HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU.
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA
DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh:
KHOTIBUL LUTFI NIM 1001873
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
(2)
Khotibul Lutfi, 2014
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA
DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Oleh Khotibu Lutfi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan
© Khotibul Lutfi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
LEMBAR PENGESAHAN
KHOTIBUL LUTFI
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA
DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing II
dr. Imas Damayanti, M.Kes NIP. 19800721 200604 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI
Pembimbing I
Dra. Yati Ruhayati,M.Pd NIP. 19631107 198803 2 002
(4)
ABSTRAK
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1
SUKAGUMIWANG INDRAMAYU Khotibul Lutfi
1001873
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia
Yati Ruhayati1 Imas Damayanti2
Kebugaran jasmani merupakan derajat sehat dinamis seseorang yang dapat melaksanakan tugas dengan efien tanpa lelah berlebih, untuk mencapai kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan beberapa faktor salah satunya dengan asupan gizi yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran asupan gizi, gambaran kebugaran jasmani, serta hubungan asupan gizi dengan kebugaran jasmani. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi. Sampel yang digunakan sebanyak 45 orang dari siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang diambil menggunakan metode purposiv sampling. Instrumen yang digunakan ialah recall 2 X 24 jam dan tes kesegaran jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak SMA dengan validitas 0,72 dan reliabilitas 0,92. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata dari hasil recall 2 X 24 jam ialah 96% siswa defisit berat, 98% siswa kurang karbohidrat, 82% siswa kurang protein, 100% siswa lebih lemak dan dari tes kebugaran jasmani 64% siswa pada kategori sedang, 51% siswa kurang pada tes lari 60m, 56% siswa sedang pada tes angkat tubuh, 47% siswa baik pada tes baring duduk, 64% siswa sedang pada tes loncat tegak, serta 62% siswa kurang pada tes lari 1000m (putri) dan 1200m (putra). Nilai dari uji korelasi kedua variabel yaitu 0,085 dan sumbangsih X terhadap Y sebesar 9,5% yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMA Negeri 1 Sukagumiwang Indramayu.
(5)
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF NUTRIENT INTAKE AND PHYSICAL FITNESS OF STUDENTS WHO TAKE SPORT EXTRACURRICULAR IN SMA NEGERI
SUKAGUMIWANG INDRAMAYU Khotibul Lutfi
1001873
Faculty of Sport and Health Education Indonesia University of Education
Yati Ruhayati1 Imas Damayanti2
Physical fitness is health scale of dynamic person who can do task efficiently without excessive fatigue, to achieve physical fitness can be done with a several factors, one of them by good nutritional intake. The purpose of this research is to know the description of nutritional intake, physical fitness, as well as relation between nutritional intake and physical fitness. The method which is used in this research was descriptive correlation. The sample was taken from 45 students who actively participated in extracurricular sports in SMAN 1 Sukagumiwang by used purposive sampling method. The instrument that used was 2 X 24-hour recall and physical fitness tests Indonesia (TKJI) for high school students with the validity and reliability of 0.92 to 0.72. The results showed the average value of 2 X 24-hour recall 96% were severe deficits, 98% students were less carbohydrates, 82% students were less protein, 100% students were more fat and test of physical fitness showed that 64% students in the middle category, 51% of students were less in a test run 60m, 56% students were in middle category on the test body lift, 47% students were in good category on rest sitting test, 64% of students were in the middle category of upright jump test, and 62% students are less in a test run 1000m (Female) and 1200m (Male). The value of the correlation between the two variables was 0.085 and the contribution of X to Y as much as 9.5%, which means that there is no significant relationship between nutrient intake with physical fitness toward students who participated in sports extracurricular of SMA Negeri 1 Sukagumiwang Indramayu.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 7 A. Gizi ... 7
1. Hakikat Gizi ... 7
2. Pentingnya Asupan Gizi ... 8 3. Kecukupan Gizi ... 13 4. Survey Konsumsi Makan ... 15 B. Kebugaran Jasmani ...
17
1. Hakikat Kebugaran Jasmani ... 17
(7)
C. Keterikatan Asupan Gizi dengan Kebugaran Jasmani ... 21
D. Ekstrakurikuler Olahraga ... 23
E. Karakteristik Anak SMA ... 23
F. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ...
26
A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 26
B. Desain Penelitian ... 27 C. Metode Penelitian ... 27 D. Definisi Operasional ... 28 1. Variabel Penelitian ...
28
2. Definisi Operasional ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 29 1. Wawancara Recall 24 jam ...
30
2. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... 32
F. Pengumpulan Data ... 39
G. Analisis Data ... 40
H. Prosedur Penelitian ... 40 I. Keterbatasan Penelitian ...
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
(8)
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Analisis Deskriptif ... 43
2. Uji Normalitas ... 40
3. Uji Korelasi ... 51
4. Uji Regresi ... 52 B. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58 A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 62
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator dari kemajuan bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memanfaatkan perkembangan ilmu kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup warga negaranya. Giriwijoyo (2010, hlm. 11) beranggapan bahwa “Pembinaan kesehatan pada dasarnya terdiri dari dua bidang garapan saja yaitu pembinaan kesehatan yang ditujukan pada faktor manusia dan pembinaan kesehatan yang ditujukan pada faktor lingkungan”. Sebagai individu, manusia merupakan gabungan dua unsur yang terdiri dari jasmani dan rohani. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang utuh. Oleh sebab itu, kedua unsur tersebut harus dibina dengan sebaik-baiknya agar tetap sehat sehingga hidup kita dapat mencapai kesejahteraan. Jadi salah satu upaya yang mendasar untuk memajukan bangsa ini adalah dengan menjaga dan memelihara kesehatan diri kita sediri. Giriwijoyo (2007, hlm. 9). mengungkapkan bahwa
Sehat adalah sejahtera, makin tinggi derajat sehat kita, makin tinggi sejahtera kita dan sejahtera adalah bahagia, sebab tiada bahagia bila tiada sejahtera. Dampak dari sejahtera individu adalah sejahtera keluarga yang berdampak lebih lanjut pada sejahtera masyarakat.
Kesehatan merupakan dasar yang sangat diperlukan bagi seseorang untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Oleh karena itu, harus ada upaya pembinaan dan pemeliharaan kesehatan. Pembinaan kesehatan meliputi kesehatan jasmani, rohani, dan sosial ini merupakan sehat paripurna yang sesuai dengan konsep sehat menurut WHO (World Health Organization). Dalam masalah kegiatan jasmani, manusia dalam hidupnya selalu dalam keadaan istirahat dan melakukan aktivitas (bekerja) dimana kegiatan ini silih berganti dan terus-menerus, maka dari itu kesehatan jasmani manusia itu dibagi menjadi dua bagian yaitu, sehat dinamis dan sehat statis. Pencapaian derajat sehat dinamis merupakan keinginan dari setiap orang karena dengan
(10)
memiliki tubuh yang sehat orang tersebut dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik bahkan bisa menikmati pekerjaannya. Giriwijoyo (2010, hlm. 7) mengemukakan bahwa “Sehat dinamis (sehat dalam kondisi aktif/dinamis) inilah yang sangat perlu dibina dan dipelihara oleh karena orang yang sehat dinamis, pasti sehat statis (sehat dalam kondisi statis/istirahat), tetapi tidak sebaliknya”.
Pemeliharaan dan peningkatan derajat sehat dinamis merupakan bagian dari faktor lingkungan dan upaya pencegahan langsung kepada faktor manusianya. “Olahraga merupakan bagian dari upaya pencegahan langsung terhadap faktor manusia dan merupakan upaya pemeliharaan dan pencegahan yang terpenting, termurah, dan fungsional (fisiologis)” (Giriwijoyo, 2007, hlm. 22). Selain olahraga, Irianto (2007, hlm. 134) mengungkapkan bahwa
Penataan makanan yang baik merupakan bagian dari gaya dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajak sehta dan bugar, yang perlu selalu dikondisikan pada semua lapisan masyarakat sehingga akan diperoleh bangsa yang sehat dan negara yang kuat.
Dalam kegiatan disekolah, pembinaan dan pemeliharaan kesehatan biasanya didapat dari mata pelajaran penjas (pendidikan jasmani) dan kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Ekstrakurikuler olahraga ini berkaitan dengan aktivitas fisik yang bertujuan untuk pencapaian kualitas fisik (derajat sehat dinamis) yang tinggi serta sebagai wahana untuk prestasi dibidang olahraga. Berkaitan dengan kebugaran jasmani atau kesehatan dinamis, kegiatan ekstrakulikuler olahraga ini sangat membantu karena dengan siswa memilih mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga saja ini merupakan salah satu bentuk usaha untuk menambah kualitas fisiknya. Dalam hal ini Sharkey (dalam Irianto, 2007, hlm. 30) berpendapat bahwa:
Usaha menambah kualitas fisik bagi olahragawan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efisiensi kerja muscle fitness dan energy fitness. Alasannya, gerak merupakan perwujudan dari terjadinya kontraksi otot, sementara untuk berkontraksi, otot memerlukan energi. Energi yang dimaksud oleh Sharkey diatas itu adalah energi yang diperlukan untuk olahraga atau aktivitas fisik yang diperoleh dari proses pengolahan bahan makanan. Untuk itu, sudah selayaknya para siswa ini
(11)
mengetahui manfaat zat gizi atau bahan makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, karena jika asupan gizi berlebih atau kekurangan tubuh kita tidak akan bekerja dengan maksimal. Giriwijoyo (2007, hlm. 386) mengungkapkan bahwa “Bila tata-gizi selama latihan diabaikan, maka gangguan keseimbangan tata-gizi sangat menghambat pelatihan yang efektif, sehingga sehingga penampilan menjadi tidak maximal dan tidak sesuai dengan potensinya”. Selanjutnya, Sajoto (dalam Lesmana, 2012, hlm. 61) mengungkapkan tentang pentinganya asupan gizi yaitu “Memelihara kondisi atlet agar tetap optimal selama menjalani latihan intensif, membiasakan atlet terhadap makanan yang sehat dan seimbang untuk kesehatan dan prestasi”. Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan, telah menunjukkan bahwa bukan hanya melakukan olah otot saja tetapi asupan gizinya juga dibutuhkan untuk mencapai tingkat kebugaran jasmani yang tinggi dan disitu sudah tertera betapa pentingnya asupan gizi yang seimbang untuk menunjang aktivitas fisik atau kebugaran jasmani tubuh para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan demikian, pelatih ekstrakurikuler harus mengetahui dan membina para siswa pada pelatihan fisik dan asupan gizi, karena pemilihan bahan makanan juga penting untuk pencapaian derajat kebugaran jasmani yang tinggi. Namun dalam kenyataannya, kegiatan ekstrakurikuler ini hanya mementingkan pengetahuan tentang pelatihan yang berupa teknik dan taktik dalam satu kecabangan olahraga tertentu dan tidak menyertakan pada masalah gizinya. Buktinya, masih banyak siswa yang suka mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang, pemahaman gizi yang keliru, dan kebiasaan makan yang buruk karena kebanyakan dari mereka cenderung memakan makanan fast food (makanan siap saji) dan junk food (makanan sampah). “Fast food adalah makanan yang bergizi tinggi, yang sayangnya tidak memiliki komposisi gizi yang seimbang” (Irianto, 2007, hlm. 143). “Sedangkan junk food adalah makanan yang berkalori tinggi, tapi kurang kandungan vitamin dan protein” (Irianto, 2007, hlm. 144). Selain itu juga, tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah ini masih rendah. Kemenkes (2011, hlm. 11)
(12)
memandang bahwa kebugaran jasmani siswa masih rendah, seperti yang dikemukakannya bahwa
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 pada siswa SD, SMP, SMA dan SMK di 17 Provinsi meliputi 12.240 siswa dengan hasil tingkat kebugaran baik hanya 17 persen. Siswa lainnya mempunyai kebugaran kurang 45 persen dan kebugaran sedang 38 persen.
Berdasarkan berbagai pemaparan diatas dan masalah yang peneliti temukan, peneliti tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan asupan gizi dengan kebugaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian hubungan asupan gizi dengan kebugaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran asupan gizi siswa SMAN 1 Sukagumiwang yang mengikuti ekstrakurikler olahraga?
2. Bagaimana gambaran kebugaran jasmani siswa SMAN 1 Sukagumiwang yang mengikuti ekstrakurikler olahraga?
3. Bagaimanakah hubungan asupan gizi dengan kebugaran jasmani?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran asupan gizi siswa SMAN 1 Sukagumiwang yang mengikuti ekstrakurikler olahraga.
2. Mengetahui gambaran kebugaran jasmani siswa SMAN 1 Sukagumiwang yang mengikuti ekstrakurikler olahraga.
3. Mengetahui hubungan antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani.
(13)
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan masalah penelitian ini, yaitu:
1. Bagi institusi
Dapat memberikan gambaran asupan gizi dan kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan dapat dijadikan bahan untuk program pengembangan potensi siswa agar dapat prestasi yang baik.
2. Bagi keilmuan
a. Sebagai tambahan pengetahuan tentang penerapan ilmu gizi olahraga dilapangan.
b. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
E. Struktur Organisasi
Agar penelitian dapat terancang dengan baik, maka perlu adanya penyusunan secara terstruktur. Untuk itu, peneliti memaparkan struktur penelitian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah Penelitian C. Rumusan Masalah Penelitian D.Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.Gizi
B. Kebugaran Jasmani
C. Keterikatan Asupan Gizi dengan Kebugaran Jasmani Remaja D.Ekstrakurikuler Olahraga
(14)
E. Karakteristik Anak Tingkat Sekolah Menengah Atas F. Kerangka Berfikir
G.Hipotesis Penelitian
BAB III METODELOGI PENELITIAN A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian B. Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
D.Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional 1. Variabel Penelitian
2. Devinisi Operasional E. Instrumen Penelitian
1. Asupan Gizi
2. Tes Kebugaran Jasmani F. Teknik Pengumpulan Data G.Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Data 2. Uji Normalitas Data 3. Uji Korelasi
4. Uji Regresi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pengolahan dan Analisis Data
B. Pembahasan dan Analisis Temuan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan
(15)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Sukagumiwang yang bertalamat di Jl. By Pass Kertasemaya Km. 37 Kec. Sukagumiwang Indramayu Telp. (0234) 7010240.
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukagumiwang yang terdiri dari 3 ekstrakurikuler olahraga yaitu: pencak silat, basket, dan sepakbola. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
(Berdasarkan arsip ekstrakurikuler olahraga)
Siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang Tahun Ajaran 2013/2014
No Ekstrakurikuler Olahraga Jumlah Siswa
1 Pencak Silat 25
2 Sepakbola 23
3 Basket 20
Jumlah Total 68
Alasan pengambilan populasi pada ekstrakurikuler olahraga adalah kondisi atau proses pembelajaran ekstrakurikuler olahraga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sehat jasmani siswa atau sebagai pembinaan untuk bakat dan minat siswa agar menjadi atlet profesional. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga ini kiranya sudah mengetahui cara atau proses pelatihan untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan derajat sehat jasmaninya.
(16)
3. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2012, hlm. 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampling purposive. “Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”
(Sugiyono, 2012, hlm. 124). Pertimbangan dalam menentukan sampel pada penelitian ini yaitu siswa yang aktif mengikuti ekstrakurikuler olahraga yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dua kali dalam satu minggu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 orang siswa SMAN 1 Sukagumiwang yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Keterangan:
X = Asupan Gizi Y = Kebugaran jasmani
r = hubungan asupan gizi dengan kebugaran jasmani
C. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
(17)
sebagai data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik, seperti yang dikatakan Sugiyono (2012, hlm. 13) bahwa: “metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik”.
Pendekatan ini diterapkan karena pendekatan kuantitatif memungkinkan pencatatan dan analisis data dalam bentuk angka atau statistik.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini berfokus untuk melihat apakah terdapat hubungan yang positif antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani, maka untuk menjawab rumusan masalah tersebut penulis melakukan penelitian bersifat deskriptif korelasional. Nana Sudjana dan Ibrahim (2001, hlm. 77) menjelaskan metode penelitian deskriptif korelasional sebagai “studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel
lain”.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen (asupan gizi) dan variabel dependen (kebugaran jasmani).
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran atau pengertian terhadap judul, maka penulis memaparkan pembahasan yang diharapkan dapat mengarah kepada penelitian yang efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis paparkan sebagai berikut:
a. Hubungan
Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dimana
variabel bebas dalam penelitian yaitu “asupan gizi” berkorelasi
dengan variabel terikat yaitu “kebugaran jasmani”. b. Asupan Gizi
(18)
Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui pencernaan, penerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk pempertahankan kehidupan, pertumbuhan, fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2007, hlm. 2). Asupan gizi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah (ukuran) dan keragaman zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari yang di ukur menggunakan metode food recall 24 jam selama dua hari.
c. Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan (Giriwijoyo, 2007, hlm. 43). Kebugaran Jasmani yang dimaksud dalam penelitian adalah derajat sehat dinamis seseorang yang dapat melaksanakan tugas dengan efisien tanpa lelah berlebih yang diukur menggunakan TKJI (tes kebugaran jasmani indonesia).
d. Ekstrakurikuler Olahraga
Siswa yang aktif mengikuti ekstrakurikuler olahraga adalah siswa SMAN 1 Sukagumiwang Indramayu yang ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang terdapat disekolah tersebut.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengukur dalam proses penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 102) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada variabel yang akan diteliti”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara dan tes. Wawancara tidak tersetruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
(19)
(Sugiyono, 2012, hlm. 197). Sedangkan tes, “tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara lain dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” (Asukunto dalam Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 3). Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara Data Demografis
Wawancara data demografis dalam penelitian ini berisi tentang informasi nama, jenis kelamin, umur, tinggi badan dan berat badan, serta kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang diikuti.
2. Wawancara Asupan Gizi
Pertanyaan-pertanyaan dalam proses wawancara asupan gizi ini berkenaan tentang keragaman makanan yang dikonsumsi, seberapa banyak yang dikonsumsi, dan pemilihan makanan yang akan dikonsumsi dengan menggunakan food recall 24 jam selama dua hari. Hal ini didasari dengan pendapat Sanjur (dalam Supariasa dkk, 2012, hlm. 94) yang mengungkapkan bahwa:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gamabaran asupan lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.
Supariasa dkk (2012, hlm. 94) menambahkan bahwa:
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 x 24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang harinya tidak berturut-turut.
Untuk lebih jelasnya pertanyaan recall 24 jam bisa dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 3.2).
Tabel 3.2 Instrumen food recall 24 jam (Supariasa dkk, 2012, hlm. 292)
Waktu makan Nama Masakan Bahan Makanan
(20)
URT g
Pagi/Jam
Siang/Jam
Malam/Jam
Langkah-langkah pelaksanaan food recall 24 jam menurut Supariasa dkk (2012, hlm. 94-95):
Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu reponden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajanan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan diluar rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh
(21)
makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
3. Tes Kebugaran Jasmani
Tes kebugaran jasmani dalam penelitian ini menggunakan tes kesegaran jasmani Indonesia untuk tingkat sekolah menengah atas dari Nurhasan dan Cholil (2007, hlm. 120-123) dengan ketentuan nilai validitas 0,72 dan nilai reliabilitas 0,92. Untuk butir-butir tesnya sebagai berikut:
a. Lari cepat 60 meter.
Tujuan : Untuk mengukur kecepatan lari seseorang
Alat/fasilitas : 1) Lintasan lurus, rata, dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 60 meter
2) Peluit 3) Stop watch
4) Bendera start dan tiang pancang
Pelaksanaan : subjek berdiri dibelakang garis strat dengan sikap berdiri, aba-aba “ya” bersamaan stop watch dijalankan subjek lari kedepan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter. Pada saat subjek menyentuh/melewati garis finish stop watch dihentikan, lalu catat perolehan waktunya. Untuk lebih jelasnya mengenai pelaksanaan tes lari 60 meter ini. Perhatikan gambar dibawah ini:
(22)
Gambar 3.1
Sikap Start Berdiri Pada Tes Lari Cepat
Kesempatan lari diulang bila : 1) Pelari mencuri strat
2) Pelari terganggu oleh pelari lainnya
Skor : Skor dari hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 60 meter. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik. Jarak tempuh berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
Keterangan : Pencatatan waktu dalam satuan detik dengan satu angka dibelakang koma.
Tabel 3.3 Penilaian Tes Lari Cepat Jarak 60 meter 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri
sd - 7.2" sd - 8.4" 5 7.3" - 8.3" 8.5" - 9.8" 4 8.4" - 9.6" 9.9" - 11.4" 3 9.7" - 11.0" 11.5" - 13.4" 2 11.1" - dst 13.5" - dst 1
(23)
Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan bahu
Alat/fasilitas : 1) Lantai yang rata dan bersih
2) Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga subjek dapat bergantung
3) Stop watch
4) Formulir pencatatan hasil
Pelaksanaan : Subjek bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan, dan tungkai lurus. Kedua tangan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus. Kemudian subjek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali kesikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa istirahat selama 60
detik (lihat gambar 3.2).
Gambar 3.2
Sikap Badan Tes Angkat Tubuh
Penilian : Untuk penilaian tes ini bisa dilihat pada tabel dibawah ini (tabel 3.4).
(24)
16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri
19 keatas 41 keatas 5 14 - 18 22 - 40 4 9 - 13 10 - 21 3 5 - 8 3 - 9 2 0 - 4 0 - 2 1
c. Baring duduk 60 detik
Tujuan : Mengukur kukuatan dan daya tahan otot Alat/fasilitas : 1) Lantai/lapangan rumput yang bersih
2) Stop watch
3) Formulir pencatatan hasil 4) Alat tulis
Pelaksanaan : Subjek berbaring diatas lantai/rumput. Kedua lutut ditekuk 900. Kedua tangan dilipat dan diletakkan dibelakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subjek membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki subjek tidak terangkat. Pada aba-aba “ya”. Subjek bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali kesikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat dalam waktu 60 detik. Untuk lebih jelas mengenai pelaksanaan tes baring duduk ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini (gambar 3.3):
(25)
Gambar 3.3 Sikap Tes Baring Duduk
Gerakan itu gagal bilamana : 1) Kedua lengan lepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin
2) Kedua tungkai ditekuk lebih dari 900
3) Kedua siku tidak menyentuh paha Skor : Jumlah baring duduk yang dilakukan dengan benar
selama 60 detik. Setiap gerakan yang tidak benar diberi angka 0 (nol).
Tabel 3.5 Penilaian Tes Baring Duduk 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri
41 keatas 29 keatas 5 30 - 40 20 - 28 4 21 - 29 10 - 19 3 10 - 20 3 - 9 2 0 - 9 0 - 2 1
d. Loncat tegak.
Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai
Alat/fasilitas :1) Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas
2) Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan ukuran sentimeter yang digantungkan pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150 cm.
(26)
4) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis
Pelaksanaan : Subjek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan dinding berada disamping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus keatas telapak tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus keatas telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga
meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan lurus berada disamping badan kemudian subjek mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kedua tangan diayun kebelakang, kemudian subjek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan raihan loncatan subjek tersebut. Subjek diberi kesempatan sebanyak tiga kali loncatan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini (gambar 3.4).
(27)
Sikap Tes Loncat Tegak
Skor : Ambil raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan tersebut dikurangi raihan tanpa loncatan. Contoh: Ani tinggi raihan tanpa loncatan 165 cm, sedangkan tinggi raihan loncatannya mencapai 220 cm maka skor loncat tegaknya yaitu 220 cm – 165 cm = 55 cm.
Tabel 3.6 Penilaian Loncat Tegak 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri
73 keatas 50 keatas 5 60 - 72 39 - 49 4 50 - 59 31 - 38 3 39 - 49 23 - 30 2 0 - 38 0 - 22 1
e. Lari 1000 meter untuk putri dan 1200 meter untuk putra.
Tujuan : Mengukur daya tahan (cardio respiratory endurence)
Alat/fasilitas : 1) Lapangan yang rata atau lintasan lari yang telah diketahui panjangnya mudah untuk menentukan jarak 1000 meter dan 1200 meter.
2) Bendera start dan tiang pancang 3) Peluit
4) Nomor dada
5) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis 6) Tanda/garis untuk start dan finish
Pelaksanaan : Subjek berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba
(28)
siap lari. Pada aba-aba “ya” subjek lari menuju garis finish, dengan menempuh jarak 1000 meter untuk putri dan 1200 meter untuk putra. Bila ada subjek mencuri start, maka subjek tersebut dapat mengulangi tes tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini (gambar 3.5):
Gambar 3.5
Sikap Tes Lari 1000 meter (putri) dan 1200 meter (putra)
Skor : Hasil yang dicatat sebagai skor lari adalah waktu yang dicapai dalam menempuh jarak yang sudah ditentukan. Hasil dicatat sampai sepersepuluh detik.
Tabel 3.7 Penilaian Lari Jarak Jauh 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri
sd - 3’.06” sd - 3’.52” 5
3’.15” - 4’.25” 3’.63” - 4’.56” 4
4’.26” - 5’.12” 4’.57” - 5’.58” 3
5’.13” - 6’.33” 5’.59” - 7’.23” 2
6’.34” - keatas 7’.24 - keatas 1
F. Teknik Pengumpulan Data
(29)
pertama yang dilakukan adalah memeberi informasi kepada sampel bahwa akan ada wawancara tentang asupan gizi dan melakukan tes kesegaran jasmani kepada seluruh sampel. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan para sampel dan memberikan tata cara melakukan tes kesegaran jasmani.
Hasil wawancara asupan gizi ini berisikan tentang menu makanan, bahan makanan, dan ukuran makanan yang dikonsumsi setiap harinya selama dua hari. Standar penilaian dalam penelitian ini berdasarkan standar % Asupan menurut Depkes RI tahun 1996 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.8 Nilai Asupan Gizi (Anggraeni, 2012, hlm 81)
Diatas kebutuhan > 120%
Normal 90 - 119%
Defisit Ringan 80 - 89%
Defisit Sedang 70 - 79%
Defisit Berat < 70%
Pengumpulan data tes kebugaran jasmani Indonesia itu dengan cara menjumlah nilai kelima butir tes yang sudah diterangkan diatas. Selanjutnya, cocokkan hasil penjumlahan nilai tersebut dengan norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia yang sudah tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.9 Penilaian Kebugaran Jasmani (Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm. 128)
No Jumlah Nilai Klasifikasi
1 22 sampai 25 Baik Sekali
2 18 sampai 21 Baik
3 14 sampai 17 Sedang
4 10 sampai 13 Kurang
5 5 sampai 9 Kurang Sekali
(30)
Analisis data dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17 dengan level signifikansi 0,05 yaitu dengan menggunakan analisis Korelasi untuk menentukan hipotesis apakah ada hubungan yang positif antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis penelitian ini menggunakan program microsoft exel. 2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui data-data yang sudah terkumpul itu berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan ke uji selanjutnya dengan hitungan statistik parametrik atau non parametrik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan one sample Kolmogorov Simirnov dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 dengan keputusan apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka data tersebut tidak berdistribusi normal, dan sebaliknya apabila nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
3. Uji Korelasi
Berdasarkan hasil uji normalitas data, apabila data tersebut berdistribusi normal maka perhitungan korelasi menggunakan analisis uji parametrik dan apabila data tersebut tidak berdistribusi normal maka perhitungan korelasi menggunakan analisis uji non parametrik. Jika data berdistribusi normal peneliti akan melanjutkan perhitungan statistik parametrik menggunakan rumus Pearson Korelasi Momen dan apabila data tidak berdistribusi normal maka peneliti akan melanjutkan perhitungan statistik non parametrik menggunakan Rank Spearman korelasi. Kemudian hasil pengujian diinterprestasikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.10 Interpretasi Penilaian Korelasi (Sugiyono, 2013, hlm. 231)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
(31)
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
4. Uji Regresi
Uji ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel yang telah diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu berupa SPSS 17.
H. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Menyusun serta konsultasi mengenai rancangan penelitian dengan dosen pembimbing, baik dari pengumpulan materi maupun instrumen, dan mengurus surat perizinan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Mendata jumlah populasi yang akan dijadikan sampel, selanjutnya mewawancara dan melakukan tes pada sampel serta mengumpulkan hasil yang didapat.
3. Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data dari hasil wawancara dan tes, selanjutnya hasil pengolahan data dibuat penafsiran serta kesimpulan. 4. Tahap Pelaporan
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan yaitu: merumuskan hasil penelitian, menyusun laporan dalam bentuk skripsi, dan laporan skripsi diajukan kepada tim penguji.
I. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti terdapat keterbatasan, salah satunya yaitu kurangnya fasilitas yang memadai dalam sekolah tersebut sehingga terdapat kemungkinan bagi sampel kurang serius sehingga mempengaruhi penenilaian saat mengikuti tes kebugaran jasmani. Selain itu, karena penelitian ini tidak pempengaruhi penilaian dalam mata pelajaran penjas dan hanya sebagai tes
(32)
awal dalam ekstrakurikuler olahraga sehingga sampel masih banyak yang becanda atau tidak melakukannya dengan serius.
(33)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gambaran asupan gizi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sekagumiwang secara keseluruhan berada pada kategori defisit berat selain itu proporsi makanannya tidak seimbang karena kurang karbohidrat, kurang protein, dan lemak berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa asupan gizi siswa buruk.
2. Gambaran kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang dengan rincian lari cepat pada kategori kurang, angkat tubuh pada kategori sedang, baring duduk pada kategori baik, loncat tegak pada kategori sedang, lari jarak 1000m (Putri) dan 1200m (Putra) berada pada kategori kurang. Secara keseluruhan tes kebugaran jasmani siswa berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kebugaran jasmani siswa sedang.
3. Hubungan antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang yaitu tidak terdapat hubungan.
B. Saran
1. Bagi Praktisi
a. Untuk siswa yang masih pada kategori defisit berat perlu ditingkatkan lagi porsi makanan sehat yang berimbang dan pengetahuan gizinya. b. Untuk pembina atau pelatih perlu adanya penambahan materi tentang
pengetahuan gizi pada saat kegiatan ekstrakurikuler olahraga agar siswa dapat mengetahui keragaman dan manfaat zat gizi sehingga siswa dapat memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
(34)
c. Perlu adanya pengetesan berkala agar siswa yang kebugaran jasmaninya bisa terkontrol dengan baik misalnya pada kategori sedang bisa dipertahankan kalau bisa ditingkatkan lagi agar menjadi baik, sedangkan yang masih berada pada kategori kurang harus memperhatikan kembali pola hidup sehat (makan, istirahat, olahraga) siswanya karena dengan pola hidup sehat dapat menjaga kesehatan atau dapat meningkatkan kebugaran jasmani.
2. Bagi Instansi
a. Untuk dinas kesehatan, mungkin perlu diadakannya seminar atau promosi kesehatan ke setiap sekolah atau mungkin bisa melalui program posiyandu agar orang tua siswa dapat memahami pentingnya zat gizi bagi tubuh serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya kebugaran jasmani.
b. Untuk universitas yang memiliki jurusan/fakultas ilmu kesehatan maupun olahraga seperti FPOK di UPI bandung khususnya di prodi IKOR (Ilmu Keolahragaan) untuk lebih sering lagi mengadakan seminar yang menyangkut gizi baik untuk olahragawan maupun keluarga agar masyarakat dapat mengetahui atau mengaplikasikan ilmu yang didapat pada kehidupan sehari-harinya.
c. Untuk sekolah, mungkin perlu diadakannya penyuluhan kepada pedagang makanan yang ada di lingkungan sekolah agar menjual makanan yang bergizi.
3. Bagi Keilmuan
Penelitian ini dapat dikembangkan lagi baik dalam asupan gizi maupun kebugaran jasmaninya, bisa dengan cara menggunakan instrumen yang berbeda atau dengan cara pengambilan sampel yang bebeda.
(35)
DAFTAR PUSTAKA
C. Anggraeni, Adisty (2012). Nutritional Care Proses. Jakarta: Graha Ilmu
Departemen Kesehatan RI (2011). Strategi Nasional Penerapan Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular.
[Online]. Tersedia di:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/STRANAS%20kt%20pen ganta.pdf-gabung.pdf.
Harsono. (1993). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung: CV. Tambak Kusuma
Imanudin, Iman. (2008). Tesis. Keterikatan Antara Motor Educability, kebugaran Jasmani, dan Prestasi Belajar dengan Penguasaan Teknik Dasar Sepak Bola Pada Anak Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia
Imanudin, Iman. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Andi
J. Sahkey, Brian. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Lesmana, Ferry. (2012). Panduan Pencak Silat (Kategori Pencak Silat Tanding). Yogyakarta: Nusa Media
M. Saputra, Yudha dan Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Nurachmah, Elly (2001). Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto Nurhasan dan Hasanudin Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Bandung: FPOK UPI.
Rachmawati, Irani. (2013). Skripsi. Hubungan Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta. Bogor: IPB
Ruhayati, Yati dkk. (2008). Sport Nutrition (Ilmu Gizi Olahraga). Bandung: FPOK UPI
Sudjana, N. Dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Bar Algesindo.
Santoso, Giriwijoyo. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga Untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
(36)
Santoso, Giriwijoyo dan Dikdik Z. S. (2010). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga untuk Kesehatan dan untuk Prestasi. Bandung: FPOK UPI
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Supariasa, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Wardana. (2011). Skripsi. Korelasi Kemampuan Kerjasama Tim dan Kebugaran Jasmani Terhadap Teknik Dasar Bermain Sepak Bola Pada Ekstrakurikuler Sepak Bola SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon. Universitas Pendidikan Indonesia
(1)
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
4. Uji Regresi
Uji ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel yang telah diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu berupa SPSS 17.
H. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Menyusun serta konsultasi mengenai rancangan penelitian dengan dosen pembimbing, baik dari pengumpulan materi maupun instrumen, dan mengurus surat perizinan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Mendata jumlah populasi yang akan dijadikan sampel, selanjutnya mewawancara dan melakukan tes pada sampel serta mengumpulkan hasil yang didapat.
3. Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data dari hasil wawancara dan tes, selanjutnya hasil pengolahan data dibuat penafsiran serta kesimpulan. 4. Tahap Pelaporan
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan yaitu: merumuskan hasil penelitian, menyusun laporan dalam bentuk skripsi, dan laporan skripsi diajukan kepada tim penguji.
I. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti terdapat keterbatasan, salah satunya yaitu kurangnya fasilitas yang memadai dalam sekolah tersebut sehingga terdapat kemungkinan bagi sampel kurang serius sehingga mempengaruhi penenilaian saat mengikuti tes kebugaran jasmani. Selain itu, karena penelitian ini tidak pempengaruhi penilaian dalam mata pelajaran penjas dan hanya sebagai tes
(2)
awal dalam ekstrakurikuler olahraga sehingga sampel masih banyak yang becanda atau tidak melakukannya dengan serius.
(3)
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Unipersitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gambaran asupan gizi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sekagumiwang secara keseluruhan berada pada kategori defisit berat selain itu proporsi makanannya tidak seimbang karena kurang karbohidrat, kurang protein, dan lemak berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa asupan gizi siswa buruk.
2. Gambaran kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang dengan rincian lari cepat pada kategori kurang, angkat tubuh pada kategori sedang, baring duduk pada kategori baik, loncat tegak pada kategori sedang, lari jarak 1000m (Putri) dan 1200m (Putra) berada pada kategori kurang. Secara keseluruhan tes kebugaran jasmani siswa berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kebugaran jasmani siswa sedang.
3. Hubungan antara asupan gizi dengan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMAN 1 Sukagumiwang yaitu tidak terdapat hubungan.
B. Saran
1. Bagi Praktisi
a. Untuk siswa yang masih pada kategori defisit berat perlu ditingkatkan lagi porsi makanan sehat yang berimbang dan pengetahuan gizinya. b. Untuk pembina atau pelatih perlu adanya penambahan materi tentang
pengetahuan gizi pada saat kegiatan ekstrakurikuler olahraga agar siswa dapat mengetahui keragaman dan manfaat zat gizi sehingga siswa dapat memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
(4)
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Unipersitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Perlu adanya pengetesan berkala agar siswa yang kebugaran jasmaninya bisa terkontrol dengan baik misalnya pada kategori sedang bisa dipertahankan kalau bisa ditingkatkan lagi agar menjadi baik, sedangkan yang masih berada pada kategori kurang harus memperhatikan kembali pola hidup sehat (makan, istirahat, olahraga) siswanya karena dengan pola hidup sehat dapat menjaga kesehatan atau dapat meningkatkan kebugaran jasmani.
2. Bagi Instansi
a. Untuk dinas kesehatan, mungkin perlu diadakannya seminar atau promosi kesehatan ke setiap sekolah atau mungkin bisa melalui program posiyandu agar orang tua siswa dapat memahami pentingnya zat gizi bagi tubuh serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya kebugaran jasmani.
b. Untuk universitas yang memiliki jurusan/fakultas ilmu kesehatan maupun olahraga seperti FPOK di UPI bandung khususnya di prodi IKOR (Ilmu Keolahragaan) untuk lebih sering lagi mengadakan seminar yang menyangkut gizi baik untuk olahragawan maupun keluarga agar masyarakat dapat mengetahui atau mengaplikasikan ilmu yang didapat pada kehidupan sehari-harinya.
c. Untuk sekolah, mungkin perlu diadakannya penyuluhan kepada pedagang makanan yang ada di lingkungan sekolah agar menjual makanan yang bergizi.
3. Bagi Keilmuan
Penelitian ini dapat dikembangkan lagi baik dalam asupan gizi maupun kebugaran jasmaninya, bisa dengan cara menggunakan instrumen yang berbeda atau dengan cara pengambilan sampel yang bebeda.
(5)
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Unipersitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
C. Anggraeni, Adisty (2012). Nutritional Care Proses. Jakarta: Graha Ilmu
Departemen Kesehatan RI (2011). Strategi Nasional Penerapan Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular.
[Online]. Tersedia di:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/STRANAS%20kt%20pen ganta.pdf-gabung.pdf.
Harsono. (1993). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung: CV. Tambak Kusuma
Imanudin, Iman. (2008). Tesis. Keterikatan Antara Motor Educability, kebugaran Jasmani, dan Prestasi Belajar dengan Penguasaan Teknik Dasar Sepak Bola Pada Anak Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia
Imanudin, Iman. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Andi
J. Sahkey, Brian. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Lesmana, Ferry. (2012). Panduan Pencak Silat (Kategori Pencak Silat Tanding). Yogyakarta: Nusa Media
M. Saputra, Yudha dan Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Nurachmah, Elly (2001). Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto Nurhasan dan Hasanudin Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Bandung: FPOK UPI.
Rachmawati, Irani. (2013). Skripsi. Hubungan Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Anak Sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta. Bogor: IPB
Ruhayati, Yati dkk. (2008). Sport Nutrition (Ilmu Gizi Olahraga). Bandung: FPOK UPI
Sudjana, N. Dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Bar Algesindo.
Santoso, Giriwijoyo. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga Untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
(6)
Khotibul Lutfi, 2014
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU
Unipersitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Santoso, Giriwijoyo dan Dikdik Z. S. (2010). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga untuk Kesehatan dan untuk Prestasi. Bandung: FPOK UPI
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Supariasa, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Wardana. (2011). Skripsi. Korelasi Kemampuan Kerjasama Tim dan Kebugaran Jasmani Terhadap Teknik Dasar Bermain Sepak Bola Pada Ekstrakurikuler Sepak Bola SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon. Universitas Pendidikan Indonesia