ajarkan hanya untuk pelengkap saja. Pendidikan disini lebih menekankan pada keterampilan, mereka bisa memanfaatkan jika mereka kesusahan, jadi dalam hal sebuah lembaga sosisal masyarakat yang saat ini membangun sebuah dunia pendidikan terutama bagi anak jalanan yang hidupnya susah untuk memperoleh pendidikan pada saat ini dan bekerja sama terhadap menteri pendidikan untuk mensejahterahkan dan member pendidikan terhadap anak jalanan tersebut, terutama di kota medan, bahwa kita melihat begitu banyak anak jalanan yang hidup dijalanan, melakukan aktifitas mereka dijalanan bahkan jalanan itupun sudah menjadi rumah bagi mereka. dalam hal ini suatu lembaga yang ada di kota Medan yaitu PKBM HANUBA ( pusat kegiatan belajar masyarkat hati nurani baru ) ikut serta dalam kepedulian


(14)

terhadap anak jalanan yang ada di sekitaran kota medan untuk memberikan program pendidikan terhadap anak jalanan tersebut.

Disini dapat dijelaskan bahwa program pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru ( PKBM HANUBA ) adalah suatu wadah masyarakat untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khususya bagi warga masyarakat yang mengikuti proses belajar jalur pendidikan non formal di PKBM HANUBA yang terdiri dari masyarakat, anak jalanan/terlantar, pemulung dan anak- anak yang putus sekolah, dan masyarakat yang tidak bekerja yang sasarannya berorientasi peningkatan taraf hidup, sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak telantar/ jalanan, penyemir sepatu, penarik becak, pengangguran tetapi akan beralih profesi yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang mereka miliki setelah diadakan pembobotan dan seterusnya yang sifatnya meningkatkan taraf hidup melalui upaya pembekalan pendidikan keterampilan. Selain itu program tersebut diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memperoleh pendidikan.

Adapun yang menjadi Visi dan Misi PKBM HANUBA ini adalah membantu masyarakat untuk memperoleh pendidikan pendidikan dan pengajaran, menyelenggarakan pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal dan mengadakan pelatihan- pelatihan keterampilan maupun kewirausahaan serta mengupayakan penambahan pengetahuan masyarakat melalui praktek langsung dilapangan kerja mitra PKBM HANUBA di tempat-tempat usaha PKBM.

Latar belakang berdirinya PKBM HANUBA adanya realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, seperti : Fenomena anak- anak jalanan/ telantar yang mendapatkan perhatian kemanusiaan, banyaknya kasus anak putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi keluarga,


(15)

kondisi sosial ekonami yang memprihatinkan serta terjadinya PHK akibat terjadinya krisis moneter dan krisis global yang berkepanjangan.

Proses belajar mengupayakan partisipasi para anak jalanan tersebut belajar dan diupayakan berjalanan dengan suasana yang hidup. Dalam proses belajar ini tutor dengan modal pelatihan dan pengalaman berupaya melakukan pendidikan yang berwawasan pembebasan dan demokratis. Selain itu juga akan mengupayakan pembebasan pendidikan dari belenggu kebodohan dan kemiskinan yang dapat merobah pola dan tata cara berfikir kreatif warga belajar. Untuk itu metode belajar yang partisipatif sangat diutamakan. Selain itu karena warga belajar keaksraan fungsional yang masuk di pagi hari dan akan memanfaatkan hari yang lain melalui keterampilan- keterampilan hidup yang tersedia fasilitasnya di PKBM HANUBA. Jadi satu hari teori dan satu hari praktek bagi warga yang belajar keaksraan fungsional. Pendidikan keaksraan fungsional diawali dengan melakukan identifikasi baik berupa minat dan kebutuhan kehidupan sehari- hari. Yang bertujuan tutor dapat mengetahui apa yang benar- benar dibutuhkan oleh warga belajar itu sendiri sampai terhadap lingkungan sekitarnya.

PKBM HANUBA dalam membuat perencanaan pembelajaran yaitu degan identifikasi tema pembelajaran dilakukan oleh tutor bersama peserta didik dengan memperhatikan potensi lingkungan, minat dan kebutuhan peserta didik serta dukungan sumber daya yang tersedia. Pada proses identifikasi tema pembelajaran ini kemungkinan akan menghasilkan banyak tema akemudian akan menjadi bahan untuk proses belajar. Dalam hal ini tutor banyak melibatkan warga, denga belajar dengan menggunakan metode diskusi untuk lebh dapat mengena kepada tujuan pembelajaran yaitu baca, tulis dan hitung. Diskusi biasanya dimulai dengan dari masalah yang ditemui warga belajar kemudian didiskusikan dari kelompok belajar, membaca dan berhitung.


(16)

Didalam itu juga mereka juga mendapatkan keterampilan yang di berikan oleh PKBM HANUBA kepada anak- anak jalanan untuk mengasah keterampilan mereka dan keaksaraan fungsional mereka, antara lain yakni merangkai papan bunga, dimana dalam merangkai papan bunga ini anak belajar keaksaraan fungsional yang diberikan oleh tutor yang mempunyai keterampilan di bidang dalam merangkai bunga. Membuat sandal dari gabus bukan termasuk keterampilan yang sulit sehingga warga atau anak jalanan belajar keaksaraan fungsional setelah dibekali kemampuan dan pengetahuan mengenai proses pembuatannya. Dan keterampilan menjahit juga meliputi hal seperti itu yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang akan mereka dapatkan dari tutor yang memahami di bidang masing- masing.

Jadi lembaga informal seperti yayasan PKBM HANUBA yang sebagaimana akan mereka dapatkan didalam yayasan tersebut yang akan hampir sama halnya seperti lembaga- lembaga formal terhadap pendidikan. Dalam lembaga ini setiap anak itu tidak dikenai pungutan- pungutan biaya sedikitpun, lembaga ini menawarkan pendidikan gratis terhadap anak- anak jalanan yang ikut belajar di yayasan PKBM HANUBA tersebut. Sampai sekarang jumlah anak yang ikut belajar di yayasan tersebut itu mencapai …

1.2Perumusan Masalah

Berdasaran dari latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk sosialisasi yayasan tersebut terhadap anak jalanan kota Medan. 2. Bagaimanakah model pendidikan anak jalanan di pusat kegiatan belajar masyarakat yang


(17)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penelitian saya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk sosialisasi yayasan terhadap model pendidikan anak jalanan

jalanan di pusat kegiatan belajar masyarakat ( PKBM ) di Kota Medan.

2. Menjelaskan bagaimana model pendidikan yang tepat dan sesuai bagi kebutuhan anak di pusat kegiatan belajar ( PKBM ) di kot Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diberikan informasi dan sumbagan kepada peneliti lain sebagai bahan pertimbangan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian dalam bidang sosiologi, khususnya kajian pada sosiologi pendidikan.

2. Manfaat praktis

Bagi penulis penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang akan diteliti, dan akan menjadi sumbangan pemikiran untuk peneliti kedepannya.

1.5Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan yang benar- benar nyata dari segi empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain :


(18)

1. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek system, atau konsep yang sering sekali berupa penyederhanaan atau idealisasi.

2. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

3. Pendidikan formal adalah pendidikan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dan berjenjang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk kegiatan studi yang berorientasi akademik dan umum, program spesialisasi dan pelatihan professional yang dilaksanakan dalam waktu terus menerus. 4. Anak adalah seorang laki- laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum

mengalami masa puberitas. Anak juga merupakan turunan kedua, dimana kata anak merujuk pada lawan dari orang tua.

5. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak- anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memilki hubungan dengan keluarganya, tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.


(19)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anak Jalanan

2.1.1 Anak Jalanan

Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang. Hal ini dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang tidak kondusif dan bahkan sangat tidak bersahabat. Alasan anak jalanan yang mengatakan bahwa tinggal di jalanan adalah sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarga tampaknya secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan timbulnya steorotipe bahwa anak jalanan dianggap sebagai penggangu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor sehingga yang namanya razia bukan lagi hal yang mengejutkan bagi mereka. Marginal, rentan dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang sangat erat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang secara kenyataaan dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Sedangkan disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar yang sangat lemah, tersubordinasi dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan


(20)

bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Bagong dan Sri, 2002: 41) :

1. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yan masih memiliki hubungan dengan keluarga. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuatpenyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu: a. Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari. b. Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

2. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Ada beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan, sehingga lari atau pergi dari rumah. Anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun seks.


(21)

3. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

2.2 Anak Dalam Aspek Sosiologis

Dalam aspek sosiologis, anak senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Dalam menjamin perkembangan dirinya, sejak usia dini perlu pendidikan dan sosialisasi, pengajaran tanggung jawab sosial, peran- peran sosial untuk menjadi bagian masyarakat ( Abu, 2006: 27 ). Jadi, menurut kodratnya, anak manusia adalah makhluk sosial, dapat dibuktikan dimana ketidak berdayaannya terutama pada masa bayi dan kanak- kanak yang menuntut adanya perlindungan dan bantuan dari orang tua. Anak selalu membutuhkan tuntunan dan pertolongan orang lain untuk menjadi manusia yang bulat dan paripurna. Anak manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakat atau tanpa lingkungan sosial tertentu. Anak dilahirkan, dirawat, dididik, tumbuh, berkembang dan bertingkah laku sesuai dengan martabat manusia di dalam lingkungan cultural sekelompok manusia. Anak tidak akan terlepas dari lingkungan tertentu, karena anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan orang lain kehidupan anak bisa berlangsung apabila ia ada bersama orang lain. Anak manusia bisa memasuki dunia manusia jika dibawa atau dimasukkan kedalam lingkungan manusia sehingga memperoleh pemahaman akan pendidikan.

2.3 Sosialisasi Dalam Pembentukan Perilaku

Sosialisasi adalah sebuah proses pengajaran atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran ( role theory ). Hal ini disebabkan


(22)

dalam proses sosialisasi, diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu.

(http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi, diakses 30 November 2012, pkl 09.20).

Perilaku menyimpang dari norma – norma umum pada masyarakat merupakan produk dari proses sosialisasi. Proses tersebut berlangsung secara progresi, tidak sabar, berangsur- angsur dan berkesinambungan. Akibatnya, semua bentuk pelanggaran terhadap norma- norma sosial dirasionalisir secara progresif, dibenarkan dan akhirnya dijadikan pola tingkahlaku sehari- hari. Sosialisasi dalam keuarga dianggap berjalan dengan tidak baik ketika peran keluarga sebagai orang terdekat terhadap anak, kurang atau tidak berfungsi sama sekali seperti apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh anak.

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standard dan nilai yang berbeda. Misalnya, standar “apakah seseorang itu baik atau tidak” di sekolah dengan kelompok sepermainan tidak sama. Di sekolah, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya diatas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kwlompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi, yaitu formal dan informal. Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga- lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam Negara, seperti pendidikan disekolah. Sedangkan sosialisasi informal, terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesame anggota klub dan kelompok- kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah- pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.


(23)

Sosialisasi dapat di bagi menjadi dua pola : sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif ( repressive socialization ) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adlah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini akan diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak.

2.4 Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Sosiolog, E. Goffman berpendapat bahwa kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal (M. Poloma, 2000: 238).

2.4.1 Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara


(24)

bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya (T.O. Ihromi, 1999:32). Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2.4.2 Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.5 Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Misalnya, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tidak sama. Di sekolah, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi, yaitu formal dan informal. Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah. Sedangkan sosialisasi informal, terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Meskipun proses sosialisasi


(25)

dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.6 Pola sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

2.6.1 Proses sosialisasi Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa tahapan, diantaranya tahap persiapan, tahap meniru, tahap siap bertindak dan tahap penerimaan kolektif. (G. Ritzer, 2007: 282).

2.6.1.1 Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini


(26)

juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2.6.1.2 Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).

2.6.1.3 Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.


(27)

Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

2.6.1.4 Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized

Stage/Generalized other) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakatluas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

2.7 Agen sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mungkin saja mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.


(28)

2.7.1 Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2.7.2 Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan


(29)

orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. Anak-anak rawan terhadap tekanan teman sebaya (Sal Severe, 2001:254).

2.7.3 Lembaga Pendidikan Formal (sekolah)

Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah, seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.7.4 Media massa

Kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

2.7.5 Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya.

2.8 Perspektif Struktural Fungsional dan Pendidikan

Para penganut struktural fungsionalisme percaya bahwa masyarakat cenderung bergerak menuju ekuilibrium dan mengarah pada terciptanya tertib sosial. Mereka masyarakat sebagai


(30)

tubuh manusia, sehingga masyarakat dipandang sebagai institusi yang bekerja seperti organ tubuh manusia. Oleh karena itu perspektif struktutal fungsional meyakini bahwa tujuan uatama dari institusi penting dimasyarakat, seperti pendidikan adalah mensosialisasikan generasi muda menjadi anggota masyarakat.

Sosialisasi merupakan proses yang dapat dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi muda untuk mendapat pengetahuan, perubahan perilaku dan penguasaan tata nilai yang mereka perlukan agar bisa tampil sebagai bagian dari Negara yang produktif. Perspektif struktural fungsional memang mengarahkan focus kajian pendidikan terhadap nilai- nilai dan budaya, sosialisasi, stratifikasi dan pelembagaan.

Tegasnya suatu pendidikan harus memainkan peran dan fungsinya mencerdaskan warga masyarakat terutama pada anak jalanan yang begitu penting bagi mereka sebuah pendidikan itu. Karena pendidikan adalah kunci nterpenting dalam menentukan keberhasilan dalam membangun kehidupan. Oleh karena itu para penganut fungsionalisme memfokuskan perhatiannya pada proses pendidikan dalam menjamin tertib sosial. Dalam teori ini bahwa pendidikan itu harus memilki relevansi dengan pengembangan sistem ekonomi dan dengan demikian juga relevansinya dengan upaya membantu mengintegrasi masyarakat termasuk anak jalanan. Dengan penekanan adanya suatu bentuk trtib sosial dan pola- pola yang didapat dalam sosialisasi setidaknya anak jalanan dapat lebih memahami tentang suatu hal yang akan menjadi acuan mereka generasi- generasi muda untuk mendapat pengetahuan, perubahan perilaku dan tata nilai yang mereka perlukan sebagai pegangan mereka kedepannya.

Memang faktanya teori struktural fungsional merupakan perspektif pemikiran sosiologis yang sangat berpengaruh, terutama tahun 1960an. Begitu berpengaruhnya, sehingga


(31)

setidak-tidaknya sampai dua dekade setelah perang dunia ke II, perpektif ini boleh dikatakan identik dengan sosiologi itu sendiri.

2.9 Pendidikan

Pendidikan saat ini merpakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele, karena pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Terlebih lagi di era globalisasi setiap manusia di tuntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan bagi manusia yang tidak memiliki pendidikan maka dengan sendirinya akan tersisih dari persaingan global tersebut.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk m emiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, bangsa dan Negara.

Samanui.wordpress.com/…/pendidikan-merupakan-kebutuhan-primer..

2.9.1 Pendidikan Non Formal

Proses belajar bagi anak ( manusia ) sebetulnya tidak dibatasi hanya oleh institusi sekolah. Sejak dilahirkan, anak mengalami proses belajar bersama dengan lingkungannya. Institusi sekolah seharusnya berfungsi sebagai sarana atau alat dalam proses belajar. Namun, dalam kenyataannya sekolah justru mendominasi gagasan tentang pendidikan bagi masyarakaktt. Gagasan dan praktik sekolah tersebut telah melahirkan tketidak setaraan ( inequality ) ketika tidak semua orang bisa mengaksses pendidikan sekolah, bentuk- bentuk pendidikan luar sekolah ( pendidikan non formal ) telah dikenal sejak lama. RA kartini misalnya, memulai pendidikan kepada kaum perempuan diluar sekolah dengan materi pendidikan selain baca dan tulis, juga keterampilan yang dibutuhkan kaum perempuan saat itu. Begitu juga Ki Hajar Dewantara bahkan secara keras menantang stigmasi pemerintahan colonial belanda terhadap sekolah-


(32)

sekolah yang di cap sebagai sekolah liar. Karena itu, dia membangun taman siswa sebagai suatu proses belajar bersama kaum pribumi yang saat ini tidak bisa mengakses pendidikan formal, dengan mengembangkan nilai- nilai nasionalisme anti penjajahan yang dibutuhkan masyarakat terjajah pada saat itu.

Sekarang kebutuhan masyarakat Indonesia tentunya tidak sama persis dengan kondisi masa Kartini dan Ki Hajar Dewantara, tapi ada kondisi yang sama ada sekelompok masyarakat yang tidak dapat melakukan suatu proses emansipatoris yang dimiliki manusia, yaitu belajar dan bebas.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN SOSIAL

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam membentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data di pusat kegaiatan belajar masyarakat yang ada di kota Medan. Penelitian kualitatif digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk model pendidikan anak jalanan yang terjadi.

Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang berupa mendeskripsikan data yang ada, disamping itu pendekatan deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan pada suatu masalah atau keadaan bahkan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan kata (fact finding). Dalam penelitian ini yang diinginkan adalah memperoleh gambaran yang mendalam tentang model pendidikan anak jalanan.

3.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Alasan saya memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah karena di kota Medan merupakan salah satu kota atau tempat yang mempunyai suatu tempat pusat kegiatan belajar masyarakat di kota medan yang mendidik atau membentuk suatu pengajaran terhadap anak-anak jalanan yang ada di kota Medan, oleh karena itu peneliti


(34)

tertarik untuk meneliti tentang rutinitas dan model pendidikan yang didapatkan atau diberi terhadap anak jalanan tersebut.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Anit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1998:2). Unit analsis masalah kualitatif tediri dari tingkat yang sangat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling makro. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat ( PKBM ) hati nurani baru ( HANUBA ) Medan.

3.3.2. Informan

Adapun yang akan menjadi sumber informasi untuk mendapatkan data dari penelitian ini selanjutnya disebut informan. Dan lebih lanjut informan tersebut dibagi menjadi dua kategori :

1. Informan kunci

Informan kunci pada penelitian ini adalah tenaga ahli yang ada di lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berjumlah 8 orang tenaga kerja. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan informan ini adalah : mampu dan mempunyai kemampuan dalam membimbing dan mengajar anak jalanan dalam proses belajar mengajar berlangsung.

2. Informan Biasa

Informan biasa pada penelitian ini adalah para peserta didik atau anak jalanan yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat tersebut baik dari tokoh masyarakat dan dari orang tua dari


(35)

anak- anak yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat yang setidaknya bersangkutan atas pendidikan anak jalanan tersebut. Anak peserta didik yang ikut dalam program pendidkan ini berjumlah 20 orang.

3.4. Teknik Pengumpuln Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun symbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek kejadian ataupun suatu konsep.

Dalam hal ini teknik pengumpulan data mempunyai manfaat bagi peneliti agar dalam pengumpulan data yang dilakukan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam bentuk rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diuagkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian. Metode pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara : ( http://belajarpsikologi.com/metode-pengumpulan-data/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.00 WIB ).

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam, maka untuk mendapatkan data pokok atau data utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi atau pengamatan, adalah menggunakan indera sebagai alat untuk melihat keseharian manusia dalam melakukan aktivitasnya. Dengan menggunakan metode observasi, peneliti dapat mengindentifikasi dan mengkategorikan dan


(36)

melihat sejauh mana tingkat gejala yang harus diamati dan perlu untuk diteliti. Kemudian mendapatkan data yang lengkap bekenaan dengan masalah sosial dan kaitannya dengan yang lainnya yang mempunyai nilai bagi kehidupan masyarakat atau kelompok yang diteliti. Adapun objek yang diteliti diamati adalah model pendidikan anak jalanan.

2. Wawancara mendalam, adalah merupakan proses tanya jawab yang dilakukan peneliti kepada orang yang menjadi objek penelitian atau informan secara langsung yang berhubungan suatu masalah khusus dengan teknik bertanya bebas dan berpedoman. Bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang kehidupan sosial atau objek masalah yang akan diteliti yaitumodel pendidikan anak jalanan. Wawancara dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian. Untuk memudahkan pewawancara dalam melakukan tanggung jawab menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder untuk memudahkan peneliti menangkap seluruh informasi yang diberikan informan. Aspek-aspek wawancara ditujukan kepada pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan mengenai model pendidikan anak jalanan, seperti pengetahuan, perilaku, sikap, tindakan, dan model pendidikan yang ada di dalamnya.

3.4.2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang


(37)

subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Objek dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada data-data yang tersimpan dalam website, foto, dan laporan yang berkaitan dengan Model pendidikan anak jalanan.

3.5. Interpretasi Data

Informasi yang didapat dalam catatan lapangan,baik itu dari data primer hasil wawancara maupun dari data yang terkumpul, maka dilakukan analisa data, seluruh data tersebut akan dikelompokkan dan dikategorikan sesuai dengan permasalan yang ada. Lalu data dipisahkan secara kategori dan dicari hubungan yang muncul dari data yang pada akhirnya menghasilkan analisis data yang baik dapat mengungkapkan permasalahan penelitian yang dilakukan. Proses analisis melalui interpretasi data secara kualitatif. Dalam menganalisis harus selalu terkait dengan dengan konsep yang ada di lapangan. Sehingga dari hasil analisis akan tampak kesesuaian dari data yang diperolehnya dengan konsep yang dipelajarinya atau akan berbeda dengan konsep yang telah ada karena masalah sosial akan selalu berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.


(38)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra proposal 

2. ACC penelitian 

3. Penyusunan proposal

penelitian

 

4. Seminar proposal penelitian  5. Revisi proposal penelitian 

6. Penelitian lapangan    

7. Pengumpulan data dan analisa data

   

8. Bimbingan skripsi    

9. Penulisan laporan akhir  

10. Sidang meja hijau 

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti ilmiah. Selain itu dengan instrumen wawancancara mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan. Karena informan sarat dengan kesibukan mereka masing- masing sebagai mahasiswa dan pekerja. Informan hanya dapat di


(39)

wawancara pada waktu berkumpul di pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru dalam menjalankan program pendidikan untuk mengajarkan anak jalanan tersebut.

Terlepas dari permasalahan teknis juga dialami selama penelitian, seperti ; informan terkadang merasa kebingungan menjawab saat dilakukan wawancara atau diwawancarai. Melalui pendekatan pribadi, peneliti dapat mengatasi kendala tersebut. Wawancara dilakukan dengan lepas dan diskusi seputar masalah pembeajaran terhadap anak jalanan tersebut untuk mensukseskan program pendidikan yang di buat oleh pusat kegiatan belajar masyarakat di hati nurani baru tersebut.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º - 98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,


(41)

termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.  (http://www.pemkomedan.go.id/mdntem.php) 

Adapun batas-batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang


(42)

Letak yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C (Sumber: www.usu.ac.id).

Di medan terdapat banyak tempat anak jalanan yang ditemui di jalanan, terdapat beberapa titik atau lokasi yang menjadi tempat anak jalanan untuk melakukan aktifitas mereka dijalanan. Lokasi yang menjadi tempat anak jalanan di kota medan yaitu di lampu merah simpang deli tua dan simpang pos, jalan jamin ginting. Dalam dua lokasi yang terdapat anak jalanan ini merupakan salah satu tempat sosialisasi Program pendidikan yang dilakukan oleh Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) karena dekat dengan lokasi tempat atau kantor kegiatan belajar. Dengan begitu alasan kenapa program pendidikan yang dilakukan terhadap anak jalanan ini merupakan suatu upaya yang diberikan terhadap anak jalanan agar mereka bisa mengikuti pendidikan yang sebagaimana semestinya mereka dapatkan. Program pendidikan yang diberikan terhadap anak jalanan ini mengupayakan pendidikan luar sekolah bagi anak yang putus sekolah sebagai pendidkan alternative bagi anak dan mengupayakan program pelatihan untuk memboboti keahlian anak sebagai bekalnya kelak kedepannya.

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.


(43)

4.1.2 Gambaran peserta dan sumber belajar

Peserta yang mengikuti program pendidikan sejak di mulai tahun 2001 berdirinya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) sudah banyak meluluskan anak didik yang pernah mengikuti program pendidikan anak jalanan. alumni PKBM HANUBA sudah terbukti dan sudah nyata mendapatkan pekerjaannya yang mereka dapatkan, dengan terbukti ada yang sudah bekerja di instansi pemerintah dan ada juga yang sudah membuka usaha kecil- kecilan yang mereka geluti. Ini semua tidak terlepas dari program yang diberikan kepada anak jalanan, dimana mereka diberi bekal dan kemampuan ataupun pelatihan dan pembobotan kepada anak sebagai bekal mereka kedepannya, dengan harapan dan tujuan inilah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru tergerak untuk membantu anak jalanan yang putus sekolah sehingga menghabiskan banyak waktu mereka dijalanan.

Sasaran anak jalanan yang mengikuti kegiatan program pendidikan anak jalanan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sekitar 20 orang tahun 2012 sampai 2014, seperti data pada tabel berikut:

Tabel 1

Identitas Peserta Berdasarkan Kelompok Usia

No        USIA       F   %  1        3 sampai 9 Tahun   13  62, 50  2        10 sampai 14 Tahun  7  37,50          JUMLAH  20  100 


(44)

Dilihat dari kelompok usia, sebagian besar peserta berusia 3 – 9 tahun, sebagian lagi berusia antara 10 - 14 tahun. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar berpendidikan SMP, SD dan tidak tamat SD. Secara lebih rinci tingkat pendidikan peserta kegiatan pada Program Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat terhadap Anak Jalanan. dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2

Identitas Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No         PENDIDIKAN   F   %  1         Belum Sekolah   7  44,00    2         SD  6  32,00    3        SMP  5  16,00    4        Tidak Tamat SMP  2  8,00           JUMLAH        20  100,00 

Sumber :(http://pkbmhanubamedan1.blogspot.com/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.23 WIB)

4.1.3 Gambaran Umum Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang


(45)

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 16,96 KM², dan 6 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Gedung Johor 2. Kelurahan Pangkalan Mansyur 3. Kelurahan Kwala Bekala 4. Kelurahan Titi Kuning 5. Kelurahan Sukamaju 6. Kelurahan Kedai Durian

Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 123.851 Jiwa (2011) . Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan. Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan.

4.2 Sejarah PKBM HANUBA di Kota Medan

Pusat kegiatan belajar masyarakat ( PKBM ) didirikan pada tahun 2000 oleh beberapa aktifis gereja HKBP kemenagan Medan yang peduli dengan anak. Kami menjalankan pelayanan terhadap masyarakat dengan prioritas program pendidikan dan pemberdayaan anak.


(46)

Dengan modal itu sudah berupaya melakukan berbagai program satu demi satu kami kembangkan dengan bekerja sama dengan berbagai pihak. Hingga sekarang dapat melakukan program yang berkesinambungan.

LSM Hanuba yang berdiri sejak tahun 2001 dengan berlatar belakang dari kondisi yang terjadi di Negara ini dampak krisis ekonomi terutama issu banyaknya anak jalanan dan banyaknya anak terpaksa putus sekolah karena ketidak mampuan ekonomi keluarga. Awalnya LSM ini mengembangkan konsep pendidikan alternatif dan membantu anak jalanan untuk menyelesaikan pelajarannya di sekolah masing-masing bagi anak yang masih sekolah dan mengumpulkan anak jalanan dan anak putus sekolah untuk kami berikan pembelajaran alternative. Pekerjaan ini dilakukan oleh aktifis pemuda HKBP kemenangan resort Medan Kota yang memiliki komitmen bersama dalam masalah-masalah sosial anak di sekitar gereja kemenangan dan lingkungan jemaat HKBP kemenangan. Untuk mengukuhkan legalitas program pendampingan, maka pada tahun 2004 kami membuat badan hokum/ notaris dengan nama PKBM Hati Nurani Baru.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hati Nurani Baru beralamat di Jalan Parang I No. 5 sempakata Padang Bulan yang memokuskan pelayanannya pada pendidikan anak dan masyarakat yang putus sekolah yang bekerja sama dengan dinas pendidikan dengan program pendidikan Non formal ( PNF ) untuk dapat mengeluarkan ijazah setelah lulus daam menghadapi ujia nasional ( UN ) yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan, dua kali dalam satu tahun. Masalahnya sarana dan prasarana kurang memadai untuk mengadakan proses pembelajaran di PKBM dan cenderung masih harus mengupayakan tambahan dana dari swadana masyarakat dampingan untuk memfasilitasi pembelajaran di PKBM.


(47)

Selain itu honor ataupun uang transport bagi tutor yang mengajar masih sangat minim dan belum manusiawi untuk dapat dipergunakan untuk biaya hidup nya sehari-hari. Sehingga pada umumnya staff pengajar di PKBM hanuba harus memiliki kerja sampingan diluar untuk tetap dapat eksis melakukan pendampingan di PKBM Hanuba dengan berbagai aktifitas. Selain itu program yang ada dari dinas pendidikan hanya kejar paket A ( KPA ) setara SD dan kejar paket B ( KPB ) setara SMP. Sementara realita yang terjadi pada dampingan kebanyakan dampingan membutuhkan program kejar Paket C ( KPC ) setara SMA. Sehingga dengan kondisi di atas kami juga menjalankan program paket C setara SMA dengan swadana masyarakat. Tetapi kemampuan masyarakat juga sangat minim untuk mendukung kegiatan sehingga semampunya kami laksanakan program dengan seadanya.

Disini dapat dijelaskan bahwa program pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru ( PKBM HANUBA ) adalah suatu wadah masyarakat untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khususya bagi warga masyarakat yang mengikuti proses belajar jalur pendidikan non formal di PKBM HANUBA yang terdiri dari masyarakat, anak jalanan/terlantar, pemulung dan anak- anak yang putus sekolah, dan masyarakat yang tidak bekerja yang sasarannya berorientasi peningkatan taraf hidup, sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak telantar/ jalanan, penyemir sepatu, penarik becak, pengangguran tetapi akan beralih profesi yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang mereka miliki setelah diadakan pembobotan dan seterusnya yang sifatnya meningkatkan taraf hidup melalui upaya pembekalan pendidikan keterampilan. Selain itu program tersebut diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memperoleh pendidikan. pkbmhanuba@yanur.net.

Adapun yang menjadi Visi dan Misi PKBM HANUBA ini adalah membantu masyarakat untuk memperoleh pendidikan pendidikan dan pengajaran, menyelenggarakan pendidikan luar


(48)

sekolah atau pendidikan non formal dan mengadakan pelatihan- pelatihan keterampilan maupun kewirausahaan serta mengupayakan penambahan pengetahuan masyarakat melalui praktek langsung dilapangan kerja mitra PKBM HANUBA di tempat-tempat usaha PKBM.

Latar belakang berdirinya PKBM HANUBA adanya realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, seperti : Fenomena anak- anak jalanan/ telantar yang mendapatkan perhatian kemanusiaan, banyaknya kasus anak putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi keluarga, kondisi sosial ekonami yang memprihatinkan serta terjadinya PHK akibat terjadinya krisis moneter dan krisis global yang berkepanjangan.

Proses belajar mengupayakan partisipasi para anak jalanan tersebut belajar dan diupayakan berjalanan dengan suasana yang hidup. Dalam proses belajar ini tutor dengan modal pelatihan dan pengalaman berupaya melakukan pendidikan yang berwawasan pembebasan dan demokratis. Selain itu juga akan mengupayakan pembebasan pendidikan dari belenggu kebodohan dan kemiskinan yang dapat merobah pola dan tata cara berfikir kreatif warga belajar. Untuk itu metode belajar yang partisipatif sangat diutamakan. Selain itu karena warga belajar keaksraan fungsional yang masuk di pagi hari dan akan memanfaatkan hari yang lain melalui keterampilan- keterampilan hidup yang tersedia fasilitasnya di PKBM HANUBA. Jadi satu hari teori dan satu hari praktek bagi warga yang belajar keaksraan fungsional. Pendidikan keaksraan fungsional diawali dengan melakukan identifikasi baik berupa minat dan kebutuhan kehidupan sehari- hari. Yang bertujuan tutor dapat mengetahui apa yang benar- benar dibutuhkan oleh warga belajar itu sendiri sampai terhadap lingkungan sekitarnya.

PKBM HANUBA dalam membuat perencanaan pembelajaran yaitu degan identifikasi tema pembelajaran dilakukan oleh tutor bersama peserta didik dengan memperhatikan potensi


(49)

lingkungan, minat dan kebutuhan peserta didik serta dukungan sumber daya yang tersedia. Pada proses identifikasi tema pembelajaran ini kemungkinan akan menghasilkan banyak tema akemudian akan menjadi bahan untuk proses belajar. Dalam hal ini tutor banyak melibatkan warga, denga belajar dengan menggunakan metode diskusi untuk lebh dapat mengena kepada tujuan pembelajaran yaitu baca, tulis dan hitung. Diskusi biasanya dimulai dengan dari masalah yang ditemui warga belajar kemudian didiskusikan dari kelompok belajar, membaca dan berhitung.

Didalam itu juga mereka juga mendapatkan keterampilan yang di berikan oleh PKBM HANUBA kepada anak- anak jalanan untuk mengasah keterampilan mereka dan keaksaraan fungsional mereka, antara lain yakni merangkai papan bunga, dimana dalam merangkai papan bunga ini anak belajar keaksaraan fungsional yang diberikan oleh tutor yang mempunyai keterampilan di bidang dalam merangkai bunga. Membuat sandal dari gabus bukan termasuk keterampilan yang sulit sehingga warga atau anak jalanan belajar keaksaraan fungsional setelah dibekali kemampuan dan pengetahuan mengenai proses pembuatannya. Dan keterampilan menjahit juga meliputi hal seperti itu yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang akan mereka dapatkan dari tutor yang memahami di bidang masing- masing.

Jadi lembaga informal seperti yayasan PKBM HANUBA yang sebagaimana akan mereka dapatkan didalam yayasan tersebut yang akan hampir sama halnya seperti lembaga- lembaga formal terhadap pendidikan. Dalam lembaga ini setiap anak itu tidak dikenai pungutan- pungutan biaya sedikitpun, lembaga ini menawarkan pendidikan gratis terhadap anak- anak jalanan yang ikut belajar di yayasan PKBM HANUBA tersebut. Sampai sekarang jumlah anak yang ikut belajar di yayasan tersebut itu mencapai 15 – 20 orang anak jalanan yang di ajarkan.


(50)

4.5 Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial atau tenaga kerja yang ada ikut bergabung di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) di Kota Medan. Berikut adalah daftar pekerja sosial yang menjadi informan penelitian ini :

1. Febrina odelia

Febrina adalah seorang lajang berusia 23 tahun alumni dari Universitas Sumatera Utara jurusan Kesejahteraan Sosial stambuk 2009 yang telah wisuda di bulan juni Tahun 2014. Febrina odelia ini telah terbilang cukup lama menjadi pekerja sosial di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ). Sudah hampir lebih 2 tahun beliau mengikuti program pendidikan sebagai pengajar terhadap anak didik atau anak jalanan yang menjadi tujuan utama dalam program tersebut. Febrina odelia mengatakan yang melatar belakangi beliau untuk menjadi sebagai pekerja sosial itu berawal dari tugas yang dilakukan dari kampus, yang sesuai dengan jurusan yang bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan bertepatan mendapatkan lokasi penelitian di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ). Semenjak dia melakukan penelitian dan tugas selama masa tugas dari kampus di tempat tersebut febrina odelia mulai tertarik untuk melanjutkan dan bergabung menjadi pekerja sosial dengan adanya program pendidikan tersebut untuk mengajar dan memberikan bimbingan terhadap anak jalanan yang menjadi focus dari program pendidikan anak jalanan. Anak jalanan yang diajarkan sampai sekarang mencapai 15 – 20 orang yang diajarkan oleh para pekerja sosial yang ada di PKBM HANUBA. Dalam hal ini klasifikasi anak umur anak jalanan tersebut yang ikut diajarkan itu dimulai dari umur 3 sampai 14 tahun. Disini beliau juga mengatakan bahwasanya yang menjadi tenaga kerja atau pekerja sosial sampai saat merupakan dari mahasiwa dan mahasiswi yang melakukan penelitian dan tugas dari kampus mereka dan ada juga


(51)

sebagian pekerja sosial yang benar- benar ikut menjadi pekerja sosial sesuai dengan dorongan hati nya, sehingga ikut berpartisipasi dalam melancarkan dan menjalankan program pendidikan anak jalanan tersebut. Febrina odelia juga mengatakan bahwa program pendidikan yang dilakukan oleh pekerja sosial yang ditetapkan dan disepakati oleh Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) dan pekerja sosial itu dalam seminggu itu ada dua kali dalam melakukan proses belajar mengajar yaitu hari jum’at dna sabtu dimulai Pukul 15.00 sampai 17.00 Wib. Proses belajar mengajar berlangsung hanya dalan dua jam, dalam proses belajar yang beliau lakukan itu merupakan suatu bentuk pengabdian terhadap dunia pendidikan, dengan hal itu beliau melakukan pengajaran terhadap anak jalanan ini tentu harus dilakukan berbagai macam cara atau pendekatan terhadap si anak dengan melalui sosialisasi dan pendekatan yang mendalam, seperti : mengikuti kemauan mereka dalam menentukan jenis atau bentuk pelajaran yang mereka sukai, membuat mereka senang dan menikmati pelajaran sehingga mereka merasa dekat dan senang terhadap cara yang kita lakukan terhadap mereka atau peserta didik. Dalam bentuk pendidikan , Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sedikit berbeda dengan system pendidikan formal, disini beliau mengatakan bahwa pendidikan informal hanya memberikan pelajaran yang penting- penting yang termasuk di dalam Ujian Akhir Nasional ( UAN ) yang terdapat didalam system pendidikan Formal. Selama masa pendidikan yang beliau ajarkan terhadap anak jalanan tidak selamanya berjalan dengan lancar, beliau juga sering mendapat kendala dalam mengatur anak- anak tersebut disaat awal proses belajar belajar yang akan dimulai supaya mereka bisa aman dan tertib untuk mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh pekerja sosial lainnya dan selebihnya saya merasa senang dan nyaman didalam. Dalam hal ini jelas sekali bahwa Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) memiliki target dalam program


(52)

pendidikan yang dibuat, yaitu : membenahi seluruh program yang sedang berjalan agar lebih tepat dan dapat mencapai sasaran, serta membantu anak jalanan untuk mengembangkan pendidikan dengan melalui sosialisasi agar mereka termotifasi. Selain dari proses belajar mengajar yang dilakukan, disini juga beliau mengatakan adanya bentuk- bentuk pengajaran lain yang dilakukan di luar proses belajar mengajar terdapat juga praktek – praktek yang menghasilkan prakarya, yaitu : mengolah bahan – bahan hasil limbah atau botol – botol aqua bekas yang sudah terbuang dan diolah menjadi suatu bentuk prakarya yang bisa menjadi suatu sumber penghasilan, dan penghasilan dari hasil prakarya yang dibuat itu akan diperjual belikan, sehingga hasil penjualan dari prakarya yang mereka buat itu akan menjadi pemasukan untuk Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sebagai kas dalam menjalankan program pendidikan terhadap anak jalanan.

2. Jesica

Jesica adalah seorang mahasiwi lulusan Amd berusia 22 tahun. Jesica mengikuti dan menjadi pekerja sosial di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) masih baru, karena baru sekitar kurang lebih satu tahun me njadi pekerja sosial dan memberikan pengajaran bimbingan yang dilakukan jesica terhadap anak jalanan. Menurut jesica yang melatar belakangi beliau untuk mejadi sebagai pekerja sosial, ini semua berawal dari ajakan teman yang ada didalam pusat kegiatan belajar masyarakat ini dan memang suka mengajar ujarnya, setelah beliau mengikuti dan menjalani tugas sebagai pekerja sosial beliau juga merasa nyaman dan tertarik untuk tetap selalu ikut serta dalam memberikan pelajaran terhadap anak jalanan. jumlah anak jalanan yang ada itu sekitar 15- 20 orang yang pekerja sosial ajarkan dan klasifikasi umur mereka dari umur 3 sampai 14 tahun, beliau juga megutarakan bahwa yang


(53)

menjadi pekerja sosial yang selalu membinbing dan mengajar anak jalanan ini dalam program pendidikan ini adalah mahasiwa dan mahasiwi yang mempunyai tugas di kampus terhadap kesejahteraan dan berkenaan tentang anak jalanan dan sebagian juga karena rutinitas mereka dan keinginan hati mereka terhadap pendidikan yang semuanya ikut berkonstribusi dan meluangkan tenaga serta membagi ilmu mereka terhadap anak jalanan yang diajarkan utnuk melancarkan program pendidikan Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ). Program pendidikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pekerja sosial itu mempunyai jadwal, dalam seminggu terdapat dua kali pertemuan yaitu hari jum’at dan sabtu dimulai dari pukul 15.00 sampai 17.00 Wib. Proses belajar mengajar hanya berlangsung selama dua jam. Dalam proses belajar mengajar yang beliau lakukan merupakan suatu bentuk pengabdian terhadap dunia pendidikan, disini juga beliau juga menyampaikan dalam melakukan pengajaran terhadap anak jalanan ini tentu harus mempunyai cara atau pendekatan yang bisa membuat mereka nyaman dan tertarik terhadap pelajaran yang kita ajarkan kepada mereka, dengan melakukan proses belajar smpai bermain tetapi tetap focus pada pelajaran serta mengikuti keinginan mereka sehingga membuat mereka nyaman. Pendidikan formal dan non formal sangat beda bentuk dan konsep pengajaran yang dilakukan, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) Menekankan terhadap pelajaran yang bersifat penting sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan. Proses belajar mengajar yang beliau berikan juga bukan segampang yang kita lakukan terhadap anak – anak yang mengikuti proses belajar yang ada di lingkungan pendidikan formal, disini beliau mengatakan terdapat sedikit kendala yang disaat proses belajar akan di mulai dan sedang berlangsung, kendalanya dalam mengatur dan membinbing mereka untuk tertib dan diam dan selbihnya hanya kendala susah untuk menghafal jenis haruf yang diajarkan dan sudah berulang kali tetapi tetap lupa dan


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informasi dilapangan yang dilengkapi dengan data – data yang relevan dengan penelitian ini, diperoleh bukti dan informasi tentang Model Pendidikan Anak Jalanan.

Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru merupakan suatu wadah atau tempat sosialiasi program pendidikan yang dilakukan terhadap anak jalanan sehingga menghasilkan anak – anak yang bermutu dan bisa mempunyai kehalian berdasarkan bekal dan kemampuan mereka yang dibobot dari awaql mereka mengikuti program pendidikan yang diberikan oleh Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terhadap anak jalanan yang mengikuti program tersebut. Dengan terbuktinya alumni- alumni lulusan atau didikan Pusat kegiatan belajar hanuba yang sekarang sudah mempunyai pekerjaan yang tetap dan sudah mempunyai usaha yang bisa mereka jalani sendiri.

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan,


(2)

serta langsung mensosialisasikan kepada warga seteempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial.

Dalam hal ini model pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja Pusat kegaiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA), melakukan pendekatan dengan proses belajar partisipatif. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber -sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didikdalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik,dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan salingbelajar. Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.

Program pendidikan bagi anak jalanan merupakan alterntif metode pendidikan yang luwes dan sesuai dengan masalah yang dihadapi anak jalanan. Secara subtantif dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan fungsional bagi anak dalam menjalani


(3)

kehidupan secara normal di lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Salah satu faktor kekuatan yang dimiliki metode ini adalah berorientasi pada lingkungan dan budaya anak jalanan sendiri, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan peserta berjalan optimal, Secara proses pendidikan, setiap anak mejalani tahapan pendidikan yang mengikuti daur siklus yang membawa peserta dapat beradaptasi dengan lingkungan  Kendatipun demikian, model pembelajaran program pendidikan masih perlu dilakukan perluasan jangkauan sasaran didiknya, dan melakukan pemantauan atas keluaran yang dihasilkan, mengingat antara karakteristik tempat pembelajaran dengan kenyataan hidup mantan anak jalanan relatif penuh tantangan. Sehingga perlu meningkatkan kemitraan secara lebih luas dan kokoh dalam mencegah anak kembali ke jalan.

Sistem penilaian dilakukan secara menyeluruh, baik penilaian sikap, mental spiritual, hubungan sosial, dan juga peningkatan keterampilan fungsionalnya. Sehingga dengan begitu peserta mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian materi yang dikuasai. Bagi peserta yang telah menyelesaikan seluruh persyaratan, memperoleh bantuan peralatan kerja yang diberikan secara berkelompok sesuai dengan jenis keterampilan fungsional yang pelajarinya.


(4)

5.2Saran

Dari hasil penelitian mengenai Model Pendidikan Anak Jalanan adalah sebagai berikut:

1. Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani baru (PKBM HANUBA) lebih dikembangkan lagi agar dapat lebih berfungsi maksimal dan ketika diimplementasikan.

2. Perlu penambahan tenaga kerja dalam Program Pendidikan Anak Jalanan.

3. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak membiasakan diri memberikan sejumlah uang kepada anak jalan. Karena kondisi ini lah yang membuat anak jalanan betah untuk tuinggal dan mencari nafkah di jalanan. Jika memang masyarakat ingin memberikan sumbangan atau sedekah dapat melalui rumah singgah, rumah zakat atau panti asuhan.

4. Dalam mengambil keputusan dan kebijakan hendaknya pemerintah kota Medan perlu mendengar aspirasi atau keinginan dari anak jalanan guna sebagai acuan untuk pengambilan keputusan terutama dalam menangani berbagai permasalahan sosial anak jalanan pada umumnya bahwa mereka mempunyai hak yang sama dengan anak – anak pada umumnya untuk mendapatkan perlindungan dan perhatian dari pihak Pemerintah Kota Medan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, dkk. 1999. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Pendidikan Dasar

Ekosusilo Madyo, Kasihadi RB. 1993. Dasar – Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar Publishing.

Moleong, lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Roasdakarya.

Nasution, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dr. Damsar, 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Prenada media.

Dr. Zainudin Maliki, Msi. 2008. Sosiologi Pendidikan: Gadjah mada University Press.

George Ritzer & Douglas Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern: University of Maryland.

Anwas Iskandar, 1997 . Belajar dalam Konsepsi Pendidikan Masyarakat. Jakarta: Ditdiknas.

Balitbang Dikbud, 1973. Adendum Pendidikan Luar Sekolh. Jakarta : Balitbang.

Davis, Ivor K, 1991. Pengelolaan Belajar. Terjemahan. Jakarta: Rajawali.

Sudjana S, H. Djudju, Prof.; SPd, M.Ed, phD. Teknik dan Metode Pembelajaran partisipatif.

Bandung.

Bagong dan Sri, 2002: 41, Metode Penelitian Sosial

Sudjana S, H Djudju, Prof; M.Ed, PhD. Dalam buku Metode dan Teknik pembelajaran Partisipatif.


(6)

Sumber Internet:

Ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/292 ( Di akses pada tanggal 5 september 2012 ).

Jurnalpendidikanislam.blogspot.com/…/contoh-penelitian-teantang-anakjalanan (diakses pada tanggal 5 september 2012).

www.rumahdunia.net/wmview.php?ArtId=2300. (diakses pada tanggal 10 September 2012). Jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/edisi8-4pdf (http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi, diakses 30 november 2012, pukul 09:20 WIB).

file.upi.edu/.../JURNAL/JURNAL...PENDIDIKAN/.../Model_Pembelajaran( Diakses pada tanggal 16 mei 2013). (http://www.pemkomedan.go.id/mdntem.php) (diakses pada tanggal 5 mei 2014).

pkbmhanuba@yanur.net.(Diakses pada tanggal 8 Mei 2014). (Sumber: www.usu.ac.id). (diakses pada tanggal 2 juni 2014) 

http:/candrahardcore.student.umum.ac.id/2010/02/06/kehidupan-anak-jalanan-/(diakses pada tanggal 16 juli 2014).

(http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi, diakses 30 November 2012, pkl 09.20). Samanui.wordpress.com/…/pendidikan-merupakan-kebutuhan-primer..

( http://belajarpsikologi.com/metode-pengumpulan-data/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.00 WIB ).

Sumber : (http://pkbmhanubamedan1.blogspot.com/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.23 WIB) (http://faiucy.wordpress.com/2012/03/04/sosialisasi-dalam-pendidikan diakses 23 Juli 2014, pukul 07.40 WIB)

(http://pkbm-hanuba.blogspot.com/2011_05_01_archive.html diakses 23 JUli 2014, pukul 07.13 WIB


Dokumen yang terkait

Faktor Dominan Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota Binjai

8 77 115

Konstruksi Identitas Diri Murid pada Lembaga Pendidikan Non Formal (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty Medan).

2 74 151

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PPAP SEROJA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK Peran Lembaga Swadaya Masyarakat PPAP Seroja Dalam Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Pada Lingkungan Pendidikan Anak Jalanan Di Kota Surakarta.

0 5 11

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PPAP SEROJA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK PADA Peran Lembaga Swadaya Masyarakat PPAP Seroja Dalam Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Pada Lingkungan Pendidikan Anak Jalanan Di Kota Surakarta.

0 3 16

PENDAHULUAN Peran Lembaga Swadaya Masyarakat PPAP Seroja Dalam Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Pada Lingkungan Pendidikan Anak Jalanan Di Kota Surakarta.

0 4 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan - Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan

0 0 14

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang - Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan

0 0 8

Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan

0 1 9

PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK (LPA) SUL-SEL DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR

0 0 133

EFEKTIVITAS PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA ANAK PRIA TANGERANG

0 1 151