KEMASAN SISINGAAN PADA GRUP SETIA WARGI MUDA KABUPATEN SUBANG No Panggil S SDT PUS k-2013.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB 1 PENDAHULUAN  Latar Belakang Masalah ...1

 Rumusan Masalah ...4

 Tujuan Penelitian ...5

 Metode Penelitian ...5

 Manfaat Penelitian ...6

 Struktur Organisasi Penelitian ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA  Penelitian Terdahulu ...10

 Pelestarian Seni Tradisi ...12

 Seni Pertunjukan di masyarakat ...14

 Seni Pertunjukan Kemasan ...17

 Kesenian Sisingaan ...20

BAB III METODE PENELITIAN  Metode penelitian ...23

 Lokasi dan Subjek Penelitian ...24

 Definisi Operasional ...25


(2)

 Teknik Analisis Data ...30

 Langkah-langkah Penelitian ...32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN  Hasil Penelitian  Profil Grup Kesenian Sisingaan Setia Wargi Muda ...33

 Latar Belakang Pertunjukan Kemasan Sisingaan di Grup Setia Wargi Muda ...34

 Kemasan Sisingaan Karya H. Edih. A. S pada Grup Setia Wargi Muda ...36

 Struktur penyajian Kemasan Sisingaan Pada Babak pembuka, Babak Isi dan Babak penutup ...47

 Pembahasan Hasil Penelitian ...59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN  Kesimpulan ...62

 Saran ...64

DAFTAR PUSTAKA ...66


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya juga tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di wilayahnya. Kesenian lahir dan berkembang dari kreativitas masyarakat didalamnya yang semuanya terbentuk dari keadaan sosial ekonomi masyarakat, letak geografis dan pola kegiatan keseharian. Perbedaan berbagai ragam jenis kesenian tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah di wilayah Jawa Barat, menjadi salah ciri khas dan identitas masyarakatnya.

Keragaman kesenian tradisional mempunyai ciri khas dan memberikan kebanggaan kepada masyarakat di dalamnya, maka sudah tentu adanya usaha pelestarian dan pengembangan kesenian yang terus menerus yang digalang oleh berbagai pihak. Pencarian, pelestarian dan pengembangan kesenian daerah terus digalakan dengan melalui berbagai jalur dengan mengikut sertakan berbagai instansi

Subang adalah satu daerah yang memiliki beragam kesenian tradisional seperti Seni Topeng, Sisingaan, Doger Kontrak, Belentuk Ngapung, Bajidoran, Tayuban, Gembyung dan Bajet. Dari sekian banyak jenis kesenian yang berada di Subang hanya satu kesenian yang menjadi simbol dari kota Subang, yaitu kesenian Sisingaan.

Keberadaan kesenian Sisingaan dibangun oleh masyarakat itu sendiri, dimana kesenian Sisingaan hidup di kalangan masyarakat Subang sebagai cerminan pemberontakan jiwa masyarakat Subang yang tertindas oleh penjajah. Sebagaimana yang dikatakan Munajar(1986: 2) adalah sebagai berikut.

Sisingaan yang diusung para buruh mengandung ekspresi dari jiwa masyarakat yang memberontak sebagai kompensasi atas ketidakadilan dangan menyimpan amanat perjuangan bagi generasi muda, agar nanti berjuang


(5)

menghadapi penjajah. Sedangkan anak yang ada di atas Sisingaan yaitu merupakan jawaban bagi generasi penerus bahwa kelak pada suatu hari nanti mereka bisa menumpas untuk melepaskan diri dari kaum penjajah.

Nilai filosofis yang terkandung dalam kesenian Sisingaan sudah memasyarakat dan sudah menjadi bagian dari kehidupan serta kebudayaan, dalam artian bahwa kesenian Sisingaan sudah menjadi suatu tradisi masyarakat Subang sebagai hasil perjuangan masyarakat yang gigih dengan disertai rasa persatuan dan kesatuan.

Sisingaan itu sendiri adalah suatu kesenian khas masyarakat Subang yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat.

Jika melihat sejarahnya, ada beberapa versi mengenai asal asul kesenian Sisingaan. Pertama, bahwa Sisingaan diciptakan sekitar tahun 1840 oleh para

seniman yang berasal dari daerah Ciherang

(http://uun-halimah.blogspot.com/2008/09/sisingaan-kesenian-tradisional.html) .

Sisingaan lahir sebagai suatu bentuk perlawanan rakyat Subang terhadap kedua bangsa penjajah, yaitu negara Belanda dan Inggris. Untuk menegaskan bahwa Kesenian Sisingaan adalah suatu bentuk perlawanan, maka digunakan dua buah boneka singa yang merupakan lambang dari negara Belanda dan Inggris.

Kemudian berkembang ke daerah Cigadung dan daerah lainnya di sekitar kota Subang. Tokoh-tokoh yang mempopulerkannya antara lain Ki Demang Ama Bintang,

Ki Rumsi, Lurah Jani Mama Narasoma, dan Ki Alhawi

(http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/43).

Versi kedua mengatakan, bahwa sisingaan muncul sekitar tahun 70-an di anjungan Jawa Barat di TMII. Pada saat itu ditampilkan kesenian gotong singa atau Sisingaan yang bentuknya masih sederhana. Kemudian, dari penampilan di anjungan Jawa Barat itulah kemudian kesenian Sisingaan menjadi dikenal oleh masyarakat hingga saat ini.


(6)

Berbicara mengenai seni, kita mengetahui bahwa semua seni di Jawa Barat adalah hasil karya dari seseorang yang ada kaitannya dengan tatanan kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan yang ada, seni pun ikut berkembang bergerak terus untuk mengimbanginya. Demikian pula dengan kesenian Sisingaan yang terus berkembang megikuti perkembangan dan tuntutan zaman, yang berakibat para seniman Sisingaan dituntut kemampuan, keuletan, ketekunan dan kelincahan baik dari tariannya, musiknya dan juga lagu-lagunya agar penyajian kesenian Sisingaan lebih menarik.

Perubahan dari waktu ke waktu merubah bentuk penyajian kesenian Sisingaan di kabupaten Subang. Jika melihat dari bentuk patung atau boneka Sisingaan, kini semakin disempurnakan sehingga lebih terlihat bagus dan lebih gagah, serta kostum dari pengusungnya pun semakin terlihat glamor. Selain itu fungsi dari kesenian Sisingaan pun mengalami perkembangan sesuai dengan tuntunan zaman, dimana awalnya kesenian Sisingaan sebagai hiburan rakyat yang sifatnya heleran pada acara khitanan anak sunat dengan cara berkeliling kampung. Namun kini kesenian Sisingaan memiliki fungsi yang beragam diantaranya kesenian Sisingaan dikemas untuk dipentaskan pada acara penyambutan tamu-tamu agung atau tamu negara,upacara adat gunting pita peresmian gedung, upacara adat pengantin dan acara festival. Dengan adanya perkembangan pada fungsi kesenian Sisingaan, sudah tentu bentuk penyajiannya pun berbeda. Sebagai kesenian heleran kesenian Sisingaan ditampilkan dengan durasi waktu 2-3 jam. Akan tetapi bila pada acara penyambutan tamu, upacara adat gunting pita peresmian gedung, upacara adat pengantin dan acara festival, durasi waktu hanya sekitar 10-15 menit, ini dikarenakan ditiadakan bagian

arak-arakan atau acara berkeliling kampung, serta dari penyajiannya pun dikemas

kembali dengan dihilangkan sebagian gerak serta pengurangan pada gerak pengulangan.

Berbicara tentang bentuk penyajian kesenian Sisingaan khususnya pada jenis kemasan, tentu semua tidak terlepas dari peran seniman yang ikut serta dalam menata baik dari tari, gerak ataupun musiknya. Banyaknya grup kesenian Sisingaan di


(7)

kabupaten Subang, sudah tentu bentuk penyajiannya pun berbeda sesuai dengan seniman yang menatanya.Peneliti sangat tertarik pada penyajian pertunjukan kesenian Sisingaan dalam bentuk kemasan pada salah satu grup Sisingaan di kabupaten Subang yaitu grup Setia Wargi Muda, dimana penatanya adalah H. Edih. A.S.

H. Edih. A.S adalah tokoh seniman yang terkenal di daerah Subang. Beliau memiliki popularitas yang tinggi bukan saja di daerahnya yaitu Subang, namun juga di Solo, Yogyakarta, Jakarta dan kota-kota lainnya. Selain penata kesenian Sisingaan,

beliau juga adalah pencipta lagu “Sisingaan” yang sudah sangat popular dan menjadi

salah satu musik dalam pertunjukan kesenian Sisingaan hingga sekarang. Karena pengalamannya dalam dunia seni khususnya kesenian Sisingaan, maka tidak heran kemasan H. Edih. A.S ini sudah sering ditampilkan ke berbagai kota pada acara-acara besar, bahkan sudah pernah tampil di Istana Negara. Bentuk penyajian karya H. Edih. A.S ini terdiri dari tiga babak yaitu babak pembuka, babak isi dan babak penutup, dengan durasi waktu hanya 10 menit. Menurut keterangan H. Edih. A.S, sangatlah jarang seniman Sisingaan dapat mengkemas dalam durasi 10 menit.

Selain itu grup Setia Wargi Muda adalah salah satu grup Sisingaan di Kabupaten Subang yang sudah terkenal. Grup ini sudah melakukan pertunjukan ke beberapa daerah di luar kota Subang. Selain itu grup Setia Wargi Muda adalah penerus dari grup Sadarmanah, yaitu grup Sisingaan yang pertama kali memperkenalkan Sisingaan secara nasional dalam lomba festival kesenian rakyat di Jakarta dan mendapat juara I pada tahun 1978.

Berdasarkan pada alasan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kemasan Sisingaan karya H. Edih. A.S pada grup Setia Wargi Muda. Adapun judul yang akan diangkat peneliti adalah Kemasan Sisingaan pada Grup Setia Wargi

Muda Kabupaten Subang.

B. Rumusan Masalah

Sebuah penelitian dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah yang ada di dalamnya. Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada


(8)

keharusan dilaksanakannya penelitian tersebut. Masalah yang muncul bisa dari berbagai sumber. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian biasanya merupakan permasalahan yang sifatnya unik, khas, memiliki daya tarik tersendiri, spesifik, dan terkadang sangat bersifat individual.

Berbicara tentang permasalahan, dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang diajukan penulis di atas memiliki sejumlah masalah yang ingin dikaji. Permasalahan tersebut peneliti ungkapkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana keberadaan kesenian sisingaan pada grup Setia Wargi Muda?

2. Bagaimana struktur penyajian pada pertunjukan kemasan sisingaan karya H. Edih A.S pada grup Setia Wargi Muda?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Secara rinci tujuan penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kesenian sisingaan pada grup Setia Wargi Muda

3. Untuk mengetahuidan mendeskripsikan struktur penyajian pada pertunjukan kemasan sisingaan karya H. Edih A.S pada grup Setia Wargi Muda

D. Metode Penelitian

Penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode tertentu. Metode yang terbaik untuk meneliti suatu masalah adalah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.


(9)

Metode deskriptif analisis adalah metode yang bertujuan memberikan dan membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dengan maksud untuk lebih menekankan pengungkapan unsur-unsur yang diteliti dengan cara

mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa, dan

menginterpretasikan data-data ke dalam suatu tulisan untuk mendapatkan hasil penelitian dari kemasan Sisingaan pada grup Setia Wargi Muda kabupaten Subang, yang selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Karena penelitian ini menggunakan deskriptif analisis maka penelitian ini tidak ditujukan menjawab hipotesis, melainkan uraian ntuk lebih memahami masalah di lapangan yang diteliti.

1. Lokasi dan subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Wanareja Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda 2. Teknik Analisis

a. Observasi

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu jenis observasi partisipasi pasif dengan melihat dan mengamati tanpa ikut terlibat dalam pelaksanaan seni pertunjukan Sisingaan grup Setia Wargi Muda. Dengan menjadi observer partisipasi pasif penulis mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini sesuai harapan yaitu dapat tepat sasaran serta memiliki tingkat akurasi yang maksimal.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data selain observasi. Digunakannya wawancara untuk menutupi kekurangan dari teknik observasi dalam menggali data-data lain yang tidak diperoleh melalui kegiatan observasi (pengamatan). Pengamatan memiliki keterbatasan karena hanya dilakukan dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan merasakan.


(10)

E. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan bukan semata-mata hanya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, tetapi harus memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang ilmu yang diteliti. Selain itu dapat juga bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai kesenian Sisingaan di Kabupaten Subang.

b. Untuk mengetahui perkembangan kesenian sisingaan yang ada di Kabupaten Subang.

c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan kesenian Sisingaan sesuai dengan perkembangan zaman

d. Untuk mengetahui bagaimana kemasan Sisingaan pada grup Setia Wargi Muda kabupaten Subang karya H. Edih. A.S.

2. Bagi Lembaga

a. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya yang ada di Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Dapat melestarikan kebudayaan yang ada serta mempertahankannya.

3. Bagi Masyarakat Umum

a. Memperkaya khasanah seni budaya yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Subang

b. Sebagai bahan apresiasi bagi masyarakat terhadap kesenian, khususnya kesenian Sisingaan yanng ada di Kabupaten Subang.

4. Bagi Seniman Sisingaan

a. Dapat dijadikan sebuah pendokumentasian kesenian Sisingaan khususnya di Kabuaten Subang.


(11)

b. Dapat dijadikan referensi pertunjukan Sisingaan khususnya bagi seniman Sisingaan yang berada di Kabupaten Subang.

5. Grup Sisingaan Setia Wargi Muda

a. Dapat dijadikan sebagai motivasi untuk lebih mempertahankan eksistensi grupnya dalam penyajian pertunjukan Sisingaan.

b. Memperbaiki segala kekurangan yang dirasakan selama ini.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Judul Skripsi

Halaman Pengesahan

Pernyataan tentang Keaslian Karya Ilmiah Kata Pengantar

Ucapan Terima Kasih Abstrak

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Tujuan Penelitian C. Rumusan Masalah D. Metode Penelitian E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu B. Pelestarian Seni Tradisi

C. Seni Pertunjukan di Masyarakat D. Seni Pertunjukan Kemasan E. Kesenian Sisingaan


(12)

A. Metode Penelitian

B. Lokasi dan Subjek Penelitian C. Definisi Operasional

D. Teknik Pengumpulan Data E. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, suatu tindakan penelitian bisa berhasil ditentukan oleh beberapa faktor pendukung dalam melakukan penelitian tersebut. Salah satu faktor pendukung tersebut adalah metode yang tepat yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan data penelitiannya. Maka dari itu metode terbaik untuk meneliti suatu masalah dalam penelitian adalah metode yang dapat memberikan hasil terbaik atau sesuai dengan tujuannya yaitu memecahkan masalah yang diteliti.

Sugiyono mengungkapkan (2011: 2) bahwa: “ metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tersebut”. Data yang diperoleh dalam penelitian itu adalah data empiris (teramati) dengan kriteria tertentu yaitu valid. Untuk mendapatkan data tersebut dilakukan macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka.

Penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode tertentu. Metode yang terbaik untuk meneliti suatu masalah adalah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Metode deskriptif analisis adalah metode yang bertujuan memberikan dan membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dengan


(14)

maksud untuk lebih menekankan pengungkapan unsur-unsur yang diteliti dengan cara

mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa, dan

menginterpretasikan data-data ke dalam suatu tulisan untuk mendapatkan hasil penelitian dari kemasan Sisingaan pada grup Setia Wargi Muda kabupaten Subang, yang selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Karena penelitian ini menggunakan deskriptif analisis maka penelitian ini tidak ditujukan menjawab hipotesis, melainkan uraian untuk lebih memahami masalah di lapangan yang diteliti.

Deskriptif analisis merupakan metode dalam penelitian kualitatif. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan deskriptif adalah penggambaran atau pemaparan secara terperinci. Sedangkan analisis adalah upaya menyelidiki atau mengurai terhadap peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Maka pemilihan metode deskriptif analisis dalam penelitian ini tepat menurut peneliti, karena didasarkan pada hasil yang ingin diperoleh oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah. Selain itu, penelitian tentang kesenian seperti pada judul penelitian yang dilakukan ini, tidaklah mungkin bisa menggunakan angka-angka atau perhitungan. Tetapi lebih ke arah yang bersifat paparan tentang data-data dari seluruh informan khususnya tentang subyek penelitan ini.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang diambil oleh peneliti sesuai dengan alamat di mana obyek penelitian tersebut berada. Dengan demikian lokasi penelitian ini di lakukan di Desa Wanareja Kampung Nyimplung Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda Subang. Pemilihan sampel ini didasari karena grup Setia Wargi Muda sudah sangat terkenal. Grup Setia Wargi Muda ini sudah melakukan pertunjukan


(15)

ke beberapa daerah di luar kota Subang. Selain itu grup Setia Wargi Muda adalah penerus dari grup Sadarmanah, yaitu grup Sisingaan yang pertama kali memperkenalkan Sisingaan secara nasional.

C. Definisi Operasional

Untuk memperjelas maksud dari judul tersebut, dan berupaya untuk menghindari kesalah pahaman serta kekeliruan penafsiran tentang judul tersebut, maka penulis ketengahkan arti kata atau istilah yang terdapat dalam judul yang berdasarkan pada pengertian dalam standar pengertian umum yang berlaku.

1. Kemasan

Kemasan adalah pembungkus yang bisa membuat konsumen tertarik pada produk itu. (http://smsrbandung.wordpress.com/tag/pengertian-kemasan/) Di sini dijelaskan tentang bagaimana pertunjukan itu dirancang untuk membuat penonton tertarik dan tidak jenuh melihat.

2. Sisingaan

Sisingaan adalah patung permainan berupa binatang singa. Yang dimaksud dalam penelitian ini kata Sisingaan yaitu properti yang digunakan dalam Kesenian Sisingaan yaitu berupa boneka binatang singa yang digotong oleh beberapa penari dengan iringan musik yang lebih dominan pada tepak kendang dan bunyi terompet, disajikan dalam bentuk arak-arakkan atau pertunjukan

3. Setia Wargi Muda

Merupakan nama sebuah grup kesenian Sisingaan dari Desa Wanareja Kampung Nyimplung Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Dimana dalam proses mengumpulkan data penelitian diperlukan teknik yang akan


(16)

digunakan. Apabila proses pengumpulan data ini menggunakan teknik yang salah, maka akan hasil data tidak akan maksimal serta tidak sesuai dengan apa yang diperlukan dalam penelitian ini.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang dianggap paling tepat yaitu: observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Karena dengan menggunakan teknik ini diharapkan dapat memaksimalkan hasil penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi tersebut peneliti gambarkan sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (Rini Suciawati, 2007: 22) mengemukakan yang

dimaksud observasi adalah „ semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur dan mencatat.‟

Manfaat dari observasi menurut Patton (Sugiyono, 2011: 228) yaitu sebagai berikut:

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.


(17)

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang

kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung pada objek penelitian yaitu kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda yang berada di Desa Wanareja Kampung Nyimplung Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang. Pengamatan ini dilakukan secara menyeluruh dan berulang-ulang. Peneliti tidak hanya melakukan satu kali observasi, tetapi beberapa kali observasi baik dalam kegiatan latihan yang dilakukan oleh grup kesenian yang diteliti, maupun pada saat grup kesenian tersebut melakukan pertunjukan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasi pasif dengan melihat dan mengamati tanpa ikut terlibat dalam pelaksanaan seni pertunjukan Sisingaan grup Setia Wargi Muda. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:

227) bahwa: “ Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang

diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.” 2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data selain observasi. Digunakannya wawancara untuk menutupi kekurangan dari teknik observasi dalam menggali data-data lain yang tidak diperoleh melalui kegiatan observasi (pengamatan). Pengamatan memiliki keterbatasan karena hanya dilakukan dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan merasakan.

Estenberg (Sugiyono, 2011: 231) mendefinisikan wawancara itu “ merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga


(18)

Melalui wawancara, peneliti mengetahui hal-hal lebih mendalam tentang subjek dan partisipan dalam penelitian ini dalam menginterprestasikan situasi yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan cara melakukan tanya jawab antara peneliti dengan instrumen pengumpul data dengan informan sebagai orang yang dianggap memiliki seluruh informasi yang diperlukan peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terhadap tokoh yang berkenaan langsung dengan grup kesenian Sisingaan Setia Wargi Muda. Wawancara berbentuk pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tema penelitian ini.

Sehubungan dengan terbatasnya masalah yang sedang diteliti dan dikaji dalam penelitian ini, maka orang-orang yang dijadikan informan pun dibatasi sesuai dengan kebutuhan data di lapangan. Berikut adalah orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini:

a. Seniman kesenian Sisingaan Subang

Seniman kesenian Sisingaan Subang yang diwawancarai adalah Bapak H. Edih. A.S, selaku tokoh yang berperan penting sebagai sumber atau informan dalam penelitian ini dan sebagai penata yang mengkemas kesenian Sisingaan. Karena dianggap memiliki memiliki data yang sangat penting sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Selain itu memiliki data mengenai latar belakang asal mula kesenian Sisingaan yang tadinya sebagai kesenian heleran kini berubah menjadi sebuah kesenian kemasan.

b. Pimpinan kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda

Pimpinan kesenian yang diwawancara adalah Bapak Dase sebagai ketua dari kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda. Data yang disaring mengenai latar belakang sejarah dari grup kesenian Sisingaan, penyajian kesenian dan perubahan dari grup Setia Wargi Muda.

c. Anggota kesenian Sisingaan grup Setia Wargi Muda


(19)

orang yang dianggap memiliki wawasan tentang penyajian atau latar belakang dari grupnya masing-masing. Selain itu wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari pimpinan grup yang telah diwawancarai.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dimana buku-buku yang dijadikan sumber ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Studi pustaka sangatlah penting dijadikan sumber untuk penelitian guna mencari dan mengumpulkan berbagai data yang diperlukan melalui berbagai sumber kepustakaan yang ada. Peneliti berusaha mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian, seperti sejarah kesenian tradisonal Sisingaan yang diperoleh dari beberapa buku sumber yang terdapat di perpustakaan UPI, STSI, dan jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI, dan juga dari beberapa hasil penelitian lainnya.

Beberapa hasil penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diantaranya:

Rini Suciawati (2007) yang menulis tentang Sisingaan Wanita “ Lingkung

Seni Setiawargi 6” di Desa Tambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang.

Sri Pujiati (2000), Perkembangan Pertunjukan Kesenian Sisingaan Grup Setia Wargi 1 di Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Supartini Permata (2004) menulis tentang Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Nanu Munajar (1986), Tinjauan Deskriptif Pertunjukan Kesenian Sisingaan di Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang (Pola penyajian kesenian Sisingaan). Endah Irawan (1992), Analisis Tabeuhan Kendang pada Penyajian Kesenian Sisingaan di Kabupaten Subang Jawa Barat. Serta Mela Sri wahyuni(2012), menulis tentang Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.


(20)

Pengumpulan data yang diperoleh untuk penelitian ini tidak hanya dari observasi, wawancara, dan studi pustaka saja, namun di samping itu ada pula teknik pengumpulan data berupa dokumentasi baik menggunakan audio, visual maupun audio visual.

Dokumen merupakan catatan yang sudah berlalu yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Teknik ini mempermudah peneliti dalam menganalisa.

Dalam hal ini atraksi atau pertunjukan kesenian Sisingan dalam kontek pertunjukan karya H. Edih. A.S didokumentasikan melalui media audio visual berbentuk CD dan foto-foto sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan, juga untuk mengkaji ulang peneliti. Hal ini dimaksudkan agar data-data yang diperlukan dapat diamati secara berulang-ulang melalui pemutaran kembali rekaman-rekaman yang telah dilakukan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara, observasi, studi pustaka, dan dokumentasi yang dikumpulkan untuk dipilah-pilah berdasarkan klasifikasi dan spesifikasi data yang ditemukan, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini analisis data berlangsung selama proses pengumpulan data dan akhir pengumpulan data. Setelah data-data yang telah terkumpul, data-data tersebut dipilah-pilah, selanjutnya dilakukan penganalisaan terhadap seluruh data yang disesuaikan dengan tema kajian yang diteliti.

Analisis data ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pinal tentang data-data yang telah berhasil dikumpulkan selama dilapangan. Apabila terdapat kekurangan data pada hasil analisis, peneliti akan segera kembali ke lapangan untuk mencari kembali data-data yang diperlukan.


(21)

Adapun langkah-langkah yang diambil dalam menganalisis data di antaranya:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data berikutnya

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dll. Dalam penyajian data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling berkaitan. Hal ini dipertegas oleh Sugiyono (2010: 330) yang menyebutkan bahwa triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data atau sumber data yang telah ada. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data, diantaranya data yang dihasilkan dari :

a. Observasi /Pengamatan

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu jenis observasi partisipasi pasif dengan melihat dan mengamati tanpa ikut terlibat dalam pelaksanaan seni pertunjukan Sisingaan grup Setia Wargi Muda. Dengan menjadi observer partisipasi pasif penulis mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini sesuai harapan yaitu dapat tepat sasaran serta memiliki tingkat akurasi yang maksimal.

a. Wawancara


(22)

Digunakannya wawancara untuk menutupi kekurangan dari teknik observasi dalam menggali data-data lain yang tidak diperoleh melalui kegiatan observasi (pengamatan). Pengamatan memiliki keterbatasan karena hanya dilakukan dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan merasakan.

3. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan analisis dari data yang sudah ada. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif harus dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Adapun data yang dianalisis dan disimpulkan diantaranya:

a. latar belakang /keberadaan kesenian Sisingan pada grup Setia Wargi Muda

b. kemasan pertunjukan sisingaan karya H. Edih AS di grup Setia Wargi Muda

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data yang telah dianalisis secara sistematis serta menarik kesimpulan dari data yang telah disusun, yang hasilnya kemudian disusun menjadi bab demi bab dalam kerangka laporan penelitian sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia sebagai langkah terakhir untuk kebutuhan laporan penelitian.

Secara garis besar, prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Tahap perencanaan penelitian

Pada tahap ini sebuah semua hal yang berhubungan dengan penelitian dipersiapkan, seperti pengajuan judul, perumusan masalah, pembuatan proposal, sidang proposal, dan pembuatan surat ijin penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini, pengumpulan data atau informasi, dilakukan dengan melaksanakan observasi, wawancara, studi pustaka, studi dokumentasi,


(23)

pengolahan dan analisis data, serta penarikan kesimpulan. Hal tersebut dilakukan dengan melaksanakan proses bimbingan untuk mendapatkan hasil laporan yang relevan.

3. Tahap penulisan laporan penelitian

Merupakan tahap terakhir dari penelitian. Dalam tahap ini proses penelitian, pengolahan dan analisis data telah selesai dilaksanakan. Hasilnya disusun dalam bentuk laporan skripsi


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesenian Sisingaan adalah kesenian tradisional asli dari daerah Jawa Barat, tepatnya berada di kota Subang. Kesenian ini sangatlah disukai dan diminati oleh semua kalangan masyarakat di Subang dari dulu hingga sekarang. Bukan hanya masyarakat Subang saja yang menyukai kesenian Sisingaan, namun masyarakat dari kota dan daerah lain juga menggemari kesenian ini. Maka tak heran pada saat ini kesenian Sisingaan juga bisa ditemukan di kota-kota tetangga, seperti kota Bandung, Sumedang, Purwakarta dan sebagainya.

Kita tahu bahwa kesenian Sisingaan adalah kesenian heleran atau hiburan rakyat. Namun pada perkembangannya sekarang kesenian Sisingaan bukan hanya sebagai kesenian heleran, yang fungsinya yaitu untuk mengarak anak sunat, tetapi juga menjadi kesenian pertunjukan dalam bentuk kemasan, yang fungsinya untuk menyambut para tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara. Hal ini terjadi karena pada awalnya untuk menyambut Presiden kedua Indonesia yaitu Presiden Soeharto dalam rangka Kridha Pertanian di desa Muara kecamatan Ciasem, pada bulan oktober tahun 1968. Setelah itu Sisingaan menjadi salah satu kesenian yang berfungsi sebagai penyambut tamu-tamu negara, tepatnya pada tahun 1972 kesenian Sisingaan juga berkesempatan tampil di Istana Bogor dan pada tahun 1973 kesenian Sisingaan tampil di Istana Negara, serta tempat resmi kenegaraan lainnya hingga sekarang. Selain itu yang membuat kesenian Sisingaan menjadi lebih terkenal lagi adalah pada saat kesenian Sisingaan menjadi perwakilan kesenian dari Jawa Barat yang mengikuti lomba pada festival kesenian rakyat tingkat nasional di Jakarta pada tahun 1978, dan pada saat itu kesenian Sisingaan mendapatkan juara pertama. Mulai dari sanalah kesenian Sisingaan menjadi terkenal secara nasional. Selain itu untuk menjaga


(25)

kelestarian kesenian Sisingaan sebagai kesenian asli dari kota Subang, pemerintah Subang pun menyelenggarakan festival kesenian Sisingaan setiap tahunnya.

Ada perbedaan struktur penyajian kesenian Sisingaan sebagai kesenian

heleran dan sebagai kesenian kemasan. Jika pada kesenian Sisingaan dalam konteks heleran, pola atau struktur penyajiannya terdiri dari pembukaan (gerak ancang-ancang/ pasang, gerak gobyog, gerak najong/ menendang, gerak silat, gerak depok,

gerak najong dan seser, gerak ewag, gerak mincid, gerak solor, dan mincid ),

arak-arakan, penutup ( mincid sedang, ewag depog, mincid solor, mincid variasi, ewag luhur, bukaan, geblag gendut, cisanggean, gobyog dan atraksi ). Serta durasi

waktunya pun sekitar 2-3 jam karena mengarak anak sunat berkeliling kampung. Untuk kesenian Sisingaan kemasan, pada bagian arak-arakan ditiadakan dan pengurangan pada gerak-gerak yang berulang, sehingga durasinya pun hanya sekitar 10-15 menit. Struktur penyajian pada kemasan kesenian Sisingaan ini berbeda dan bervariasi sesuai karya seniman yang terlibat di grup Sisingaan tersebut. Jarang sekali seniman Sisingaan mengkemas dalam durasi 10 menit. Namun salah satu seniman Sisingaan yaitu H. Edih. A.S mampu mengkemas dalam durasi waktu 10 menit.

Kemasan kesenian Sisingaan karya H. Edih. A.S ini mempunyai struktur penyajian yang terdiri dari tiga babak yaitu babak pembuka, babak isi dan babak penutup. Dengan grup Sisingaannya yaitu Setia Wargi Muda, salah satu grup Sisingaan didikannya yang sering ia bawa untuk menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara ke berbagai kota. Selain itu grup Setia Wargi Muda adalah penerus dari grup kesenian Sisingaan Sadarmanah yang menjadi perwakilan kesenian Sisingaan daerah Jawa Barat, dan menjuarai festival kesenian rakyat yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1978.

Struktur penyajian pada babak pembuka karya H. Edih. A.S ini dimulai dengan terompet arang-aranglalu bendrong petit, gerak yang disajikan seperti

ancang-ancang,bukaan geter, meulit kacang, gobyog, mincid. Pada lagu kidung

disajikan gerak-gerak silat seperti gerak besot, giles,pasang, gebrig, dan najong.Paga lagu golempangpengusung menari gerak jurus cepat..Lalu pada lagu kangsreng,


(26)

Sisingaan melakukan gerak tari ewag, gerak tari singa mincid, dan gerak tari solor. Dan pada lagu gondang gerak yang disajikan seperti gerak mundur, gerak ban karet, gerakgebrig dan break.

Pada struktur penyajian babak isi, lagu yang disajikan adalah lagu“Sisingaan” dan anak sunat dalam posisi sudah menaiki Sisingaan. Gerak yang disajikan adalah gerak-gerak jaipongan seperti jaipongan 1, jaipongan 2 dan jaipongan depok.

pada babak penutup struktur penyajiannya meliputi atraksi-atraksi Sisingaan seperti atraksi singa lambang, atraksi gugunungan, atraksi kapal 3, dan atraksi kapal

6. lagu yang disajikan adalah lagu bendrong petit. Selain itu kemasan Sisingaan karya

H. Edih. A.S ini juga menambahkan penari-penari perempuan dan laki-laki agar terlihat lebih menarik. Busana yang digunakan para pengusung dan para penari pun juga semakin membuat lebih indah.

Melihat kenyataan dari hasil penelitian di atas, peneliti berkesimpulan bahwa kemasan Sisingaan karya H. Edih. A.S pada grup Setia Wargi Muda ini memang menarik, pantas saja kemasan Sisingaannya selalu dipanggil untuk melakukan pertunjukan menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara ke berbagai daerah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai temuan pada penelitian ini, penulis memiliki beberapa masukan terhadap kesenian Sisingaan dalam konteks pertunjukan ini, yang diharapkan lebih memajukan perkembangan kreativitas dalam mengembangkan lagi kesenian Sisingaan. Maka peneliti memilki saran berikut ini: 1. Untuk Pemerintah daerah, peneliti berharap agar lebih bisa memperhatikan

kesenian Sisingaan, karena pemerintahlah yang memiliki kewenangan penuh terhadap maju atau mundurnya kesenian Sisingaan yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat luas, serta bisa lebih memperhatikan usaha-usaha yang telah ditempuh guna mengembangkan serta melestarikan kesenian Sisingaan khususnya dalam bentuk kemasan ini yang sudah terkenal sacara nasional.


(27)

2. Ditujukan untuk para seniman kesenian Sisingaan, agar lebih berpacu lagi menegmbangkan kreativitas seninya untuk meningkatkan kualitas kesenian Sisingaan,namun tetap memperhatikan akar, bentuk, serta falsafah dasar dari kesenian Sisingaan. Yang dimaksud di sini bukanlah tentang persaingan yang pengembangannya memasukan atau mencampurkan unsur-unsur dari budaya luar yang sama sekali bertentangan dengan konsep dasar dari kesenian Sisingaan. Kepada para seniman kesenian Sisingaan, patutlah berbangga karena kesenian Sisingaan telah terkenal secara nasional, bahkan sampai bisa dipertunjukan ke luar negeri. Sekiranya ini bisa mendorong para seniman kesenian Sisingaan untuk terus meningkatkan mutu pagelarannya, sehingga kesenian Sisingaan mampu bersaing dengan kesenian-kesenian lain yang berada di Indonesia, bahkan lebih jauh lagi ketingkat luar negeri. Untuk itu, maka para seniman hendaknya selalu bisa menerima dengan lapang dada dan kebesaran hati masukan baik berupa kritik ataupun saran dari para seniman luar agar bisa menjadikan ide untuk penggarapan baru yaitu pembaharuan pada kesenian Sisingaan.

3. Kemasan kesenian Sisingaan karya H. Edih. A.S telah dipertunjukan ke berbagai kota bahkan ke Istana Negara, bisa memotivasi para seniman Sisingaan yang lain dan berfikir agar karya mereka pun bisa dipertunjukan ke berbagai kota. Maka dari hendaknya untuk para seniman Sisingaan yang lain agar lebih mendekatkan diri dengan pengelola misi kesenian dengan cara mencari kesempatan terbaik untuk memperlihatkan hasil karyanya dihadapan para pengelola tersebut.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ghony, M.D. dan Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Irawan, E. (1992) Analisis Tabeuhan Kendang Pada Penyajian Kesenian Sisingaan

di Kabupaten Subang Jawa Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi

USU Medan: tidak diterbitkan.

Jazuli, M. (2001) Paradigma Seni Pertunjukan, Sebuah Wacana Seni Tari Wayang

dan Seniman. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya.

Kurnia, G, Nalan, A.S. (2003) Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD.

Nanu Munajar, Mas. 1986. Tinjauan Deskriptif Pertunjukan Kesenian Sisingaan di

Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi

Sarjana Muda ASTI: tidak diterbitkan.

Permata, S. (2004) Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di Desa Sukamanah

Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana Jurusan

Pendidikan Sendratasik UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pujiati, S. (2000) Perkembangan Pertunjukan Sisingaan Grup Setia Wargi 1 di Desa

Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana

Jurusan STSI Surakarta: tidak diterbitkan.

Soedarsono. (2003) Seni Pertunjukan dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_________. (2003) Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Uniersity Press.

Soedarsono. (1999) Seni Pertunjukan dan Pariwisata, Rangkuman Esai tentang Seni

Pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta: BP Isi

Sri Wahyuni, M. (2012) Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung Seni

Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.


(29)

Suciawati, Rini (2007) Sisingaan Wanita Lingkung Seni Setia Wargi 6 di

DesaTambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana

Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukanta, K. (2006). “Sisingaan Sebagai Sarana Simbolis dalam Upacara Inisiasi

Sunatan pada Masyarakat Subang”. RitmeJurnal Seni dan Pengajarannya. 4,

(1), 37-45.

Sumber Lain :

Darmayana, H. (2011). Seni Sisingaan, Simbol Perlawanan Rakyat Subang. [Online].

Tersedia:http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/kebudayaan-lokal/20110708/seni-sisingaan-simbol-perlawanan-rakyat-subang.html [25 Juli 2012]

Ferdy (2010). Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang.

[Online].

Tersedia:http://ferdy- skynet.blogspot.com/2010/03/kesenian-sisingaan-kabupaten-subang.html [25 Juli 2012]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesenian Sisingaan adalah kesenian tradisional asli dari daerah Jawa Barat, tepatnya berada di kota Subang. Kesenian ini sangatlah disukai dan diminati oleh semua kalangan masyarakat di Subang dari dulu hingga sekarang. Bukan hanya masyarakat Subang saja yang menyukai kesenian Sisingaan, namun masyarakat dari kota dan daerah lain juga menggemari kesenian ini. Maka tak heran pada saat ini kesenian Sisingaan juga bisa ditemukan di kota-kota tetangga, seperti kota Bandung, Sumedang, Purwakarta dan sebagainya.

Kita tahu bahwa kesenian Sisingaan adalah kesenian heleran atau hiburan rakyat. Namun pada perkembangannya sekarang kesenian Sisingaan bukan hanya sebagai kesenian heleran, yang fungsinya yaitu untuk mengarak anak sunat, tetapi juga menjadi kesenian pertunjukan dalam bentuk kemasan, yang fungsinya untuk menyambut para tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara. Hal ini terjadi karena pada awalnya untuk menyambut Presiden kedua Indonesia yaitu Presiden Soeharto dalam rangka Kridha Pertanian di desa Muara kecamatan Ciasem, pada bulan oktober tahun 1968. Setelah itu Sisingaan menjadi salah satu kesenian yang berfungsi sebagai penyambut tamu-tamu negara, tepatnya pada tahun 1972 kesenian Sisingaan juga berkesempatan tampil di Istana Bogor dan pada tahun 1973 kesenian Sisingaan tampil di Istana Negara, serta tempat resmi kenegaraan lainnya hingga sekarang. Selain itu yang membuat kesenian Sisingaan menjadi lebih terkenal lagi adalah pada saat kesenian Sisingaan menjadi perwakilan kesenian dari Jawa Barat yang mengikuti lomba pada festival kesenian rakyat tingkat nasional di Jakarta pada tahun 1978, dan pada saat itu kesenian Sisingaan mendapatkan juara pertama. Mulai dari sanalah kesenian Sisingaan menjadi terkenal secara nasional. Selain itu untuk menjaga


(2)

kelestarian kesenian Sisingaan sebagai kesenian asli dari kota Subang, pemerintah Subang pun menyelenggarakan festival kesenian Sisingaan setiap tahunnya.

Ada perbedaan struktur penyajian kesenian Sisingaan sebagai kesenian

heleran dan sebagai kesenian kemasan. Jika pada kesenian Sisingaan dalam konteks heleran, pola atau struktur penyajiannya terdiri dari pembukaan (gerak ancang-ancang/ pasang, gerak gobyog, gerak najong/ menendang, gerak silat, gerak depok,

gerak najong dan seser, gerak ewag, gerak mincid, gerak solor, dan mincid ),

arak-arakan, penutup ( mincid sedang, ewag depog, mincid solor, mincid variasi, ewag luhur, bukaan, geblag gendut, cisanggean, gobyog dan atraksi ). Serta durasi

waktunya pun sekitar 2-3 jam karena mengarak anak sunat berkeliling kampung. Untuk kesenian Sisingaan kemasan, pada bagian arak-arakan ditiadakan dan pengurangan pada gerak-gerak yang berulang, sehingga durasinya pun hanya sekitar 10-15 menit. Struktur penyajian pada kemasan kesenian Sisingaan ini berbeda dan bervariasi sesuai karya seniman yang terlibat di grup Sisingaan tersebut. Jarang sekali seniman Sisingaan mengkemas dalam durasi 10 menit. Namun salah satu seniman Sisingaan yaitu H. Edih. A.S mampu mengkemas dalam durasi waktu 10 menit.

Kemasan kesenian Sisingaan karya H. Edih. A.S ini mempunyai struktur penyajian yang terdiri dari tiga babak yaitu babak pembuka, babak isi dan babak penutup. Dengan grup Sisingaannya yaitu Setia Wargi Muda, salah satu grup Sisingaan didikannya yang sering ia bawa untuk menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara ke berbagai kota. Selain itu grup Setia Wargi Muda adalah penerus dari grup kesenian Sisingaan Sadarmanah yang menjadi perwakilan kesenian Sisingaan daerah Jawa Barat, dan menjuarai festival kesenian rakyat yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1978.

Struktur penyajian pada babak pembuka karya H. Edih. A.S ini dimulai dengan terompet arang-aranglalu bendrong petit, gerak yang disajikan seperti

ancang-ancang,bukaan geter, meulit kacang, gobyog, mincid. Pada lagu kidung

disajikan gerak-gerak silat seperti gerak besot, giles,pasang, gebrig, dan najong.Paga lagu golempangpengusung menari gerak jurus cepat..Lalu pada lagu kangsreng,


(3)

Sisingaan melakukan gerak tari ewag, gerak tari singa mincid, dan gerak tari solor. Dan pada lagu gondang gerak yang disajikan seperti gerak mundur, gerak ban karet, gerakgebrig dan break.

Pada struktur penyajian babak isi, lagu yang disajikan adalah laguSisingaan” dan anak sunat dalam posisi sudah menaiki Sisingaan. Gerak yang disajikan adalah gerak-gerak jaipongan seperti jaipongan 1, jaipongan 2 dan jaipongan depok.

pada babak penutup struktur penyajiannya meliputi atraksi-atraksi Sisingaan seperti atraksi singa lambang, atraksi gugunungan, atraksi kapal 3, dan atraksi kapal

6. lagu yang disajikan adalah lagu bendrong petit. Selain itu kemasan Sisingaan karya

H. Edih. A.S ini juga menambahkan penari-penari perempuan dan laki-laki agar terlihat lebih menarik. Busana yang digunakan para pengusung dan para penari pun juga semakin membuat lebih indah.

Melihat kenyataan dari hasil penelitian di atas, peneliti berkesimpulan bahwa kemasan Sisingaan karya H. Edih. A.S pada grup Setia Wargi Muda ini memang menarik, pantas saja kemasan Sisingaannya selalu dipanggil untuk melakukan pertunjukan menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara ke berbagai daerah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai temuan pada penelitian ini, penulis memiliki beberapa masukan terhadap kesenian Sisingaan dalam konteks pertunjukan ini, yang diharapkan lebih memajukan perkembangan kreativitas dalam mengembangkan lagi kesenian Sisingaan. Maka peneliti memilki saran berikut ini: 1. Untuk Pemerintah daerah, peneliti berharap agar lebih bisa memperhatikan

kesenian Sisingaan, karena pemerintahlah yang memiliki kewenangan penuh terhadap maju atau mundurnya kesenian Sisingaan yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat luas, serta bisa lebih memperhatikan usaha-usaha yang telah ditempuh guna mengembangkan serta melestarikan kesenian Sisingaan khususnya dalam bentuk kemasan ini yang sudah terkenal sacara nasional.


(4)

2. Ditujukan untuk para seniman kesenian Sisingaan, agar lebih berpacu lagi menegmbangkan kreativitas seninya untuk meningkatkan kualitas kesenian Sisingaan,namun tetap memperhatikan akar, bentuk, serta falsafah dasar dari kesenian Sisingaan. Yang dimaksud di sini bukanlah tentang persaingan yang pengembangannya memasukan atau mencampurkan unsur-unsur dari budaya luar yang sama sekali bertentangan dengan konsep dasar dari kesenian Sisingaan. Kepada para seniman kesenian Sisingaan, patutlah berbangga karena kesenian Sisingaan telah terkenal secara nasional, bahkan sampai bisa dipertunjukan ke luar negeri. Sekiranya ini bisa mendorong para seniman kesenian Sisingaan untuk terus meningkatkan mutu pagelarannya, sehingga kesenian Sisingaan mampu bersaing dengan kesenian-kesenian lain yang berada di Indonesia, bahkan lebih jauh lagi ketingkat luar negeri. Untuk itu, maka para seniman hendaknya selalu bisa menerima dengan lapang dada dan kebesaran hati masukan baik berupa kritik ataupun saran dari para seniman luar agar bisa menjadikan ide untuk penggarapan baru yaitu pembaharuan pada kesenian Sisingaan.

3. Kemasan kesenian Sisingaan karya H. Edih. A.S telah dipertunjukan ke berbagai kota bahkan ke Istana Negara, bisa memotivasi para seniman Sisingaan yang lain dan berfikir agar karya mereka pun bisa dipertunjukan ke berbagai kota. Maka dari hendaknya untuk para seniman Sisingaan yang lain agar lebih mendekatkan diri dengan pengelola misi kesenian dengan cara mencari kesempatan terbaik untuk memperlihatkan hasil karyanya dihadapan para pengelola tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ghony, M.D. dan Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Irawan, E. (1992) Analisis Tabeuhan Kendang Pada Penyajian Kesenian Sisingaan

di Kabupaten Subang Jawa Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi

USU Medan: tidak diterbitkan.

Jazuli, M. (2001) Paradigma Seni Pertunjukan, Sebuah Wacana Seni Tari Wayang

dan Seniman. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya.

Kurnia, G, Nalan, A.S. (2003) Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD.

Nanu Munajar, Mas. 1986. Tinjauan Deskriptif Pertunjukan Kesenian Sisingaan di

Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi

Sarjana Muda ASTI: tidak diterbitkan.

Permata, S. (2004) Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di Desa Sukamanah

Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana Jurusan

Pendidikan Sendratasik UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pujiati, S. (2000) Perkembangan Pertunjukan Sisingaan Grup Setia Wargi 1 di Desa

Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana

Jurusan STSI Surakarta: tidak diterbitkan.

Soedarsono. (2003) Seni Pertunjukan dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_________. (2003) Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Uniersity Press.

Soedarsono. (1999) Seni Pertunjukan dan Pariwisata, Rangkuman Esai tentang Seni

Pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta: BP Isi

Sri Wahyuni, M. (2012) Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung Seni

Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.


(6)

Suciawati, Rini (2007) Sisingaan Wanita Lingkung Seni Setia Wargi 6 di

DesaTambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana

Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukanta, K. (2006). “Sisingaan Sebagai Sarana Simbolis dalam Upacara Inisiasi Sunatan pada Masyarakat Subang”. RitmeJurnal Seni dan Pengajarannya. 4,

(1), 37-45.

Sumber Lain :

Darmayana, H. (2011). Seni Sisingaan, Simbol Perlawanan Rakyat Subang. [Online].

Tersedia:http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/kebudayaan-lokal/20110708/seni-sisingaan-simbol-perlawanan-rakyat-subang.html [25 Juli 2012]

Ferdy (2010). Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang. [Online].

Tersedia:http://ferdy- skynet.blogspot.com/2010/03/kesenian-sisingaan-kabupaten-subang.html [25 Juli 2012]