KONTRIBUSI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING ORGANIZATION) PADA SMK NEGERI DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI.

(1)

TERHADAP ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING ORGANIZATION) PADA SMK NEGERI DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh:

MEINA NURPRATIWI 0705280

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Kontrubusi Peran kepala Sekolah

Sebagai Pemimpin Terhadap

Organisasi Pembelajaran (

Learning

Organization

) Pada SMK Negeri di

Kota Bandung dan Cimahi

Oleh Meina Nurpratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Meina Nurpratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

KONTRIBUSI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING ORGANIZATION) PADA SMK NEGERI DI KOTA BANDUNG DAN

CIMAHI

Oleh:

MEINA NURPRATIWI (0705280)

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing 1

Dr. Asep Suryana M.Pd. NIP. 19720321 199903 1 002

Pembimbing II

Elin Rosalin, M.Pd. NIP. 19760616 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd. NIP. 19600810 198603 1 001


(4)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Kontribusi Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) Pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan peran kepala sekolah sebagai pemimpin, bagaimana sekolah sebagai Organisasi Pembelajar (Learning Organization), dan seberapa besar kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh informasi mengenai kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang sedang terjadi sekarang dalam bentuk angka-angka yang memiliki makna. Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

Berdasarkan hasil perhitungan penelitian yang dihitung dengan teknik WMS (Weight Means Score) diperoleh rata-rata kecenderungan umum variabel X (Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin) dalam kategori sangat baik, sementara hasil rata-rata kecenderungan umum variabel Y (Organisasi Pembelajaran) juga dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y, serta nilai uji signifikan yang terbukti signifikan dimana thitung (3,966) > ttabel (1,746).

Besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y dibuktikan dengan hasil koefisien determinasi (KD) sebesar 50%, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization) adalah sebesar 50%, dan 50% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari

hasil perhitungan persamaan regresi diperoleh Ŷ = 15,034 + 0,699X, yang berarti variabel X mempunyai hubungan yang erat terhadap variabel Y, begitu juga variabel Y memiliki ketergantungan terhadap variabel X.

Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization).

Kata Kunci: Peran kepala sekolah sebagai pemimpin, organisasi pembelajaran (learning organization)

Abstract

The purpose of this research in general is to obtain information about the contribution of the role of principals as a leaders against organization of learning ( learning organization ) on vocational school land (SMK Negeri) in the city of Bandung and Cimahi. This research using methods descriptive with quantitative approach to describe or explains event or an occurrence that is happening now in the figures that


(5)

which has significance. And that becomes a sample in this research is the principal of vocational school land (SMK Negeri) in the city of Bandung and Cimahi.

Based on the result of reckoning calculated by engineering WMS research (Weight Means Score) obtained average weight means a general tendency of variable X (The Role of Principals as A Leader ) in the category of very good, While the average yield a general tendency of variable Y (Learning Organization) also in the category of very good. Based on the result of reckoning a correlation coefficient shows that there is a strong correlation between variables variable X and Y, as well as a significant test of the value of proven significant where thitung (3,966) > ttabel (1,746).

The magnitude of the contribution of the variable X to the Y variable is evidenced by the results of the coefficients determination (KD) as much as 50 %, it showed that the contribution of the role of principal as a leader against organization of learning (Learning Organization) is as much as 50%, and 50% of the remaining influenced by other factors. The result of reckoning the regression equation is obtained Ŷ = 15,034 + 0,699X, which means the variable X has a strong relationship to the Y variable, the variable Y likewise has a dependency to the variable X.

Thus, the conclusion from this study is that there is a contribution of the principal's role as a leader of an organization of learning (Learning Organization). Keywords: Principal roles as leaders, the organization of learning (learning organization)


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan rumusan masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 9

1. Konsep Kepemimpinan Pendidikan ... 9

a. Pengertian Kepemimpina Pendidikan ... 9

b. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan ... 11

c. Tugas dan Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin ... 16

2. Konsep Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) ... 24

a. Pengertian Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) ... 24

b. Dimensi Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) ... 26 c. Karakteristik Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) . 32 3. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajar


(7)

(Learning Organization) ... 34

4. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) ... 36

B. Kerangka Pikir Penelitian ... 37

C. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Subyek Populasi, dan Sampel Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian... 45

D. Definisi Operasional... 47

E. Instrumen Penelitian... 52

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 56

G. Teknik Pengumpulan Data ... 64

H. Analisis Pengolahan Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74

1. Deskripsi Angket Penelitian ... 74

2. Seleksi Angket ... 74

3. Klasifikasi Data ... 75

4. Nilai Kecenderungan Umum (WMS) ... 75

5. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku... 105

6. Uji Normalitas Distribusi Data ... 106

7. Pengujian Hipotesis ... 109

B. Pembahasan ... 11

1. Gambaran Pelaksanaan Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi ... 112

2. Gambaran Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi ... 116


(8)

3. Kontribusi Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) pada SMK Negeri di Kota

Bandung dan Cimahi ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 128

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 130


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung, guru, peserta didik, halaman sekolah serta fasilitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pemahaman seperti ini tidak salah, karena secara fisik itulah gambaran sekolah.

Namun demikian sekolah tetaplah merupakan sebuah lembaga pendidikan. Sekolah bukanlah apa yang hanya terlihat mata secara fisik saja, melainkan di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang diselenggarakan seperti pendidikan dan pembelajaran, evaluasi, kepemimpinan, pembinaan, pengawasan, disiplin, penghargaan sampai lulusannya yang dibanggakan masyarakat. Sekolah merupakan sosok dari sebuah organisasi pendidikan yang melaksanakan kegiatan yang dikelola secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya.

Sekolah dapat dipandang sebagai sistem sosial. Sistem diartikan sebagai himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi komponen-komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang bergantung antara satu sama lain. Sistem sosial tersebut bermuara pada status sekolah sebagai lembaga formal. Keberadaan guru, siswa, kepala sekolah, psikolog atau konselor sekolah, pengawas, administrator, hingga orangtua siswa merupakan komponen-komponen fungsional yang berinteraksi secara aktif dan menentukan segala macam perkembangan dinamika kehidupan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

Berdasarkan klasifikasi sistem, sekolah merupakan organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Hal ini menuntut suatu


(10)

sekolah harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi dan mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya. Kemampuan beradaptasi sekolah yang tinggi dapat mempertahankan eksistensi bahkan meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. Sebaliknya sekolah yang tidak mampu beradaptasi dan bersaing dengan perubahan yang ada akan kehilangan eksistensinya bahkan kalah dalam persaingan dengan sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.

Untuk mampu berkompetisi tersebut lembaga pendidikan harus mampu melihat berbagai kebutuhan dan harapan stakeholder. Upaya untuk selalu memenuhi harapan inilah yang kemudian menuntut lembaga untuk meningkatkan mutu layanan dan produknya melalui kegiatan pembelajaran organisasi atau dengan kata lain menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (learning organization).

Peter Senge (1996: 3) mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai berikut:

Learning organization merupakan suatu organisasi dimana orang secara

terus menerus mengembangkan kapasitasnya untuk menciptakan suatu hasil yang mereka inginkan, dimana dipelihara pengembangan pola pemikiran baru, dimana dibebaskan aspirasi kolektif dan dimana masyarakat terus menerus belajar bagaimana belajar”

Mengacu pada pemikiran diatas, maka sekolah yang menjadikan organisasinya sebagai organisasi pembelajaran secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas organisasinya melalui pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi tersebut memfasilitasi seluruh anggota organisasi guna mengembangkan kapasitas atau kompetensinya untuk mencapai tujuan organisasi dan mencapai tujuan yang benar-benar mereka harapkan.

Untuk mewujudkan organisasi pembelajaran di sekolah diperlukan peran seorang pemimpin. Dalam konteks sekolah, peran pemimpin dilaksanakan oleh kepala sekolah. Faktor penentu mutu sekolah sebagian besar bertumpu pada kepala sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud disini adalah kemampuannya berkolaborasi dengan semua komponen sekolah (guru, siswa, dan staf lainnya) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan


(11)

efisien. Kolaborasi mencakup semua aktivitas yang mengikutsertakan seluruh komponen sekolah bersama-sama membagi informasi dan ide-ide, merencanakan bersama, dan bersama-sama pula membuat keputusan dan partisipasi di dalam pengembangan mutu sekolah.

Tindakan pemimpin terhadap anak buah atau organisasinya hendaknya mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anaknya. Dilihat dari perannya, menurut Bapak pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. Ing ngarso sungtulodo, dimana harus memberi contoh. Artinya bahwa seorang

pemimpin yang harus memiliki sikap dan perbuatan yang dapat menjadi panutan dan contoh bagi bawahannya. Ing madya mangun karso, di tengah membangun prakarsa. Artinya bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berkarya dan berkreasi kepada orang-orang yang dipimpinnya. Ing tut wuri handayani, mengikuti di belakang dengan berwibawa. Bahwa seorang pemimpin harus mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan berani bertanggung jawab.

Saat ini kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan tengah melakukan upaya-upaya meningkatkan mutu pendidikan dan lulusan sekolahnya. Di kota Bandung terdapat 15 SMK Negeri, sedangkan di Kota Cimahi terdapat tiga SMK Negeri yang tengah bersaing di tengah perubahan-perubahan yang terjadi di dunia pendidikan agar menjadi sekolah yang unngul dan berprestasi.

Setiap SMK memiliki prestasi yang berbeda, namun mereka berupaya terus menerus membenahi diri guna menyesuaikan dengan perubahan kebijakan pendidikan maupun kebijakan lain yang terkait dengan pendidikan persekolahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun direspon dengan berbagai kebijakan dan program-program di tingkat sekolah secara maksimal.

Berbagai upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan saat ini tengah dilakukan setiap SMK Negeri di Bandung maupun Cimahi. Sekolah


(12)

bertekad menjadikan sekolahnya menjadi sekolah berstandar internasional dengan menerapkan program-program dan fasilitas yang menunjang. Kepala sekolah bertekad menjadikan sekolahnya sebagai organisasi pembelajaran. Kepala sekolah mengembangkan visi, misidan tujuan sekolah yang hendak dicapai dengan bantuan dan partisipasi dari seluruh personil sekolah. Kepala sekolah juga merancang kebijakan-kebijakan dan strategi guna merealisasikan visi, misi dan tujuan tersebut. Para guru, staf dan siswa pun diharapkan dapat mengembangngkan kemampuannya yang dibantu melalui program bimbingan, latihan dan kegiatan sekolah lainnya yang dilakukan secara intensif.

Untuk mewujudkan sekolah berstandar internasional, sekolah juga harus memiliki fasilitas yang mendukung serta penguasaan bahasa inggris dan teknologi oleh para setiap personilnya. Namun, hal inilah yang menjadi salah satu kendala yang dihadapi sekolah. Sebagian guru masih kesulitan dalam penguasaan bahasa inggris dan teknologi. Belum lagi implementasi kurikulum KTSP yang masih belum sepenuhnya sesuai. Bahkan saat ini rencana perubahan kurikulum akan dilakukan pemerintah yang akan meniadakan penjuruan bagi SMK membuat guru harus kembali memahami dan mengimplementasikannya.

Bagi SMK yang masih berada di level bawah, pengelolaan kelas yang belum maksimal menjadi salah satu permasalahan sekolah yang masih kesulitan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran masih belum efektif karena guru masih menerapkan paradigma lama. Sebagian guru masih menerapkan sistem pembelajaran bersifat Teaching Center yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Persoalan lainnya, nilai rata-rata UN masih dalam kategori terendah dibandingkan dengan SMK negeri lainnya yang memiliki prestasi akademik baik. Berbagai permasalahan tersebut menuntut seluruh personil sekolah, khususnya guru untuk senantiasa mengembangkan kapasitasnya dalam meningkatkan kualitas lulusan maupun sekolah dan senantiasa terus belajar guna menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.


(13)

Berdasarkan deskripsi di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah tersebut melalui judul skripsi

“KONTRIBUSI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN

TERHADAP ORGANISASI PEMBELAJARAN (LEARNING

ORGANIZATION) PADA SMK NEGERI DI KOTA BANDUNG DAN CIMAHI”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sekolah sebagai organiasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan potensi peserta didik melalui proses belajar mengajar. Agar proses pendidikan berjalan lancar, dibutuhkan peranan dari semua personel sekolah untuk mewujudkannya.

Sekolah merupakan suatu organisasi pembelajaran (learning

organization) dimana setiap komponen yang ada di sekolah harus terus

menerus belajar dan mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar, diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan pendidikan. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan peran kepala sekolah dalam memimpin guru dan staf sekolah yang senantiasa bekerja dan belajar bersama.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memiliki tugas untuk membimbing, mengarahkan dan mendorong agar seluruh personel sekolah bekerja dan belajar bersama untuk mewujudkan tujuan sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk menerima tanggung jawab dalam menciptakan dan mengkreasi kondisi yang mendorong dan meningkatkan pembelajaran.

Agar penelitian terfokus, maka masalah yang akan diteliti harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan identifikasi masalah yang diungkapkan di atas, rumusan masalah yang akan diteliti ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan peran kepala sekolah sebagai pemimpin pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi?


(14)

2. Bagaimana penerapan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (learning

organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi?

3. Seberapa besar kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Informasi bagaimana pelaksanaan peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

b. Informasi penerapan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (learning

organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung.

c. Seberapa besar kontrubusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Segi Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi


(15)

pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya dalam upaya memahami disiplin ilmu Administrasi Pendidikan.

2. Segi Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam melaksanakan peran kepala sekolah terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) di sekolah.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peneliti dalam hal konsep pelaksanaan peran kepala sekolah terhadap organisasi pembelajaran (learning organization).

E. Struktur Organisasi Skripsi

Agar pembaca lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penulisan skripsi dengan judul: “Kontribusi Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi”, penulis menguraikan sistematika struktur organisasi dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.


(16)

BAB II :

BAB III :

BAB IV :

BAB V :

Daftar Pustaka :

Lampiran-lampiran :

Bab ini membahas mengenai kajian pustaka, yang berisi tentang konsep dasar kepemimpinan kepala sekolah, konsep dasar organisasi pembelajaran (learning

organization), dan konsep peran kepala sekolah sebagai

pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning

organization). Kerangka pikir penelitian, merupakan

tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis anatar variable penelitian. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian atau submasalah yang diteliti.

Metodologi penelitian, menyangkut prosedur dan cara melakukan pengujian data yang diperlukan untuk memecahkan atau untuk menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis.

Hasil penelitian, yang terdiri dari dua hal utama, yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

Kesimpulan dan saran, bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, video, film, atau kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah.


(17)

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Subyek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di semua Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Bandung dan Kota Cimahi, yaitu sebanyak 15 SMK Negeri yang ada di Kota Bandung, dan 3 SMK Negeri yang ada di Kota Cimahi.

2. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2009: 117) memberikan definisi bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang diterapakan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Untuk mendapatkan populasi yang relevan, maka seorang peneliti terlebih dahulu harus mengidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yaitu mengacu pada permasalahan penelitian.

Kaitannya dengan penelitian yang dilaksanakan, permasalahan

pokok yang menjadi sorotan peneliti adalah “Kontribusi Peran Kepala

Sekolah Sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization) Pada SMK Negeri Di Kota Bandung dan Cimahi”.

Sesuai dengan permasalahan dan jenis instrumen yang dipergunakan, maka sebagai populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah di SMK Negeri Kota Bandung dan Cimahi. Data yang dikumpulkan berkenaan dengan peran kepala sekolah sebagai sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization).

Berdasarkan studi pendekatan di Kota Bandung, maka populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dari SMK Negeri yang ada di kota Bandung sebanyak 15 sekolah, yaitu:


(19)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah No. Nama Sekolah

1 SMK Negeri 1 Bandung 1 SMK Negeri 1 Cimahi 2 SMK Negeri 2 Bandung 2 SMK Negeri 2 Cimahi 3 SMK Negeri 3 Bandung 3 SMK Negeri 3 Cimahi 4 SMK Negeri 4 Bandung

5 SMK Negeri 5 Bandung 6 SMK Negeri 6 Bandung 7 SMK Negeri 7 Bandung 8 SMK Negeri 8 Bandung 9 SMK Negeri 9 Bandung 10 SMK Negeri 10 Bandung 11 SMK Negeri 11 Bandung 12 SMK Negeri 12 Bandung 13 SMK Negeri 13 Bandung 14 SMK Negeri 14 Bandung 15 SMK Negeri 15 Bandung

Kota Bandung Kota Cimahi

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. Penelitian terhadap sampel biasanya disebut study sampling. Sugiyono (2005: 91) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sejalan dengan Slamet (2006: 44) adapun keuntungan mengambil sampel bagi penelitian populasi adalah pengambilan sampel yang cukup, yang representative dari populasi adalah menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.

Besarnya sampel suatu penelitian dapat dilakukan dengan menarik sebagian atau seluruh dari populasi yang akan diteliti. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.


(20)

Selanjutnya, penentuan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan pada pendugaan Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah kain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu kepala sekolah SMK Negeri Kota Bandung sebanyak 15 orang dan kepala sekolah SMK Negeri Kota Cimahi sebanyak 3 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik. Untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik, maka dibutuhkan desain penelitian untuk menunjang dan memberikan hasil penelitian yang sistematik. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu penelitian dalam mengumpulkan dan menganalisis data.

Pengertian desain penelitian menurut Mc Millan dalam Rakim (Juni, 2008) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain penelitian kualitatif non standar. Desain penelitian dalam paradigma positifistik bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan adanya masalah, membatasi objek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian mengumpulkan data, menganalisis data membuat kesimpulan, saran dan atau


(21)

rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya.

Adapun desain penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

No. PROSES HASIL YANG DICAPAI

1. Menentukan judul penelitian Mendapatkan masalah yang akan diteliti

2. Menentukan tujuan penelitian Mendapatkan tujuan yang hendak dicapai dalam menyusun penelitian 3. Menentukan hipotesis Dapat membuktikan kebenaran hasil

dugaan peneliti 4. Menentukan metode dan teknik

pengumpulan data

Menetapkan metode dan teknik pengumpulan data yang tepat

5. menentukan variabel dan sumber data

Mendapatkan variabel yang akan diteliti dan sumber data yang akurat 6. Menentukan populasi dan sampel

penelitian

Mendapatkan populasi dan sampel yang tepat untuk penelitian

7. Menyusun dan menguji validasi instrumen

Membuat instrumen yang valid dan reliabel

8. Mengumpulkan data Mendapatkan data yang diambil dari sampel yang telah ditetapkan

9. Mengolah dan menganalisis data Mendapatkan hasil analisis data penelitian

10. Menarik kesimpulan Mendapatkan kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan 11. Menyusun laporan hasil penelitian Mendapatkan laporan hasil penelitian


(22)

C. Metode penelitian

Pada prinsipnya metode penelitian tidak terlepas dari bagaimana cara untuk mempelajari, menyelidiki, ataupun melaksanakan suatu kegiatan secara sistematis. Metode dapat diartikan pula sebagai cara kerja untuk dapat memahami suatu obyek. Dalam penelitian memerlukan cara kerja tertentu agar dapat terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian dan cara kerja ilmiah, yang sering dinamakan metode penelitian.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2009: 1).

Menurut Surakmad (1990: 131) dalam Purwanti (2007: 38) menyatakan bahwa metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan alat-alat tertentu.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap gambaran mengenai kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode penelitian yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

1. Metode Deskriptif

Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan (memotret) masalah-masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sitematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohamad yang di kutip oleh Renie (2011: 48) menjelaskan bahwa:

„metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi‟.


(23)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subyek yang diteliti. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan (trend) tanpa mengaitkan dengan keadaan populasi dimana data tersebut diambil.

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran diantara variabel-variabel tersebut.

Menurut Sugiyono (2009: 14) metode penelitian kuantitatif dapat didefinisikan sebagai:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Pendekatan dengan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah dengan data-data statistika. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif memusatkan pada masalah-masalah yang sedang terjadi, seperti yang dikemukakan oleh Nana Sudjana yang dikutip oleh Renie (2011: 49) bahwa:

„Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarag dalam bentuk angka-angka yang bermakna‟.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh informasi atau keterangan mengenai segala sesuatu yang terjadi dan sejalan dengan masalah yang sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,


(24)

ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lainnya.

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasri masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Nazir (1988: 111) dalam artikel yang ditulis Airha (Januari, 2012) bahwa: „Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan‟.

Studi kepustakaan juga merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Dengan pernyataan ini, studi kepustakaan akan menjadi dasar bagi peneliti untuk mengembangkan, mengarahkan penelitiannya serta memperkuat kerangka berpikir peneliti agar dapat mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran dalam memahami variabel-veriabel yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu akan mencoba menjelaskan pengertian serta maksud dari variabel-variabel tersebut, sehingga terdapat keseragaman pemahaman antara peneliti dengan pembaca. Dan variabel-variabel yang dimaksud peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontribusi berarti sumbangan. Maka dapat diartikan bahwa kontribusi memiliki arti keikutsertaa atau sumbangan diri seseorang dalam sesuatu. Bias dalam bentuk partisipasi pemikiran atau materi.


(25)

2. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin

Istilah peran dalam Kamus Besar Indonesia mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapakan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Adapun pengertian kepala sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang (guru) yang memimpin suatu sekolah, guru pemimpin. Sedangkan menurut Wahjo Sumidjo dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah mendefinisikan:

“Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan pembelajaran atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan peserta didik yang menerima pengajaran”.

(Wahyosumidjo, 2002: 83).

Menurut Ki Hajar Dewantara, peran kepala sekolah sebagai

pemimpin harus memiliki fungsi “Tut wuri handayani, ing ngarso sung

tulodo, ing madya mangun karso”. Artinya bahwa seorang pemimpin yang

harus memiliki sikap dan perbuatan yang dapat menjadi panutan dan contoh bagi bawahannya, mampu membangkitkan semangat berkarya dan berkreasi kepada orang yang dipimpinnya dan mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan berani bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara yang mengemukakan cara-cara memimpin sebagai berikut:

a. Memberi contoh (voorbeeld);

b. Pembiasaan (perkulinan, gewoontevorning) c. Pengajaran (leering, wulang-wuruk)

d. Perintah, paksaan dan hukuman (regeering en tucht) e. Laku (zelfbeheersching, zelfdiscipline)

f. Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa, beleving). (Dewantara, 1962: 28)

Namun pada point nomor empat (perintah, paksaan dan hukuman) tidak selalu harus dilakukan. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Engkoswara (1999: 117), bahwa:


(26)

“….pemimpin-pemimpin yang menampilkan budaya akhlak mulia-moral-spiritual yang mantap, semangat bekerja dan berusaha yang ulet yang dilandasi pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni tepat guna sejalan dengan etika profesi dalam berbagai bidang, dan kreatif terpuji yang menyenangkan dan menyejukkan setiap insane sehingga menjadi kepercayaan, panutan dan toladan bagi rakyat”.

Adapun dimensi dari ketiga peran tersebut adalah sebagai berikut: a. Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan)

1) Berani menghadapi rintangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha.

2) Dengan tabah dan keberanian sanggup bekerja yang paling berat. 3) Menegakkan disiplin diri sendiri maupun para bawahan.

4) Memberikan suri tauladan

5) Mengabdikan diri kepada kepentingan umum dan segenap anggota organisasi.

6) Bijaksana dalam memberikan petunjuk, nasehat dan pertimbangan-pertimbangan.

7) Berani menjadi ujung tombak bagi setiap usaha dan perjuangan. 8) Sebagai seorang yang berdiri paling depan, pemimpin yang

demikian memiliki sifat : teguh, tanggap dan tangguh. b. Ing madya mangun karso (di tengah memberi kehendak)

1) Mau terjun ditengah-tengah anak buah. 2) Merasa senasib dan sepenanggungan.

3) Sanggup menggugah dan membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang tinggi.

4) Karena ditengah-tengah anak buah, pemimpin selalu tanggap dan mampu berfikir dan bertindak cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan, kondisi dan situasi.

5) Memiliki ketajaman perasaan 6) Menghayati kesulitan anak buah.

7) Bisa bersifat sabar, berlebar dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan anak buah, tanpa mkecewa dan mengeluh.


(27)

c. Tut wuri handayani (di belakang memberi kekuatan)

1) Selalu memberikan dorongan dan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa, berinisiatif dan memiliki kepercayaan diri untuk berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan (kreatif)

2) Selalu mengikuti kegiatan dengan cermat dan teliti, waspada dan tepat waktunya, koreksi dan pengarahan apabila terjadi kesalahan dan penyimpangan.

3) Selalu memberikan nasehat, koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa tanggung jawab yang besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama

3. Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)

Organisasi pembelajaran (learning organization) merupakan suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon berbagai macam perubahan yang muncul. Peter Senge (1996: 5) menjelaskan bahwa:

Learning organization merupakan suatu organisasi dimana orang

secara terus menerus mengembangkan kapasitasnya untuk menciptakan suatu hasil yang mereka inginkan, dimana dipelihara pengembangan pola pemikiran baru, dimana dibebaskan aspirasi kolektif dan dimana masyarakat terus menerus belajar bagaimana

belajar”.

Dalam penelitian ini organisasi pembelajaran merupakan suatu organisasi dimana setiap individu yang ada di dalamnya terus menerus belajar dan berusaha mengembangkan kemampuan dan kompetensi dirinya untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun dimensi organisasi pembelajar adalah sebagai berikut:

a. Keahlian Pribadi (Personal Mastery)


(28)

2) Terus menerus belajar bagaimana melihat realita saat ini secara lebih jelas.

3) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan.

4) Lebih inisiatif dalam melakukan segala pekerjaan.

5) Memiliki rasa tanggung jawab yang lebih luas dan mendalam di dalam pekerjaan.

6) Belajar lebih cepat terhadap berbagai perubahan yang terjadi. 7) Memupuk hubungan baik diantara guru-guru lain.

8) Memiliki visi pribadi. b. Model Mental (Mental Model)

1) Mengkaji ulang cara pandang untuk diselaraskan dengan kondisi lingkungan.

2) Memelihara dan memperkuat kebersamaan antar anggota organisasi.

3) Memiliki prinsip dan nilai yang selaras dengan organisasi. 4) Menggunakan model mental dalam mengambil keputusan. 5) Memiliki sifat terbuka terhadap pemikiran orang lain. c. Visi Bersama (Shared Vision)

1) Memiliki komitmen dalam mewujudkan visi bersama.

2) Memiliki prinsip dan rencana sebagai arahan dalam bertindak. 3) Membuat rancangan tindakan untuk menciptakan masa depan. 4) Menyesuaikan visi pribadi dengan visi organisasi.

d. Pembelajaran Tim (Team Learning)

1) Mampu berinteraksi untuk menggali dan menyelesaikan masalah. 2) Mampu membuat keputusan sekaligus menetukan tindakat yang

tepat.

3) Mampu menerima dan memahami struktur dan sistem organisasi. 4) Memahami dan menerima keputusan bersama dalam menetapkan

visi organisasi.

5) Memiliki kemauan untuk belajar dalam satu tim. 6) Memiliki kemampuan bekerjasama dalam satu tim.


(29)

7) Memacu semangat seluruh anggota untuk belajar dan belajar sebagai satu kesatuan.

8) Saling berbagi pengetahuan yang dimiliki kepada anggota tim. e. Pemikiran Sistem (System Thinking)

1) Memahami bahwa setiap unsur dalam organisasi saling berkaitan dan mempengaruhi.

2) Memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan pendekatan yang menyeluruh.

3) Memanfaatkan kemampuan dan kecerdasan dalam menghadapi tantangan.

E. Instrumen Penelitian

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam sebuah penelitian disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Menurut Sugiyono (2009: 148) “ instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun ssosial yang

diamati”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua

instrumen sesuai dengan jumlah variabel penelitian, yaitu:

1. Instrumen untuk mengukur peran kepala sekolah sebagai pemimpi 2. Instrumen untuk mengukur organisasi pembelajaran (learning

organization)

Adapun cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu variabel X (Kepala Sekolah sebagai Pemimpin) dan variabel Y (Organisasi Pembelajaran).

2. Menentukan indikator dari setiap variabel dan mengidentifikasi sub indikatornya.


(30)

3. Membuat kisi-kisi instrumen dari setiap variabel.

4. Membuat daftar pernyataan dari setiap variabel penelitian yang disertai alternatif jawaban dan petunjuk cara pengisian angket.

5. Menetapkan bobot nilai untuk masing-masing alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert, yaitu penilaian dengan menggunakan angka berkisar dari 1-5. Adapun bobot nilai yang digunakan dalam instrumen ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

NO. VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

NO. ITEM 1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Ing ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan)

Berani menghadapi rintangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha.

1, 2, 3 Dengan tabah dan keberanian

sanggup bekerja yang paling berat.

4, 5 Menegakkan disiplin diri

sendiri maupun staff kerja. 6, 7 Memberikan suri tauladan

kepada seluruh anggota organisasi

8 Mengabdikan diri kepada

kepentingan umum dan segenap anggota organisasi.

9, 10 Bijaksana dalam memberikan

petunjuk, nasehat dan

pertimbangan-pertimbangan.

11, 12 Berani menjadi ujung tombak

bagi setiap usaha dan perjuangan.

13, 14 memiliki sifat : teguh, tanggap

dan tangguh. 15, 16, 17 Ing madyo mangun karso (di tengah membangkitkan kehendak)

Mau terjun ditengah-tengah

anak buah. 18, 19

Merasa senasib dan sepenanggungan.

20, 21, 22 Sanggup menggugah dan

membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang tinggi.

23, 24, 25


(31)

NO. VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

NO. ITEM

Pemimpin selalu tanggap dan mampu berfikir dan bertindak cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan, kondisi dan situasi.

26, 27 Memiliki ketajaman perasaan 28, 29 Bisa bersifat sabar, berlapang

dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan anak buah

30, 31

Ing tut wuri handayani ( di

belakang memberi kekuatan)

Selalu memberikan dorongan dan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa

32 Berinisiatif dan memiliki

kepercayaan diri untuk berkarya 33 Tidak selalu bergantung pada

perintah atasan (kreatif) 34, 35 Selalu mengikuti kegiatan

dengan cermat dan teliti, waspada dan tepat waktu

36 Melakukan koreksi dan

pengarahan apabila terjadi kesalahan dan penyimpangan

37, 38 Selalu memberikan nasehat,

koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa tanggung jawab 39, 40 2. Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) Keahlian Pribadi (Personal Mastery) Secara terus-menerus

memperjelas apa yang penting bagi kita

1, 2 Terus-menerus belajar

bagaimana melihat realita saat ini secara lebih jelas

3 Memiliki komitmen terhadap

pekerjaan 4, 5

Lebih inisiatif dalam

melakukan segala pekerjaan 6, 7 Memiliki rasa tanggung jawab

yang lebih luas dan mendalam di dalam pekerjaan

8, 9 Belajar lebih cepat terhadap

berbagai perubahan yang terjadi

10, 11, 12


(32)

NO. VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

NO. ITEM

Memupuk hubungan baik

diantara guru-guru lain 13, 14

Memiliki visi pribadi 15

Model Mental (Mental Model)

Mengkaji ulang cara pandang untuk diselaraskan dengan kondisi lingkungan

16, 17 Memelihara dan memperkuat

kebersamaan antar anggota organisasi

18, 19 Memiliki prinsip dan nilai yang

selaras dengan organisasi 20 Menggunakan model mental

dalam mengambil keputusan 21 Memiliki sifat terbuka terhadap

pemikiran orang lain 22, 23

Visi Bersama (Shared Vision)

Memiliki komitmen dalam

mewujudkan visi bersama 24, 25 Memiliki prinsip dan rencana

sebagai arahan dalam bertindak 26, 27 Membuat rancangan tindakan

untuk menciptakan masa depan 28 Menyesuaikan visi pribadi

dengan visi organisasi 29, 30

Pembelajaran Tim (Team

Learning)

Mampu berinteraksi untuk menggali dan menyelesaikan masalah

31 Mampu membuat keputusan

sekaligus menentukan tindakan yang tepat

32 Mampu menerima dan

memahami struktur dan sistem organisasi

33, 34 Memahami dan menerima

keputusan bersama dalam menetapkan visi organisasi

35, 36 Memiliki kemauan untuk

belajar dalam satu tim 37, 38 Memiliki kemampuan


(33)

NO. VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

NO. ITEM

Memacu semangat seluruh anggota untuk belajar dan belajar sebagai satu kesatuan

40, 41 Saling berbagi pengetahuan

yang dimiliki kepada anggota tim

42

Pemikiran Sistem (System

Thinking)

Memahami bahwa setiap unsur dalam organisasi saling

berkaitan dan mempengaruhi

43, 44, 45 Memiliki kemampuan untuk

berpikir dan bertindak dengan pendekatan yang menyeluruh

46, 47 Memanfaatkan kemampuan dan

kecerdasan dalam menghadapi tantangan

48, 49

F. Proses Pengembangan Instrumen

Data dalam suatu penelitian sangatlah penting, karena data berfungsi dalam pembuktian hipotesis. Suatu data dapat menentukan mutu sebuah penelitian yang didukung instrumen yang baik pula. Sedangkan instrumen yang baik hendaknya memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto berikut ini:

“Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, ergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Sedangkan instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”. (Arikunto, 1998: 160).

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu penelitian akan dinyatakan berhasil apabila hipotesis yang dibuat dapat terbukti. Untuk membuktikannya maka dibutuhkan data yang akurat. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu kita


(34)

harus melakukan uji coba angket kepada responden yang sama karakteristiknya dengan responden yang sebenarnya.

Uji validitas merupakan salah satu cara yang penting yang harus dilakukan peneliti untuk mengukur kevalidan dari suatu instrumen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dari instrumen tersebut. Arikunto (1998: 160) yang dikutip oleh Tukiran Taniredja (2012: 42) mengemukakan bahwa:

„validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Secara mendasar, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah‟.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu instrumen memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara instrumen dan kriteria yang telah ditentukan.

Untuk menentukan apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Hasil perhitungan korelasi (r hitung) tersebut kemudian diinterpretasikan dengan cara membandingkan r hitung dengan r kritis.

Dalam uji validitas ini rumus yang digunakan adalah Product

Moment untuk menguji validitas tiap item seperti berikut:

√{ }{ }

Keterangan:

rxy = Koefisien Butir validitas yang dianalisis

N = Banyaknya responden


(35)

Y = Skor total responden untuk keseluruhan item

∑X = Jumlah skor pertama

∑Y = Jumlah skor kedua

∑XY = Jumlah hasil perkalian skor pertama dan kedua

∑X2

= Jumlah hasil kuadrat skor pertama

∑Y2

= Jumlah hasil kuadrat skor kedua (Suharsimi Arikunto, 2006: 170)

Kriteria pengujian :

 Jika rhitung > rkritis, maka butir soal memiliki validitas konstruksi

yang baik

 Jika rhitung < rkritis, maka butir soal tidak memiliki validitas

konstruksi yang baik.

Kriteria tersebut didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 178) bahwa:

“Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik”.

Selain kriteria tersebut, Masrun (1979 dalam Sugiyono, 2008: 188) yang dikutip Caswati (2011: 83) menyatakan:

„item yang memiliki korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat

minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3‟.

Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) validitas setiap item dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh hasil validitas item dari variabel X dan variabel Y adalah sebagai berikut:

a. Validitas Variabel X (Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin)

Hasil perhitungan setiap item (terlampir) dari variabel X mengenai Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin dengan menggunakan rumus di atas diperoleh 32 item valid dan 8 item

tidak valid. Menurut Sugiyono (2009: 179) menyatakan “bila


(36)

butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki

atau dibuang”.

Pada penelitian ini item pernyataan yang tidak valid dibuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Variabel X

NO ITEM rhitung r kritis Keterangan Tindak Lanjut

1 0.631 0.3 Valid Diambil

2 0.776 0.3 Valid Diambil

3 0.61 0.3 Valid Diambil

4 0.629 0.3 Valid Diambil

5 0.712 0.3 Valid Diambil

6 0.672 0.3 Valid Diambil

7 0.505 0.3 Valid Diambil

8 0.893 0.3 Valid Diambil

9 0.444 0.3 Valid Diambil

10 -0.336 0.3 Tidak Valid Dibuang 11 0.184 0.3 Tidak Valid Dibuang

12 0.793 0.3 Valid Diambil

13 0.414 0.3 Valid Diambil

14 0.114 0.3 Tidak Valid Dibuang 15 0.288 0.3 Tidak Valid Dibuang

16 0.676 0.3 Valid Diambil

17 0.644 0.3 Valid Diambil

18 0.171 0.3 Tidak Valid Dibuang

19 0.484 0.3 Valid Diambil

20 0.441 0.3 Valid Diambil

21 0.416 0.3 Valid Diambil

22 0.238 0.3 Tidak Valid Dibuang

23 0.574 0.3 Valid Diambil

24 0.736 0.3 Valid Diambil

25 0.445 0.3 Valid Diambil

26 0.621 0.3 Valid Diambil

27 0.647 0.3 Valid Diambil

28 0.676 0.3 Valid Diambil

29 0.887 0.3 Valid Diambil

30 0.865 0.3 Valid Diambil

31 0.712 0.3 Valid Diambil

32 0.574 0.3 Valid Diambil

33 0.48 0.3 Valid Diambil


(37)

35 0.716 0.3 Valid Diambil

36 0.893 0.3 Valid Diambil

37 0.769 0.3 Valid Diambil

38 0.682 0.3 Valid Diambil

39 0.649 0.3 Valid Diambil

40 -6.564 0.3 Tidak Valid Dibuang

b. Validitas Variabel Y (Organisasi Pembelajaran)

Hasil perhitungan setiap item (terlampir) dari variabel Y mengenai Organisasi Pembelajaran (Learning

Organization) dengan menggunakan rumus di atas

diperoleh 43 item valid dan 6 item tidak valid.

Pada penelitian ini item pernyataan yang tidak valid dibuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Variabel Y

No Item rhitung rkritis Keterangan Tindak Lanjut

1 0.626 0.3 Valid Diambil

2 0.435 0.3 Valid Diambil

3 0.693 0.3 Valid Diambil

4 0.687 0.3 Valid Diambil

5 -0.025 0.3 Tidak Valid Dibuang

6 0.42 0.3 Valid Diambil

7 0.173 0.3 Tidak Valid Dibuang

8 0.685 0.3 Valid Diambil

9 0.491 0.3 Valid Diambil

10 0.573 0.3 Valid Diambil

11 0.278 0.3 Tidak Valid Dibuang 12 0.205 0.3 Tidak Valid Dibuang

13 0.815 0.3 Valid Diambil

14 0.749 0.3 Valid Diambil

15 0.503 0.3 Valid Diambil

16 0.554 0.3 Valid Diambil

17 0.693 0.3 Valid Diambil

18 0.665 0.3 Valid Diambil

19 0.594 0.3 Valid Diambil

20 0.757 0.3 Valid Diambil

21 0.665 0.3 Valid Diambil


(38)

23 0.687 0.3 Valid Diambil

24 0.302 0.3 Valid Diambil

25 0.587 0.3 Valid Diambil

26 0.894 0.3 Valid Diambil

27 0.566 0.3 Valid Diambil

28 0.687 0.3 Valid Diambil

29 0.39 0.3 Valid Diambil

30 0.354 0.3 Valid Diambil

31 0.542 0.3 Valid Diambil

32 0.759 0.3 Valid Diambil

33 0.42 0.3 Valid Diambil

34 0.29 0.3 Tidak Valid Dibuang

35 0.693 0.3 Valid Diambil

36 0.558 0.3 Valid Diambil

37 0.626 0.3 Valid Diambil

38 0.637 0.3 Valid Diambil

39 0.752 0.3 Valid Diambil

40 0.832 0.3 Valid Diambil

41 0.832 0.3 Valid Diambil

42 0.634 0.3 Valid Diambil

43 0.582 0.3 Valid Diambil

44 0.53 0.3 Valid Diambil

45 0.566 0.3 Valid Diambil

46 0.619 0.3 Valid Diambil

47 0.795 0.3 Valid Diambil

48 0.909 0.3 Valid Diambil

49 0.759 0.3 Valid Diambil

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Seperti yang diungkapkan Nasution (2007: 77) dalam Tukiran (2012: 43):

“suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa


(39)

menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama”.

Pengujian reliabel instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan Teknik Belah Dua (Split Half Method) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan tersebut maka item-item instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Agar memudahkan dalam menguji reliabilitas instrumen maka di tempuh langkah-langkah seperti berikut:

a. Membagi item instrumen ke dalam dua kelompok, yaitu ganjil dan genap

b. Menghitung total skor setiap responden

c. Selanjutnya menghitung reliabulitas seluruh tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown:

Keterangan:

ri = koefisien realibilitas seluruh item

rb = korelasi Product Moment antara belahan pertama

dan kedua (Riduwan, 2012: 102)

d. Mencari nilai rtabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk = n –

2, dalam penelitian ini dk = 10 – 2 = 8 dengan taraf signifikasi 5% maka diperoleh rtabel = 0,707.

e. Membandingkan ri dengan rtabel dengan kaidah sebagai

berikut:

 Jika ri > rtabel maka instrumen dinyatakan reliabel.  Jika ri < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Setelah dilakukan perhitungan (terlampir), maka didapat hasil sebagai berikut:


(40)

a. Reliabilitas Variabel X (Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin)

Dari hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus di atas untuk variabel X mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin diperoleh nilai rhitung berdasarkan nilai

korelasi Product Moment diketahui sebesar 0,975. Kemudian dibandingkan dengan rtabel dimana dk = n – 2 = 10 – 2 = 8

dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0,707. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung berada di daerah penerimaan Ho,

yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor kelompok tinggi dengan skor kelompok rendah. Dengan demikian angket variabel X mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin adalah reliabel, karena rhitung > rtabel.

b. Reliabilitas Variabel Y (Organisasi Pembelajaran)

Dari hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus di atas untuk variabel Y mengenai organisasi pembelajaran (learning organization) diperoleh nilai rhitung

berdasarkan nilai korelasi Product Moment diketahui sebesar 0,. Kemudian dibandingkan dengan rtabel dimana dk = n – 2 =

10 – 2 = 8 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0,707. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung berada di daerah penerimaan

Ho, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rataskor kelompok tinggi dengan skor kelompok rendah. Dengan demikian angket variabel Y mengenai organisasi pembelajaran (learning organization) adalah reliabel, karena rhitung > rtabel.


(41)

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen Variabel Distribusi Data keputusan ri rtabel

Peran Kepala Sekolah

0,975 0,707 Reliabel sebagai Pemimpin

Organisasi Pembelajaran 0,986 0,707 Reliabel

G. Teknik pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk tulisan yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2003: 162) yang menyatakan

bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”.

Keuntungan dari teknik angket adalah:

1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui pos.

2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relative murah.

3. Angket tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri sesuai dengan kesediaan waktu.

Angket yang digunakan merupakan angket tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan. Cara pengisian angket ini adalah


(42)

dengan memberikan tanda checklist () pada kolom alternatif jawaban dari setiap item pernyataan yang telah disediakan.

H. Analisis Pengolahan Data

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, member kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Dalam penelitian ini proses analisis data adalah sebagai berikut:

1. Seleksi Angket

Seleksi angket merupakan tahap pertama dalam melakukan pengolahan atau analisis data. Penyeleksian angket dimaksudkan untuk mengetahui apakah angket yang disebar pengisiannya sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan, dengan demikian hasil pemeriksaan atau penyeleksian terhadap angket dapat diolah. Dalam penelitian ini angket yang telah disebarkan sebanyak 18 buah dengan jumlah item pada variabel X (Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin) sebanyak 32 item pernyataan dan variabel Y (Organisasi Pembelajaran) sebanyak 43 yang disebarkan kepada 18 kepala sekolah se-Kota Bandung dan Kota Cimahi. Hasil yang terkumpul sebanyak 18 buah dan telah memenuhi syarat untuk selanjutnya diolah. Berikut ini rekapitulasi jumlah angket yang disebar:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Jumlah Angket

Instrumen Jumlah Angket

Tersebar Terkumpul Dapat Diolah

Angket Variabel X 18 18 18

Angket Variabel Y 18 18 18

2. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weight Means Score)

Penghitungan dengan teknik WMS dimaksudkan untuk menentukan kedudukan setiap item sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah


(43)

ditentukan. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Pemberian bobot nilai untuk alternatif jawaban.

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih. c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada tiap

pernyataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian dikalikan dengan bobot alternatif itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata ( ̅) untuk setiap butir pernyataan dalam kedua bagian angket, dengan menggunakan rumus:

̅ Keterangan:

̅ = nilai rata-rata yang dicari

X = jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali boboy untuk setiap alternatif kategori)

n = jumlah responden

e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban. Kriterianya sebagai berikut:

Tabel 3.8.

Kriteria Konsultasi Hasil WMS

Rentang Kriteria Penafsiram

Variabel X Variabel Y

4,01-5,00 Sangat Baik Selalu Selalu

3,01-4,00 Baik Sering Sering

2,01-3,00 Cukup Baik Kadang-kadang Kadang-kadang 1,01-2,00 Cukup Rendah Jarang Jarang

0,01-1,00 Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

3. Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Baku

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, digunakan rumus: [ ̅ ]


(44)

Keterangan:

= skor rata-rata yang dicari

= data skor dari masing-masing responden ̅ = skor rata-rata

S = simpangan baku

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, terlebih dulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Mencari rata-rata sampel dengan menggunakan rumus: ̅

Keterangan:

̅ = rata-rata untuk = jumlah data = jumlah sampel (Akdon dan Hadi, 2005: 38)

b. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) dengan rumus:

Keterangan:

S = simpangan baku = jumlah data = jumlah sampel (Akdon dan Hadi, 2005: 77)

4. Uji Normalitas Distribusi Data

Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap pariabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas data. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Kertas Peluang dan Chi Kuadrat. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah Chi Kuadrat.


(45)

Langkah-langkah uji normalitas distribusi data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:

a. Mencari rata-rata (Mean)

b. Menentukan Simpangan Baku (Standard Deviasi) c. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5.

2) Mencari z score untuk batas kelas interval dengan rumus: ̅

Keterangan:

̅ = skor rata-rata untuk distribusi

= simpangan baku untuk distribusi

(Akdon dan Hadi, 2005: 171)

3) Mencari luas 0-Z dari Tabel Kurve Normal 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas

4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua dan seterusnya

5) Mencari frekuensi uang diharapkan (fe) yang diperoleh dengan

cara mengalikan tiap kelas interval dengan jumlah responden (n) 6) Mencari fo yang diperoleh dengan cara mengalikan tiap kelas

interval pada tabel distribusi frekuensi

d. Mencari Chi Kuadrat hitung (2hitung) dengan rumus: 2

Keterangan:

2

= chi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan


(46)

e. Membandingkan 2hitung dengan nilai 2

tabel

Dengan membandingkan Chi Kuadrat hitung (2hitung) dengan nilai

Chi Kuadrat tabel (2tabel) untuk α = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika 2hitung ≥ 2

tabel, artinya distribusi data tidak normal dan Jika 2hitung≤

2

tabel, artinya data berdistribusi normal.

5. Menguji Hipotesis Penelitian

Hipotesis dimaksudkan untuk mengutaran jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis yang telah dibuat. Adapun hal-hal yang akan dianalisis berdasarkan hubungan antar variabel yaitu sebagai berikut:

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antar variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya derajat keeratan tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasinya. Dalam penelitian ini analisis korelasi akan mencari derajat keeratan antara variabel X (Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin) dengan variabel Y (Organisasi Pembelajaran). Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berkala interval atau rasio (parametik). Korelasi Pearson juga dipilih karena data penelitian berdistribusi normal. Nilai korelasi (r) dapat dicari dengan rumus Pearson Product Moment (PPM) berikut ini:


(47)

Ketarangan:

r hitung = koefisien korelasi

X = jumlah skor item

= jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

(Riduwan, 2012: 138)

Dengan kriteria pengujian: jika r hitung lebih besar daripada r tabel

hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai t tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negative sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel intrepetasi Nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.9

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah Sumber: (Riduwan, 2012: 138)

b. Uji Tingkat Signifikasi

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna hubungan antara variabel X terhadap variabel Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji signifikansi dengan rumus:

√ √ Keterangan:

t = distribusi student dengan dk=(n-2) r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel (Riduwan, 2012: 139)


(48)

Dengan kaidah pengujian sebagai berikut:

 Jika t hitung ≥ t tabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan  Jika t hitung ≤ t tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan c. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk menafsirkan skor korelasi Pearson (r). Caranya demgam mengkuadratkan nilai r tersebut. Nilai r harus dikuadratkan karena ia bukan berada dalam skala Rasio. Akibatnya, kita tidak bias melakukan operasi aritmatika (kurang, bagi, kali, tambah) terhadap nilai r tersebut, dan nilai statistik ini dinamakan dengan Koefisien Determinasi (r2). Dengan demikian, Koefisien Determinasi dapat didefinisikan sebagai nilai yang menyatakan proporsi keragaman Y yang dapat diterangkan atau dijelaskan oleh hubungan linear antara variabel X dan variabel Y. Untuk menentukan harga Koefisien Determinasi digunakan rumus:

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi yang dicari r2 = nilai Koefisien Korelasi

(Akdon dan Hadi, 2005: 188)

Menurut Damodar Gujarati (1998: 98) dalam Caswati (2011)

dijelaskan bahwa „Koefisien Determinasi (r2

) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut nilai r2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < r2< 1)‟. Dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika r2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain midel tersebut dapat dinilai baik.

 Jika r2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh dan tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(49)

d. Analisis Regresi

Regresi adalah bentuk hubungan fungsional antara variabel respond an prediktor. Jika ada satu variabel tak bebas atau variabel terikat (dependen variabel) tergantung pada satu atau lebih variabel bebas atau peubah bebas (independen variabel) hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dicirikan melalui model matematik (statistik) yang disebut sebagai nodel regresi. Riduwan (2012: 147) mengemukakan:

“regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan dating berdasarkan informasi masa lalu dan

sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil”.

Pengujian koefisien regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Karena ada perbedaan yang mendasar dari analisis korelasi dan analisis regresi. Pada dasarnya analisis regresi dan analisis korelasi keduanya punya hubungan yang sangat kuat dan mempunyai keeratan. Persamaan regresi dirumuskan dengan:

̂ Keterangan:

̂ = (baca y topi) subyek variabel terikat yang diproyeksikan X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan

a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y (Riduwan, 2012: 148)


(50)

Untuk menentukan nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini yang merupakan bagian terakhir dari penelitian, akan memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan dianalisis mengenai masalah yang diteliti, yaitu mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi. Adapun ksimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah:

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan analisis dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji kecenderungan rata-rata dengan menggunakan teknik WMS, gambaran umum mengenai peran kepala sekolah sebagai pemimpin diperoleh nilai rata-rata secara umum dapat dikategorikan sangat baik. Dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi secara efektif dijalankan sesuai perannya, yaitu: Ing ngarso sungtulodo, dimana kepala sekolah menjadi tauladan dan contoh bagi guru, staf dan murid; Ing madya mangun karso, kepala sekolah selalu berada ditengah-tengah guru dan staf untuk membangkitkan gairah kerja; dan Tut wuri handayani, kepala sekolah berada di belakang guru dan staf untuk memberikan dorongan dan motivasi untuk terus berkarya.

2. Gambaran umum mengenai organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi berada pada kategori sangat baik. Sekolah telah mampu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang dicirikan dengan diterapkannya lima disiplin, yaitu: keahlian pribadi (personal mastery), model mental (mental model), visi bersama (shared vision), pembelajaran tim (team


(2)

learning), dan pemikiran sistem (system thinking). Masing-masing dimensi dijalankan seluruh komponen sekolah terutama kepala sekolah dalam mewujudkan organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi dengan sangat baik. 3. Kontribusi peran kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap organisasi

pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi tergolong kuat. Dari hasil perhitungan korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) dalam kategori kuat. Kemudian pada hasil uji determinasi koefisien korelasi diperoleh bahwa, Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) dipengaruhi oleh Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin sebesar 50%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Sedangkan hasil uji persamaan regresi diketahui bahwa tingkat perubahan organisasi pembelajaran diprediksi akan meningkat sebesar. Dikarenakan b bertanda positif, maka perubahannya berupa peningkatan. Dengan demikian organisasi pembelajaran dapat ditingkatkan melalui peran kepala sekolah sebagai pemimpin.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “Terdapat

pengaruh positif dan signifikan dari Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Terhadap Organisasi Pembelajaran (Learning Organization) pada SMK

Negeri di Kota Bandung dan Cimahi”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, pada dasarnya peranan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mngembangkan organisasi pembelajaran pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi sudah sangat baik. Namun, tidak ada salahnya jika peneliti memberikan sedikit saran yang diharapkan akan menjadikan sekolah pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, menjadi semakin maju. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:


(3)

1. Bagi kepala sekolah SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik penelitian telah menunjukkan bahwa peran kepala sekolah pada SMK Negeri di Kota Bandung telah dilaksanakan dengan sangat baik. Selain itu penerapan dan pengembangan sekolah sebagai organisasi pembelajaran pun sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Walaupun demikian, ada beberapa indikator yang dirasa perlu ditingkatkan. Kepala sekolah harus mampu menginmplementasikan kepemimpinannya sebagai tauladan bagi guru dan staf, sebagai penggugah agar lebih meningkatkan semangat dan etos kerja dan sebagai pendorong agar guru dan staf terus berkarya. Kepala sekolah juga harus bisa menjadi mitra bagi guru dan staf untuk bersama-sama belajar dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, kepala sekolah juga diharapkan dapat menularkan sifat kepemimpinannya yang baik kepada guru, agar menjadi pemimpin ketika mereka berada dalam kelas.

2. Bagi pengembangan organisasi pembelajaran (learning organization) pada SMK Negeri di Kota Bandung

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata, organisasi pembelajaran SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi telah dikembangkan dengan sangat baik. Kepala sekolah dengan kepemimpinannya mampu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran. Oleh sebab itu, sekolah harus terus meningkatkan kompetensi setiap komponennya (kepala sekolah, guru dan staf) melalui pembelajaran yang dilakukan dengan terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan saling berbagi pengalaman diantara guru-guru lain, bertukar informasi perkembangan pendidikan terbaru, berusaha mencari informasi dan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, serta menerapkan lima disiplin organisasi pemebelajaran yang dilakukan dengan konsisten, diharapkan organisasi pembelajaran di sekolah dapat terus diterapkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan pada SMK Negeri di Kota Bandung dan Cimahi khususnya.


(4)

3. Bagi penelitian lebih lanjut

Untuk penelitian lebih lanjut mengenai organisasi pembelajaran ini, peneliti ingin memberikan beberapa saran berikut ini:

a. Untuk pengkajian lebih lanjut mengenai organisasi pembelajaran, diharapkan peneliti dapat mengkajinya tidak dilihat dari faktor kepala sekolah sebagai pemimpin saja, tapi dengan faktor lain seperti peran kepala sekolah sebagai educator, supervisor, administrator dan lain sebagainya.

b. Dalam teknik mengumpulkan data, sebaiknya peneliti memperkuatnya dengan metode wawancara, karena memungkinkan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang diteliti secara lebih akurat.

c. Memilih tempat penelitian yang lebih terjangkau atau tidak terlalu luas dan tidak terlalu spesifik agar memudahkan dalam pengumpulan data.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AkdondanHadi, Sahlan.(2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi

Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Caswati.(2011). Pengaruh Manajemen Hubungan Masyarakat Terhadap Mutu Hasil Pemasaran Jasa Lulusan ke Dunia Kerja (Studi Deskriptif pada SMKN se Kabupaten Subang). Sripsi Adpend FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Danim, Sudarwan. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dewantara, Ki Hajar (1962). Karja Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Dirawat, et al. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Educationist. (2008). Peran Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan Sekolah Sebagai Learning Organization. [Online]. Tersedia: http://tarma-tea.blogspot.com/2008/08/peran-kepala-sekolah-dalam-mewujudkan.html Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung: Yayasan Amal

Keluarga.

Kantong Ilmu. (2009). Fungsi, Tugas, dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah. [Online]. Tersedia: http://ghozalice.blogspot.com/2009/11/fungsi-tugas-dan-tanggungjawab-kepala.html.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Senge, Peter M. (1996). Disiplin Kelima. Jakarta: Binarupa Aksara.

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty.(1984). Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Bina Aksara.


(6)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2003). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

Widiastutie, Renie. (2011). Pengaruh Supervisi akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Profesional Guru di SMK Negeri Se-Kota Cirebon. Skripsi Adpend FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wikipedia. (2012). Organisasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_belajar.