PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

(1)

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION

(ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI

KOTA BANDUNG

(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

NUNUNG SUYANTINI 1004652

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA

KEPALA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG

(STUDI KASUS PADA SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG)

Oleh : Nunung Suyantini

NIM. 1004652

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I,

Dr. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP. 19700524 199402 2 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. Udin Syaefudin Saud, Ph.D NIP. 19530612 198103


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Learning Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan,

Nunung Suyantini


(4)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJAR) DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Standar Nasional Di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung)

Kepala sekolah memegang peranan penting di sebuah lembaga pendidikan (sekolah), karena salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai pengelola. Dengan demikian melalui kinerja, kepala sekolah dituntut untuk memikili pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mempengaruhi kinerja guru yang akan berdampak pada hasil belajar peserta didik di sekolah secara optimal.Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang learning organization, iklim kerja, dan kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah, pengaruh learning

organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Sekolah

Dasar Standar Nasional Negeri dan Swasta yang berada di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Metode yang digunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif

eksplanatory survey, tehnik pengumpulan data melalui tiga cara yaitu observasi,

penyebaran angket, dan dokumentasi. Populasi dari 698 guru, namun komposisi sampel penelitian diberikan kepada 93 responden guru untuk performance 30 orang kepala sekolah dasar standar nasional yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa learning organization memperoleh skor dengan kategori sedang, iklim kerja memperoleh skor dengan kategori tinggi, dan kinerja kepala sekolah memperoleh skor termasuk kategori sedang. Besar pengaruh learning organization terhadap kinerja kepala sekolah dasar dengan besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, pengaruh iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar dari besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat, dan pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dalam besaran sumbangan yang diberikan cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis penelitian (1) Learning

Organization berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti

dan dapat diterima, (2) Iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima, dan learning organization dan iklim kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja kepala sekolah dasar terbukti dan dapat diterima. Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan agar ada peneliti lain mencari faktor lain yang dapat lebih meningkatkan kinerja kepala sekolah dasar dengan meningkatkan learning organization (organisasi pembelajar) dan iklim kerja di sekolah, kelompok kerja guru (KKG), dan kelompok kerja kepala sekolah (K3S).


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Konsep Administrasi Pendidikan a. Pengertian Administrasi ... 17

b. Pengertian Administrasi Pendidikan ... 18


(6)

Pendidikan di Sekolah

a. Konsep Kepala Sekolah ... 25

b. Peran Kepala Sekolah ... 26

c. Kompetensi Kepala Sekolah ... 27

d. Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 28

3. Iklim Kerja a. Konsep Organisasi ... 37

b. Konsep Iklim Kerja ... 39

c. Dimensi Iklim Kerja ... 42

4. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) a. Pengertian Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) .... 45

b. Dimensi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 46

c. Fungsi Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 54

B. Penelitian Terdahulu ... 59

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Berpikir ... 60

2. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 63

2. Subjek Populasi atau Sampel Penelitian ... 63

B. Desain Penelitian ... 69

C. Metode Penelitian ... 71

D. Definisi Operasional ... 72


(7)

2. Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) ... 74

3. Iklim Kerja ... 76

E. Instrumen Penelitian ... 77

1. Learning Organization (variable X1) ... 77

2. Iklim Kerja (variable X2) ... 80

3. Kinerja Kepala Sekolah (variable Y) ... 82

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 84

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 85

1. Uji Validitas ... 85

2. Uji Reabilitas ... 87

H. Teknik Pengumpulan Data ... 89

I. Analisis Data ... 89

1. Pengujian Secara Individual ... 92

2. Pengujian Secara Simultan ... 93

J. Hasil Uji Coba Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 94

1. Validitas Learning Organization (X1) ... 94

2. Validitas Iklim Kerja (X2) ... 96

3. Validitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 98

4. Reliabilitas Learning Organization (X1) ... 101

5. Reliabilitas Iklim Kerja (X2) ... 102

6. Reliabilitas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 103

K. Hasil Uji Coba Normalitas ... 104

1. Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 104

2. Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 106


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ... 112

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ... 122

3. Hasil Uji Hipotesis ... 125

B. Pembahasan 1. Learning Organization Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 137

2. Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 141

3. Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung .. 142

4. Pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 144

5. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 147

6. Pengaruh Learning Organization (Organisasi Pembelajar) dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 162


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 65

Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... 67

Tabel 3.3 Jumlah Sampel ... 68

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Learning Organization (X1) ... 77

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2) ... 80

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 82

Tabel 3.7 Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 90

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Learning Organization (X1) ... 95

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Kerja (X2) ... 97

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 99

Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Data Penelitian ... 105

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Learning Organization (X1) ... 107

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Kerja (X2) ... 109

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 111

Tabel 4.5 Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 112

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X1 ... 113

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel X2 ... 116

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Variabel (Y) ... 119

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 122

Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 dan Variabel Y ... 123


(10)

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ... 124

Tabel 4.13 Persamaan Regresi X1-Y ... 126

Tabel 4.14 Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 ... 127

Tabel 4.15 Korelasi antara Variabel X1 dengan Y ... 128

Tabel 4.16 Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 128

Tabel 4.17 Persamaaan Regresi Y atas X2 ... 129

Tabel 4.18 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 ... 130

Tabel 4.19 Korelasi antara Variabel X2 dan Y ... 131

Tabel 4.20 Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y ... 132

Tabel 4.21 Persamaaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 133

Tabel 4.22 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ... 134

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 135

Tabel 4.24 Koefisien Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y ... 136


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 22

Gambar 2.2 Bidang Garapan Pendidikan ... 23

Gambar 2.3 Indikator Kinerja ... 33

Gambar 2.4 Model Satelite Kinerja Organisasi ... 35

Gambar 2.5 Paradigma Penelitian ... 61

Gambar 2.6 Alur Proses Kegiatan... 61

Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Rata-rata Learning Organization (X1) ... 116

Gambar 4.2 Diagram Batang Skor Rata-rata Iklim Kerja (X2) ... 118

Gambar 4.3 Diagram Batang Skor Rata-rata Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Y) ... 122

Gambar 4.4 Model Koefisien Determinasi Variabel X1, X2 terhadap Variabel Y ... 137


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner (daftar Pernyataan Penelitian) ... 166 Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen (Validitas dan Reabilitas

Quisioner) ... 176 Lampiran 3. Frequency Learning Organization, Frequency Iklim Kerja,

Frequency Kinerja Kepala Sekolah ... 189


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan dengan berbagai cara dan srtategi, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Namun keberhasilan yang ada belum optimal sesuai dengan yang diharapkan. Mutu pendidikan kita masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya, misalnya untuk ditingkat Asia Tenggara Negara-negara kita masih dibawah negara Malaysia dan Singapura. Hal ini merupakan tantangan bagi kita untuk dapat berusaha terus dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar dalam menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Peningkatan mutu pendidikan di Negara kita bertujuan untuk pengembangan sumber daya manusia. Dalam kontek pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan proses dasar dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia seutuhnya, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Sisdiknas Pasal 3 Bab 3 (2003:5) yang berbunyi sebagai berikut:

Bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk wadah serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.


(14)

Mengingat pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, maka harus dicapai baik secara makro maupun mikro.Pencapaian pendidikan secara makro adalah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sedangkan pencapaian pendidikan secara mikro merupakan pencapaian tujuan pendidikan institusional yaitu di tingkat sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya interaksi antara pendidik dan peserta didik dan terjadinya proses pembelajaran dengan tujuan akhir untuk pencapaian tujuan institusional dan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut sesuai yang dikemukakan, Syaefudin Sa’ud (2003:242) menyatakan:

Sekolah adalah lembaga tempat penyelenggaraan pendidikan merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horizontal.

Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu memerlukan sumber daya manusia yang handal yaitu yang berkualitas, berpengetahuan, menguasai teknologi dan informasi. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, sekolah tidak dapat meningkatkan mutu secara efektif dan efisien untuk ketercapaian tujuan, sehingga output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Scereen Jaap (2003:6) sebagai berikut:

Sekolah yang efektif kira-kira sama dengan sekolah yang “baik”, efektivitas sekolah mengacu pada kinerja unit organisasi yang disebut “sekolah”. Kinerja sekolah dapat diperlihatkan melalui uotput sekolah tersebut, yang pada gilirannya diukur sesuai dengan prestasi rata-rata murid pada akhir masa pendidikan formal mereka di sekolah tersebut.


(15)

Yang memiliki peran dan bertanggung jawab menghadapi perubahan-perubahan dalam pengelolaan sekolah adalah peranan kepala sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Soelaiman sukmalana, (2007: 8) yang menyatakan bahwa peran manajer sebagai pemimpin dalam organisasi berada pada sesuatu kedudukan yang strategis untuk mempengaruhi dan membantu melaksanakan berbagai macam kebijakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam sebuah organisasi. Dalam membangun visi pendidikan dan implementasinya dengan memperagakan sikap, perilaku, nilai-nilai, dan norma diri dari seorang kepala sekolah dalam profesi kependidikan baik untuk saat ini dan juga masa yang akan datang, serta dapat memotivasi dalam melakukan perubahan-perubahan, yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, kepala sekolah harus memiliki srtategi yang tepat untuk memberdayakan tanaga kependidikan malalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa,2006:103). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soelaiman Sukmalana tentang devinisi seorang manajer (2007: 8) yang berbunyi:

Manajer adalah seseorang yang melaksanakan kebijakan dan prosedur- prosedur pada tingkat tertentu dan mengendalikan tugas-tugasnya baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun departemennya dalam rangka usaha mencapai performance (kinerja) secara tepat dengan mengelola sumber daya yang terbatas dengan efektif.


(16)

Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 12 ayat 1 PP nomor 28 tahun 1990, bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggarakan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan ketenagaan pendidikan lainnya dan pendayagunaan sarana dan prasarana”.

Sesuai dengan peran kepala sekolah sebagai pengelola dalam pemimpin pendidikan, maka tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam melaksanakan kinerjanya mengacu kepada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah yang meliputi: usaha pengembangan sekolah, peningkatan kualitas 8 standar nasional pendidikan (SNP), usaha pengembangan profesionalisme dan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah yang meliputi: kualifikasi dan kompetensi. Dari kedua permendiknas tersebut dipadukan sebagai acuan dalam kinerja kepala sekolah dengan memiliki dan memahami 6 kompetensi dalam implementasi pelaksanaan tupoksi yang meliputi penguasaan dan pemahaman kompetensi: kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, sosial dan kepemimpinan pembelajaran. Namun sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan, maka kinerja Kepala Sekolah yang diteliti menyangkut kompetensi Manajerial . Peran kepala sekolah ini ditegaskan oleh E. Mulyasa (2003:9) yang menyatakan:

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam era otonomi daerah, khususnya otonomi dalam bidang pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk lebih mampu mengelola sumber daya yang dimiliki sekolahnya secara otonom.


(17)

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola sekolah, kepala sekolah membutuhkan lingkungan budaya kerja yang dapat mendukung terhadap pelaksanaan kinerjanya secara optimal. Budaya kerja di lingkungan sekolah yang dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah yakni apabila orang-orang di dalamnya pada semua level berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan kapasitas dirinya, mentransper pengetahuan yang diperolehnya sehingga diantara mereka terjalin kerja sama untuk belajar bersama, berani mengambil resiko dalam menciptakan dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara bersama-sama mengubah perilakunya dalam merefleksikan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini dikenal dengan nama Learning Organization (Organisasi Pembelajar).

Seperti halnya yang dinyatakan oleh Senge dalam Widodo (2007:2), bahwa pembelajaran organisasi memiliki orientasi yang kuat pada sumber daya manusia, dengan menyatakan “people continually expand their capacity to create the results they desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how to learn together.” (orang-orang secara terus-menerus memperbesar kapasitas mereka untuk membuat hasil yang mereka inginkan, dimana pola yang baru dan mahal dari pemikiran yang, dimana aspirasi bersama dibuat secara bebas dan dimana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari bagaimana belajar bersama).

Baldwin et al. (2003) menyatakan bahwa anggota organisasi dari semua tingkatan, tidak hanya manajemen puncak, terus melakukan pengamatan lingkungan dalam upaya memperoleh informasi penting, perubahan strategi


(18)

dan program yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan dari perubahan lingkungan, dan bekerja dengan metode, prosedur, dan teknik evaluasi yang terus menerus diperbaiki.

Organisasi belajar melalui individu-individu yang menjadi bagian dari organisasi. Pembelajaran individu merujuk pada perubahan keahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pengalaman, wawasan dan observasi. Dapat dikatakan bahwa pendidikan formal merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan individu dan bahwa organisasi memperoleh dari berbagai aktivitas individu terdidik tersebut.

Sedangkan menurut pendapat Komariah (2010: 57), Learning

Organization merupakan nilai penting dalam penciptaaan pembelajaran.

Sekolah sebagai organisasi pendidikan, setiap langkahnya harus ditujukan pada penciptaan sekolah pembelajar, artinya setiap saat sekolah selalu belajar.

Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas, kinerja kepala sekolah akan optimal jika di lingkungan sekolah terjadi budaya kerja yang tinggi yang mengarah kepada peningkatan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan diantara anggotanya terjadi saling membelajarkan, sehingga menjadi sebuah fenomena dimana organisasi sekolah akan memperoleh keuntungan dari anggota organisasinya secara otomatis.

Namun dalam faktanya masih terdapat beberapa kendala dalam merealisasikan Learning Organization di lingkungan Kelompok Kerja Guru, baik yang berbasis sekolah maupun yang berbasis gugus. Hal ini dikarenakan kompetensi Kepala Sekolah belum berkembang dan belum teraplikasikan


(19)

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siswandari, Kepala Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) dalam berita kompas, (Ester Lince Napitupulu | Senin, 23 Juli 2012 | 19:05 WIB) yang

menyatakan: ”Kenyataannya, kompetensi kepala sekolah yang ada memprihatinkan”. Dalam penelitian kompetensi kepala sekolah ditetapkan batas minimal kelulusan 76. Hanya pada dimensi kompetensi kepribadian nilainya 85, tetapi kompetensi manajerial dan wirausaha 74, supervisi 72, dan sosial 63.

Demikian pula berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan direktur tenaga kependidikan (Direktorat Jendral PMPTK/Depdiknas) dalam ToT Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009 menunjukkan bahwa dari lima kompetensi kepala sekolah (kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan) ternyata kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah masih lemah.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah adalah suasana lingkungan kerja yang kondusif dan memiliki budaya kerja yang tinggi. Dengan demikian terciptanya iklim kerja melalui lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman, maka tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.

Manajemen pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menjamin efesiensi dan efektifitas dalam keterlaksanaan pelayanan pendidikan sekolah yang bermutu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Mulyasa (2006:8) menyatakan: “Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan


(20)

bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan di lingkungan tertentu”. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah tidak terlepas dari keterampilan seorang kepala sekolah dalam memahami dan mengimplementasikan kompetensi manajerial dalam aplikasi kepala sekolah .

Wawasan kepala sekolah dapat meningkat jika lingkungan sekolah sangat mendukung dimana organisasi dari warga sekolah terjadi Learning

Organization dan Iklim Kerja yang kondusif sehingga proses manajemen dapat

mencapi tujuan. Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa (2006:10) yang menyatakan: “Proses manajemen merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan, yang memerlukan keterlibatan, suasana dan pendekatan sistem sesuai dengan karakteristik organisasi, yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan, dan strategi pencapaiannya”.

Namun efektivitas dan optimalisasi kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu didukung oleh sebuah wadah yang dapat mengembangkan keprofesionalannya melalui kelompok kerja guru dan kelompok kerja kepala sekolah yang membentuk sebuah organisasi pembelajar. Perubahan manajemen pendidikan akan membuka peluang bagi para manajer pendidikan untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam meningkatkan kinerja sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan pendapat Komariah (2010:71) yang mengemukakan bahwa Kinerja manajer (Kepala


(21)

Sekolah) dipengaruhi oleh faktor pembentuk prilaku dengan tingkat kompleksitas dan komposisi tertentu.

Scheerens Jaap (2003:86), mengemukakan tentang asumsi pokok dalam perencanaan synoptic dan penafsiran birokrasi tentang paradigma rasionalitas sebagai berikut bahwa “organisasi individual diharapkan akan diarahkan bersama-sama kearah pencapaian tujuan organisasi.” Tentunya dalam hal ini terjadinya budaya kerja yang tinggi dalam membangun organisasi pembelajar di lingkungan sekolah secara terarah, terencana, dan terpadu dapat memotivasi terhadap kinerja kepala sekolah untuk mencapai tujuan seefektif dan semaksimal mungkin, sehingga kinerja kepala sekolah akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan mendapatkan data bahwa sekitar + 80% memiliki nilai Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) dengan kategori A dan B, hal ini didukung oleh fakta empiris khususnya sekolah-sekolah dasar yang berada di wilayah Kota Bandung, namun seberapa besar keberhasilan pencapaian nilai Akreditasi tersebut yang dipengaruhi oleh kinerja kepala sekolah berdasarkan atas pengaruh Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Standar Nasional .

Selain data empirik yang diperoleh dari Badan Akreditasi Dinas Kota Bandung, juga diperoleh data tentang kinerja kepala sekolah berdasarkan hasil dokumen dari Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai berikut:

No Periode Jumlah Kepsek

Hasil Penilaian Keterangan


(22)

1. 2010 510 60 309 141 -

2 2012 85 3 76 6 -

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Dengan demikian maka, Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) dan Iklim Kerja merupakan alat untuk meningkatkan kompetensi para kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu, sehingga dapat meningkatkan kinerja yang akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu di sekolahnya masing-masing.

Untuk itulah maka peneliti ingin melihat seberapa tinggi pengaruh penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung.

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah

Kinerja Kepala Sekolah sebagai personil dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:

Ability (knowledge dan skill), Clarity (understanding atau role

perception), Help (organizatonal support), Incentive (motivation atau willingness), Evaluation (coaching dan ferformance feedback), Validity (valid dan legal personnel practices, Environmental (environmentel fit). Hersey et al. (Widodo, 2011: 101).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, maka peneliti membatasi faktor kinerja kepala sekolah dasar yang akan diteliti antara lain faktor learning organization, dan iklim kerja di lingkungan sekolah.


(23)

Konsep pembelajaran individu menjelaskan secara implisit bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar dan berubah untuk mencapai pendewasaan dirinya. Manusia diharapkan untuk selalu mau belajar mengenai lingkungannya (out-side in-down), dan sekaligus mengenal dan kemudian mengaktualisasikan dirinya (inside up-out). Diharapkan manusia mampu menempatkan dirinya sesuai dengan kapasitas dirinya, sehingga ia dapat memberikan kontribusi terbaik minimal untuk dirinya, dan lebih luas untuk menciptakan kesejahteraan bagi organisasi, masyarakat atau lingkungannya. Pembelajaran kelompok atau tim menyangkut peningkatan dalam pengetahuan, keahlian dan kompetensi yang disatukan oleh kelompok dan di dalam kelompok. Sedangkan pembelajaran organisasi merujuk pada peningkatan intelektual dan kapabilitas produktif yang diperoleh melalui komitmen seluruh organisasi dan kesempatan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.

Melalui learning organization, maka budaya kerja akan terlaksana di sekolah untuk membangun komitmen, membangun visi, terbentuknya kelompok belajar, dapat mengembangkan cara berfikir sistem, dan menanamkan model mental yang berkarakter dalam sistem nilai yang berkaitan dengan persepsi, sikap, dan tindakan. Dalam learning organization akan membuka wawasan dan kesadaran dalam peningkatan mutu kerja tinggi baik secara mikro, meso dan makro bagi warga sekolah, sehingga nilai jual sekolah meningkat.

Tujuan sekolah akan tercapai dengan melaksakan sekolah efektif menuju sekolah bermutu melalui peningkatan kerja organisasi sekolah. Learning


(24)

mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah Dasar dalam melaksanakan tupoksinya sehari-hari di sekolah.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja Kepala Sekolah adalah suasana lingkungan kerja. Jika kepala sekolah merasakan suasana kondusif disekolahnya, maka dapat diharapkan akan mencapai prestasi bagi peningkatan mutu di sekolahnya secara optimal. Adanya lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif, tentunya akan sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, dimana seorang Kepala Sekolah dapat mengelola sekolah dengan baik.

2. Rumusan Masalah

Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah yang menarik untuk diteliti diantaranya, Organisasi Pembelajar (Learning organization) dan Iklim kerja, dengan menjadikan learning organization disebut X1 (1) dan Iklim Kerja X2 (2), sebagai variabel independent (bebas), dan kinerja kepala sekolah Dasar di Kota Bandung sebagai variabel dependent (terikat) disebut Y.

Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tesebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu ”seberapa besar Pengaruh Penerapan Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung”. Masalah penelitian tersebut dirinci, dalam beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran Learning Organization Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran Iklim Kerja Sekolah Dasar Standar Nasional di Kota Bandung?


(25)

3. Bagaimana gambaran Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di Kota Bandung?

4. Seberapa besar pengaruh Learning Organization terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung?

6. Sebarapa besar pengaruh Learning Organization dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Sebagai Manajer di Kota Bandung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini untuk menganalisis data empirik, menemukan dan mengembangkan model hasil analisis serta menguji kebermaknaan dari pengaruh learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Kota Bandung.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran learning organization sekolah dasar standar nasional di Kota Bandung

2. Mengetahui gambaran iklim kerja sekolah dasar standar nasional di Kota Bandung.

3. Mengetahui gambaran kinerja para kepala sekolah dasar standar nasional di sekolahnya masing-masing yang berada di Kota Bandung.


(26)

4. Menganalisis pengaruh penerapan learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar standar nasional di sekolahnya masing-masing yang berada di Kota Bandung.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat terutama untuk:

a. mengembangkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pendidikan, khususnya disiplin ilmu pengembangan sumber-sumber daya manusia, ditinjau dari Learning Organization dan Iklim Kerja yang terbentuk terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar.

b. Menberikan informasi mengenai bagaimana kinerja para Kepala Sekolah Dasar di Kota Bandung.

c. Merupakan inovasi dalam pengembangan Learning Organization dan Iklim Kerja di Kota Bandung.


(27)

a. Merupakan informasi dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan Sumber daya Manusia, pengimplementasian bidang garapan Administrasi Pendidikan.

b. Bagi dunia pendidikan merupakan referensi untuk peningkatan mutu menuju sekolah efektif di suatu lembaga pendidikan, selain itu juga bagi praktisi pendidikan dapat memberikan gambaran sebagai bahan kajian dan sumber analisis lebih lanjut guna memperbaiki konsep sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional.

c. Menambah wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi peneliti mengenai penerapan learning organization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di sekolah.

E. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Struktur organisasi dari penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) Bab. Bab I berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi dalam tesis ini.

Bab II tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang yang dikaji, yang meliputi Kedudukan KS dalam Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah (Konsep KS, Peran KS, Kompetensi KS, Kinerja KS sebagai Manajer, Indikator Kinerja KS), Iklim Kerja, Organisasi Pembelajar (Learning


(28)

diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodologi penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.

Bab V tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian.

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSSN) yang berada di wilayah Kota Bandung. Sekolah dasar tersebut sudah memiliki budaya kerja sebagai organisasi pembelajar yang mandiri dan iklim kerja yang kondusif.

2. Subjek Populasi / Sampel Penelitian.

Subyek adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, dimana data akan dikumpulkan (Ibnu Hadjar, 2006:133). Kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama disebut populasi (Ibnu Hadjar, 2006:133). Sedangkan Sugiyono (2010: 80) memberikan pengertian bahwa

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang populasi, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para kepala sekolah dan guru – guru sekolah dasar berlebel kategori Sekolah Standar Nasional (SSN) yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.


(30)

Kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian disebut sampel. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Riduwan,2007: 56). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sedangkan menurut pendapat Djam’an dan Aan memberikan pengertian tentang konsep sampel yakni: “Sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tetentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representatif.”

Sutrisno Hadi dalam Beni Ahmad menegaskan bahwa”Sebagian individu yang yang diselidiki itu disebut sampel, sampel, atau contoh (mosters), sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.

Dari berbagai pendapat di atas untuk menentukan sampel dalam penelitian ini yang akan diambil yaitu dengan menggunakan teknik proportionate

stratified random sampling. Teknik ini yang digunakan karena penulis

berpendapat bahwa sampel penelitian memiliki karakteristik subyek yang heterogen atau tidak sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010:

82) yang mengemukakan bahwa: “Proportionate Stratified Random Sampling

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.”


(31)

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru – guru dan Kepala Sekolah Dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan kota Bandung yang terdiri dari 30 SD Negeri dan Swasta, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Jumlah Populasi

Sumber : Dinas Kota Bandung

No Nama Sekolah

Jumlah Guru

Jumlah Kepala Sekolah

Jumlah Sampel

1. SDN Sukarasa 3 20 1 -

2. SDN Kresna 26 1 -

3. SDN Cipto 25 1 -

4. SDN Pajajaran 21 1 -

5. SDN Andir Kidul 25 1 -

6. SDN Karang Pawulang 25 1 -

7. SDN Cisitu 20 1 -

8. SDN Margahayu Blok I 15 1 -

9. SDPN Pajagalan 58 27 1 -

10. SDN Pajagalan 31 26 1 -

11. SDN Neglasari 1 20 1 -

12. SDN Banjar sari 37 1 -

13. SDN Cicabe 25 1 -

14. SDPN Setiabudi 15 1 -

15. SDN Rancaloa 24 1 -

16 SDN Halimun 15 1 -

17. SDN Raya Barat 15 1 -

18. SDPN Sabang 40 1 -

19. SDN KPAD Geger Kalong 20 1 -

20. SDN Gentra Masekdas 20 1 -

21. SDS Pertiwi 20 1 -

22. SDN Kebon Gedang 18 1 -

23. SDN Asmi 18 1 -

24. SDS Muhammaddyah 7 54 1 -

25. SDN Leuwi Panjang 30 1 -

26. SDN Griya Bumi Antapani 18 1 -

27. SDN Garuda 18 1 -

28. SDN Cihaur Geulis 20 1 -

29. SDN Suka Senang 25 1 -

30 SDN Lengkong Kecil 20 1 -


(32)

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan sampel secara

disproportionate stratified random sampling. Sedangkan teknik pengambilan

sampel menggunakan rumus dari Ridwan dan Akdon (2006: 249) sebagai berikut:

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d² = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

Dari jumlah sampel 87,468 dibulatkan menjadi 87. Mengingat dalam pengambilan sampel data menggunakan metode disproporsionate stratified

random sampling, maka yang menjadi responden adalah Guru dengan kategori

strata berdasarkan masa kerja untuk kinerja kepala sekolah. Dari jumlah sampel minimal 87 menjadi 93. Untuk mempermudah dalam penyebaran kuesioner, maka ditentukan jumlah masing – masing secara proporsional dengan rumus :


(33)

Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel untuk Guru sebagai responden adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.2 Jumlah Sampel

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi Sampel

1. SDN Sukarasa 3 20/698 x 87 = 2,494 3

2. SDNKresna 26/698 x 87 = 3,246 3

3. SDN Cipto 25/698 x 87 = 3,116 3

4. SDN Pajajaran 21/698 x 87 = 2,617 3

5. SDN Andir kidul 25/698 x 87 = 3,116 3

6. SDN Karang Pawulang 25/698 x 87 = 3,116 3

7. SDN Cisitu 20/698 x 87 = 2,494 3

8. SDN Margahayu Raya Blok I 15/698 x 87 = 1,869 2

9. SDN Pajagalan 58 27/698 x 87 = 3,365 3

10. SDN Pajagalan 31 26/698 x 87 = 3,246 3

11. SDN Neglasari 1 20/698 x 87 = 2,494 3

12. SDN Banjar Sari 37/698 x 87 = 4,611 5

13. SDN Cicabe 25/698 x 87 = 3,116 3

14. SDN Setia Budi 15/698 x 87 = 1,869 2

15. SDN Ranca Loa 24/698 x 87 = 2,494 3

16. SDN Halimun 15/698 x 87 = 1,869 2

17. SDN Raya Barat 15/698 x87 = 1,869 2

18. SDN Sabang 40/698 x 87 = 4,985 5

19. SDN KPAD 20/698 x 87 = 2,494 3

20. Gentra Masekdas 20/698 x 87 = 2,494 3

21. SDS Pertiwi 20/698 x 87 = 2,494 3

22 SDN Kebon Gedang 18/698 x 87 = 2,243 2

23. SDN Asmi 18/698 x 87 = 2,243 2

24. SDS Muhammaddyah 7 54/698 x 87 = 6,730 7

25. SDN Leuwi Panjang 30/698 x 87 = 3,739 4

26. SDN Griya Bumi Antapani 18/698 x 87 = 2,243 2


(34)

28. Cihaur Geulis 20/698 x 87 = 2,494 3

29. SDN Suka Senang 25/698 x 87 = 3,116 3

30. SDN Lengkong Kecil 20/698 x 87 = 2,494 2

Jumlah 87

Sumber : Dinas Kota Bandung

Berdasarkan perhitungan dari jumlah sampel yang akan diambil menjadi responden dari 87 menjadi 93, maka jumlah responden menjadi sebagai berikut:

Tabel. 3.3 Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah

Sampel

1. SDN Sukarasa 3 3

2. SDN Kresna 3

3. SDN Cipto 3

4. SDN Pajajaran 3

5. SDN Andir kidul 3

6. SDN Karang Pawulang 3

7. SDN Cisitu 3

8. SDN Margahayu Raya 3

9. SDPN Pajagan 58 3

10. SDN Pajagalan 31 3

11. SDN Neglasari 1 3

12. SDN Banjar Sari 3

13. SDN Cicabe 3

14. SDN Setia Budi 3

15. SDN Ranca Loa 3

16. SDN Halimun 3

17. SDN Raya Barat 3

18. SDPN Sabang 3

19. SDN KPAD 3

20. SDN Getra Masekdas 3

21. SDS Pertiwi 3

22 SDN Kebon Gedang 3

23. SDN Asmi 3

24. SDS Muhammaddyah 7 6

25. SDN Leuwi Panjang 3

26. SDN Griya Bumi Antapani 3

27. SDN Garuda 3


(35)

29. SDN Suka Senang 3

30. SDN Lengkong Kecil 3

Jumlah 93

Sumber : Dinas Kota Bandung

Bentuk studi yang akan dikembangkan dan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) studi kepustakaan, (2) studi lapangan yang akan dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner. Dan angket tersebut akan disebarkan pada guru – guru sekolah dasar standar nasional di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah eksplanatory survey, karena penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya maka variabel – variabel penelitian perlu dioperasionalkan ke dalam indikator

– indikator yang dapat diukur sehingga menggambarkan jenis data dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Berdasarkan karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang model uji statistik untuk menguji hipotesis yang dirumuskan.

B. Desain Penelitian.

Desain penelitian mengacu pada rencana dan struktur penyelidikan yang yang digunakan untuk memperoleh bukti – bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian McMillan dan Schumacher (Ibnu Hadjar,2006: 102). Pemilihan desain yang tepat akan meningkatkan reliabilitas dan validitas serta kredibilitas dan autensitas penelitian Goesz dan Le Compte (Ibnu Hadjar, 2006: 103).


(36)

Dalam mendapatkan informasi atau data dalam menjawab permasalahan, dengan mendesain sedemikian rupa sebuah perencanaan penelitian sehingga data yang diperoleh cukup akurat dan relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Dalam penetapan desain penelitian ini adalah untuk mendapatkan

hasil penelitian yang terpercaya dan meyakinkan. “Desain berfungsi sebagai fasilitas bagi tujuan penelitian” (Ibnu Hadjar,2006: 103).

Desain deskriptif adalah “jenis desain penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi tentang suatu kenyataan atau menguji hubungan antara

kenyataan yang telah ada atau telah terjadi pada subyek” (Ibnu Hadjar,2006: 103)

Desain penelitian yang sesuai dengan penelitian yaitu desain penelitian secara kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional dengan sampling proporsional. Fokus yang menjadi perhatian dari desain ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih. Disebut “korelasional karena dalam pelaksanannya menggunakan teknik statistik yang dinamakan korelasi” (Ibnu Hadjar, 2006:112). Pemilihan subyek adalah guru-guru berasal dari beberapa sekolah dasar yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung. Teknik yang digunakan adalah teknik sampling bertingkat/strata, atau stratified sampling dengan menggunakan prosedur melalui penyebaran angket/kuesioner sebagai instrumen penelitian terhadap sampel.

Sesuai dengan pendapat di atas dari penelitian yang penulis lakukan, maka desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis desain deskriptif korelasional. Dimana fokus yang menjadi perhatian dari desain


(37)

penelitian ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara variabel – variabel bebas yaitu learning organization (organisasi pembelajar) sebagai X1 dan iklim kerja sebagai X2 terhadap variabel terikat yaitu kinerja kepala sekolah dasar sebagai Y.

C. Metode Penelitian.

“Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam aktivitas penelitian” (Saebani, 2008: 43). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah metode survey deskriptif korelational, dimana metode ini digunakan untuk menemukan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2010: 7).

Penelitian servey menurut Kerlinger (Akdon,2008: 91) adalah

“penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”. Servey digunakan untuk mengumpulkan data

atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil (Sukmadinata, 2012: 82). Tujuan utama dari servey adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Populasi tersebut bisa


(38)

berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan,dll., tetapi sumber utamanya adalah orang.

Tujuan dari penggunaan metode-metode penelitian yang disebutkan diatas adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan learning organization (Organisasi Pembelajar) dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung.

D. Definisi Operasional.

Devinisi operasional merupakan penjelasan dari item-item yang menjadi variabel-variabel yang akan diteliti. Dengan kata lain devinisi operasional merupakan petunjuk dalam pelaksanaan untuk mengukur suatu variabel sesuai dengan judul dan fokus masalah dalam penelitian. Devinisi operasional dari tesis ini adalah:

1. Kinerja Kepala Sekolah

Komponen kinerja meliputi: tujuan, standar, umpan balik, alat dan sarana, kompetensi, motif, dan peluang. Dari indikator-indikator yang menjadi komponen kinerja tersebut dalam penelitian ini berkaitan dengan kompetensi kepala sekolah yang dijadikan acuan dalam penilaiaan kinerja sesuai dengan Permendiknas No.28 tahum 2009. Namun kinerja yang sesuai dengan judul penelitian yaitu kompetensi manajerial.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada


(39)

tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa, 2006:105).

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja, kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal (Mulyasa, 2006: 106).

Dalam paradigma baru kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya harus mampu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM). Pekerjaan kepala sekolah tidak hanya sebagai EMASLIM, tetapi akan berkembang menjadi EMASLIM-FM (fasilitator dan mediator) (Mulyasa, 2006: 98).

Berkaitan dengan kinerja kepala sekolah, secara umum tertuang dalam gabungan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

“guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah”, yang meliputi kompetensi kepribadian dan sosial, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah/madrasah, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, dan supervisi pembelajaran. Namun dalam penelitian ini kinerja kepala sekolah mengacu hanya pada kompetensi manajerial dalam


(40)

peraturan dari para ahli tersebut yang diperoleh melalui hasil angket self-

report mengenai kinerja yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah.

2. Learning Organization (Organisasi Pembelajar)

Learning Organization (Organisasi Pembelajar) yang dimaksud dalam

penelitian ini merupakan sebuah penciptaan organisasi pembelajar di sekolah yang akan berdampak sangat besar terhadap kinerja kepala sekolah untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai pemimpin di lembaga (sekolah) yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Organisasi pembelajar adalah organisasi yang efektif karena misinya selaras dengan misi sekolah efektif, yaitu terjadinya belajar secara kontinu dan selalu mengedepankan keterlibatan seluruh personil untuk belajar dalam berbagai tingkat.

Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan learning organization (organisasi pembelajar) sesuai dengan sudut pandangnya, diantaranya Garvin dalam Goh (2002: 15) mendefinisikan Learning Organization adalah “A learning organization is an organization skilled at creating, acquiring and transferring knowledge, and at modifiying it’s behavior to reflect new knowledge and insigh”. Suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang memiliki kecakapan dalam menciptakan, memperoleh dan mentransfer pengetahuan, serta mengubah perilakunya merefleksikan pengetahuan dan pengertian barunya.


(41)

continually enhancing their capacity to create things they really want to create”. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa suatu organisasi

pembelajar merupakan suatu organisasi yang mana orang-orangnya pada semua level secara bersama-sama terus meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan suatu yang benar-benar mereka ingin ciptakan.

Ahli lainnya yaitu Senge (Widodo, 2007: 44) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Learning organization (organisasi pembelajar) adalah suatu organisai dimana setiap anggotanya secara terus menerus meningkatkan/memperluas kemampuannya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola berfikir baru dalam ekspansif ditumbuhkan, aspirasi bersama dibiarkan secara bebas, dan anggota-anggotanya secara terus menerus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Dengan demikian dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Learning Organization (Organisasi Pembelajar) adalah dimana orang-orang yang terlibat didalamnya terus menerus berupaya menciptakan sesuatu yang benar-benar mereka inginkan dengan cara mengubah sistem secara effektif, meningkatkan kapasitas dirinya, mentranfer pengetahuan yang diperolehnya sehingga di antara mereka selalu terjalin belajar bersama, berani mengambil resiko dalam menciptakan dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara bersama mengubah perilakunya dalam merefleksikan pengetahuan dan pemahamamnya.

Adapun dimensi dalam learning organizaton (organisasi pembelajar) berdasarkan pendapat Senge (Widodo, 2007: 35) dalam bukunya The Fifth


(42)

lima disiplin kunci dari pembelajaran organisasi. Menurut Senge lima disiplin tersebut yakni system thingking, mental models, personal mastery, team

learning dan building shared vision merupakan “komponen teknologis” atau

dimensi yang sangat penting yang diperlukan dalam membangun pembelajaran organisasi.

3. Iklim kerja

Perilaku organisasi menyoroti tingkah laku pada berbagai tingkatan (level

of analysis) yang mencakup: a. individual (karakteristik yang dibawa individu

ke dalam organisasi); b. group (proses, perkembangan, keterpaduan, kepribadian); dan c.organizational (ukuran, iklim, kebijakan, tingkat hirarki, sentralisasi, pusat pengambilan keputusan).

Secara konsep iklim kerja mencakup iklim organisasi yang merupakan konsep yang luas yang diketahui anggota mengenai persepsi berbagai terhadap sifat atau karakter tempat kerja, ini merupakan karakteristik internal yang membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya dan mempengaruhi orang-orang yang ada di sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198). Secara operasional iklim kerja di sekolah yang kondusif dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan tertib sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis. Dalam mengukur iklim kerja di lingkungan sekolah diukur dengan menggunakan rata-rata persepsi guru dalam komunitas sekolah terhadap aspek-aspek dengan indikataor yang menjadi dimensi iklim organisasi terbagi menjadi tiga yaitu 1) supportive (keterdukungan) meliputi; menggunakan kritik


(43)

secara konstruktif, dapat mendengar saran dari orang lain, luwes dalam berkomunikasi, 2) collegial (pertemanan) meliputi: berteman baik dengan orang lain, bersemangat untuk bekerjasama, akrab dalam berdiskusi, dan 3)

intimate (keintiman) meliputi: saling mendukung, merasakan pekerjaan milik

bersama, mempunyai kesamaan dalam bekerja. (Hoy dan Miskel, 2001: 193).

E. Instrumen Penelitian.

1. Learning Organization ( variabel X1 )

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang learning

organization berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan

menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban, sebagai berikut:

5 = Selalu 4 = Sering

3 = Kadang-kadang 2 = Jarang

1 = Tidak pernah

Tabel 3.4

Kisi-kisi instrumen Learning Organization (X1)

No Variabel Devinisi

Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item Ket 1. . Learning Organization (Organisasi Pembelajar) (X1) Learning Organization (Organisasi Pembelajar) adalah “A learning organization is an organization skilled at creating,

Berpikir sistemik (System

Thingking)

 Mampu berpikir secara komprehensif  Mampu Berpikir secara Sistemik 1, 2 3, 4 4,5 6,7 P, F P,P P, F F, P Model-model  Dapat


(44)

No Variabel Devinisi Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item

Ket

acquiring and transferring knowledge, and at modofiying it’s behavior to reflect new knowledge and insigh” (Suatu organisasi pembelajar adalah organisasi yang memiliki kecakapan dalam menciptakan, memperoleh dan menstranfer pengetahuan, serta mengubah perilakunya merefleksikan pengetahuan dan pengertian barunya (Garvin dan Goh,1998: 15). Menurut ahli lainnya Senge (Komariah dan Triatna,2010:58) menjelaskan bahwa Learning Organization (Organisasi Pembelajar) adalah organisasi tempat dimana anggota-anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan pola Mental (Mental Models) Keterbukaan terhadap perubahan.  Memilki kepribadian yang luwes seta berpandangan luas  Memiliki keberanian dalam mengambil keputusan.  Memiliki kemampuan untuk Menghargai kreatifitas orang lain.

 Memiliki kemampuan untuk memotivasi diri yang tinggi. 9,10, 11, 12 13 14 15 P, F P F F P P P, F, F, P Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

 Memiliki Rasa tanggung jawab yang tinggi.

 Mampu bersikap Obyektif dan kritis.  Memiliki Stabilitas emosi dan sosiability yang stabil. 27, 28, 29, 30


(45)

No Variabel Devinisi Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item

Ket

. berfikir baru

dengan membiarkan berkembangnya sapirasi kreatif dan tempat orang terus menerus berupaya belajar bersama. Tim Pembelajar (Team Learning)  Memiliki kemampuan dalam Pembagian visi dan tujuan.  Mampu berkomunikasi secara terbuka.

 Mampu memfasilitasi dalam

Manajemen konflik.

 Memiliki Metode kerja yang tepat.

 Memiliki kemampuan untuk memimpin dengan tepat.

 Memiliki kemampuan untuk memotivasi untuk pengembangan individu.

 Memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan kelompok lain. 31 16 17, 18, 19 20 21 22 P F, P, P, P P P F

. Membangu

n Visi Bersama (Building Shared  Dapat memberikan gagasan untuk mengilhami suatu jangkauan


(46)

No Variabel Devinisi Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item

Ket

Visition) ke masa depan (inspiring)

 Memiliki komitmen tinggi.

 Dapat Memberikan respon terehadap pembaharuan 24 25 23 P P F

2. Iklim Kerja ( variabel X2 )

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang iklim kerja berdasarkan skala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban, sebagai berikut:

5 = Selalu 4 = Sering

3 = Kadang-kadang 2 = Jarang

1 = Tidak pernah

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja (X2)

No Variabel Devinisi Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item Ket 2. Iklim Kerja Iklim kerja Keterbukaan (Suupportive )  Mampu menggunakan kritik secara

1, 2, 3

P, F, F


(47)

No Variabel Devinisi Operasional

Sub

Variabel Indikator

No. Item

Ket

(X2) sekolah sangat menentukan cara kerja guru dan staf lainnya. Iklim kerja mencakup tujuan perubahan dan ideologi pokok organisasi (Faqih, 2008 : 5). Sementara Mangkunegara (2008 : 105), menjelaskan bahwa iklim atau kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan peraturan-peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja. konstruktif.  Mampu menghargai pendapat orang lain.

 Memiliki

keluwesan dalam berkomunikasi. 4, 5, 6 7, 8. 9, 10 F, P, F P, F P, P Pertemanan (Collegial)  Memiliki

semangat dalam bekerja sama.

 Mampu menjalin pertemanan dengan baik.

 Mampu menjalin suasana akrab dalam diskusi/tukar pendapat 11, 12, 13 14, 15, 16 17, 18 P, F, F F, P, F F, P, Keintiman (Intimate)  Memperlihatkan sikap saling mendukung.

 Melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab bersama.

 Memiliki

kesamaan visi bersama. 19, 20, 21 22, 23, 24, 25, 26 27, 28 29 30 F, P, P, P, F, F, F, F, F, F, P, P,


(48)

3. Kinerja Kepala Sekolah ( variabel Y )

Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang kinerja kepala sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban, sebagai berikut:

5 = Selalu 4 = Sering

3 = Kadang-kadang 2 = Jarang

1 = Tidak pernah

Tabel 3.6

Kisi-kisi instrumen Kinerja Kepala Sekolah (Y)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No. Item

Ket

3. Kepemi mpinan Manajeri al Kepala sekolah Manajemen adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan memimpin,mengen dalikan, pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner

et al. 1996: 7)

Manajemen adalah

Perencanaan:

 Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

 Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

 Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

 Mampu mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. 1, 2, 3, 4 13 17 21, 22 F, F, P, P, P F F, P


(49)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No. Item Ket bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling) (Herawan dan Hartini, 2011: 230). Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,pengo rganisasian, penyusunan staf,pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan

 Mampu mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

 Mampu mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.

Pelaksanaan:

 Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

 Mampu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

 Mampu mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas

 Mampum mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

 Mengelola sumber daya sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang efektif, efisien dan akuntabel.

 Mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. 25 30, 31 9, 10 14, 15, 16 18, 19 23, 24 26, 27, 28, 29 32, 33, 34 35, 36 P F, F P, F F, F, F F, F F, F, F, F, P, F P P, P P, F


(50)

No Variabel Devinisi

Operasional Sub Variabel / Indikator

No. Item Ket pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas (Mulyati dan Komariah,2011: 88)

Pengawasan/ Evaluasi

 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

Kepemimpinan:

 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.

 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif

Sistim Informasi Manajemen:  Memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. 5, 6, 7, 8 20 11, 12 37, 38 39, 40 P, F F, P P F, F, P, P P, P

F. Proses Pengembangan Instrumen.

Proses pengembangan instrumen dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan hasil yang maksimal dengan langkah yang tepat dan meminimalkan kekeliruan. Selain itu untuk menetapkan instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi ditempuh dengan beberapa cara, yaitu (a) mendevinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun indikator variabel penelitian, (c) menyusun kisi-kisi instrumen, (d) mengembangkan kisi-kisi instrumen, (e) melakukan uji coba instrumen; serta melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen penelitian ini mengukur tiga variabel, yaitu, variabel X1 (learning


(51)

organization), variabel X2 (iklim kerja), dan variabel Y (kinerja kepala

sekolah). Ketiga instrumen ini diadaptasi dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan indikator-indikator dari beberapa teori yang mendukung. Dari indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen. Dengan berdasarkan kepada ini pula maka disusun menjadi instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner (angket) yang menyajikan pernyataan-pernyataan dengan jawaban yang berbentuk skala dengan bobot nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid tidak akan digunakan kembali.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur


(52)

digunakan rumus Pearson Product Moment , seperti yang ditulis oleh Akdon (2008:144) sebagai berikut :

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

 Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1) Kaidah keputusan :

Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung < r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010:118)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup

Antara 0,200 – 0,399 : rendah


(53)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

a) Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :  Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

c) Menghitung Varians total dengan rumus:

N N X X S

i i i

2 2 ( )

 

n

i S S S S

S123...


(54)

Keterangan : St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

d) Masukkan nilai Alpha dengan rumus

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

(Sumber:Riduwan, 2010:120)

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb            (Riduwan, 2010:115)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni: b

r r   1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien

             t i S S k k

r .1

1


(55)

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika

r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

H. Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup tiga variabel yaitu

Learning Organization (Organisasi Pembelajar), Iklim Kerja, dan Kinerja

Kepala Sekolah Sebagai Manajer. Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan tiga cara yaitu melalui observasi lapangan (untuk melihat dan mengamati langsung ke lapangan yang menjadi obyek penelitian, untuk menyebarkan angket kepada responden yang terpilih), dokumentasi (mencari data melalui dokumen atau arsip-arsip yang ada yang dianggap perlu disimpan sebagai data trianggulasi untuk pengayaan), selanjutnya penyebaran angket atau kuesioner.

I. Analisis Data.

Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis untuk

mencari rata-rata secara deskripsi maupun inferensial.Guna memperoleh penjelasan tentang makna dari data yang telah diperoleh, maka harus dilakukan pengolahan data. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service


(1)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bagi Kepala sekolah pada SDSSN yang berada di wilayah Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat meningkatkan kinerjanya dengan meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan fungsi dan peran kepala sekolah, yaitu sebagai edukator, manajerial, supervisor, leader. Innovator, motivator, dan media serta fasilitator (EMASLIM MF); Selain itu memahami berbagai peraturan pemerintah yang berlaku dan menerapkannya dalam kinerja sebagai perwujudan dari pelaksanan TUPOKSIWAB (tugas, pokok, fungsi dan tanggung jawab) sebagai seorang pengelola pendidikan; pengembangan staf melalui pembagian tugas yang merata sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi; berani mengambil resiko untuk sebuah keputusan yang digulirkan untuk peningkatan kinerja guru dan personil lain; memiliki kepribadian yang luwes, bijak dalam berfikir dan bertindak; memiliki sikap percaya diri untuk menghadapi berbagai tantangan dan kerumitan yang dihadapi untuk dijadikan sebagai sebuah peluang; memiliki visi dan missi yang jelas sebagai acuan dalam bekerja. Dengan demikian kinerja kapala sekolah akan meningkat.

b. Bagi guru Learning organization dan Iklim kerja merupakan suatu wahana untuk meningkatkan kinerja dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan dapat berkembang. Mengingat begitu cukup besarnya pengaruh learning orgnization dan iklim kerja terhadap kinerja kepala sekolah, diharapkan seluruh guru sebagai anggota organisasi dapat bekerja sama dalam membangun komitmen untuk


(2)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuju suatu perubahan; diharapkan setiap individu organisasi sekolah selalu menemukan dan menerapkan ide-ide baru dengan cara terus menerus untuk belajar dari pembelajaran yang didapat baik yang berasal dari lingkungan luar maupun dari dalam diri sendiri sebagai self evaluation untuk peningkatan diri yang lebih baik; menjalin kerjasama yang koperatif dengan sesama rekan kerja maupun atasan untuk meningkatkan kemampuan diri bagi peningkatan mutu organisasi (sekolah); menerapkan pendekatan dari aspek-aspek keterdukungan, pertemanan, dan keintiman dilingkungan organisasi sekolah agar tercipta iklim kerja yang kondusif yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja baik bagi diri sendiri maupun orang lain dalam organisasi; mampu menjalin kerja sama dengan anggota organisasi dan atasan dengan tidak mengedepankan perasaan tetapi berdasarkan realita yang dihadapi sehingga dapat menilai secara obyektif yang akan berdampak pada peningkatan kinerja yang lebih baik.

6. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk dapat memfasilitasi setiap tenaga pendidik dan kependidikan yang berada di dalam wilayah binaan sesuai bidang garapan yang menjadi tugas dan tanggung jawab. Masukan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pembuatan program-program pengembangan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan, terutama yang berkaitan dengan learning organization (organisasi pembelajar) dan iklim kerja untuk mendukung


(3)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terciptanya iklim yang kondusif sehingga dapat mempengaruhi terhadap kinerja kepala sekolah dasar sebagai manajer.

7. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan acuan untuk dapat melakukan penelitian berikutnya sebagai lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah, sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengembangan ilmu di dunia pendidikan umumnya, ilmu administrasi pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kinerja kepala sekolah .


(4)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

BUKU DAN JURNAL

Ahmad, B. (2008). Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia.

Akdon, M. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Davis, K. (2008). Kinerja Guru. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dessler, G. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-7. Jakarta: Prenhallindo. Dharma, S. (2012). Manajemen Kinerja – Falsafah, Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Fakry Gaffar, M, S.Makmun, A, Aziz Wahab, A, Satori, D. (2010). Konsep-konsep Dasar Ilmu Administrasi Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Faqih, A. (2008). Manajemen Kinerja Guru. http//www.weekipedia.com

Fitri. (2008). Pentingnya Motif Berprestasi. http//www.bina_mahasiswa.blogsot.com. Fokusmedia, R. (2005). Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional Pendidikan.

Bandung: Fokusmedia.

Gomes, F. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

Hadjar, I. (1996). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Handoko, H. (1996). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Hidayat, E. (2005). Modul Monitoring dan Evaluasi. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI. Komariah, A, Triatna, C. (2010). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Mangkunegara, Anwar P. (2008). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika Aditama.


(5)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mubin, N. (2005). ModulKonsep Dasar Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung:

Program Pasca Sarjana UPI.

Muhtaram Mirfani, A. (2005). Modul Sistem Informatika Manajemen (SIM) Dalam Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Muhtaram Mirfani, A. (2005). Modul Teknik-teknik Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Newstorm, J.W. (2008). Kinerja Guru. Jakarta: PT Bumi Aksara. Peter M, S. (2005). The Fifth Discipline. New York: 666 Fifth Avenue.

Rachmawati, K. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi. Riduan. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rochmana, A. (2005). Modul Manajemen Sumber Daya Sekolah. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Sallis, E. (2006). Total Quality Management in Education. Yogjakarta: IRCiSoD. Satori, D, Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Satori, D. (2005). Modul Manajemen Konflik dan Kreatifitas. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Satori, D. (2005). Modul Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Scheerens, J. (2000). Improofing School Effectiveness. Paris: United Nations Educational. Siagian, P. Sondang. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Spencer, M. Lely & Signe. (1993). Competence At Work. John Wiley & Sons Inc: Models for

Superior Performance.

Stoner, James A.F, Freeman, E.R, Gilbert, Daniel R. (1996). Manajemen. New Jersey: A Simon & Schuster Company.


(6)

Nunung Suyantini, 2013

Pengaruh Penerapan Learning Organization Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Stoner, James A.F., Freeman Edward and Daniel Gilbert. (1996). Manajemen. Alih Bahasa. Jilid 1 & Jilid 2. Jakarta: Simon & Schuster (Asia Pte. Ltd.).

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.

Sukmalana, S. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Intermedia Personalia Utama. Syafudin Sa’ud, U. 2005 . Modul Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan

Komite Sekolah. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Syafudin Sa’ud, U. 2005 . Modul Konsep Dasar Perencanaan dan Manajemen Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Syafudin Sa’ud, U. 2005 . Modul Pembelajaran Efektif. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Wibowo. (2011). ManajemenKinerja – Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Widodo, J. (2007). Learning Organization. Malang: Bayumedia Publishing.

William, N. Dunn. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik – Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH , BUDAYA ORGANISASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SD NEGERI KOTA MEDAN.

0 4 6

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KEBONAGUNG PACITAN.

0 1 15

Pengaruh Iklim Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Lembang.

0 2 47

PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 3 59

KONTRIBUSI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING ORGANIZATION) PADA SMK NEGERI DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

0 2 56

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU.

0 1 10

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMPN KOTA BANDUNG.

0 0 62

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN, BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010.

0 0 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN, BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010.

0 0 2

2.1 Kajian Pustaka - PENGARUH LEARNING ORGANIZATION (ORGANISASI PEMBELAJARAN) DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA GURU DI GUGUS 50 KOTA BANDUNG - repo unpas

0 1 59