PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

(1)

PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMP PADA PEMBELAJARAN FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjan Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Rismayati 060756

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Penerapan Model

Collaborative

Inquiry Untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan

Prestasi Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika

Oleh Rismayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rismayati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RISMAYATI

PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMP PADA PEMBELAJARAN FISIKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Drs. I Made Padri, M.Pd NIP. 195010051976031003

Pembimbing II

Arif Hidayat, S.Pd., M.Si. NIP. 19800716200811008

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Drs. Ida Kaniawati, M. Si. NIP. 196807031992032001


(4)

(5)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN FISIKA Rismayati

060756

Pembimbing I: Drs. I Made Padri, M.Pd. Pembimbing II: Arif Hidayat, S.Pd., M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Collaborative Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Prestasi Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika” ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model collaborative inquiry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experiment dengan desain one group pre-test post-test design. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes formatif prestasi belajar, tes uraian kemampuan pemecahan masalah dan lembar observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa. Dari hasil analisis data, perolehan rata-rata gain ternormalisasi prestasi belajar sebesar 0,498 dengan kategori sedang. Kemudian rata-rata aspek kognitif C1 sebesar 0,628 dengan kategori sedang, aspek kognitif C2 sebesar 0,269 dengan kategori kurang, dan aspek kognitif C3 sebesar 0,667 dengan kategori sedang. Sementara itu, perolehan rata-rata kemampuan memecahkan masalah sebesar 0,551 dengan kategori sedang. Adapun rata-rata tiap tahapan kemampuan memecahkan masalah sebesar 0,563 untuk tahap memahami masalah dengan kategori sedang, tahap merencanakan pemecahan masalah sebesar 0,568 dengan kategori sedang, tahap melaksanakan pemecahan masalah sebesar 0,556 dengan kategori sedang dan tahap memeriksa kembali sebesar 0,513 dengan kategori sedang. Dengan demikian model collaborative inquiry dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa.

Kata kunci: Collaborative Inquiry, Kemampuan Memecahkan Masalah, Prestasi Belajar


(6)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION OF COLLABORATIVE INQUIRY MODEL TO IMPROVE PROBLEM SOLVING ABILITY AND STUDENT

ACHIEVEMENT IN JUNIOR PHYSICS EDUCATION

Rismayati 060756

Pembimbing I: Drs. I Made Padri, M.Pd. Pembimbing II: Arif Hidayat, S.Pd., M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

This study entitled “Implementation of Collaborative Inquiry Model to Improve Problem Solving Ability and Student Achievement in Junior Physics Education” aims to find out the improvement of problem solving ability and student achievement after the collaborative inquiry model was applied. Quasy experiment with one group pre-test and post-test design was applied in this study. The data were collected through student achievement formative test, problem solving test, and teacher-student activity sheet observation. The result showed that the average normalized gain of student achievement at 0,498 with medium category. Then average of C1at 0,628 with medium category, of C2 at 0,269 with low category, and of C3 at 0,667 with medium category. Meanwhile the average achieved by the abylity to solve problem at 0,551 with medium category. The average of each stage of the problem solving phase is stage of understanding the problem at 0,563 with medium category, stage of devising a plan at 0,568 with medium category, stage of carrying out the plan at 0,556 with medium category, and stage of looking back at 0,513 with medium category. Thus collaborative inquiry model can be applied to improve problem solving ability and student achievement. Keyword: Collaborative Inquiry, Problem Solving Ability, Student Achievement


(7)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Batasan Masalah...4

D. Definisi Operasional ...5

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Manfaat Penelitian ...5

G. Struktur Organisasi Skripsi ...6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COLLABORATIVE INQUIRY, KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PRESTASI BELAJAR ...7

A. Model Pembelajaran Collaborative Inquiry ...7

B. Kemampuan Memecahkan Masalah ...14

C. Prestasi Belajar ...16

D. Kajian Kemampuan Memecahkan Masalah dan Model Pembelajaran Collaborative Inquiry ...17

BAB III METODEPENELITIAN ...19

A. Metode Penelitian ...19

B. Desain Penelitian ...19


(8)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional ...20

E. Prosedur Penelitian ...20

F. Alur Penelitian ...23

G. Instrumen Penelitian ...24

H. Teknik Pengumpulan Data ...24

I. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ...25

J. Teknik Pengolahan Data ...30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34

A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Collaborative Inquiry ...34

B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa...36

C. Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ...42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...50

A. Kesimpulan ...50

B. Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA ...52


(9)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Hubungan antara Tahapan Model Pembelajaran Collaborative Inquiry dengan

Kemampuan Memecahkan Masalah Polya ...18

3.1 Pola Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design ...19

3.2 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ...26

3.3 Kriteria Daya Pembeda ...28

3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran ...29

3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal Prestasi Belajar ...29

3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal Kemampuan Memecahkan Masalah ...30

3.7 Distribusi Soal Tes Prestasi Belajar ...30

3.8 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ...31

3.9 Interpretasi Gain Ternormalisasi ...33

3.10 Kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran...33

4.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru ...34

4.2 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa ...35

4.3 Rekapitulasi Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar Siswa ...36

4.4 Rekapitulasi Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Tiap Aspek Kognitif Prestasi Belajar Siswa ...38

4.5 Rekapitulasi Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ...42


(10)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.6 Rekapitulasi Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Tiap Tahapan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ...44

DAFTAR GAMBAR Gambar

3.1 Bagan Alur Penelitian ...23 4.1 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar ...37 4.2 Diagram Batang Peningkatan Tiap Aspek Kognitif Prestasi Belajar Siswa ...39 4.3 Diagram Batang Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah ...43 4.4 Diagram Batang Peningkatan Tiap Tahapan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ...45


(11)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... 54 A. Perangkat Pembelajaran

B. Instrumen Penelitian C. Analisis Soal Ujicoba D. Pengolahan Data Penelitian E. Dokumen Penelitian


(12)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat dan minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain itu, berdasarkan kurikulum yang saat ini diterapkan dalam pendidikan Indonesia menuntut siswa untuk memiliki beberapa kompetensi penting. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Kompetensi Lulusan, ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP), yaitu menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, menganalisis dan memecahkan masalah (Mulyasa, 2006: 105). Ditambah dengan latar belakang kurikulum ilmu pengetahuan alam untuk siswa SMP telah disebutkan bahwa proses pembelajaran IPA hendaknya dilakukan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas, 2007: 20).

Dari ketiga aturan yang ditetapkan pemerintah tersebut maka proses pembelajaran fisika di kelas seharusnya berlangsung secara menarik, interaktif, dan berpusat pada siswa melalui pembelajaran inkuiri supaya bisa menghasilkan kompetensi yang diinginkan.

Pembelajaran inkuiri diharuskan dilaksanakan sebagai bagian dari proses sains. Fisika sebagai bagian dari pembelajaran sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Fisika bukanlah sekedar kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau


(13)

2

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

prinsip saja tapi juga proses penemuan. Pembelajaran fisika di sekolah diharapkan menjadi sasaran bagi siswa untuk mempelajari alam sekitar (Depdiknas, 2003: 27). Ekspektasi dari penerapan inkuiri pada pembelajaran fisika adalah untuk meningkatnya hasil belajar siswa pada umumnya dan prestasi belajar siswa pada khususnya.

Kenyataannya berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, penulis memperoleh data yang jauh berbeda dari yang diharapkan. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran fisika SMP negeri di kabupaten Bandung diketahui bahwa pembelajaran fisika secara inkuri jarang dilaksanakan. Guru lebih sering menggunakan melakukan pembelajaran fisika dengan ceramah dan latihan soal. Selama satu tahun ajaran, hanya satu atau dua materi saja yang diajarkan melalui inkuiri.

Selain itu, dari hasil ulangan harian yang diberikan penulis hanya 26% siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (KKM). Ketercapaian siswa pada setiap aspek kognitifnya pun masih rendah, yaitu 29% untuk aspek C1 (pengetahuan), 25% untuk aspek C2 (pemahaman) dan 27% untuk aspek C3 (penerapan). Padahal ketika penulis memberikan tes tersebut, siswa sudah mempelajari materi yang diteskan. Hal ini memperlihatkan kalau siswa tidak menyerap pelajaran yang diberikan guru dengan baik.

Kompetensi siswa untuk bisa memecahkan masalah pun tidak muncul. Hal ini dinyatakan oleh Haryanto (2006) dalam disertasinya yang berjudul “Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah” menyatakan bahwa kemampuan siswa SMP dalam memecahkan masalah di bidang fisika masih sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitiannya, Haryanto memperoleh hasil bahwa sebanyak 92,1% siswa SMP memiliki kemampuan memecahkan masalah yang rendah. Ternyata


(14)

3

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil ini terbukti di lapangan. Guru lebih sering memberikan latihan soal yang tidak mengarah pada peningkatan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan tipe soal yang diberikan lebih sering berupa pilihan ganda, sehingga tidak mengukur kemampuan memecahkan masalah siswa.

Untuk mengatasi permasalahan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah siswa yang masih rendah, dikembangkan model pembelajaran collaborative inquiry. Model pembelajaran collaborative inquiry adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sekelompok siswa untuk membangun pengetahuan mereka dengan mengajukan pertanyaan, menganalisis data, dan melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya (Wagner, 1998). Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam bertukar pikiran dan mengembangkan kemampuan berpikir secara berkelompok melalui pertanyaan interaktif, investigasi, dan pembelajaran.

Menurut Marjanovic, model pembelajaran collaborative inquiry dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi interpersonal (Chang, 2003: 58). Donohoo (2011: 5) juga mengungkapkan bahwa sekolah yang mengimplementasikan pembelajaran ini akan memperoleh peningkatan dalam prestasi belajar siswa. Dari dua pendapat ahli tersebut, model pembelajaran collaborative inquiry dapat meningkatkan baik kemampuan memecahkan masalah maupun prestasi belajar.

Belajar bukanlah sesuatu yang mengisolasi siswa untuk melakukannya sendiri. Siswa seharusnya belajar bersama dengan yang lainnya. Bekerja sama dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa belajar dan bersosialisasi pada waktu yang sama. Ketika siswa berkolaborasi dalam proses pembelajaran, akan terbentuk hubungan yang positif dalam proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran collaborative inquiry melibatkan siswa dalam bertukar pikiran dan


(15)

4

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan kemampuan berpikir secara berkelompok melalui pertanyaan interaktif, investigasi, dan pembelajaran.

Indiana University telah melakukan survey untuk membuktikan bahwa bekerja dalam tim atau kelompok lebih baik daripada bekerja sendiri (IPSP, 2002). Hasilnya 84% responden mengemukakan bahwa mereka lebih menyukai dan memilih untuk bekerja dalam suatu tim. Menurut mereka, bekerja dalam suatu tim atau kelompok membantu mereka untuk menyelesaikan masalah lebih baik.

Model collaborative inquiry berpengaruh pada pembelajaran sains. Melalui pembelajaran collaborative inquiry, siswa memperoleh pengetahuan tentang bagaimana melakukan tindakan sains sebagai percobaan bersama dan mempelajari sifat dasar dari pelajaran sains itu sendiri (Bell, 2010: 350).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Collaborative Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Prestasi Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah secara umum yaitu: Bagaimana peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran fisika setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry?

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry?


(16)

5

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Batasan Masalah

Peningkatan prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada interpretasi rata-rata gain ternormalisasi (<g>) menurut Hake (1998) setiap aspek kognitif prestasi belajar menurut Bloom yang mencakup aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Penentuan tiga aspek kognitif yang digunakan ini disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada materi Tekanan.

D. Definisi Operasional

1. Model collaborative inquiry adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sekelompok siswa untuk membangun pengetahuan mereka dengan mengajukan pertanyaan, menganalisis data dan melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya (Wagner, 1998). Keterlaksanaan model collaborative inquiry ini diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah pembelajaran dilakukan yang dinyatakan dalam skor atau angka. Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang mencakup tiga aspek kognitif prestasi belajar.

3. Kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1996: 135). Kemampuan memecahkan masalah ini diukur dengan menggunakan tes uraian yang mencakup empat tahapan kemampuan memecahkan masalah.

E. Tujuan penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry.


(17)

6

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi guru fisika di sekolah, dapat memberikan pembelajaran alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan untuk mengingkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran fisika.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah serta dapat menggunakan kemampuan memecahkan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pelajaran fisika.

3. Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan model pembelajaran collaborative inquiry terhadap kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

4. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

G. Stuktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini tersusun dari lima bab, yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV dan bab V. Bab I terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II terdiri dari kajian teori mengenai model collaborative inquiry, kemampuan memecahkan masalah, prestasi belajar, dan kajian hubungan antara kemampuan memecahkan masalah dan model collaborative inquiry. Bab III berisi metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, alur penelitian, instrumen


(18)

7

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis instrumen dan teknik pengolahan data penelitian. Bab IV berisi pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran perbaikan berdasarkan temuan hasil penelitian.


(19)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Hal ini dikarenakan penulis tidak meneliti variabel-variabel lain yang menyebabkan kemampuan memecahkan masalah dan prestasi belajar siswa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran collaborative inquiry. Penelitian eksperimen semu yaitu “penelitian yang tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan” (Nazir, 2003: 73). Selain itu, penulis hanya menggunakan satu sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen saja tanpa adanya kelompok kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pre-test and Post-test Design. Pada desain ini, siswa akan diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan. Setelah itu, siswa akan diberikan beberapa kali perlakuan dan diakhiri dengan mengerjakan post-test. Pemilihan desain penelitian ini disesuaikan dengan pertimbangan kondisi di lapangan yang hanya memungkinkan untuk melaksanakan pre-test dan post-test yang tidak dibarengi dengan perlakuan. Adapun pola desain penelitian One Group Pre-test and Post-Pre-test Design adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pola Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design

Pre-test Treatment Post-test

O1 X O2

(Arikunto, 2010: 124) Keterangan:


(20)

20

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O1 : Tes awal (pre-test) yang diberikan sebelum perlakuan (treatment) X : Perlakuan (treatment) yang diberikan yaitu model pembelajaran

Collaborative Inquiry

O2 : Tes akhir (post-test) yang diberikan setelah perlakuan (treatment)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian berada pada salah satu SMP negeri di kabupaten Bandung. Populasi dari penelitian ni adalah seluruh kelas VIII yang ada di lokasi penelitian. Sampel dari populasi tersebut diambil satu kelas sebagai subjek penelitian dengan metode purposive sampling.

D. Definisi Operasional

1. Model collaborative inquiry adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sekelompok siswa untuk membangun pengetahuan mereka dengan mengajukan pertanyaan, menganalisis data dan melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya (Wagner, 1998). Keterlaksanaan model collaborative inquiry ini diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah pembelajaran dilakukan yang dinyatakan dalam skor atau angka. Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang mencakup tiga aspek kognitif prestasi belajar yaitu aspek pengetahuan (C1), aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3).

3. Kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1996: 135). Kemampuan memecahkan masalah ini diukur dengan menggunakan tes uraian yang mencakup empat tahapan kemampuan memecahkan masalah menurut Polya (1957) yaitu


(21)

21

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahap memahami masalah, tahap merencakan pemecahan masalah, tahap melaksanakan pemecahan masalah, dan tahap memeriksa kembali.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Melakukan studi literatur terhadap teori yang relevan mengenai model pembelajaran collaborative inquiry.

b. Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai siswa, sehingga dalam penerapan model pembelajaran collaborative inquiry diharapkan dapat mencapai tujuan kurikulum tersebut.

c. Melakukan observasi ke sekolah untuk menentukan populasi dan sampel sebagai subjek penelitian serta mengetahui lingkungan sekolah dan keadaan kelas.

d. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar, tes uraian untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah siswa, dan format observasi keterlaksaan model pembelajaran collaborative inquiry. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1) Menelaah kurikulum dan materi ajar untuk menentukan lingkuppertanyaan baik luasnya maupun kedalamannya.

2) Membuat kisi-kisi untuk instrumen tes baik tes pilihan ganda maupun tes uraian. Di dalam kisi-kisi tersebut memuat indikator soal yang telah ditentukan berdasarkan indikator pembelajaran, proporsi aspek kognitif tes prestasi belajar (C1 20%, C2 40%, dan C3 40%) dan jumlah soal yang akan diujikan.


(22)

22

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan membuat kunci jawaban. Untuk tes uraian, dibuat juga rubrik penilaian.

4) Membuat pedoman untuk lembar observasi keterlaksanaan model collaborative inquiry yang poin-poin yang diamati disesuaikan dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.

f. Melakukan jugdement instrumen tes kepada dua dosen dan satu guru di lokasi penelitian untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah dibuat.

g. Melakukan uji coba terhadap instrumen tes.

h. Mengolah hasil uji coba instrumen tes (uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran).

i. Melakukan revisi terhadap instrumen yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan berdasarkan pengujian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Memberikan pre-test kepada subjek penelitian.

b. Memberikan treatment/perlakuan kepada subjek penelitian. Perlakuan dilakuan sebanyak empat kali pertemuan. Selama perlakuan berlangsung, dilakukan juga observasi mengenai pelaksanaan model pembelajaran collaborative inquiry oleh guru dan siswa.

c. Memberikan post-test kepada subjek penelitian. 3. Tahap Akhir Penelitian

a. Mengolah data hasil pre-test dan post-test, serta data hasil observasi. b. Menganalisis data penelitian.


(23)

23

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Alur Penelitian

Studi literatur tentang model pembelajaran collaborative inquiry

Observasi tempat penelitian Penyusunan perangkat pembelajaran

(Silabus, RPP dan LKS) Penyusunan instrumen penelitian

Judgement instrumen penelitian

Uji coba instrumen

Analisis uji instrumen yang telah diujicobakan dan perbaikan instrumen

Pelaksanaan tes awal (pre-test)

Pelaksanaan perlakuan ke-1 (treatment)

Pelaksanaan perlakuan ke-2 (treatment) Pelaksanaan perlakuan ke-3 (treatment)

Pelaksanaan perlakuan ke-4 (treatment) Pelaksanaan tes akhir (post-test)

Pengolahan data penelitian (tes awal, tes akhir dan lembar observasi) Analisis data penelitian (tes awal, tes akhir dan lembar observasi)

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP PELAKSANAAN


(24)

24

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian G. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah siswa yaitu berupa: 1. Tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda yang mencakup tiga aspek

kognitif Bloom, yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan).

2. Tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian yang mencakup empat tahapan dalam pemecahan masalah menurut Polya (1957), yaitu tahapan memahami masalah (understanding the problem), tahapan merencanakan penyelesaian (devising a plan), tahapan melaksanakan penyelesaian (carrying out the plan), dan tahapan memeriksa kembali (looking back).

3. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran collaborative inquiry.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dihimpun berdasarkan tes tertulis dan observasi. 1. Tes


(25)

25

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.

Data kemampuan memecahkan masalah diperoleh dari tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian. Tes uraian ini dipilih karena Sudjana (2009:36) menyatakan bahwa:

Tes uraian dapat membiasakan siswa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah

Data prestasi belajar diperoleh dari tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda. Tes pilihan ganda ini dipilih karena “dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, sintesis, dan evaluasi” (Arikunto, 2010: 138).

Kedua jenis tes tersebut diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Data tes ini secara kuantitatif didapat dengan cara menghitung jumlah jawaban siswa yang benar pada pre-test dan post-test sesuai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaian yang telah dibuat. 2. Observasi

Sudjana (2009: 84) menyatakan bahwa:

Observasi atau pengamatan adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan .

Observasi ini dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran collaborative inquiry oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh melalui observasi ini adalah data kualitatif yang hasilnya dinyatakan secara kuantitatif berdasarkan lembar isian yang diisi oleh observer.


(26)

26

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu I. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

1. Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas instrumen prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah ini dihitung menggunakan teknik korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment. Persamaan korelasi product moment Pearson adalah sebagai berikut:

= −

2

− 2 2− 2

(Arikunto, 2010: 213) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = jumlah siswa

X = skor siswa pada butir soal yang diuji validitasnya Y = skor total yang diperoleh siswa

Nilai koefisien korelasi selalu di antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Kriteria dari besarnya nilai koefisien korelasi dapat dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi (rxy) Kriteria

0,81 - 1,00 Sangat Tinggi (ST)

0,61 - 0,80 Tinggi (T)

0,41 - 0,60 Cukup (C)

0,21 - 0,40 Rendah (R)

0,00 - 0,20 Sangat Rendah (SR)

(Arifin, 2011: 257) 2. Reliabilitas


(27)

27

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas yaitu tingkat keajegan, ketetapan atau konsistensi hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu yang berbeda (Arifin, 2011: 258). Oleh karena tes yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, maka perhitungan reliabilitasnya pun dibedakan.

Tes prestasi belajar yang berbentuk pilihan ganda dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus K-R 20 dengan persamaan sebagai berikut:

11 =

−1 � −

(Arikunto, 2010: 231) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya item soal vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada butir soal

q = proporsi subjek yang menjawab salah pada butir soal (q = 1 – p) Tes kemampuan memecahkan masalah yang berbentuk uraian dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha dengan persamaan sebagai berikut:

11=

−1 1−

� 2

�2

(Arikunto, 2010: 239) Dengan rumus varians sebagai berikut:

� 2=

2

− 2

�2 =

2 2

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal � 2= jumlah varians skor tiap butir soal


(28)

28

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu �2 = varians total

3. Daya Pembeda

Pengukuran daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2011: 273). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (DP). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Untuk mencari besarnya nilai DP untuk tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda digunakan persamaan berikut:

��= −

Keterangan:

DP = indeks diskriminasi

BA = jumlah kelas atas yang menjawab benar BB = jumlah kelas bawah yang menjawab benar JA = jumlah siswa kelas atas

JB = jumlah siswa kelas bawah

Untuk mencari besarnya nilai DP untuk tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian digunakan persamaan berikut:

��= −

(Panggabean, 2011) Keterangan:

= rata-rata kelas atas = rata-rata kelas bawah

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda

Indeks Diskriminasi (DP) Kriteria Daya Pembeda

0,70 – 1,00 Baik Sekali

0,40 – 0,69 Baik

0,20 – 0,39 Cukup


(29)

29

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

< 0,00 Tidak Baik (Sebaiknya dibuang) (Arikunto, 2009: 218) 4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan derajat kesukaran suatu soal (Arifin, 2011: 266). Jika suatu soal memliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.

Tingkat kesukaran tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus:

� =

Keterangan:

P = tingkat kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab benar JB = jumlah siswa

Tingkat kesukaran tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian dihitung dengan menggunakan rumus:

= Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

= skor rata-rata siswa pada butir soal diuji = skor maksimum pada butir soal yang diuji

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210) Berikut ini adalah rekapitulasi analisis uji coba yang dilakukan pada masing-masing instrumen penelitian. Adapun pengolahan analisis uji


(30)

30

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

coba soal prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal Prestasi Belajar

No Validitas Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Hasil rxy Kriteria DP Kriteria TK Kriteria

1 0,37 Rendah 0,25 Cukup 0,58 Sedang Dipakai

2 0,71 Tinggi 0,50 Baik 0,48 Sedang Dipakai

3 0,59 Cukup 0,38 Cukup 0,65 Sedang Dipakai

4 0,62 Tinggi 0,13 Jelek 0,81 Mudah Dipakai

5 0,29 Rendah 0,25 Cukup 0,29 Sukar Dipakai

6 0,67 Tinggi 0,88 Sangat Baik 0,32 Sedang Dipakai

7 0,90 Sangat Tinggi 1,00 Sangat Baik 0,52 Sedang Dipakai

8 0,17 Sangat Rendah 0,13 Jelek 0,39 Sedang Dipakai

9 0,67 Tinggi 0,75 Sangat Baik 0,58 Sedang Dipakai

10 0,58 Cukup 0,00 Tidak Baik 0,84 Mudah Dipakai

11 0,71 Tinggi 0,63 Baik 0,48 Sedang Dipakai

12 0,87 Sangat Tinggi 0,88 Sangat Baik 0,29 Sukar Dipakai

13 0,97 Sangat Tinggi 0,63 Baik 0,77 Mudah Dipakai

14 0,45 Cukup 0,25 Cukup 0,48 Sedang Dipakai

15 0,59 Cukup 0,38 Cukup 0,52 Sedang Dipakai

16 0,20 Sangat Rendah 0,13 Jelek 0,42 Sedang Dipakai

17 0,82 Sangat Tinggi 0,88 Sangat Baik 0,45 Sedang Dipakai

18 0,69 Tinggi 0,63 Baik 0,58 Sedang Dipakai

19 0,15 Sangat Rendah 0,13 Jelek 0,26 Sukar Dipakai

Reliabilitas 0,68 Tinggi

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal Kemampuan Memecahkan Masalah

No

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Hasil

Rxy Kriteria DP Kriteria TK Kriteria

1 0,75 Tinggi 0,32 Cukup 0,56 Sedang Dipakai

2 0,87 Sangat Tinggi 0,51 Baik 0,48 Sedang Dipakai

3 0,87 Sangat Tinggi 0,76 Sangat Baik 0,52 Sedang Dipakai

4 0,78 Tinggi 0,77 Sangat Baik 0,48 Sedang Dipakai

5 0,95 Sangat Tinggi 0,78 Sangat Baik 0,44 Sedang Dipakai 6 0,94 Sangat Tinggi 0,72 Sangat Baik 0,47 Sedang Dipakai


(31)

31

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 0,94 Sangat Tinggi 0,78 Sangat Baik 0,42 Sedang Dipakai 8 0,89 Sangat Tinggi 0,70 Sangat Baik 0,30 Sukar Dipakai

9 0,83 Sangat Tinggi 0,66 Baik 0,34 Sedang Dipakai

Reliabilitas 0,96 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil analisis ujicoba, maka butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 butir soal tes prestasi belajar dan 9 butir soal tes kemampuan memecahkan masalah. Distribusi soal untuk setiap aspek kognitif tes prestasi belajar ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Distribusi Soal Tes Prestasi Belajar

Aspek Kognitif Jumlah soal No Soal

C1 4 2, 7, 10, 15

C2 8 1, 3, 5, 8, 14, 16, 18, 19

C3 7 4, 6, 9, 11, 12, 13, 17

J. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Tes

a. Pemberian skor

Pemberian skor untuk tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda menggunakan metode penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (Arifin, 2011: 229). Skor siswa diperoleh dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Adapun rumus metode penskoran tanpa koreksi adalah sebagai berikut.

= × 100

Keterangan:

B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal

Pemberian skor untuk tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian menggunakan rubrik penilaian (dapat dilihat pada Lampiran B.4.c) yang mengacu pada kriteria penskoran berikut.


(32)

32

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Skor Kemampuan Memahami Masalah Kemampuan merencanakan Pemecahan Masalah Kemampuan Menyelesaikan Pemecahan Masalah Kemampuan Memeriksa Kembali

0 Salah

menginterpre tasi; salah sama sekali Memilih cara/strategi yang tidak relevan; tidak ada strategi Menggunakan cara/strategi yang tidak sesuai; tidak dapat menggunakan cara/strategi/alg oritma yang benar Tidak ada pemeriksaan; tidak ada keterangan apapun

1 Salah

menginterpreta si sebagian soal; mengabaikan kondisi soal Memilih satu cara/strategi yang kurang dapat dilaksanakan dan tidak dapat dilanjutkan Menggunakan sebagian cara/prosedur yang benar tetapi mengarah k e jawaban yang salah secara prosedur dan perhitungan Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas

2 Memahami

soal selengkapnya Memilih satu cara/strategi dan prosedur yang mengarah ke solusi yang benar Melaksanakan prosedur yang benar yang mungkin memberikan jawaban tetapi salah perhitungan Pemeriksaan dilaksakan untuk melihat kebenaran hasil dan proses

3 - - Menggunakan 2

cara/strategi yang benar tetapi ada sedikit salah

perhitungan

-

4 - - Melaksanakan

proses yang benar dan mendapat solusi/hasil yang benar -


(33)

33

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Komariah, 2003: 21) b. Perhitungan gain ternormalisasi

Menurut Hake (1998), gain ternormalisasi merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pre-test dan post-test. Gain ternormalisasi merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah yang dilihat dari skor pre-test dan post-test.

Langkah-langkah menghitung gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:

1) Menghitung gain skor aktual, yaitu selisih antara skor pre-test dan post-test sesuai dengan rumus berikut.

� = −

Keterangan:

G = gain skor aktual Sf = skor post-test Si = skor pre-test

2) Menghitung gain ternormalisasi, yaitu perbandingan antara gain skor aktual dengan gain skor ideal (Hake, 1998) sesuai dengan rumus berikut.

= % �

% � =

% −%

100−%

Keterangan:

= gain ternormalisasi � = gain skor aktual

� = gain skor maksimum yang mungkin dapat terjadi

3) Menginterpretasi nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sesuai dengan kriteria yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.9 Interpretasi Gain Ternormalisasi Nilai Gain Ternormalisasi Kriteria


(34)

34

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

≥0,7 Tinggi

0,7 > ≥0,3 Sedang

< 0,3 Kurang

Hake (1998) 2. Pengolahan Data Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan collaborative inquiry oleh guru dan siswa di dalam pembelajaran. Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterlaksanaannya adalah dengan menghitung data yang diperoleh pada lembar observasi keterlaksanaan collaborative inquiry. Berikut adalah tahapan analisis data observasi keterlaksanaan model pembelajaran collaborative inquiry:

a. Memberikan skor untuk setiap tahapan yang dilaksanakan. Skor satu diberikan apabila tahapan tersebut dilakukan dan skor nol diberikan jika tahapan tersebut tidak dilakukan.

b. Menghitung jumlah skor tiap pertemuan.

c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

%� = � × 100%

d. Menginterpretasi persentase keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Kategori Interpretasi

0,0 % - 24,5 % Sangat Kurang

24,6 % - 37,5% Kurang

37,6 % - 62,5 % Sedang

62,6 % - 87,5 % Baik


(35)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu sekolah negeri di kabupaten Bandung mengenai penerapan model collaborative inquiry untuk melihat peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi belajar siswa memperoleh rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,489 dengan kategori sedang. Peningkatan prestasi belajar siswa tiap aspek kognitif memperoleh rata-rata gain ternormalisasi pada aspek pengetahuan (C1) sebesar 0,628 dengan kategori sedang, pada aspek pemahaman (C2) sebesar 0,269 dengan kategori kurang, dan pada aspek penerapan (C3) sebesar 0,667 dengan kategori sedang.

2. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa memperoleh rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,551 dengan kategori sedang. Peningkatan tiap tahapan kemampuan memecahkan masalah memperoleh rata-rata gain ternormalisasi pada tahap memahami masalah sebesar 0,563 dengan kategori sedang, tahap merencanakan pemecahan masalah sebesar 0,568 dengan kategori sedang, tahap melaksanakan pemecahan masalah sebesar 0,556 dengan kategori sedang, dan tahap memeriksa kembali sebesar 0,513 dengan kategori sedang.

B. Saran

Pada saat melaksanakan penelitian, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan yang ada dalam menerapkan model pembelajaran collaborative inquiry pada pembelajaran fisika. Berikut ini merupakan beberapa


(36)

51

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekomendasi yang penulis sarankan dalam menerapkan model pembelajaran collaborative inquiry dalam pembelajaran fisika:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model collaborative inquiry dalam meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah untuk pokok bahasan yang lain, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih konsisten.

2. Kenyataan di lapangan selama penelitian, pembelajaran collaborative inquiry memerlukan waktu yang cukup lama. Adanya sembilan tahapan dalam pembelajaran collaborative inquiry ini menuntut guru untuk lebih memperhatikan alokasi waktu lebih optimal di setiap tahapannya agar pembelajaran bisa lebih efektif.

3. Setiap tahapan model collaborative inquiry dalam perangkat pembelajaran agar lebih disesuaikan dengan tahapan kemampuan memecahkan masalah dengan terfokus pada siswa subjek belajar.

4. Penyusunan perangkat pembelajaran seharusnya memunculkan proses collaborative agar terlihat bahwa model collaborative inquiry berbeda dengan model inkuiri lainnya.

5. Pada tahapan model dimana siswa diminta untuk membuat graphical model perlu untuk dibiasakan terlebih dahulu. Mulai dari pembuatan peta konsep yang sederhana agar siswa bisa lebih kreatif dalam merangkaikan semua materi pembelajaran saat itu ke dalam peta konsep yang sudah mereka pahami sebelumnya.

6. Pelaksanaan post-test sebaiknya dilakukan di setiap akhir siklus mengingat tes prestasi belajar sangat rentan dengan aspek non-retensi seperti siswa cenderung lupa ketika tes dilaksanakan pada rentang waktu yang relatif lama setelah proses pembelajaran diberikan.


(37)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. (1995). Metode Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, T, et al. (2010). Collaborative Inquiry Learning: Models, tools, and Challenges. Dalam International Journal of Science Education. Vol 32 (3). 29 halaman.

Chang, et al. (2003). Web-based Collaborative Inquiry Learning. Dalam Journal of Computer Assisted Learning. Vol 19. 14 halaman.

Bray, D.L. et al. (2000). Collaborative Inquiry Into Practice: Action, Reflection and Meaning Making. CA: Sage Publications.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Donohoo, J. (2011). Collaborative Inquiry A Facilitator’s Guide. Ontario: MISA. Hake, R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Course. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [28 April 2010]

Haryanto, Z.(2006). Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Disertasi PPS UPI: Tidak diterbitkan.

IPSP. IPSP Modul Series: Collaborative Inquiry as Professional Development. [Online]. Tersedia: http://www.inparaeducators.org/collaborativeinquiry.html. [15 April 2010]

Komariah. (2003). Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Diskusi Kelompok. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.


(38)

53

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lang dan Evans. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Olson dan Loucks-Horsley. (2000). Inquiry and The National Science Education Standards, A Guide for Teaching and Learning. National Research Council. Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurdik Fisika.

Polya, G. (1988). How to Solve It. [Online]. Tersedia:http://www.history.mcs.st-andrews.ac.uk/extras/Polya-how-to-solve-it.html [15 April 2010]

Primandani, A.H. (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII A SMPN 2 Nanggulan dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square. Jurusan Pendidikan Matematika UNY: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Tim Penyusun. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional UPI.


(1)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Komariah, 2003: 21) b. Perhitungan gain ternormalisasi

Menurut Hake (1998), gain ternormalisasi merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pre-test dan post-test. Gain ternormalisasi merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah yang dilihat dari skor pre-test dan post-test.

Langkah-langkah menghitung gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:

1) Menghitung gain skor aktual, yaitu selisih antara skor pre-test dan post-test sesuai dengan rumus berikut.

� = −

Keterangan:

G = gain skor aktual Sf = skor post-test Si = skor pre-test

2) Menghitung gain ternormalisasi, yaitu perbandingan antara gain skor aktual dengan gain skor ideal (Hake, 1998) sesuai dengan rumus berikut.

= % �

% � =

% −% 100−% Keterangan:

= gain ternormalisasi � = gain skor aktual

� = gain skor maksimum yang mungkin dapat terjadi

3) Menginterpretasi nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sesuai dengan kriteria yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.9 Interpretasi Gain Ternormalisasi


(2)

≥0,7 Tinggi

0,7 > ≥0,3 Sedang

< 0,3 Kurang Hake (1998) 2. Pengolahan Data Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan collaborative inquiry oleh guru dan siswa di dalam pembelajaran. Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterlaksanaannya adalah dengan menghitung data yang diperoleh pada lembar observasi keterlaksanaan collaborative inquiry. Berikut adalah tahapan analisis data observasi keterlaksanaan model pembelajaran collaborative inquiry:

a. Memberikan skor untuk setiap tahapan yang dilaksanakan. Skor satu diberikan apabila tahapan tersebut dilakukan dan skor nol diberikan jika tahapan tersebut tidak dilakukan.

b. Menghitung jumlah skor tiap pertemuan.

c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

%� = � × 100%

d. Menginterpretasi persentase keterlaksanaan pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Kategori Interpretasi

0,0 % - 24,5 % Sangat Kurang

24,6 % - 37,5% Kurang

37,6 % - 62,5 % Sedang

62,6 % - 87,5 % Baik


(3)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu sekolah negeri di kabupaten Bandung mengenai penerapan model collaborative inquiry untuk melihat peningkatan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi belajar siswa memperoleh rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,489 dengan kategori sedang. Peningkatan prestasi belajar siswa tiap aspek kognitif memperoleh rata-rata gain ternormalisasi pada aspek pengetahuan (C1) sebesar 0,628 dengan kategori sedang, pada aspek pemahaman (C2) sebesar 0,269 dengan kategori kurang, dan pada aspek penerapan (C3) sebesar 0,667 dengan kategori sedang.

2. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa memperoleh rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,551 dengan kategori sedang. Peningkatan tiap tahapan kemampuan memecahkan masalah memperoleh rata-rata gain ternormalisasi pada tahap memahami masalah sebesar 0,563 dengan kategori sedang, tahap merencanakan pemecahan masalah sebesar 0,568 dengan kategori sedang, tahap melaksanakan pemecahan masalah sebesar 0,556 dengan kategori sedang, dan tahap memeriksa kembali sebesar 0,513 dengan kategori sedang.

B. Saran

Pada saat melaksanakan penelitian, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan yang ada dalam menerapkan model pembelajaran collaborative inquiry pada pembelajaran fisika. Berikut ini merupakan beberapa


(4)

rekomendasi yang penulis sarankan dalam menerapkan model pembelajaran collaborative inquiry dalam pembelajaran fisika:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model collaborative inquiry dalam meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan memecahkan masalah untuk pokok bahasan yang lain, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih konsisten.

2. Kenyataan di lapangan selama penelitian, pembelajaran collaborative inquiry memerlukan waktu yang cukup lama. Adanya sembilan tahapan dalam pembelajaran collaborative inquiry ini menuntut guru untuk lebih memperhatikan alokasi waktu lebih optimal di setiap tahapannya agar pembelajaran bisa lebih efektif.

3. Setiap tahapan model collaborative inquiry dalam perangkat pembelajaran agar lebih disesuaikan dengan tahapan kemampuan memecahkan masalah dengan terfokus pada siswa subjek belajar.

4. Penyusunan perangkat pembelajaran seharusnya memunculkan proses collaborative agar terlihat bahwa model collaborative inquiry berbeda dengan model inkuiri lainnya.

5. Pada tahapan model dimana siswa diminta untuk membuat graphical model perlu untuk dibiasakan terlebih dahulu. Mulai dari pembuatan peta konsep yang sederhana agar siswa bisa lebih kreatif dalam merangkaikan semua materi pembelajaran saat itu ke dalam peta konsep yang sudah mereka pahami sebelumnya.

6. Pelaksanaan post-test sebaiknya dilakukan di setiap akhir siklus mengingat tes prestasi belajar sangat rentan dengan aspek non-retensi seperti siswa cenderung lupa ketika tes dilaksanakan pada rentang waktu yang relatif lama setelah proses pembelajaran diberikan.


(5)

Rismayati, 2013

Penerapan Model Collaborative Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. (1995). Metode Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, T, et al. (2010). Collaborative Inquiry Learning: Models, tools, and Challenges. Dalam International Journal of Science Education. Vol 32 (3). 29 halaman.

Chang, et al. (2003). Web-based Collaborative Inquiry Learning. Dalam Journal of Computer Assisted Learning. Vol 19. 14 halaman.

Bray, D.L. et al. (2000). Collaborative Inquiry Into Practice: Action, Reflection and Meaning Making. CA: Sage Publications.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Donohoo, J. (2011). Collaborative Inquiry A Facilitator’s Guide. Ontario: MISA. Hake, R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Course. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [28 April 2010]

Haryanto, Z.(2006). Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Disertasi PPS UPI: Tidak diterbitkan.

IPSP. IPSP Modul Series: Collaborative Inquiry as Professional Development. [Online]. Tersedia: http://www.inparaeducators.org/collaborativeinquiry.html. [15 April 2010]

Komariah. (2003). Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Diskusi Kelompok. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.


(6)

Lang dan Evans. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Olson dan Loucks-Horsley. (2000). Inquiry and The National Science Education Standards, A Guide for Teaching and Learning. National Research Council. Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurdik Fisika.

Polya, G. (1988). How to Solve It. [Online]. Tersedia:http://www.history.mcs.st-andrews.ac.uk/extras/Polya-how-to-solve-it.html [15 April 2010]

Primandani, A.H. (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII A SMPN 2 Nanggulan dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square. Jurusan Pendidikan Matematika UNY: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Tim Penyusun. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional UPI.