PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN EMPATI ANAK MELALUI MEDIA PERMAINAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Citarip Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

(1)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Citarip Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam

Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

MIMIN KUSMINAR 1103421

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

MELALUI MEDIA PERMAINAN

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Citarip Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh :

MIMIN KUSMINAR

NIM. 1103421

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan Konseling

©

MIMIN KUSMINAR

. 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

PROGRAM BIMBINGAN PPRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN EMPATI ANAK MELALUI PERMAINAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B 1 Di TK N Pembina Citarip

Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 195708301981012001

Pembimbing II

Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. NIP. 197708282003121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Bimbingan dan konseling Sekolah Pascasarjana UPI

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 1960050119831004


(4)

Mimin Kusminar (2013). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Empati Anak melalui Media Permainan (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Citarip Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil sikap empati anak taman kanak-kanak atau anak usia dini, yaitu kerjasama,toleransi,mengendalikan emosi,memahami aturan,peduli teman,dan menghargai orang lain,yang pada umumnya masih kurang dimiliki oleh anak-anak khususnya para murid-murid Taman Kanak-kanak yang diteliti. Maka dari itu peneliti ingin memperoleh program bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan media permainan untuk meningkatkan Empati anak taman kanak-kanak. Peneliti menggunakan murid sebagai subyek penelitian sebanyak 20 anak pada murid kelompok B1 di TK N Pembina Citarip Bandung pada Tahun Ajaran 2012-2013. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tiga siklus,dengan langkah –langkah (1)identifikasi masalah,(2) penyusunan rencana tindakan,(3) pelaksanaan tindakan,(4)observasi pelaksanaan tindakan,(5) refleksi .Instrumen yang dipergunakan, pedoman observasi , catatan anekdot dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) profil sikap empati anak di TK N Pembina Citarip Bandung tahun ajaran 2012-2013. a.sebelum menggunakan media permainan atau prasiklus sebagai berikut: kerjasama31,6%,toleransi 33,3%,mengendalikan emosi 42%,memahami aturan 37,5%,peduli teman 24,3%, dan menghargai orang lain 36,8%.b.Hasil siklus pertama setelah menggunakan media permainan sebagai berikut: kerjasama 60%,toleransi 64%,mengendalikan emosi 58%,memahami aturan65%,peduli teman 70,5%,dan menghargai orang lain 54%.c. Hasil siklus kedua setelah menggunakan media permainan sebagai berikut: kerjasama 85%,toleransi 98,2%,mengendalikan emosi 96,%,memahami aturan100%,peduli teman 100%,dan menghargai orang lain 98,6%.d. Hasil siklus ketiga setelah menggunakan media permainan sebagai berikut: kerjasama 100%,toleransi 80%,mengendalikan emosi 85%,memahami aturan80%,peduli teman 94,4%,dan menghargai orang lain 88%. (2) program bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan media permainan untuk meningkatkan Empati anak sudah sangat sesuai untuk anak taman kanak-kanak atau anak usia Dini.Nampak terjadi peningkatan perubahan tingkah laku menggembirakan. Peneliti merekomendasikan agar, pihak sekolah hendaknya memfasilitasi dan mengintensifkan keterlaksanaan program bimbingan pribadi sosial menggunakan media permainan, dan menerapkan program layanan bimbingan pribadi sosial melalui media permainandisesuaikan dengan usia serta perkembangan anak, bagi peneliti selanjutnya dalam menerapkan program bimbingan pribadi sosial melalui media permainan diupayakan lebih variatif dan inovatif agar dapat dipergunakan disetiap jenjang yang berkepentingan secara lebih luas.


(5)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Mimin Kusminar (2013). Personal-Social Guidance Program to Increase The Emphaty of Children Through Games (Classroom Action Research of B1’s Children Group in State Kindergarten Citarip Bandung Academic Year 2012-2013). Guidance and Counseling, Post Graduate School, Indonesia University of Education Bandung.

The purpose of the study is to gain empathy profile of kindergarten children or early childhood period, that is cooperation, tolerance, controlling emotions, understand the rules, caring friends, and appreciate others, which generally are less owned by the children, especially the kindergarten children which is examined. Thus, the researcher want to develop personal-social guidance program that using games to increase the empathy of kindergarten children. Researcher use 20 childrens as research subjects from B1 group Kindergarten student Citarip Bandung academic year 2012-2013. The research method is classroom action research. With the following steps: (1) identification of the problem, (2) preparation of a plan of action, (3) the implementation of the action, (4) observation of action, (5) reflection. Instruments that used are observation, anecdotal records and field notes. The results shows: (1) emphaty profile of children in state kindergarten Citarip Bandung academic year 2012-2013. a. before using games as follows: cooperation 31, 6%, tolerance 33.3%, controlling emotions 42%, understand the rules of 37.5%, caring friend 24.3%, and appreciate others 36.8%. b. Result of the first cycle after using games as follows: 60% cooperation, 64% tolerance, 58% controlling emotions, 65% understand the rules, 70.5% caring friend, and 54% appreciate others. c. Result of the second cycle after using games as follows: 85% cooperation, 98.2% tolerance, 96% controlling emotions, 100% understand the rules, 100% caring friend, and 98.6% appreciate others. D. Result of the third cycle after using games as follows: 100% cooperation, 80% tolerance, 85% controlling emotions, 80% understand the rules, 94.4% caring friend, and appreciate others 88%. Personal-Social Guidance Program to increase child emphaty trough games is very suitable for kindergarten children or early childhood period. There is an increasing in children emphaty. The researcher recommends that, the school should facilitate and intensify the implementation of personal-social guidance program through games, and adjust it to development level of the child, for further research, the implementation of personal-social guidance program through games should be more varied and innovative in order to be used in each level more broadly.


(6)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II PROGRAM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL ANAK USIA DINI DAN PERMAINAN A.Program Bimbingan dan Konseling ... 9

B.Konsep Bimbingan Pribadi Sosial ... 18

C.Konsep Empati ... 30

D.Konsep Permainan ... 41

E. Bermain Sebagai Salah Satu Model Investasi ... 45

F. Jenis Kegiatan Permainan Tikar Pintar ... 50

G.Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk meningkatkan Empati Anak Melalui Media Permaianan Tikar Pintar ... 61


(7)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 69

B.Desain Penelitian ... 72

C.Metode Penelitian ... 73

D.Definisi Operasional ... 74

E. Prosedur Penelitian ... 75

F. Instrumen Penelitian ... 78

G.Proses Pengembangan Instrumen Penelitian... 82

H.Teknik Pengumpulan Data... ... 88

I. Pengolahan Data ... 89

J. Analisis Data ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 93

B. Pembahasan ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 144

B.Rekomendasi ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 149


(8)

3.1 Kisi-kisi Instrumen Empati Anak 82 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 88 3.3 Kategori Tafsiran IPK Keterlaksanaan Kegiatan Permainan Tikar

Pintar dalam Meningkatkan Empati anak... 90 4.1 Profil Program Bimbingan Pribadi Sosial Melalui Permainan Tikar

Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Positif)... ... 97 4.2 Profil Program Bimbingan Pribadi Sosial Melalui Permainan Tikar

Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Negatif)... ... 98 4.3 Hasil Pelaksanaan Siklus 1 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Positif)... ... 104 4.4 Hasil Pelaksanaan Siklus 1 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Negatif)... ... 106 4.5 Hasil Pelaksanaan Siklus 2 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Positif)... ... 111 4.6 Hasil Pelaksanaan Siklus 2 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Negatif)... ... 112 4.7 Langkah-langkah Pembelajaran... ... 117 4.8 Hasil Pelaksanaan Siklus 3 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Positif)... ... 119 4.9 Hasil Pelaksanaan Siklus 3 Program Bimbingan Pribadi Sosial

Melalui Permainan Tikar Pintar di TK Negeri Pembina Citarip Bandung (Pernyataan Negatif)... ... 121


(9)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Bagan Halaman

3.1 Desain Penelitian... ... 73

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Kerjasama

(Pernyataan Positif) ... 124 4.2 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Toleransi

(Pernyataan Positif) ... 125 4.3 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Mengendalikan

(Pernyataan Positif)... ... 126 4.4 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Memahami Aturan

(Pernyataan Positif)... ... 127 4.5 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Peduli Teman

(Pernyataan Positif)... ... 128 4.6 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Menghargai Orang Lain

(Pernyataan Positif)... ... 129 4.7 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Kerjasama

(Pernyataan Negatif)... ... 130 4.8 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Tolerasi

(Pernyataan Negatif)... ... 131 4.9 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Mengendalikan Emosi

(Pernyataan Negatif)... ... 132 4.10 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Memahami Aturan

(Pernyataan Negatif)... ... 133 4.11 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Peduli Teman

(Pernyataan Negatif)... ... 133 4.12 Peningkatan Empati Anak pada Aspek Menghargai Orang lain


(10)

(11)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Empati pada anak taman kanak-kanak atau anak Usia Dini sangatlah penting karena empati merupakan kemampuan memahami dan merasakan kekhawatiran orang lain.Ini merupakan hal yang dapat mencegah perbuatan kejam dan mendorong kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik. Empati muncul secara alamiah dan sejak usia dini,anak-anak lahir dengan membawa sifat yang besar manfaatnya bagi perkembangan moral . (Michele Borba, 2008-16).

Di samping itu empati merupakan kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain seperti halnya membiasakan untuk mendengarkan pendapat orang lain atau mendengarkan saat orang lain mengajak berbicara atau saat berbicara dan menerima sudut pandang orang lain (Wiwi Rosmawati, 2013: 34).

Empati merupakan sikap seseorang untuk membantu anak-anak memahami dan mendukung teman-temannya disaat mereka memiliki kesulitan (Thomas Lickona, 2012-229).

Empati dipengaruhi pula oleh 5 faktor yaitu faktor ketidak hadiran orang tua secara emosional,ketiadaan keterlibatan ayah,kekerasan di media,ketabuan mengungkapkan perasaan pada anak laki-laki,kekerasaan di usia balita.(Borba,2008).

Dalam kurikulum Taman kanak-kanak kemampuan empati yang harus dimiliki anak yaitu kerjasama,toleransi,mengendalikan emosi,memahami aturan,peduli teman,dan menghargai orang lain.

Berdasarkan hasil observasi fakta sosial menunjukkan di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Citarip,masih ada anak yang memprihatinkan sikapnya seperti halnya ada anak yang menyembunyikan sepatu temannya di tempat sampah depan kelasnya, perkelahian berebut mainan sepedah, menyembunyikan maianan temannya, kekerasan terhadap anak dari orangtua ketika anak menangis mogok tidak mau masuk kelas,atau pun kekerasan dari teman sebaya, ada anak-anak yang berebut mainan sehingga terjadi permasalahan saling tarik menarik


(12)

mainan, dan akhirnya menyebabkan anak-anak menangis, saling pukul memukul,marah,menyebabkan tidak mau bermain lagi, masih ada anak-anak yang tidak mau bergiliran memainkan media permaian, masih ada anak yang belum mau membereskan alat-alat permainan sehingga masih harus dibereskan oleh guru, masih ada anak yang belum paham cara bermain bersama, masih mau menang sendiri, belum mau diberitahu, dan masih ada anak yang tidak mau berbagi mainan,tidak mau berbagi makanan, Tidak mau antri saat baris mencuci tangan, berebut saling mendahului sehingga menyebabkan macet di koridor (Catatan Anekdot TK)

Ada pula beberapa contoh perilaku yang kerap menghiasi media massa dan media elektronik seperti halnya tingkah laku yang tidak baik diperankan oleh para artis baik artis anak-anak maupun orang dewasa seperti mara-marah pada orang tua ,bertengkar,tidak mau diberi nasihat, cemberut bersikap tak ramah,mencuri barang orang lain, ini tidak patut dicontoh anak-anak.

Realitas ini tentu memperkuat pemahaman tentang pentingnya penerapan empati pada diri seseorang. Perilaku yang sering terlihat dan terdengar sekarang ini dalam masyarakat banyak yang mencerminkan sikap dan perilaku yang tidak baik.

Pada lingkungan sekolah dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan rasa empati yang dimiliki anak sehingga anak dapat menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang negatif.

Dari fakta tersebut perlu ada upaya yang dilakukan agar ada peningkatan empati anak diantaranya melalui ,membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi,meningkatkan kepekan terhadap perasaan orang lain,mengembangkan empati terhadap sudut pandang orang lain.(Borba 2008).

Berdasarkan gambaran di atas maka perlu adanya upaya bimbingan yaitu bimbingan pribadi sosial .Bimbingan pribadi sosial di Taman kanak-kanak untuk membantu anak mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial yang mantap sehingga mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik dan sesuai dengan norma yang berlaku (Muslihudin,2010)


(13)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Begitupun yang diungkapkan oleh pakar menyatakan bahwa bimbingan pribadi sosial yaitu bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah seperti dalam pergaulan,penyeleseain konplik,dan penyesuaian diri(surya:1988). Demikian pula bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang diberikan oleh petugas bimbingan kepada individu agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan secara baik(Depdikbud:1994). Selain itu dalam meningkatkan empati anak di taman kanak –kanak harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan masing-masing individu maka dari itu kegiatannya dilakukan melalui permainan yang menyenangkan sesuai dengan prinsip belajar yang dianut di taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini yaitu belajar melalui bermain .

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang berkesinambungan antara keluarga dan lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat , maka perlu ada kerjasama dalam mendidik anak antara orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam memberikan layanan pada anak usia dini diharapkan sekolah mampu memberikan layanan pembinaan kepada orang tua untuk melanjutkan stimulasi pendidikan yang dapat diselenggarakan sendiri di lingkungan sekitar maupun di rumah.(Direktorat TK)

Lembaga pendidikan sebagai agen pembelajaran bertanggungjawab dalam mengembangkan berbagai aspek karakter bangsa. Sehingga setiap kegiatan pembelajaran yang di lakukan pada tatanan Pendidikan Anak Usia Dini sebaiknya mengacu pada Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasioanal No. 58 tahun 2009.Dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional psl 1 ayat 14 tercantum ,bahwa” Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yg dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan & perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” (Direktorat Pembinaan TK)

Pendidikan Anak Usia Dini yang di kembangkan dalam setiap tahapan dan jenjang pendidikan sesuai kebutuhan dan karakter masyarakat Indonesia. Pada


(14)

pendidikan anak usia dini pendidikan karakter dikembangkan pada setiap kegiatan belajar (bermain). Semua anak usia dini tanpa memandang usia mereka belajar dengan sangat baik melalui bermain (Phelps, 2005: v:1). Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat mengekspresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari.

Melalui bermain bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu

yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar anak. Hal Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu main lebih banyak dalam sepanjang harinya. Jika anak belajar dengan bermain, maka ia akan memiliki ketahanan belajar lebih baik jika dilakukan dengan kegiatan belajar seperti biasanya. Dengan melihat kondisi tersebut hendaknya dilakukan pengelolaan terhadap kegiatan bermain anak dengan baik, tujuannya adalah agar kegiatan bermain dapat diarahkan untuk mengembangkan kemampuan anak. Menurut Vigotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak (Mayke S. Tedjasaputra,1994: 9).

Selama ini bimbingan sudah ada di sekolah seperti bimbingan dan konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah, guru bimbingan dan konseling tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataanya guru bimbingan dan konseling hanya membimbing anak yang terkena masalah dan anak yang lain seolah terbebas dari masalah. Penyelenggaraan pendidikan karakter banyak memerlukan pendekatan personal, baik dalam arti guru pembimbing harus kompeten dan layak

untuk dicontoh, disamping itu juga pada umumnya para siswa akan ‘respek’

kepada mereka yang memiliki kedekatan secara pribadi sehingga memudahkan terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang pengembangan. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling memerlukan upaya yang lebih untuk


(15)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

mengembangkan kekuatan karakter siswa melalui layanan bimbingan dan konseling.

Terdapat beberapa konselor menyatakan bahwa permainan merupakan arena berekspresi bagi anak (konseli) yang keluar secara natural dan spontan dalam mengeluarkan sosial emosi dan fikirannya. Salah satu permainan yang dapat mengembangkan perilaku empati anak usia dini adalah permainan tikar pintar. Permaian tikar pintar merupakan alat permaian yang terbuat dari bahan spanduk yang didesain menarik yang berisikan gambar-gambar, angka dan perintah yang harus dilakukan oleh anak. Permainan ini dapat digunakan oleh kelompok bermain kelompok A dan kelompok B namun masing-masing berbeda satu sama lain, perbedaannya terletak dari jumlah angka dan gambar serta perihal perintah yang harus dilakukan oleh anak.

Permainan merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi anak. Hampir semua benda dapat dijadikan sebagai alat permainan. Pada saat bermain anak belajar suatu objek, secara sadar atau tidak sadar ia belajar dari sifat-sifat objek tersebut. Menurut Piaget, nyata dalam bermain itu sangat penting untuk belajar pada anak usia dini. Anak memperoleh informasi demi informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak informasi tersebut disusun menjadi struktur pengetahuan. Bermain merupakan salah satu interaksi anak untuk memperoleh pengetahuan, sebab anak memperoleh pengetahuan melalui objek yang disentuh dan aktivitas yang dilakukan.

Permaianan tikar pintar adalah salah satu media permainan yang dapat dipergunakan di taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini. Dalam permainan tikar pintar ini banyak sekali yang dapat dicapai dari kemampuan anak yang dapat dikembangkan. Dari Permainan tikar pintar terdapat ,kemampuan motorik kasar dan halus,kemampuan mengendalikan sosial, emosi,dan moral, kemampuan berbahasa,kemampuan kognitif dan seni.Sehingga menuntut anak dapat memiliki empati,yaitu bekerjasama, toleransi,mengendalikan emosi,mematuhi aturan,peduli teman,dan menghargai orang lain. Dengan demikian anak mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (Kusminar 2010).


(16)

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan memfokuskan pada program bimbingan untuk meningkatkan empati anak melalui media permainan di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Citarip Bandung tahun pelajaran 2012-2013.

B.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Pada umumnya sikap prilaku anak usia dini atau usia taman kanak-kanak khususnya di taman kanak-kanak negeri pembina Citarip pada tahun ajaran 2012-2013 belum mampu bekerjasama,belum memiliki toleransi,belum dapat mengendalikan emosi,mematuhi peraturan,kurangnya peduli pada teman,dan menghargai orang lain,masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan karena diwarnai dengan adanya fakta masih ada anak-anak yang berebut mainan sehingga terjadi permasalahan saling tarik menarik mainan, menyebabkan anak-anak menangis, saling pukul memukul, marah, menyebabkan tidak mau bermain lagi,masih ada anak-anak yang tidak mau bergiliran memainkan media perrmainan,masih ada anak yang belum mau membereskan alat-alat permainan sehingga masih harus dibereskan oleh guru,masih ada anak yang belum paham cara bermain bersama,masih ada anak yang mau menang sendiri dan belum mau diberitahu.,masih ada anak yang tidak mau berbagi alat permainan.

Uraian fakta di atas merupakan indikasi perlunya dikembangkan rasa empati pada anak.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah program

bimbingan pribadi sosial melalui permainan dapat meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung?”

Lebih lanjut,rumusan masalah dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Seperti apa profil kemampuan empati anak di TK Negeri Pembina Citarip Bandung tahun pelajaran 2012-2013?


(17)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

2. Bagaimana gambaran perencanaan kegiatan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui permaianan dapat meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung ?

3. Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui permaianan dapat meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung ?

4. Seberapa besar peningkatan empati anak setelah diterapkan permaianan di TK N Pembina Citarip Kota Bandung ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui program bimbingan pribadi sosial dalam meningkatkan empati anak melalui media permainan di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Citarip Bandung.tahun pelajaran 2012-2013.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui profil kemampuan empati anak di TK Negeri Pembina Citarip Bandung tahun pelajaran 2012-2013.

2. Mengetahui gambaran perencanaan kegiatan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui permaianan dapat meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung.

3. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui permaianan dapat meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung.

4. Mengetahui seberapa besar peningkatan empati anak setelah diterapkan permaianan di TK N Pembina Citarip Kota Bandung.


(18)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis:

a. Bagi akademik dapat memberikan informasi dan kajian tentang permaianan dapat meningkatkan empati anak di TK.

b. Bagi ilmu pengetahuan, bermanfaat terutama dalam peningkatan empati anak usia dini yang diperoleh melalui kegiatan belajar melalui bermain yang menyenangkan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga TK dan guru-guru TK dapat dijadikan sebagai wawasan pengetahuan bahan masukan dalam mencari alternatife model pembelajaran untuk menciptakan kegiatan belajar yang dapat meningkatkan empati anak. Selain itu sebagai masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan atau memilih permainan bagi anak di TK.

b. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai wawasan pengetahuan yang berharga dalam memahami anak usia dini sehingga dapat membimbing anak-anak disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter yang berbeda,sehingga dapat melayani anak usia dini dengan pembelajaran yang menyenangkan dengan prinsif belajar melalui bermain,dalam meningkatkan empati anak.

c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengangkat kembali permasalahan yang ada tetapi dengan metode, teknik, strategi, dan media yang lain serta tindakan yang berbeda agar dapat memberi masukan atau temuan-temuan baru khususnya dalam meningkatkan empati anak sehingga dapat mengembangkan potensi anak secara optimal.


(19)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Citarip Bandung, yang terletak di jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. 2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Negeri Pembina Citarip Kelompok B yang berjumlah 60 anak.

3. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B-1 sebanyak 20 anak. Alasan pengambilan tempat penelitian, hal ini merujuk kepada gambaran/profil sekolah tersebut. Taman kanak-kanak Negeri Pembina Citarip sebagai salah satu TK yang dijadikan percontohan dalam penyelenggaraan TK lainnya dalam wilayah yang sama memiliki karakteristik yang berbeda karena menerima anak-anak yang membutuhkan bimbingan khusus dan menjaga kepercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap TK Negeri Pembina Citarip. Oleh karenanya dibutuhkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan karakteristik sekolah tersebut. Begitupun TK Negeri Pembina Citarip telah melaksanakan program bimbingan dan konseling sejak tahun 2007 sampai sekarang dapat terlihat pada visi dan misinya yang sudah menganut pada visi misi bimbingan dan konseling taman kanak-kanak yang diintegrasikan dengan visi misi Taman kanak-kanak Negeri Pembina Citarip.Terdapat kata membimbing sebagai salah satu indikator yang dijabarkan dalam strategi dan program.

a. Visi dan misi

Visi:

“Menyiapkan dan membimbing peserta didik yang berahlak mulia, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, kreatif, cerdas, mandiri, dan cinta tanah air serta berwawasan lingkungan hidup sehingga dapat berkarir.”


(20)

Misi:

1) Menyelenggarakan pendidikan anak usia dini yang dapat memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara utuh dan menyeluruh (holistik) yang dilandasi kasih sayang.

2) Mengembangkan kemampuan dasar anak untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya (pendidikan dasar).

3) Mengembangkan moral keagamaan.

4) Mengembangkan potensi anak secara optimal dalam mengenal kehidupan sosial dan lingkungannya.

5) Mengembangkan kemandirian dan kreativitas.

6) Menanamkan nilai religius, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, mandiri, kreatif, peduli sosial, rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan

7) Pengembangan kemampuan berbahasa melalui strategi pembelajaran joyfull learning pendekatan whole language (kemampuan berbahasa secara utuh ) dan language game (permainan bahasa).

8) Meningkatkan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan dengan mengikuti pendidikan formal jenjang strata satu PAUD.

9) Menata lingkungan yang hijau dengan udara yang sejuk

b. Tujuan

Tujuan didirikannya Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Citarip adalah mengembangkan seluruh potensi anak dilandasi dengan nilai-nilai budaya dan karakter serta landasan iman dan takwa sebagai persiapan memasuki jenjang sekolah dasar,melalui bimbingan yang terarah.

c. Strategi

1) Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan prinsip PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif ,efektif dan menyenangkan)

2) Mengintegrasikan pendidikan budaya dan karakter dalam keseluruhan proses pembelajaran.


(21)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

3) Menerapakan berbagai kiat agar anak mencapai kematangan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang diharapkan.

4) Berkesinambungan , kontinu dan bekerjasama.

d. Bidang Bimbingan

1) Bidang bimbingan pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan membantu peserta didik menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.

2) Bidang bimbingan sosial

Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan membantu peserta didik dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur.

e. Pelayanan bimbingan di TK

1) Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam setiap tahap perkembangannya.

2) Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan dalam upaya mencapai kemandirian.

3) Kegiatan bimbingan meliputi bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.

f. Sejarah TK Negeri Pembina Citarip

TK Negeri Pembina Propinsi (TK Negeri Pembina Citarip) berdiri tahun 1979, berlokasi di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat di Kota Bandung yaitu di Kecamatan Bojongloa Kaler Rt.05 Rw. 09 Kelurahan Kopo dekat dengan Terminal Leuwi Panjang dan kompleks industri rumahan. Eksistensi TK selama ini didukung oleh berbagai kekuatan (kemampuan) namun tidak lepas pula dari berbagai hambatan dan kendala. Dalam hal ini, TK berusaha untuk menghadapi berbagai kendala tersebut dengan terus memanfaatkan kesempatan dan kemampuan yang ada, sehingga dapat terus melaksanakan pelayanannya


(22)

kepada masyarakat. Berikut ini disajikan data identitas TK Negeri Pembina Citarip.

g. Identitas TK

Nama TK : TK Negeri Pembina Citarip Kota Bandung Alamat : Jl. Komp. BTN Citarip Barat No. 2 (Jl. Kopo) Desa/Kelurahan : Kopo

Kecamatan : Bojongloa Kaler

Kota : Bandung

Provinsi : Jawa Barat

No Tlp/HP : 022-6041722 /08112293368 Tahun Didiriakan : 1979

NIS/NSS/NPSN : 0002210030/ 20254952

Ijin Operasional : 0188/9/1979 tgl 3 September 1979

Luas Tanah : 1415 m2

Luas Bangunan : 500 m2

Berdasarkan kondisi riil di tempat penelitian maka yang menjadi subyek penelitian yaitu murid-murid kelompok B1dengan jumlah Murid sebanyak 20 anak terdiri atas anak perempuan sebanyak sepuluh orang dan anak laki-laki sebanyak sepuluh orang .Dengan dua orang guru satu orang guru kelas satu lagi guru pendamping lulusan S1 AUD UT dan S1 UPI. Peneliti terlibat dalam pembelajaran pada siklus ke satu dua dan tiga agar dapat merefleksi dan langsung membuat tindakan untuk perbaikan. Tidak lain untuk mengamati melalui observasi saat guru mengajar serta persiapan sebelum mengajar juga pada murid-murid untuk mengetahui kemampuan empati sebelum dan sesudah diterapakannya program bimbingan pribadi sosial melalui media permainan tikar pintar. Diantara nilai-nilai yang diharapakan muncul diantaranya bekerjasama toleransi mengendalikan emosi memahami aturan peduli teman menghargai orang lain.


(23)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari model penelitian tindakan kelas Kemis & Taggart ( Yudistira, 2012) Desain tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Bagan 3.1 Desain Penelitian

C.Metode Penelitian Kesimpulan

Penyusunan Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Melalui Permainan Tikar Pintar Observasi

Pelaksanan Tindakan REFLEKSI I

Penyusunan Rencana Tindakan

Observasi Pelaksanan Tindakan

REFLEKSI II Pelaksanaan Tindakan Melalui

Permainan Tikar Pintar

Penyusunan Rencana Tindakan

Observasi Pelaksanan Tindakan

REFLEKSI III Pelaksanaan Tindakan Melalui

Permainan Tikar Pintar Identifikasi Masalah


(24)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya dengan melakukan perubahan-perubahan dari proses pembelajaran sebelumnya yang dirasakan akan diperbaiki karena terkandung kekurangan-kekurangan sebagai akibat dari hasil mengajar yang reflektif (Yudistira, 2012).

Penelitian tindakan kelas (classroom action research), merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas

pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-...”, yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan (Yudhistira, 2012).

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan memiliki beberapa siklus. Hasil dari setiap siklus kemudian direfleksi pada siklus berikutnya, sehingga adanya perbedaan yang signifikan empati anak sebelum dan sesudah pembelajaran melalui media permainan tikar pintar. Instrumen yang digunakan diantaranya adalah catatan lapangan,dan wawancara terhadap guru kelas. Sebagai tambahan mempergunakan studi dokumen berupa foto-foto kegiatan dan vidio dari pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan empati anak melalui media permainan tikar pintar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen yang telah dijudgemen oleh tiga orang ahli yang dilakukan satu kali perbaikan untuk lebih disempurnakan bahasanya disesuaikan untuk anak TK,adapun format tidak ada perubahan(instrumen ada dilampirkan pada lampiran-lampiran). Media permainannya pun sudah diuji cobakan kepada mahasiswa S2 Prodi PAUD sebanyak 19 orang dan guru-guru TK diluar TK Pembina Citarip sebanyak 24 orang yang sedang melaksanakan program magang selama 5 hari di TK N Pembina Citarip Bandung. Dari pernyataan tersebut maka peneliti menetapkan media permainan tikar pintar sesuai dapat dipergunakan untuk meningkatkan Empati anak Taman Kanak-kanak negeri Pembina Citarip. Sebagai media penelitian.


(25)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

D.Definisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Bimbingan Konseling Pribadi Sosial di Taman Kanak-kanak merupakan suatu proses kegiatan yang diberikan oleh guru atau konselor sekolah kepada anak didik dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya.

2. Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri di tempat orang lain supaya bisa memahami dan mengerti kebutuhan dan perasaannya.

3. Permainan merupakan suatu alat yang digunakan dalam memotivasi anak. 4. Tikar pintar merupakan sebuah nama media alat belajar melalui bermain di

Taman Kanak-Kanak

E.Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi Awal

Mengadakan observasi awal, peneliti mengidentifikasi prioritas masalah yang sedang dihadapi sekolah TK N Citarip Kota Bandung. Observasi awal juga ditujukan untuk mendapatkan data tentang kondisi awal keadaan anak dengan berpegang pada pedoman pengamatan atau alat pengumpul data (pretest). Aspek yang menjadi perhatian dari pengamatan langsung ini adalah pribadi sosial anak, atau kurangnya rasa empati anak terhadap teman. Peneliti mencatat pada catatan lapangan sebagai catatan pelaksanaan kegiatan prasiklus,dan dicatat pada catatan anekdot,bila tingkahlaku anak yang tidak sesuai karakter pada aspek sosial emosi anak Taman Kanak-kanak.Catatan anekdot ini terdiri atas identitas anak,dan mencatat peristiwa yang sebenarnya,bersifat insidental,ucapan maupun perbuatan,tidak berbentuk interpretasi,dicatat secara runtut,dicatat setelah peristiwa terjadi.


(26)

Selanjutnya setelah tahapan observasi awal selesai dilanjutkan ke tahapan perencanaan, dalam tahapan perencanaan tersebut meliputi:

a. Melakukan diskusi mengenai rencana penelitian dengan pihak sekolah terutama dengan guru kelompok B sebagai upaya meningkatkan empati anak. Dalam diskusi ini diterangkan tentang penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru, media dan jenis permainan yang akan digunakan serta waktu pelaksanaannya.

b. Mendiskusikan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan empati anak dan media permainan tikar pintar,dengan cara memberikan workshop cara bermain dengan media tikar pintar,dan memberikan buku pedoman Belajar melalui bermain dengan media tikar pintar agar dapat dipelajari oleh guru-guru.

c. Membicarakan rencana tindakan pembelajaran dengan menggunakan media permainan tikar pintar untuk mengetahui sejauhmana rasa empati anak. Kegiatan ini akan dilakukan dengan 3 siklus dan setiap telah selesai pelaksanaan siklus peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk melakukan tindakan selanjutnya agar ada perubahan dalam menyampaikan proses belajar mengajar dan penggunaan medianya,sehingga anak lebih paham dan terjadi sikap empati yang baik.

d. Menyiapkan instrument/ alat tes dalam penelitian berupa lembar pedoman Observasi kemampuan Berempati Anak Taman Kanak-kanak yang terdiri atas 6 Indikator dan 60 aspek dengan pernyataan positif sebanyak 29 Pernyataan negatif 31 yang masing-masing indikator berbeda jumlahnya. Bekerjasama 4 aspek pernyataan positif 1 aspek dan pernyataan negatif 3 aspek.Toleransi 8 aspek pernyataan positif 5 aspek dan pernyataan negatif 3 aspek.Mengendalikan Emosi 12 aspek pernyataan positif 5 aspek,aspek negatif 7 aspek.Memahami aturan terdiri atas 6 aspek pernyataan positif 4 aspek pernyatan negatif 2

Aspek.Peduli teman terdiri atas 17 aspek pernyataan positif 9 aspek pernyataan negatif 8 aspek.dan Menghargai orang lain terdiri atas 13 aspek


(27)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Pernyataan positif 5 aspek pernyataan negatif 8 aspek.

e. Mempersiapkan fasilitas dan pendukung yang diperlukan dalam pembelajarandiantaranya membuat rencana kegiatan harian(RKH) sesuai tema yang sedang dipergunakan,mempersiapkan semua media pembelajaran yaitu tikar pintar,kartu angka 1sd 25,dadu planel 2 buah,kartu lagu,kartu warna,cap bintang,kertas gambar dan spidol,reword berupa makanan kecil.

f. Mempersiapkan observasi dan alat yang diperlukan dalam melakukan observasi diantaranya membagikan format observasi pada guru kelas,tustel,kamera,buku catatan,

g. Mempersiapkan lembar wawancara beserta dengan indikator pertanyaannya serta lembar observasi ketika guru sedang melakukan proses belajar mengajar sebelum dan sesudah mempergunakan media permainan tikar pintar untuk meningkatkan empati anak.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini (peneliti) guru melakukan tindakan yang berupa intervensi terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari- hari sehingga dengan demikian setelah disepakati rencana kegiatan harian yang berhasil dirumuskan oleh peneliti dicobakan untuk dilaksanakan di dalam kelas karena pada hakekatnya tahapan ini adalah pelaksanaan dari rencana

tindakan yang dikembangkan pada tahap perencanaan.

Foto Guru sedang mengamati persiapan


(28)

Pada pelaksanaannya tahap observasi adalah bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Observasi secara lebih operasional adalah semua kegiatan untuk mengenal, merekam dan mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang dicapai oleh tindakan yang direncanakan itu ataupun sampingannya.

Foto guru sedang mengamati tingkah laku dan ucapan anak

5. Tahap Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh. Dengan demikian data yang berhasil dikumpulkan melalui alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang tidak tercatat tetapi sempat terdeteksi dan terekam oleh peneliti dan guru kelas akan dikonfirmasikan dan dianalisis serta dievaluasi untuk diberikan makna supaya dapat diketahui pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan tersebut telah dapat tercapai atau belum agar peneliti dan guru kelas mendapat kejelasan tindakan baru yang akan dilakukannya kemudian. Lebih lanjut kegiatan refleksi merupakan kegiatan untuk menemukan hal-hal tertentu untuk dilanjutkan membuat perencanaan baru untuk melakukan tindakan baru.

F.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (kelas). Namun untuk mendapatkan data yang


(29)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan dua instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu lembar wawancara untuk menetahui empati anak dan lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan kegiatan permainan tikar pintar. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan permainan tikar pintar dalam meningkatkan empati anak. Bertindak sebagai pengamat yaitu rekan (guru) yang telah sepakat untuk berkolaborasi dalam mengobservasi penelitian ini. Lembar observasi ini dilakukan pada setiap siklusnya (pretes dan postes).Pelaksanaan di TamanKanak-kanak dengan pengamatan melalui lembar observasi.

LEMBAR CATATAN ANEKDOT NAMA ANAK : L/P :

KELOMOK /USIA : HARI/TGL:

GURU PENDAMPING:

NO URAIAN KEJADIAN TAFSIRAN

PEMECAHAN MASALAH

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran yang selama ini dilakukan di TK N


(30)

Pembina Citarip dalam meningkatkan empati anak, baik dalam program bimbingan maupun dari metoda pembelajaran, media dan evaluasi yang digunakan atau kendala yang dihadapi oleh guru-guru dalam meningkatkan empati terhadap anak.

Kegiatan peneliti mewawancarai guru kelas Aspek Yang ditanyakan adalah:

1. Bagaimanakah caranya untuk menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh anak?

2. Materi pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan di TK? 3. Bagaimana proses penyusunan materi pembelajaran di TK?

4. Apakah ada standar baku dalam proses penyusunan materi pembelajaran di TK?

5. Jika ada, acuannya seperti apa?

6. Bagaimana cara membuat media pembelajaran di TK?

7. Adakah kendala-kendala dalam pembuatan media tersebut? Jika ada, Seperti apa?

8. Metode pembelajaran seperti apa saja yang biasa digunakan untuk meningkatkan empati anak TK?

9. Menurut Ibu pentingkah melaksanakan evaluasi pembelajaran? Jika penting, apa alasannya?

10.Aspek-aspek apa saja yang dievaluasi dan bagaimana cara mengevaluasinya?


(31)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Catatan lapangan yang dipergunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang aktivitas anak pada pelaksanaan bermain melalui media tikar pintar.Adapun yang harus dilakukan dalam pencatatan di lapangan yaitu:

1.Pada pelaksanaan proses belajar mengajar kegiatan prasiklus sebelum menggunakan media permainan tikar pintar.

2.Pada pelaksanaan siklus pertama menggunakan media permainan dengan tehnik kartu angka dan melaksanakan refleksi.

3.Pada pelaksanaan proses belajar mengajar kegiatan siklus ke 2 menggunakan media permainan tikar Pintar .dengan tehnik kartu angka dan dadu planel. 4.Pada pelaksanaan proses belajar mengajar kegiatan siklus ke 3 menggunakan media permainan tikar Pintar .dengan tehnik siapa cepat dan dadu planel.

Model pencatatannya menggunakan catatan langsung dideskripsikan sesuai yang diamati dan yang terlaksana.

CATATAN LAPANGAN SIKLUS I/II/III

Permainan Tikar Pintar Tehnik Kartu Angka

Hari/Tgl :

Waktu :

Tempat ;

Responden ; Observer :

A.Deskripsi Hasil Pengamatan B.Repleksi


(32)

4. Pedoman Studi Dokumentasi

Pedoman studi dokumentasi yang dipergunakan dalam penelitian ini terekam dengan kumpulan foto-foto kegiatan belajar sebelum menggunakan media permainan tikar pintar dan sedang menggunakan media permainan tikar pintar dari medianya sampai proses interaksi dari awal sampai akhir dari siklus 1 sd siklus 3 juga dokumen yang lainnya tertulis sesuai yang dibutuhkan seperti halnya profil TK, yang terdiri atas gambaran guru, murid-murid, kurikulum sekolah, program mingguan, program harian (RKH) yang berisi tentang kegiatan bimbingan pribadi sosial dalam pembelajaran menggunakan media permainan tikar pintar untuk meningkatkan empati anak kelompok B di TKN Pembina Citarip.

Kegiatan pendahuluan sebelum melaksanakan PBM dengan media permainan Tikar pintar

G.Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan hasil rumusan permasalahan penelitian, diperoleh beberapa instrumen penelitian, dianataranya adalah lembar observasi, yaitu instrumen untuk mengukur empati anak, dan program bimbingan pribadi sosial.

Tahap-tahap dalam pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Instrumen penelitian

Instrumen empati anak melalui media permainan merupakan alat untuk mengukur empati anak. Berdasarkan hasil studi pustaka dan studi pendahuluan dirumuskan definisi konseptual dan operasional dan dilanjutkan dengan penyusunan instrumen empati anak. Kisi-kisi empati anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(33)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Kisi-kisi Instrumen Empati Anak

Variabel Aspek No Item

(+)

No Item (-)

Kemampuan Empati

1.Bekerjasama 46 47, 55, 60

2.Toleransi 10, 45, 49, 53, 54 15, 52, 56 3.Mengendalikan Emosi 1, 2, 22, 41, 42 3, 8, 31, 35, 43,

44, 57 4.Memahami Aturan 5, 6, 21, 38 23, 24 5.Peduli Teman 9, 13, 14, 25, 26,

29, 30, 33, 34,

11, 12, 16, 27, 28, 48, 51, 58 6.Menghargai Orang

Lain

17, 18, 37, 50, 59 4, 7, 19, 20, 32, 36, 39, 40

Format Observasi Kemampuan Berempati Anak Taman Kanak-kanak terlampir adapun Indikatornya sebagai berikut:

NO INDIKATOR ASPEK

PERNYATAAN

+ _

1 Bekerjasama 46.Anak mengajak teman untuk bermain bersama,bila melihat temannya mau bermain.

55. Anak bersikap acuh, bila temannya belum kebagian mainan

60.Anak mendominasi permainan

V

V

V

2 Toleransi 10.Anak mampu memberi bantuan untuk menyelesaikan tugas dari guru,


(34)

bila ada teman yang kesulitan menyelesaikannya

15.Anak membuat temannya tambah menangis ketika mengetahui temannya itu sedang bersedih

45. Anak meminjamkan mainan kepada temannya

52. Anak mengganggu temannya, apabila temannya itu belum menyelesaikan tugas.

53. Anak berbagi mainan kepada temannya yang lain.

56. Anak bersikap acuh, bila temannya lupa membawa bekalnya.

V

V

V

V

V

3. Mengendalik an Emosi

1. Anak meminta ijin ketika meminjam sesuatu kepada teman. 2. Anak meminta ijin ketika

meminjam mainan teman.

3. Anak mengambil mainan teman tanpa ijin

8. Anak mengejek, ketika temannya menyelesaikan tugas dengan hasil yang baik.

22. Anak membiarkan teman bekerja sendiri untuk menyelesaikan tugasnya. 31. Anak menginginkan temannya meminta maaf terlebih dahulu.

35. Anak menginginkan agar teman yang melakukan kesalahan meminta maaf terlebih dahulu V V V V V V V


(35)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

41. Anak bersabar, ketika mempunyai suatu keinginan.

42. Anak mampu menunggu dengan sabar apabila keinginan yang belum terlaksana.

43. Anak menginginkan paling dulu untuk dipenuhi semua keinginannya. 44. Anak menunjukkan sikap marah, bila keinginannya belum terlaksana Anak menendang teman bila ada kesempatan. 57. Anak menendang teman bila ada kesempatan.

V

V

V

4. Memahami Aturan

5 Anak memberikan pujian,ketika temannya mendapatkan “bintang”

6.. Anak memberikan pujian ,ketika ada temannya yang mampu menyelesikan tugas dengan baik.

21. Anak mampu berbaris dengan rapih dan tertib ketika akan masuk kelas. 23. Anak menyelinap mendahului teman ketika baris untuk memasuki kelas. 24. Anak saling berebut untuk mendapat sesuatu dari gurunya tanpa mengantri. 38, Anak menjawab salam yang diucapkan oleh temannya.

V

V

V

V

5. Peduli teman 9. Anak menolong, ketika melihat temannya mendapat kejadian buruk, misalnya : jatuh ke lantai.

11. Anak tidak menghiraukan temannya, V


(36)

bila melihat temannya tersebut mendapat kejadian buruk.

12. Anak membiarkan teman bekerja sendiri untuk menyelesaikan tugasnya. 13.Anak menyemangati, temannya yang

sedang menangis, misalnya: “Jangan

nangis lagi yaa..nanti juga sembuh” 14. Anak menghibur temannya yang sedang menangis.

16. Anak bersikap biasa saja ketika melihat temannya sedang menangis. 25. Anak mampu menolong, bila melihat temannya sedang mengalami kesusahan 26. Anak mampu menolong, bila melihat temannya belum menyelesaikan tugas dari guru karena kesusahan.

27. Anak bersikap biasa-biasa saja ketika melihat teman yang sedang mengalami kesusahan.

28. Anak mengacuhkan temannya yang sedang memerlukan pertolongan.

29. Anak langsung meminta maaf, bila melakukan kesalahan.

30. Anak meminta maaf bila bertengkar dengan temannya.

33. Anak langsung memberi maaf, bila ada teman yang melakukan kesalahan kepadanya.

34. Anak memberi maaf bila teman merebut mainannya. V V V V V V V V V V V V


(37)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

51. Anak menginginkan agar dia paling dulu untuk menyele saikan tugas.

58.Anak menyembunyikan barang milik temannya .

V

V

6. Menghargai Orang lain

4. Anak langsung mengambil barang punya teman tanpa ijin.

7. Anak menunjukkan sikap biasa-biasa saja ketika temannya mendapatkan bintang dari guru

17. Anak memberikan pujian ketika hasil karya temannya mendapat bintang dari guru.

18. Anak mampu menghargai hasil karya temannya.

19. Anak mengejek, ketika melihat hasil karya temannya

20. Hasil karya teman-temannya dikatakan oleh anak sebagai karya yang jelek

32.Anak menunjukan sikap seolah-olah tidak bersalah apabila bertengkar dengan temannya.

36. Anak menunjukkan sikap acuh bila bertemu dengan teman yang merebut mainannya

37. Anak mendengarkan temannya yang sedang berbicara

39. Anak mengacuhkan teman yang sedang berbicara

40. Anak mengacuhkan teman yang V V V V V V V V V V V


(38)

menyapa

50 Anak menyemangati teman yang belum menyelesaikan tugas.

59. Anak memperhatikan nasihat guru

V

V

2. Uji Coba Instrumen

Dalam mengahasilkan pengukuran yang akurat dan objektif diperlukan kualitas alat ukur yang valid dan reliabel. Instrumen penelitian sebelum di treatmentkan di kelas, sebelumnya peneliti melakukan judment kepada 3 orang ahli. Setelah itu peneliti melakukan uji coba kepada kelompok kelas lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik kelompok anak yang akan dijadikan treatment.

Uji coba instrumen ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan kata-kata yang ambigu, serta memperbaiki pernyataan yang hanya menimbulkan jawaban dangkal.

Setelah instrumen diujicobakan, langkah selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan terhadap ketepatan skala dari setiap pernyataan. Kemudian penelitimelakukan penghitungan validitas dan reliabilitas instrument. JUDGEMENT/PERTIMBANGAN INSTRUMEN EMPATI ANAK berisikan Konstruk,isi materi,redaksional dandatanganioleh penjudgementi sampai 2x

H.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Kunandar, 2008). Teknik menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,


(39)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

dokumentasi dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel. 3.2. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data

Jenis Data Teknik Pengumpulan

Instumen

1. Guru Pemahaman konsep

siswa dalam

pembelajaran Area

Wawancara Wawancara

pembelajaran yang selama ini dilakukan di TK N Pembina Citarip dalam meningkatkan

empati anak. 2. Siswa

dan Guru

Keterlaksanaan

strategi pembelajaran

inkuiri dalam

pembelajaran Area

Observasi Pedoman observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran 3. Siswa

dan Guru

Catatan tersebut merupakan bahan diskusi antara peneliti dan observer dan hasilnya digunakan sebagai dasar dalam merencanakan

tindakan berikutnya.

filed note

(catatan lapangan)

Catatan lapangan berisikan tentang kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran dalam satu tindakan.

Ketiga teknik pengumpulan data tersebut dipandang dapat digunakan dan mencukupi untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel.


(40)

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan. Data yang diperoleh pada setiap tindakan penelitian dianalisis dengan merujuk pada kerangkan analisis penelitian .

1. Penskoran

Pada penskoran, butir item pada lembar observasi terlebih dahulu ditentukan standar penilaiannya, tujuannya agar unsur subjektivitas penilaian dapat dihindari.

2. Rata-rata

Rata-rata hitung tes pada tiap siklus dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

x= ∑x

N Keterangan :

x = Rata-rata hitung

x = Skor Total N = Banyak data

3. Menganalisis Keterlaksanaan Rencana Kegiatan Permainan Tikar Pintar (Aktivitas Guru dan Siswa) dan Ketercapaian Empati Anak

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama penelitian maka digunakan pedoman observasi selama kegiatan permainan tikar pintar untuk meningkatkan empati anak diolah dengan menggunakan rumus:

IPK = M x 100 % SMI

Keterangan :

IPK = Indeks prestasi kumulatif M = Skor perolehan


(41)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Kemudian hasil perhitungan IPK tersebut dikonversikan ke dalam bentuk penskoran kuantitatif, seperti tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel. 3.3. Kategori Tafsiran IPK Keterlaksanaan Kegiatan Permainan Tiakar Pintar dalam Meningkatkan Empati anak

IPK (%) Kriteria

0-30 Kurang

31-54 Rendah

55-74 Sedang

75-89 Tinggi

90-100 Sangat tinggi

J.Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.Tahap ini berlangsung dari awal sampai akhir penelitian.( Kunandar 2008) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif,analisis data dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,sebelum terjun ke lapangan,selama berlangsungnya penelitian, terus berlangsung sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984).

Untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian, maka hasil dari nalisis data penelitian divalidasi:

1. Dengan melakukan member check, yaitu memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber yang relevan dengan PTK. Selain kepada nara sumber tersebut peneliti mengkonsultasikan hasil temuan kepada para ahli yaitu kepada pembimbing untuk mendapatkan pengarahan dalam penyususnan hasil laporan di lapangan.


(42)

2. Dengan trianggulasi yaitu memeriksa kebenaran analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti. Trianggulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandng mitra peneliti yang dilakukan pengamatan atau observasi dan sudut pandang para ahli (dosen pembimbing).

Kunandar (2008:101-102) mengemukakan bahwa analisis interaktif terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lainnya, komponen tersebut yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan.

b. Beberan (Display) Data

Berbagai macam data PTK yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapih dengan narasi dan grafik.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan pada kesimpulan terakhir siklus terakhir atau siklus ke tiga.

Untuk memperjelas tentang empati yang dimiliki oleh anak TK sebelum dan sesudah dilaksanakannya PTK, maka pada penelitian ini diperkuat oleh presentase. Hasil presentase tersebut lebih dipertegas oleh visualisasi grafik yang dipaparkan pada bab IV.


(43)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan empati anak melalui media permainan tikar pintar menghasilkan beberapa kesimpulan,yaitu

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa profil kemampuan empati anak di TK Negeri Pembina Citarip Bandung tahun pelajaran 2012-2013 masih rendah. Hasil temuan awal dilapangan menunjukan kemampuan rasa empati yang muncul pada anak di TKN Pembina Citarip dianataranya adalah (1) bekerjasama, dari 20 orang yang hadir yang memiliki sifat tersebut hanya tiga orang yang menghibur temannya ketika jatuh ke lantai dan menghibur temannya yang sedang menangis. Dan tiga orang anak yang mau berbagi makanan ketika acara makan bersama, tiga orang yang memuji hasil karya teman yang bagus.dan sepuluh anak sabar menunggu giliran. (2) Toleransi, dari 19 orang yang hadir ada dua orang yang meminta maaf, yang menghormati oranglain, menghormati guru,mendengarkan penjelasan guru ada delapan orang kemudian memberi maaf ketika temannya minta maaf ada dua belas orang yang meminta izin ada 10 orang.

2. Sebelum penelitian di mulai peneliti melakukan diskusi dengan para praktisi PAUD, untuk melakukan perencanaan kegiatan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui media permaianan tikar pintar meningkatkan empati anak di TK N Pembina Citarip Kota Bandung. Peneliti mengidentifikasi permasalahn yng terjadi dan mempelajari Kurikulum TK, kemudian eneliti mendiskusiakan masalah yang akan diteliti dengan pihak observer, serta memperkenalakan metode PTK yang akan digunakan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan permaianan tikar pintar dalam mengembangkan empati anak


(44)

pada guru-guru TK N Pembina Citarip Bandung. Berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah, penelti dan observer menyepakati bahwa, PTK dilaksanakan dalam dua tindakan pembelajaran atau tiga siklus. Menetapakan fokus tindakan, topik (materi) pembelajaran beserta instrumen dan administrasi persiapan mengajar yang akan digunakan. Tahap selanjutnya peneliti mendiskusiakan serta menetapakan aspek-aspek yang harus diobservasi oleh observer, dan mendiskusiakan RKH (Rencana Kegiatan Harian) dan instrumen lain yang telah disusun oleh peneliti setelah refleksi awal.

3. Pelaksanaan pembelajaran program bimbingan pribadi sosial melalui permaianan tikar pintar di TK N Pembina Citarip Kota Bandung pada mulai hari Kamis tanggal 16 April sampai dengan Mei 2013 dari pukul 8.00 sampai pukul 10.30 wib Sebelum penelitian dilakukan dalam bentuk pembelajaran, peneliti melakukan persiapan awal. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga siklus.kegiatan dengan menyiapkan media-media yang akan dipergunakan pada permainan dengan media tikar pintar.

4. Seberapa besar peningkatan empati anak setelah diterapkan media permainan tikar pintar di TK N Pembina Citarip Kota Bandung ?

Dalam pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial melalui media permainan Tikar pintar ternyata lebih menyenangkan bagi anak-anak dan lebih mudah dipahami dan diikuti oleh anak sehingga dapat meningkatkan empati anak secara cepat serta dapat menghindarkan prilaku yang tidak baik yang asalnya tidak mau ikut bermain menjadi mau bermain,yang suka memukul teman menjadi sayang teman yang tadinya suka mengambil barang teman jadi pemberi, penolong,terutama pada aspek sabar menunggu giliran,mentaati peraturan,saling berbagi,dapat berbagi,menghargai orang lain,saling tolong menolong,dapat mengucapkan terima kasih,dapat menghargai hasil karya orang lain,bekerjasama,mengendalikan emosi,mau mendengarkan ketika oranglain berbicara,yang pada ahirnya setiap selesai permainan dapat membereskan


(45)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

kembali dan menyimpannya pada tempatnya dan membersihkannya secara bergiliran yang biasanya dilakukan hanya oleh guru.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini,maka peneliti memberikan rekomendasi kepada fihak sekolah,guru kelas dan guru pembimbing serta peneliti selanjutnya. Adapun pemaparannya sebagai berikut :

1. Sekolah

Pada dasarnya program bimbingan pribadi sosial sudah berjalan secara terintegrasi namun sering kali terlupakan dalam pendokumentasiannya dan masih ada hambatan. Oleh karena itu kepada pihak sekolah hendaknya memberikan perhatian dengan mempasilitasi program kerjanya sehingga sesuai dengan standar kegiatan bimbingan dan konseling,diantaranya mempersiapkan instrumen observasi yang sesuai.Dan lebih sering melakukan refleksi setelah PBM selesai dilaksanakan agar guru dapat melaksanakan tindakan selanjutnya yang lebih baik dan lebih tepat untuk peningkatan perkembangan anak didik.

2. Guru kelas dan guru pembimbing

Sangat penting sekali apabila guru kelas dan guru pembimbing memberikan layanan bimbingan pribadi sosial dengan kontinyu dan spontan ketika anak melakukan kesalahan dari sikap untuk segera diberikan arahan dan dibenahi agar lebih meningkatkan rasa empatinya,dengan melaksanakan kegiatan yang menyenangkan dan terintegrasi dengan bidang pengembangan yang lain.seperti kegiatan ekstrakulikuler atau outbond.

Karena di TK belum ada guru bimbingan dan konseling secara khusus maka lebih mengoptimalkan peningkatan kompetensi dan karakter guru dan guru pembimbing dengan lebih sabar menahan emosinya dan harus mau mempelajari penanganan bagi anak yang membutuhkan bimbingan, melalui buku sumber atau TOT. sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.


(46)

a. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini tidak hanya diarahkan pada kegiatan yang bersifat individu atau pembelajaran yang bersifat klasikal dan guru sebagai pusat belajar akan tetapi sebagai fasilitator pembelajaran, metode bermain dengan tikar pintar merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas anak.

b. Keberhasilan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan melalui perolehan belajar melalui kelompok, keberhasilan pembelajaran juga bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan bisa juga dari teman sebaya.

c. Pembelajaran melalui media permainan tikar pintar menjadi alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan empati anak .

d. Guru harus dapat memformulasikan variasi pembelajaran agar menghindarkan dari kejenuhan dan membosankan.

e. Guru harus selalu siap menerima inovasi moddel pembelajaran untuk meningkatkan potesi anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Melihat hasil penelitian bisa dijadikan bahan kajian dan perbandingan untukpenelitian selanjutnya

b. Penelitian ini secara deskriptif dijabarkan sesuai temuan dilapangan.

c. Penelitian dengan tindakan kelas sangat tepat untuk dilakukan oleh guru dan guru pembimbing agar dapat terjadi perubahan yang signifikan dan sesuai harapan.

d. Media permainan tikar pintar bisa dipakai untuk meneliti kemampuan yang lainnya bukan saja peningkatan empati.


(47)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alwilsol. (2009). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi Malang : UMM Press Malang

Astington, J.W.& Jenkins, J.M.(1999). A Longitudinal Study of The Relation

Between Language and Theory-of-Mind Development. Journal of

Developmental Psychology, 35,5,1311 – 1320.

Atkinson, R.L. & Hilgard, E.R. (1992). Pengantar Psikologi. Alih Bahasa: Taufiq & Dharma. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Agustin, Mubiar dan Syaodih, Ernawulan. (2008). Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Beaty, J.J. (1998). Observing Development of The Young Child. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Borba. Michelle. (2001). Building Moral Inteligence. San Francisco: A wiley company.

Brems, C., Frome, D.K. & Johnson, M.E. (1992). Group Modification and Emphatic Verbalization and Self Disclosure. Journal of Social Psychology. Vol.132, No.2, 375 – 378.

Cavanagh Michael E., (1982), The Counseling Experience, A Theoritical and Practice Approach, Monterey California: Brooks Cole Publishing Company.

Carlozzi, A.F., Gaa, J.P. & Liberman D.B. (1983). Emphaty and Ego Development. Journal of Counseling Psychology. Vol. 30, 113 – 116. Cialdini, R.B., Schaller, M., Houlihan, D., Arps, K. & Fult, J. (1987). Empathy,

Based Helping : Is It Selfessly or Selfishly Motivated ? Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 52, No. 4, 749 – 758.

Clarke, Anne (2007). Us Study in The Long Effect of Long Day Care on Developing Care. Tersedia: www.earlychildhood.org.au (23 Maret 2012) Davis, M.H. (1980). A Multidimensional Approach to Individual Differences in

Empathy. Florida : Catalog of Selected Document in Psychology.

David Perkins, (1992), Smart Schools, Better thinking and learning for every child, New York : The Free Press


(48)

Dalton, W Ben. (2010). Antisocial and Prosocial Behavior. Research Triangle Institute.Tersedia : www.rti.org (23 Maret 2012)

Dariyo, Agoes. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung. Refika Aditama Einsberg, Nancy. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York:

Academic Press, Inc.

Educational, Scientific and Cultural Oragnization. UNESCO. (2010) Tersedia:http//www.unesco.org/new/en/world-conference-on-ecce/ (23 Maret 2012)

Erwin, P. (1993). Friendship and Social Relation in Children. New York : Willey and Son Lane.

Eddy Knasel, John Meed and Anna Rossetti. (2000), Learn For Your Life, A

Blueprint For Continuous Learning, London : Financial Times Prentice

Hall.

Eliasa, Eva I. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa. Jakarta : Erlangga. Faizah Du. (2008). Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Bandung:

Cindy Grafika.

Goleman, D.L. (1998). Kecerdasan Emosional: Mendefinisikan Ulang Arti Kecerdasan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, J. & DeClaire, J.(1997). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedi Pustaka Utama

Geldard. Kathryn & David Geldard. Konseling anak-anak. Jakarta: PT. Indeks. Helen Me Grath & Shona, Francey. (1992). Friendly Kids Friendly

Classrooms, teaching Social Skills and Confidence in the Classroom,

Melbourne : Longman Cheshire

Gladding. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide. Tersedia : www.state.ia.us/educate (23 Maret 2012) Hasting, D Paul dan Grusses, E Joan (2007). Handbook of Socialization: Theory

and Research. New York: Gulliford Publication.

Hera (2010). Teman atau Musuh. Tersedia : www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)


(49)

Hj.Mimin Kusminar, 2014

Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to Theories of Personality. New Jersey: John Wiley and Sons.

Hurlock, E.B. (1995). Perkembangan Anak, Jilid II. Alih Bahasa : Tjandrasa, M. dan Zarkasih, M. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ibrahim, Ratih. (2012). Mencetak Anak yang Life-Ready. Tersedia: www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)

Knafo, Ariel. (2006). Heritability of Children’s Prosocial Behavior and

Differential Susceptibiliy to Parenting by Variation in the Dopamine receptor.Cambridge: Cambridge University Press

Kemendiknas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010).Permendiknas RI no 58 tahun 2009 tentang standar PAUD.

Komalasari dkk. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT. Indeks. Koeswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung : Eresco.

Kunandar.(2008)Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Kusminar,Mimin(2010)Belajar melalui bermain Dengan Tikar Pintar .Tidak diterbitkan.TKNPembina Citarip Bandung.

Lickona. Thomas. (2012). Character Matters. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mudjijanti, Fransisika. (2010). Pentingnya Kepribadian Seorang Konselor Dalam

Konseling. [Online]. Tersedia :

http://www.widyamandala.ac.id/home/index.php?option=com_content& view=article&id=288:pentingnya-kepribadian-seorang-konselor-dalam-konseling&catid=65:krida-rakyat. (23 Maret 2012)

Moreno, R. Senin, 19 Januari 2004. Tersedia :

http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.

sp?mid=7&id=150896&kat_id=105&kat_id1=232&kat_id2=236. (23 Maret 2012)

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. & Huston, A.C. 1994. Perkembangan dan

Kepribadian Anak. Terjemahan. Alih Bahasa : Budiyanto, F.X.,

Widiyanto, G. & Gayatri, A. Jakarta: Penerbit Acan.

Morrison, G.S. (1998). Early Childhood Education Today. Ohio: Merril Publishing Company.


(50)

Mulyani,Sri .(2013)Permainan Tradisional Anak Indonesia,Langensari Publishing Musslihuddin,(2008).Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak

Anak Usia TK/RA.Rizky Press.

Muslihuddin.(2010).Model Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Jamak Anak TK. Tidak diterbitkan, Bandung: Desertasi UPI Norman, Iskandar. (2011). Pendidikan Dini Bagi Anak. Tersedia :

www.harian-aceh.com (23 Maret 2012)

Nurihsan, Juntika (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Edisi Kedua). Bandung: Jurusan PPB FIP bekerjasama dengan UPT LBK UPI.

Pietrofesa, J John (1980). Guidance An Introduction. Rand Mc.Nally College Publishing Company. Chicago.

Plutchick, R. (2003). Emotion and Life, Perspective from Psychology, Biology

and Evolution. Washington DC : APA.

Rosmawati, Wiwi.(2013). Pembentukan Karakter Sejak Usia Dini.CV Omahima. Rusmana, Nandang.(2009). Konseling Kelompok bagi Anak Berpengalaman

Traumatis. Rizqi Press. Bandung.

Siregar, Ernie. (2013). Efektifitas Program Bimbingan Keterampilan Sosial untuk meningkatkan Empati dan Disability Awarenes pada Siswa Non ABK. Tidak diterbitkan, Bandung: Tesis pada SPs UPI.

Santrock, J.W. 1995. Live Span Development : Perkembangan Masa Hidup.

Terjemahan.Jilid 1. Alih Bahasa : Chusairi, A., Damanik, J. Erlangga: Jakarta

Sarwono, S.W. (26 Oktober 2004). “Emotional Intelligence Tentukan 80 %” Tersedia: www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)

Supriadi. Dedi. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Surya, Mohamad. 2008. Beragam Perspektif Mutakhir Dalam Bimbingan dan

Konseling Karir. Bandung: Program Studi Bimbingan dan Konseling SPs

UPI.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Rosda


(1)

a. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini tidak hanya diarahkan pada kegiatan yang bersifat individu atau pembelajaran yang bersifat klasikal dan guru sebagai pusat belajar akan tetapi sebagai fasilitator pembelajaran, metode bermain dengan tikar pintar merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas anak.

b. Keberhasilan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan melalui perolehan belajar melalui kelompok, keberhasilan pembelajaran juga bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan bisa juga dari teman sebaya.

c. Pembelajaran melalui media permainan tikar pintar menjadi alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan empati anak .

d. Guru harus dapat memformulasikan variasi pembelajaran agar menghindarkan dari kejenuhan dan membosankan.

e. Guru harus selalu siap menerima inovasi moddel pembelajaran untuk meningkatkan potesi anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Melihat hasil penelitian bisa dijadikan bahan kajian dan perbandingan untukpenelitian selanjutnya

b. Penelitian ini secara deskriptif dijabarkan sesuai temuan dilapangan.

c. Penelitian dengan tindakan kelas sangat tepat untuk dilakukan oleh guru dan guru pembimbing agar dapat terjadi perubahan yang signifikan dan sesuai harapan.

d. Media permainan tikar pintar bisa dipakai untuk meneliti kemampuan yang lainnya bukan saja peningkatan empati.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alwilsol. (2009). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi Malang : UMM Press Malang

Astington, J.W.& Jenkins, J.M.(1999). A Longitudinal Study of The Relation Between Language and Theory-of-Mind Development. Journal of Developmental Psychology, 35,5,1311 – 1320.

Atkinson, R.L. & Hilgard, E.R. (1992). Pengantar Psikologi. Alih Bahasa: Taufiq & Dharma. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Agustin, Mubiar dan Syaodih, Ernawulan. (2008). Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Beaty, J.J. (1998). Observing Development of The Young Child. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Borba. Michelle. (2001). Building Moral Inteligence. San Francisco: A wiley company.

Brems, C., Frome, D.K. & Johnson, M.E. (1992). Group Modification and Emphatic Verbalization and Self Disclosure. Journal of Social Psychology. Vol.132, No.2, 375 – 378.

Cavanagh Michael E., (1982), The Counseling Experience, A Theoritical and Practice Approach, Monterey California: Brooks Cole Publishing Company.

Carlozzi, A.F., Gaa, J.P. & Liberman D.B. (1983). Emphaty and Ego Development. Journal of Counseling Psychology. Vol. 30, 113 – 116. Cialdini, R.B., Schaller, M., Houlihan, D., Arps, K. & Fult, J. (1987). Empathy,

Based Helping : Is It Selfessly or Selfishly Motivated ? Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 52, No. 4, 749 – 758.

Clarke, Anne (2007). Us Study in The Long Effect of Long Day Care on Developing Care. Tersedia: www.earlychildhood.org.au (23 Maret 2012) Davis, M.H. (1980). A Multidimensional Approach to Individual Differences in

Empathy. Florida : Catalog of Selected Document in Psychology.

David Perkins, (1992), Smart Schools, Better thinking and learning for every child, New York : The Free Press


(3)

Dalton, W Ben. (2010). Antisocial and Prosocial Behavior. Research Triangle Institute.Tersedia : www.rti.org (23 Maret 2012)

Dariyo, Agoes. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung. Refika Aditama Einsberg, Nancy. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York:

Academic Press, Inc.

Educational, Scientific and Cultural Oragnization. UNESCO. (2010) Tersedia:http//www.unesco.org/new/en/world-conference-on-ecce/ (23 Maret 2012)

Erwin, P. (1993). Friendship and Social Relation in Children. New York : Willey and Son Lane.

Eddy Knasel, John Meed and Anna Rossetti. (2000), Learn For Your Life, A Blueprint For Continuous Learning, London : Financial Times Prentice Hall.

Eliasa, Eva I. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa. Jakarta : Erlangga. Faizah Du. (2008). Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Bandung:

Cindy Grafika.

Goleman, D.L. (1998). Kecerdasan Emosional: Mendefinisikan Ulang Arti Kecerdasan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, J. & DeClaire, J.(1997). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedi Pustaka Utama

Geldard. Kathryn & David Geldard. Konseling anak-anak. Jakarta: PT. Indeks. Helen Me Grath & Shona, Francey. (1992). Friendly Kids Friendly

Classrooms, teaching Social Skills and Confidence in the Classroom, Melbourne : Longman Cheshire

Gladding. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide. Tersedia : www.state.ia.us/educate (23 Maret 2012) Hasting, D Paul dan Grusses, E Joan (2007). Handbook of Socialization: Theory

and Research. New York: Gulliford Publication.

Hera (2010). Teman atau Musuh. Tersedia : www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)


(4)

Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to Theories of Personality. New Jersey: John Wiley and Sons.

Hurlock, E.B. (1995). Perkembangan Anak, Jilid II. Alih Bahasa : Tjandrasa, M. dan Zarkasih, M. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ibrahim, Ratih. (2012). Mencetak Anak yang Life-Ready. Tersedia: www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)

Knafo, Ariel. (2006). Heritability of Children’s Prosocial Behavior and Differential Susceptibiliy to Parenting by Variation in the Dopamine receptor.Cambridge: Cambridge University Press

Kemendiknas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD (2010).Permendiknas RI no 58 tahun 2009 tentang standar PAUD.

Komalasari dkk. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT. Indeks. Koeswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung : Eresco.

Kunandar.(2008)Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Kusminar,Mimin(2010)Belajar melalui bermain Dengan Tikar Pintar .Tidak diterbitkan.TKNPembina Citarip Bandung.

Lickona. Thomas. (2012). Character Matters. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mudjijanti, Fransisika. (2010). Pentingnya Kepribadian Seorang Konselor Dalam

Konseling. [Online]. Tersedia :

http://www.widyamandala.ac.id/home/index.php?option=com_content& view=article&id=288:pentingnya-kepribadian-seorang-konselor-dalam-konseling&catid=65:krida-rakyat. (23 Maret 2012)

Moreno, R. Senin, 19 Januari 2004. Tersedia : http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.

sp?mid=7&id=150896&kat_id=105&kat_id1=232&kat_id2=236. (23 Maret 2012)

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. & Huston, A.C. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan. Alih Bahasa : Budiyanto, F.X., Widiyanto, G. & Gayatri, A. Jakarta: Penerbit Acan.

Morrison, G.S. (1998). Early Childhood Education Today. Ohio: Merril Publishing Company.


(5)

Mulyani,Sri .(2013)Permainan Tradisional Anak Indonesia,Langensari Publishing Musslihuddin,(2008).Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak

Anak Usia TK/RA.Rizky Press.

Muslihuddin.(2010).Model Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Jamak Anak TK. Tidak diterbitkan, Bandung: Desertasi UPI Norman, Iskandar. (2011). Pendidikan Dini Bagi Anak. Tersedia :

www.harian-aceh.com (23 Maret 2012)

Nurihsan, Juntika (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Edisi Kedua). Bandung: Jurusan PPB FIP bekerjasama dengan UPT LBK UPI.

Pietrofesa, J John (1980). Guidance An Introduction. Rand Mc.Nally College Publishing Company. Chicago.

Plutchick, R. (2003). Emotion and Life, Perspective from Psychology, Biology and Evolution. Washington DC : APA.

Rosmawati, Wiwi.(2013). Pembentukan Karakter Sejak Usia Dini.CV Omahima. Rusmana, Nandang.(2009). Konseling Kelompok bagi Anak Berpengalaman

Traumatis. Rizqi Press. Bandung.

Siregar, Ernie. (2013). Efektifitas Program Bimbingan Keterampilan Sosial untuk meningkatkan Empati dan Disability Awarenes pada Siswa Non ABK. Tidak diterbitkan, Bandung: Tesis pada SPs UPI.

Santrock, J.W. 1995. Live Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan.Jilid 1. Alih Bahasa : Chusairi, A., Damanik, J. Erlangga: Jakarta

Sarwono, S.W. (26 Oktober 2004). “Emotional Intelligence Tentukan 80 %” Tersedia: www.tabloidnova.com (23 Maret 2012)

Supriadi. Dedi. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Surya, Mohamad. 2008. Beragam Perspektif Mutakhir Dalam Bimbingan dan Konseling Karir. Bandung: Program Studi Bimbingan dan Konseling SPs UPI.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Rosda


(6)

Yuliasari, D. (2009). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berempati Anak Taman Kanak-Kanak Tidak diterbitkan, Bandung: Skripsi pada Program Studi PAUD UPI. Yudhistira,Dadang.(2013).Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PENGENALAN HURUF PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL Peningkatan Pengenalan Huruf Pada Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Media Papan Flanel Di TK Pertiwi Bowan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 14

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TAMAN KANAK – KANAK : Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014–2015.

0 3 30

MENINGKATKAN DISIPLIN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Islamiyah Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

7 25 49

BEST PRACTICES PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA CITARIP KOTA BANDUNG: Penelitian Deskriptif Kualitatif di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Citarip Kota Bandung.

0 4 46

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK BLOCKDOSS : Penelitian tindakan kelas terhadap anak kelompok B taman kanak-kanak harapan bunda kota bandung tahun ajaran 2013-2014.

0 10 44

PNGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK: Penelitian Tindakan di Kelompok B TK Sejahtera Cibogohilir Purwakarta Tahun Ajaran 2012-2013.

0 1 34

IMPLEMENTASI PROGRAM HOME VISIT DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA CITARIP : Studi Deskriptif Kualitatif Program Home Visit di TKN Pembina Citarip Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

0 1 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PENERAPAN METODE MULTISENSORI: Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelas B Taman Kanak-kanak Cempaka Indah Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012-2013.

1 14 36

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK LOKOMOTOR ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL : Penelitian Tindakan Kelas di TK istiqamah bandung tahun ajaran 2012-2013.

0 1 33

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI : Penelitian Tindakan Kelas pada Anak-Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sadang Serang Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

0 0 42