PRINSIP PENDIDIKAN NILAI TAFSIR AL-AZHAR
PRINSIP PENDIDIKAN NILAI TAFSIR AL-AZHAR
Ahmad Syarif H*
syarif85@yahoo.com
Abstract
Education of values born as a tool for balancing the three domains of education, cognitive, psychomotoric and affective attempts to give an answer to the negative stigma of society which assumes that today's education system has failed to assume the role of 'instrument' to mature human beings. With the constructions of value education, it is expected to be born human beings who are not only superior in the field of intellectual, but also excel in the realm of emotional and spiritual. The Qur'an as the main source of Islamic teachings, is believed by its adherents to have a life guide that is appropriate for every place and time where it is located. It is like a warehouse in which pearls and gems are stored. But not everyone can enter the warehouse. One of the nation's best sons, Hamka, has tried to enter the warehouse and the result gave birth to a monumental work of al-Azhar commentary. It is through this book that we will see how Hamka values education principles.Using the thematic interpretation approach of al-Azhar interpretation, it is found that the principles of values education contained in Tafsir al-Azhar can be seen in three main themes, namely the meaning and purpose of education, the way human beings get value, and the method of delivering value. The meaning and purpose of values education according to Hamka is an effort made by learners to help learners in order to become a human being purnawan, meaning that humans who not only excel intellectually but also moral. To achieve that goal, man through the mind or the five senses and his heart or feelings already have great capital to do so. To obtain these values, values must be submitted. The way of delivering these values according to hamka is through an inculcation approach with storytelling methods and gives an idea of the positive and negative effects of those values (positive and negative reinforcement).
Keywords: Pendidikan Nilai, Tafsir al-Azhar, Buya Hamka
Pendahuluan
Sebagai ‘pejuang’ ranah afeksi, Pendidikan nilai lahir dari rasa
pendidikan nilai memfokuskan diri pada kekecewaan masyarakat terhadap sistem
upaya untuk memvaluisasi sistem atau pendidikan konvensional yang dianggap
pembelajaran konvensional lebih mementingkan aspek kognitif dan
model
dengan melihat atau mengingat kembali psikomotorik dari pada aspek afektif
makna dan tujuan utama pendidikan
serta menawarkan bagaimana cara untuk dipentingkannya dua aspek pendidikan
dalam pendidikan. 1 Dengan lebih
mencapai tujuan tersebut. Dengan kata ini tanpa disadari telah mereduksi peran
lain, pembahasan pendidikan nilai pada dan tujuan utama pendidikan sebagai
pada makna sebuah usaha menghumanisasi manusia.
dasarnya
berkutat
pendidikan sebagai suatu usaha untuk memanusiakan manusia serta bagaimana
* Dosen tetap pada Jurusan Ilmu Al-Quran dan
cara untuk memanusiakan manusia
Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
tersebut.
Oleh
karenanya, dalam
UIN Raden Fatah Palembang.
persepketif pendidikan nilai, pendidikan
Untuk melihat lebih lanjut tentang sejarah lahirnya ide pendidikan nilai lihat, Terry
tidak hanya menitik beratkan pada usaha
Lovat dan Ron Toomey, Values Education and
untuk meningkatkan sisi akademik tetapi
Quality Teaching; The Double Helix Effect
juga berusaha untuk membentuk
(Netherland: Springer, 2009), hal. xi-xiv.
Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
pemikiran beliau yang terdapat dalam bagi pendidikan nilai untuk eksis sebagai
tiga karya “pendidikannya” secara solusi alternative terhadap ‘kegagalan’
langsung atau tidak pasti tertuang Tafsir sistem pendidikan modern yang sedang
al-Azhar sebagai magnum opus yang berlangsung sekarang.
memuat sebagian besar pemikirannya Ketokohan Hamka sebagai seorang
dalam semua ranah keilmuan. 5 ulama
melihat pemikiran mengantarkan beliau terkenal tidak
pendidikan hamka, khususnya terkait hanya sebagai ulama sastrawan dan
dengan prinsip pendidikan nilai hamka penda’i ulung, tetapi juga sebagai seorang
dalam tafsir al-Azhar, maka metode tafsir pendidik dan mufassir. Ide-ide dalam
tematik akan digunakan sebagai alat bidang pendidikan beliau secara implicit
untuk menelisik pemikiran dan prinsip termaktub
pendidikan nilai tersebut. pendidikannya, yaitu Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, dan Lembaga Budi. Sedangkan kiprah beliau sebagai seorang
Konstruksi Pendidikan Nilai
mufassir, terlihat jelas dengan lahirnya
1. Definisi Pendidikan Nilai karya magnum opus-nya yaitu Tafsir al-
dikemukakan oleh Azhar.
Seperti
Sastrapratedja pendidikan nilai adalah Berbeda dengan banyak kalangan
penanaman dan pengembangan nilai-nilai yang mengkaji pemikiran pendidikan
seseorang. 6 Sedangkan Hamka melalui tiga karya pendidikannya
pada
diri
Mardiatmadja seperti dikutip oleh seperti yang tersebut di atas, penulis
Elmubarok mendefinisikan pendidikan melakukan hal tersebut dengan merujuk
nilai sebagai bantuan terhadap peserta pada karya agungnya yakni Tafsir al-
didik agar menyadari dan mengalami Azhar. Hal ini dilakukan mengingat;
nilai-nilai serta menempatkannya secara pertama, Tafsir al-Azhar merupakan
integral dalam keseluruhan hidupnya. 7 karya tafsir putra bangsa Indonesia yang
Sementara dalam tataran yang lebih memiliki popularitas yang sangat besar
operasional,
David N. Aspin
mendefinisikan pendidikan nilai adalah Tafsir ini juga merupakan salah satu tafsir
pengaruhnya hingga saat ini. 2 Kedua,
pendidikan yang berkonsentrasi pada yang dianggap cukup representatif dalam
usaha untuk mempromosikan nilai-nilai – mengungkapkan pemahaman yang lebih
membumi dibandingkan tafsir lainnya
5 Abdurrahman
Wahid (Gus Dur)
yang ada di Indonesia 3 dan ketiga, Tafsir
menggangap Tafsir al-Azhar sebagai karya
al-Azhar adalah satu-satunya tafsir yang
monumental Hamka, karena di dalamnya Buya
membicarakan mengenai konteks sejarah
Hamka dengan leluasa mendemonstrasikan
dari ayat-ayat al-Qur’an dan kaitannya keluasan pengetahuannya yang mencakup
berbagai macam disipln ilmu pengetahuan, baik dengan peristiwa-peristiwa kotemporer. 4 itu ilmu keagamaan maupun ilmu non-keagamaan
Selain tiga pertimbangan di atas,
yang begitu kaya dengan informasi. Lihat
pemilihan tafsir ini juga diandasi oleh
Abdurrahman Wahid,”Benarkah Buya Hamka Seorang Besar?;Sebuah Pengantar”, dalam Nasir Tamara (ed), Hamka Di Mata Hati Umat (Jakarta:
2 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Pustaka Sinar Harapan, 1996), hal. 30. Agama; Sebuah Kajian Hermeneutik (Jakarta;
6 Lihat Sastrapratedja, “Pendidikan Nilai”, Yayasan Wakaf Paramadina,1996), hal. 194
dalam Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki 3 Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur’ani;
Tahun 2000 (Jakarta: Gramedia, 1993), hal. 3. Antara Teks, Konteks dan Realitas (Yogyakarta:
Elmubarok, Membumikan Qalam,2002), hal. 7
7 Zaim
Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 4 Howard
12, lihat juga Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Indonesian Literature of the Qur’an (New York:
Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. Cornell Modern Indonesia Project, 1994), hal. 64.
78 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109 78 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
berlangsung mulai dari usaha penyadaran pendidikan
nilai sampai pada perwujudan perilaku- mendatang. 8 Sedangkan menurut Rohmat
untuk
kehidupan
perilaku yang bernilai.
Mulyana, pendidikan nilai adalah Dari dua macam tujuan pendidikan pengajaran atau bimbingan kepada
nilai di atas, jika kita menilik pada tujuan peserta didik agar menyadari nilai
system pendidikan nasional kita, maka kebenaran, kebaikan, dan keindahan
apa yang dicita-citakan oleh pendidikan melalui proses pertimbangan nilai yang
nilai sejalan dengan tujuan pendidikan tepat dan pembiasaan bertindak yang
nasional yakni untuk mengembangkan konsisten. 9 potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
2. Tujuan Pendidikan Nilai Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Dari pengertian pendidikan nilai
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, yang telah diberikan oleh para pakar di
dan menjadi warga Negara yang atas, secara tersirat telah memuat dua
demokratis dan bertanggung Jawab. 12 jenis tujuan pendidikan nilai, yaitu tujuan
Dari makna, tujuan serta prinsip pendidikan nilai secara umum dan tujuan
pendidikan nilai di atas, maka ia pendidikan nilai secara khusus.
meniscayakan perlunya suatu usaha atau Secara umum tujuan pendidikan
cara yang dilakukan oleh para pendidik nilai ialah untuk membantu peserta didik
untuk menanamkan atau menyampaikan agar bisa memahami dan menyadari nilai-
nilai-nilai kepada peserta didik. Dan nilai serta mampu menempatkannya
untuk itu, perlu didedah teori-teori yang secara integral dalam kehidupan. 10 membicarakan
tentang metode Sedangkan secara khusus, seperti
dalam dunia yang dikemukakan oleh komite Asia and
penyampaian
nilai
pendidikan. Namun sebelum melangkah the Pacific Programme of Educational
pada pembahasan tentang metode Innovation for Development, pendidikan
penyampaian nilai-nilai tersebut, penulis nilai bertujuan untuk; (1) menerapkan
teori tentang pembentukan nilai kepada anak, (2)
akan
memaparkan
penerimaan nilai. Karena dengan menghasilkan sikap yang mencerminkan
beranjak dari teori penerimaan nilai ini, nilai-nilai yang diinginkan, dan (3)
metode penyampaian nilai yang telah membimbing perilaku yang konsisten
ditawarkan oleh para ahli pendidikan
akan lebih mudah dipahami. demikian, tujuan pendidikan nilai
dengan nilai-nilai tersebut. 11 Dengan
4. Teori Pemerolehan Nilai
Secara teoritis, ada dua jalur bagi
Lihat David N. Aspin, Clarrification of Term Used in Values Discussion, 1996 dalam
peserta didik untuk memperoleh nilai,
http://www.becal.net/toolkit/npdp/npdp2.htm ,
yaitu, 1) pemerolehan nilai melalui otak
diakses pada jumat 21 Januari 2011. Lihat juga
dan fungsi akal (pikiran) yang dikenal
David N. Aspin, “The Ontology of Values and
dengan
teori
funsionalis,dan 2)
Values Education” dalam Values Education and Lifelong
pemerolehan nilai melalui hati dan fungsi
Programmes (Neterland: Springer, 2007), hal. 30.
rasa (intuisi atau hati) yang dikenal
9 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan
dengan teori sufistik. Dua jalur ini
Pendidikan…hal. 119.
didasarkan pada masuknya nilai melalui
10 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan
pintu panca indra yang diikuti oleh
Pendidikan…hal. 119, lihat juga David N. Aspin,
tatanan berfikir logis atau logis-empiris
“The Ontology of Values and Values Education” dalam
Values Education
and
Lifelong
Learning;…hal. 34. 12 Lihat Undang- Undang RI No. 20, Tahun 11 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan … hal.119-120.
(Sisdiknas), pasal 3.
Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
kebenaran dan keutamaan sesuatu. Nilai tatanan perasaan mistis.
yang diperoleh melalui jalan ini banyak mengungkapkan kebenaran teoritik
a. Teori Fungsionalis seperti halnya dalam keyakinan para Menurut
pengetahuan (nilai) diperoleh melalui Selain nilai kebenaran, kita dapat proses pengindraan, diikuti oleh sikap,
memperoleh nilai keutamaan yang melahirkan keyakinan, dan kemudian
teori-teori ilmu disusul oleh kesadaran. Semua itu
terdapat
dari
pengetahuan atau yang ditempuh melalui berlangsung dalam proses berfikir yang
cara berfikir ilmiah. Nilai-nilai keutamaan terjadi dalam otak. Apabila pengetahuan
ini banyak kita temukan dalam cabang sampai pada tingkat kesadaran, maka
disiplin ilmu agama, ilmu social, dan pengetahuan itu sudah setara dengan
humaniora. 16
nilai, atau setidaknya nilai berada dalam
tahapan proses keyakinan dan kesadaran
b. Teori Sufistik
seseorang. Memang
Berbeda dengan perolehan nilai keyakinan atau kesadaran dalam
tidak
semua
melalui otak (teori fungsionalis), teori pandangan fungsionalis memiliki kualitas
lagi menyertakan yang setara dengan nilai. Sebagai misal,
sufistik
tidak
pertimbangan logis-abstrak dan logis- keyakinan dalam pandangan fungsionalis
empiris dalam pemerolehan nilai. karena dapat terjadi ketika seseoarng merasa
itu, perolehan nilai menurut teori ini yakin bahwa di rumah tidak ada orang
hanya dapat ditangkap melalui ketajaman seelah pintu diketuk beberapa kali dan
mata hati. Tuhan, malaikat, surge, jin, dan tidak ada yang membukanya. Pada kasus
alam ghaib lainnya tidak bisa diperoleh ini keyakinan tidak setara dengan nilai,
melalui kecerdasan otak. Pengetahuan tetapi cara kerja keyakinan itu dalam otak
akan hal-hal tersebut hanya dapat memungkinkan bersemayamnya nilai-
diperoleh melalui pintu intuisi dan nilai. 13 bersarang dalam keyakinan hati. Dan
Cara lain untuk menguraikan biasanya jalan perolehan dan pencerahan perolehan nilai melalui otak dapat
nilai seperti ini digunakan oleh para kaum dijelaskan dari cara pencarian kebenaran
sufi yang mengalami pengembaraan batin dan keutamaan melalui filsafat. Melalui
pada wilayah supra-logis. 17 cara berfikir secara mendalam, filsafat
Dari uraian ini membuktikan bahwa dapat menemukan makna dari sesuatu
pemerolehan nilai tidak hanya dapat yang abstrak. Cara berfikir logis-abstrak
dicapai melalui satu jalur otak atau fungsi seperti ini memungkinkan otak berfungsi
akal, tetapi juga oleh kecerdasan hati atau secara optimal untuk menemukan makna
intuisi.
yang tidak terjelaskan oleh ilmu pengetahuan. Makna itu dapat menjadi
5. Metode Penyampain Nilai rujukan (nilai) seseorang andaikata ia
Pendidikan nilai sebagai upaya benar-benar meyakininya. 14 untuk ‘membumikan’ nilai-nilai kepada Berikutnya, dalam pandangan
peserta didik maka ia membutuhkan fungsionalis, nilai juga dapat diperoleh
metode atau cara yang harus dimiliki oleh melalui paradigm berfikir logis-empiris.
para pendidik dalam usaha untuk Paradigm ini merupakan paradigm ilmu
pembumian nilai-nilai tersebut. pengetahuan yang selalu memerlukan
13 Rohmat Mulyana, Mengeartikulasikan
15 Ibid. hal. 82
Pendidikan…hal. 81
16 Ibid. hal. 82.
14 Ibid, hal. 81
17 Ibid. hal. 82-83.
80 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109 80 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
Untuk tujuan
tersebut
alasan-alasan mereka ketika memilih nilai didik, dalam pendidikan nilai terdapat
dan posisi mereka dalam suatu masalah beberapa metode dan atau pendekatan
moral. Berdasarkan tujuan tersebut, maka pengajaran nilai kepada peserta didik,
proses pengajaran yang dilakukan diantaranya
menurut pendekatan ini adalah proses penanaman nilai (inculcation approach),
adalah
pendekatan
pengajaran yang didasarkan pada pendekatan perkembangan kognitif,
dilemma moral dengan menggunakan pendekatan analisis nilai, pendekatan
metode diskusi.
Adapun pendekatan analisis nilai pembelajaran berbuat (action learning
klarifikasi nilai,
dan
pendekatan
(values analysis approach) adalah sebuah approach). 18 pendekatan yang memberikan penekanan
pada perkembangan kemampuan siswa (inculcation approach) adalah suatu
untuk berfikir logis, dengan cara pendekatan yang memberi penekanan
menganalisis masalah yang berhubungan pada penanaman nilai-nilai social dalam
dengan nilai-nilai social. Tujuan yang diri siswa. Pendekatan ini bertujuan agar
ingin dicapai ileh pendekatan ini adalah
1) membantu siswa untuk menggunakan dan diamalkan oleh siswa, dan 2)
1) nilai-nilai social tertentu bisa diterima
kemampuan berfikir logis dan penemuan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak
ilmiah dalam menganalisis masalah- sesuai dengan nilai-nilai social yang tidak
masalah social yang berhubungan dengan diinginkan (bertentangan dengan nilai-
nilai moral tertentu, dan 2) membantu nilai yang dimiliki oleh jati diri sebuah
siswa untuk menggunakan proses berfikir bangsa). Untuk mencapai tujuan
rasional dan analitik dalam mencari dimaksud, maka metode yang digunakan
hubungan dan atau merumuskan konsep dalam proses pembelajaran adalah 1)
tentang nilai-nilai yang mereka miliki. keteladanan, 2) penguatan positif dan
Metode pengajaran yang digunakan negative, 3) nasehat, 4) cerita, 5) simulasi,
adalah pembelajaran secara individu atau dan lain-lain.
kelompok tentang masalah-masalah Berbeda
social yang memuat nilai-nilai kehidupan, approach, pendekatan perkembangan
dengan
inculcation
penyelidikan kepustakaan dan atau kognitif adalah suatu pendekatan yang
lapangan, dan diskusi kelas berdasarkan member penekanan pada ranah kognitif
pada pemikiran rasional. dan perkembangannya. Pendekatan ini
Sedangkan pendekatan klarifikasi mendorong siswa untuk berfikir aktif
nilai (values clarification approach) tentang masalah-masalah moral dan
adalah pendekatan yang member dalam membuat keputusan-keputusan penekanan pada usaha untuk membantu moral. Perkembangan moral dianggap siswa dalam mengkaji perasaan dan sebagai perkembangan berfikir tingkat perbuatannya sendiri serta meningkatkan tinggi. Tujuan yang ingin dicapai oleh kesadaran mereka tentang nilai-nilai yang pendekatan ini adalah 1) membantu mereka miliki. Metode pengajaran yang siswa dalam membuat pertimbangan digunakan oleh pendekatan ini adalah moral yang lebih kompleks berdasarkan metode dialog, menulis, dan diskusi. kepada nilai yang lebih tinggi, dan 2)
Pendekatan terakhir dalam proses internalisasi pendidikan nilai seperti yang
18 Pendekatan-pendekatan internalisasi
dirumuskan oleh Superka adalah
pendidikan nilai yang dideskripsikan dalam
pendekatan
pembelajaran berbuat.
penelitian ini didasarkan pada kajian dan rumusan yang dibuat oleh Superka seperti yang
Pendekatan pembelajaran berbuat adalah
dikutip oleh Zaim Elmubarok. Lihat Zaim
sebuah pendekatan pendidikan nilai yang
Elmubarok, Membumikan Pendidikan …,hal. 60-78.
menekankan pada usaha memberikan Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
kaum mudo dan salah seorang tokoh melakukan perbuatan-perbuatan moral,
siswa
untuk
Minangkabau. 21 baik secara perseorangan maupun
Muhammadiyah
di
Sedangkan ibunya adalah Siti Shafiyah berkelompok. Metode yang digunakan
Tanjung Binti Haji Zakaria (w.1934). 22 oleh pendekatan ini adalah 1) semua
sturuktur masyarakat metode pendekatan yang dimilikii oleh
Berdasarkan
Minangkabau yang menganut sistem pendekatan analisis dan klarifikasi nilai,
matrilineal, maka dapat diketahui bahwa dan 2) pengadaan proyek-proyek tertentu
Hamka berasal dari suku Tanjung untuk dilakukan di sekolah atau di
sebagaimana suku ibunya. masyarakat serta praktek keterampilan
Ketika menginjak usia enam tahun, dalam berorganisasi atau berinteraksi
Hamka kecil diboyong oleh ayahnya ke dengan orang lain.
Padangpanjang. Hamka mulai mengecap Konstruksi pendidikan nilai seperti
pendidikan dasar di sekolah desa pada yang telah dipaparkan di atas, akan
umur tujuh tahun. Sebagaimana lazimnya dijadikan sebagai guide untuk melihat
anak-anak di Minangkabau, Hamka yang konsep pendidikan nilai buya Hamka
pagi harinya sekolah di sekolah formal, yang tertuang dalam tafsir al-Azhar.
pada malam harinya belajar mengaji al- Namun, Sebelum melihat seperti apa
Qur’an pada kakaknya sendiri hingga konsep pendidikan nilai yang beliau
tamat. 23 Sejak tahun 1916 hingga 1923, tawarkan, dalam bab berikut akan
Hamka mempelajari agama Islam pada dipaparkan sketsa biografis buya Hamka
sekolah Diniyyah School atau madrasah yang meliputi aktivitas beliau dalam
Diniyyah dan sumatera thawalib di dunia penulisan dan pendidikan dan
Padangpanjang dan parabek. Syaikh kemudian diikuti dengan pemaparan
Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo tentang sejarah penulisan tafsir al-Azhar
Abdul Hamid dan Zainuddin Lebay adalah sebagai objek kajian penelitian ini.
di antara nama- nama guru tempat Hamka menimba ilmu agama. 24
Hamka Sebagai Pendidik
Menjelang usia muda Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah
merantau ke taah Jawa. Pada usianya (HAMKA) lahir di desa Tanah Sirah,
yang ke-16, ia telah mulai berkenalan nagari Sungai Batang, di tepi danau
dengan dunia pergerakan Islam yang saat Maninjau (Sumatera Barat) pada ahad ,
itu sedang bergelora di pulau Jawa. Di
16 Februari 1908 M./ 14 Muharam 1326 antara mentor yang memperkenalkan
H dari kalangan keluarga yang taat dunia pergerakan Islam kepada Hamka beragama. 19 Ayahnya adalah Haji Abdul
muda ialah iparnya sendiri AR St. Mansur Karim Amarullah - yang sering dikenal
(suami kakaknya, Fatimah), H.O.S. dengan sebutan Haji Rasul - bin Syeikh
Cokroaminoto (pemimpin Sarikat Islam), Muhammad amarullah Tuanku Kisai bin
Fachruddin, dan R.M. Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul adalah
H.A.R.
Suryopranoto. 25
salah seorang ulama Minangkabau yang pernah belajar di Mekkah dan berguru
21 Hamka, Ayahku…hal. 192. Lihat juga
kepada Syekh Ahmad Khatib al-
Burhanuddin
Daya,
Gerakan Pembaruan
Minangkabawi, 20 pelopor kebangkitan
Pemikiran Islam; Kasus Sumatera Thawalib (Yogyakarta: Tiara wacana, 1990), hal. 332.
22 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup…hal. 19 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup (Kuala
lihat juga Nasir Tamara (ed), Hamka Di Mata Lumpur: Pustaka Antara, 1966), cet. ke-1, hal. 2.
Hati…hal. 51.
20 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan 23 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup…hal. Matahari Terbit; Islam Indonesia pada Masa
11-13
Pendudukan Jepang (Jakarta: Pustaka Jaya, 19850, 24 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup…hal. hal. 104. Lihat juga Deliar Noer, Gerakan Modern
16-36.
Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta; LP3ES, 25 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup…hal. 1991), hal.44-46.
47-51
82 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
Setelah sempat mengenyam nuansa karir Hamka sebagai pendidik pun pergerakan dan pendidikan di tanah Jawa,
dimulai. 28 Lembaga pendidikan yang pada tahun 1925 ia kembali ke
hanya berumur dua tahun (1929-1931) Padangpanjang.
ini, bertujuan untuk mencetak muballig Padangpanjang, jika kita melihat aktivitas
Sekembalinya
ke
islam yang akan disebar ke daerah- yang beliau lakukan, nampaknya ada tiga
daerah Minangkabau. 29 Di tengah usaha dunia yang mewarnai aktivitas kehidupan
untuk mengembangkan lembaga ke arah Hamka. Tiga dunia tersebut adalah dunia
yang lebih baik, pada 1932 lembaga ini tulis menulis, dunia pendidikan, dan
hambatan operasional. dunia politik. 26 Hambatan ini dikarenakan pada tahun Sebagai
mengalami
tersebut, Hamka ditugaskan organisasi multidisiplin, gagasan Hamka dalam
seorang
ulama
Muhammadiyah untuk berangkat ke dunia ilmu pengetahuan melampui sekat-
Makassar. 30
sekat pemisah antara ilmu keagamaan Setelah berada di Makassar, dan ilmu keduniawian. Gagasan tersebut
semangat untuk mengajar dan atau tidak hanya terwujud dalam puluhan
mengembangkan sistem pendidikan islam karya yang beliau tulis, tetapi juga terlihat
modern tidak ernah surut. Setelah dalam praktek keseharainnya. Dalam
melihat sistem pendidikan islam di bidang pendidikan misalnya, gagasan
Makassar yang beliau anggap masih beliau tentang pendidikan tidak hanya
tradisional dan nomaden, 31 maka dengan sebatas pada tataran teori seperti banyak
terdapat dalam lembaga hidup, tetapi ide-
ide beliau dalam masalah pendidikan juga
megajar di Tabligh School adalah buya A.R.St.
bisa kita lihat dalam keterlibatan bliau
Mansur, Hamka, S.Y. St. Mangkuto, Abdullah Kamil
sebagai seorang pendidik pada lembaga
dan M. Rasyid Idris Dt. Sinaro Panjang. Lihat H.
yang dia dirikan atau lembaga pendidikan
Agus
Hakim,
“Kulliyatul Muballighin,
lainnya.
Muhammadiyah, dan Buya Hamka”, dalam Panitia
Bagi Hamka, lembaga pendidikan Peringatan 70 Tahun Buya Prof. Dr. Hamka,
Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka (Jakarta:
sangat penting karena melalui lembaga
Yayasan Nurul Islam, 1978),Cet. ke-1, hal.51
ini nilai-nilai keislaman dan atau
28 Samsul Nizar, Memperbincangkan
pemikiran modern di bidang pendidikan
Dinamika Intelektual ….hal. 199
bisa disampaikan dan diberdayakan. 29 Lihat H.Agus Hakim, “Kulliyatul Keinginan Hamka untuk bisa berkiprah di Muballighin, Muhammadiyah, dan Buya Hamka”,
dalam Panitia Peringatan 70 Tahun Buya Prof. Dr.
dunia pendidikan bak gayung bersambut
Hamka, Kenang-Kenangan ….hal. 51
setelah beliau diamanahkan oleh para
30 Hambatan operasional lembaga ini
pimpinan
Muhammadiyah
tidak menyebabkan cita-cita pembaharuan Hamka
Padangpanjang untuk memimpin Tabligh
dan Pemuda Minangkabau menjadi padam, hal ini
School yang didirikan pada 1929 di misalkan terlihat setelah sepulangya dari Padangpanjang. 27
Makassar beliau kembali mendirikan sebuah
Melalui lembaga ini
lembaga pendidikan yang diberi nama Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah pada 1934. Beliau
26 Untuk kepentingan tulisna ini, kita mengelola lembaga ini selama dua tahun. Di sini, hanya pembhasan kita hanya terfokus pada
disamping sebagai pimpinan, beliau juga aktif aktivitas hamka di dunia pendidikan, mengingat
sebagai seorang pengajar. Lihat Mardjani ktivitasnya di dunia jurnalistik dan politik ini
Martamin, et.al., di dalam ‘Sejarah Pendidikan kurang begitu relevan dalam kajian kita kali ini.
Daerah Sumatera Barat’ sebagaimana dikutip oleh 27 Tabligh School di Padangpanjang
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika didirikan pada 1929 oleh para pimpinan
Intelektual ….hal. 200
Muhammadiyah Padangpanjang atas inisiatif dari 31 Sistem pendidikan masyarakat muslim Abdullah Kamil. Pendirian Tabligh School ini
Makassar pada waktu itu dainggap tradisional dan dilatarbelakangi oleh keperluan dan kebutuhan
nomaden karena pola pendidikan yang dikelola pimpinan Muhammadiyah untuk membina dan
masih bersifat non formal dan dilakukan secara sekaligus mencetak kader-kader Muhammadiyah
berindah-pindah, yakni dari satu rumah warga ke di padangpanjang. Di antara guru-guru yang
rumah warga yang lain. Lihat, Samsul Nizar,
Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
berbondong-bondong prakarsanya didirikanlah sekolah serupa
tetapi
memasukkannya ke sekolah yang di Makassar dengan nama yang sama
telah didirikan umat islam. yakni Tabligh School. Berbeda dengan,
2. Dalam perkembangannya, pemerintah sistem pendidikan yang ada sebelumnya
merasa tidak perlu di Makassar, Tabligh School menawarkan
colonial
melakukan ordonansi yang lebih pola pendidikan baru secara modern dan
berjanji untuk sistematis dengan mengambil mode
ketat,
bahkan
memberikan subsidi bagi pelaksanaan pendidikan
sekolah-sekolah mempertahankan nilai-nilai ajaran islam.
Mulai saat itu, umat islam Makassar mulai Pada tahun 1934, lembaga mengenal model pendidikan baru, yakni
pendidikan Tabligh School diubah pendidikan yang diajarkan dengan sistem
menjadi Muʻallimīn Muhammadiyah yang kelas, papan tulis, dan jam belajar yang
dipegang oleh teratur. 32 Muhammadiyah Cabang I Makassar. Sejak Di samping Tabligh School, di
pengelolaannya
awal brdirinya, murid yang diterima di Makassar pada waktu itu juga didirikan
sekolah ini masih terbatas pada siswa- sekolah tingkat dasar denga nama Munier
siswi tamatan VVS dan atau sekolah lain School
dan HIS
Muhammadiyah.
yang sederajad. 34
Sebagaimana Tabligh School, sistem Sekembalinya dari Makassar pada pendidikan dua lembaga ini juga
1934, Hamka kembali ‘gatal’ untuk terjun menggunakan sistem pendidikan modern.
ke dunia pendidikan. Untuk mewujudkan Penyesuain yang di lakukan Hamka
ambisi beliau tersebut, pada tahun 1935 merupakan langkah strategis bagi
beliau mendirikan sekolah menengah pengembangan
Islam di Padang Panjang yang diberi pendidikan islam. Upaya tersebut dapat
dan
pembaharuan
nama Kulliyatul Muballighin yang khusus terlihat dari dua keuntungan yang
untuk mencetak para muballīg islam. 35 Di diperoleh, yaitu:
sekolah ini peranan Hamka tidak hanya
1. Orang tua (umat Islam) yang semula sebagai seorang pengelola atau pemimpin memasukkan anaknya ke lembaga
lembaga, tetapi ia juga menjadi bagian pendidikan colonial tidak lagi
dari pengajar di sekolah ini. 36 Cara memasukkan anak-anak mereka ke
mengajarnya yang dinamis dan variatif serta kepribadiannya yang dapat
Memperbincangkan Dinamika Intelektual …hal.
dijadikan teladan merupakan salah satu
faktor tersendiri yang membuat metode
32 Tujuan lembaga pendidikan Tabligh
pengajaran beliau banyak diminati. Untuk
School Makassar adalah 1) untuk mempersiapkan
itu, tidak heran jika banyak murid-
calon guru madrasah (semacam kursus guru), dan 2) untuk menyiapkan peserta didik sebagai
muridnya dari Makassar datang ke
muballigh, juru penerang keagamaan- terutama
Padang Panjang untuk belajar di
untuk daerah Makassar-, dan tenaga khatib di
Kulliyatul
Muballigīn. 37 Berbekal
masjid-masjid yang ada. Para pengajar yang terlibat dalam proses jaannya pendidikan banyak didatangkan dari Minangkabau, mereka antara
33 Samsul Nizar, Memperbincangkan lain; Haji Darwis Zakaria, S.S. Majidi, Jama’an,
Dinamika Intelektual …hal. 201. Ghazali Sachlan, dan Kamaluddin. Adapun Hamka,
34 Ibid.
di samping sebagai pengurus Muhammadiyah dan 35 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup… hal. pengelola Tabligh School, juga menjadi guru di
lembaga ini. Lihat, Mardanas Safwan dan Sutrino 36 Lihat, Samsul Nizar, Memperbincangkan Kutoyo, “Sejarah pedidikan Daerah Sulawesi
Dinamika Intelektual …hal. 201-202. Selatan”, seperti dikutip oleh Samsul Nizal,
37 Pada waktu mula-mula Kulliyatul Memperbincangkan Dinamika Intelektual …hal.
Muballighin dibuka, pelajar-pelajar belum begitu 200-201.
ramai, baru kira-kira tiga puluh orang yang terdiri
84 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109 84 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
pendidikan Rohani (Pusroh) Islam TNI- Kulliyatul Muballigīn Makassar, sangat
AD. 40
banyak membantu keberhasilan beliau Keterlibatan Hamka di lembaga dalam mendidik dan mengembangkan
pendidikan formal sebagaimana tersebut Kulliyatul Muballigīn Padangpanjang. 38 di atas merupakan salah satu bukti
perhatiannya yang cukup besar terhadap berpengalaman di bidang jurnalistik di
dunia pendidikan di Indonesia. Namun tanah kelahiran dan sekitarnya, sewaktu
karena berbagai persoalan seperti kepindahannya
ditariknya beliau menjadi anggota jurnalistiknya
konstituante dan pengunduran diri beliau berkembang dan bersinar. Namun,
tersebut
semakin
sebagai pegawai negeri, maka tugas-tugas meskipun waktunya banyak disibukkan
tersebut terpaksa ditinggalkan. Namun, di dunia jurnalistik dan social keagamaan,
semangat untuk terus mengabdikan diri beliau tetap meluangkan waktunya untuk
pada dunia pendidikan tidak pernah menyebarkan ilmu pendidikan atau
padam. Hal ini bisa dilihat dari upaya pengetahuan baik melalui mimbar
yang dilakukannya sewaktu beliau pengajian maupun melalui institusi
mengelola masjid al-azhar kebayoran pendidikan
baru Jakarta selatan, dimana pada masa dalam dunia pendidikan formal dapat
formal.
Keterlibatannya
msjid al-Azhar dilihat dari aktivitas beliau antara 1950
kepengurusannya
disamping sebagai masjid, ia juag hingga 1955. Dalam kurun waktu tesebut,
dijadikan sebagai institusi pendidikan beliau di samping sebagai pegawai
islam yang mengambil model sekolah kementerian Agama golongan F, beliau
umum, yang berada di bawah naungan juga diserahi tugas untuk mengajar
Yayasan Pesantren Islam (YPI) al-Azhar. 41 sebagai dosen terbang dan guru besar di
Melihat kontribusi buya Hamka beberapa perguruan tinggi islam dan
dalm dunia pendidikan, sejak dari umum. Diantaranya adalah Perguruan
mengajar di pendidikan dasar hingga Tinggi Agama Islam negeri (PTAIN)
pendidikan tinggi, mendirikan sekolah Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta,
dasar hingga menengah sebagaimana Fakultas
yang telah dipaparkan di atas, maka Muhammadiyah
sebagian orang yang Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
menganngap Buya Hamka hanya sebagai Medan, Universitas Muslim Indonesia
seorang ulama yang terfokus pada dakwah, sastera, dan atau filsafat dengan
39 Pada waktu itu, yang menjabat sebagai menteri agama adalah KH. Wahid Hasyim. Lihat
dari dua kelas yaitu kelas satu dan kelas tajhizi Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat …hal. 4-5. (kelas periapan). Kelas satu untuk mereka yang
40 Hamka, Tafsir al-Azhar (Singapura; keluaran Thawalib atau Diniyah dan Irsyadunnas,
Pustaka Nasional PTE LTD, 2007), cet. Ke-7, Jilid.1, atau sekolah lain yang mempunyai kecakapan
hal. 48. Terkait dengan Mata kuliah yang diampu yang sama dengan sekolah-sekolah tersebut.
oleh Hamka di Pusat kerohanian Islam TNI AD ini Diantara murid yang mula-mula sekali adalah
tidak ditemukan data spesifik yang menyebutkan Abdur Rahim yang berasal dari Makassar dan
mata kuliah apa yang beliau ajarkan. Oleh sebab teman-temannya. Lihat Haji Agus Hakim,
itu, sebagaimana Samsul Nizar, penulis berasumsi “Kulliyatul Muballighin, Muhammadiyah,dan Buya
bahwa mata kuliah yang beliau ampu adalah ilmu Hamka”, dalam Panitia Peringata 70 Tahun Buya
tentang keislaman. Asumsi Samsul Nizar terkait Prof. Dr. Hamka, Kenang-Kenangan 70… hal. 55.
hal ini, silahkan lihat, Samsul Nizar, 38 Haji
Memperbincangkan Dinamika Intelektual …hal. Muballighin, Muhammadiyah,dan Buya Hamka”,
dalam Panitia Peringata 70 Tahun Buya Prof. Dr. 41 Lihat Samsul Nizar, Memperbincangkan Hamka, Kenang-Kenangan 70 …. hal. 55.
Dinamika Intelektual...hal. 204.
Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
proses pentransferan dunia pendidikan, menurut penulis
merupakan
pengetahuan yang penilaian tersebut agak kurang bijak.
seperangkat
dianugerahkan Allah kepada manusia Beliau di samping berhak menyandang
kekuatan yang predikat ulama sekaligus pendakwah
(Adam).
Dengan
dimilikinya, baik kekuatan panca indera ulung, ulama sastera, dan atau ulama
maupun akal, manusia dituntut untuk filosof, beliau juga berhak menyandang
menguasai materi yang ditransfer. 43 predikat ulama pendidik. Hal ini di
Kekuatan tersebut berkembang samping peranan praksis beliau dalam
secara bertahap dari yang sederhana ke dunia pendidikan, pemikiran serta
arah yang lebih baik. Dengan kekuatan ini gagasan beliau tentang pendidikan juga
pula manusia dapat melaksanakan termaktub dalam beberapa karya beliau
fungsinya sebagai pemegang amanah seperti Lembaga Budi (1939), Falsafah
Allah, sekaligus pembongkar rahasia alam Hidup (1940), dan Lembaga Hidup (1941)
bagi kemaslahatan seluruh alam semesta. dan menjiwai penfasiran beliau terhadap
Pandangannya ini diperkuat dengan ayat-ayat al-qur’ān seperti yang terdapat
merujuk pada ayat lain yakni QS. Yunus dalam Tafsir al-Azhar (mulai ditulis pada
[10]ayat 5, “Dialah yang telah menjadikan 1962 dan pertama kali dicetak pada
matahari terang dan bulan bercahaya, dan 1979).
telah Dia tentukan untuknya tempat- tempat
perjalanan,
supaya kamu
Menelisik Prinsip Pendidikan Nilai
mengetahui bilangan tahun-tahun dan
dalam Tafsir al-Azhar
hitungan. Tidaklah Allah menjadikan yang demikian, melainkan dengan benar. Dia
1. Makna Pendidikan
jelaskan tanda-tanda untuk kaum yang Untuk mengetahui seperti apa 44 mengetahui.” (QS. Yunus: 5).
makna pendidikan menurut hamka dalam Menurut Hamka, ayat di atas Tafsir al-Azhar, maka di sini penulis akan
merupakan motivator bagi manusia menyajikan beberapa penafsiran hamka
untuk menggunakan potensi yang dimiliki yang berbicara tentang pendidikan.
guna lebih mengenal alam semesta yang Penafsiran yang penulis jadikan sebagai
terdapat dalam susunan tata surya. Di sini objek untuk menelisik makna pendidikan
Allah menjelaskan bagaimana seluruh menurut hamka adalah ayat-ayat yang
makhluk- yang ada dalam tata surya- mengandung atau menggunakan kata
berjalan menurut ketentuan yang telah taʻlīm dan tarbiyyah. Hal ini disebabkan
ditetapkan-Nya. Kesemua ini merupakan oleh karena dua kata ini sering dirujuk
manusia untuk dan digunakan oleh para pakar
panduan
kepada
melakukan serangkaian penelitian guna pendidikan, khususnya pendidikan Islam
menyingkap rahasia Allah. Karena dengan untuk memahami makna pendidikan
ilmu yang diajarkan Allah kepada menurut Islam.
hamka, Allah Terkait dengan kata taʻlīm, dalam
manusia,
tegas
menginginkan supaya manusia membuka QS. Al-Baqarah [2]; 31, “Dan telah
berbagai rahasia dan perbendaharaan- diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama
Nya untuk bisa menjalani tugas semuanya, kemudian Dia kemukakan
kekhalifahannya di muka bumi. 45 semua kepada Malaikat, lalu Dia berkata:
Untuk sampai pada predikat Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu
yaʻlamūn, manusia dituntut untuk semua, jika adalah kamu mahluk-mahluk
yang benar.” 42 Hamka mengatakan bahwa pengertian taʻlīm pada ayat ini 43 Hamka, Tafsir al-Azhar…jilid.1, hal. 157.
44 mengandung makna bahwa pendidikan Hamka, Tafsir al-Azhar ….jilid. 5, hal.
45 Hamka, Tafsir al-Azhar…jilid.5, hal. 42 Hamka, Tafsir al-Azhar…, jilid.1, hal. 152
86 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109 86 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
kematian. 49
Melalui gabungan
Di samping kata taʻlīm, penafsiran dimilikinya, manusia akan lebih mudah
potensi
yang
hamka tentang makna pendidikan juga memahami fenomena yang ada. Dengan
bisa kita lihat dari penafsirannya menyingkap rahasia tata surya, pada
terhadap ayat-ayat yang menggunakan gilirannya
kata tarbiyyah. Bila kata tarbiyyah kita menciptakan ilmu-ilmu lain yang erat
penggunaannya secara hubungannya bagi kehidupan. Ilmu-ilmu
lihat
dengan cara itu antara lain adalah ilmu berhitung,
komprehensif
menghubungkan makna kata tersebut ilmu falak, dan ilmu hisab. 46 dengan seluruh kata derivasinya baik
Di samping beberapa makna di māḍy, seperti yang terdapat dalam QS. Al- atas, kata taʻlīm dalam pandangan Hamka
Isrā’ [17]: 24 50 atau pun muḍāriʻ nya juga dapat diartikan sebagai suatu proses
seperti yang tertera dalam QS. Asy- terus menerus yang diusahakan manusia
Syuʻarā’[26]: 18 dan QS. Al-Baqarah [2]: sejak lahir (QS. An-Naḥl [16]: 78), 47 276, 51 maka dalam Tafsir al-Azhar, kata sampai manusia tua renta atau bahkan
tarbiyyah memiliki arti mengasuh, meninggal dunia (QS. Al-Ḥajj [22]: 5). 48 bertangungjawab,
memelihara, Menurutnya,
membesarkan, menumbuhkan, memberi mengembangkan potensinya dilakukan
proses
manusia
memproduksi dan melalui pendidikan. Proses ini dimulai
makan,
menjinakkannya, yang kesemuanya itu sejak manusia lahir- dapat dilihat ketika
mencakup jasmaniah dan rohaniah. 52 awal
49 Hamka, Tafsir al-Azhar…jilid. 6, hal.
4665-7
50 Hamka, Tafsir al-Azhar…,Jilid. 6, hal. 46 Hamka, Tafsir al-Azhar…Jilid.5. hal.
4035-6. Bunyi ayat QS. Al-Isra [17]; 24 adalah, 3232-33. 47 Hamka, Tafsir al-Azhar…, jilid 5,
hal.3942. Bunyi ayat:” Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia member kamu
Dan hamparkanlah kepada keduanya sayap pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu merendahkan dirikaena syaang, dan ucapkanlah bersyukur.” (QS. An-Nahl; 78).
Ya Tuhan! KAsihanilah keduanya sebagaimana Hamka, Tafsir al-Azhar,…jilid 6, hal.
keduanya memelihara aku di kala kecil. 4665-7. Bunyi ayat: “Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka 51 Hamka, Tafsir al-Azhar, …jilid. 1, hal.
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan 668-9. Bunyi QS. Al-Baqarah [2]; adalah, kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Allah membasmi riba dan Dia menyburkan kami kehendaki samapi waktu yang sudah
sedekah-sedekah, dan Allah tidaklah suka kepada ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagi
orang-orang yang sangat ingkar, lagi pembuat bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
dosa.
sampailah pada kedewasaan, dan di antara kamu 52 Hamka, Tafsir al-Azhar…Jilid 7, hal. ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
5082. Bunyi ayat QS. Al-Syu’ara [26]; 18 adalah kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu punyang
dahulunya tealh diketahuinya. Dan kamu lihat
Berkata(Fir’aun): bukankah telah ami pelihara bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
engkau dinatara kami di kala engaku masih kecil, turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
dan engkau telah tinggal bersama kami beberapa suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tahun dari umurmu?
tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5). Ahmad Syarif H, Pendidikan Nilai dalam Tafsir al-Azhar
Penekanannya dalam memahami itu bukan semata-mata pencipta, tetapi makna
juga pemelihara. Bukan saja menjadikan tarbiyyah
bahkan juga mengatur seumpama pemeliharaan yang dilakukan kedua
sebagai
“perbuatan
matahari, bulan, bintang-bintang dan orang tua terhadap anaknya. Proses ini
bumi ini. Sesuadh semuanya dijadikan dilakukan dengan sabar dan penuh kasih
tidaklah dibiarkan sehingga begitu saja, sayang, guna membantu anak dari
melainkan dipelihara dan dikuasai terus ketidakberdayaannya sampai ia mampu
menerus. ….. Manusia pun begitu. Dia mandiri, baik secara fisik maupun
bukan semata-mata dijadikan bahkan psikis.” 53 sejak masih dalam keadaan nutfah (air
Menurut Hamka, penggunaan kata setitik kecil), sampai menjadi ‘alaqah dan rabb atau tarbiyyah dari QS. At-Taubah
mudgah, sampai muncul ke dunia sampai [9]: 129, QS. Ar-Raʻad [13]: 16, dan QS. Al-
menjadi makhluk yang berakal dan
sampai juga meninggal kelak, tidaklah “pemelihara’
Falaq [113]: 1 54 , dapat diartikan
lepas dari tilikan Allah sebagai pencipta Pemeliharaan tersebut mencakup pada
dan
“pelindung”.
dan pemelihara. 55
pemeliharaan semua ciptaan Allah yang ada
Selanjutnya Q.S. Al-Fatihah [1] : 3 pemeliharaan
di muka
bumi,
termasuk
Penekanannya lebih memuat pesan nilai
sesama
manusia.
akhlak, baik secara vertical maupun Maha Pemurah, Maha Penyayang horizontal. Penafsiran seperti ini
terang Hamka, misalnya juga bisa dilihat seketika beliau
Ayat
ini,
menyempurnakan maksud dari ayat menafsirkan QS. Al-Fatihah [1]: 2 dan 3,
sebelumnya jika Allah sebagai Rabb, sebagai berikut:
sebagai Pemelihara dan Pendidik bagi seluruh alam tidak lain maksud dan isi pendidikan itu melainkan karena kasih Segala puji-pujian untuk Allah, Pemelihara
sayang Nya semata dank arena murah- semesta alam. (QS. Al-Fatihah [1]; 2)
Nya belaka. Tidaklah dalam memberikan pemeliharaan dan pendidikan itu
menuntut keuntungan bagi diri-Nya Mengomentari
sebagai suatu mengatakan bahwa:
sendiri.
Bukan
mengadakan suatu Kata rabbun ini meliputi segala macam “pendidikan” kader dan latihan pegawai pemeliharaan, penjagaan, dan juga ialah karena mengharapkann apabila pendidikan dan pengasuhan. Maka kalau orang-orang yang dididik itu telah lepas di dalam ayat yang lain kita bertemu
pemerintahan
akan dapat bahwa Allah itu Khalaqa, artinya
dari
pendidikan,
dipergunakan menjadi pegawai yang baik. menjadikan dan menciptakan, maka di
Pemeliharaan yang Dia berikan adalah sini dengan menyebut Allah sebagai pertama karena ar-Rahmān maknanya Rabbun, kita dapat mengerti bahwa Allah ialah bila sifat Allah yang Rahmān itu
telah membekas dan berjalan ke atas
Hamka, Tafsir al-Azhar…., Jilid. 6, hal. 4036-7
hambanya, bertambah tinggi kecerdasan
54 Artinya : “ Katakanlah: Aku Berlindung
hamba itu, bertambah terasa olehnya
dengan Tuhan dari cuaca subuh”. (QS. Al-Falaq
betapa ar-Rahmān Allah terhadap diri-
(113); 1). Dalam menafsirkan ayat ini, Hamka
Nya. 56
mengatakan bahwa Allah berfirman :”Katakanlah
–wahai utusanKu- aku berlindung dengan Tuhan dari cuaca subuh. Tuhan Allah adalah tempat kita berlindung dan kita semuanya diperintahkan
55 Hamka, Tafsir al-Azhar …, jilid. 1, hal. 71 Tuhan untuk berindung kepada-Nya. Lihat
56 Hamka, Tafsir al-Azhar …., jilid. 1, hal. Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz. 30, hal. 281.
88 Jurnal al – Hikmah vol. 5 no. 1 Maret 2017 77~109
Dari penafsiran yang diuraikan terjebak dalam perdebatan makna kata, oleh Hamka terhadap beberapa ayat yang
akan tetapi lebih menekankan pada menggunakan kata ta’lim dan tarbiyyah di
esensi yang dikandung oleh kata tersebut. atas, maka terlihat bahwa penggunaan
Persoalan ini dapat dimaklumi karena kata taʻlīm lebih diorientasikan pada
kedua kata tersebut sama-sama disinyalir transfer of knowledge. Sebagai proses
oleh Allah dalam al-Quran dan transfer of knowledge, maka kata taʻlīm
mengandung sisi-sisi pendidikan. Hanya dalam penafsiran ini meniscayakan
saja yang membedakan keduanya adalah adanya tiga dimensi pokok pendidikan,
pada perbedaan penekanan. Namun yaitu pendidik, peserta didik dan materi.
demikian, keduanya memiliki keterkaitan Kalau kita melihat penafsiran hamka
dan saling melengkapi antara satu dengan terhadap QS. Al-Baqarah [2]: 31 dan QS.
yang lain.
Al-ʻAlaq [96]; 4-5 di atas, maka tiga Mencermati paparan di atas, tanpa dimensi pokok pendidikan tersebut
mengenyampingkan berbagai pendapat tergambar jelas, di mana Allah adalah
tentang kata mana yang lebih mewakili sebagai Pendidik sedangkan manusia
dalam memaknai pengertian pendidikan (Adam) adalah peserta didik. Adapun
nilai buya Hamka, maka penulis materi yang diajarkan adalah ‘semua
cenderung memilih dan menggunakan nama’ atau ‘semua apa yang tidak kamu
Term tarbiyyah (manusia) ketahui’.
kata
tarbiyyah.
kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif
dalam memaknai Berbeda dengan kata ta’lim, kata
tarbiyah dalam penafsiran Hamka di atas pendidikan nilai, karena prosesnya tidak hanya sebatas pada transfer of
pemeliharaan dan knowledge tetapi ia juga mentransfer
merujuk
pada
pengembangan seluruh potensi (fitrah) nilai-nilai
peserta didik, baik jasmani (intelektual) maupun rohani (moral).
Pemaknaan tarbiyyah dengan istilah memelihara, melindungi, dan mengayomi
Pemaknaan terhadap pengertian pendidikan buya hamka yang dipahami
mengindikasikan bahwa dalam proses
penafsiran beliau pengajaran, pendidik tidak hanya sebatas
dari
beberapa
sebagaimana disebut di atas, sejalan pada memberikan atau menyampaikan
dengan definisi pendidikan yang beliau materi ajar kepada peserta didik, tetapi
konsepkan di dalam karyanya Lembaga dia juga membimbing peserta didik agar Hidup – bahwa pendidikan adalah bisa
“serangkaian upaya yang dilakukan mengamalkan ilmu yang diajarkan pendidik untuk membantu membentuk kepada peserta didik. watak, budi, akhlak, dan kepribadian
sehingga ia tahu bisa dipisahkan antara proses pendidikan
Sebagai satu kesatuan yang tidak
peserta