MULTIKULTURAL DAN KEARIFAN LOKAL SEBUAH

1

MULTIKULTURAL DAN KEARIFAN LOKAL,
SEBUAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun
Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Padang, 17 November 2014
Di Gedung Nasional Kerinci Sungaipenuh
Zariul Antosa, Drs., M.Sn
Dosen JIP Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
zariulantosa@lecturer.unri.ac.id

Abstrak
Kep-Men No. 70 tahun 2013 menjadi awal dijalankan Kurikulum 2013, mengacu pada tujuan
untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif dan bernalar.
Kurikulum didesain sedemikian rupa sehingga siswa dalam pembelajaran tidak hanya menjadi
obyek namun bisa menjadi subyek serta berperan aktif dalam mengembangkan wawasan
pembelajaran. Secara teknis kurikulum 2013 telah dilengkapi dengan perangkat seperti buku
materi dan silabus, serta buku guru yang berisi alternatif pendekatan (pedagogi) yang hendak
digunakan dalam mengembangkan pembelajaran. Persoalan yang luput dari pertimbangan
pembuat kebijakan adalah kreatifitas guru yang terabaikan. Guru yang seharusnya

memformulasi sendiri proses pembelajaran berdasarkan karakteristik sekolah dan siswanya
jadi terabaikan karena semua sudah disediakan. Pemikiran tentang kemudahan bagi guru
malah menjadi bumerang dalam pencapaian pembelajaran. Penyajian materi yang tidak
mengakomidir gejala yang menasional memungkinkan terjadinya pendangkalan terhadap
materi pembelajaran, terutama sekali pada pembelajaran seni budaya. Pembelajaran seni
budaya selain bertujuan untuk konservasi budaya juga meningkatkan pemahaman siswa
terhadap budaya itu sendiri apalagi pada saat ini penduduk pada setiap daerah sudah semakin
heterogen. Untuk itu dibutuhkan pembelajaran yang berbasisis multikultur. paradigma
pendidikan multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan
intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan budaya. Lembaga
pendidikan harus mau dan mampu menanamkan sikap pada siswa untuk menghargai orang,
budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang
berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang
lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Paradigma multikultural secara
implisit juga menjadi salah satu concern pada Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Melalui semangat multikulturalisme, sekolah akan menjadi medium
pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama,
ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai.Pada
konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk
menanamkan sikap simpati, respek, apresiatif, dan empati terhadap penganut agama dan

budaya yang berbeda. Lebih jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat
belajar untuk melawan atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toleranan (l’intorelable)
seperti inkuisisi

Kata Kunci : Multikultural dan Kearifan lokal, Kurikulum 2013

DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

2

A. Pendahuluan
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu
memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama
proses pendidikan dan pembelajaran selalu berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat. Ketercapaian tujuan pendidikan
nasional berawal dari ketercapaian hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diantaranya adalah kurikulum, kemampuan guru, aktifitas siswa, serta unsur
sarana prasarana.
Persoalan lain yang menonjol pada pendidikan kita saat ini adalah adanya kurikulum

yang silih berganti dan membebani guru untuk mengembangkan kegiatan
pembelajaran dan pengembangan yang betul-betul dapat diimplementasikan sesuai
dengan perubahan yang diinginkan oleh kurikulum itu sendiri.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada hakikatnya perubahan kurikulum merupakan usaha
penyempurnaan dalam mencapai tujuan dan perbaikan sistem pendidikan. Perubahan
tersebut dilakukan karena masih terlihatnya kelemahan-kelemahan pada kurikulum
sebelumnya yang dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga
perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut menjadi pilihan yang harus
dilakukan dalam usaha menciptakan generasi masa depan yang unggul, mampu
bersaing di dunia internasional, mampu berkompetisi dengan percepatan pengetahuan
itu sendiri, kreatif, inovatif dan berkarakter.
Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
budaya. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula tantangan
yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan yang semakin gencar menuntut
Indonesia untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat martabat bangsa. Oleh
karena itu, untuk menghadapi tantangan yang mungkin akan menimpa dunia
pendidikan kita, pemahaman yang menyeluruh dan ketegasan kurikulum serta
implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia.
Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan fungsinya guru

bertugas untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Penguasaan materi, pengelolaan pembelajaran, penggunaan strategi dan
metode mengajar serta pendekatan pembelajaran menjadi indikator penentu
keberhasilan guru dalam membelajarkan siswa. Perubahan kurikulum yang silih
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

3

berganti membuat guru tidak mampu mengelola pembelajaran secara efektif, karena
pemahaman yang menyeluruh terhadap kurikulum tidak dapat dilakukan melalui
kajian teori saja tetapi harus dimplementasikan dalam susasana nyata.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KBK dan KTSP yang persiapan dan
pelaksanaannya tidak diiringi oleh sosialisasi, cenderung kurang memadai dan
menyisakan masalah serta trauma pada guru. Implemantasi kurikulum 2013 dilakukan
melalui sosialisasi yang terstruktur dari tingkat nasional sampai ketingkat daerah.
Diawali dengan sosialisasi kepada LPTK dilanjutkan dengan pelatihan nara sumber
yang dikembangkan secara bertahap dari tingkat nasional sampai tingkat kecamatan
yang akhirnya berujung kepada pelatihan guru-guru. Pelatihan juga dikembangkan
bertahap mulai dari pemahaman substansi kurikulum 2013, pengembangan

pembelajaran, penilaian serta tata kelola pengisian laporan hasil belajar. Mencermati
hal ini optimis rasanya implemetasi kurikulum 2013 akan tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
Berdasarkan kenyataan yang kita lihat saat ini masih banyak guru yang mengalami
kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran. Dari informasi yang didapatkan dari
peserta PLPG dan guru-guru yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 terjadi
beberapa miskonsepsi dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Pemahaman sepihak
terhadap kurikulum 2013 akan berdampak terhadap ketidak efektifan pencapaian
tujuan pembelajaran. Permasalah tersebut diantaranya adalah kurangnya pemahaman
terhadap substansi kurikulum 2013, penerapan pendekatan (saintifik) dalam
pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas siswa dan
penilaian autentik. Untuk itu peran aktif guru yang menyangkut keseluruhan aspek
pembelajaran termasuk pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sangat
diperlukan. Guru tidak hanya dituntut memahami materi yang akan diajarkan, tetapi
hendaknya memahami semua karakteristik yang terkandung di dalamnya sehingga
guru dapat dengan mudah menerapkan paradigma-paradigma baru dalam proses
pembelajaran. Guru diharapkan mampu merubah paradigma menyampaikan pelajaran
sebanyak-banyaknya dengan paradigma baru yang menekankan pada upaya membantu
siswa agar lebih mampu mengerti, memahami, atau menguasai konsep untuk
memecahkan suatu persoalan sesuai dengan harapan kurikulum.

Banyak wacana yang berkembang tentang kurikulum 2013 ini. Berbagai persepsi dan
kritik berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

4

kurikulum yang sedang disusun. Ditilik dari masa reformasi, sudah terjadi tiga kali
kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional. Setelah rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006
dan sekarang kurikulum 2013. Melihat hal ini ada permaslahan yang perlu dicermati
bersama antara penyedia kurikulum dan stakeholdernya. Agar reformasi dan cita-cita
kurikulum 2013 dapat diimplementasikan dengan baik, (walalupun Mendikbud Anis
Baswedan sudah mewacanakan untuk mengevaluasi kurikulum yang baru seumur
jagung ini), ada beberapa pemikiran yang mungkin dapat kita cermati bersama.
1. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran seni budaya
3. Penerapan pendekatan multikultural dan kearifan lokal sebagai satu alternatif dalam
pembelajaran seni budaya.
B. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Seni Budaya
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar penting
dalam perumusan kompetensi dasar mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap
mata pelajaran harus mencerminkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.
Paradigma pembelajaran Seni Budaya sebagai sebuah kompetensi keterampilan
sekarang dirancang bukan hanya untuk mengasah kompetensi keterampilan melainkan
harus mencakup kompetensi sikap dan kompetensi pengetahuan. Seni Budaya dalam
Kurikulum 2013 dirumuskan untuk mengasah kompetensi pengetahuan, baik dari
proses berkarya maupun nilai yang terkandung di dalamnya, praktik berkarya seni
budaya untuk mengasah kompetensi keterampilan, serta pembentukan dan penanaman
sikap apresiatif. Pembelajaran dirancang berbasis aktivitas (proses) dalam sejumlah
ranah seni budaya, yaitu seni rupa, tari, musik, dan teater yang diangkat dari tema-tema
kesenia yang merupakan warisan budaya bangsa (kearifan lokal). Aktivitas-aktivitas
tersebut tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas, melainkan juga melalui
pelibatan aktif siswa dalam kegiatan seni budaya yang diselenggarakan oleh kelas,
sekolah maupun masyarakat. Mata pelajaran ini mengandung unsur muatan lokal,
berupa materi yang digali dari kearifan lokal masyarakat Indonesia dan diajarkan
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya

Dalam Implementasi Kurikulum 2013

5

secara terintegrasi dengan materi ajar atau diajarkan secara terpisah, jika diperlukan.
Muatan lokal merupakan bahan kajian yang berisi potensi dan keunikan budaya lokal
untuk membentuk pemahaman dan sikap apresiatif siswa terhadap potensi daerahnya.
Muatan lokal membentuk pemahaman yang bermanfaat untuk memberikan bekal sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kepada siswa:
a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya;
b. Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap apresiatif
terhadap budaya daerah yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.
c. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai budaya yang
berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan budaya nasional.
Pembelajaran Seni Budaya dilaksanakan secara terpadu dan utuh yang diwujudkan
dalam proses pembelajaran. Secara konseptual pembelajaran seni budaya bersifat (1)
multilingual, yakni pengembangan kemampuan siswa mengekspresikan diri secara
kreatif dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa

kata, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan
di antaranya. (2) multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi siswa
tentang konsep seni, termasuk pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi,
dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, dan etika.
(3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan siswa
mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara. Sikap ini diperlukan
untuk membentuk kesadaran siswa akan beragamnya nilai budaya yang hidup di
tengah masyarakat. (4) multikecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang
harnonis sesuai dengan perkembangan psikologis siswa, termasuk kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual-spasial, verbal-linguistik, musikal, matematiklogik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya. Secara umum pembelajaran Seni
Budaya bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik,
sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada siswa.
Sikap ini hanya mungkin tumbuh jika dilakukan melalui serangkaian proses aktivitas
pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui proses pembelajaran yang khas yang
menempatkan siswa sebagai penentu pembelajaran (student centre learning). Secara
khusus pembelajaran Seni Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu;
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

6


a. menumbuhkembangkan sikap toleransi,
b. menciptakan demokrasi yang beradab,
c. menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk,
d. mengembangkan kepekaan rasa dan keterampilan
e. menerapkan teknologi dalam berkreasi
f. menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya Indonesia
g. membuat pergelaran dan pameran karya seni.

2. Kurikulum
Menurut UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 19 dikatakan bahwa kurikulum adalah Seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan sebuah sistem, memiliki sejumlah
komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk
mencapai tujuan. Hal itu memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam
pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat
komponen dari suatu model saling berhubungan yaitu komponen tujuan, materi,
evaluasi, dan metode. Kurikulum sebagai rencana untuk pengalaman yang dihadapi
siswa di sekolah maka guru harus menyusun mata pelajaran, pengalaman belajar,

program belajar, dan hasil apa saja yang diharapkan dapat jelas terlihat. Oleh karena itu
kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, menjamin adanya
pemeliharaan keseimbangan selama proses pendidikan, dan pemenuh kebutuhan
stakeholder.
Dalam perkembangannya Kurikulum sudah mengalami sebanyak 9 kali perubahan
yaitu kurikulum 1947, 1952, 1964 , 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan sekarang
kurikulum 2013 yang sedang dalam proses penyempurnaan. Kurikulum yang
dikembangkan dari masa setelah kemerdekaan Indonesia 1945 sampai 2003,
pendekatan kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis materi (contentbased curriculum development) sedangkan kurikulum 2004 KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) dan kurikulum 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) serta
Kurikulum 2013 (Standart Based Curriculum) menekankan pada pemikiran ilmuwan
dengan metode ilmiah (saintifik).
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

7

Organisasi kurikulum sebagai struktur program kurikulum berupa kerangka umum
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Nasution (1989:80)
menyebutkan terdapat dua bentuk kurikulum, yakni: (1) Subject Curriculum (lebih
menekankan pada pembentukan intelektual); dan (2) Integrated Curriculum (lebih
menekankan pada pembentukan intelektual dan kepribadian);. Subject Curriculum
terbagi dalam 3 bentuk yaitu: Separated Curriculum (mata pelajaran terpisah dan tidak
terkait satu dengan lain), Correlated Curriculum (mata pelajaran terkait satu lain
dengan lain tetapi tetap ada karakteristik mata pelajaran), dan Broad-field Curriculum
(beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dikorelasikan
dalam satu bidang pengajaran). Sedangkan Integrated Curriculum terbagi dalam 3
bentuk yaitu: Core Curriculum (meniadakan batasan mata pelajaran dan menyajikan
pelajaran dalam bentuk unit secara keseluruhan), Social Curriculum (pelajaran
didasarkan pada akivitas dalam masyarakat dan kebudayaannya), dan Activity
Curriculum (pengalaman langsung dan minat lebih diutamakan dalam proses belajar).
3. PERBEDAN KURIKULUM KTSP DENGAN KURIKULUM 2013
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum KTSP disusun berdasarkan undang-undang pemerintah tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Untuk pelaksanaan pada pendidikan dasar dan
menengah yang mengacu pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi,
Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kelulusan, Permendiknas No. 24
tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan, Permendiknas No. 22
dan 23 tahun 2006 tentang panduan pelaksanaan KTSP yang disusun oleh BSNP.
KTSP 2006 pada prinsipnya adalah penyerahan pelaksanaan pendidikan kepada
institusi pendidikan dengan tujuan untuk memberdayakan dan memandirikan satuan
pendidikan. KTSP mendorong sekolah untuk mengambil keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulumsesuai dengan karakteristik siswa, materi dan
lingkungan belajar dengan harapan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Terutama sekali melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan struktur kurikulum dan mengelola serta memberdayakan sumber
daya yang ada. Struktur KTSP merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Muatan Lokal dan kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian terpadu dari strukutur kurikulum pada jenjang
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

8

pendidikan dasar dan menengah, pengembangan stuktur kurikulum dilakukan dengan
mengatur alokasi waktu tatap muka seluruh pelajaran, memanfaatkan waktu 4 jam
tambahan untuk pelajaran baru, mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal.
KTSP menuntut guru, kepala sekolah, pengawas, dan jajaran terkait untuk
mengembangkan kurikulum sesuai kondisi sekolah. Implementasi KTSP akan
bermuara pada pelaksanaan pembelajaran sebagai muara dari Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Guru harus dapat menjabarkan dalam Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru juga harus dapat menjelaskan
Standar Kompetensi Minimal (SKM) yang harus dicapai oleh siswa dan cara belajar
untuk mencapai kompetensi tersebut. Untuk mencapai pesat , lonjakan usia produktif ,
dan perdagangan pasar bebas 2015 maka disusun kurikulum 2013.

Menciptakan

manusia yang mandiri, mampu memecahkan masalah, mempunyai kepribadian yang
kuat, inovatif dan kreatif dan menguasai teknologi.
b. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulm KTSP yang dilaksanakan
dengan dengan Landasan Undang-undang pemerintah tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah No 32/2013 tentang SNP. Dalam
implementasinya pada pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Permendikbud
no. 64 tahun 2013 tentang Standar isi; Permendikbud no.54 tahun 2013 tentang standar
kelulusan. Sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan dalam KTSP 2006,
kurikulum 2013 juga mengembangkan kompetensi yang mencakup sikap, pengetahuan
dan keterampilan dengan tujuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi yang
makin meningkat.
Dalam usaha memudahkan mencapai tujuan pendidikan kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan ilmiah (scientific approach) saintifik. Pendekatan saintifik digunakan
sebagai jembatan untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa
melalui proses belajar yang memenuhi kriteria ilmiah. Ada 7 kriteria dalam pendekatan
scientific disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu: (1) Materi
pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika
atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata. (2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru. (3) Siswa
terbebas dari prasangka yang sertamerta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

9

menyimpang dari alur berpikir logis. (4) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir
secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. (5)

Mendorong dan

menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,kesamaan,
dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. (6) Mendorong dan menginspirasi
siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (7) Berbasis pada konsep,
teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Proses pembelajaran ilmiah (scientific) merupakan perpaduan antara proses
pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi pada
kurikulum 2013 dilengkapi dengan serangkaian aktifitas saintis yang meliputi aktivitas
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud,
2013). Meskipun ada yang mengembangkan lagi menjadi mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta.
Namun, beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran dengan
pendekatan scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar berorientasi kepada
proses dan tidak harus terjadi di ruang kelas, tetapi juga dapat dilakukan di lingkungan
sekolah dan di masyarakat. Selain itu, dalam kegiatan belajar guru cukup bertindak
sebagai scaffolding ketika siswa mengalami kesulitan, serta guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan
keteladanan.
Kompetensi pembelajaran yang dilakukan meliputi ranah afektif, kognitif dan
psikomotorik.Ketiga ranah kompetensi tersebut melalui penerapan pendekatan saintifik
memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui
aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik
kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan

pembelajaran

berbasis

penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

10

kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek dengan
menerapkan strategi PJBL (project based learning). Selanjutnya untuk mendorong
siswa mampu menganalisis permasalahan-permasalahan budaya dilakukan dengan
pendekatan PBL (problem Based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut
Sikap
Menerima
Menjalankan
Menghargai
Menghayati,
Mengamalka
n

Pengetahuan
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Mengevaluasi

Keterampilan
Mengamati
Menanya
Mencoba
Menalar
Mencipta
Menyaji

Kerangka kurikulum 2013 disusun berdasarkan kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)
mata pelajaran. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorikal
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari siswa untuk
suatu tema untuk SD/MI. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing
elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD mata pelajaran dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar
yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan.

4. Pendekatan Multikultural dan Kearifan Lokal
a. Pendekatan multikultural,
Dengan semaraknya gerakan posmodernisme dalam berbagai sektor, sebuah wajah
baru dalam pendekatan pembelajaran seni pun ikut tampil yaitu pendekatan
multikultural (Multicultural Art Education Approach). Komunitas masyarakat
posmodernis yang mendukung tentang keragaman sosial dan budaya serta
kontekstualisme keberatan pada Pendekatan Disiplin yang terfokus pada tradisi seni
rupa modern Barat (Hamblen 47-49). Bagi mereka, "...there is no single meaning or
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

11

truth, but one that is constructed by all who seek to understand art" (Neperud). Tidak
mengherankan bila persoalan pluralisme sosial dan keragaman budaya menjadi fokus
utama wacana pendidikan seni dengan pendekatan mulikultural. Sebenarnya cikal
bakal pendekatan pendidikan multikultural telah digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dari adanya
kebiasaan guru untuk membelajarkan siswa tentang pembelajaran seni budaya dengan
menggunakan benda-benda kerajinan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukannya (Hamblen). Namun demikian, pembelajaran yang mereka lakukan
masih masih menempatkan benda tersebut dalam posisi terabaikan belum sampai pada
tataran pemaknaan. Hal ini disebabkan media tersebut hanya difungsikan sebagai
peragaan saja tanpa ada pembahasan tentang pemaknaan benda tersebut baik psikis
maupun praktis. Meskipun dalam pendekatan pendidikan seni multikultural menolak
dominasi pemikiran seni rupa barat namun pendekatan ini tidaklah dalam artian
menyingkirkan seni rupa barat sama sekali. Menurut pendukung pendekatan ini,
pendekatan pendidikan seni multikultural bertujuan untuk meluaskan cakupan
pendidikan seni sesuai dengan akar budaya masyarakat dan bukan mempersempitnya.
Dengan cakupan yang luas itu, maka berbagai nilai-nilai artistik budaya tradisional
serta estetikanya terakomodasi (Delacruz). Karena itulah, pendekatan multikultural
menggunakan berbagai bentuk teori dan praktik dengan menekankan sesuai dengan
konteks sosial dan budaya setempat (Efland, Change). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendekatan multikultural dalam pendidikan seni diimplementasikan
dengan menggunakan pendekatan eklektik dalam pengembangan pembelajaran.
Berkait dengan hal itu Dr. Junaidi S.S., M. Hum, dalam artikelnya tentang budaya
melayu mengatakan bahwa multikulturalisme memberikan peluang bagi kebangkitan
etnik dan budaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini
adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya. Pendekatan Multikultural
yang telah diuraikan di atas merupakan tiga pendekatan utama yang mempengaruhi
secara berarti pemikiran dan praktik pendidikan seni rupa dewasa ini.
Pelaksanaan Pendekatan Multikultural
Kebutuhan

akan

kurikulum

pendidikan

seni

rupa

berdasarkan

pendekatan

Multikultural untuk digunakan di sekolah, mendorong pendidik seni rupa dan kubu
Pendekatan Pendidikan Multikultural untuk menyiapkan pedoman pengembangan
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

12

kurikulum. Wasson, Stuhr, dan Petrovich-Mwaniki, misalnya, menawarkan enam
pernyataan

yang

dapat

digunakan

sebagai

dasar

dalam

merancang,

mengimplementasikan dan menilai kurikulum Pendekatan Multikultural sebagai
berikut:
1) We advocate a socioanthropological basic for studying the aesthetic
production and experience of cultures, which means focusing on knowledgeof
the makers of art, as well as the sociocultural context in which art is produced.
2) We acknowledge teaching as cultural and social intervention and therefore, in
any teaching endeavor, it is imperative that teachers not only confront, but also
consistently be aware of their own cultural and social biases.
3) We support a student/ communitycentered educational process in which the
teacher must access and utilize the students' sociocultural values and beliefs
and those of the cultures of the community, when planning art curricula.
4) we support anthropologically based methods for identifying these sociocultural
groups and their accompanying values and practices which influence aesthetic
production.
5) We advocate the identification and discriminating use of culturally responsive
pedagogy that more dramatically represents the sociocultural and ethnic
diversity existing in the classroom, in the community and the nation.
6) We want to focus on the dynamic complexity of the factors that affect all
human interaction: physical and mental ability class, gender, age, politic,
religion, and ethnicity. Weseek a more democratic approach whereby the
disenfranchised are also given a voice in the art education process, and the
disenfranchised, as well as franchised, are sensitized to the taken-for-granted
assumptions implicit in the dominant ideology (234-235).
Lebih jauh, Stuhr, Petrovich-Mwaniki dan Wasson mengidentifikasi lima langkah
utama dalam mengembangkan kurikulum pendidikan seni multikultural sebagai
berikut: Langkah pertama adalah guru menganalisa dan memperbaiki sikap negatif
yang mungkin mereka miliki terhadap pluralisme sosial dan keragaman etnis. Dengan
cara ini, mereka akan menciptakan suasana belajar seni yang multikultural dan
kondusif. Langkah kedua adalah guru dan siswa melakukan analisa situasi agar akrab
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Langkah ketiga, guru dan murid
memilih materi yang relevan dan sekaligus menarik untuk dikembangkan; Langkah
keempat adalah guru dan murid secara kolaboratif menyelidiki persoalan yang
berkaitan dengan materi yang telah dipilih; Pada langkah ini, Stuhr, PetrovichMwaniki dan Wasson menyarankan tindakan yang perlu dilakukan adalah
mengidentifikasi persoalan sosial yang berkaitan dengan agama, suku, tingkat
kehidupan ekonomi, kemampuan mental serta fisik. Dilanjutkan dengan mengumpul
data yang relevan, mengklarifikasi dan mengkonfrontasikannya dengan nilai-nilai
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

13

yang dianut siswa, dan diakhiri dengan membuat keputusan reflektif serta mengambil
langkah nyata sesuai keputusan. langkah kelima adalah guru melaksanakan evaluasi
yang berkaitan dengan proses berkarya dan penciptaan produk.
b. Kearifan lokal,
Kearifan lokal berasal dari bahasa Inggris local wisdom. Local wisdom terdiri dari dua
kata: wisdom (kearifan) dan local (lokal). Dalam Kamus Indonesia Inggris John M.
Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom berarti kearifan
atau mungkin banyak persamaannya dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local
wisdom dapat juga diartikan sebagai kearifan setempat atau gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Selanjutnya Ayatrohaedi menyamakan kearifan lokal itu
dalam disiplin ilmu antropologi dikenal dengan istilah dengan Local Genius (lihat
Ayatrohaedi, 1986). Local genius ini pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales dalam
tulisan-tulisannya tentang antropologi. Haryati Soebadio mengatakan bahwa local
genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing
sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara
Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya
daerah berpotensi sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk
bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah:
1) mampu bertahan terhadap budaya luar
2) memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3) mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya
asli
4) mempunyai kemampuan mengendalikan
5) mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan Lokal” dalam http://www.
balipos.co.id, didownload 17/9/2013, mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius)
adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai
nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

14

budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat
universal. S. Swarsi Geriya dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam
Iun, http://www.balipos.co.id mengatak an bahwa secara konseptual, kearifan lokal
dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi
nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan
lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu
yang lama dan bahkan melembaga. Kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu
yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama.
Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena
kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami
penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh
masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Bila
demikian maka ia tidak tumbuh secara alamiah tetapi dipaksakan. Fungsi Kearifan
Lokal Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg
Bali” dalam http://www.balipos.co.id , bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat
dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturanaturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup dalam
aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Beberapa
fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:
1) Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2) Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia,
3) Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4) Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5) Bermakna sosial etika dan moral.
6) Bermakna politik.
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
atau berpusat pada siswa SCL (student center learning) untuk menguasai kompetensi
dasar dan kompetensi inti pada tingkat yang memuaskan (excepted) dikembangkan atas
dasar karakteristik konten kompetensi pengetahuan yang bersifat mastery. Konten
pengetahuan diajarkan secara langsung (direct teaching), demikian juga halnya dengan
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

15

keterampilan kognitif dan psikomotorik yang bersifat developmental yang dapat dilatih
(trainable). Untuk kompetensi sikap, konten developmental dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching) atau dilakukan melalui
keteladanan (pencontohan). Untuk itu sesuai dengan filsafat perenialisme pembelajaran
akan lebih mudah dipahami jika sesuatu itu merupakan bagian dari diri orang tersebut.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural. Solusi yang ditawarkan
kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan mengunakan kembali nilainilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh , kuat
pada zaman kuno dan pertengahan . Peradaban- kuno (yunani purba) dan abad
pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke masa dari
abad ke abad (sa’dullah, 2009: 151). Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan
pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengerahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang
meyakinkan selain, kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa yang
membentuk suatu sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan
dahulu. Melihat kepada hal di atas maka prinsip-prinsip mendasar yang dimaksud dapat
berupa nilai-nilai budaya tradisi yang sudah menjadi kearifan lokal masyarakat.
Dimana kebenaran dalam kearifan lokal sudah diakui secara konvensi oleh masyarakat.
Tinggal lagi bagaiman generasi penerus dapat memaknai kearifan lokal tersebut
sebagai serangkaian ilmu pengetahuan yang teruji secara empiris.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi atau dikenal juga dengan
sebutan outcomes-based curriculum. Pada kuikulum 2013 pengembangan kurikulum
diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi
Lulusan (SKL). Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam membangun kemampuan.
Kompetensi Inti (KI) merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk
kualitas yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan pada jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi yang dikelompokkan ke dalam

DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

16

aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
KI berfungsi sebagai unsur pengorganisir (organising element) Kompetensi Dasar.
Sebagai unsur pengorganisir, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal KD. Organisasi vertikal KD adalah keterkaitan antara konten KD
satu dengan jenjang pendidikan ke jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip
belajar menjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari
peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten KD satu mata
pelajaran dengan konten KD dari mata pelajaran yang berbeda sehingga terjadi proses
sinergi antar mata pelajaran. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang
saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap religius (KI,1), sikap sosial (KI, 2),
pengetahuan (KI, 3), dan keterampilan (KI, 4). Ke-4 kelompok itu menjadi acuan bagi
KD dan dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap religius dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirect teaching) pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (KI, 3) dan keterampilan (KI, 4).
Merujuk pada kurikulum 2013 dan tuntutan kompetensi yang diharapakan maka
penulis memandang perlu untuk memilih satu pendekatan pembelajaran yang dapat
menghela aktivitas pembelajaran yang. Penulis melihat implementasi kurikulum 2013
akan lebih mudah diterapkan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang
menunjang konsep berfikir filsafat perenialisme yang berbasis budaya (kearifan lokal).
Untuk itu pendekatan multikultural layak menjadi pilihan KD. Pemikiran perenialisme
tentang budaya luhur yang dianut oleh masyarakat setempat merupakan sebuah
kecerdasan (kearifan lokal) yang sudah teruji yang dapat dijadikan sebuah identitas
budaya masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan multikultur pada hakikatnya
menggunakan nilai-nilai budaya lokal sebagai titik pangkal dalam melaksanakan
pembelajaran.

Sesuai

dengan

tahapan

pelaksanaan

pendekatan

multikultur,

pembelajaran diawali dengan menganalisis fenomena budaya yang terdapat dalam
masyarakat. Aktivitas ini pada hakikatnya merupakan implementasi dari aktivitas
mengamati pada pendekatan saintifik. Aktivitas mengamati merupakan aktivitas
penting dalam diri siswa yang merupakan titik awal bagi siswa untuk membuat konsep.
Dalam pembelajaran seni budaya aktivitas mengamati sebenarnya dapat dilakukan
siswa secara langsung dilingkungan sendiri karena pada umumnya materi seni budaya
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

17

banyak yang dapat dikembangkan dari nilai-nilai budaya masyarakat. Melalui aktivitas
mengamati dan menganalisa, siswa akan membangun sendiri pemahamannya terhadap
fenomena tersebut tanpa harus dinterfensi oleh guru. Hal ini menjadi penting karena
melalui aktifitas mengamati, pemikiran-pemikiran yang masih transenden pada siswa
terhadap fenomena budaya akan memicu berkembangnya pemahaman terhadap budaya
tersebut. Aktivitas tanya jawab antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa merupakan aktivitas analisis situasi tentang “apa dan mengapa”. Melalui
aktivitas siswa yang memiliki pengatahuan lebih terhadap terhadap fenomena (siswa dg
kultur setempat) akan menjadi sumber belajar bagi siswa lainnya dari kultur yang
berbeda. Aktifitas ini juga menjadi motor dalam pengembangan konsep. Selanjutnya
guru bersama siswa mengambil stuasi tertentu dari hasil pengamatan untuk
dikerucutkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian siswa didorong untuk
menalar dan dilanjutkan dengan menganalisis konsep yang sudah dikemukakan dengan
mengidentifikasi menjadi indikator-indikator. Dilanjutkan dengan merumuskan temuan
dalam bentuk kognitif, sikap dan psikomotor. Diakhir pembelajaran (membuat
jejaring) siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan temuannya kepada siswa
lainnya melalui persentasi atau bentuk kegiatan lainnya. Kegiatan ini juga berfungsi
sebagai alat untuk merefleksi pembelajaran dan mengevaluasi capaian pembelajaran.
Pengintegrasian muatan lokal dalam mata pelajaran seni budaya merupakan sebuah
kebijakan pemerintah yang sangat bermamfaat dalam mempertahankan budaya daerah
dan juga memberi peluang bagi guru untuk mengenalkan potensi-potensi seni dan
budaya lokal. Penerapan pendekatan multikultural dengan menggunakan nilai-nilai
kerifan lokal akan memudahkan guru dan sekolah dalam menentukan sumber belajar,
Oleh guru peserta didik dapat di bawa ke kelompok, grup-grup seni, rumah atau tempat
seniman lokal berkarya, yang ada diwilayah terdekat. Bahkan terlibat langsung pada
peristiwa-peristiwa budaya lokal yang menjadi agenda budaya rutin didaerahnya.
Dengan karakteristik pembelajaran seni budaya seperti ini, dapat menjadi sarana
konservasi dan pengembangan budaya lokal, sehingga budaya tersebut terjaga
kelestarian dan peluang untuk pengembangannya tetap terbuka di lingkungan sekolah.
Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat
terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu berorientasi hanya
pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi
konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang
DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

18

diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme, atau pun
humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti
dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata
pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah
filosofi esensialisme dan perenialisme

DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013

19

DAFTAR BACAAN
Adeney, Bernard T., 1995, Etika Sosial Lintas Budaya, Kanisius, Yogyakarta.
Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius), Pustaka Jaya, Jakarta.
Edi Sedyawati, 2008. Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 2 Dialog Budaya Nasional dan
Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan
Pelestarian Dinamis. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Blum, Lawrence A.. 2001. “Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras”
Tiga Nilai yang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural”,
dalam L.
May, S. Collins-Chobanian, dan K. Wong, editor, Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan
Multikultural. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sofyan Salam, 2001. Pendekatan Ekspresi-Diri, Disiplin, Dan Multikultural Dalam
Pendidikan Seni Rupa. dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain
Vol.1 No.3 Agustus 2001
Delacruz, Elizabeth Manley, "Multiculturalism and Art Education: Myths, Misconceptions,
Misdirections." Art Education (1995) 57-61.
Mulyasa,E. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Mulyasa,E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda
Karya
Peraturan Pemerintah 19/2006 tentang Standar Nasional Pendidikan. Erlangga
Peraturan Pemerintah 32/2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Erlangga
Nasional.sindonews.com/
read/2014/03/04/15/
840884/kemendikbudsebut-un-akan
dilakukan-secara online diakses pada 7 Maret 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan http://pohonbodhi.blogspot. com/2010/09/you-areeitherwith-me-oragainst-me.html diakses pada 6 Maret 2013
Zhaou, Z. N. (2005). Four “Pillars of learning” for the reorientation and reorganinization
of curriculum: Reflections and Discussions. Geneva : International Bureae of
Education (IBE). Dari situs http:// www.ibe.unesco. org/ cops/Competencies/
PillarsLearningZhou.pdf diakses pada 13 Juni 2014.
http://andiplampang.wordpress.com/2010/12/09/metode-dan-pendekatan-pendidikanmultikultural/ [1 April 2012].
http://www.balipos.co.id

DRS. ZARIUL ANTOSA, M.Sn. Multikultural dan Kearifan Lokal Sebuah Pendekatan Pembelajaran Seni Budaya
Dalam Implementasi Kurikulum 2013