Kinerja LKMS Dalam Mendukung Kegiatan Ek

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

Kinerja LKMS Dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi
Rakyat Berbasis Pesantren
(Studi Pondok Pesantren Darut Tauhid dan BMT Darut Tauhid)
JAM
13, 4
Diterima, April 2015
Direvisi, Juli 20 15
Oktober 20 15
Disetujui, Nopember 20 15

Anas Alhifni
Universitas Djuanda/Pascasarjana Universitas Indonesia Kajian Timur Tengah dan Islam
Nurul Huda
Universitas Yarsi/Pascasarjana Universitas Indonesia Kajian Timur Tengah dan Islam

Abstrct: BMT Darut Tauhid Islamic microfinance institutions boarding based development
is quitegood. Simultaneously, the economic activity in boarding schools Darut Tauhid is
also growing. The aim of this study is to look at the relationship between performance LKMS
with MSME economic activities in Darut Tauhid using LKMS products as linked variable.

This study uses primary data, i.e. interviews with students using a questionnaire. The research conducted on September 17th–26th 2014. The results of the data analysis using Structural equation modelling (SEM) showed that LKMS performance is good enough in terms of
products and savings deposits, buthave not receiveda positive response to products related
to finance. This is proved from the data analysis results statistically have significant relationship between the variables of LKMS performance and products of LKMS, but the relationship between the product of LKMS and MSME economic activities are not significant.
Keywords: Islamic microfinance institution performance, Islamic microfinance institution
products, MSME Economic activity, BMT Darut Tauhid

Jurnal Aplikasi
Manajemen ( JAM)
Vol 13 No 4, 20 15
Terindek s dalam
Google Scholar

Alamat Korespondensi:
Anas Alhifni, Universitas
D j u a n d a / P a s c a s a r ja n a
Universitas Indonesia Kajian
Timur Tengah dan Islam,
[email protected]

Abstrak: BMT Darut Tauhid merupakan lembaga keuangan mikro syariah berbasis pesantren

yang perkembangannya cukup baik. Secara bersamaan, kegiatan ekonomi di lingkungan
pesantren Darut Tauhid juga berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keterkaitan
antara kinerja LKMS dengan kegiatan ekonomi UMKM di Darut Tauhid dengan menggunakan
produk LKMS sebagai variabel antara. Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu wawancara
terhadap santri dengan menggunakan kuesioner yang dilaksanakan dari tanggal 17–26 September 2014. Hasil analisis data dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM)
menunjukkan bahwa kinerja LKMS sudah cukup baik dalam hal produk-produk tabungan dan
deposito, namun belum mendapatkan respon yang positif untuk produk-produk yang terkait
dengan pembiayaan. Ini dibuktikan dengan hasil analisis data secara statistik yang signifikan
antara variabel kinerja LKMS dengan produk-produk LKMS, namun hubungan antara produk
LKMS dengan kegiatan ekonomi UMKM tidak signifikan.
Kata Kunci: kinerja LKMS, produk LKMS, kegiatan ekonomi UMKM, BMT Darut Tauhid

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan
salah satu usaha masyarakat
menengah dan bawah yang

memiliki peran besar bagi perekonomian Indonesia
khususnya dalam kegiatan ekonomi masyarakat baik
dari unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Permasalahan yang paling umum dihadapi oleh UMKM


TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
597

ISSN: 1693-5241

597

Anas Alhifni, Nurul Huda

di beberapa negara adalah rendahnya aksebilitas
terhadap pembiayaan dari perbankan, menurut Dasuki
dan Rima (2008:3) sulitnya UMKM mendapatkan
akses dari perbankan disebabkan oleh persyaratan
yang diberlakukan dalam pemberian pembiayaan
usaha/kredit seperti 5C: Collateral (jaminan),
Capacity (kapasitas usaha), Character (karakter
peminjam), Capital (modal usaha), Condition of
economy (kondisi perekonomian secara makro). Dari
kelima persyaratan tersebut, Collateral (jaminan) merupakan faktor yang paling sulit dipenuhi oleh UMKM.
Untuk mengatasi keterbatasan akses pembiayaan

usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ) tersebut,
pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan pemanfaatan LKMS (Baitul Maal wa
Tamwil sejak 7 Desember 1995) sebagai gerakan
(Obaidullah, 2008:49).
LKMS adalah lembaga keuangan mikro yang
beroperasi pada masyarakat menengah dan bawah,
umat muslim di Indonesia mulai sadar untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengolah sumber daya yang
dimilikinya sesuai dengan prinsip syariah. keberadaan
LKMS diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata
dan memberikan kemudahan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Martowijoyo,
1999:56, Sudarsono, 2003:103).
Pertumbuhan jumlah nasabah BMT Darut Tauhid
yang semakin pesat, memberikan indikasi adanya
antusiasme masyarakat terhadap lembaga keuangan
berbasis syariah tersebut, namun perlu dicermati dan
dilakukan analisis atau ditinjau ulang apakah santri
yang ada di pondok pesantren Darut Tauhid sudah
memanfaatkan keberadaan BMT Darut Tauhid.
Berdasarkan analisis terhadap laporan pertumbuhan
nasabah di BMT Darut Tauhid selama Tahun 2013–

2014 menunjukkan peningkatan yang baik, namun dari
hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa
santri yang memanfaatkan keberadaan BMT Darut
Tauhid masih sangat rendah. Penelitian Alhifni (2012:
78) menunjukkan bahwa banyak santri yang sulit mendapatkan layanan pembiayaan dari lembaga keuangan
walaupun santri sudah mengetahui tentang keberadaan lembaga keuangan tersebut.
Disisi lain, dilingkungan pondok pesantren Darut
Tauhid banyak terdapat UMKM dengan sejumlah
aktifitas yang banyak dan menimbulkan intensitas
kegiatan ekonomi yang tinggi. Pertanyaannya apakah
598

ada pengaruh kinerja lembaga keuangan mikro syariah
terhadap pemanfaatan produk lembaga keuangan
mikro syariah? Apakah ada pengaruh pemanfaatan
produk lembaga keuangan mikro syariah terhadap
kegiatan ekonomi UMKM rakyat berbasis pesantren?
Berdasarkan masalah tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Semakin tinggi kinerja Lembaga Keuangan

Mikro Syariah, maka akan berpengaruh positif
terhadap pemanfaatan produk Lembaga
Keuangan Mikro Syariah.
H2 : Semakin banyak produk yang diminati masyarakat, maka akan berpengaruh positif terhadap
bertambahnya kegiatan ekonomi UMKM
rakyat berbasis pesantren.

TINJAUAN TEORITIS
Pondok Pesantren dan Ekonomi
Keberadaan pondok pesantren saat ini sangat
berbeda dengan masa lalu, jika pada masa lalu pondok
pesantren berdiri sekaligus cikal bakal desa setempat,
maka saat ini banyak pondok pesantren yang berdiri
di lingkungan desa atau masyarakat yang sudah ramai.
Pondok pesantren sampai saat ini masih menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat, dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, banyak pondok pesantren telah memberikan sistem pembelajaran
yang berimbang balance antara aspek dunia dan
akhirat, bahkan banyak pesantren yang sudah memiliki
kegiatan-kegiatan ekonomi seperti koperasi, pertanian,
peternakan dan sebagainya (Bakhri dan Mukh, 2011:28).
Pondok pesantren merupakan institusi sosial yang

memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi, banyak
pondok pesantren yang sudah terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi seperti sektor pertanian,
peternakan, koperasi dan lembaga keuangan mikro
(Harjito, dkk., 2008:9), Kegiatan ekonomi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan setiap orang dalam bidang
ekonomi untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti konsumsi,
produksi dan distribusi kemudian dikenal dengan siklus
lingkaran kegiatan ekonomi model sederhana Rahardja
dan Mandala (2008:8).
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
adalah sebagai kelompok atau lembaga organisasi
masyarakat yang menggalang dana dari para anggota,

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren


baik untuk tabungan dan zakat (sedekah) untuk
distribusi dalam bentuk pembiayaan komersial dan non
komersial sebagai upaya untuk memperkuat dan memberdayakan orang-orang yang secara ekonomi lemah
atau marginal balai usaha mandiri terpadu yang mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi atas
dasar tolong menolong yang dalam pengelolaannya
menggunakan prinsip-prinsip syariah (Khadijah, dkk.,
2013:74, Ahmad, dkk., 2011:292, Salidin, 2000:71).
Pakistan merupakan salah satu negara yang telah mengembangkan LKMS dan telah meluncurkan Skema
Pembangunan Desa pada tahun 1995. Tujuan utama
dari skema ini adalah untuk mengurangi kemiskinan
di pedesaan dengan memberikan modal investasi
mikro dengan sistem syariah untuk pertanian dan sektor pedesaan untuk menghasilkan lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin pedesaan. Skema ini juga menyediakan kesejahteraan,
layanan moral dan etika kepada rakyat pedesaan di
negara itu. Saat ini, skema sedang dilaksanakan melalui 129 cabang yang mencakup 10.023 desa di 60 kabupaten. Beberapa 0.520.000 anggota kelompok yang
tercakup: 94% adalah perempuan (Rahman, 2010:
120). Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi
muslim terbesar di dunia diharapakan LKMS dapat
berperan besar khususnya dalam meningkatkan taraf

hidup masyarakat sebagaimana yang diungkapkan
oleh Sudarsono (2010:104) LKMS atau BMT harus
memiliki peran berikut: (1) Menjauhkan masyarakat
dari praktek ekonomi yang tidak syariah, LKMS harus
aktif dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya sistem syariah, hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara bertransaksi secara Islami. (2) Melakukan pembinaan
dan pendanaan usaha kecil atau UMKM, LKMS harus berperan aktif dalam menjalankan fungsi sebagai
lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan
pembinaan dan pengawasan terhadap UMKM yang
dilakukan oleh masyarakat. (3) Melepaskan ketergantungan kepada rentenir, di antara kelebihan yang
ditawarkan rentenir adalah dapat memenuhi keinginan
masyarakat yang membutuhkan dana dalam proses
yang cepat. Oleh karena itu LKMS atau BMT selayaknya harus bisa memberikan pelayanan yang prima
sehingga msyarakat lebih memilih LKMS atau BMT
dibandingkan rentenir. (4) Menjaga keadilan ekonomi

masyarakat dengan distribusi yang merata, artinya
LKMS atau BMT tidak diperbolehkan mempunyai
keberpihakan kepada golongan tertentu, akan tetapi
LKMS atau BMT harus memberikan pelayanan yang

adil bagi umat.

Produk LKMS
Penerapan produk-produk yang ada pada LKMS
tidak terlepas dari akad-akad yang ada dalam muamalah maliyah, sebagai contoh akad dari segi tujuannya mempunyai dua tujuan yaitu akad tabarru (tolong
menolong) dan tijari (Komersial), sesuai dengan
fungsi LKMS sebagai lembaga sosial dan komersil
maka kedua bentuk akad tersebut secara otomatis
ada dalam produk-produk LKMS, KJKS atau BMT
(Buchori, 2012:5). Hasil observasi menunjukkan
bahwa produk yang ada di BMT Darut Tauhid baik
berupa produk funding maupun lending secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut, Simpanan
umum (Sirela), Simpanan lembaga, (Amanah), Simpanan pendidikan (Sidiq), Simpanan walimah (Salimah), Simpanan haji dan umroh (Siroh), Simpanan
qurban (Qurban), Simpanan berjangka, Pembiayaan
Modal Kerja (Mudharabah), Jual Beli (Murabahah),
dan gadai mas. Namun dalam penelitian ini bahasan
produk LKMS dibagi berdasarkan jenis akadnya sebagaimana berikut Seperti Tabungan Wadiah, Deposito
Mudharabah, Murabahah, Pembiayaan mudharabah
dan Pembiayaan Rahn.


Definisi Kinerja
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu, sedangkan kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil untuk mewujudkan sasaran tujuan perusahaan atau lembaga organisasi, kinerja juga bisa disebut sebagai komunikasi
yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsung, atau
antara nasabah dan pengelola, atau antara konsumen
dengan produsen, seperti membangun harapan yang
jelas, apabila sebuah kinerja ingin mendapatkan sebuah nilai maka dalam proses komunikasi semua
sistem harus diikutsertakan pada sistem tersebut seperti melakukan pengukuran, dan pengembangan kinerja perorangan, kelompok, dan organisasi serta pelurusan kerja sesuai dengan tujuan strategis organisasi

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

599

Anas Alhifni, Nurul Huda

atau lembaga (Bacal, 2004:4, Prayaman dan
Simanjunyak, 2011:1, Suarto, 2014:3, Wibowo, 2007:9).
Kinerja LKMS bisa dilihat dari berbagai aspek seperti
operasional, komitmen, tolong menolong, kemampuan
manajemen dan keterampilan, dukungan dari para
aghniya, mampu memelihara kepercayaan masyarakat, pendiriannya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, kemampuan dalam menghimpun dana dan
sebagainya (Muhammad, 2009:84).
Menurut Junaedi (2002:280,381)   pengukuran
kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi dan misi melalui bentuk-bentuk yang ditawarkan berupa produk, jasa, ataupun proses. Artinya,
setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan
dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah
perusahaan di masa yang akan datang yang dinyatakan
dalam visi dan misi perusahaan, oleh karenanya
pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya aktivitas
yang telah dilakukan dan mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Adapun indikator kinerja yang dianggap dapat
menggambarkan kinerja dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Umur LKMS
Umur LKMS adalah usia LKMS mulai berdiri,
hal ini merupakan salah satu penenntuan usia lama
tidaknya keberadaan lembaga keuangan tersebut,
kaitannta Umur LKMS dengan LKMS, asumsi dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa umur LKMS bisa
dikaitkan dengan respon nasabah, apakah sudah
banyak membantu nasabahnya atau belum, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Martowijoyo (1999:3).

Jarak LKMS
Jarak merupakan salah satu penentu seseorang
untuk memilih, baik untuk melakukan kegiatan keuangan maupun non keuangan, akses yang mudah
dapat memberikan persepsi yang baik, LKM merupakan lembaga perantara keuangan yang bertujuan
menyediakan akses yang mudah untuk nasabahnya
(Arsyad, 2008:56) Adapun menurut Martowijoyo
(1999:3) di antara faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja lembaga keuangan mikro adalah jarak ratarata antara lokasi LKM dan lokasi nasabah, hasil
600

penelitiannya menunjukkan bahwa adannya pengaruh
yang signifikan antara jarak atau lokasi LKM dengan
nasabah yang mau menjadi nasabah di LKM.

Waktu Pemerosesan
Waktu pemerosesan merupakan layanan purna
jual yang harus dilakukan sebaik mungkin sebagaimana yang diungkapkan oleh Arsyad (2008:56) kualitas
layanan bisa diukur salah satunya dengan fleksebilitas
dan kesesuaian layanan yang diberikan, menurutnya
setiap layanan khususnya waktu pemerosesan layanan harus dilakukan secara cepat dan efektif agar
dapat memberikan kepuasan bagi para nasabah. Hal
ini juga diungkapkan oleh Martowijoyo (1999:3) bahwa
di antara faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
adalah waktu pemerosesan setiap layanan yang ada
di LKM tersebut, dan akan berakibat kepada kepuasan nasabah, asumsi dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa waktu pemerosesan setiap layanan yang ada
di LKMS akan berpengaruh terhadap peningkatan
jumlah produk yang ada di LKMS atau BMT.

Margin Pembiayaan Murabahah
Margin adalah adalah profit margin yaitu selisih
antara nilai penjualan setelah mengungkapkan harga
perolehan, menurut Arsyad ( 2008:57) kinerja LKM
bisa diukur dengan melihat faktor Indeks ketergantungan subsidi, mengukur subsidi yang diterima berbanding bunga/bagi hasil yang diperoleh atau subsidi
tingkat bunga atau bagi hasil pada dana pinjaman atau
pembiayaan.

Jumlah Santri yang Menabung
Jumlah santri yang menabung dimaksudkan
adalah jumlah santri yang telah menjadi nasbabah di
LKMS, asumsi dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin banyak santri yang memilki tabungan
di LKMS maka dapat menggambarkan santri telah
memanfaatkan keberadaan LKMS. Menurut Arsyad
(2008:58) kinerja LKM dapat diukur salah satunya
dengan melihat jumlah dan tingkat pertumbuhan
tahunan rekening pinjaman dan simpanan, artinya hal
ini melihat dari pertumbuhan jumlah nasabah yang
telah memanfaatkan keberadaan LKM atau LKMS.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

Penelitian Terdahulu
Rima Elya Dasuki dengan judul Optimaliasai
Menciptakan Market Value Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS) Untuk Pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah (UKM) Melalui Pendekatan Resource
Based View. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
LKMS perlu menentukan variabel pengukuran kinerja
LKMS yang akan mendukung tercapainya market
value yang diharapkan, adapun variabel pengukuran
yang disarankan adalah Human Capital, Structural
Capital, Costomer Capital.
Sumartono Martowijoyo dengan judul Kinerja
Lembaga Keuangan Mikro dan Perilaku Masyarakat
Pedesaan, metode yang digunakan adalah Korelasi
jenjang spearman Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa faktor yang paling mempengaruhi kinerja adalah jarak ke lokasi nasabah dan selang waktu pemerosesan kredit. Tergambar pula masih lugu dan mandirinya sifat pengusaha mikro pedesaan nasabah LKM
dibanding pengusaha konglemrat nasabah bank umum.

METODE
Analisis statistik yang digunakan adalah statistik
multivariat, Analisis multivariat merupakan alat analisis
lebih dari dua variabel yang dianalisis secara simultan
(Widarjono, 2010:1), contoh analisis multivariat yang
digunakan pada penelitian ini adalah structural equation modelling (SEM) hal ini untuk menjelaskan
hubungan yang kompleks antar variabel dan indikatorindikator yang ada dalam penlitian ini.
Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) BMT
Darut Tauhid dan pondok pesantren Darut Tauhid
yang berada pada lokasi yang sama di wilayah
Bandung Jawa Barat, waktu penelitian dilakukan
pada tanggal 17 s/d 26 September 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
nasabah BMT Darut Tauhid Bandung yang statusnya
menjadi santri seperti santri mukim, santri tahfidz,
santri karya, santri usia keemasan, Adapun pengambilan sampel dipilih berdasarkan metode non probability sampling dalam bentuk convenience sampling
yaitu suatu tekhnik pengambilan sampel yang
dilaksanakan terhadap kenyamanan berkaitan dengan
penyediaan data yang mudah diperolah (Supomo dan
Idriantoro, 2003:130).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
mengikuti apa yang dipersyaratkan dalam tekhnik analisa Structural Equation Modelling (SEM). Ukuran
sampel minimum yang disarankan adalah sebanyak
5 responden per variabel teramati atau indikator
(Wijanto, 2008:46). Dengan demikian, karena variabel
terukur dalam penelitian ini berjumlah 13, maka:
Jumlah sampel = Jumlah Variabel terukur x 10
= 13 x 10= 130 sampel
Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode structural aquation modelling
(SEM) dioperasikan dengan menggunakan program
Amos 22, secara garis besar tahapan penggunaan
Metode structural aquation modelling (SEM)
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Widarjono,
2010:309): (a) Spesifikasi Model. (b) Identifikasi
Model. (c) Uji Kelayakan Model dan Uji Signifikansi.
(d) Interpretasi dan Modifikasi Model.
Adapun untuk melihat kelayakan sebuah model
Structural Equation Modelling (SEM) dapat memperhatikan hal-hal berikut (Widarjono, 2010:315): (1)
Uji statistika Chi Squares. (2) Goodness Of Fit
Index (GFI). (3) Adjusted Goodness of Fit Index
(AGFI). (4) Root Mean Square Residual (RMSR)
Model Structural Equation Modelling (SEM)
bisa dikatakan layak jika paling tidak ada satu metode
uji kelayakan tersebut terpenuhi, namun jika kelayakan
model Structural Equation Modelling (SEM) bisa
memenuhi lebih dari satu maka akan lebih baik.

Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Adapun
variabel yang dipilih pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif Demografi Responden
Analisis deskriptif ini merupakan penjelasan atas
pertanyaan mengenai informasi, jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pendapatan atau kiriman dari wali
santri dari setiap responden, masa studi dan pekerjaan
orang tua, hal ini dilakukan untuk mengetahui secara
jelas demografi responden. Adapun Jumlah responden

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

601

Anas Alhifni, Nurul Huda

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
No

Indikator

Teori

1

Umur LKMS

(Martowijoyo 1999 : 3)

2

Jarak LKMS

(Martowijoyo 1999 : 3)

3

Waktu Pemerosesan

(Arsyad 2008 : 56)

4

Margin Pembiayaan
Murabahah
Jumlah Santri Yang
Menabung
Tabungan Wadiah

(Arsyad 2008 : 57)

5
6
7

(Arsyad 2008 : 58)
(Sudarsono, 2008 : 64)

Deposito
Mudharabah

(Buchori, 2012 : 20)

Definisi Operasional Variabel
Umur LKMS adalah usia LKMS dari sejak berdiri sampai
dengan saat ini dan peranannya dalam membantu
nasabahnya
Jarak LKMS adalah jarak antara LKMS dan nasabah dalam
hal ini santri (jarak BMT dan pondok pesantren)
Waktu pemerosesan adalah proses setiap layanan yang ada
di BMT Darut Tauhid
Margin adalah keuntungan dalam pembiayaan murabahah
yang ditetapkan oleh BMT Darut Tauhid
Jumlah santri yang menabung adalah jumlah santri yang
menjadi nasabah d i BMT Darut Tauhid
Tabungan titipan yang dapat diambil kapan saja sesuai
dengan jangka waktu yang d isepakati
Simpanan berjangka yang dikelola dengan prinsip bagi hasil

Sumber: Data penelitian diolah

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

No

Indikator

Teori

Definisi Operasional Variabel

1

Pembiayaan
Murabahah

(Iska, 2012 : 171)

Murabahah adalah akad jual beli dengan harga
asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati
Produk pembiayaan produktif yang disalurkan
kepada nasabah
Pembiayaan gadai yang digunakan untuk
kosumtif atau produktif
-

2

(Antonio, 2010 : 150)

3

Pembiayaan
Mudharabah
Pembiayaan Rahn

(Buchori, 2012 : 64)

4

Mini Market Smm

Unit Usaha BMT DT

5

Cafe Darul Jannah

Unit Usaha BMT DT

-

6

Hotel Darul Jannah

Unit Usaha BMT DT

-

Sumber: Data penelitian diolah

dalam penelitian ini adalah 130 responden yang
merupakan nasabah BMT Darut Tauhid yang berstatus sebagai santri pondok pesantren Darut Tauhid.
Kuesioner yang disebarkan sebanyak 150 kuesioner,
namun yang bisa diambil kembali hanya sekitar 140
kuesioner, dari 140 kuesioner tersebut yang dimasukkan dalam penelitian ini sebanyak 130 kuesioner sesuai
dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan diawal.
Penelitian dilakukan sejak tanggal 17–26
September 2014, hasil observasi di Pondok pesantren
Darut Tauhid menunjukkan bahwa Darut Tauhid
memiliki santri yang ramah dan beragam baik dari
jenjang usia, latar belakang pendidikan, besaran
pendapatan, dan sebagainya. Persentase dari jumlah
santri yang ada di pondok pesantren Darut Tauhid
didominasi oleh akhwat.
602

Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya
santri di pondok pesantren Darut Tauhid adalah
karena pondok pesantren Darut Tauhid berada di lokasi
yang sangat strategis dan bersentuhan langsung
dengan masyarakat sekitar, dekat perguruan tinggi
seperti UPI, dekat dengan pusat kota dan masyarakat
menengah dan bawah. Berdasarkan hasil kuesioner
yang disebarkan 70% responden berstatus sebagai
santri mukim, 20% santri karya dan 10% pegawai
kopontren dan BMT Darut Tauhid.

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner dengan
SPSS
Sebelum mengolah data penelitian dengan Structural Equation Modelling (SEM), terlebih dahulu

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui
ketepatan butir-butir pertanyaan kuesioner. Pada uji
validitas, corrected item total correlation setiap butir
pertanyaan diperbandingkan dengan nilai ttabel dengan
taraf nyata ()= 5% pada (df) n-2. Dengan derajat
bebas sebesar 128, maka corrected item total harus
lebih besar atau sama dengan 0,144 agar butir
pertanyaan dinyatakan valid. Sementara dalam uji
reliabilitas dilihat koefisien reliabilitas (Cronbach’s
Alpha). Jika koefisien reliabilitas mendekati 1 sangat
baik, jika berada di atas 0,8 baik, tetapi bila berada di
bawah nilai 0,6 tidak baik. Angka yang didapatkan
semakin tinggi koefisien korelasi berarti semakin
konsisten antara hasil penggunaan dua tes tersebut
semakin baik dan hasil ukur dua tes dikatakan semakin reliabel. Sebaliknya jika dua tes yang dianggap
paralel ternyata menghasilkan skor yang satu sama
lain berkorelasi rendah maka dapat dikatakan reliabilitas hasil ukur tes tersebut tidak tinggi. Validitas
biasanya dinyatakan oleh korelasi antara distribusi
skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor

suatu kriteria yang relevan Berdasarkan hasil
perhitungan SPSS2 pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa
rhitung > dari rtabel, di mana df=N-2 (130) -2 =128 nilai
df = 0,144, hasil ini menunjukkan bahwa semua butirbutir pertanyaan yang ada pada instrumen kinerja
LKMS dalam mendukang kegiatan ekonomi rakyat
berbasi pesantren tersebut adalah valid. Dengan
demikian seluruh butir pertanyaan dapat digunakan
dalam prosedur penelitian ini, hal ini juga tergambar
dari hasil data yang diperoleh semua nilai Cronbach’s
Alpha lebih besar dari 0,600 dan dapat disimpulkan
bahwa data yang berkaitan dengan variabel kegiatan
ekonomi UMKM, Produk LKMS, Kinerja LKMS
sudah reliabel.

Uji Structural Equation Modeling (SEM)
SEM yang dioperasikan melalui program AMOS
22. Model struktural adalah hubungan antar konstruk
yang mempunyai hubungan causal (sebab akibat)

Tabel 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian
Butir
Pertanyaan
KE1
KE2
KE3
PL1
PL2
PL3
PL4
PL5
KL1
KL2
KL3
KL4
KL5

Korelasi Pearson

R tabel

0,562
0,144
0,536
0,144
0,393
0,144
0,385
0,144
0,575
0,144
0,507
0,144
0,393
0,144
0,527
0,144
0,369
0,144
0,525
0,144
0,250
0,144
0,274
0,144
0,522
0,144
Total Crobach’s Alpha All Variable : 0,793

Cronbach’s
Alpha
0,767
0,773
0,782
0,782
0,769
0,774
0,782
0,770
0,784
0,769
0,806
0,800
0,770

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Reliabel

Sumber: Data kuesioner,diolah
Keterangan:
KE1
: Mini Market Smm
KE3
: Hotel Darul Jannah
PL2
: Deposito Mudharabah
PL4
: Pembiayaan Mudharabah
KL1
: Umur LKMS
KL3
: Waktu Pemerosesan
KL5
: Jumlah Santri Yang menabung

KE2
PL1
PL3
PL5
KL2
Kl4

: Cafe Darul Jannah
: Tabungan Wadiah
: Pembiayaan Murabahah
: Rahn
: Jarak LKMS
: Margin Pembiayaan Murabahah

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

603

Anas Alhifni, Nurul Huda

dengan demikian akan ada variabel independen dan
dependen. Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan dengan program AMOS22, hasil yang
didapatkan sebagaimana tabel 4.

Berdasarkan hasil hitung Maximum Likelihood
Estimates dengan program Amos 22 dapat dijelaskan
sebagaimana tabel 5.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa semua

Tabel 4. Evaluasi Goodness of Fit Model

0.09

Margina Fit

RMR
NFI

0.03
0,72

Good Fit
Marginal Fit

CFI

0,82

Good Fit

IFI
RFI

0,83
0,65

Good Fit
Marginal Fit

Hoelter
GFI

81
0,87

Good Fit
Good Fit

AGFI

Cut Off
(3)
131,(P = 0.00)

Keterangan
(4)
Marginal Fit

Goodness of Fit
(2)
Chi-Square
p-value
RMSEA

0.810

GoodFit

Sumber: Data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa ada
6 ukuran GOF yang menunjukkan kecocokan yang
baik walaupun perbedaannya sedikit, dan 4 ukuran
yang menunjukkan kecocokan marginal, dapat disimpulkan bahwa kecocokan konstruk adalah baik, hal
ini juga didukung dengan hasil dari degrees of
freedom yang postif senilai 62, sehingga pengujian
model sudah fit. Dasar Keputusan hipotesis: Jika Nilai
Probability (P) (Regression Wights)
kritisnya, semua nilai P berada di bawah 0,05, namun
secara konstruk ada yang tidak signifikan, hal ini dapat
dijelaskan bahwa hipotesis yang pertama menunjukkan kinerja LKMS dengan produk LKMS memiliki
pengaruh yang signifikan dengan nilai perolehan Cr
(4,083) >1,96 nilai P, 0,00 < 0,05 ketika kinerja LKMS
semakin baik maka akan berpengaruh positif terhadap bertambahnya produk LKMS. Adapun hipotesis
yang kedua ditolak karena tidak ada pengaruh yang
signifikan antara produk LKMS dengan kegiatan
ekonomi dengan nilai perolehan Cr (1,510) 0,05. Adapun secara gambar dapat kita lihat
sebagaimana gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa
PL5 dengan nilai P 0,00 < 0,05 memiliki nilai estimate
sebesar 1,47 (tertinggi), sedangkan PL2 dengan nilai
P, 0,00 < 0,05 memiliki nilai estimate 1,30, PL1 dengan
nilai P 0,00 < 0,05 dengan nilai estimate 1,00, PL3
dengan nilai P 0,00 < 0,05 dengan nilai estimate 1,14,
PL4 dengan nilai P 0,00 < 0,05 dengan nilai estimate
0,73. Adapun KE1 dengan nilai P 0,00 < 0,05 dengan
nilai estimate 1,34, KE3 dengan nilai P 0,00 < 0,05
dengan nilai estimate 0,90, KE2 dengan nilai P 0,00 <

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

Tabel 5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengukuran
Keterangan

Hipotesis

0,00

Factor Loading
Estimate
0,50

Valid Reliabel

H1 Data
Mendukung

>1,96

0,00

0,66

Valid Reliabel

4,765

>1,96

0,00

0,58

Valid Reliabel

PL4

3,624

>1,96

0,00

0,38

Valid Reliabel

PL5

5,027

>1,96

0,00

0,64

Valid Reliabel

KL1

4,030

>1,96

0,00

0,54

Valid Reliabel

KL2

5,040

>1,96

0,00

0,56

Valid Reliabel

KL3

2,422

>1,96

0,01

0,64

Valid Reliabel

KL4

2,632

>1,96

0,08

0,65

Valid Reliabel

KL5

2,632

>1,96

0,00

0,57

Valid Reliabel

KE1

5,555

>1,96

0,00

0,54

Valid Reliabel

KE2

5,128

>1,96

0,00

0,56

Valid Reliabel

KE3

2,128

>1,96

0,00

0,53

Valid Reliabel

Variabel

Nilai Cr

Nilai Kritis

Nilai P

PL1

5,128

>1,96

PL2

5,128

PL3

Cr (4,083)
>1,96
P, 0,00 <
0,05

H2 Data
tidak
Mendukung
Cr (1,510)

0,05

Sumber: Data kuesioner, diolah

Gambar 1. Structural Model Kinerja LKMS
Sumber: Data kuesioner, diolah

0,05 dengan nilai estimate 1,00, KL2 dengan nilai P
0,00 < 0,05 dengan nilai estimate 1,00, KL5 dengan
nilai P 0,00 < 0,05 dengan nilai estimate 1,00, KL1
dengan nilai P 0,00 < 0,05 dengan nilai estimate 0,68,
KL4 dengan nilai P 0,08 < 0,05 dengan nilai estimate
0,55, KL3 dengan nilai P 0,01 < 0,05 dengan nilai

estimate 0,54. Hasil ini menunjukkan bahwa PL1, PL2,
PL3, PL4, PL5, KE1, KE2, KE3, KL1, KL2, KL3,
KL4 dan KL5 dapat menggambarkan variabel kinerja
LKMS, variabel konstruk yang memiliki pengaruh
adalah antara kinerja dengan produk LKMS dengan
nilai estimate sebesar 0,08 < 0,05. Adapun produk
LKMS dan kegiatan ekonomi tidak memiliki pengaruh
yang signifikan dengan nilai estimate sebesar 2,22 >
0,05. Adapun Squared Multiple Correlations yang
dihasilkan dari masing-masing idikator sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dari
tiga variabel laten yaitu kinerja LKMS dan Produk
LKMS serta kegiatan ekonomi indikator yang paling
banyak dapat menggambarkan variabel latennya adalah PL5 (Rahn) 40,9%, PL2 (Deposito Mudharabah)
44,1%, KL5 (Jumlah santri yang menabung) 43%,
KE1 (Mini Market Smm) 41,2%, Perolehan persentase
yang rendah terdapat pada indikator PL4 (Pembiayaan mudharabah), KL4 (Margin pembiayaaan
murabahah) dan KL3 (Waktu pemerosesan) hasil ini
juga menggambarkan bahwa dari 13 variabel indikator
yang memiliki persantase yang cukup baik adalah 8
indikator yang memiliki persentase lebih dari 30%.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

605

Anas Alhifni, Nurul Huda

Tabel 6. Squared Multiple Correlations
Variabel
PL1
Produk
PL2
Produk
PL3
Produk
PL4
Produk
PL5
Produk
KE3 Kegiatan
KE2 Kegiatan
KE1 Kegiatan
KL5 Kinerja
KL4 Kinerja
KL3 Kinerja
KL2 Kinerja
KL1 Kinerja

Estimate
24,8%
44,1%
33,8%
15%
40,9%
30,1%
32,4%
41,2%
43%
0,74%
0,62%
32,3%
18,8%

Sumber: Data kuesioner, diolah

Adapun hubungan masing-masing indikator terhadap
indikator yang lain dapat dijelaskan sebagaimana tabel
7.

(Margin pembiayaan murabahah) 0,034 maka jumlah
nasabah yang memanfaatkan produk naik sebesar
0,011 dan kegiatan ekonomi sebesar 0,007, dan ketika
KL5 naik 0,176 maka jumlah nasabah yang memanfaatkan produk naik sebesar 0,058 dan kegiatan
ekonomi sebesar 0,036. Adapun produk LKMS ketika
PL1 bertambah 0,070 maka kinerja naik sebesar 0,088
dan kegiatan ekonomi sebesar 0,036, ketika PL2
bertambah sebesar 0,129 maka kinerja naik sebesar
0,162 dan kegiatan ekonomi sebesar 0,067, ketika PL3
bertambah sebesar 0,095 maka kinerja naik sebesar
0,119 dan kegiatan ekonomi sebesar 0,050, ketika PL4
bertambah sebesar 0,051 maka kinerja naik 0,065 dan
kegiatan ekonomi sebesar 0,27, dan ketika PL5 bertambah sebesar 0,100 maka kinerja naik sebesar 0,125
dan kegiatan ekonomi sebesar 0,052.
Adapun untuk kegiatan ekonomi, ketika KE1
(Mini Market Smm) 0,048 maka jumlah nasabah yang
memanfaatkan produk bertambah 0,111 dan kinerja
naik sebesar 0,055, ketika KE2 (Cafe Darul Jannah)

Tabel 7. Skor Hubungan Antar Indikator

Variabel
Kinerja
Produk
Kegiatan

KL1
,080
,026
,016

KL2
,111
,036
,023

KL3
,029
,009
,006

KL4
,034
,011
,007

KL5
,176
,058
,036

KE1
,055
,111
,048

KE2
,057
,114
,049

KE3
,046
,092
,040

Sumber: Data kuesioner, diolah

Tabel 8. Skor Hubungan Antar Indikator

Variabel
Produk
Kegiatan
Kinerja

PL5
,100
,052
,125

PL4
,051
,027
,065

PL3
,095
,050
,119

PL2
,129
,067
,162

PL1
,070
,036
,088

Sumber: Data kuesioner, diolah

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara kinerja LKMS dengan pemanfaatan jumlah produk LKMS dan kegiatan ekonomi
walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan.
ketika KL1 (Umur LKMS) naik sebesar 0,080 maka
jumlah nasabah yang memanfaatkan produk naik
sebesar 0,026 dan kegiatan ekonomi sebesar 0,016,
ketika KL2 (Jarak LKMS) naik 0,111 maka jumlah
nasabah yang memanfaatkan produk naik sebesar
0,036 dan kegiatan ekonomi sebesar 0,023, ketika KL3
(Waktu pemerosesan) naik 0,029 maka jumlah nasabah yang memanfaatkan produk naik sebesar 0,009
dan kegiatan ekonomi sebesar 0,006, ketika KL4
606

0,049 maka jumlah nasabah yang memanfaatkan
produk bertambah sebesar 0,114 dan kinerja sebesar
0,057, dan ketika KE3 0,040 maka jumlah nasabah
yang memanfaatkan produk bertambah sebesar 0,092
dan kinerja bertambah sebesar 0,046.
Kinerja merupakan salah satu elemen penting
dalam mengukur peran BMT Darut Tauhid sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang beroperasi
pada masyarakat menengah dan bawah. Berdasarkan
hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja BMT
Darut Tauhid memiliki pengaruh yang positif terhadap
pemanfaatan produk BMT Darut Tauhid, artinya
secara umum BMT Darut Tauhid telah memiliki

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

kinerja yang baik khususnya pada produk tabungan
berjangka.
Kinerja merupakan salah satu elemen penting
dalam mengukur peran BMT Darut Tauhid sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang beroperasi
pada masyarakat menengah dan bawah. Berdasarkan
hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja BMT
Darut Tauhid memiliki pengaruh yang positif terhadap
pemanfaatan produk BMT Darut Tauhid, artinya
secara umum BMT Darut Tauhid telah memiliki kinerja yang baik khususnya pada produk tabungan
berjangka.
Hasil penelitian juga mendukung teori yang
diungkapkan Arsyad (2008:59) bahwa Kinerja LKM
atau LKMS bisa diukur dengan melihat kemandirian
lembaga tersebut financially viable dan jangkauan
LKM atau LKMS terhadap nasabahnya, seperti penetrasi pasar, persentase nasabah dan kualitas layanan
dimana semua kategori tersebut di atas dapat disebut
sebagai kinerja.
Berdasarkan hasil perhitungan antara model
sebelum dimodifikasi dan sesudah modifikasi, persentase hubungan dan pengaruh antar variabel indikator
masih jauh lebih baik sebelum dilakukan modifikasi
model, walaupun hasilnya lebih fit setelah dilakukan
modifikasi variabel dengan turunnya angka Chisquare, naiknya nilai p value dan positifya nilai df.
Mengenai kinerja LKMS, indikator yang paling
banyak menggambarkan tentang kinerja sebagaimana
hasil dari perhitungan SEM sebelum dimodifikasi
adalah KL5 (Jumlah santri yang menabung) sebesar
43% dan KL2 (Jarak LKMS) sebesar 32,3%, hasil
ini menunjukkan bahwa santri di Darut Tauhid secara
umum telah memiliki tabungan di BMT Darut Tauhid,
dan alasan memilih menabung di BMT Darut Tauhid
yang paling umum adalah karena faktor jarak LKMS
dan pondok pesantren yang tidak berjauhan.
Banyaknya santri yang sudah memanfaatkan keberadaan BMT Darut Tauhid, memberikan pengaruh
signifikan terhadap peningkatan jumlah pemanfaatan
produk yang ada di BMT Darut Tauhid. Hasil wawancara dengan beberapa responden menjelaskan bahwa
faktor-faktor penyebab santri menjadi nasabah di
BMT Darut Tauhid antara lain adalah Jarak yang
dekat, keberadaan BMT yang sudah cukup lama dan
banyaknya santri yang memilki pendapatan/kiriman
dari orang tua > Rp.1000.000.

Berdasarkan hasil kuesioner dan uji skala likert
menggambarkan hasil yang serupa dengan analisis
SEM di mana respon nasabah terhadap produk yang
ditawarkan, para responden lebih tertarik pada PL2
(Produk deposito) sebesar 44,1%, artinya santri menabung tidak hanya sebatas untuk konsumtif, namun
juga untuk diinvestasikan di BMT Darut Tauhid.
Artinya santri di Darut Tauhid sebagian sudah berfikir
produktif dan tidak hanya konsumtif. Adapun untuk
produk lending yang paling banyak mendapatkan
respon positif adalah PL5 (Rahn) sebesar 40,9%.
Indikator berikutnya yang mendapatkan respon
positif dari para responden adalah PL3 (Produk pembiayaan murabahah) sebesar 33,8%, produk ini digunakan nasabah sebagai fasilitas jual beli untuk memenuhi kebutuhan para santri khususnya kebutuhankebutuhan konsumtif. Sedangkan, PL1 (Tabungan
wadiah) mendapatkan respon dari responden sebesar
24,8%, produk ini digunakan nasabah sebagai fasilitas
tabungan yang bisa diambil kapan saja. Setelah wawancara dilakukan menunjukkan bahwa banyak
nasabah yang sudah memanfatkan produk tabungan
wadiah, meskipun hasil pengujian secara statistik
menunjukkan bahwa respon terhadap produk ini hanya
sebesar 24,8%.
Analisis hubungan antara produk dengan kegiatan
ekonomi menunjukkan bahwa produk-produk LKMS
BMT Darut Tauhid belum secara langsung terkait
dengan kegiatatan ekonomi. Hal ini didukung hasil
analisis ( SEM ) yang menunjukkan tidak ada pengaruh
signifikan antara produk LKMS dengan kegiatan
ekonomi dilihat hasil statistik hitung Cr (1,510) 0,05. Ini berarti sesuai dengan hasil sebelumnya bahwa produk yang lebih banyak diminati
adalah deposito bukan produk lending artinya, nasabah lebih banyak mengakses deposio daripada produk
lending. Namun demikian ada hubungan yang positif
antara produk dengan kegiatan ekonomi. Positifnya,
beberapa usaha di lingkungan BMT Darut tauhid ini
menjadi sarana santri untuk menambah penghasilan
dan kemudian didepositokan ke BMT Darut Tauhid.
Berdasarkan hasil kuesioner dan uji skala likert
menggambarkan hasil yang serupa dengan analisis
SEM dimana respon nasabah terhadap produk yang
ditawarkan, para responden lebih tertarik pada PL2
(Produk deposito) sebesar 44,1%, artinya santri menabung tidak hanya sebatas untuk konsumtif, namun

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

607

Anas Alhifni, Nurul Huda

juga untuk diinvestasikan di BMT Darut Tauhid.
Artinya santri di Darut Tauhid sebagian sudah berfikir
produktif dan tidak hanya konsumtif. Adapun untuk
produk lending yang paling banyak mendapatkan
respon positif adalah PL5 (Rahn) sebesar 40,9%.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
LKMS memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan
produk LKMS, artinya secara umum BMT Darut
Tauhid telah memiliki kinerja yang baik khususnya
pada produk tabungan berjangka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh pemanfaatan produk LKMS terhadap
kegiatan ekonomi UMKM rakyat berbasis pesantren,
artinya belum semua kegiatan ekonomi UMKM yang
ada di pondok pesantren Darut Tauhid telah
memanfaatkan keberadaan BMT Darut Tauhid.

Saran
Pemerintah
Indikator kinerja yang paling banyak memiliki
respon positif adalah jumlah santri menabung dan jarak
LKMS, dengan hasil ini pemerintah perlu kiranya
untuk menjadikan pesantren sebagai laboratorium
LKMS.

BMT Darut Tauhid
Walaupun saat ini secara umum santri sudah
menjadi nasabah di BMT Darut Tauhid, namun dalam
rangka menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan santri.
BMT Darut Tauhid perlu kiranya melakukan sosialisasi kepada para santri mengenai kesadaran menabung dan pengenalan produk-produk yang ada di BMT
Darut Tauhid khususnya produk pembiayaan.
Indikator kinerja yang memiliki respon positif
berikutnya adalah indikator jarak, walaupun saat ini
jarak antara BMT Darut Tauhid dan pondok pesantren Darut Tauhid tidak berjauhan, namun, dalam
rangka memenuhi setiap kebutuhan nasabah baik
santri maupun yang bukan santri dan memobilisasi
dana yang dimiliki oleh masyarakat agar dapat dimanfaatkan secara optimal, BMT Darut Tauhid perlu

608

kiranya melakukan kerjasama dengan unit-unit yang
ada di pondok pesantren Darut Tauhid.

Akademik dan Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan diantaranya terbatasnya
indikator kegiatan ekonomi yang dimasukkan dalam
penelitian ini, hal ini perlu kiranya dikembangkan lebih
jauh baik dari lingkungan akademisi maupun non
akademisi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Z., Ridwan, F., Baihaqi, dan Imam, Subaki. 2011.
Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Lembaga
Keuangan Mikro Syari’ah (LKMS) dan Kesejahteraan Masyarakat pada LKMS di Pondok Pesantren
Al-Islah, Kebupaten Cirebon, Jawa Barat (Prosiding
Dalam Rangkaian Seminar Internasional dan Call For
Papers ”Towards Excellent Small Business”
Yogyakarta.
Alhifni, A. 2012. Persepsi Santri terhadap Perbankan
Syariah (Studi Pondok Pesantren Abdussalam
Kalimantan Barat) Skripsi Universitas Djuanda
Bogor.
Arsyad, L. 2008. Lembaga Keuangan Mikro, Institusi
Kinerja dan Sustanabilitas. Yogyakarta: CV Andi.
Bacal, R. 2004. How to Manage Performance. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Bakhri, S., dan Mukh. 2011. Sukses Ekonomi Syariah di
Pesantren. Cipta Pasuruan Sidogiri.
Buchori. Nur, S. 2012. Koperasi Syariah. Jakarta: Aufa
Media.
Dasuki, E., dan Rima. 2011. Optimaliasai Menciptakan Market Value Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM)
melalui Pendekatan Resource Based View. Jurnal
Coopetition Volume II No 1.
Harjito, D., Agus, S., Abdi, S., dan Arifin, S. 2008. Studi
potensi Potensi Ekonomi dan Kebutuhan Pondok
Pesantren Se Karesidenan Kedu Jateng. Jurnal
Penelitian dan Pengabdian dppm UII. Volume 6-No
1.
Jugiyanto. 2011. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modelling Bebasis Varian dalam Penelitian
Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan,
STIM YKPN.
Junaedi, D. 2005. ”Dampak Tingkat Pengungkapan
Informasi Perusahaan terhadap Volume Perdagangan
dan Return Saham: Penelitian Empiris terhadap 88

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015

Kinerja LKMS dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren

Perusahaan-Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Vol.2, No.2, pp.1–28.
Khadijah, S. Saleh, K., dan Haryadi. 2013. Sustainability of
Islamic Micro Finance Institutions (IMFIs). Universal Journal of Accounting and Finance 1(2):70–77.
Martowijoyo, S. 1999. Kinerja Lembaga Keuangan Mikro
dan Perilaku Masyarakat Pedesaan Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan Volume 1, Nomor
4. Jakarta: Penerbit Bank Indonesia.
Muarti, S., dan Sholahuddin, M. 2012. Peran Keuangan
Lembaga Mikro Syariah untuk Usaha Mikro di
Wonogiri, Jurnal Penelitian, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah. ISBN : 978-979-636-147-2.
Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Obaidullah, M. Role of Microfinance in Poverty Alleviation. 2008. Lessons from Experiences Selected IDB
Member Countries, Islamic Research and Training
Institute,Member of Islamic Development Bank Group
pp.
Payaman, J., dan Simanjunyak. 2011. Manajemen dan
Evaluasi Kinerja. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.
Rahman, M.M. 2010. Islamic Micro-fnance Programme and
its Impact on Rural Poverty Alleviation, International
Journal of Banking and Finance Volume 7.

Rahardja, P., dan Mandala, M. 2008. Pengantar Ilmu
Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi) Edisi
Ketiga. Jakarta: FEUI.
Ridwan, M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil.
Yogyakarta: UII Pres.
Salidin, D. 2000. Konsep Dasar Ekonomi dan Lembaga
Keuangan Islam. Bandung : Linda Karya.
Santoso, S. 2014. Structural Equation Modelling Konsep
dan Aplikasi dengan AMOS22. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Suarto. 2014. Manajemen Kinerja. Jakarta: Penerbit Cahaya
Atma Pustaka.
Sudarsono, H. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta:
EKONISIA, Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia.
Supomo, B., dan Idriantoro, N. 2003. Penelitian Bisnis,
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi UGM, BPFE.
Usman, H., dan Mustafa, E. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Wijanto, S.H. 2008. Structural Equation Modeling dengan
Lisrel 8.8: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
Widarjono, A. 2010. Analisis Statistik Multivariat Terapan.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan, Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

609