Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Memecahkan Masalah Peserta Didik SMA Kelas X.

(1)

vii

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan

Keterampilan Memecahkan Masalah Peserta Didik SMA Kelas X Oleh

Asteria Dhiantika 12316244007

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menghasilkan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning yang layak untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik SMA kelas X; (2) mengetahui besar peningkatan penguasaan konsep fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan; (3) mengetahui besar peningkatan keterampilan memecahkan masalah peserta didik yang belajar menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan; (4) mengetahui adanya perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dengan LKPD Konvensional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan

Four D Models (4-D) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu : (1) tahap pendefinisian (define); (2) tahap perencanaan (design); (3) tahap pengembangan (develop); dan

(4) tahap diseminasi (disseminate). Penilaian LKPD Eksploratif diperoleh dari hasil validasi dosen ahli, validasi guru fisika, uji lapangan terbatas, dan uji lapangan operasional. Data hasil peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Data hasil peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah oleh peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif terhadap peserta didik yang menggunakan LKPD Konvensional dianalisis menggunakan manova.

Hasil penelitian pengembangan menunjukkan bahwa : (1) LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada materi kalor pada peserta didik SMA kelas X; (2) penguasaan konsep fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan mengalami peningkatan dengan standar gain sebesar 0,76 dengan kategori tinggi; (3) keterampilan memecahkan masalah peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan mengalami peningkatan dengan standar gain sebesar 0,78 dengan kategori tinggi; (4) ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif dan LKPD Konvensional.

Kata-kata kunci : LKPD Eksploratif, Penguasaan Konsep, Keterampilan


(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak program pendidikan karena guru adalah salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran di sekolah dalam dunia pendidikan. Dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di laboratorium, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dalam mengembangkan pengalaman belajarnya. Guru diharapkan mampu menentukan metode pembelajaran serta mampu membuat media guna menunjang kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru fisika maupun observasi beberapa kelas X di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta masih banyak permasalahan yang dialami dalam pembelajaran fisika. Permasalahan yang terjadi antara lain peserta didik menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang kurang menarik, sulit dipahami dan sangat membosankan sehingga menyebabkan prestasi peserta didik dalam pelajaran fisika kurang memuaskan. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan masih adanya 30% peserta didik dalam suatu kelas dengan nilai ulangan di bawah KKM pada saat observasi PPL. Peserta didik juga menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang identik dengan rumus dan penuh dengan hafalan yang sulit dimengerti / dinalar.


(3)

2

Berdasarkan hasil observasi, pada umumnya proses pembelajaran fisika beberapa kelas X di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta menggunakan metode ceramah (teacher centered) guru menjelaskan materi sedangkan peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tidak sedikit peserta didik yang bermain sendiri atau tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan materi. Di sisi lain, pembelajaran praktek jarang menggunakan LKPD yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik; sehingga peserta didik mengalami kesulitan bahkan mengalami kekeliruan pada saat melakukan percobaan. Selain itu, penggunaan LKPD tidak dilengkapi dengan contoh penerapan di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik kurang memahami konsep fisikanya. LKPD ini tidak meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik, karena peserta didik tidak dituntut untuk berpikir ilmiah.

Peserta didik diharapkan dapat mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data yang diperoleh, serta mampu menyimpulkan setelah menggunakan LKPD Eksploratif. Penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah


(4)

3

muncul karena peserta didik dapat menemukan fakta-fakta dari persoalan yang dihadapkan.

LKPD yang ada sebelumnya hanya fokus untuk mengembangkan

scientific thinking skills peserta didik sehingga dibutuhkan Lembar Kerja

Peserta Didik Eksploratif yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep (pemahaman materi) dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik dalam pembelajaran eksperimen. Dengan penggunaan LKPD Eksploratif diharapkan dapat mengubah kondisi belajar dari teacher centered menjadi student centered sehingga penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik meningkat.

Berdasarkan permasalahan di atas, dilakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan ketrampilan memecahkan masalah peserta didik SMA kelas X.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Pembelajaran di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta masih menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal.


(5)

4

2. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang masih dipandang sulit oleh peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik kurang memuaskan. Hal ini ditandai dengan masih adanya 30% peserta didik dengan nilai ulangan di bawah KKM pada saat observasi PPL.

3. LKPD Eksploratif yang pernah ada sebelumnya hanya untuk mengembangkan scientific thinking skills peserta didik, sehingga dikembangkan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based

Learning untuk meningatkan penguasaan konsep dan keterampilan

memecahkan masalah peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. LKPD yang dikembangkan berupa LKPD Eksploratif berbasis

Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep

dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik SMA kelas X.

2. Materi yang digunakan pada pengembangan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning adalah kalor.

3. Hasil belajar yang ditinjau adalah penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik.


(6)

5 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan layak digunakan untuk pembelajaran materi kalor pada peserta didik SMA kelas X ?

2. Apakah ada peningkatan penguasaan konsep fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis

Problem Bades Learning hasil pengembangan ?

3. Apakah ada peningkatan keterampilan memecahkan masalah peserta didik yang belajar menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan ?

4. Apakah ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan pemecahan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning dengan LKPD Konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning yang layak untuk meningkatkan penguasaan konsep dan ketrampilan memecahkan masalah peserta didik SMA kelas X.


(7)

6

2. Mengetahui besar peningkatan penguasaan konsep fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Bades Learning hasil pengembangan.

3. Mengetahui peningkatan keterampilan memecahkan masalah peserta didik yang belajar menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan.

4. Mengetahui adanya perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning dengan LKPD Konvensional.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

a. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning mempermudah guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran fisika.

b. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dapat digunakan guru sebagai acuan

pembelajaran fisika yang menarik, menyenangkan, efektif dan efisien.


(8)

7 2. Bagi Peserta Didik

a. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dapat meningkatkan penguasaan konsep

dan ketrampilan memecahkan masalah peserta didik dalam pelajaran fisika.

b. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dapat menumbuhkan motivasi dan minat

peserta didik untuk belajar fisika.

c. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dapat memudahkan peserta didik dalam

memahami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran fisika.

3. Bagi Sekolah

a. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif berbasis Problem

Based Learning dapat menjadi bahan masukan dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran fisika.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai pertimbangan bagi calon pendidik agar lebih kreatif dalam menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan hasil belajar.


(9)

8

b. Memberikan referensi bagi mahasiswa angkatan berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

G. Asumsi Pengembangan

Asumsi pengembangan dalam penelitian ini adalah :

1. Ekspert yang terlibat dalam penelitian ini telah mahir di bidangnya.

2. Peserta didik memiliki kemampuan awal yang sama.

3. Peserta didik belum pernah menggunakan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. LKPD Eksploratif merupakan pedoman atau petunjuk untuk peserta didik yang berisi langkah atau arahan dalam melaksanakan kegiatan praktikum yang bertujuan menemukan pengetahuan atau materi yang baru dan memecahkan masalah terkait materi yang sedang dikaji. LKPD Eksploratif ini memfokuskan pada materi kalor.

2. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan permasalah sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam penelitian ini peserta


(10)

9

didik dituntut untuk menemukan suatu konsep dari permasalahan yang diberikan oleh guru dalam LKPD Eksploratif.

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam memahami suatu konsep sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based

Learning. Peningkatan penguasaan konsep dilihat dari nilai gain

peserta didik yang diperoleh setelah menjawab soal yang diberikan oleh guru.

4. Keterampilan memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, mendefinisikan masalah, mencari strategi, melaksanakan strategi dan dan mengamati pengaruh atau efek peserta didik yang diukur melalui LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning dan angket respon peserta didik.

I. Spesifikasi Pengembangan Produk

Berdasarkan pada pembatasan masalah dan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini, dapat dispesifikasikan pengembangan produk LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik SMA kelas X semester 2 dalam pelajaran fisika materi kalor. LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning berisi materi percobaan suhu


(11)

10

dan kalor serta asas black yang dilengkapi dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning berbeda dengan LKPD yang digunakan oleh sekolah. LKPD Eksploratif yang dikembangkan berbasis Problem Based Learning sehingga LKPD Eksploratif disertai dengan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari pada awal LKPD sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Selain itu, LKPD Eksploratif disertai dengan aspek-aspek keterampilan memecahkan masalah peserta didik sehingga dapat mempermudah mengetahui ketercapaian aspek keterampilan memecahkan masalah peserta didik untuk setiap aspek.


(12)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran Fisika

Belajar merupakan salah satu persoalan bagi setiap manusia. Hampir semua pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang itu terbentuk dan berkembang karena belajar (Mundilarto, 2002 : 1). Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah melainkan juga dapat dilakukan diluar lingkungan sekolah seperti lingkungan keluarga ataupun lingkungan pergaulan ditengah-tengah masyarakat.

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan supaya diketahui atau diturut oleh orang lain. Definisi

“pembelajaran” berarti cara, proses, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam pengertian belajar adalah: 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Pengertian belajar dari uraian di atas adalah proses diperolehnya suatu pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku seseorang melalui aktivitas diri.

Manusia merupakan sumber dari semua kegiatan sehingga manusia bebas untuk membuat pilihan dalam setiap situasi yang


(13)

12

dihadapi. Menurut pandangan teori kognitif Gestalt (Mundilarto, 2002 : 1), teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari kondisi kejiwaan seseorang. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas peserta didik.

Aspek pemahaman berdasarkan uraian mengenai teori kognitif merupakan inti dari proses belajar apabila teori kognitif tersebut digunakan sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran fisika di kelas. Adapun ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah tergantung pada kemampuan dasar, pengalaman masa lalu, pengaturan situasi yang dihadapi, pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat diulangi dengan mudah sehingga apabila pemahaman telah diperoleh maka dapat digunakan pada situasi-situasi lain yang sejenis.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Muslimin Ibrahim (2012:6) dikenal melalui berbagai nama seperti Pembelajaran Projek (Project Based-Learning), Pendidikan Berdasaran Pengalaman (Experienced Based Educarion), Belajar Autentik (Authentic

Learning), Pembelajaran Berakar pada kehidupan nyata (Anchored


(14)

13

Definisi problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis masalah antara lain pemahaman dibangun melalui pengalaman, jadi untuk memperoleh suatu pemahaman, peserta didik harus mengalami dan melakukan berbagai aktivitas; usaha dari menjawab pertanyaan dan masalah menciptakan sebuah arti atau makna; guru memfasilitasi situasi belajar dengan instink alami peserta didik yang selalu ingin tahu dan melakukan penyelidikan dan kreasi, dan strategi yang berpusat pada peserta didik mampu membangun keterampilan berpikir kritis dan bernalar.

Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa ciri utama yang membedakan dengan model pembelajaran yang lain mengorientasikan peserta didik kepada masalah autentik, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik serta menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Adapun tujuan pembelajaran berdasarkan masalah antara lain mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah peserta didik, pemodelan peranan orang dewasa serta pembelajaran otonom dan mandiri.

Adapun sintaks pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :


(15)

14

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi peserta didik kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomen atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam penyelesaian masalah yang dipilihnya.

Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dan membentuk kelompok belajar.

Tahap-3 Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(Muslimin Ibrahim, 2012 : 35)

3. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif

Pada umumnya, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan oleh guru sebagai media penunjang dalam proses kegiatan pembelajaran. Lembar kerja peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas baik berupa tugas-tugas teoris atau tugas-tugas praktis.


(16)

15

LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Andi Prastowo (2011: 205-206) menyatakan bahwa LKPD memiliki empat fungsi, antara lain sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Sedangkan empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yaitu menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan; melatih kemandirian belajar peserta didik, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Dilihat dari strukturnya Andi Prastowo (2011: 208) menyatakan bahwa bahan ajar LKPD lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku. LKPD terdiri dari enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Jika dilihat dari formatnya, LKPD memuat delapan unsur, yaitu: judul,


(17)

16

kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan LKPD yaitu :

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar berupa LKPD. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, materi yang akan diajarkan, serta mencermati kompetensi yang dimiliki peserta didik.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKPD

Menyusun peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta untuk melihat sekuensi atau urutan LKPD-nya. Sekuensi LKPD kebutuhan LKPD ini dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah ini biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3) Menentukan Judul-Judul LKPD

Penentuan judul LKPD atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.


(18)

17 4) Penulisan LKPD

Untuk menulis LKPD, langkah-langkah yang dilakukan adalah merumuskan kompetensi dasar; menentukan alat penilaian; menyusun materi; dan emperhatikan struktur LKPD yang terdiri atas enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar peserta didik, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

Di dalam penulisan LKPD kita juga menentukan desain pengembangan LKPD yang meliputi ukuran, kepadatan halaman, penomoran dan kejelasan.

LKPD dapat dibedakan menjadi LKPD Eksploratif dan LKPD non Eksploratif. Menurut Mundilarto, eksplorasi didefinisikan sebagai usaha menemukan kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses eksplorasi dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan penciuman. Eksplorasi adalah suatu proses ilmiah yang bertujuan menemukan pengetahuan, mengatasi keraguan, atau memecahkan masalah. Pembelajaran eksplorasi dapat dilaksanakan dengan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kegiatan laboratorium, atau pengunaan matematika.

Menurut Mundilarto (2010:12), penerapan pendekatan pembelajaran eksplorasi terkait beberapa faktor, yakni konteks pertanyaan, kerangka pertanyaan, dan tingkat-tingkat pertanyaan yang


(19)

18

berbeda. Melalui pembelajaran eksploratif seseorang membangun banyak pengetahuan tentang alam. Pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengembangan keterampilan dan pemantapan sikap atau kebiasaan berpikir yang akan diteruskan ke dalam kehidupan nyata. Pembelajaran eksploratif adalah bentuk belajar aktif yang lebih mengukur kemajuan seberapa baik peserta didik telah mengambangkan kemampuan eksperimen dan keterampilan analitis daripada seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Prinsip pengembangan pembelajaran eksploratif adalah semua aktivitas belajar harus terfokus pada penggunaan information process skills dari pengamatan dengan sintesis dan penerapan aturan dasar sebagai cara memahami materi ajar dalam konteks yang luas; pembelajaran eksplorasi harus meletakkan peserta didik pada pusat dari proses belajar aktif, dan komponen disiapkan untuk mendukung peserta didik; peran guru menjadi salah satu fasilitator proses belajar serta lebih menekankan pada kemajuan keterampilan, dan pemrosesan informasi, kebiasaan berpikir dan pemahaman konseptual mengenai materi ajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD Eksploratif adalah lembar kegiatan peserta didik yang berisi pedoman atau petunjuk dari guru kepada peserta didik yang berisi langkah atau arahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan menemukan pengetahuan atau materi yang baru dan memecahkan masalah terkait materi yang sedang dikaji.


(20)

19 4. Penguasaan Konsep

Penguasaan dapat diartikan sebagai salah satu tingkatan dari ranah kognitif yang berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lain (Dimyanti dan Mudjiono 2009:203). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 67) menyatakan bahwa:

“Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk

pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa

apa pun.”

Berdasarkan penjelasan di atas, konsep dapat diartikan sebagai ide abstrak manusia yang akan mendasari keseluruhan objek, peristiwa, dan fakta yang menerangkan suatu hal.

Flavell (1970:181-211) membedakan konsep-konsep dalam 7 dimensi, yaitu: 1) atribut, 2) struktur, 3) keabstrakan, 4) keinklusifan, 5) generalitas atau keumuman, 6) ketepatan, 7) kekuatan (power). Menurut Ausubel (1968) dalam Wartono (2003: 113), konsep-konsep yang diperoleh melalui dua cara, yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep-konsep. Formasi konsep terutama merupakan perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Formasi dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret menurut Gagne


(21)

20

(1977:358). Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.

Konsep-konsep menurut Wartono (2003:110) merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Dalam memecahkan suatu masalah, seseorang peserta didik harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan itu didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Pemahaman konsep menjadi landasan untuk memahami prinsip dan teori dalam pembelajaran fisika. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menguasai konsep setelah memperoleh pemahaman. Dengan demikian, diperlukan pemahaman terhadap konsep penyusun prinsip dan teori untuk menguasai. Konsep dapat dikuasai dengan menggunakan proses. Dengan belajar terbentuk suatu proses yang menuju penguasaan.

5. Keterampilan Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Strategi belajar berbasis problem solving adalah bagian strategi belajar mengajar inkuiri. Strategi ini memberi tekanan pada penyelesaian suatu masalah secara menalar. M. Thobroni (2015:273) menyatakan bahwa strategi penyelesaian masalah sering disebut juga strategi inkuiri atau strategi discovery. Perbedaannya, strategi inkuiri lebih menekankan pada keyakinan atas diri sendiri terhadap apa yang


(22)

21

ditemukan, penyelesaian masalah pada terselesainya masalah. Sedangkan, discovery menekankan pada penemuan.

Problem solving berbeda dengan discovery karena problem

solving berpusat pada masalah di kehidupan nyata sedangkan

discovery dapat menggunakan permasalahan akademik. Masalah pada

hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diinginkan. Sedangkan penyelesaian masalah adalah proses pemikiran dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Menurut Brandsford dan Steen (1994); dan Nuun dan Kimberly (2000) dalam Borich (2007:558) tahapan untuk mengajar pemecahan masalah adalah :

a. Mengidentifikasi Masalah (Identify The Problem)

Pada tahap ini peserta didik harus tahu apa yang menjadi masalah sebelum mereka dapat menyelesaikannya dan bertanya pada diri sendiri apakah yang menjadi masalah dan jika peserta didik paham maka tahap ini selesai.

b. Mendefinisikan masalah (Define Terms)

Pada tahap ini peserta didik mengamati bahwa mereka mengerti atau paham arti setiap kata yang dinyatakan dalam permasalahan. c. Mencari Strategi (Explore Strategies)

Pada tahap ini peserta didik menghimpun informasi yang relevan dan mencoba strategi tersebut untuk menyelesaikan masalah.


(23)

22

d. Melaksanakan Strategi (act On The Strategy)

Pada tahap ini peserta didik harus menggunakan salah satu strategi dari berbagai pilihan strategi.

e. Mengamati Pengaruh atau Efek Bagi Peserta Didik (Look At The Effect)

Pada tahap ini peserta didik bertanya pada dirinya sendiri apakah jawaban yang mereka buat sesuai dengan solusi yang ada.

David Johnson dan Johnson dalam M. Thobroni (2015:276) menyatakan bahwa penyelesaian masalah dilakukan melalui kelompok. Masalah yang dipilih mempunyai sifat conflict issu atau

controversional, masalahnya dianggap penting (important), urgen, dan

dapat diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mendefinisikan Masalah

Pada tahap ini guru mengemukakan kepada peserta didik peristiwa-peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan. Kemudian meminta peserta didik untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain

storming). Setiap pendapat yang dikemukakan peserta didik

ditampung dan ditinjau kembali dengan meminta penjelasan dari yang bersangkutan. Selanjutnya dipilih rumusan yang lebih tepat atau dirumuskan kembali (rephrase, restate)


(24)

perumusan-23

perumusan yang kurang tepat sehingga kelas memilih satu rumusan suatu masalah yang tepat dipakai oleh semua.

b. Mendiagnosis Masalah

Pada tahap ini setelah berhasil merumuskan masalah, peserta didik mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah. Menurut David Johnson dan Johnson masalah timbul karena dua faktor, yaitu faktor-faktor yang mendukung atau mendorong tercapainya tujuan yang diinginkan dan faktor-faktor yang menghambat percapainya tujuan. Munculnya masalah disebabkan oleh kedua faktor tersebut yang berada dalam kekuatan yang seimbang.

c. Merumuskan Strategi Alternatif

Pada tahap ini peserta didik mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, kelompok harus kreatif, berpikir secara divergen, memahami pertentangan di antara berbagai ide, dan memikirkan daya temu yang tinggi.

d. Menentukan dan Menerapkan Strategi

Pada tahap ini peserta didik memilih alternatif mana yang akan dipakai setelah berbagai alternatif ditemukan. Penyelesaian masalah pada tahap ini memiliki dua aspek, yaitu pengambilan keputusan (decision making) dan penetapan keputusan (decision


(25)

24

e. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

Pada tahap akhir ini peserta didik mempelajari tentang keberhasilan dan strategi yang dipilih dalam memecahkan masalah dan tentang akibat dari penerapan strategi yang dipilih. Pada akhir evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosisnya, dan mulai lagi proses penyelesaian yang baru.

6. Materi Pembelajaran Kalor a. Kalor Jenis

Kalor adalah energi yang ditransfer antara sistem dan lingkungan dikarenakan perbedaaan suhu yang ada di antara sistem dan lingkungan atau bisa juga didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhuya lebih rendah ketika benda bersentuhan sedangkan suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda yang diukur menggunakan termometer.

Satuan umum untuk kalor, yang masih digunakan saat ini, berasal dari kalorik. Ia disebut kalori (kal) dan didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Yang lebih sering digunakan daripada kalori adalah kilokalori (kkal), yaitu 1000 kalori. Sehingga 1 kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1°C.


(26)

25

Panas merupakan energi yang ditransfer, maka satuan SI yang digunakan untuk panas harus seperti satuan yang digunakn untuk energi, yaitu Joule. Sementara kalori didefinisikan menjadi tepat 4,1868 J, tanpa mengacu pada pemanasan air. 1 Cal = 3, 969 x 103 Btu = 4, 1868 J.

Kapasitas Kalor C dari sampel zat tertentu didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sampel tersebut sebesar 1°C. Energi Q menghasilkan perubahan suhu sebesar ∆�, sehingga

� =�.∆� (1)

Kalor Jenis c adalah kapasitas kalor per satuan massanya. Dengan demikian, jika energi Q dipindahkan ke sampel zat yang memiliki massa m dan suhu sampel berubah sebesar ∆�, maka kalor jenis zat adalah

�= ∆� (2)

Kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus ditambahkan kepada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan suhu.

Hubungan energi Q yang berpindah antara suatu sampel bermassa m dari sebuah bahan dan sekelilingnya yang menyebabkan perubahan suhu ∆� adalah


(27)

26

�= �.�.∆� (3) Keterangan :

Q : kalor yang diserap atau dilepas benda ( J )

m : massa benda ( kg )

c : kalor jenis benda ( J/kg°C atau kilokalori/kg°C ) ∆ : perubahan suhu (°C)

Kalor jenis nilainya bervariasi untuk suhu yang berbeda. Kalor jenis ( pada tekanan konstan 1 atm dan 20°C ) beberapa zat ditunjukkan pada Tabel 2

Tabel 2. Tabel Kalor Jenis

No Nama Zat Kalor Jenis

J/kg°C kilokalori/kg°C

1. Aluminium 900 0,22

2. Alkohol ( etil ) 2400 0,58

3. Tembaga 390 0,093

4. Kaca 840 0,20

5. Besi atau Baja 450 0,11

6. Timbal 130 0,031

7. Marmer 860 0,21

8. Air Raksa 140 0,033

9. Perak 230 0,056

10. Kayu 1700 0,4

11. Air Es (-5°C) Cairan (15°C) Uap (110°C) 2100 4186 2010 0,50 1,00 0,48 12. Tubuh manusia (rata-rata) 3470 0,83

13. Protein 1700 0,4

Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur saja. Kalor yang


(28)

27

dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku saja. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk zat yang sama, kalor lebur = kalor beku. Jika banyak kalor yang diperlukan oleh zat yang massanya m kg untuk melebur adalah Q joule, maka sesuai dengan definisi di atas dapat ditulis :

�� = �

� � � � =��� (4)

Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didik normalnya dinamakan kalor laten uap atau kalor uap saja. Kalor uap disebut juga kalor didih. Sedangkan kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun saja. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk zat yang sama, kalor didih = kalor embun. Jika banyak kalor yang diperlukan untuk mendidihkan zat yang massanya m kg adalah Q joule, maka dapat ditulis :

� = �

� � � �= �� (5) b. Asas Black

Prinsip kekekalan energi : kalor yang dilepaskan (Qlepas) sama

dengan kalor yang diterima (Qterima).


(29)

28 Keterangan :

(Qlepas) = besar kalor yang diberikan ( J )

(Qterima) = besar kalor yang diterima ( J)

Kekekalan energi pada pertukaran kalor, seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan (4), pertama kali diukur oleh Joseph Black (1728-1799), seorang ilmuan inggris. Oleh karena itu, persamaan (4) dikenal sebagai asas black.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya dapat menjadi pertimbangan pada penelitian ini, antara lain :

1. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Mengunakan Pendekatan Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Scientific Thinking Skills Pokok Bahasan Kalor Pada Peserta Didik SMA Kelas X Semester II, Oleh Fitriyani Nur Malita Sari, Pendidikan Fisika FMIPA UNY Angkatan 2009, didapatkan hasil penelitian berupa produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif sebagai media pembelajaran fisika untuk mengembangkan Scientific Thinking Skills peserta didik.

2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Problem

Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,

Keterampilan Memecahkan Masalah dan Kerjasama Siswa SMA, Oleh Rusdina Ratna Pertiwi, Pendidikan Fisika FMIPA UNY


(30)

29

Angkatan 2011, didapatkan hasil perangkat pembelajaran fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan kategori penilaian baik, serta mempunyai nilai reliabilitas lebih dari 75% sehingga layak digunakan, Peningkatan penguasaan konsep peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan rata-rata sebesar 35,2% dengan standar gain sebesar 0,67 dalam kategori sedang serta ketercapaian keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah setelah menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan rata-rata sebesar 92,49% dengan

standar gain sebesar 0,65 dalam kategori sedang.

3. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Kognitif Berdasarkan Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Pada Materi Sub Bahasan Asas Black Untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta, Oleh Riani Dewi Larasati, Pendidikan Fisika FMIPA UNY Angkatan 2008 yang didapat adalah terdapat pengaruh yang dignifikan dari model PBL, terhadap kemampuan kognitif C3, C4, C5, dan C6 berdasarkan keterampilan pemecahan

masalah fisika SMA.

4. Jurnal Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif Pada Materi Kalor, Oleh Y.Astuti dan B. Setiawan, Pendidikan Sains FMIPA UNESA yang didapat adalah Lembar Kerja Siswa


(31)

30

(LKS) berkategori baik yang berarti Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil pengembangan layak digunakan.

C. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

LKPD Eksploratif berbasis

Problem Based Learning

Fisika merupakan salah

satu pelajaran yang

dianggap sulit.

Banyak peserta didik yang masih memerlukan pedoman

pembelajaran

Pedoman pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam

memahami konsep fisika dan keterampilan memecahkan masalah

Penggunaan LKS belum

dioptimalkan

Media pembelajaran LKPD

Diperlukan media pembelajaran

yang efektif dan efisien serta dapat memperbaiki hasil belajar

Layak Digunakan

Disertai aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

Berpikir ilmiah, kritis, logis

Meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah siswa Berbeda dengan LKPD

konvensional sehingga hasil peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah siswa lebih tinggi


(32)

31

Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit. Banyak peserta didik yang masih membutuhkan pedoman atau petunjuk ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini pedoman pembelajaran bertujuan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman konsep serta keterampilan memecahkan masalah.

Namun LKPD belum dikembangkan secara optimal sebagai pedoman dalam membantu peserta didik melakukan kegiatan/percobaan. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah salah satu pedoman atau petunjuk yang membantu peserta didik dalam proses pembelajaran fisika. Di dalam pedoman atau petunjuk tersebut, peserta didik diharapkan dapat menemukan konsep, prinsip, fakta maupun permasalahan yang dapat dipecahkan secara ilmiah menggunakan metode ilmiah. Namun, pada kenyataannya masih banyak LKPD yang belum dilengkapi dengan permasalahan-permasalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran berupa LKPD eksploratif berbasis Problem Based Learning sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang dapat memperbaiki hasil belajar. LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan layak digunakan untuk pembelajaran materi kalor pada peserta didik SMA kelas X karena pada LKS Eksploratif berbasis Problem Based Learning, peserta didik dihadapkan pada berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai macam masalah yang dihadapkan,


(33)

32

peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, ilmiah dan logis. Dengan berpikir kritis, logis dan ilmiah peserta didik dapat meningkatkan penguasaan konsep serta keterampilan memecahkan suatu masalah. Dari keterampilan memecahkan masalah tersebut, melalui kegiatan pembelajaran peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan memahami materi dengan sendirinya sehingga peserta didik lebih mudah mengingat dan memahami materi pelajaran yang berdampak dengan hasil belajar yang meningkat.

LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning berbeda dengan LKPD konvensional yang digunakan di sekolah. Hal ini karena LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning sudah dilengkapi dengan aspek-aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dilengkapi aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, maka peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan LKPD konvensional yang belum dilengkapi dengan aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaiamana penilaian ekspert terhadap LKPD Eksploratif yang dikembangkan?


(34)

33

2. Apakah penilaian ekspert terhadap LKPD Eksploratif berkategori baik ?

3. Apakah LKPD Eksploratif dapat diaplikasikan dengan baik? 4. Bagaimana skor pretest dan posttest yang diperoleh peserta didik? 5. Apakah ada peningkatan skor pretest dan skor posttest peserta

didik?

6. Bagaimanakah peningkatan skor pretest dan skor posttest peserta didik?


(35)

133

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka ditarik kesimpulan :

1. LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning layak digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada materi kalor pada peserta didik SMA kelas X dengan kategori sangat baik berdasarkan validasi dari dosen ahli dan guru fisika dan dengan kategori baik berdasarkan penilaian dari peserta didik SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil reliabilitas ICC diperoleh koefisien alpha sebesar 0,767 (acceptable).

2. Ada peningkatan penguasaan konsep fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis

Problem Based Learning hasil pengembangan. Penguasaan konsep

fisika materi kalor pada peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan mengalami peningkatan dengan kategori tinggi berdasarkan perhitungan standar gain sebesar 0,76.

3. Ada peningkatan keterampilan memecahkan masalah peserta didik yang belajar menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem

Based Learning hasil pengembangan. Keterampilan memecahkan


(36)

134

Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan mengalami peningkatan dengan kategori tinggi berdasarkan perhitungan standar gain sebesar 0,78.

4. Ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan penguasaan konsep dan pemecahan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning dan LKPD Konvensional.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Pengembangan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based

Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik belum mencakup percobaan materi kalor secara keseluruhan.

2. Peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah sehingga perlu bimbingan untuk mengkondisikan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. 3. Tahap disseminate masih terbatas dilakukan pada SMA Negeri 1

Depok, Sleman, Yogyakarta tempat pengambilan data penelitian berlangsung.


(37)

135 C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal berikut ini : 1. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik diharapkan mencari sumber-sumber lain yang relevan dengan materi selain menggunakan LKPD Eksploratif.

b. Peserta didik diharapkan lebih sering berlatih memecahkan masalah dalam latihan soal dan lebih aktif bertanya kepada guru maupun teman sebaya sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai materi fisika.

2. Bagi Guru

a. Pembelajaran menggunakan model PBL lebih dikembangkan oleh guru fisika untuk materi lain sehingga dapat menghasilkan pembelajaran dengan nuansa student

centered.

b. Guru diharapkan dapat menggunakan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

c. Guru diharapkan mempunyai persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga


(38)

136

kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur.

d. Guru diharapkan lebih memperhatikan alokasi waktu selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada rancangan pembelajaran.

e. Guru diharapkan dapat mengkondisikan kelas lebih baik untuk menciptakan keterlaksaan pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah secara maksimal, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan tugas atau kegiatan yang diberikan.

3. Bagi Peneliti

a. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut terhadap LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based

Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan memecahkan masalah peserta didik sehingga dapat mencakup keseluruhan materi kalor.

b. Perlu adanya pengujian terhadap aspek lainnya yang muncul setelah pembelajaran dengan menggunakan LKPD Eksploratif, selain pengukuran terhadap penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah.


(39)

137

c. Tahap disseminate disebarkan lebih luas, tidak hanya dilakukan pada SMA tempat pengambilan data penelitian berlangsung.


(40)

138

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press

Bambang Subali dan Pujiati Suyata. 2012. Pengembangan Item Tes Konvergen

dan Divergen dan Penyelidikan Validitasnya Secara Empiris.

Yogyakarta : Diandra Pustaka Indonesia

Borich, Gary. D. 2007. Effective Teaching Methods Research Based Practice. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Flavell, J.H. 1970. Developmental Studies Of Mediated Memory. In H. W. Reese

& L. P. Lipsitt (Eds), Advances in child development and child behavior (Vol.5, pp. 181-211).New York. Academic Press.

Fitriyani Nur Malita Sari. 2013. Skripsi Dengan Judul : Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Mengunakan Pendekatan Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Scientific Thinking Skills Pokok Bahasan Kalor Pada Peserta Didik SMA Kelas X Semester II. Yogyakarta : UNY

Gagne, R. M. 1977. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston

Giancolli, C Douglas. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta : Erlangga Kanginan, Marthen. 2002. Fisika 1 Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga

Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Cet IV, Jakarta : PT Rineka Cipta

Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY

______________. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta : P2IS

M Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Muslimin Ibrahim. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Edisi Kedua. Surabaya : Unesa Press


(41)

139

Parno. 2007. Perbedaan penguasaan pokok-pokok fisika sekolah mahasiswa antara pembelajaran menggunakan peta konsep dan model pemecahan masalah dengan model STAD. Jurnal Hasil Penelitian. Universitas Negeri Malang.

Riani Dewi Larasati. 2012. Skripsi Dengan Judul : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Kognitif Berdasarkan Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Pada Materi Sub Bahasan Asas Black Untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta. Yogyakarta : UNY

Rusdina Ratna Pertiwi. 2014. Skripsi Dengan Judul : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Memecahkan Masalah dan Kerjasama Siswa SMA. Yogyakarta : UNY

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Syaifuddin Azwar. 2015. Reliabilitas dan Validitas Edisi IV. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Triton Prawiro Budi. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: JICA

Widyoko, Eko Putro. (2011). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Y.Astuti dan B. Setiawan. 2013. Jurnal Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif

Pada Materi Kalor dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2515/2568 Diambil pada 13 April 2016 pukul 15.00 WIB


(1)

134

Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan mengalami peningkatan dengan kategori tinggi berdasarkan perhitungan standar gain sebesar 0,78.

4. Ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan penguasaan konsep dan pemecahan masalah antara peserta didik yang menggunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning dan LKPD Konvensional.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Pengembangan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik belum mencakup percobaan materi kalor secara keseluruhan.

2. Peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah sehingga perlu bimbingan untuk mengkondisikan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. 3. Tahap disseminate masih terbatas dilakukan pada SMA Negeri 1

Depok, Sleman, Yogyakarta tempat pengambilan data penelitian berlangsung.


(2)

135 C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal berikut ini : 1. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik diharapkan mencari sumber-sumber lain yang relevan dengan materi selain menggunakan LKPD Eksploratif.

b. Peserta didik diharapkan lebih sering berlatih memecahkan masalah dalam latihan soal dan lebih aktif bertanya kepada guru maupun teman sebaya sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai materi fisika.

2. Bagi Guru

a. Pembelajaran menggunakan model PBL lebih dikembangkan oleh guru fisika untuk materi lain sehingga dapat menghasilkan pembelajaran dengan nuansa student centered.

b. Guru diharapkan dapat menggunakan LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

c. Guru diharapkan mempunyai persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga


(3)

136

kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur.

d. Guru diharapkan lebih memperhatikan alokasi waktu selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada rancangan pembelajaran.

e. Guru diharapkan dapat mengkondisikan kelas lebih baik untuk menciptakan keterlaksaan pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah secara maksimal, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan tugas atau kegiatan yang diberikan.

3. Bagi Peneliti

a. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut terhadap LKPD Eksploratif Berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik sehingga dapat mencakup keseluruhan materi kalor.

b. Perlu adanya pengujian terhadap aspek lainnya yang muncul setelah pembelajaran dengan menggunakan LKPD Eksploratif, selain pengukuran terhadap penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah.


(4)

137

c. Tahap disseminate disebarkan lebih luas, tidak hanya dilakukan pada SMA tempat pengambilan data penelitian berlangsung.


(5)

138

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : Diva Press

Bambang Subali dan Pujiati Suyata. 2012. Pengembangan Item Tes Konvergen dan Divergen dan Penyelidikan Validitasnya Secara Empiris. Yogyakarta : Diandra Pustaka Indonesia

Borich, Gary. D. 2007. Effective Teaching Methods Research Based Practice. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Flavell, J.H. 1970. Developmental Studies Of Mediated Memory. In H. W. Reese & L. P. Lipsitt (Eds), Advances in child development and child behavior (Vol.5, pp. 181-211).New York. Academic Press.

Fitriyani Nur Malita Sari. 2013. Skripsi Dengan Judul : Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Mengunakan Pendekatan Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Scientific Thinking Skills Pokok Bahasan Kalor Pada Peserta Didik SMA Kelas X Semester II. Yogyakarta : UNY

Gagne, R. M. 1977. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston

Giancolli, C Douglas. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta : Erlangga Kanginan, Marthen. 2002. Fisika 1 Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga

Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Cet IV, Jakarta : PT Rineka Cipta

Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY

______________. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta : P2IS

M Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Muslimin Ibrahim. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Edisi Kedua. Surabaya : Unesa Press


(6)

139

Parno. 2007. Perbedaan penguasaan pokok-pokok fisika sekolah mahasiswa antara pembelajaran menggunakan peta konsep dan model pemecahan masalah dengan model STAD. Jurnal Hasil Penelitian. Universitas Negeri Malang.

Riani Dewi Larasati. 2012. Skripsi Dengan Judul : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Kognitif Berdasarkan Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Pada Materi Sub Bahasan Asas Black Untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta. Yogyakarta : UNY

Rusdina Ratna Pertiwi. 2014. Skripsi Dengan Judul : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Memecahkan Masalah dan Kerjasama Siswa SMA. Yogyakarta : UNY

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Syaifuddin Azwar. 2015. Reliabilitas dan Validitas Edisi IV. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Triton Prawiro Budi. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: JICA

Widyoko, Eko Putro. (2011). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Y.Astuti dan B. Setiawan. 2013. Jurnal Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif

Pada Materi Kalor dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2515/2568 Diambil pada 13 April 2016 pukul 15.00 WIB