PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS FISIOLOGI di BPS WIJI UTAMI SIDOARJO

  

PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN FLOUR

ALBUS FISIOLOGI di BPS WIJI UTAMI SIDOARJO

  

Sri Wardini Puji Lestari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Email: sriwardinipujilestari@gmail.com

  

Abstrak

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi kombinasi dengan kejadian flour albus fisiologi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancang bangun secara cross sectional. Variabel penelitian ini adalah pemakai kontrasepsi hormonl dan kejadian fluor albus fisiologi. Populasi adalah semua akseptor kontrasepsi hormonal sejumlah 80 orang. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Data dianalisis dan di uji dengan menggunakan uji Statistik Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemakai kontrasepsi kombinasi sebanyak 35 responden dan 23 responden (31,9 %) mengalami kejadian flour albus fisiologi. Hasil dari uji statistik denganuji chi kuadrat

  (X²) dengan α = 0,05 didapatkan hasil X 2 hitung (5,595) ≥ X 2 tabel (2,349) sehingga H1 diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi dengan kejadian flour albus

  

fisiologi . Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih bermakna peneliti membuat tabulasi silang

  antara data umum dan data khusus.Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa sebagian besar dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun mengalami flour albus fisiologi. Disarankan kepada para responden pemakai kontrasepsi hormonal harusnya juga melakukan perilaku sehat seperti personal hygiene agar kondisi kesehatan reproduksi tidak mudah terserang penyakit.

  Kata Kunci : Pemakaian Kontrasepsi Hormonal, Fluor Albus.

1. PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 237 juta jiwa.Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor penambah bagi jumlah penduduk.Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai sejak tahun 1968. Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi keinginan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum, 2009).

  Keberhasilan tujuan tersebut sangat ditentukan oleh peningkatan pemakaian kontrasepsi KB, yang salah satunya adalah metode kontrasepsi hormonal Selain memberikan dampak positif, KB Hormonal juga memiliki efek samping salah satunya adalah Flour Albus (Artikel dr. Michelle Angelina, 2012)

  Peserta KB Baru secara nasional sampai pada tahun 2013 sebanyak 9.388.374 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut 706.102 peserta IUD (7,52%), 131.053 peserta MOW (1,40%), 27.680 peserta MOP (0,29%), 766.461 peserta Kondom (8,16%), 806.532 peserta Implant (8,59%), 4.406.898 peserta Suntikan (46,94%), dan 2.543.648 peserta Pil (27,09%). (BKKBN, 2013). Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2013 75,88%. Jawa Timur pada bulan Juni 2013, sebanyak 666.327 peserta atau 61,73 persen (BKKBN Provinsi Jatim, 2013). Menurut Hanafiah TM (2000) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), 18,5% pada pengguna pil dan14,0% pada pengguna KB suntik. Setelah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 22-23 Februari 2017 di BPS Wiji Utami Sidoarjo di dapat data sebanyak 10 orang pemakai metode kontrasepsi hormonal, yang mengalami kejadian flour albus sebanyak 6 orang dan keenam orang tersebut semuanya mengalami kejadian flour albus fisiologi.

  Penggunaan kontrasepsi hormonal akan mengubah kondisi hormon yang dapat berefek pada perubahan PH vagina. Perubahan ini menggunakan data sekunder yaitu buku register KB dan kuisioner. Lokasi penelitian di BPS Wiji Utami Desa Pagerngumbuk Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo, tanggal 13 Mei – 27 Mei 2017. Analisa Univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai jumlah masing- masing variabel dengan ukuran proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square (X 2 )untuk membuktikan apakah variabel bebas benar- benar mempengaruhi variabel tergantung atau tidak.

  simple random sampling . Instrumen

  CandidaAlbicans atau bakteri Hemophilius Vaginalis . Flour Albus terjadi karena

  peningkatan sekresi normal vagina, penebalan mukus dalam saluran leher rahim memberatkan kekambuhan keputihan dan mempermudah perkembangan jamur. Setelah itu dikarenakan dengan glikogen dalam mukus vagina bertambah dan lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat sehingga menyebabkan lingkungan asam dimana

  candida albicans dapat tumbuh dengan subur (Hanafi, 2004).

  Setelah mempelajari penyebab dan dampak negatif yang dapat terjadi pada akseptor kontrasepsi hormonal dengan timbulnya keputihan atau Flour Albus. Maka tenaga kesehatan harus memberikan pendidikan kepada para akseptor tentang perlunya personalhygiene atau menjaga kebersihan diri seperti sering membersihkan alat kelamin dan mengganti celana dalam setiap hari agar terhindar dari perkembangan jamur dan terhindar dari keputihan yang lebih berat, bila perlu diadakan penyuluhan yang menyeluruh kepada seluruh akseptor KB baik yang terkait dengan kesehatan alat reproduksi, kesehatan ibu dan anak dan pola hidup sehat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemakaian KB hormonal dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS Wiji Utami Sidoarjo 2.

KAJIAN LITERATUR

  Efek Samping kontrasepsi hormonal diantaranya: mual, kenaikan (Artikel dr. Michelle Angelina, 2012).Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat

  Diketahui bahwa dari 72 responden sebagian besar adalah pemakai Kontrasepsi Non kombinasi sebanyak 37 responden (51,4%) dan yang menggunakan Kontrasepsi Kombinasi sebanyak 35 responden (48,6%). Penggunaan Kontrasepsi hormonal dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, jumlah anak, ketersediaannya pelayanan kontrasepsi, dukungan keluarga (Simbolon, 2010).

  4.1. Pemakai Kontasepsi Hormonal

  dapat menyebabkan bergesernya keseimbangan populasi flora normal vagina dan menimbulkan gangguan keputihan, keputihan biasanya disebabkan oleh jamur

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  3. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dalam bentuk crossectional. Seluruh ibu yang menggunakan KB Hormonal di BPS Wiji Utami Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada bulan Januari – April 2017 dengan jumlah 80 orang. Perhitungan besar sampel dengan rumus pada α = 0.05 diperoleh sampel sebesar 72 orang. Teknik sampling yang dipakai pada penelitian ini secara probability sampling dengan teknik

  • – alat genital yang tidak berupa darah (Wiknjosastro, 2005). Flour

  lamanya pemakaian hormon kombinasi dan juga dengan kadar estrogen yang lebih tinggi.Sebabnya : Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan yang asam dimana subur.Penelitian di Inggris menunjukkan akseptor metode kontrasepsi kombinasi mempunyai risiko 1,2 x lebih besar untuk mendapatkan infeksi jamur Candidiasis dibandingkan tanpa KB, tetapi lebih terlindung terhadap infeksi parasit Trichomoniasis risikonya 0,7 x (Hanifa, 2004).

  bukan pemakai hormonal kombinasi dan flour

  Albus meningkat kira-kira 50 % dibandingkan

  Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mengunakan kontrasepsi hormonal jenis non kombinasi yaitu jenis suntik 3 bulan dan implan, karena jenis metode ini lebih banyak tersedia ditempat pelayanan, efektifitas tinggi dan jangka waktu pemakaian yang cukup lama

  albus makin sering timbul dengan semakin

  Data dari 72 responden sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia dengan pemakai Kontrasepsi Hormonal dapat diketahui bahwa responden berusia 20-35 tahun lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal jenis kombinasi sebanyak responden 32 (91,4%) dan 3 responden (8,6%) menggunakan kontrasepsi hormonal jenis non kombinasi.

  flour albus fisiologi sebanyak 35 responden (94,5%).

  Flour Albus meningkat kira-kira 50 % dibandingkan bukan pemakai kontrasepsi hormonal dan flour albus makin sering timbul dengan semakin lamanya pemakaian KB hormonal dan juga dengan kadar estrogen

  Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44 responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara lama pemakaian dengan kejadian flour albus fisiologi dapat diketahui bahwa responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun lebih banyak mengalami flour albus fisiologi sebanyak 33 responden (71,7%).

  dengan usia yang reproduktif, hormon dalam tubuh masih berlangsung sangat baik tetapi dengan ditambahnya pemakaian kontrasepsi hormonal, akan mengubah kondisi hormonal yang dapat berefek pada perubahan PH vagina.

  flour albus fisiologi , diakibatkan karena

  Sebagian besar responden pada kejadian

  Keputihan pada wanita ternyata tidak hanya diderita wanita dewasa, melainkan bisa menyerang wanita berbagai umur atau dalam kata lain keputihan pada wanita tidak memandang usia. Jenis keputihan pada wanita biasanya bisa dilihat dari penyebabnya itu sendiri. Ada yang memang normal terjadi pada wanita atau fisiologis, namun ada juga penyebab yang memang tidak normal atau patologis (Artikel Anne Ahira, 2012).

  Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dari 72 responden hampir seluruhnya berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (68 %). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia dengan kejadian flour albus fisiologi dapat diketahui bahwa responden berusia 20-35 tahun lebih banyak yang mengalami kejadian

  Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi.Mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda (Simbolon, 2010).

  yang kadang – kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang (Wiknjosastro, 2005). Penyebab dari flour albus antara lain infeksi vagina oleh jamur atau parasit, faktor hygiene yang jelek, pemakaian obat – obatan ( antibiotik, kortiksteroid, KB ) dan stress. (Artikel dr. Suparyanto, 2011).

  Flour albus fisiologis terdiri atas cairan

  Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang sebanyak 37 responden (51,4%) dan yang tidak mengalami kejadian flour albus fisiologi sebanyak 35 responden (48,6%).

  Sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa akseptor dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun menunjukkan kecocokan mereka terhadap kontrasepsi hormonal jenis Kombinasi, serta dikarenakan karena adanya keuntungan dari kontrasepsi hormonal kombinasi tersebut yang menurut mereka bermanfaat bagi dirinya maupun keluarganya.

  Jumlah akseptor kontrasepsi yang lama pemakaian lebih dari 1 tahun menunjukkan akseptor banyak yang merasa cocok dan mendapatkan keuntungan dari pemakaian kontrasepsi ini disamping motivasi yang mendorong akseptor untuk menunda, menjarangkan dan mengakhiri kehamilan, sehingga akseptor dapat mengatur dan merencanakan jumlah anak sesuai yang dikehendaki (Simbolon, 2010).

  Diketahui sebagian besar responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun sebanyak 44 responden (61,1%). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara lama pemakaian dengan pemakai kontrasepsi Hormonal dapat diketahui bahwa responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun 27 responden (61,3%) menggunakan kontrasepsi hormonal jenis kombinasi.

  Lebih banyaknya penguna kontrasepsi hormonal kombinasi pada usia reproduksi sehat dikarenakan akseptor masih memiliki jumlah anak 1 dan menginginkan anak lagi sehingga menghendaki kembali kesuburannya lebih cepat.

4.2. Kejadian Flour albus fisiologi

  Efek Samping kontrasepsihormonal jenis kombinasi : Mual, Kenaikan (Artikel dr. Michelle Angelina, 2012)

  Hal ini diakibatkan karena responden dengan lama pemakaian ≥ 1 tahun maka penggunaan kontrsepsi hormonal yang mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akseptor menimbulkan perubahan kondisi hormonal vagina dan kurangnya pengetahuan dari responden tentang adanya efek samping dari penggunaan kontrsepsi hormonal yaitu keputihan.

  satunya adalah pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi . Didalam kontrasepsi hormonal kombinasi mengandung hormon sintetik (estrogen dan progesteron) yang dapat mengubah kondisi hormonal yang dapat berefek pada perubahan PH vagina. Perubahan ini dapat menyebabkan bergesernya keseimbangan populasi flora normal vagina dan menimbulkan gangguan keputihan (Hanafi, 2004).

  .Terjadinya flour albus salah

4.3. HubunganPemakaian Kontrsepsi Hormonal dengan Kejadian Flour Albus Fisiologi

  Flour albus merupakan cairan putih yang

  keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009). Ciri

  fisiologi yaitu berwarna jernih atau

  kekuningan, tidak berbau, tidak disertai gatal, tidak disertai perubahan warna (Bahari, 2012).Faktor Penyebab Flour Albus : Infeksi vagina oleh jamur atau parasit, Faktor Hygiene yang jelek, Pemakaian obat-obatan (Antibiotik, Kortikosteroid, dan KB) karena pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan hormonal wanita, Stress dan Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama (Artikel dr. Suparyanto, 2011).

  (5.595) ≥ X 2 tabel (2,349) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS Wiji Utami Desa Pagerngumbuk Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

  Untuk mengetahui adanya hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian flour albus fisiologi, maka diuji dengan menggunakan uji chi kuadrat (X²) dengan α = 0,05 didapatkan hasil X 2 hitung

  Berdasarkan tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa pemakaian kontrsepsi hormonal kombinasi sebagian besar sebanyak 35 orang (48,6%) dan yang mengalami kejadian flour albus fisiologi sebanyak 23 orang (31,9%).

  Flour Albus meningkat kira-kira 50 %

  dibandingkan bukan pemakai hormonal kombinas, flour albus makin sering timbul dengan semakin lamanya pemakaian hormon kombinasi dan karena kadar estrogen yang lebih tinggi.Sebabnya : Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan yang asam dimana Candida albicans tumbuh dengan subur.Penelitian di Inggris menunjukkan akseptor metode kontrasepsi kombinasi mempunyai risiko 1,2 x lebih besar untuk mendapatkan infeksi jamur Candidiasis dibandingkan tanpa KB, tetapi lebih terlindung terhadap infeksi parasit Trichomoniasis risikonya 0,7 x (Hanifa, 2004).

  • – ciri flour albus

  Terjadinya flour albus fisiologi pada akseptor hormonal kombinasi dikarenakan bergesernya flora normal vagina akibat dari perubahan hormon di dalam tubuh serta sebagian akseptor tidak diiringi dengan perilaku sehat seperti personal hygiene dengan tidak memakai sabun pembersih vagina dan mengganti celana dalam lebih dari 2x setiap hari, hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan reproduksi ibu tidak mudah terserang penyakit.

  5. KESIMPULAN

  Berdasrkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian KB hormonal dengan kejadian flour albus fisiologi di BPS Wiji Utami Desa Paagerngumbuk Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

Dokumen yang terkait

IMPREGNASI DAN KARAKTERISASI K-DEOILED SPENT BLEACHING EARTH (K-DSBE) DENGAN METODE BASAH IMPREGNATION AND CHARACTERIZATION OF K-DEOILED SPENT BLEACHING EARTH (K-DSBE) WITH WET METHOD

0 0 7

LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 7

FUNGSI KOGNITIF DENGAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA (Kognitif Function With Activities Of Daily Living (ADL) In The Elderly)

1 3 14

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

0 0 6

PENGARUH AIR ALKALI TERHADAP NEOVASKULARISASI TIKUS GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) DENGAN LUKA HIPERGLIKEMIA

0 0 6

Kata Kunci: kecukupan energi, protein dan status gizi 1. PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL – AZHAR KEDIR

0 1 5

PENYAPIHAN DINI DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN [BADUTA] DI POSYANDU GRAHA

0 0 7

PERAN VARIABEL CONFOUNDING DALAM MEMPENGARUHI ASOSIASI ANTARA KONSUMSI PANGAN HEWANI, BUAH DAN SAYUR IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA (ANALISIS MANTEL HAENSZEL DENGAN CONFOUNDING : JUMLAH BALITA SERUMAH DAN PENDIDIKAN IBU DI DESA TAWANG KECAMATAN WATES KABUP

0 0 5

HUBUNGAN PERSEPSI SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (Studi di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan Diwek Jombang)

0 0 7