HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA: Studi Deskriptif Korelasional pada Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

(1)

22/S1/KTP/JUNI 2014

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL MAHASISWA

(Studi Deskriptif Korelasional pada Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Oleh : Ade Rifai

1000876

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL MAHASISWA

(Studi Deskriptif Korelasional pada Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan)

Oleh: ADE RIFAI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Ade Rifai 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta Dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(3)

22/S1/KTP/JUNI 2014

LEMBAR PENGESAHAN ADE RIFAI

1000876

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL MAHASISWA

(Studi Deskriptif Korelasional pada Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan)

Disetujui dan disahkan oleh: PEMBIMBING I

Dr. Rusman,M.Pd NIP. 19720505 1998021 001

PEMBIMBING II

Dr. Hj. Riche Cynthia, S.Pd, M.Si NIP. 19761115 2001122 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan

Dr. Toto Ruhimat,M.Pd Dr. Rusman,M.Pd NIP. 19591121 1985031 001 NIP. 19720505 1998021 001


(4)

Pendidikan di perguruan tinggi merupakan salah satu hal yang bisa menjadi wadah untuk menghadirkan generasi-generasi baru yang terlibat dalam usaha memajukan kualitas sebuah negara. Proses interaksi dalam lingkungan pendidikan serta proses berbagi pengetahuan ditekankan di perguruan tinggi, dalam hal ini melibatkan komunikasi langsung antara tenaga pendidikan dengan peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. Serta bertujuan untuk mengetahui hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya dan aspek kecakapan tanggap. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi yang diambil yaitu mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Sampel yang diambil yaitu mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan.

Berdasarkan gambaran hasil pengolahan data dan analisis yang diperoleh selama penelitian, maka dapat ditarik simpulan secara umum bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation memiliki hubungan yang kuat dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian dengan menggunakan instrumen angket dari mahasiswa Program Studi Tekonologi Pendidikan.


(5)

ABSTRACT

Ade Rifai (1000876). Correlation between Models cooperative Learning type Group Investigation Interpersonal Communication With the ability to students. Bachelor Theses majoring in The curriculum and Educational Technology, Education, Science Faculty University Education in Indonesia, in 2014.

Education is one of the things that can be a place to present a new generation that was involved in promoting quality a country. The interaction in environmental education and sharing knowledge stressed in college, in this case involving communication between the learners power with education.

This research aims to know the relation between models cooperative Learning type Group Investigation interpersonal communication with the ability to students. And aims to know the relation between models cooperative Learning type Group Investigation by the ability interpersonal communication skills asked students aspects and the skill response. Research method used is descriptive korelasional with loading technique samples using simple random sampling. Instruments that used in this research is inquiry. This Research carried out at the University of Indonesia's Education. The population is taken as a student majoring in The curriculum and Educational Technology. Sample taken from a graduate study Educational Technology.

Based on the image processing result data and analysis that, during the research, so it can be drawn the conclusions in general that model of teaching cooperative Learning type Group that strong relations Investigation have interpersonal communication with the ability to students. This can be seen from results or by using an instrument inquiry of the students Study Program Technology Education. Key words : Group Investigation, Interpersonal Communication


(6)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GRAFIK ……… xiii

DAFTAR BAGAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….………... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ……..……… 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi………... 6

BAB II MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION, KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL A. Kosep Belajar dan Pembelajaran………... 10

1. Konsep Belajar ………... 10

2. Konsep Pembelajaran.………. 12

B. Model Pembelajaran……….. 16

1. Definisi Model Pembelajaran... 16

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran... 17

C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………... 19

1. Konsep Model Cooperative Learning ...……… 19

2. Ciri-ciri Model Cooperative Learning ………... 19

3. Prinsip-Prinsip Cooperative Learing ………... 20

4. Langkah-langkah Cooperative Learing ……… 20

5. Macam-macam Model Cooperative Learing ……... 21

D. Model Cooperative Learning tipe Group Investigation ………... 22


(8)

2. Tahapan-tahapan Cooperative Learning tipe Group Investigation

………. 23

3. Kelebihan dan kekurangan Cooperative Learning tipe Group Investigation ...………. 24

E. Konsep Komunikasi ………..…. 26

1. Konsep Komunikasi ………..……... 26

2. Tatanan Komunikasi... 26

F. Konsep Komuniaksi Interpersonal ………... 27

1. Definisi Komunikasi Interpersonal ……… 27

2. Teori Komunikasi Interpersonal ……… 28

3. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ……….. 29

4. Proses Komunikasi Interpersonal ………. 30

5. Kecakapan Komunikasi Interpersonal ………. 31

6. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal... 33

G. Asumsi...………... 34

H. Kerangka Pemikiran ………...……….... 34

I. Hipotesis ………... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan sampel Penelitian ………... 37

1. Lokasi Penelitian ……… 37

2. Populasi Penelitian ……….... 37

3. Sampel Penelitian ………... 37

B. Desain Penelitian ……….. 38

C. Metode Penelitian ………. 39

D. Definisi Operasional ………. 40

E. Intrumen Penelitian ………... 41

F. Pengembangan Intrumen ……….. 41

1. Peningkatan Skala Pengukuran ……… 42

2. Uji Validitas ………...……….. 43

3. Uji Reliabilitas ………...……….. 46


(9)

H. Teknik Analisis Data ………. 51

1. Menghitung Skor Penelitian ………. 51

2. Uji Normalitas ………... 52

3. Uji Hipotesis ………. 52

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 56

1. Gambaran Model Coopeative Learning tipe Group Investigation... 56

2. Gambaran Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa……….... 58

B. Data Hasil Penelitian ………... 65

1. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation (X) dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa (Y)... 65

2. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation (X) dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aspek Kecakapan Bertanya (Y1)... 69

3. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation (X) dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aspek Kecakapan Tanggap (Y2)... 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 75

1. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa ………... 75

2. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aspek Kecakapan Bertanya………...….. 80

3. Hubungan Antara Model Coopeative Learning tipe Group Investigation dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aspek Kecakapan Tanggap ... 82

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan …...……….. 84


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan peroses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas: 2003: 20). Pendidikan merupakan hal yang dapat dilihat dan menjadi faktor penentu kemajuan suatu negara. Seperti yang telah diintisarikan Sukmadinata, dkk. (2007:7) dari studi Bank Dunia tahun 2000, yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menentukan kemajuan sebuah negara adalah (1) Innovation and creativity (45%), (2) networking (25%), (3) technology (20%), dan (4) natural resources (10%). Dimana ketiga faktor merupakan yang menekankan tentang sumber daya manusia, juga satu faktor pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan momok utama di sebuah negara.

Pendidikan di perguruan tinggi merupakan salah satu hal yang bisa menjadi wadah untuk menghadirkan generasi-generasi baru yang terlibat dalam usaha memajukan kualitas sebuah negara. Keempat aspek yang dipaparkan sebelumnya terlibat dalam pembelajaran ditingkat perguruan tinggi. Proses interaksi dalam lingkungan pendidikan serta proses berbagi pengetahuan ditekankan di perguruan tinggi, dalam hal ini melibatkan komunikasi langsung antara tenaga pendidikan dengan peserta didik.

Tenaga pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab dalam upaya pencapaian sebuah tujuan pendidikan, UU SISDIKNAS menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melalui hasil belajar, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama di perguruan tinggi.


(12)

Komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran yang melibatkan antara tenaga pendidik dengan peserta didik pada dasarnya merupakan komunikasi interpersonal. Menurut De Vito dalam (Djohaeni:2006:431), komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan dari satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai efeknya dan dengan peluang untuk disampaikan umpan balik segera. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika pesan yang sampaikan oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan tanpa merubah suatu makna yang ada di dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh Tubbs dan Moss bahwa secara sederhana komunikasi dapat dikatakan efektif jika orang behasil menyampaikan apa yang dimaksudnya.

Sudah diketahui banyak orang bahwa komunikasi ada dimana-mana, di rumah, kampus, kantor, dan mesjid. Bahkan sanggup menyentuh segala aspek kehidupan kita. Pada bidang kajian seperti manajemen, administrasi hukum, matematika dan biologi, misalnya, komunikasi selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembanganya. Administrasi tidak dapat hidup tanpa administrasi. Bidang pendidikan, misalnya, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi.

Demikian juga dalam proses pembelajaran dalam kelas, komunikasi menjadi suatu hal yang memiliki peran penting, dalam hal ini komunikasi interpersonal. Pasalnya jika dalam sebuah kegiatan pembelajaran tidak terjadi komunikasi dengan baik antara peserta didik dengan pendidik, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya maka pembelajaran itu akan bersifat monoton. Komunikasi masih menjadi sebuah masalah dalam proses pembelajaran dalam kelas. Keterlibatan seluruh peserta didik dalam kelas ini yang menjadi pertimbangan untuk pendidik dalam usahanya mengelola kelas.

Komunikasi merupakan hal yang pasti terjadi dalam hidup seseorang, tapi tidak semua orang mampu berkomunikasi dengan baik. Seperti yang

dikemukakan oleh peneliti wardani (2012:3) yang mengatakan bahwa “tidak

semua orang dapat berkomunikasi secara efektif, masih terdapat orang-orang


(13)

3

Menurut Suwarjo, dkk (2013:51) menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil angket need assesment yang diberikan kepada 50 siswa secara acak dari 95 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah I Melati Sleman Yogyakarta, diperoleh hasil bahwa sebanyak 3 siswa (6%) memiliki kemampuan berkomunikasi tinggi, sebanyak 16 siswa (32%) memiliki kemampuan berkomunikasi sedang dan sisanya sebanyak 31 siswa (62%) memiliki kemampuan berkomunikasi cukup. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan masih terdapat siswa yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal cukup yang ditandai merasa gugup apabila berbicara dengan orang yang belum dikenal, merasa gemetaran bila berhadapan dengan orang banyak, tidak berani mengemukakan pendapat di depan umum, dan takut mendapat kritikan.

Bertolak dari pemaparan di atas, peneliti melakukan penelitian hubungan antara model Cooperavie Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi mahasiswa. Model pembelajaran ini diyakini dapat melibatkan peserta didik dalam pembelajaran untuk ikut serta berperan aktif dalam diskusi, berpikir kritis dan bekerjasama.

Penerapan model pembelajaran dalam kelas pun menjadi titik tolak keberhasilan seorang pendidik dalam usahanya mengelola kelas. Seperti halnya model Cooperative Leaning yang menekankan sistem kerja berkelompok, seperti yang di kemukakan oleh Slavin dalam (Isjoni:2011:15) , “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Group Investigation ini merupakan pembelajaran yang menekankan kerjasama kelompok, dimana dalam kelompok tersebut terbagi 4 anggota kelompok di dalamnya atau lebih. Dapat dilihat bahwa penerapan model Cooperative Learning diharapkan bisa merangsang kemampuan komunikasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan kerja bersama untuk mencapai tujuan.

Seperti yang disimpulkan Kurniadi (2010:144) mengenai peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok, menyatakan bahwa : “Pelaksanaan pembelajaran dengan model


(14)

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 79,5% meningkat menjadi 90,90% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 14,99, sehingga dengan meningkatnya pelaksanaan pembelajaran maka motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus juga mengalami peningkatan dari siklus I yang memiliki jumlah skor 35 dengan persentase 79,5% dan siklus II yang memiliki jumlah skor 40 dengan prosentase 90,90%”.

Peneliti melakukan studi pendahuluan di Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Guru TIK. Di program studi Teknologi Pendidikan khususnya dalam melaksanakan proses perkuliahan pada mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan sering kali menggunakan model pembelajaran kooperatif, pada angkatan 2010 ditemukan bahwa dalam pembelajaran pada mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan 2 sampai 3 kali pertemuan (30%) melaksanakan perkuliahan dengan orientasi mata kuliah, dan 4 sampai 12 pertemuan (60%) melaksanakan perkuliahan dengan pembagian kelompok atau menggunakan model pembelajaran kooperatif dan 2 kali (10%) pertemuan yang digunakan untuk ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) pada mata kuliah tersebut. Begitu juga ditemukan data pada angkatan 2011 yang mengatakan kurang lebih sama dengan kasus yang dialami oleh angkatan 2010. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sering kali digunakan dalam pembelajaran pada mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dikarenakan sesuai dengan karakteristik dari model itu sendiri. Sehingga sering kali diterapkan dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini model Cooperative Learning tipe Group Investigation di harapkan memiliki hubungan dengan kemampuan komunikasi interpersonal aspek kecakapan bertanya dan kecakapa tanggap mahasiswa dalam proses pembelajaran yang diterapkan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba membuat judul penelitian “Hubungan Antara Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa ”.


(15)

5

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan

antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa”.

Permasalahan dalam penelitian di atas kemudian dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya?

2. Apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan tanggap?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa.

Adapun tujuan penelitian secara spesifik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan tanggap.


(16)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh model Cooperative Learning tipe Group Investigation terhadap peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. Ini dapat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian metode yang tepat bagi peserta didik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Sebagai usaha untuk mengembangkan pola berfikir ilmiah dan sistematis, dan juga untuk menjadi acuan dan pedoman dalam pemilihan metode yang tepat untuk meningkatan kemampuan komunikasi mahasiswa.

b. Bagi dosen

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi dosen untuk dapat memilih metode dalam proses pembelajaran yang bisa merangsang kemampuan komunikasi mahasiswa.

c. Bagi mahasiswa

Merupakan salah satu cara untuk melatih kemampuan komunikasi mahasiswa dengan menggunakan metode belajar. Yang diharapkan bisa mempermudah untuk belajar dimana saja tanpa terikat oleh ruang dan waktu.

E. Struktur Organisasi Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab, dari masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab. Bab I ialah pendahuluan, bab ini teridiri atas sub bab sebagai berikut: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian, bab ini berisi sub bab sebagai berikut: kajian teori tentang variabel-variabel yang diteliti, asumsi, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Bab III berisi metodologi penelitian yang terdiri atas beberapa sub bab sebagai berikut: populasi dan


(17)

7

sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, intrumen dan teknik pengumpulan data, uji coba instrumen, teknik analisis data, prosedur dan tahapan-tahapan penelitian. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, dengan sub bab: deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi simpulan dan rekomendasi.


(18)

Ade Rifai, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi Dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 401554 Jawa Barat.

Penelitian dilakukan di UPI karena, dalam studi pendahuluan di UPI sering kali menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation). Berdasarkan hal tersebut sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. 2. Populasi Penelitian

Menurut Musfiqon (2012) “ Populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda yang mempunyai kesamaan sifat. Populasi merupakan kelompok besar yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

3. Sampel Penelitian

Dalam penelitian, setelah di tetapkan populasi, selanjutnya menentukan sampel. Menurut Riyanto dalam (Musfiqon:2012:90) “ Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti”. Keberadaan sampel mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan.

Dalam pengambilan sampel peneliti teknik pengambilan sampel sederhana (simple random sampling), pengambilan sampel dengan cara sederhana ini merupakan cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, hal ini dilakukan apabila anggota populasi ianggap sejenis. (Sarwono:2006:114). Cara atau teknik dalam pengambilan


(19)

38

Ade Rifai, 2014

sampel acak sederhana dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung bersifat deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisis dalam pmetode penarikan sampel ini, seperti dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada kaya dan miskin, ada manajer dan bukan manajer, serta kedudukan atau tingkatan lainnya yang mencerminkan perbedaan.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti akan memilih Program Studi yang akan di jadikan sampel penelitian ini adalah Program Studi Teknologi Pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui mengenai hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan No Angkatan Jumlah Mahasiswa

1 Teknologi Pendidikan Angkatan 2010

86

2 Teknologi Pendidikan Angkatan 2011

67

3 Teknologi Pendidikan Angkatan 2012

67

Jumlah Populasi 220

Sumber : Database Himpunan Mahasiswa Teknologi Pendidikan

Menurut arikunto (2006:134) untuk menentukan jumlah sampel “apabila

subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”. Dengan penjelasan dari


(20)

Ade Rifai, 2014

Arikunto, maka peneliti menetapkan besarnya subjek penelitian ini sebesar 15%.

Tabel 3.2

Sampel Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

Sumber : Database Himpunan Mahasiswa Teknologi Pendidikan

Peneliti menentukan sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 mahasiswa dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan. Pasalnya sampel yang telah diambil peneliti dianggap cukup untuk mewakili dari populasi yang ada.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan konseptualisasi operasional penelitian yang menjadi acuan langkah penelitian. Musfiqon (2012:86) menjelaskan bahwa:

Dalam desain penelitian kuantitaif ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu (1) pengujian hipotesis; (2) populasi dan sampel; (3) analisis statistik. Ketiga hal ini menjadi ciri penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitaif sebaiknnya memperhatikan setiap tahapan penelitian kuantitatif jika desain penelitiannya adalah penelitian kuantitaif.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel dengan desain penelitian korelasional. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe group investigation. Sedangkan variable terikatnya (Y) dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. No Sampel Penelitian Jumlah Mahasiswa Sampel Mahasiswa

1 Teknologi Pendidikan

Angkatan 2010 86 S =

% � 5% =

,9 (13) 2 Teknologi Pendidikan

Angkatan 2011

67 S =

% � 5% =

,5 (10) 3 Teknologi Pendidikan

Angkatan 2012

67 S =

% � 5% =


(21)

40

Ade Rifai, 2014

Kemampuan komunikasi interpersonal yang dibagi menjadi dua sub-variabel, yaitu kecakapan bertanya (Y1), kecakapan tanggap (Y2).

Adapun hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.3

Hubungan antara variabel

Keterangan :

XY : Hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa

XY1 : Hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya

XY2: Hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa aspek kecakapan tanggap

C. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara untuk melakukan pengamatan

dengan pemikiran yang tepat. Menurut Musfiqon (2012:14), “Metode penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

(X)

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa

(Y)

XY

Aspek Kecakapan

Bertanya (Y1) XY1 Aspek Kecakapan


(22)

Ade Rifai, 2014

merupakan langkah dan cara dalam mencari, merumuskan, menggali data, menganalisis, membahas dan menyimpulkan masalah dalam penelitian”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis studi korelasional melalui pendekatan kuantitaif. Studi korelasional adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan di antara variabel –

variabel. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Musfiqon (2012:63) “ Penelitian

korelasi adalah penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengukur koefisiensi atau signifikansi dengan menggunakan

statistik”.

Metode yang digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa istilah yang berhubungan dengan judul penelitian. Peneliti memandang perlu menjelaskan istilah-istilah tersebut, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Peneliti mendiskripsikannya sebagai berikut :

1. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dugunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan - bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Tipe group investigation yang akan diteliti dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket yang akan disebar pada mahasiswa, guna meneliti kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa komunikasi pendidikan. Dimana Tipe group investigation merupakan salah satu metode dalam model cooperative learning yang mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam perencanaan, proses, pengunaan media, evaluasi serta peran dosen dalam model ini bertujuan untuk merancang kemampuan peserta didik.


(23)

42

Ade Rifai, 2014

2. Komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia. Penelitian ini akan mengukur kemampuan komunikasi mahasiswa dalam berinteraksi.

3. Kemampuan komunikasi adalah kemampuan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan atau tulisan. Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang akan diteliti. Diantaranya aspek kecakapan bertanya dan aspek kecakapan tanggap.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dugunakan untuk memperoleh data sesuatu yang diteliti.

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:96), “ instrumen sebagai alat pengumpul harus

betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data

empiris sebagaimana adanya”.

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:96) menjelaskan, dalam menyusun

instrumen penelitian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: 1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus

jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang digunakan.

2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.

3. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya.

4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga penelitian memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.

5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah angket Menurut Iskandar (dalam Musfiqon, 2012:194), “Kuisioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis, dan objektif untuk menerangkan variabel

yang diteliti”.


(24)

Ade Rifai, 2014

Pengembangan instrumen dilakukan untuk mengukur kualitas dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Kualitas instrumen sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Uji coba instrumen dilaksanakan dengan menyebarkan instrumen penelitian berupa angket kepada 35 orang responden mahasiswa. Intrumen yang diujicobakan adalah instrumen angket untuk variabel X mengenai model cooperative learning tipe group investigation , dan variabel Y mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. Dimana Kemampuan komunikasi interpersonal yang dibagi menjadi dua sub-variabel, yaitu kecakapan bertanya (Y1), kecakapan tanggap (Y2).

Berikut tahapan-tahapan pengembangan instrumen dalam penelitian ini: 1. Peningkatan Skala Pengukuran

Dalam instrumen penelitian menggunakan angket atau kuisioner yang datanya adalah bentuk ordinal, syarat untuk melakukan uji validitas yang menggunakan rumus Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson. Memiliki salah satu syarat yaitu bentuk datanya harus interval. Oleh karena itu data ordinal yang didapatkan dari instrumen ini dinaikan skala pengukurannya kedalam skala interval dengan Method of Successive Interval (MSI).

Menurut Sedarmayanti dan Hidayat, Syaifudin (2005:55) pengertian Method of Successive Interval adalah: ”Metode penskalaan untuk menaikan

skala pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval”. Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu:

Successive Interval dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Perhatikan nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner b. Untuk setiap pertanyaan tersebut, lakukan perhitungan ada berapa

responden yang menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi ( f )

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya = proporsi (p)

d. Kemudian hitung proporsi kumulatifnya ( pk )

e. Dengan menggunakan tabel normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.


(25)

44

Ade Rifai, 2014

f. Tentukan nilai densitas normal ( fd ) yang sesuai dengan nilai Z g. Tentukan nilai interval ( scale value ) untuk setiap skor jawaban. h. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV)

yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:

Transformed Scale Value : SV = – { Min data – Min SV } Pentransformasian dara ordinal menjadi data interval dengan menggunakan metode succesive interval dalam penelitian ini berbantuan program Microsoft Office Excel 2010.

2. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat atau tidak mengukur tingkat ketepatan tes yaitu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Setelah melakukan pengingkatan skala pengukuran maka kemudian dilakukan pengujian validitas yang menggunakan rumus Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu, sebagai berikut:

�ℎ� �� = N ∑ Y − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

(Riduwan:2012:98) Dengan keterangan :

rhitung : koefisien korelasi N : Jumlah responden X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total

Uji Validitas digunakan untuk menguji dan menghitung validitas dari setiap butir soal dalam angket. Untuk mengetahui butir item yang valid dan tidak valid dapat dilakukan dengan cara membandingkan �ℎ� �� dengan � �� pada taraf

kepercayaan 95% atau α = 0,05. Apabila nilai �ℎ� �� > � �� Maka item tersebut


(26)

Ade Rifai, 2014

dinyatakan tidak valid. Perhitungan vaiditas instrumen menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2010. Nilai dari ��dari n = 35 yaitu sebesar 0,334 instrumen X yang diujicobakan sebanyak 30 item soal.

Peneliti melakukan ujicoba instrumen dengan jumlah responden sebanyak 35 orang. Hasil dari perhitungan variabel X dari 30 item soal yang diujikan, 27 soal dinyatakan valid dan 3 item soal dinyatakan tidak valid yakni item soal nomor 20, 21 dan 25. Berikut gambaran uji coba instrumen variabel X sebagai variabel independen mengenai model cooperative learning tipe group investigation.

Tabel 3.4

Data Hasil Uji Coba Variabel X

No. Item Soal r hitung r tabel Keterangan 1 0.588 0.334 Valid 2 0.410 0.334 Valid 3 0.408 0.334 Valid 4 0.337 0.334 Valid 5 0.420 0.334 Valid 6 0.567 0.334 Valid 7 0.354 0.334 Valid 8 0.708 0.334 Valid 9 0.633 0.334 Valid 10 0.341 0.334 Valid 11 0.579 0.334 Valid 12 0.439 0.334 Valid 13 0.583 0.334 Valid 14 0.610 0.334 Valid 15 0.434 0.334 Valid 16 0.689 0.334 Valid 17 0.367 0.334 Valid 18 0.368 0.334 Valid 19 0.381 0.334 Valid 20 0.007 0.334 Tidak Valid 21 0.132 0.334 Tidak Valid


(27)

46

Ade Rifai, 2014

22 0.429 0.334 Valid 23 0.614 0.334 Valid 24 0.396 0.334 Valid 25 0.316 0.334 Tidak Valid 26 0.350 0.334 Valid 27 0.408 0.334 Valid 28 0.412 0.334 Valid 29 0.347 0.334 Valid 30 0.594 0.334 Valid

Sedangkan hasil dari perhitungan variabel Y mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa, di mana di dalamnya kemudian diuraikan menjadi dua aspek yakni kemampuan komunikasi interpersonal aspek kecakapan bertanya dan aspek kecakapan tanggap, variabel Y ini terdiri dari 40 item soal yang diujikan, 31 item soal dinyatakan valid dan 9 item soal dinyatakan tidak valid yakni item soal nomor 4, 9, 15, 20, 28, 29, 31, 33, dan 38. Berikut gambaran ujicoba instrumen variabel Y mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa.

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Coba Variabel Y No. Item

Soal r hitung r tabel Keterangan 1 0.466 0.334 Valid 2 0.343 0.334 Valid 3 0.417 0.334 Valid 4 0.215 0.334 Tidak Valid 5 0.345 0.334 Valid 6 0.408 0.334 Valid 7 0.427 0.334 Valid 8 0.397 0.334 Valid 9 0.014 0.334 Tidak Valid 10 0.477 0.334 Valid 11 0.381 0.334 Valid 12 0.394 0.334 Valid 13 0.433 0.334 Valid


(28)

Ade Rifai, 2014

14 0.600 0.334 Valid 15 0.297 0.334 Tidak Valid 16 0.442 0.334 Valid 17 0.451 0.334 Valid 18 0.367 0.334 Valid 19 0.600 0.334 Valid 20 0.053 0.334 Tidak Valid 21 0.383 0.334 Valid 22 0.432 0.334 Valid 23 0.367 0.334 Valid 24 0.463 0.334 Valid 25 0.521 0.334 Valid 26 0.393 0.334 Valid 27 0.437 0.334 Valid 28 -0.250 0.334 Tidak Valid 29 -0.227 0.334 Tidak Valid 30 0.417 0.334 Valid 31 -0.138 0.334 Tidak Valid 32 0.365 0.334 Valid 33 0.139 0.334 Tidak Valid 34 0.524 0.334 Valid 35 0.389 0.334 Valid 36 0.358 0.334 Valid 37 0.594 0.334 Valid 38 0.063 0.334 Tidak Valid 39 0.394 0.334 Valid 40 0.571 0.334 Valid 3. Uji Reliabilitas

Pengujian realibilitas digunakan dengan Alpha Cronbach (� , menurut Suharsimi Arikunto (2006:196) “rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket, soal bentuk uraian”.

Lebih lagi menurut Ronny S Kounter (2003:158).

Cronbach alpha (α) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau angket yang paling sering digunakan oleh karena dapat digunakan pada tes-tes atau angket-angket yang jawaban atau


(29)

48

Ade Rifai, 2014

tanggapannya berupa pilihan. Pilihan dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih dari dua pilihan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mencarai reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha, seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2012:115) adalah sebagai berrikut:

1. Mencari varians total

� 2 = ∑

2∑ 2 �

Keterangan :

� 2 : varians total

∑ : jumlah kuadrat skor total setiap responden

(∑ : jumlah kuadrat seluruh skor total setiap responden N : jumlah responden uji coba

2. Mencari harga-harga varians setiap item

� 2 = ∑

2∑ 2 �

Keterangan :

� 2 : varians butir setiap soal

∑ : jumlah kuadrat jawaban total setiap responden (∑ : jumlah kuadrat seluruh skor total setiap responden N : jumlah responden uji coba

3. Rumus Alpha

Berikut rumus Alpha dan digunakan dalam pengujian realibilitas:

� = (� − )� − ∑ � 2

2

Keterangan :


(30)

Ade Rifai, 2014

k : banyaknya butir pertanyaan atau soal

∑� 2 : jumlah varians butir soal � 2 : varians total

Perhitungan uji reliabilitas ini peneliti menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dirancang tersebut reliabel atau tidak. Perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai �ℎ� �� dengan � �� yang diperoleh dari hasil perhitungan IBM SPSS Statistics 21 dengan nilai � �� dari n = 35 yaitu 0,334, pada α = 0,05. Dengan kriteria kelayakan

jika �ℎ� ��> � ��, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Reliabilitas Variabel X

(Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation)

Variabel Cronbach's Alpha N of Items

Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

.858 30

Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket variabel X diperoleh �ℎ� �� sebesar 0,860. Dengan hasil tersebut maka instrumen angket variabel X mengenai model cooperative learning tipe group investigation dinyatakan reliabel. Karena �ℎ� �� 0,858 > � �� 0,334.

Sedangkan hasil uji reliabilitas variabel Y mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa, di mana di dalamnya kemudian diuraikan menjadi dua aspek yakni kemampuan komunikasi interpersonal


(31)

50

Ade Rifai, 2014

aspek kecakapan bertanya (Y1) dan kemampuan komunikasi interpersonal aspek kecakapan tanggap (Y2).

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Realiabilitas Variabel Y (Kemampuan Komuniaksi Interpersonal Mahasiswa)

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Mahasiswa

.808 40

Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket variabel Y diperoleh �ℎ� �� sebesar 0,761. Dengan hasil tersebut maka instrumen angket variabel Y mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa dinyatakan reliabel. Karena �ℎ� �� 0,808> � �� 0,334.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data yang diperlukan untuk sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, kemudian data yang diperoleh dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Angket

Menurut Iskandar (dalam Musfiqon, 2012:194), “Kuisioner adalah

“seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis, dan objektif untuk menerangkan variabel yang diteliti”. Sedangkan menurut Arifin

(2011:228), “Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian

pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus

dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya”.


(32)

Ade Rifai, 2014

wawancara dan kuisioner sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yan berkenaan denan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain dari individu/responden. Caranya, melalui pertanyan-pertanyaan yang sengaja dilakukan kepada individu oleh peneliti. Apabila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis, disebut kuisioner. Baik wawancara maupun kuisioner sama-sama perlu dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang dibuat peneliti.

Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada responden atau sampel penelitian, yaitu mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, prodi Tekpend Konsentrasi Pendidikan Guru TIK. Dengan menyebarkan angket penelitian ini, peneliti diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang masalah penelitian yang merupakan fokus utama dalam penelitian.

Angket yang digunakan adalah angket adalah angket tertutup, dimana pertanyaan dan alternatif jawabannya telah ditentukan oleh peneliti, responden tinggal memilih saja. Responden bersikap pasif, tidak memiliki kewenangan menjawab selain apa yang diberikan peneliti. Riduan (2012:72)

menjelaskan, “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban atau yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara melibatkan tanda silang (x) atau tanda checklist (√)”. Responden tidak dapat memberikan jawaban lain selain yang sudah disediakan sebagai alternative jawaban.

Juliansyah Noor dalam (Musfiqon:2012:128) mengatakan terdapat empat komponen inti sebuah angket, yaitu:

a. Adanya subjek

b. Adanya ajakan, yaitu permohonan penelitian kepada responden untuk turut mengisi angket

c. Adanya petunjuk pengisian kuisioner atau angket, agar responden mudah menjawabnya

d. Adanya daftar pertanyaan, yang berisi item-item yang telah disusun dengan sistematis sesuai masalah penelitian.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala linkert, skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang tentang


(33)

52

Ade Rifai, 2014

fenomena sosial. Pertanyaan yang ditawarkan bersifat opini, pemikiran, dan presepsi yang merupakan penilaian kuantitatif pada masalah penelitian (Musfiqon:128). Berikut gambaran rentang skala Linkert yang digunakan dalam penelitian ini.

Table 3.8 Rentang Skala Linkert Pernyataan

Sikap

Sangat Setuju

Setuju Ragu – Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju Positif 5 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 5 (Sarwono:2006:96) Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi instrumen. Yang berisikan jenis pertanyaan, banyak pertanyaan dan waktu yang dibutuhkan.

b. Menyusun pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berstruktur dan jawaban tertutup berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Membuat pedoman cara menjawab pertanyaan, untuk mempermudah responden dlam menjawab pertanyaan.

d. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada dosen pembimbing.

e. Melakukan judgment terhadap instrumen penelitian.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian yang telah dibuat kepada mahasiswa. Untuk melihat validitas, reliabilitas dan keterbacaannya. g. Menggandakan instrumen atau angket sesuai banyaknya responden. H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan tahapan akhir penelitian, kegiatan analisis dilaksanakan setelah instrumen telah diujicobakan. Musfiqon (2012:149)


(34)

Ade Rifai, 2014

menjelaskan, “dalam tahapan penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah data dikonvers dalam bentuk kuantitatif dan ditabulasikan”.

Menurut Musfiqon (2012:155), “dalam analisis kuantitatif ada beberapa langkah yang harus dilalui, agar proses analisis menjadi lebih terarah. Langkah-langkah analisis kuantitaif adalah sebagai berikut: Scoring, coding, tabulasi serta deskripsi dan uji statistik”.

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Skor Penelitian

Penghitungan skor dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah terkait hubungan antara model cooperative learning tipe group investigation dengan kemampuan komunikasi mahasiswa. Skor yang telah didapat lalu di interpretasikan sesuai kriteria interpretasi yang telah ditetapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2010:18), tentang menentukan kriteria interpretasi, adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor indeks maksimum, dengan cara:

(skor tertinggi = 4) x (jumlah item setiap aspek) x (jumlah responden) b. Menghitung rentang untuk kategori interpretasi skor, dengan cara:

Jumlah Total Skor

Nilai Skor Maksimum X %

c. Menentukan kriteria interpretasi skor seperti berikut:

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat Grafik 3.1 Interval Interpretasi Skor

2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui distribusi data yang digunakan dalam penelitian. Pengujian dalam uji normalitas terdapat beberapa kriteria seperti yang dikemukakan oleh Noor (2011:178), yaitu sebagai berikut:


(35)

54

Ade Rifai, 2014

a. Jika signifikansi yang diperoleh > α = 0,05, maka sampel berasal dar populasi yang berdistribusi normal

b. Jika signifikansi yang diperoleh < α = 0,05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian, maka perlu dilakukannya uji hipotesis. Dalam penelitian ini terdapat uji korelasi dan uji signifikansi yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Sebagai berikut:

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk meneliti dan menguji hubungan dua variabel. Dimana tujuan analisis korelasi ialah untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan dua variabel yang ada dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau Rank Spearman. Dengan data yang didaptkan ialah berupa data ordinal yang diperoleh dari angket.

Rumus koefesien orelasi rank spearman adalah sebagai berikut:

ρ = 1 – ∑ �2

� �2 (Arifin:2011:277) Keterangan:

ρ : Koefesien korelasi tata jenjang 1 : Bilangan tetap

6 : Bilangan tetap n : Jumlah sampel

∑D : Jumlah uadrat dari selisih rank variabel X dan Y

Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau α = 0,05. Untuk menafsirkan koefesien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.9


(36)

Ade Rifai, 2014

Interval Koefesien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Sugiyono:2012:257) b. Uji Signifikansi

Setelah nilai koefesien korelasi telah didapatkan, maka selanjutnya melakukan uji signifikansi untuk mengetahui penolakan maupun penerimaan dari hipotesis penelitian. Uji hipotesis dilakukan dengan rumus perhitungan uji-t, berikut rumus perhitungan uji-t:

=

�√�−

√ −�2 (Riduwan:2012:139)

Keterangan:

t : uji signifikansi � : Koefesien korelasi n : jumlah sampel

Untuk melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan cara membandingkan nilai �ℎ� �� > � ��, Riduwan (2012:140, mengemukakan kaidah pengujian hipotesis, sebagai berikut:

1) Apabila �ℎ� �� > � ��, maka H ditolak dan H diterima (terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y)

2) Apabila �ℎ� �� < � ��, maka H diterima dan H ditolak diterima ( tidak terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y)


(37)

56

Ade Rifai, 2014

Koefesien korelasi berfungsi untuk mengukur tingkatan pengaruh atau seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel X terhadap Y. adapun rumus rumus yang digunakan ialah sebgagai berikut:

KD = � x 100%

(Soemantri dkk:2006:341) Keterangan:

KD = Koefesien Determiniasi

ρ = Koefesien Korelasi I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penilitan ini dimulai dari tahap awal yaitu persiapan penelitian sampai akhir yaitu penulisan laporan penelitian. Secara umum tahapan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu :

1. Pembuatan Rancangan Penelitian

a. Memilih masalah, peneliti memilih masalah penelitian dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur seperti buku bacaan, jurnal, skripsi, tesis dan sebagainya.

b. Studi pendahuluan, peneliti melakukan studi pendahulan dengan mengamati kegiatan pembelajaran di Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan sehingga peneliti menemukan permasalahan yang dapat dijadikan sebagai latar belakang dan rumusan masalah.

c. Merumuskan masalah, dengan melakukan perumusan judul, membuat desain penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti. d. Merumuskan asumsi dasar dan hipotesis.

e. Menentukan variabel dan sumber data, dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model cooperative learning tipe group investigation (X) dan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa (Y).


(38)

Ade Rifai, 2014

f. Menentukan dan menyusun instrumen. Instrumen yang digunakan adalah angket.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Mengumpulkan data, dilakukan dengan membagikan instrument kepada mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

b. Melakukan analisis data.

c. Menarik kesimpulan dengan melakukan pengolahan data berdasarkan hasil angket dan menyimpulkan hasilnya sesuai hipotesis.

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Menulis laporan dalam bentuk tertulis sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah.


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan berdasarkan simpulan umum dan khusus yaitu:

1. Simpulan Umum

Peneliti mengangkat masalah tentang apakah terdapat hubungan antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diambil simpulan secara umum bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa.

2. Simpulan Khusus

Dalam penelitian ini, terdapat dua simpulan khusus yang dijabarkan dari simpulan umum. Adapun simpulan khusus pada penelitian ini adalah:

a. Penggunaan model cooperative learning tipe group investigation memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikasi inetrpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya.

b. Penggunaan model cooperative learning tipe group investigation memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikasi inetrpersonal mahasiswa aspek kecakapan tanggap.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan kemajuan Jurusan Kurikulum dan


(40)

Ade Rifai, 2014

Teknologi Pendidikan. Dan diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran.

2. Mahasiswa

a. Mahasiswa diharapkan untuk terus mengasah kemampuan interpersonalnya, terutama kemampuan komunikasi. Agar mampu menciptakan suasana pembelajaran aktif dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh mahasiswa dengan baik. b. Ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu bekerjasama

dengan kelompok atau tim. 3. Peneliti Selanjutnya

a. Adanya penelitian tindak lanjut guna menyempurnakan hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa dengan sampel yang lebih luas lagi sebagai studi pembanding.

b. Melakukan penelitian untuk mengkaji kemampuan komunikasi interpersonal dengan aspek-aspek yang lebih luas lagi.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikuto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arni Muhammad. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

DeVito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar manusia, edisi kelima, Jakarta: Professional Books.

Djoehaeni, Heny. (2006). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Antara Dosen-Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Wacana Humaniora. Vol.4, No.4, 429-437.

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hardjana, A.M. (2003). Komunikasi Interpersonal & Interpersonal. Jakarta: Kansius.

Isjoni, Ismail Arif. (2008). Model-Model Pembeajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______________. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Kounter, Ronny. (2003). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV. Teruna Grafika.

Kurniadi, Erawan. (2010). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperative Tipe GI. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.2, No.2, 136-146.

Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Skunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Musfiqon. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi Penelitian : Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.


(42)

Pontoh P.W. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna. Vol 1. No 1. 1-11.

Richvana, Aulia. Dkk (2012).Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Tingkat Kreativitas Siswa Kelas X SMAN 2 Karanganyar. Journal Pendidikan Biologi. Vol 4. No 1. 1-14.

Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro. (2008). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.

Rohim, Syaiful.(2008). Teori Komunikasi: Persektif, Ragam & Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

_______. (2012). Model-model Pembelajaran (Mengembangakan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sedarmayanti dan Hidayat, Syaifudin. (2005). Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju

Slavin, E. Robert (2005). Cooeprative Learning: Teori Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung. Alfabeta.

_______.(2012). Metode Penelitian Kombinsasi. Bandung : Alfabeta

Sukardi. (2004). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara


(43)

Suwarjo, dkk. (2013).Model Layanan BK Kelompok Teknik Permainan (Games) Untuk Meningkatkan Keterampila Komunikasi Interpersonal Siswa .Jurnal Bimbingan Konseling, Vol. 2 No. 1, 51.

Syaodih, Nana. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Mengenai Sistem Pendidikan Nasional.

UPI. (2012). Pedoman Tulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Winataputra, Udin.S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(44)

SUMBER LAIN

Ajiji, Ahmad. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Group Investigation [Online]. Tersedia: http://discussion-

lecture.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html [14 November 2013].

Dzaki, F.M. (2009). Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Dalam Pembelajaran Kooperatif.[Online].

Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/prinsip-dasar-dan-ciri-ciri-dalam.html. [17 November 2013].

Haryanto.(2010).Macam-Macam Teori Belajar. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ [18 November 2013].

Nahampun, Jeperis. (2009). Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/ [18 November 2013].

Tombak, Anggar. (2011). Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran [Online]. Tersedia: http://www.kawandnews.com/2011/10/pengertian-dan-ciri-ciri-dalam.html [13 November 2013].

Sudarsono, Tholee. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation [Online]. Tersedia:

http://allforedu.blogspot.com/2012/06/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html [14 Maret 2014]


(1)

Ade Rifai, 2014

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan berdasarkan simpulan umum dan khusus yaitu:

1. Simpulan Umum

Peneliti mengangkat masalah tentang apakah terdapat hubungan antara

model Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan

komunikasi interpersonal mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diambil simpulan secara umum bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara model

Cooperative Learning tipe Group Investigation dengan kemampuan

komunikasi interpersonal mahasiswa. 2. Simpulan Khusus

Dalam penelitian ini, terdapat dua simpulan khusus yang dijabarkan dari simpulan umum. Adapun simpulan khusus pada penelitian ini adalah:

a. Penggunaan model cooperative learning tipe group investigation

memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikasi inetrpersonal mahasiswa aspek kecakapan bertanya.

b. Penggunaan model cooperative learning tipe group investigation

memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikasi inetrpersonal mahasiswa aspek kecakapan tanggap.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif


(2)

88

Ade Rifai, 2014

Teknologi Pendidikan. Dan diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran.

2. Mahasiswa

a. Mahasiswa diharapkan untuk terus mengasah kemampuan

interpersonalnya, terutama kemampuan komunikasi. Agar mampu menciptakan suasana pembelajaran aktif dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh mahasiswa dengan baik.

b. Ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu bekerjasama

dengan kelompok atau tim. 3. Peneliti Selanjutnya

a. Adanya penelitian tindak lanjut guna menyempurnakan hasil

penelitian ini dengan mengadakan penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa dengan sampel yang lebih luas lagi sebagai studi pembanding.

b. Melakukan penelitian untuk mengkaji kemampuan komunikasi


(3)

Ade Rifai, 2014

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru).

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikuto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arni Muhammad. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

DeVito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar manusia, edisi kelima, Jakarta:

Professional Books.

Djoehaeni, Heny. (2006). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Antara

Dosen-Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar

Mahasiswa. Jurnal Wacana Humaniora. Vol.4, No.4, 429-437.

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hardjana, A.M. (2003). Komunikasi Interpersonal & Interpersonal. Jakarta: Kansius.

Isjoni, Ismail Arif. (2008). Model-Model Pembeajaran Mutakhir. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

_______________. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran

Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Kounter, Ronny. (2003). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta: CV. Teruna Grafika.

Kurniadi, Erawan. (2010). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Melalui

Model Pembelajaran Kooperative Tipe GI. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.2, No.2, 136-146.

Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis

Data Skunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Musfiqon. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi Penelitian : Skripsi, Tesis, Desertasi, dan


(4)

Pontoh P.W. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna. Vol 1. No 1. 1-11.

Richvana, Aulia. Dkk (2012).Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation

Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Tingkat Kreativitas Siswa Kelas X SMAN 2 Karanganyar. Journal Pendidikan Biologi. Vol 4. No 1. 1-14.

Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro. (2008). Cara Menggunakan dan Memaknai

Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.

Rohim, Syaiful.(2008). Teori Komunikasi: Persektif, Ragam & Aplikasi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

_______. (2012). Model-model Pembelajaran (Mengembangakan Profesionalisme

Guru). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sedarmayanti dan Hidayat, Syaifudin. (2005). Metode Penelitian. Bandung: Mandar

Maju

Slavin, E. Robert (2005). Cooeprative Learning: Teori Riset dan Praktik. Bandung:

Penerbit Nusa Media.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru Algensindo.

Sugandi, Achmad, dkk. (2000). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung. Alfabeta.

_______.(2012). Metode Penelitian Kombinsasi. Bandung : Alfabeta

Sukardi. (2004). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara


(5)

Ade Rifai, 2014

HUBUNGAN ANTARA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suwarjo, dkk. (2013).Model Layanan BK Kelompok Teknik Permainan (Games)

Untuk Meningkatkan Keterampila Komunikasi Interpersonal Siswa.Jurnal

Bimbingan Konseling, Vol. 2 No. 1, 51.

Syaodih, Nana. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas

Terbuka. Cet. Ke-1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Mengenai Sistem Pendidikan Nasional.

UPI. (2012). Pedoman Tulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Winataputra, Udin.S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


(6)

SUMBER LAIN

Ajiji, Ahmad. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Group Investigation

[Online]. Tersedia:

http://discussion- lecture.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html [14 November 2013].

Dzaki, F.M. (2009). Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Dalam Pembelajaran

Kooperatif.[Online].

Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/prinsip-dasar-dan-ciri-ciri-dalam.html. [17 November 2013].

Haryanto.(2010).Macam-Macam Teori Belajar. [Online]. Tersedia:

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ [18 November 2013].

Nahampun, Jeperis. (2009). Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran. [Online].

Tersedia: http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/ [18 November 2013].

Tombak, Anggar. (2011). Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran [Online]. Tersedia:

http://www.kawandnews.com/2011/10/pengertian-dan-ciri-ciri-dalam.html [13 November 2013].

Sudarsono, Tholee. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation [Online]. Tersedia:

http://allforedu.blogspot.com/2012/06/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html [14 Maret 2014]