NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT.

(1)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL

MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan IPS

Oleh

YENNI VERGATANTI ZAREMBA 1201253

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL

MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Oleh

Yenni Vergatanti Zaremba S.Pd. Universitas Mataram, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan IPS

© Yenni Vergatanti Zaremba 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agusutus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS

YENNI VERGATANTI ZAREMBA

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL

MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

(Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA) NIP. 19620702 198601 100 2

Pembimbing II

(Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA) NIP.

Mengetahui,

Ka. Prodi Pendidikan IPS SPs UPI

(Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA) NIP. 19620702 198601 100 2


(4)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

Yenni Vergatanti Zaremba NIM. 1201253


(5)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih, dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat Di Lombok Barat”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Asmawi Zainul, M.Ed., selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan dukungan dan pengarahan dalam menyelesaikan proses perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah banyak membantu, membagikan ilmu, dan wawasannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

6. Kepala Dinas Kebudayaan Lombok Barat, Kepala Desa Lingsar beserta staf, tokoh masyarakat Desa Lingsar, tokoh agama Desa Lingsar, pemuda Desa Lingsar, dan warga masyarakat Desa Lingsar yang telah mendukung dengan memberikan ijin tempat dan waktu untuk melakukan penelitian.


(6)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Ibu Sri dan Ibu Rina, selaku staf prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang selalu membantu dalam mempersiapkan dan menyelesaikan administrasi perkuliahan.

8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan saat perkuliahan maupun saran dalam penyusunan tesis ini dari awal sampai akhir serta keluarga besar mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial SPs UPI.

9. Semua pihak yang membantu baik secara moril maupun materil atas tersusunnya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis pribadi dan bagi pembaca.

Bandung, Juli 2014


(7)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UCAPAN TERIMA KASIH

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur

(Filipi 4:6)

Karya ini sebagai tanda Cinta dan Bakti kepada Allah Bapa. Sumber segala hidup saya.

Papa Beny dan Mama Wulan tercinta. Atas dedikasinya yang tiada lelah mendukung, memberikan kepercayaan dan semangat untuk terus bersekolah. Atas perhatian papa dan

mama yang selalu mendoakan dan membantu dalam langkah kehidupan saya. Lidya Belanita Zaremba, S.E, Melda Wahyuni Zaremba, & Agung Surya Wijaya.

Atas figure adik yang selalu menggambarkan kemandirian dan giat berusaha dalam menyelesaikan sekolah maupun pekerjaan. Kalian adik-adik yang selalu membantu, perhatian, dan meramaikan hari-hari dengan canda tawa saat pikiran terasa lelah. Kristofer Adi dan Keluarga Pogung. Atas waktu, dukungan, kesabaran, doa, dan perhatian

yang selalu diberikan setiap hari untuk menyemangati perjalanan sekolah saya.

Ucapaan Terima Kasih untuk

Sahabat Social Squad. Atas kebersamaan sejak hari pertama pra perkuliahan, suka dan duka perkuliahan, bantuan perkuliahan, liburan bersama, kenangan, persahabatan, canda tawa,

perhatian, doa, dan menjadi pengajar bahasa Sunda. Fighting.

Teman Kost. Imas, Oza, Fanny, Wiji, Mina, Ica, Ega, Irfa yang membantu dan merawat saat kondisi sakit, menemani saat berada dalam kesendirian. Bapak Kost ACI yang membantu


(8)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang sudah diberikan


(9)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT


(10)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat di Lombok Barat

Yenni Vergatanti Zaremba (1201253) Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, MA

Keberagaman budaya di Indonesia dapat menjadi modal dalam membangun bangsa kearah yang lebih baik. Namun tantangan kehidupan yang kompleks dapat menimbulkan gesekan dalam hubungan bermasyarakat sehingga perlu adanya kajian nilai lokal berwawasan multikultural yang dapat digunakan dalam membangun integrasi sosial di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Sasak, mengkaji nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural sebagai sikap menghargai etnis dan agama, mengkaji peranan nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural sebagai jembatan komunikasi antar etnis dan agama bagi masyarakat di Lombok Barat, mengkaji nilai kearifan lokal Sasak sebagai dasar pemecahan masalah dan membangun integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat dan mengidentifikasi nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dan naturalistik yang bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Lingsar yang berlokasi di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dari berbagai sumber yang mendukung dan berkaitan dengan penelitian. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai-nilai kearifan lokal Sasak sebagai pedoman hidup masyarakat di Desa Lingsar diketegorikan dalam bidang politik, sosial kemasyarakatan, bidang ekonomi perdagangan, bidang pertanian dan pelestarian adat budaya; 2) nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural berfokus pada bidang sosial kemasyarakatan yang terdiri atas nilai saling jot/perasak, pade pesilaq, saling pelangarin, pade betandang, saling ngajinan, saling jangoq, saling bait, pade wales/bebales, saling tembung/sapak, saling saduq, dan saling ilingan/peringet yang terdapat pada masyarakat Sasak; 3) nilai kearifan lokal Sasak dapat berperan sebagai jembatan komunikasi, menciptakan kerukunan, saling menghormati antar etnis, dan menumbuhkan sikap toleransi antar agama; 4) nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural sudah menjadi landasan dalam menentukan keputusan saat menyelesaikan permasalahan sehingga dapat menjadi perekat dalam membangun integrasi sosial bagi masyarakat; dan 5) nilai kearifan lokal Sasak memiliki unsur penting sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah sehingga peserta didik terlatih dalam memecahkan permasalahan sosial di masyarakat. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya pelestarian nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural bagi generasi muda agar membudayakan sikap menghormati, toleransi dan berintegrasi dalam mewujudkan masyarakat harmonis. Pemerintah, pemuka agama, dan tokoh masyarakat harus lebih aktif mendukung kegiatan yang berhubungan dengan kerukunan masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan teladan ketokohannya sebagai bentuk pengendalian diri dalam


(11)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan bermasyarakat. Pentingnya perumusan nilai kearifan lokal Sasak ke dalam pembelajaran IPS bagi peserta didik sebagai proses transformasi nilai budaya.


(12)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Sasak Local Wisdom Values with Multicultural Insight To Build Social Integration of the Communities in West Lombok

Yenni Vergatanti Zaremba (1201253) Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A.

Prof. Dr. Helius Sjamsuddin, M.A.

Indonesia's cultural diversity can be made the resource to develop the nation. However, complex life challenges can trigger frictions in social relationships. Hence, studies on local wisdom values with multicultural insight that can be used to build social integration in the society are needed. The research intended to identify local wisdom values of Sasak communities, study Sasak local wisdom values with multicultural insight used by the communities in respecting ethnic and religious groups, study the role of Sasak local wisdom values with multicultural insight as a bridge for communication between ethnic and religious groups for the multicultural communities in West Lombok, study Sasak local wisdom values as the bases for problem solving and establishing the social integration of West Lombok communities, and identify Sasak local wisdom values with multicultural insight as resources for social sciences teaching and learning in schools. It employed qualitative approach with ethnographic and naturalistic methods, aimed to describe and conduct an in-depth study of the values developed in the society. The research subjects were the communities of Lingsar Administrative Village, located in Lingsar District, West Lombok Regency. Data were collected through observation, interview, and documentary study from various sources supporting and related to the research. Meanwhile, data analysis used data reduction, data display, and inference. The research outcomes demonstrate that 1) Sasak local wisdom values as the guidelines for the social life in Lingsar Village are classified into the realms of politic, social, economy/trade, agriculture, and the preservation of culture and tradition; 2) Sasak local wisdom values with multicultural insight focus on social realm, consisting of the values of saling jot/perasak, pade pesilaq, saling pelangarin, pade betandang, saling ngajinan, saling jangoq, saling bait, pade wales/bebales, saling tembung/sapak, saling saduq, and saling ilingan/peringet found in the communities; 3) Sasak local wisdom values can serve as a bridge for communication, create harmony and mutual respect between ethnic groups, and cultivate tolerance among religious groups; 4) Sasak local wisdom values with multicultural insight have become the bases in decision making during problem solving so that they can be the glue in building social integration for the communities; and 5) Sasak local wisdom values have important elements as resources for social sciences teaching and learning in schools so that students are trained to solve social problems in the society. The research recommends the importance of sustaining Sasak local wisdom values with multicultural insight among the younger generations in order to form the culture of mutual respect, tolerance, and integrity in embodying harmonious societies. The government, religious leaders, and social leaders have to be more active in encouraging various activities related to social harmony through guidance and role modeling as a form of self-control in social life. It is important to integrate Sasak local


(13)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wisdom values into social sciences teaching and learning as a process of the transformation of cultural values.


(14)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Nilai Kearifan Lokal ... 16

B. Multikultural ... 35

C. Integrasi Sosial ... 39

D. Pendidikan IPS ... 47

E. Kerangka Pemikiran ... 51

F. Hasil Penelitian Terdahulu ... 55


(15)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Desain Penelitian ... 58

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 60

C. Instrumen Penelitian ... 62

D. Persiapan Penelitian ... 63

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

F. Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Deskripsi Data ... 74

1. Keadaan Lokasi Penelitian ... 74

2. Kepercayaan dan Pandangan Hidup ... 82

3. Aktivitas/Kegiatan Masyarakat ... 88

4. Kehidupan Sosial Budaya ... 91

B. Hasil Penelitian ……….... 106

1. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Sasak di Lombok Barat ... 107

2. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural sebagai Sikap Saling Menghargai Etnis dan Agama ... 113

3. Peranan Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Sebagai Jembatan Komunikasi Antar Etnis dan Agama ... 120

4. Nilai Kearifan Lokal Sasak Sebagai Dasar Pemecahan Masalah dan Membangun Integrasi Masyarakat ... 123 5. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan

Multikultural untuk Membangun Integrasi Sosial yang dapat digunakan Sebagai Sumber


(16)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pembelajaran IPS di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 126

C. Pembahasan ... 128

1. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Sasak di Lombok Barat ... 129

2. Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural sebagai Sikap Saling Menghargai Etnis dan Agama ... 138

3. Peranan Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Sebagai Jembatan Komunikasi Antar Etnis dan Agama ... 141

4. Nilai Kearifan Lokal Sasak Sebagai Dasar Pemecahan Masalah dan Membangun Integrasi Masyarakat ... 153

5. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural untuk Membangun Integrasi Sosial yang dapat digunakan Sebagai Sumber Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 157

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 161

A. SIMPULAN ... 161

B. SARAN ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 166

GLOSARIUM ... 172


(17)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ... 5

Tabel 1.2 ... 7

Tabel 3.1 ... 62

Tabel 4.1 ... 79

Tabel 4.2 ... 85

Tabel 4.3 ... 101

Tabel 4.4 ... 109

Tabel 4.5 ... 112

Tabel 4.6 ... 115

Tabel 4.7 ... 122

Tabel 4.8 ... 125

Tabel 4.9 ... 127


(18)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 21

Gambar 3.1 ... 72

Gambar 4.1 ... 76

Gambar 4.2 ... 77

Gambar 4.3 ... 86

Gambar 4.4 ... 87

Gambar 4.5 ... 87

Gambar 4.6 ... 89

Gambar 4.7 ... 90

Gambar 4.8 ... 96

Gambar 4.9 ... 100


(19)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT


(20)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Indonesia secara geografis terletak di kawasan Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis katulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia sehingga Indonesia termasuk sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Hal tersebut didukung oleh data dari Badan Informasi Geospasial (2013) yang memastikan bahwa:

Pulau di Indonesia yang semula berjumlah 17.508 berubah menjadi 13.466 pulau dan telah memiliki koordinat global positioning system (GPS) dalam laporan secara resmi kepada dunia internasional sedangkan perbedaan pulau yang berjumlah 4.042 disebabkan oleh faktor adanya pulau yang sudah tenggelam dan perbedaan kriteria status pulau dari pemetaan terdahulu dan saat ini.

Dilihat dari populasinya, Indonesia memiliki sejumlah 260 juta jiwa pada tahun 2013 menempati wilayah Indonesia yang terdiri atas 34 propinsi, 440 kabupaten/kota, 5.263 kecamatan, serta 62.806 desa. (Nasruddin, 2011: 3)

Data di atas dilengkapi Rain (2012: 2) yang menuturkan bahwa Indonesia memiliki 740 suku bangsa/etnis, daerah Papua saja terdapat 270 suku. Bahasa daerah yang terbanyak yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan oleh berbagai suku di Indonesia. Hal tersebut harus disadari oleh masyarakat Indonesia tentang beragamnya bangsa Indonesia dan untuk membangun bangsa dengan beragam adat maupun budaya yang tersebar di wilayah Indonesia memerlukan suatu strategi dan upaya untuk mewujudkannya.

Masyarakat yang mendiami wilayah di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda sesuai dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Kebudayaan yang


(21)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat dalam masyarakat perlu terus-menerus dilestarikan dan menjadi suatu nilai atau tradisi lokal yang diyakini kebenarannya hingga kini.

Keberagaman suku, budaya, etnis, agama, dan sumber daya alam berlimpah yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadi modal dalam pembangunan bangsa kearah yang lebih baik. Namun kondisi tersebut tidaklah sejalan dengan kenyataannya. Tantangan kehidupan yang semakin kompleks dapat menimbulkan gesekan dan perbedaan dalam hubungan bermasyarakat. Konflik menjadi masalah yang mengkhawatirkan dan mudah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, pembangunan yang kini sedang dilaksanakan oleh pemerintah memberikan berbagai dampak positif maupun negatif bagi setiap daerah. Salah satu dampak negatif adalah munculnya pergeseran nilai budaya dan sistem sosial yang terjadi pada masyarakat di Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi tersebut semakin memburuk karena nilai-nilai baru yang belum terbentuk secara pasti menimbulkan kesenjangan diantara masyarakat sehingga pedoman yang mengatur tingkah laku dan kehidupan masyarakat Sasak semakin memudar. Kesenjangan tersebut apabila tidak dipahami tentu akan melahirkan konflik baik secara vertikal (rakyat dengan pemerintah) maupun konflik horizontal (rakyat dengan rakyat) dalam masyarakat Sasak.

Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Suprapto (2013: 20) yang mengungkapkan bahwa:

Dalam dua dekade terakhir realitas harmoni Indonesia kerap terkoyak oleh serangkaian konflik berbau kekerasan (violence conflicts) yang marak merebak di berbagai daerah termasuk di Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang tak sedikit, konflik juga mengakibatkan dampak sosial yang luar biasa. Berbagai konflik komunal ini bukan hanya sangat mengganggu stabilitas nasional tetapi juga mengancam integrasi bangsa.


(22)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soekanto (2006: 148) menguraikan bahwa konflik antar kelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik terpendam. Sedangkan konflik yang terjadi di Lombok pada hubungan antarsuku, antaragama, antardesa, dan lainnya dapat dipicu oleh perbedaan kepentingan, persaingan dan semakin memudarnya rasa saling menghormati antara sesama. Permasalahan serupa dikemukakan pula oleh Zada, dkk (2008: 89-95) yang menyatakan bahwa:

Selain kerusuhan Januari tahun 2000 yang terkenal dengan “kasus 171,”

berbagai kerusuhan berbau kekerasan di Lombok, sering menghiasi media massa. Konflik atau perang antarkampung seperti di Ketare Lombok Tengah dan Karang Genteng Kota Mataram adalah beberapa contoh kerusuhan massa yang hingga kini masih sering terjadi.

Munculnya konflik tidak dapat terhindarkan apabila suatu masyarakat telah terprovokasi oleh suatu masalah atau paham. Webster (Pruitt & Rubin, 2004: 9) menguraikan bahwa konflik (conflict) adalah suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak yang kemudian berkembang menjadi ketidaksepakatan yang tajam atas berbagai kepentingan.

Maftuh (2008: 28) mengemukakan beberapa sumber penyebab konflik diantaranya:

Perasaan frustasi-agresi, ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan (kehilangan relatif), ketidaksesuaian pembentukan identitas, tatanan sosial yang tidak adil, ketidakpuasan ekonomi, ketidakpuasan politik, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau kebutuhan psikologis, keterbatasan sumber daya (uang, kekayaan, waktu), dan perbedaan nilai.

Tuner (Setiadi & Kolip, 2011: 363) juga mengungkapkan beberapa faktor yang memicu terjadinya konflik sosial diantaranya:


(23)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketidakmerataan distribusi sumber daya yang sangat terbatas di dalam masyarakat, ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah, adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan, sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas, melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah oleh elite, dan kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal.

Menyikapi berbagai masalah yang muncul sudah seharusnya diperlukan perhatian dari semua elemen masyarakat dan pemerintah sebagai upaya penanganan konflik dan menciptakan keharmonisan masyarakat karena selama ini upaya penanganan konflik yang dilakukan hanya bersifat mengakhiri konflik secara sementara namun tidak mengarahkan pada perbaikan konflik secara berkesinambungan sehingga konflik masih berpotensi untuk muncul kembali.

Berdasarkan official online website pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) kabupaten dan kota, wilayah Provinsi NTB secara geografis terbagi dalam 2 (dua) pulau utama, yaitu pulau Lombok disebelah barat dan pulau Sumbawa disebelah timur. Pulau Lombok wilayah administratifnya meliputi Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Timur

Penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya memberikan gambaran bahwa beberapa permasalahan yang muncul pada masyarakat Sasak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ketidaksesuaian kondisi yang diharapkan, kedudukan sosial, kurangnya rasa saling menghargai kemajemukan antarsesama. Selain itu, beberapa daerah di Lombok memiliki perbedaaan dalam aspek bahasa sehingga mempengaruhi tingkah laku pergaulan masyarakat yang berbeda pula. Lombok Barat yang memiliki tingkat kemajemukan etnis, agama, dan bahasa tentunya memiliki berbagai permasalahan yang lebih kompleks untuk memicu timbulnya konflik. Munculnya konflik antardesa tentunya membuat


(24)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

persatuan kesatuan masyarakat Sasak khususnya di Lombok Barat dapat mengalami perpecahan dan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat. Selain itu, konflik yang pernah terjadi seperti “Kasus 171”, perang antarkampung Taliwang dan Tohpati yang hingga kini masih seringkali terjadi berpotensi terhadap kerusakan, hilangnya nyawa seseorang, terjadinya perubahan integrasi sosial, perilaku, dan sistem sosial di masyarakat.

Koentjaraningrat (1989: 190) mengemukakan pendapat bahwa dalam setiap masyarakat, baik kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem. Sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.

Konflik yang terjadi pada masyarakat Sasak sesungguhnya dapat diatasi oleh masyarakat itu sendiri melalui nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sasak sejak turun temurun. Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi sumber dan dasar pedoman kehidupan masyarakat Sasak tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai kearifan lokal hendaknya mampu dikembangkan guna menciptakan masyarakat di Lombok yang harmonis, bertoleransi, saling menghargai antar etnis maupun agama dan berintergrasi sosial.

Lombok Barat dengan dominasi masyarakat Sasak memiliki kearifan-kearifan lokal yang menjadi pola hidup maupun pergaulan. Amin, dkk (1997: 16) memaparkan tentang hasil kaartering tingkat desa yang dilakukan oleh team penelitian hukum adat Universitas Airlangga dan Universitas Nijmegen di Lombok terdapat perincian suku asli Sasak yang berjumlah 1.490.100 jiwa dan suku pendatang dengan perincian sebagai berikut:


(25)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Perincian Jumlah Suku di Lombok Kelompok Suku Bangsa

Pendatang

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok

Timur Jumlah

Suku Bali 47.800 1.600 300 49.700

Suku Sumbawa 2000 100 12.200 14.300

Suku Makasar/ Bugis/ Bajo/

Mandar 1.400 400 8.500 10.300

Suku Cina 7.300 200 100 7.600

Suku Jawa 2.400 800 900 4.100

Suku Arab 1.500 200 400 2.100

Lain-lain 1.300 100 400 1.800

Jumlah pendatang seluruhnya 63.700 3.400 22.800 89.900 Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Berbagai suku yang menjadi pendatang dan menghuni daerah di Lombok, hingga kini masih menjadi kelompok etnis tersendiri dengan mendukung adat istiadat tersendiri pula meskipun terdapat adanya persamaan-persamaan. Berkaitan dengan nilai kearifan lokal masyarakat (suku) Sasak, Ismail, dkk (2009) mengungkapkan bahwa sejak masa lampau etnis Sasak telah mengenal tentang wadah yang menjadi induk dalam kehidupan bermasyarakat mereka, yang mengatur tentang pedoman hidup warga masyarakat, dan tempat mereka mencari rujukan untuk menetapkan sanksi atas terjadi pelanggaran dalam tata pergaulan komunitasnya. Wadah itu dikenal dengan istilah krama. Konsepsi ini diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak sejak masa lampau. Sehingga pelaksanaan dari konsepsi kultural itu telah menjelma menjadi berbagai elemen atau unsur yang tidak terpisahkan dan dapat ditelusuri sampai dengan saat ini.

Penerapan krama dalam kehidupan masyarakat Sasak mendorong lahirnya berbagai bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak mengandung nilai-nilai yang masih sesuai dengan


(26)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan kekinian, dan relevan bagi generasi muda terutama peserta didik. Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat Sasak tergolongkan ke dalam bidang politik, sosial, kemasyarakatan, ekonomi perdagangan, dan adat budaya. Penelitian terdahulu oleh Ismail, dkk (2009) mengemukakan terdapat 10 (sepuluh) unsur atau komponen nilai demokrasi yang tercermin dalam kearifan lokal masyarakat Sasak, yaitu demokrasi berketuhanan, toleransi, kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain, memahami dan menerima kultur dalam masyarakat, berpikir kritis dan sistematik, penyelesaian konflik tanpa kekerasan, kemauan mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif, sensitif terhadap kesulitan orang lain, kemauan dan kemampuan berpartispasi dalam kehidupan sosial.

Pengembangan dan penanaman pemahaman kearifan lokal bagi masyarakat memerlukan strategi, media pembinaan, pengembangan, dan pelestarian yang sesuai dengan kondisi masyarakat Sasak yang bersifat majemuk. Nasikun (2007: 36) menjelaskan bahwa masyarakat yang majemuk tidak terdapat sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat sehingga tidak ada integrasi sosial dan yang ada hanya sub-sub sistem yang berdiri sendiri-sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya agar nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia tidak hilang oleh perkembangan teknologi modern. Apabila hal itu terjadi maka bangsa Indonesia akan kehilangan identitas dan pedoman dalam memilih arah tujuan hidup sebagai bangsa yang memiliki kepribadian.

Sejalan dengan hal tersebut, Irwan Abdullah (2008: 27) mengungkapkan tentang fungsi kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

Terdapat ada enam signifikansi dan fungsi kearifan lokal jika dimanfaatkan. Pertama, sebagai penanda identitas sebuah komunitas. Kedua, elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan lintas kepercayaan.


(27)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketiga kearifan lokal tidak bersifat memaksa tetapi lebih merupakan kesadaran dari dalam. Keempat, kearifan lokal memberi warna kebersamaan sebuah komunitas. Kelima, kemampuan local wisdom dalam mengubah pola berpikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dan meletakkannya di atas common ground. Keenam, kearifan lokal dapat mendorong proses apresiasi, partisipasi sekaligus meminimalisir penyebab yang merusak solidaritas dan integrasi komunitas.

Disamping itu, terdapat pedoman hidup yang dimiliki oleh masyarakat etnis Sasak dan menjadi aturan atau tata pergaulan dalam komunitasnya. Beberapa kearifan lokal masyarakat lombok terdapat dalam sesengak (pribahasa), perteke atau lelakaq (pantun) termasuk sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat. Selain itu berbagai tradisi yang masih efektif dipraktikan di masyarakat Sasak seperti begibung, tradisi perang topat, peresean, dan sejumlah produk peraturan lokal dalam bentuk awig-awig.

Suprapto (2013: 31-32) mengelaborasi secara singkat beberapa local wisdom sebagai berikut:

Tabel 1.2

Prinsip Kearifan Lokal yang terdapat pada Masyarakat Sasak – Lombok Prinsip Sumber Ungkapan Makna

Kejujuran dan Kesetiaan Memegang Janji Naskah Kuno Kotaragama

Danta, danti, kusuma warsa.

Kata dan janji wajib dipegang dan

dipertahankan dengan kukuh.

Sesenggak

Sampi betali isik pepit, manuse betali isik raos.

Manusia diikat dengan kata-katanya

Menegakkan / Mensucikan Ajaran Agama

Perteke

Agama betakaq adat. Adat menegakkan dan mensucikan agama. Ndaq ta ngaken baraq

api. Larangan memakan riba.

Pacu-pacu punik akherat.

Bersungguh-sungguh berbuat kebajikan. Rurung bender turna Sejahtera dan tenteram


(28)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gantar. jika menegakkan ajaran

agama.

Persamaan dan Kebersamaan Hak

Sesengak

Pusaka tolang daeng papuk balok.

Dowe tengaq, dowe sopoq.

Nemu syarat kepeng. Dowen neneq. Dowen pelungguh saq leq tiang.

Kemanusiaan Lelakaq

Anak kaoq mondong jagung, sai tao jari agung.

Ulah mandi isiq bisana. Pemeliharaan Lingkungan Ungkapan Lokal Kurenan, gubuk, lambah, penyengker, nambarayang, cero, kuninga, penyaweq, uriga, maliq. Perekonomi dan Etos Kerja

Ungkapan Lokal dan Sesengak

Keduk lindung bani raok; mesang ime naen ta bawaq lanjaq batur nyuit isiq jaum; Tiwas karang jari apuh;

Manah tan keneng obah;

Kendeq nenggala leq atas bonggkor batur; Soroq dampuk bosang boros

Perlu pengorbanan demi cita-cita.

Penyelesaian

konflik Sesengak

Empaq bau, aiq meneng, tunjung tilah;

Adiq ta tao jauq aiq; Sifat anaq empaq, tao pesopoq diriq; Sikut tanggkong leq awak mesaq

Kepuasan tidak ada merasa ditekan, semua merasa menang. Harus mampu menjadi pendingin/penyejuk. Nasihat menghindari sengketa.

Tingkah laku diukur pada diri sendiri.


(29)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain nilai kearifan lokal yang sebagian telah dikemukakan di atas, terdapat pula beberapa living tradition di Lombok dalam bentuk aturan tertulis dan tidak tertulis yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat dan menjadi semacam hukum yang dijadikan pedoman. Aturan yang disepakati bersama ini disebut awig-awig. Dalam praktiknya awig-awig bagi masyarakat Sasak dinilai lebih efektif dibanding hukum formal pemerintah. Rumusan awig-awig yang bersumber dari masyarakat dan dirumuskan secara partisipatif, mendorong masyarkat dengan sukarela mentaati dan menjaganya. Sehingga ketaatan yang muncul lebih karena kesadaran bukan berdasarkan paksaan. (Suprapto, 2013: 35)

Pengelompokan nilai-nilai kearifan lokal Sasak yang dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu pertama bidang sosial; kedua bidang ekonomi; dan ketiga bidang pertanian. Sesuai dengan kajian dalam permasalahan, penelitian ini lebih memfokuskan nilai-nilai kearifan lokal Sasak pada bidang sosial kemasyarakatan yang lebih berkaitan dengan dasar wawasan multikultural dan sebagai sarana untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat. Nilai kearifan tersebut hingga kini masih tetap dipergunakan oleh masyarakat baik dengan masyarakat yang berbeda etnis maupun berbeda dari segi agama.

Berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat etnis Sasak hendaknya dihubungkan atau didasarkan dengan wawasan multikultural, sebab nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Sasak dapat diterapkan pula oleh masyarakat etnis Bali, Tionghoa, Arab, Melayu, dan etnis pendatang lainnya yang berdiam atau tinggal di bumi Sasak.

Berkaitan dengan wawasan multikultural yang digagas oleh Mahfud (2011: 91) mengungkapkan bahwa:


(30)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Multikulturalisme sebagai konsep yang mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, ras, suku, etnis, agama dalam sebuah komunitas diperuntukkan secara keseluruhan sehingga setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggungjawab untuk hidup bersama komunitasnya. Berkembangnya etnis, bahasa, agama dan kebudayaan dalam suatu wilayah tidak menutup pula kemungkinan munculnya disintegrasi sosial dalam masyarakat. Keanekaragaman yang tidak disertai dengan pemahaman multikultural maka dapat membuat masyarakat dengan cepat terprovokasi oleh berbagai isu-isu yang muncul. Widisuseno (2012: 7) berpendapat bahwa “...

terjadi peningkatan gejala “provinsialisme” yang hampir tumpang tindih dengan

etnisitas”. Kecenderungan ini jika tidak terkendali akan menimbulkan disintegrasi sosio-kultural bahkan disintegrasi politik. Sehingga integrasi sosial dipandang penting dalam menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis di dalam keberagaman.

Pengkajian nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural pada hakekatnya tidak dapat terlepas dari peranan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi peserta didik. Hal ini didasarkan karena pendidikan IPS bukan sekedar menyampaikan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial tetapi juga membantu siswa dalam memecahkan masalah sosial. Sumaatmadja (2002: 20) menguraikan bahwa:

Mata pelajaran pendidikan IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Sasak dapat diintegrasikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal tersebut sejalan untuk mengarahkan peserta didik agar mampu menjadi warga negara yang demokratis,


(31)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bijaksana, bertanggungjawab dengan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat. Pendidikan IPS yang dihubungkan dengan nilai-nilai kearifan lokal Sasak pada masyarakat di Lombok Barat diharapkan mampu mengembangkan proses pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam membangun kesadaran diri sebagai bagian dari masyarakat. Sehingga dengan pembinaan yang dilakukan melalui kearifan lokal masyarakat Sasak pada lingkungannya sendiri dapat membentuk peserta didik yang lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi dan dialami oleh masyarakatnya.

Beberapa penjelasan di atas mengarah pada permasalahan bahwa suatu masyarakat etnis tertentu apabila hanya berpegangan pada budaya asli etnisnya masing-masing tanpa memperhatikan budaya lokal yang ada atau berlaku pada masyarakat di lingkungan sekitarnya maka akan banyak muncul berbagai konflik di masyarakat yang menyebabkan munculnya disintegrasi yang tinggi pada masyarakat tersebut. Sebaliknya apabila beberapa kebudayaan berada dalam posisi yang setara kedudukannya dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi pedoman masyarakat setempat khususnya di masyarakat Sasak dan dapat dijadikan pijakan dalam pergaulan maka akan memperkecil munculnya disintegrasi sosial di masyarakat. Namun nilai kearifan lokal tersebut seyogyanya harus berlandaskan wawasan multikultural karena nilai kearifan lokal Sasak bukan hanya diperuntukan bagi masyarakat asli Sasak melainkan seluruh masyarakat yang terdapat di Lombok.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik dan terdorong untuk mengkaji dan membahas tentang Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat di Lombok Barat.


(32)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keanekaragaman budaya yang terjadi dalam masyarakat bukanlah sebagai faktor perpecahan kesatuan bangsa melainkan dapat menjadi perekat kesatuan dan persatuan bangsa di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya pemahaman kebudayaan yang berbeda pada masing-masing etnis. 2. Timbulnya konflik akibat adanya kepentingan yang muncul dari pihak-pihak

tertentu sehingga membuat persatuan kesatuan masyarakat Sasak di Lombok Barat mengalami perpecahan dan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat di Lombok Barat tentang pentingnya demokrasi, kerukunan, dan saling menghargai antara sesama masyarakat. Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka diperlukan fokus permasalahan yaitu “Pengungkapan nilai kearifan lokal Sasak yang berkaitan dengan wawasan multikultural untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat”. Berpegangan pada latar belakang dan fokus masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang dimiliki oleh masyarakat Sasak di Lombok Barat?

2. Nilai-nilai kearifan lokal Sasak apa saja yang berwawasan multikultural dapat digunakan oleh masyarakat dalam sikap saling menghargai antar etnis dan agama?

3. Sejauh manakah peranan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak berwawasan multikultural dapat menjadi jembatan komunikasi antar etnis dan agama bagi masyarakat di Lombok Barat?


(33)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Sejauh manakah nilai kearifan lokal Sasak mampu menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan dan membangun integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat?

5. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural untuk membangun integrasi sosial dapat menjadi sumber bagi pembelajaran IPS di SMP?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti menguraikan tujuan dalam penelitian ini secara umum dan khusus sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini mengarah pada pengungkapan nilai-nilai kearifan lokal Sasak yang berkaitan dengan wawasan multikultural untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji dan mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sasak di Lombok Barat.

b. Mengkaji nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam sikap saling menghargai etnis dan agama.

c. Mengkaji dan mengorganisasikan peranan nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural yang dapat menjadi jembatan


(34)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi antar etnis dan agama bagi masyarakat multikultural di Lombok Barat.

d. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak yang mampu menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan dan penguat persatuan bagi masyarakat di Lombok Barat.

e. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural untuk membangun integrasi sosial yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran IPS di SMP.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat di Lombok Barat” ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu tema pembelajaran IPS bagi peserta didik. Pembelajaran IPS tidak hanya dilakukan sebagai upaya mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik namun pembelajaran IPS dengan menggunakan kearifan lokal yang terdapat pada masing-masing daerah dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara yang demokratis, partisipatif dan memahami tentang pentingnya nilai-nilai saling menghargai, toleransi, bekerja sama, dan menerima kultur dalam keberagaman kebudayaan khususnya masyarakat di Lombok maupun di Indonesia.


(35)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis di bidang sosial khususnya tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah dengan menggunakan deskriptif kualitatif untuk mendapatkan hasil secara lebih terperinci tentang kebudayaan dan penelitian ini.

b. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia khususnya bagi jurusan Pendidikan IPS Pascasarjana, dapat memperkaya penulisan kebudayaan untuk mengembangkan wawasan multikultural dan integrasi sosial dalam lingkup akademik maupun masyarakat.

c. Bagi masyarakat Sasak di Lombok dapat menjadi salah satu masukan untuk lebih meningkatkan kebudayaan dan penanaman nilai-nilai leluhur sebagai pedoman kehidupan sosial masyarakat.

d. Bagi pemerintah dijadikan bahan masukan mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi tentang kebudayaan, konflik, dan menjadi bahan refleksi pemerintah khususnya kebijakan mengenai kemajuan kebudayaan dan pariwisata di Indonesia.

E. STRUKTUR ORGANISASI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki struktur organisasi penelitian yang dirancang oleh peneliti sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan. Bab ini merupakan pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.


(36)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II, Kajian Pustaka. Bab ini menjabarkan tentang daftar literatur yang digunakan yang dapat mendukung permasalahan yang dikaji mengenai nilai-nilai kearifan lokal yang terjadi pada masyarakat, wawasan multikultural sebagai penguat integrasi sosial di masyarakat.

BAB III, Metode Penelitian. Bab ini membahas langkah-langkah pendekatan, metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam mencari sumber, prosedur penelitian dan analisis data yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji.

BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menyajikan analisis data untuk mengetahui temuan-temuan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta melakukan refleksi atau pembahasan temuan penelitian yang dikembangkan dengan dasar teori yang telah dibahas dalam kajian pustaka.

BAB V, Simpulan dan Saran. Bab ini menyajikan simpulan sebagai pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan dengan cara menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah yang kemudian direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya.


(37)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang mengarah pada perkembangan nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural guna membangun integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipandang lebih sesuai digunakan untuk menyelidiki permasalahan sosial maupun mengungkapkan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat sehingga peneliti dapat memberikan gambaran secara lebih terperinci tentang situasi yang terjadi dalam proses penelitian. Hal tersebut juga didasarkan karena data pada penelitian ini lebih bersifat mengkaji, memahami, dan menguraikan makna kebudayaan yang terdapat pada masyarakat di Kecamatan Lingsar Lombok Barat.

Penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Creswell (2010: 20) mengklasifikasikan lima bagian dalam studi kualitatif yaitu penelitian etnografi,

grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan biografi. Berdasarkan

klasifikasi tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode etnografi sebagai dasar untuk mengetahui nilai kearifan lokal dalam keadaan masyarakat yang multikultural. Penggunaan metode etnografi bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan analisis mendalam terhadap kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat. Spradley (Wardhani, 2013: 80) menjelaskan bahwa:

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, bertindak dengan cara yang


(38)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa pemilihan metode etnografi didasarkan atas penelitian yang mengarah pada proses pengamatan masyarakat secara alamiah (natural setting) dengan menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan secara terperinci untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat Sasak. Selain itu, peneliti melakukan penelitian yang mengarah pada nilai budaya yang menjadi kearifan lokal Sasak di Kecamatan Lingsar karena memiliki khasan perpaduan budaya yang berbeda dengan daerah lain, yaitu:

1. Berbagai kebudayaan masyarakat terdapat dalam upacara adat dan kebiasaan masyarakat yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal.

2. Pelestarian nilai-nilai kearifan lokal Sasak yang dilakukan dari generasi ke generasi melalui pembelajaran dan kebiasaan di masyarakat.

3. Kebiasaan masyarakat menerapkan nilai-nilai kearifan lokal Sasak yang tercermin dalam pergaulan dan interaksi masyarakat sehari-hari.

Oleh sebab itu, pemilihan penggunaan metode etnografi dalam penelitian ini didasarkan karena peneliti dapat menggali secara mendalam tentang makna nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural yang berkembang di masyarakat Lingsar guna membangun integrasi sosial di masyarakat Lombok Barat.

Desain penelitian ini melingkupi berbagai informasi penting tentang rencana penelitian. Dalam desain penelitian diuraikan tentang pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, dan berbagai prosedur untuk penentuan sample/key informan, penggalian dan analisa data. Penelitian ini menggunakan keterlibatan peneliti sebagai instrumen


(39)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Desain pada penelitian ini melakukan kajian dengan observasi dan wawancara pada nilai-nilai kearifan lokal berbasis multikultural pada masyarakat Sasak meliputi: aktivitas/kegiatan masyarakat, sistem kepercayaan dan pandangan hidup, kehidupan sosial budaya, dan nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan wawasan multikultural di masyarakat guna membangun integrasi sosial masyarakat.

Margono (2004: 51) menjelaskan bahwa peneliti kualitatif berusaha berinteraksi dengan subjek penelitiannya secara alamiah dan dengan cara tidak memaksa. Dalam fungsinya sebagai instrumen penelitian, maka peneliti berusaha mencari informasi dari subjek sebagai orang yang dijadikan informan dalam penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti menyadari bahwa tujuan utama penelitian ini adalah mencari informasi bukan menilai suatu situasi sehingga analisis datanya pun berupa deskripsi tentang data yang diperoleh.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan lokasi penelitian sebagai berikut:

1. Kecamatan Lingsar sebagai daerah yang dapat diketahui nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak karena masih memiliki beragam nilai budaya yang sering diselenggarakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan ritual dan kemasyarakatan baik dengan masyarakat setempat maupun dengan masyarakat lainnya.

2. Masyarakat Sasak di Desa Lingsar disinyalir belum sepenuhnya menerima etnis lain yang berada atau menempati daerah di sekitar Desa Lingsar karena masih memiliki sifat yang tertutup terhadap orang luar atau etnis lainnya.


(40)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Mulai terjadi disintegrasi dan kurangnya rasa toleransi antara masyarakat di dalam wilayah yang sama sehingga saat timbul permasalahan dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan.

Fokus penelitian ini berusaha mengungkapkan nilai kearifan lokal Sasak pada bidang politik, sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan wawasan multikultural untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat Sasak dengan masyarakat etnis lainnya maupun antaragama.

Lofland (Moleong, 2013: 157) mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah manusia yang dijadikan informan. Hal tersebut disebabkan karena penelitian ini ditujukan kepada karakteristik masyarakat Sasak di Lombok dimana dibutuhkan beberapa perspektif dari para informan yang memang dipercaya dalam hal wawasan, pengetahuan, dan seluk-beluk kehidupan masyarakat di Lombok.

Penentuan informan dapat dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri informan yang baik menurut Hermanto (2012: 113) sebagai berikut:

1) informan harus memiliki data informasi potensial atas budaya yang dimilikinya melalui proses enkulturasi, 2) informan harus memiliki keterlibatan langsung dalam masalah penelitian, 3) memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data informasi, 4) informan yang baik menyampaikan apa yang mereka ketahui dan alami dalam bahasannya sendiri serta harapannya.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh masing-masing etnis, pemuda, instansi pemerintah, warga asli Sasak di Kecamatan Lingsar. Informan ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan


(41)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai batas penelitian. Kategori informan dalam penelitian ini adalah mereka yang terlibat langsung dalam proses dan pengamatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal Sasak. Meminjam kembali pendapat Hermanto (2012: 114) tentang kategori informan dengan mengelaborasi kategori informan dalam penelitian ini ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Kategori Informan

No. Informan Pokok Informan Pangkal

1. Ketua instansi pemerintahan kebudayaan daerah Kabupaten Lombok Barat.

Koordinator bidang

pengembangan kebudayaan daerah di Lombok Barat. 2. Kepala desa di Kecamatan

Lingsar yang menjadi lokasi penelitian.

Perangkat desa di Kecamatan Lingsar yang memberikan pelayanan publik.

3. Ketua adat atau tokoh agama pada masing-masing daerah.

Tokoh masyarakat yang berbeda etnis pada masing-masing daerah. 4. Warga asli masyarakat setempat

yang mengetahui nilai kearifan lokal Sasak.

Warga non masyarakat setempat yang mengetahui nilai kearifan lokal Sasak.

5. Tokoh pemuda pada masing-masing etnis.

Anggota pemuda yang berada pada organisasi kepemudaan. Sumber: Rancangan Peneliti 2010.

Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Moleong (2013: 224) bahwa di dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Dalam penelitian ini untuk memperoleh data tidak


(42)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditentukan dari mana dan dari siapa peneliti memulai, tetapi apabila hal tersebut sudah berjalan maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Dengan demikian, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik snowball yaitu mulai dari satu semakin lama semakin banyak.

C. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai intrumen dituntut untuk memahami seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian ke lapangan. Sugiyono (2008: 222) menjelaskan bahwa validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan intrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara sedangkan yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri.

D. Persiapan Penelitian

Penelitian kualitatif menurut Bogdan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 84-87) memerlukan persiapan yang disajikan dalam tiga tahapan yaitu tahap pra lapangan, tahap lapangan, dan tahap analisis data.

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan awal dari kegiatan mengkaji masalah yang akan diteliti kemudian menentukan judul dan fokus penelitian. Judul yang dipilih


(43)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu mengenai nilai-nilai kearifan lokal dan pendidikan multikultural yang kemudian dijabarkan kedalam judul yaitu “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Berbasis Multikultural Guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat Sasak di Lombok”. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya sebagai gambaran bagi peneliti dalam merancang suatu rencana penelitian yang kemudian disusun menjadi sebuah proposal penelitian. a. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahapan ini, peneliti mulai menyusun proposal penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan dan mengkaji data dan fakta yang telah ditemukan. Hal yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dan fakta tersebut dengan cara membaca sumber-sumber tertulis dan melakukan wawancara kepada beberapa narasumber mengenai masalah yang akan dibahas. Proposal penelitian yang telah disusun oleh peneliti kemudian diajukan dan dipertimbangkan dalam seminar proposal penelitian. Setelah diseminarkan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap judul penelitian maupun isi dari proposal tersebut. Setelah perbaikan dilakukan proposal diajukan kembali untuk disetujui oleh penguji dan ketua jurusan.

b. Memilih Lapangan Fokus Penelitian

Penentuan lokasi penelitian perlu dipertimbangkan sesuai dengan kemampuan peneliti. Keterbatasan penelitian mempertimbangkan kondisi secara geografis dan praktis yang berkaitan dengan waktu, biaya, dan tenaga dalam melakukan penelitian sehingga fokus penelitian tersebut dapat berjalan secara efektif.


(44)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya sangat dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perijinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.

Pada tahapan ini untuk memudahkan dan memperlancar peneliti dalam melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam kajian penelitian ini, peneliti memilih dan menentukan lembaga/ intansi-intansi yang dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian ini.

d. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Penelitian lapangan dapat berjalan dengan baik apabila peneliti mengetahui terlebih dahulu kondisi lapangan melalui kepustakaan atau melakukan penjajakan keadaan lapangan dengan observasi sehingga peneliti memiliki gambaran secara umum tentang keadaan geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat istiadat, konteks kebudayaan, kebiasaan, agama, pendidikan, mata pencaharian, dan sebagainya. e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian berfungsi untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah membantu peneliti dalam memperoleh informasi yang terjangkau dalam waktu yang relatif singkat sehingga informasi yang diperoleh dapat memenuhi persyaratan dan membantu peneliti dalam memahami situasi dan kondisi latar penelitian.


(45)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Penelitian kualitatif harus mempersiapkan beberapa persiapan yang dibutuhkan oleh peneliti antara lain:

1) Perlengkapan fisik.

2) Surat-surat ijin mengadakan penelitian.

3) Kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian. 4) Pengaturan perjalanan dan perlengkapan pendukung. 5) Instrumen wawancara.

6) Proposal penelitian.

7) Alat perekam, kaset rekaman, dan kamera foto. 8) Alat tulis.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 88-90) dibagi atas tiga bagian yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Pemahaman terhadap latar penelitian dan persiapan diri lebih mengarah padaa pembatasan latar dan peneliti, penampilan, pengenalan hubungan peneliti di lapangan, dan jumlah waktu studi yang ditentukan oleh peneliti. Ketika peneliti sudah memasuki lapangan maka peneliti harus melebur ke dalam subjek penelitian tersebut dengan menjalin keakraban hubungan dengan subjek, mempelajari bahasa yang dipergunakan oleh subjek ataupun informan, dan mempertimbangkan peranan peneliti dalam subjek penelitian tersebut.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan studi lapangan dengan mengumpulkan dan mencatat data-data penelitian sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan dalam proposal. Penelitian dilakukan sesuai rancangan yang


(46)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat dalam proposal dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data atau Pelaporan

Pada tahapan ini peneliti mulai melakukan kegiatan menyusun hasil penelitian yang dilakukan dengan pembimbing. Proses ini merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu peneliti dalam menemukan pemecahan terhadap permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini, peneliti juga mendapatkan masukan dan arahan baik itu berupa komentar atau perbaikan dari kedua pembimbing dalam penyusunan hasil penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

a. Wawancara yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah (2011: 130) adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab yang sifatnya mendalam bertujuan untuk mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan. Sehingga wawancara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan dan lain-lain dari individu atau responden diperoleh melalui pedoman wawancara yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti. Selain itu, wawancara yang dilakukan kepada nara sumber yang ahli dalam bidang kearifan lokal masyarakat Sasak sehingga untuk memperoleh makna yang rasional maka wawancara perlu dikuatkan dengan observasi.


(47)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tidak terstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan,dan perasaan secara natural. Meminjam kembali pendapat Satori dan Komariah (2011: 141-142) terdapat langkah-langkah wawancara dilakukan sebagai berikut:

1) Membuat kisi-kisi untuk mengembangkan kategori/sub kategori yang akan memberikan gambaran siapa orang yang tepat mengungkapkannya. 2) Menetapkan informan kunci.

3) Membuat pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

4) Menghubungi dan melakukan perjanjian wawancara. 5) Mengawali atau membuka alur wawancara.

6) Melangsungkan alur wawancara dan mencatat pokok-pokoknya atau merekam pembicaraan. Dalam proses wawancara ini didokumentasikan dalam bentuk buku catatan tertulis maupun rekaman, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kebernilaian dari data yang diperoleh dan mencatat kata-kata penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti.

7) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. Melakukan pengecekan data kembali terhadap informasi yang telah diperoleh.

8) Menuangkan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

9) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. Sehingga langkah di atas diharapakan dapat membantu peneliti dalam mendapatkan informasi yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Sasak.


(48)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Observasi yaitu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung untuk mendapatkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Sejalan dengan hal itu, menurut Faisal (2010: 54) pengumpulan data dengan observasi menggunakan alat pengumpulan data berupa panduan observasi dengan sumber data berupa benda, kondisi, situasi, proses atau laporan media massa tertentu. Oleh karena itu, observasi dalam pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap subjek dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi ujung tombak kegiatan observasi yang dilaksanakan, seperti pemanfaatan Tape Recorder.

c. Studi dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau lain-lain bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen. Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.

d. Pemeriksaan dan validasi data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan triangulasi dengan memanfaatkan informan yang disesuaikan dengan hasil informasi yang telah diperoleh. Creswell (2010: 286-288) mengemukakan delapan prosedur verifikasi data yang digunakan sebagai standard kualitas dan verifikasi dalam penelitian kualitatif sebagai berikut:

1) Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun tema-tema secara koheren. Tema


(1)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Maq kaka : Saudara laki-laki dari ibu

Mendak pesaji : Menjemput persembahan / sesajen di rumah pemimpin adat ritual di untuk dibawa ke sumber mata air suci / keramat

Mentoaq : Mertua

Merariq : Proses melarikan anak gadis untuk dijadikan istri Mesejati selabar : Mengutus dua orang untuk memberitahukan kepada

orang tua gadis bahwa anaknya berhasil dilarikan oleh laki-laki untuk dikawini

Miaq pesaji : Membuat dan menata persembahan yang terdiri dari ketupat beserta lauk pauknya

Midang : Bertandang ke rumah perempuan

Nampah kaoq : Menyembelih kerbau yang dijadikan korban untuk suatu acara

Naq kaka : Saudara perempuan dari ibu Ngaturang pesaji : Mempersempahkan sesajen

Ngilahang : Mengarak persembahan / sesajen dengan berkeliling di sumber mata air suci / keramat sebanyak tiga kali putaran

Nunas wali : Meminta wali dari orang tua perempuan agar dapat dinikahkan secara agama

Nurut lekan mama : Mengikuti garis keturunan dari laki-laki Nurut lekan nina : Mengikuti garis keturunan dari perempuan

Nyerah gantiran : Menyerahkan keperluan / bantuan untuk pernikahan kepada pihak perempuan


(2)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nyongkolan : Kedua pengantin yang diarak dimuka umum untuk mengunjungi orang tua perempuan

Nyerahang topat : Menyerahkan ketupat ke depan altar kemaliq

Pade besesiru / besiru : Pekerjaan gotong royong bekerja di sawah dari menanam bibit sampai panen

Pade betandang : Saling mengunjungi yang dilakukan dengan masyarakat antar desa maupun antar dusun

Pade betulung : Tolong menolong dalam membajak menggaru sawah ladang para petani

Pade wales / bebales : Saling balas silaturrahmi, kunjungan atau semu budi (kebaikan) yang pernah terjadi karena kedekatan-persahabatan

Paibon : Sebuah sanggah atau tempat pemujaan yang melambangkan kesatuan leluhur yang sama

Paikian : Hubungan kekeluargaan yang berasal dari keturunan laki-laki

Papuq : Sebutan untuk orang tua dari amaq dalam masyarakat Sasak

Papuq bai : Sebutan untuk keturunan ke bawah / cucu Papuq baloq : Sebutan untuk keturunan ke atas

Pekasih : Pemimpin khusus dalam bidang pertanian Penginang : Perlengkapan untuk makan / mengunyah sirih Pengosap malak : Sepotong kain putih untuk pembungkus uang

bolong


(3)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pereba’ jangkih : Membongkar tungku setelah selesai proses

perkawinan

Permenak kaula : Lapisan masyarakat berdasarkan keturunan dalam derajat manusia berdasarkan adat Sasak

Pertasti : Prasasti tentang garis keturunan masyarakat Bali

Pisaq : Sepupu

Raden : Gelar yang dipergunakan seorang laki-laki bangsawan asal lapisan pertama

Saling ajinan : Sikap saling menghormati atau saling menghargai terhadap perbedaan yang ada dalam masyarakat Saling angkul / sangkol /

sangkon

: Sikap kepedulian masyarakat melalui bentuk saling menolong dengan memberikan bantuan material terhadap kawan mengalami musibah dalam usaha perdagangan

Saling bait : Proses ambil-ambilan dalam adat perkawinan Sasak Saling bepesilaq : Saling mengundang untuk suatu hajatan keluarga Saling ilingan / peringet : Saling mengingatkan satu sama lain antara

seseorang (kerabat / sahabat) dengan tulus hati Saling jangoq : Silaturrahmi saling menjenguk jika ada di antara

sahabat sedang mendapat atau mengalami musibah Saling jot / perasak : Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang atau suatu

keluarga dengan saling memberi atau mengantarkan makanan kepada kerabat atau tetangga

Saling liliq / gentik : Suatu bentuk tolong menolong antara teman dengan membantu membayar hutang atau tanggungan sahabat, dengan tidak memberatkannya dalam bentuk bunga atau perjanjian yang mengikat


(4)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saling pelangarin : Sikap dan perilaku saling melayat jika terdapat kerabat, sahabat, tokoh agama, dan warga yang meninggal dunia

Saling peliwat : Bentuk tolong menolong bagi seseorang yang sedang jatuh rugi dalam usaha dagangannya

Saling saduq : Saling mempercayai dalam pergaulan dan persahabatan, terutama membangun persaudaraan Sasak sejati di antara sesama kerabat Sasak dan antar orang Sasak / non Sasak

Saling sero : Saling tolong dalam menanami sawah ladang Saling tembung / sapak : Saling bertegur sapa jika bertemu atau bertatap

muka antar seorang dengan orang lain dengan tidak membedakan suku atau agama

Sanggah : Tempat sembahyang / beribadah bagi keluarga yang beragama Hindu

Sasak : Sebutan bagi penduduk pribumi yang berada di Lombok yang memiliki arti satu-satunya kelurusan Saur alap : Saling tolong menolong dalam mengolah sawah

ladang, seperti dalam hal ngekiskis, mencabuti, membersihkan rerumputan dengan alat potong kikis berupa sabit

Sebo’ : Menyembunyikan

Sekurenan : Keluarga inti dalam masyarakat Sasak yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak

Sembah kesembah : Berbakti antara satu dengan yang lainnya yang dilakukan secara turun temurun


(5)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Semeton jari : Sebutan untuk keturunan ke samping

Sempu : Sepupu dari sepupu

Semame : Sebutan istri untuk suami

Senina : Sebutan suami untuk istri

Sesenggak : Peribahasa Sasak

Side : Kamu

Sidikare : Semua saudara laki-laki / keturunan laki-laki dari generasi ke generasi

Sorohan : Suatu keluarga besar dalam masyarakat Sasak

Subak : Sistem bertani

Tata : Sebutan untuk orang tua dari baloq dalam masyarakat Sasak

Tekaka’ : Sebutan untuk anak sulung

Toker : Sebutan untuk orang tua dari tata dalam masyarakat Sasak

Tradi : Sebutan untuk anak bungsu

Tulah manuh : Mendapat kesialan, kecelakaan, atau gagal usaha Tumpuan wirang : Salah satu benda tajam berupa gunting atau pisau

kecil yang diberikan dalam proses sorong serah

Tusela’ / leak : Orang yang menggunakan mantra untuk dapat

menjelma menjadi suatu mahluk atau berwujud binatang

Wareng : Sebutan untuk orang tua dari siwur dalam masyarakat Sasak


(6)

Yenni Vergatanti Zaremba, 2014

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL GUNA MEMBANGUN INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT