Dasar hukum pariwisata dalam penanggulangan



1. IKOMATUSSUNIAH, SH., MHFH UNTIRTA2012HUKUM KEPARIWISATAAN



2. wisata: perjalanan orang kePENGERTIAN KEPARIWISATAAN(UU NO
10/2009) suatu tujuan yang pariwisata:dilakukan seorang atau berkelompok
berbagai macam kegiatan pariwisata didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat pengusaha, pemerintah dan pemda



industri pariwisata, antara lainnya sebagai3. kumpulan dari macam-macam
perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang- barang dan jasa-jasa (goods
and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada
umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985, p.9).



industri pariwisata adalah suatu4. susunan organisasi, baik pemerintah maupun

swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu
layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto,
1996, p.11)



Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang5. berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). merupakan suatu kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan
wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata



Sedangkan wisatawan6. adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism
is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The
demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is
comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities,
services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are
defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.




Pada garis besarnya,7. definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan
memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor
ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik
dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi,
atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta
informasi dan promosi.



Menurut definisi yang luas pariwisata adalah8. perjalanan dari satu tempat ke
tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.



Dalam9. kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan

hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di
luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata
dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)



kepariwisataan: keseluruhan kegiatan10. yg terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang
dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pengusaha dan pemda



11. LINGKUP PEMBANGUNANKEPARIWISATAANA. industri pariwisata: daya
saing produk, kedibilitas bisnis, dstB. destinasi pariwisata: pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan daya tarik wisata, pemberdayaan prasarana, penyediaan fasilitas
umum, dstC. pemasaran: promosi secara terpadu & berkesinambungan dengan
melibatkan seluruh stakeholderD. kelembagaan pariwisata: organisasi pemerintah,
pemda, swasta, masyarakat regulasi, sumber daya, dst




12. KONSEPa. waktu luang: waktu yg tersisa setelah kebutuhan dasar terpenuhib.
rekreasi: kegiatan saat waktu luang, jenisnya: rumahan, harian, pelancongan (sehari
penuh) dan wisata (lebih dari 24jam)



13. SISTEM KEPARIWISATAANA. wisatawan: pihak yg melakukan kegiatan
pariwisataB. dunia usaha: penyedia fasilitas penunjang pemerintah: menciptakan
kesejahteraan melalui kepariwisataan. pemberi surat2 izinC. masyarakat: penduduk
setempat yg tinggal di suatu daerah tujuan wisata. secara langsung menerima dampak
kegiatan kepariwisataan



14. isntalasi listrik dan prasarana perhubunganPRASARANA
KEPARIWISATAAN perbankan dan perairan dan irigasi instalasi bahan
bakarair bersih pelayanan kesehatan, keamanan pelayanan pos dan
telekomunikasimoneter dan pendidikan




15. sarana kepariwisataan/main tourism superstructures. sangat bergantung kepada
aurs kedatangan orang yg melakukan perjalanan wisataA. obyek daya tarik wisataB.
travel agent & tour operatorC. angkutan wisataD. AkomodasiE. bar, rumah makan &
restoran



wisatawan: mereka yg mengadakan16. perjalanan untuk senang2, mengunjungi
keluarga, pertemuan karena tugas tertentu (tugas negara, diplomasi, agama, olahraga),
untuk usaha, mengikuti perjalanan kapal laut bukan(meski kurang dari 24 jam)
wisatawan: berkunjung untuk mencari kerja, mencari tempat tinggal, penduduk
perbatasan, numpang lewat



17. KLASIFIKASI WISATAWANA. resident: tinggal lebih dari 12 bulan atau jika
kurang, ingin kembali lagi kurang dari 12 bulan tourist/overnight visitor: pengunjung

masih dalam suatu negara dan menginap paling tidak semalamB. visitor/wisnus:/
tinggal di suatu negara, melakukan perjalanan masih dalam negaranya dengan tujuan
tidak mencari nafkah dan tidak lebih dari 12 bulan selama di tempat tersebutC. sameday visitor: tidak meninap



18. JENIS WISATAWANA. foreign tourist: orang dari negara lainB. domestic foreign
tourist: bertempat tinggal di negara lain karena tugas, lalu berwisataC. domescit
tourist: tidak keluar batas negaraD. indegenus foreign tourist: WN tertentu yg karena
tugas pulang ke negara asal dan berwisata di ‘kampung’nya



19. BurkatPRODUK WISATA & Medlik: produk wisata dapat merupakan suatu
susunan produk yg terpadu yg terdiri dari obyek & daya tarik wisata, transportasi,
akomodasi dan hiburan (tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing2
perusahaan dan ditawarkan secara terpisah) Medlik & Middleton: produk wisata
terdiri dari suatu paket yg satu sama lainnya tidak terpisah serta memenuhi kebutuhan
wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke tempat tujuannya dan
kembali lagi ke tempat asalnya 3 unsur produk wisata:A. attraction/atraksi,B.

amenities/fasilitas danC. accessibilities/kemudahan



tidak dapat20. CIRI2 PRODUK WISATA tidak dapat tidak perlu perantara untuk
mencapai kepuasandipindahkan tidak dapat sangat dipengaruhi faktor non
ekonomisditimbun/disimpan memiliki resiko tinggi sangat tergantung pada faktor
manusiadicicip tidak punya standar objektif dalam menilai mutudi investasi
produk



21. UNSUR PRODUK WISATA YGMEMBENTUK PAKET PARIWISATA obyek
& daya tarik wisata travel agent & tour operator perusahaan angkutan pelayanan
akomodasi, restoran, rekreasi & hiburan travel agent & tour operator lokal jasa
transportasi lokal jasa souvenir jasa perusahaan pendukung



produk wisata:22. bentukan yg nyata dan tidak nyata, dikemas dalam suatu

kesatuan rangkaian perjalanan yg hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian
perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yg baik bagi orang yg melakukan
perjalanan tersebut



23. TIPOLOGIA. alam: pantai, gua, sungai, danau, hutan dllB. buatan manusia:
umum (situs arkeologi, peninggalan sejarah).C. pariwisata (resort wisata, taman),
tidak dapat disimpanD. kegiatan khusus: pekan olahraga, festival budaya, pekan raya,
dagang



24. Objek Wisataa. Wisata alamb. Wisata belanjac. Wisata budayad. Wisata
keagamaan



25. Pada 1 Februari 2004, Indonesia meluncurkanRegulasi Visa kebijakan yang
memperketat regulasi visa. Walaupun visa turis gratis dan berlaku selama 60 hari,

wisatawan dari berbagai negara kini diwajibkan untuk membeli satu dari dua Visa On
Arrival (VOA): US$15 yang berlaku untuk 10 hari atau US$25 untuk 30 hari



26. Nama Kementrian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011sekarang) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) (2009-2011)
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) (2005-2009) Kementerian
Negara Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenegbudpar) (2001-2005) Kementerian
Negara Pariwisata dan Kesenian (Kemengparsen) (1999-2001) Kementerian Negara
Pariwisata, Seni, dan Budaya (Kemenegparsenbud) (1998-1999) Departemen
Pariwisata, Seni, dan Budaya (Depparsenbud) (1998) Departemen Pariwisata, Pos,
dan Telekomunikasi (Depparpostel) (1983-1998)



Negara -27. negara yang termasuk dalam kebijakan ketat ini antara
lain:Argentina,Australia, Brazil, Kanada, Denmar k, Finlandia, Perancis, Jerman,
Hungaria, Italia, J epang, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Afrika Selatan, Swiss,
Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Britania Raya.[60] Pada 14 Juli 2004,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menambah daftar negara untuk

VOA diantaranya Iran, Arab Saudi, Kuwait, Belgia, Spanyol, Portugal, Rusia, Mesir,
Austria, Irlandia, Qatar dan Luxemburg



28. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dapat ditingkatkan hasilnya dengan
pemberdayaan hukum melalui perubahan hukum positif (lus Constitutum) secara
konseptual. Ketertinggalan (Lag) dan kesenjangan serta hukum tidak efektif (Soft
Development) dalam penyelenggaraan kepariwisataan secara empirik menjadi dasar
perubahan hukum.



29. Konsep politik hukum nasional menjadi dasar panduan untuk melakkan
perubahan hukum yang dimaksud, menghasilkan konsep hukum kepariwisataan
modern yang mampu mengantisipasi paradigma otonomi daerah dan globalisasi
tersebut ialah hukum yang mengatur upaya-upaya yang dilakukan untuk melayani/
memenuhi kebutuhan wisatawan sejak datang dari daerah asal wisatawan (DAW)
hingga destinasi (DTW) dan kembali ke daerah asal, dengan tujuan agar wisatawan
dapat menikmati tujuan dari kunjungannya itu.




30. HUKUM BISNIS PARIWISATA BISNIS PARIWISATA KEGIATAN
KEPARIWISATAAN MERUPAKAN SISTEM PERDAGANGAN YANG BERSIFAT
KHUSUS, BEROBYEK JASA DAN MENDAPAT DUKUNGAN DARI SISTEM
LAINNYA.



BISNIS PARIWISATA ADALAH ASPEK KEGIATAN31. KEPARIWISATAAN
YANG BERORIENTASI PADA PENYEDIAAN JASA PARIWISATA. BISNIS
PARIWISATA MELIPUTI SELURUH KEGIATAN PENYEDIAAN JASA
(SERVICES) YANG DIBUTUHKAN WISATAWAN. KEGIATAN INI MELIPUTI
JASA PERJALANAN (TRAVEL) DAN TRANPORTASI (TRANPORTATION),
PENGINAPAN (ACCOMODATION), JASA BOGA (RESTAURANT), REKREASI
(RECREATION). MONEY CHANNGER DAN JASA HIBURAN.



SIFAT KHAS PERDAGANGAN JASA PARIWISATA TERLETAK32. PADA
SIFAT DAN BENTUK OBYEKNYA, YAITU JASA. KARAKTERISTIK LAINNYA
TERLETAK PADA POSISI JASA PARIWISATA SEBAGAI OBYEK HUKUM.
BISNIS PARIWISATA MERUPAKAN SISTEM TERSENDIRI YANG
MEMBUTUHKAN SISTEM HUKUM SUI GENERIS YAITU SISTEM KHUSUS
SESUAI DENGAN KARAKTER OBJEKNYA.



CIVIL LAW SYSTEM; ARRIVAL THEORY COMMON LAW SYSTEM; MAIL
BOX THEORY  TRADISI HUKUM DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA
33.



34. HUKUM BISNIS PARIWISATA ADALAH PERANGKAT KAIDAH, AZASAZAS, KETENTUAN, INSTITUSI DAN MEKANISMENYA, NASIONAL

MAUPUN INTERNASIONAL, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK
MENGATUR PERDAGANGAN JASA PARIWISATA


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BISNIS35. UU PENGESAHAN
UU KEPARIWISATAAN; UU NO. 10/ 2009 PARIWISATA: AGREEMENT
ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION, UU NO.7/1994
DIMANA TERCAKUP DIDALAMNYA PERATURAN PERUNDANGAN YANG
TERLETAKGATS PADA BIDANG HUKUM LAINNYA



MODAL ASING DAN MODAL DALAM NEGERI MODAL ASING ATAU
MODAL DALAM NEGERI  MODAL WNI  PERMODALAN 36. (JOIN
VENTURE)



37. PRINSIP-PRINSIP GATS  MOST FAVOURED NATION TREATMENT 
TRANSPARANSI  PERLAKUAN KHUSUS UNTUK NEGARA BERKEMBANG
 KERJASAMA DENGAN NEGARA BUKAN ANGGOTA  KETENTUAN
DOMESTIK  STANDAR  MONOPOLI  HAMBATAN  PENGECUALIAN
UMUM  AKSES PASAR  KOMITMEN INDONESIA UNTUK GATS DIBIDANG
PARIWISATA



38. PENYELEDAIAN SENGKETA BISNIS MANAJEMEN SENGKETA
BISNIS A. PENCEGAHAN (PREVENTION) MELALUI DESAIN BISNIS DAN
BERKONTRAK DENGAN CERMAT B. SETTELMENT (PENYELESAIAN)
MELALUI PENEMPATAN LITIGASI (PENGADILAN) DAN LEMBAGALEMBAGA NON LITIGASI ATAU LEMBAGA-LEMBAGA ALTERNATIF
SEPERTI KONSULTASI , MEDIASI, KONSILIASI DAN ATRIBASE, TETAPI
TETAP SALURAN ALTERNATIF BARU KEMUDIAN LITIGASI.



39. BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DIPUTE SETTELMENT BODY)
MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEKANISME: 1. CONSULTATION
2. GOOD OFFICES, CONSOLIDATION AND MEDIATION 3. PANELS 4.
APELLATE 5. COMPENSATION



40. UU PENANAMAN MODAL UUASPEK HUKUM INVESTASI
KEGIATANBISNIS PARIWISATA NO 25 TAHUN Penanaman modal adalah segala
bentuk2007 kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia. (PASAL 1 A.1)



Penanaman modal dalam negeri adalah41. kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri Penanaman modal asing adalahdengan menggunakan modal
dalam negeri. kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri.



INVESTASI ATAU INVESTMEN42. (PENANAMAN MODAL ) MERUPAKAN
KONSEP EKONOMI PADA UMUMNYA BERINTIKAN TINDAKAN YAN
GMENGAOLKASIKAN SUMBER-SUMBER YANG DIDASARKAN PADA
ANALISIS BAHWA ALOKASI TERSEBUT AKAN MENDATANGKAN HASIL
YANG MEMUASKAN. HASIL ANALISIS DITUANGKAN DALAM SUATU
RENCANA DAN PROYEKSI-PROYEKSI SESUAI TINGKATANNYA.



INDUCED INVESTMENT AUTONOMOUS INVESTMENT  JENIS INVESTASI
BERDASARKAN ASPEK PELAKUNYA: 43.



44. ASAS PADA PASAL 2 UU NO POKOK-POKOK HUKUM INVESTASI
KEPARIWISATAAN:  USAHA PARIWISATA PASAL 14 TUJUAN PASAL 4 
FUNGSI PASAL 3 10/2009



45. HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB Pasal
14SetiapPENANAMAN MODAL penanaman modal berhak mendapat : a.
kepastian hak, hukum, dan perlindungan; b. informasi yang terbuka mengenai bidang
usaha yang dijalankannya; c. hak pelayanan; dan d. berbagai bentuk fasilitas
kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan



46. Pasal 15Setiap penanam modal berkewajiban : a. menerapkan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan; c.
membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada
Badan Koordinasi Penanaman Modal. d. menghormati tradisi budaya masyarakat
sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. mematuhi semua ketentuan
peraturan perundangundangan.



Pasal 1647. Setiap penanam modal bertanggung jawab : a. menjamin tersedianya
modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan
kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; d. menjaga kelestarian lingkungan
hidup; e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja; dan f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.



48. (1) Pemerintah memberikan fasilitas Pasal 18FASILITAS PENANAMAN
MODAL kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal. (2) Fasilitas
penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada
penanaman modal yang : a. melakukan peluasan usaha; atau b. melakukan
penanaman modal baru.



49. (3) sebagaimana dimaksud pada ayatPenanaman modal yang mendapat fasilitas
(2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut b.
termasuk skala a. menyerap banyak tenaga kerja;ini : d. melakukan c. termasuk
pembangunan infrastruktur;prioritas tinggi; f. berada di daerah e. melakukan

industri pionir;alih teknologi; terpencil, daerah tertinggal, daeraH perbatasan, atau
daerah lain h. g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;yang dianggap perlu;
melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan i.inovasi; bermitra dengan
usaha mikro, kecil, menengah,atau j.koperasi; atau mesin atau peralatan
yangindustri yang menggunakan barang modal atau diproduksi di dalam Negeri.


50. (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa : a. pajak penghasilan melalui
pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah
penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau
keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk
keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;



51. (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa : a. pajak penghasilan melalui
pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah
penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau
keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk
keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;



(5) Pembebasan atau52. pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan
waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan
industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai
tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki
nilai strategis bagi perekonomian (6) Bagi penanaman modal yang sedang
berlangsung yanGnasional. melakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau (7) Ketentuanpembebasan
bea masuk. lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud
dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteripada ayat (4) sampai Keuangan.



Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1953. Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5)
diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan  Pasal 20ole h
Pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku bagi
penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas.



54. Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Pasal 18, Pemerintah
memberikan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman
modal untuk memperoleh : a. hak atas tanah; b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan
c. fasilitas perizinan impor.



55.  Pasal 22 UU No.25/2007ASPEK HUKUM PERTANAHAN DALAMBISNIS
PARIWISATA (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di
muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal,
berupa: a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima)
tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60
(enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun



56. b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan denganjumlah 80 (delapan puluh) tahun
dengan caradapat diberikan dan diperpanjang di mukasekaligus selama 50 (lima
puluh) tahun dandapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun;danc. Hak Pakai dapat
diberikan dengan jumlah 70(tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikandan
diperpanjang di muka sekaligus selama 45(empat puluh lima) tahun dan dapat
diperbaruiselama 25 (dua puluh lima) tahun



57. (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada (1) dapatayat sekaligus
untuk kegiatan penanamandiberikan dan diperpanjang di muka a. Penanaman
modal yang dengan persyaratan antara lain:modal, dilakukan dalam  panjang
dan terkait dengan perubahan strukturjangka saing;perekonomian Indonesia yang
lebih berdaya



b.58. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan
pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman
modal yang dilakukan ; c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;
d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan e. Penanaman
modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan
kepentingan umum.



59. (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya
masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan
tujuan pemberian hak. (4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan
sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau
memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas
tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.

PENGELOLAAN PARIWISATA
BERDASARKAN UNDANG UNDANG, PERATURAN PEMERINTAH DAN PERDA
A. UNDANG - UNDANG
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pasal 14
Mengatakan : “ Setiap Orang dan atau masyarakat di dalam dan disekitar destinasi pariwisata
mempunyai hak prioritas ;
a.. Menjadi Pekerja / Buruh
b. Konsinyasi ; dan / atau
c. Pengelolaan.
B. PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah No.67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan , Pasal 41
mengatakan “Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata alam dislenggarakan oleh Perseroan
Terbatas, Koperasi atau Perorangan.

C. PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
1. Peraturan daerah provinsi bali, no .3 tahun 2001 tentang desa pakraman, Bab V Harta Kekayaan
Desa Pakraman Pasal 9 Mengatakan :
(1) Harta kekayaan desa pakraman adalah kekayaan yang telah ada maupun yang akan ada yang
berupa harta bergerak dan tidak bergerak, material dan inmaterial serta benda-benda yang bersifat
religious magis yang menjadi milik desapakraman.
(2) Pengelolaan harta kekayaan desa pakraman dilakukan olehprajuru desa sesuai dengan awig-awig
desapakraman masing-masing. Setiap pengalihan/perubahan status harta kekayaan desa pakraman
harus mendapat persetujuan paruman.
(4) Pengawasan harta kekayaan desa pakraman dilakukan oleh krama desapakraman.
(5) Tanah desa pakraman dan atau tanah milik desa pakraman tidak dapat disertifikatkan atas nama
pribadi.
(6) Tanah desapakraman dan tanah milik desapakraman bebas dari pajak bumi dan bangunan.
2. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Usaha Pariwisata Di
Kawasan Pariwisata Di Provinsi Daerah Tingkat I Bali Bab IV Benduk Usaha dan Permodalan Pasal 9
mengatakan bahwa : usaha kawasan pariwisata harus berbentuk perseroan terbatas atau koperasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan mengutamanakan tenaga kerja setempat.
Pasal 6 Usaha Kawasan Pariwisata meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Membangun atau
menyewakan satuan-satuan simpul (lingkungan tertentu) itu untuk membangun Usaha
Pariwisata meliputi Usaha Kawasan Jasa Pariwisata, Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata
Usaha Sarana Pariwisata dan Pusat Pembelanjaan sesuai gambar rencana;
pasal 9 Mengatakan Untuk memperoleh Izin Prinsip Usaha Kawasan Pariwisata, pengusaha harus
mengajukan permohonan kepada Gubernur Kepala Daerah, dengan melampiri: Gambar/lokasi
rencana; Rekomendasi Kepala Daerah Tingkat II (dilengkapi dengan saran, pendapat dan
pertimbangan Desa Adat); Akte pendirian perusahaan; Proposal/rencana pengembangan usaha
kawasan pariwisata.