PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III.

(1)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Daftar : 026/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA

PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

(Penelitian tindakan kelas di SLB Muhammadiyah Jl. Sukagalih No.

119 Sukajadi Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

DWI SAPTI ARTINI

0609124

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman Hak Cipta

PENERAPAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK

BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU

KELAS III

(Penelitian tindakan kelas di SLB Muhammadiyah Jl. Sukagalih No. 119 Sukajadi Bandung)

Oleh : Dwi Sapti Artini

0609124

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

© Dwi Sapti Artini2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III


(4)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Kualitas pendidikan di SDLB tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru yang mengajar didepan kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mampu mengelola proses pembelajaran, penguasaan materi, penggunaann metode dan alat peraga yang tepat serta memotivasi siswa untuk belajar sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang efektif dan efesien. Pendidikan di sekolah dasar luar biasa memerlukan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satu disiplin ilmu itu adalah (Sains). Darmojo (1996) mengemukakan bahwa Sains sangat diperlukan oleh siswa SDLB, karena pembelajaran Sains dapat memberikan pencapaian pendidikan dasar selanjutnya.

Pembelajaran Sains yang tepat bagi siswa SDLB adalah harus sesuai dengan struktur kognitif anak, yaitu materi Sains harus menyederhanakan konsep yang terstruktur sehingga mereka bisa membangun sendiri pola pikir maupun ide-ide tentang peristiwa alam yang diperoleh dari pengalaman mereka, karena proses perkembangan belajar siswa SDLB memiliki kecenderungan beranjak dari hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak (nyata), yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu kebutuhan melalui serangkaian proses.

Rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran sains terutama dalam materi gerak benda, ini terlihat dari ketidak mampuan siswa dalam menyelesaikan tes awal pada soal latihan sains materi gerak benda. Adapuan hasil tes awal ini diikuti siswa sebanyak 4 orang kelas III SLB Muhammadiyah Untuk itu dalam memperbaiki suasana belajar dan dalam meningkatkan hasil belajar di SDLB Muhammadiyah kelas III

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul penelitian “Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk meningkatkan pemahaman konsep gerak benda pada mata pelajaran sains siswa tunarungu kelas III di SLB Muhammadiyah Kota Bandung.

Pembelajaran sains dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning terbukti pada siklus ke II siswa mendapatkan peningkatan yang signifikan . peningkatan tersebut didapatkan dengan melakukan semua tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning, hal ini membuktikan bahwa pendekatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemahaman konsep gerak benda.

Ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and

Learning mampu meningkatkan kemampuan siswa tunarungu kelas III SLB

Muhammadiyah dalam memahami konsep gerak benda.

Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Materi Konsep Gerak Benda, Siswa Tunarungu


(5)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR………...………..ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………...………..iii

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR GAMBAR ……….ix

DAFTAR TABEL………....x

DAFTAR DIAGRAM………...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1

B. Sasaran Tindakan………...4

C. Rumusan Masalah………..4

D. Hipotesis Tindakan………5

E. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian .………..5

1. Tujuan Penelitian.……….. .………5

2. Manfaat Penelitian.……….. .………..5

BAB II DESKRIPSI TEORI A. Konsep Tunarungu………....7

1. Pengertian Tunarungu.……….. .………7

2. Dampak dari Ketunarunguan.……….. .………..9

3. Faktor Penyebab Ketunarunguan.………...12

4. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu.………..13

5. Klasifikasi Ketunarunguan.……….. .………...15


(6)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hakekat Pembelajaran CTL.………....………..16

2. Karakteristik Pembelajaran CTL.………....…..19

3. Komponen Utama CTL.………....………20

C. Mata Pelajaran Sains...……….22

1. Pengertian Sains.………....………23

2. Tujuan Pembelajaran Sains di SDLB.………...24

3. Manfaat Pembelajaran Sains Diajarkan di SDLB.………25

4. Konsep Pembelajaran Sains.………..………25

5. Pembelajaran Konsep Gerak Benda.………...26

D. Pendekatan Contextual Teaching and Learning Dalam Mata Pelajaran Sains Pada Anak Tunarungu ...………...28

E. Kerangka Berfikir………....29

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian………....31

B. Setting Penelitian………..…….……....32

1. Setting Penelitian.………...………...32

2. Subjek Penelitian.………..………32

C. Siklus Tidakan……….…....32

1. Uraian Siklus I……….…......33

2. Uraian siklus II……….….....35

D. Variabel Penelitian……….……...36

1. Konsep Variabel……….…...36

2. Definisi Operasional Variabel………...37

E. Instrumen Pengumpulan Data………..39


(7)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Observasi Pengamatan………...39

F. Teknik Analisis Data………...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...………...…42

1. Temuan Tindakan Siklus 1 aspek Guru dan Siswa………...43

2. Temuan Tindakan Siklus 2………50

B. Pembahasan Hasil Penelitian.………..57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...…………...59

B. Saran………..………..60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(9)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Tunarungu………15

Tabel 4.1 Indikator ketercapaian guru……….…...45

Tabel 4.2 Pengamatan Peserta didik………...47

Tabel 4.3 Skor Hasil Tes Siklus I………48

Tabel 4.4 Indikator ketercapaian guru siklus II...………52

Tabel 4.5 Pengamatan Peserta didik………54


(10)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan PTK Kemmis dan McTaggart ...33


(11)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan pendidikan guna menjawab tantangan zaman serta kemajuan teknologi yang semakin pesat. Untuk dapat membekali diri dengan berbagai macam keterampilan dasar, dibutuhkan lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dasar dimana pendidikan di SDLB diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan pegetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan guna mempersiapkan diri mengikuti pendidikan selanjutnya

Kualitas pendidikan di SDLB tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru yang mengajar didepan kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mampu mengelola proses pembelajaran, penguasaan materi, penggunaann metode dan alat peraga yang tepat serta memotivasi siswa untuk belajar sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang efektif dan efesien. Pendidikan di sekolah dasar luar biasa memerlukan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satu disiplin ilmu itu adalah (Sains). Darmojo (1996) mengemukakan bahwa Sains sangat diperlukan oleh siswa SDLB, karena pembelajaran Sains dapat memberikan pencapaian pendidikan dasar selanjutnya.

Pembelajaran Sains yang tepat bagi siswa SDLB adalah harus sesuai dengan struktur kognitif anak, yaitu materi Sains harus menyederhanakan konsep yang terstruktur sehingga mereka bisa membangun sendiri pola pikir maupun ide-ide tentang peristiwa alam yang diperoleh dari pengalaman mereka, karena proses perkembangan belajar siswa SDLB memiliki kecenderungan beranjak dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak (nyata), yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu kebutuhan melalui serangkaian proses.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada prapenelitian tarhadap guru dan siswa kelas III SDLB Muhammadiyah Kota Bandung ditemukan beberapa permasalahan pada Pembelajaran Sains yaitu (1) masih


(12)

2

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adanya guru yang terkadang mengandalkan hasil peroses pembelajaran hanya berdasarkan kepada faktor ingatan siswa, dalam hal ini pembelajaran terfokus kepada materi yang disampaikan oleh guru kemudian guru menekankan kemampuan mengingat kepada siswa, akan tetapi pembelajaran seperti ini tidak efektif dalam mengukur kemampuan yang dicapai oleh siswa karena kemampuan siswa dalam memahami sebuah materi pembelajaran dikelas sangat berbeda-beda, baik antara siswa satu dengan siswa yang lainnya (2) kurangnya pelaksaanan pratikum yang dilakukaan dalam pelaksanaan pembelajaran sains. (3) fokus penyajian materi selalu menggunakan metode ceramah sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran terbatas, tidak lain hanya mendengarkan dan menyalin sehinggga mengakibatkan siswa bosan dan jenuh, dan berdampak kepada penurunan prestasi pada siswa (4) Guru dalam mengajarkan Sains hanya mengejar target kurikulum tanpa memperhatikan akan konsep yang diajarkan sudah dapat dipahami oleh siswa atau belum.

Rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran sains terutama dalam materi gerak benda, ini terlihat dari ketidak mampuan siswa dalam menyelesaikan tes awal pada soal latihan sains materi gerak benda. Adapuan hasil tes awal ini diikuti siswa sebanyak 4 orang kelas III SLB Muhammadiyah, telah terungkap bahwa hasil dari tes awal diperoleh skor nilai keseluruhan 42% yang dikategorikan sangat kurang (SK). Dimana siswa SLB yang berinisial KU mendapatkan skor 45, siswa yang berinisial TA mendapatkan skor 50, siswa yang berinisial RI mendapatkan skor 40, dan siswa yang berinisial MA mendapatkan skor 45, dari keseluruhasn siswa tidak ada yang mencapai KKM minimum 6.

Dari hasil perolehan tes awal dapat dilihat terjadi ketidak tercapainya dengan target nilai yang diharapkan karena dari ke empat siswa tidak ada satupun yang mencapai skor minimum 6, untuk itu sangat diperlukannya perubahan cara dalam kegiatan belajar dan mengajar dikelas baik dari segi siswa maupun pendidik di SDLB Muhammadiyah kelas III.


(13)

3

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini disebabkan bahwa guru hanya menekankan pembelajaran faktor ingatan, sehingga kurang pelaksaanan pratikum, fokus penyajian materi selalu menggunakan metode ceramah sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran terbatas, tidak lain hanya mendengarkan dan menyalin sehingga mengakibatkan siswa bosan dan jenuh, dalam mengajarkan sains guru hanya sekedar menyampaikan materi tanpa memperhatikan akan konsep yang diajarkan sudah dapat dipahami oleh siswa atau belum, selain itu guru tidak melakuka inovasi-inovasi dalam pembelajaran di kelas, seperti penggunaan metode dan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan materi yang di ajarkan dan kemampuan anak. Kelemahan ini harus segerah diatasi dengan menyadari betul sebenarnya hakekat Sains yang sesunguhnya karena penting bagi siswa untuk memahami konsep gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan terdapat banyak sekali bentuk-bentuk pendekatan dalam pembelajaran untuk menyapaikan materi dalam proses belajar di kelas, terdapat salah satu pendekatan pembelajaran yang membuat tertarik peneliti, pendekatan tersebut yaitu Contextual Teaching and Learning atau yang sering kita sebut CTL. Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata murid dan mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga (US Departement of Education, 2001)

Untuk itu dalam memperbaiki suasana belajar dan dalam meningkatkan hasil belajar di SDLB Muhammadiyah kelas III, seperti yang digambarkan sebelumnya maka peneliti menawarkan Salah satu pendekatan yang dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk mengelola dan mengkonstruksi pemikirannya sendiri dan menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain yang ada dilingkungan alam sekitarnya, sehingga memperoleh suatu pemahaman terhadap objek yang diamati adalah pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) memungkinkan peserta didik berfikir kreatif menghubungkan antara hal-hal yang berbeda yang telah ada, kemudian membandingkan dengan fenomena-fenomena yang ada dilingkungannnya


(14)

4

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga memunculkan ide atau pandangan yang baru.Sejalan dengan itu Elaine (2006: 216) mengemukakan bahwa “CTL melatih anak berfikir kreatif

menghubungkan sesuatu yang tampak tidak berhubungan sehingga menemukan pola baru dalam berfikir”. Melalui Pembelajaran Contextual Teaching Learning juga

dapat membantu guru mengaitkan antara materi gerak benda dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih menarik bagi peserta didik, dan dapat meningkatkan kreativitas murid memahami konsep gerak benda dengan baik.

Pemilihan model dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching

Learning ini adalah untuk mengutamakan keaktifan siswa, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas, menggunakan alat peraga untuk melakukan percobaan agar motifasi belajar siswa meningkat lebih efektif dan efesien sehingga cocok diterapkan pada materi gerak benda.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul penelitian

“Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL) untuk

meningkatkan pemahaman konsep gerak benda pada mata pelajaran sains siswa tunarungu kelas III di SLB Muhammadiyah Kota Bandung.

B.Sasaran Tindakan

Sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru kelas yang belum menggunkan pendekatan pembelajaran serta peserta didik tunarungu kelas III di SLB Muhammadiyah Jl. Sukagalih No. 119 Sukajadi Bandung, yang berjumlah 4 orang.

C.Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian tindakan ini adalah “Apakah Penerapan pendekatan


(15)

5

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gerak benda pada mata pelajaran sains siswa tunarungu kelas III di SLB

Muhammadiyah Kota Bandung.?”.

D.Hipotesis Tindakan

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 64) „Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.‟ Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning(CTL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep gerak benda pada siswa tunarungu kelas III di

SLB Muhammadiyah Kota Bandung”

E.Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep gerak benda pada siswa tunarungu kelas III di SLB Muhammadiyah Kota Bandung melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching

Learning(CTL). 2. Manfaat

a. Manfaat Teoretis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru dan peneliti memiliki pengetahuan tentang teori pembelajaran yang dijadikan acuan untuk meningkatkan pemahaman konsep gerak benda melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and


(16)

6

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan guru SDLB mendapat pengalaman secara langsung dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran konsep gerak benda seperti gerak menggelinding, gerak memantul dan gerak berputar.

2) Hasil penelitian ini diharapkan peneliti mendapat pengalaman nyata dan dapat menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning jika menjadi guru di SLB jenjang apapun.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman murid terhadap konsep gerak benda.


(17)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah classroom action research atau sering disebut dengan penelitian tindakan kelas.Metode Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Bentuk penelitian yang digunakan pada laporan ini adalah PTK (Classroom Action Research).

Melalui PTK ini guru dapat meneliti kegiatannya, di kelasnya sendiri, melibatkan siswanya, melalui tindakan-tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. PTK dapat dilaksanakan tanpa mengorbankan pembelajaran, guru tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya karena PTK dapat dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan sehari-hari, justru dengan pelaksanaan PTK guru dapat meningkatkan kualitas proses dan produk pembelajarannya. Dengan melalui PTK, guru juga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi. Dengan pengahayatan ini, guru diharapkan menyadari bahwa beberapa praktik pembelajaran tertentu seperti pemilihan bahan bacaan atau menghitung yang kurang merangsang minat siswa, pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat, dan cara guru bertanya kepada siswa tidak dapat merangsang siswa untuk berpikir, dan sebagainya diperlukan tindakan untuk memperbaiki keadaan tersebut melalui PTK.


(18)

32

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini berlokasi di SLB Muhammadiyah Jl. Sukagalih No119 B Sukajadi Kota Bandung

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SLB Muhammadiyah tahun pelajaran 2012/2013.adapun jumlah siswa dimaksud adalah 4 orang siswa, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan sebanyak 2 siswa perempuan

C.Siklus Tindakan

Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:4) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam empat tahapan yang bersifat spiral dan siklus tahapan tersebut meliputi: rancangan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan keterangan di atas dikatakan bahwa: Pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati atau mengobservasi proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakanyang telah dilakukan.

Jika hasil refleksi menunjukan perlu adanya perbaikan atas tindakan pertama, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi pada tindakan selanjutnya. Tindakan yang dilaksanakan selanjutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya tetapi memperbaiki dan menyempurnakannya menjadi rencana yang lebih baik. Hal ini dilakukan sebagai siklus kedua. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti ini benar-benar dapat dipecahkan secara optimal sebagai upaya peningkatan hasil pembelajaran. Langkah pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:


(19)

33

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rencana Tindakan Tindakan I Observasi Refleksi Rencana Tindakan Tindakan II Observasi Refleksi Tindakan Selanjutnya

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2)

1. Uraian Siklus I

Setelah diperoleh kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa tunarungu mengenai pemahaman konsep gerak benda dalam mata pelajaran sains, maka dilakukan tindakan kelas tahap ke-I. dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning yaitu melakukan percobaan langsung tentang konsep gerak benda seperti: gerak menggelinding, gerak jatuh, dll. Tahap perencanaan ini dilakukan kegiatan merefleksi awal, menetapkan dan merumuskan rencangan tindakan, serta memberikakan arahan dan bimbingan kapada pengamat dan teman sejawat tentang sistim pembelajaran.

-Melakukan Pengamatan kegiatan

-Mengisi Pedoman Obsevassi

-Melakukan ujicoba dalam melihat kemampuan siswa -Merumuska rancangan tindakan

-Melakukan Pengamatan kegiatan

-Mengisi Pedoman

Obsevassi -Mengevaluasi

-Menganalisis -menyimpulkan hasil pengamatan

-Merencanakan Siklus Selanjutnya

Melakukan ujicoba dalam melihat kemampuan siswa -Merumuska rancangan tindakan

-melakukan pendekatan Contextual Teacing and Learning -Mengevaluasi -Menganalisis -menyimpulkan hasil pengamatan -Merencanakan Siklus Selanjutnya


(20)

34

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran di kelas seperti menyiapkan RPP mata pelajaran sains materi gerak benda, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman tes

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peneliti mengajarkan siswa tunarungu di kelas III pada mata pelajaran sains materi konsep gerak pada siklus I ini peneliti belum menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan-pengamataan selama kegiatan berlangsung dengan mengisi lembar observasi

d. Refleksi I,

Pada tahap ini adalah serangkaian tindakan dalam penelitian yang mencakup kegiatan menganalisis, mamahami, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil pengamatan. Peneliti akan menganalisis dan merenungkan hasil tindakan, dimana dari hasil refleksi ini akan menjadi informasi tentang sesuatu yang terjadi dan perlu ditindaki selanjutnya dalam merencanakan tindakan selanjutnya.

Langkah yang terakhir dalam prosedur penelitian tindakan ini adalah mengadakan refleksi (renungan) dari tahap hasil yang telah dicapai pada setiap percobaan. Refleksi ini dapat di lakukan dengan mengadakan opservasi selama proses dan selesainya pembelajaran yang terdiri dari aktifitas guru maupun siswa. Apabila hasil pencapaian pasca sikluas pertama belum sesuai dengan indikator atau target yang di inginkan misalnya 70% keatas yang telah direncanakan, maka penelitian disini dapat melakukukan perbaikan dengan cara bermusyawara dan berkaleborasi dengan guru dalam pertemuan bersama tentang jalan alternatif yang baik untuk memecahkan masaalah, kemudian selanjutnya dapat direncankan tindakan perbaikan berikutnya.

Untuk keberhasilan pembelajaran khususnya pada gerak benda adalah dari guru yang menyampaikan informasi pembelajaran, kemudian siswa yang


(21)

35

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termotivasi untuk belajar. Keberhasilan aspek guru dapat di lihat dari kemampuan merencanakan pembelajaran khususnya pada gerak benda, yaitu pada awal, inti, dan akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Sedangkan kriteria keberhasilan siswa adalah dapat dilihat pada proses pembelajaran dan hasil yang dicapai dalam pemahaman konsep pembelajaran gerak benda. Subjek yang akan dinilai dapat diklasifikasikan dan ditentukan berdasarkan kategori, yaitu Sangat baik (SB), kualifikasi Baik (B), Kualifikasi Cukup (C), Kualifikasi Kurang (K), dan kategori Sangat Kurang (ST)

2. Siklus II

Siklus II terdiri dari dua tindakan yaitu tindakan 1 dan 2.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran di kelas seperti menyiapkan RPP mata pelajaran sains materi gerak benda, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman tes

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peneliti mengajarkan siswa tunarungu di kelas III pada mata pelajaran sains materi konsep gerak pada siklus II ini peneliti sudah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk melihat perbedaan hasil antara siklus I dan siklus II

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan-pengamataan selama kegiatan berlangsung dengan mengisi lembar observasi

d. Refleksi I,

Pada tahap ini adalah serangkaian tindakan dalam penelitian yang mencakup kegiatan menganalisis, mamahami, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil pengamatan. Peneliti akan menganalisis dan merenungkan hasil tindakan, dimana dari hasil refleksi ini akan menjadi informasi tentang sesuatu yang terjadi dan perlu ditindaki selanjutnya dalam merencanakan tindakan selanjutnya.


(22)

36

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah yang terakhir dalam prosedur penelitian tindakan ini adalah mengadakan refleksi (renungan) dari tahap hasil yang telah dicapai pada setiap percobaan. Refleksi ini dapat di lakukan dengan mengadakan opservasi selama proses dan selesainya pembelajaran yang terdiri dari aktifitas guru maupun siswa. Apabila hasil pencapaian pasca sikluas pertama belum sesuai dengan indikator atau target yang di inginkan misalnya 70% keatas yang telah direncanakan, maka penelitian disini dapat melakukukan perbaikan dengan cara bermusyawara dan berkaleborasi dengan guru dalam pertemuan bersama tentang jalan alternatif yang baik untuk memecahkan masaalah, kemudian selanjutnya dapat direncankan tindakan perbaikan berikutnya.

Untuk keberhasilan pembelajaran khususnya pada gerak benda adalah dari guru yang menyampaikan informasi pembelajaran, kemudian siswa yang termotivasi untuk belajar. Keberhasilan aspek guru dapat di lihat dari kemampuan merencanakan pembelajaran khususnya pada gerak benda, yaitu pada awal, inti, dan akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Sedangkan kriteria keberhasilan siswa adalah dapat dilihat pada proses pembelajaran dan hasil yang dicapai dalam pemahaman konsep pembelajaran gerak benda. Subjek yang akan dinilai dapat diklasifikasikan dan ditentukan berdasarkan kategori, yaitu Sangat baik (SB), kualifikasi Baik (B), Kualifikasi Cukup (C), Kualifikasi Kurang (K), dan kategori Sangat Kurang (ST)

D.Variabel Penelitian 1. Konsep Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah subjek yang sifatnya berhubungan, yang satu mempengaruhi yang lainnya. Adapun variabel dalam penelitian ini, terdiri dari dua variabel yaitu :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, independen, atau prediktor. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang


(23)

37

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2008:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, atau karena adanya variable bebas (Sugiono, 2008:39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep gerak benda pada siswa tunarungu kelas III di SLB Muhammadiyah Kota Bandung.

2. Definisi Operasional Variabel a.Variable bebas

Adapun komponen utama dalam penerapan pendekatan contextual teaching and

learning adalah sebagai berikut

1) Konstruktivisme ( Contractivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL. Maksud konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

2) Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasi dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apaun materi yang diajarkannya.

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.


(24)

38

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain..

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajarn dengan pendekatan CTL untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang diterima, refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assesmen)

Asesmen otentik adalah penilaian yang dilakukan secara konperhensif berkenaan dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian otentik seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga menjadi objektif.

b. Variable terikat

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep gerak benda peserta didik tunarungu mampu mengerti dan memahami jenis jenis gerak pada benda seperti:

1. Gerak menggelinding

2. Gerak berputar


(25)

39

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus mengenal apa yag akan diteliti dan secara langsung melakukan seluruh kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti tes dan observasi, kemudian menganalisis dan menginterprestasikan data yang telah diperoleh

1. Teknik Tes (Tulisan, dan Perbuatan)

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu tes awal (pre-test) yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran, dan tes akhir (post test) berupa tes tulisan, tulisan dan perbuatan dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Pada siklus Itindakan I sebelum pembelajaran dimulai berikan tes awal (pre test), dan tes keterampilan proses sebanyak materi yang diberikan. Siklus I tindakan 2 diberikan tes tulisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal.Pada siklus II tindakan 1 dan tindakan 2 diberikan tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal.Tes ini tujuannya untuk dijadikan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

2. Observasi Pengamatan

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap subyek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.

Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru dan siswa maupun situasi kelas dengan menggunakan lembar observasi berbentuk daftar cek, dan diisi oleh observer.


(26)

40

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan tes yang berupa soal atau instrument soal mengenai kemampuan siswa selama pembelajaran tes diadakan untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan. Melalui kegiatan refleksi setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Data yang akan dianalisis adalah hasil tes serta sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran, oleh sebab itu jenis data yang akan dianalisis meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil pre tes dan tes setelah tindakan. a. Mempresentase hasil pre tes.

b. Mempresentase hasil tes pada kondisi setelah dilakukan tindakan, dengan penskoran menggunakan kriteria mutlak sebagai berikut:

Skor perolehan

--- x 100 Skor ideal/maksimum

c. Menghitung persentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Rumus yang digunakan menghitung tingkat penyerapan kelas terhadap materi gerak benda adalah sebagai berikut:

Jumlah persentase jawaban yang benar yang dicapai setiap siswa dalam tes keseluruan

x 100 Jumlah siswa yang mengikuti tes

d. Membuat tabel untuk skor yang diperoleh dari hasil sebelum tindakan dan hasil tes setelah tindakan.


(27)

41

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menganalisis data peningkatan proses pembelajaran yang bersifat kualitatif.

a. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang dianggap pokok/penting yang terjadi di lapangan. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya

b. Display Data.

Sajian data merupakan kegiatan yang penting dilakukan, karena melalui sajian data inilah seluruh kejadian dalam penelitian dapat dipahami dan akan menjadi landasan peneliti dalam merencanakan langkah kerja selanjutnya. Dalam penelitian kualitatif/data-data kualitatif mendisplaykan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, maupun hubungan antar kategori.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi.

Seorang peneliti harus dapat menarik kesimpulan tentang data yang telahterkumpul, hal ini bertujuan agar dapat memastikan terjawab dan tidaknya rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti temuan tersebut akan menjadi jelas.

Penarikan kesimpulan oleh seorang peneliti yang didasarkan pada verifikasi data atau yang didukung oleh data-data yang memadai, akan menjadikan kesimpulan tersebut menjadi suatu kesimpulan yang kredibel.


(28)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada temuan awal didapati bahwa kemampuan siswa tunarungu di SLB Muhammadiyah kota Bandung belum mampu memahami konsep gerak benda, Hal ini diduga karena cara pengajaran atau metode yang digunakan oleh selalu menggunakan metode mengajar yang konvensional (ceramah), tanya jawab dan penugasan. Berangkat dari fenomena tersebut peneliti berinisiatif membantu dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep gerak benda dengan menggunakan pendekatan contextual Teaching and Learning atau yang biasa disebut dengan CTL.

Pendekatan contextual Teaching and Learning adalah pendekatan yang diduga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep gerak benda, peneliti selaku guru kelas menyusun rencana tindakan berdasarkan permasalahan di lapangan, seperti bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat pedoman observasi dan menyusun alat evaluasi. Tahap ini peneliti melakukan observasi awal yang berkaitan dengan situasi belajar dan kemampuan awal peserta didik. Tahap selanjutnya yaitu melaksanakan tindakan dengan melakukan proses pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dengan menggunakan pendekatan contextual

Teaching and Learning . Pelaksanaan pendekatan ini dilakukan melalui II siklus,

pada setiap siklus yang dilakukan terdapat peningkatan yang signifikan tidak hanya dari nilai tetapi siswa mampu memahami setiap materi itu sendiri.

Ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan contextual Teaching and

Learning mampu meningkatkan kemampuan siswa tunarungu kelas III SLB


(29)

60

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan Contextual Teaching and

Learning dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan gerak benda peserta

didik SDLB. Oleh sebab itu, pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga yang berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia, maka dari itu pihak sekolah alangkah lebih baik jika mengembangkan pendekatan CTL ini dalam seluruh mata pelajaran sebagai alternatif metode pembelajaran yang efektif.

2. Guru

Kepada guru SLB, agar menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai salah satu alternatif meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran gerak benda di SLB dan diharapkan dapat mengembangkan pendekatan CTL dalam pelajaran Sains dengan object yang berbeda.

3. Peneliti Lain

Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning diketahui mampu meningkatkan pemahaman peserta didik

dalam memahami gerak benda. Peneliti menyadari dalam penelitian ini memiliki kekurangan yang tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian ulang dengan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam mata pelajaran sains yang lainnya, misal:


(30)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abruscatto, J. 1992. Teaching Children Science. Boston: Allyn and Bacon. Ardhana, 1999. Instumen Ilmu SAINS di Sekolah Dasar. Jakarta : Bima Cipta Damyati, Dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran..Jakarta:Depdikbud.

Darmajo, Hendro, dkk. 1991/1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud

Herman, Tatang. 2001. Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Kegiatan

Kolaborasi Penelitian Tindakan. Jakarta: Japan International Cooperation

Agency Directorate General of Higherducation Departement of National Education

Khaeruddin dan Sujono, E. H. 2005. Pembelajaran SAINS (IPA) Berdasarakan

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2006. Mata Pelajaran IPA untuk

Tingkat SD/MI. Jakarta Depdiknas.

Mangunwijaya. 1998. Berbagai pendekatan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Narbuko, C dan Abu Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Rifai, Arman. 1998. Stategi Belajar Mengajar Pendidikan SAINS. Bandung

Remaja Rosdakarya

Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran

Dalam Keluarga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Somad, P dan Tati Hernawati. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Taggart. 1998. Theaction Research Plammer. Deaking Universitas Press.

Thamrin, Hartoyo. 1995. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan SAINS di


(31)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas

Semiawan, Conny. 1985. Contextual teaching and learning. Jakarta : Gramedia Sidharta, Priguna. 1998. Metode Inquiri Dalam Pengajaran Ilmu SAINS. Jakarta :

Rajawali Pers.

Sumardi Yosaphat,dkk. 2007. Konsep Dasar IPA .Jakarta: Unuversitas Terbuka. Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung PT Remaja

Rosdakarya.

Widyatiningtyas, Reviandari. 2008. Peranan Guru dalam Melakukan Penilaian

Keterampilan Proses. (Online), http: // educare.e-fkipunla.net. (diagses 17

februari 2013)

Umaedi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Kependidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.


(1)

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan tes yang berupa soal atau instrument soal mengenai kemampuan siswa selama pembelajaran tes diadakan untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan. Melalui kegiatan refleksi setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Data yang akan dianalisis adalah hasil tes serta sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran, oleh sebab itu jenis data yang akan dianalisis meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil pre tes dan tes setelah tindakan. a. Mempresentase hasil pre tes.

b. Mempresentase hasil tes pada kondisi setelah dilakukan tindakan, dengan penskoran menggunakan kriteria mutlak sebagai berikut:

Skor perolehan

--- x 100 Skor ideal/maksimum

c. Menghitung persentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Rumus yang digunakan menghitung tingkat penyerapan kelas terhadap materi gerak benda adalah sebagai berikut:

Jumlah persentase jawaban yang benar yang dicapai setiap siswa dalam tes keseluruan

x 100 Jumlah siswa yang mengikuti tes

d. Membuat tabel untuk skor yang diperoleh dari hasil sebelum tindakan dan hasil tes setelah tindakan.


(2)

41

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menganalisis data peningkatan proses pembelajaran yang bersifat kualitatif.

a. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang dianggap pokok/penting yang terjadi di lapangan. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya

b. Display Data.

Sajian data merupakan kegiatan yang penting dilakukan, karena melalui sajian data inilah seluruh kejadian dalam penelitian dapat dipahami dan akan menjadi landasan peneliti dalam merencanakan langkah kerja selanjutnya. Dalam penelitian kualitatif/data-data kualitatif mendisplaykan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, maupun hubungan antar kategori.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi.

Seorang peneliti harus dapat menarik kesimpulan tentang data yang telahterkumpul, hal ini bertujuan agar dapat memastikan terjawab dan tidaknya rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti temuan tersebut akan menjadi jelas.

Penarikan kesimpulan oleh seorang peneliti yang didasarkan pada verifikasi data atau yang didukung oleh data-data yang memadai, akan menjadikan kesimpulan tersebut menjadi suatu kesimpulan yang kredibel.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada temuan awal didapati bahwa kemampuan siswa tunarungu di SLB Muhammadiyah kota Bandung belum mampu memahami konsep gerak benda, Hal ini diduga karena cara pengajaran atau metode yang digunakan oleh selalu menggunakan metode mengajar yang konvensional (ceramah), tanya jawab dan penugasan. Berangkat dari fenomena tersebut peneliti berinisiatif membantu dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep gerak benda dengan menggunakan pendekatan contextual Teaching and Learning atau yang biasa disebut dengan CTL.

Pendekatan contextual Teaching and Learning adalah pendekatan yang diduga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep gerak benda, peneliti selaku guru kelas menyusun rencana tindakan berdasarkan permasalahan di lapangan, seperti bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat pedoman observasi dan menyusun alat evaluasi. Tahap ini peneliti melakukan observasi awal yang berkaitan dengan situasi belajar dan kemampuan awal peserta didik. Tahap selanjutnya yaitu melaksanakan tindakan dengan melakukan proses pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, dengan menggunakan pendekatan contextual Teaching and Learning . Pelaksanaan pendekatan ini dilakukan melalui II siklus, pada setiap siklus yang dilakukan terdapat peningkatan yang signifikan tidak hanya dari nilai tetapi siswa mampu memahami setiap materi itu sendiri.

Ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan contextual Teaching and Learning mampu meningkatkan kemampuan siswa tunarungu kelas III SLB muhammadiyah dalam dalam memahami konsep gerak benda.


(4)

60

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan gerak benda peserta didik SDLB. Oleh sebab itu, pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga yang berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia, maka dari itu pihak sekolah alangkah lebih baik jika mengembangkan pendekatan CTL ini dalam seluruh mata pelajaran sebagai alternatif metode pembelajaran yang efektif.

2. Guru

Kepada guru SLB, agar menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai salah satu alternatif meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran gerak benda di SLB dan diharapkan dapat mengembangkan pendekatan CTL dalam pelajaran Sains dengan object yang berbeda.

3. Peneliti Lain

Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning diketahui mampu meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami gerak benda. Peneliti menyadari dalam penelitian ini memiliki kekurangan yang tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian ulang dengan penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam mata pelajaran sains yang lainnya, misal:


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abruscatto, J. 1992. Teaching Children Science. Boston: Allyn and Bacon. Ardhana, 1999. Instumen Ilmu SAINS di Sekolah Dasar. Jakarta : Bima Cipta Damyati, Dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran..Jakarta:Depdikbud.

Darmajo, Hendro, dkk. 1991/1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud

Herman, Tatang. 2001. Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Kegiatan Kolaborasi Penelitian Tindakan. Jakarta: Japan International Cooperation Agency Directorate General of Higherducation Departement of National Education

Khaeruddin dan Sujono, E. H. 2005. Pembelajaran SAINS (IPA) Berdasarakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2006. Mata Pelajaran IPA untuk Tingkat SD/MI. Jakarta Depdiknas.

Mangunwijaya. 1998. Berbagai pendekatan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Narbuko, C dan Abu Achmadi. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Rifai, Arman. 1998. Stategi Belajar Mengajar Pendidikan SAINS. Bandung

Remaja Rosdakarya

Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran

Dalam Keluarga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Somad, P dan Tati Hernawati. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Taggart. 1998. Theaction Research Plammer. Deaking Universitas Press.


(6)

Dwi Sapti Artini, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KONSEP GERAK BENDA DALAM MATA PELAJARAN SAINS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS III

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas

Semiawan, Conny. 1985. Contextual teaching and learning. Jakarta : Gramedia Sidharta, Priguna. 1998. Metode Inquiri Dalam Pengajaran Ilmu SAINS. Jakarta :

Rajawali Pers.

Sumardi Yosaphat,dkk. 2007. Konsep Dasar IPA .Jakarta: Unuversitas Terbuka. Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung PT Remaja

Rosdakarya.

Widyatiningtyas, Reviandari. 2008. Peranan Guru dalam Melakukan Penilaian Keterampilan Proses. (Online), http: // educare.e-fkipunla.net. (diagses 17 februari 2013)

Umaedi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Kependidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

0 26 194

PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI DALAM Penerapan Metode Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Dalam Pembelajaran Ipa Kelas V Di Sdn Pakis Kecamatan Tambakromo.

0 0 17

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 37

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA.

0 1 25

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD.

0 3 29

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA.

0 4 48

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 54

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN.

0 1 62