HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN POSISI KE
HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN POSISI KERJA TERHADAP
KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA
ANGKUT KARUNG BERAS DI PASAR TANJUNG, KABUPATEN
JEMBER
(sebagai tugas mata kuliah Metode Penelitian Kesehatan)
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Kelompok K3/2 Kelas D
1.
Shinta Umi A.
(112110101131)
2.
Artma N.P.A.
(122110101139)
3.
Rizqi Dwi P
(122110101142)
4.
Iis Kresnawati
(122110101150)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal penelitian yang
berjudul ”HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN POSISI KERJA
TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
PADA PEKERJA ANGKUT KARUNG BERAS DI PASAR TANJUNG,
KABUPATEN JEMBER” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan proposal ini:
1. Ibu Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian Kesehatan
2. Ibu Ni’mal Baroya, S.KM., M.PH selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian Kesehatan
3. Bapak Andre Ramani, S.KM., M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian Kesehatan
4. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember tahun
angkatan 2012 yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penyusunan proposal penelitian ini telah disusun seoptimal mungkin.
Penulis berharap semoga dari proposal penelitian ini dapat diperoleh manfaat dan
tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca, kami juga mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Jember, 12 Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3
Hipotesis ................................................................................................... 2
1.4
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan umum .......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Beban Kerja ................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Beban Kerja .......................................................................... 5
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ............................................... 5
2.1.3 Pengukuran Beban Kerja ....................................................................... 6
2.1.4 Dampak Beban Kerja .............................................................................. 7
2.2 Postur Kerja ................................................................................................... 8
2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)............................................................... 9
2.4 Metode Penilaian Risiko MSDs .................................................................. 10
2.4.1 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) .............................................. 10
2.4.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment) .............................................. 11
2.4.3 QEC (Quick Expossure Checklist) ........................................................ 12
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 16
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................................ 17
BAB 3. METODE PENELITIAN......................................................................... 18
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 18
iii
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 18
3.2.1 Lokasi Penelitian................................................................................... 18
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 18
3.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 18
3.3.1 Populasi Penelitian................................................................................ 18
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 19
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................... 19
3.5 Data dan Sumber Data ................................................................................. 19
3.6 Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 20
3.6.1 Variabel Penelitian ................................................................................ 20
3.6.2 Definisi Operasinal ............................................................................... 20
3.7 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 21
3.8 Teknik Pengolahan Data ............................................................................. 22
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC ) ...................... 15
Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................................. 16
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasonal, Instrumen dan Skala Data ............................... 21
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman moderen saat ini, begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan
menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan
menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Peningkatan penggunaan mekanisasi dan
otomatisasi pada kecepatan kerja, dapat mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi
pekerjaan yang monoton dan kurang menarik untuk dikerjakan. Akibatnya, beban kerja
akan menjadi lebih dominan dirasakan oleh para pekerja. Di sisi lain, di berbagai industri
masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan
dan tekanan secara fisik yang berat.
Bekerja secara manual dengan penggunaan mekanisasi, dapat mengakibatkan
terjadinya keluhan dan komplain pada pekerja, seperti sakit pada pinggang dan punggung,
ketegangan pada sekitar leher, sakit di sekitar pergelangan lengan, tangan dan kaki,
kelelahan mata dan masih banyak lagi komplain yang lainnya. Banyaknya komplain
dalam bekerja baik secara fisik maupun secara psikis, dapat menurunkan performa kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Berkaitan dengan
permasalahan ini, maka ergonomi dapat memberikan solusi dari setiap permasalahan
yang muncul di tempat kerja (Tarwaka, 2010).
Menurut Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999), salah satu definisi
ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah
kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan
keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan
lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan
efisien (Tarwaka, 2010).
Di dalam ergonomi terdapat risiko ergonomi yang merupakan segala macam risiko
yang bisa terjadi berupa ketidaknyamanan, cedera, sakit, bahkan cacat yang disebabkan
cara kerja dan tempat kerja yang tidak ergonomis. Risiko ergonomi ini dapat muncul
karena kesalahan postur/posisi manusia saat bekerja. Dalam hal ini pekerja pasti pernah
mengalami keluhan atau gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs).
Begitu juga yang dialami para pekerja angkut beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
Mereka mengangkut beras yang memiliki berat bervariasi yaitu, 5 kg, 10 kg, 17
kg, 20 kg, 25 kg, hingga 50 kg. Dengan berat yang sedemikian rupa, akan
1
2
berpotensi menimbulkan gangguan pada fisiologis tubuh karena faktor ergonomi,
dimana gangguan kesehatan yang mungkin terjadi adalah gangguan otot rangka
(Musculosceletal Disorders), cidera dari sistem muskuloskeletal dan saraf
(Repetitive Strain Injury), timbul seperti sakit di pergelangan tangan (Carpal
Tunnel Syndrome) (Ardi, 2012).
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai yang sangat fatal
(Grandjean dalam Tarwaka et al, 2004). Pada awalnya, keluhan MSDs berupa rasa
sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur,
dan rasa terbakar. Akibatnya berujung pada ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas
sehingga
mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga
produtivitas kerja menurun.
Minimnya penelitian mengenai beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap
MSDs, terutama pada pekerja angkut karung beras. Selain itu, dengan beban kerja
fisik yang sangat berat juga berpotensi besar menimbulkan masalah kesehatan,
khususnya MSDs. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
MSDs pada pekerja angkut karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Jember?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember.
3
1.4 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
Mengetahui distribusi frekuensi beban kerja fisik pada pekerja angkut
karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
b.
Mengetahui gambaran risiko pekerjaan pada oekerja angkut karung beras di
Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
c.
Mengetahui skor, level resiko dan level tindakan pada pekerja angkut beras
di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
d.
Menganalisis terjadinya Musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras di Pasar Tanjung, Jember.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat, khususnya
bidang Kesehatan dan Keselamatan kerja yang terkait hubungan beban kerja fisik
dan posisi kerja terhadap keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember dan dapat dijadikan
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya agar dapat menghasilkan solusi
terhadap pengendalian kejadian MSDs yang dapat menimpa pekerja.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pekerja
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya pengendalian diri terhadap keluhan MSDs yang berakibat buruk bagi
kesehatan.
4
b.
Bagi Pemerintah
Penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam upaya penyelamatan pekerja yang berkaitan dengan kejadian
MSDs.
c.
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi mengenai hubungan
beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan MSDs pada pekerja angkut
karung beras sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan mahasiswa, khususnya
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
d.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada peneliti
dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian serta dapat
menambah dan m emperdalam pengetahuan tentang hubungan beban kerja fisik
dan posisi kerja terhadap keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban Kerja
2.1.1 Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan
jenis pekerjaanya ditunjukkan oleh Suma’mur dalam Tarwaka (2010). Beban
kerja dalam penelitian ini diukur atau diditeksi dengan denyut nadi. Beban kerja
fisiologis dapat didekati dari banyaknya O2 (oksigen) yang digunakan tubuh,
jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan
penguapan lewat keringat. Beban kerja ini menentukan bahwa berapa lama
seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya (Suma’mur, 2009).
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan
tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi Menurut Hart dan Staveland dalam
Tarwaka (2010), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari
interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai
tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Everly dkk (dalam
Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja
dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja
dipengaruhi faktor– faktor sebagai berikut :
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti:
1. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja,
tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap
kerja,
sedangkan
tugas-tugas
yang
bersikap
mental
seperti
kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab
pekerjaan.
5
6
2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga
aspek ini sering disebut sebagai stressor.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,umur,ukuran tubuh,statu gizi,
kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan
dan kepuasan). Sedangkan menurut Eko Nurmianto (2003:149), faktor yang
mempengaru beban kerja antara lain:
1. Beban yang diperkenankan
2. Jarak angkut dan intensitas pembebanan
3. Frekuensi angkut yaitu banyaknya aktivitas angkut
4. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja
5. Kondisi lingkungan kerja yaitu pencahayaan, temperatur, kebisingan,
lantai licin, kasar, naik dan turun
6. Keterampilan bekerja
7. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja
8. Peralatan kerja beserta keamanannya
2.1.3 Pengukuran Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan
yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun (Peraturan Menteri Dalam
Negeri dalam Muskamal, 2010). Selain untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi, pengukuran beban kerja juga
6
7
dilakukan untuk menetapkan jumlah jam kerja dan jumlah orang yang diperlukan
dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu (Komaruddin, 1996).
Pengukuran beban kerja dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung
pekerja. Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain : merasakan denyut yang ada pada arteri radial di pergelangan tangan,
mendengarkan
denyut
dengan
stethoscope,
menggunakan
ECG
(Electrocardiogram), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung
pada permukaan kulit dada (Eko Nurmianto, 2003:136).
Menurut Cristensen (dalam Tarwaka, 2004) dan Grandjean(1993),
pengukuran beban fisik melalui denyut jantung adalah salah satu pendekatan
untuk mengetahui berat ringannya beban kerja fisik selain ditentukan juga oleh
konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pengukuran denyut
nadi selama bekerja merupakan metode untuk menilai mendengarkan denyut
jantung dengan stetoskop, menggunakan EKG dan menggunakan alat heart rate.
Cardiovasculair strain . Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung/nadi dan
suhu tubuh mempunyai hubungan linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan
yang dilakukan. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan merasakan denyut
pada arteri radial pada pergelangan tangan mendengarkan denyut jantung dengan
stetoskop, menggunakan EKG dan menggunakan alat heart rate.
2.1.4 Dampak Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik
fisik maupun psikis dan reaksi- reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan
kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari- hari karena tugas atau pekerjaan
yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga
secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba,2000)
7
8
2.2 Postur Kerja
Postur kerja adalah posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja
yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan task requirements (Pulat,
1992:163). Salah satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur
janggal (awkward posture). Postur janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang
secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja
dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi dimana perpindahan tenaga dari otot
ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan lelah. Termasuk ke
dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi
menggapai, berputar (twisting), memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalan kondisi statis, dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan beberapa
area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut, karena bagian inilah yang paling
sering mengalami cidera (Straker, 2000).
Postur punggung yang merupakan faktor risiko adalah membungkukkan
badan sehingga membentuk sudut 20° terhadap vertikal dan berputar dengan
obyek ≥ 9 kg, durasi ≥ 10 detik, dan frekuensi ≥ 2 kali/menit atau total lebih dari 4
jam/hari. Memiringkan badan (bending) dapat didefinisikan sebagai refleksi dari
tulang punggung, biasanya ke arah dapan atau ke samping. Berputar (twisting)
adalah adanya rotasi atau torsi pada punggung (Hermans et al, 2000).
Postur bahu yang merupakan faktor risiko adalah melakukan pekerjaan
dengan tangan di atas kepala atau siku di atas bahu lebih dari 4 jam/hari atau
lengan atas membentuk sudut 45° ke arah samping atau ke arah depan terhadap
badan selama lebih dari 10 detik dengan frekuensi ≥ 2 kali/menit dan beban ≥ 4.5
kg (Humantech, 1995).
Postur leher yang merupakan faktor risiko adalah melakukan pekerjaan
dengan posisi menunduk (membengkokkan leher ≥ 20° terhadap vertikal),
menekukkan kepala atau menoleh ke samping kiri atau kanan, serta menengadah
(Humantech, 1995).
8
9
2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan muskuloskeletal, yaitu
cedera dan gangguan pada jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang
rawan) dan sistem saraf. MSDs dapat mempengaruhi hampir semua jaringan,
termasuk saraf dan selubung tendon, dan paling sering melibatkan lengan dan
punggung. MSDs terjadi dalam kurun waktu yang panjang, yaitu mingguan,
bulanan, bahkan sampai tahunan. MSDs dapat menyebabkan sejumlah kondisi,
termasuk nyeri, mati rasa, kesemutan, sendi kaku, sulit bergerak, dan kadangkadang kelumpuhan. Gangguan ini termasuk carpal tunnel syndrome, tendinitis,
linu panggul, dan nyeri pinggang.Penelitian telah mengidentifikasi bahwa faktor
risiko MSDs mencakup gerakan berulang dan gerakan yang terlalu kuat dan
dipaksakan seperti mengangkat, memindahkan, dan reposisi. (OSHA, 2000).
Faktor risiko ergonomi yang dapat menyebabkan terjadinya MSDs meliputi:
a. Pengulangan
Pengulangan adalah ukuran dari seberapa sering kita menyelesaikan
gerakan atau tenaga yang sama selema bertugas. Tingkat keparahan risiko
tergantung pada frekuensi pengulangan, kecepatan gerakan atau tindakan,
jumlah otot yang terlibat dalam kerja, dan jumlah pekerja yang melakukan
pekerjaan tersebut.
b. Vibrasi
Menggunakan alat-alat listrik bergetar dapat meningkatkan tekanan
pada tangan dan lengan. Hal ini dapat menurunkan aliran darah, kerusakan
saraf, dan berkontribusi pada kelelahan otot.
c. Masa kerja
Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi
seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal
disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan
kerja yang tinggi.
Ada beberapa jenis MSDs, yaitu:
9
10
a. Intersection Syndrome, disebabkan oleh rusaknya tendon pergelangan
tangan yaitu di daerah ibu jari dan pergelangan tangan yang mengalami
fleksi dan ekstensi berulang.
b. Tension Neck Syndrome, adalah ketegangan pada otot leher yang
disebabkan oleh postur leher melengkung ke arah belakang dalam waktu
lama sehingga timbul gejala kekakuan pada otot leher, kejang otot, dan
rasa sakit yang menyebar ke bagian leher.
c. Trigger Finger , adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-jari
akibat tekanan yang berulang pada jari-jari yang menekan tendon secara
terus menerus hingga ke jari-jari.
d. Carpal Tunnel Syndrome, yaitu tekanan pada saraf tengah yang terletak
di pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang. Penekanan
tersebut disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi dari tendon. CTS
dapat menyebabkan seseorang kesulitan menggenggam.
e. Tendinitis, merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi
pada tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.
Keadaan tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus
digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang berlebih seperti tekanan yang
kuat pada tangan, membengkokan pergelangan tangan selama bekerja,
atau menggerakan pergelangan tangan secara berulang.
2.4 Metode Penilaian Risiko MSDs
2.4.1 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
a. Definisi
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu
aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas
(upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang
akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan
diagram postur tubuh dan tiga table penilaian
untuk memberikan evaluasi
terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang
diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh Mc Phee‟
10
11
dalam Santon (2005) sebagai faktor beban eksternal (external load faktors) yang
meliputi :
1) Jumlah gerakan
2) Kerja otot statis
3) Gaya
4) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan
5) Waktu kerja tanpa istirahat
b. Pengukuran
1) Tahap 1
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan,
tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup
yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta
pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini
untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala
kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin
saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam
penilaian.
2) Tahap 2
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili
tingkat pembebanan postur dari system musculoskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup
A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.
Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
3) Tahap 3
Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
2.4.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment)
REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn Mc
Atamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja.
11
12
Selain itu metode REBA memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu
sistem kerja, coupling dan aktivitas yang dilakukan. Metode ini relative mudah
digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan
besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut.Pada akhirnya nilai akhir dari
REBA memberikan indikasi level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang
harus dilakukan atau diambil (Neville Stanton, 2004). Terdapat empat tahapan
proses perhitungan yang dilalui yaitu:
a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh
seperti :
1) badan (trunk)
2) leher (neck)
3) kaki (leg)
4) lengan bagian atas (upper arm)
5) lengan bagian bawah (lower arm)
6) pergelangan tangan (hand wrist)
b. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.
c. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor
akhir dari kegiatan tersebut.
2.4.3 QEC (Quick Expossure Checklist)
a. Definisi
Quick expossure check (QEC) merupakan metode untuk mengukur risiko
terkait penyakit akibat musculoskeletal disorder s (MSDs) (Li dan Buckle, 1999).
Penggunaan QEC sangatlah mudah diterapkan, berfungsi untuk mengevaluasi
tempat kerja dan desain peralatan kerja serta memudahkan untuk mendesain ulang
tempat kerja. QEC membantu mencegah banyak MSDs yang ada di tempat kerja.
QEC mengukur 4 (empat) bagian tubuh yang paling berisiko terhadap MSDs.
Metode ini telah dikembangkan oleh praktisi/ahli di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada beberapa perusahaan untuk:
1) Mengidentifikasi faktor risiko untuk pekerjaan terkait cidera bagian belakang.
2) Mengevaluasi level risiko untukbagian tubuh yang berbeda.
12
13
3) Mengukur perbedaan risiko MSDs pada sebelum dan sesudah pekerjaan.
4) Mengembangkan tempat kerja menjadi sarana dalam mengurangi risiko MSDs
dan mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat MSDs.
5) Meningkatkan kesadaran tingkat manajer, teknisi, desainer, kesehatan dan
pelaksana keselamatan terhadap factor risiko ergonomi di tempat kerja.
6) Membandingkan tingkat paparan yang diterima oleh dua pekerja atau lebih
dengan pekerjaan yang sama, atau perbandingan risiko dengan pekerjaan
lainnya.
Keunggulan yang paling utama dalam menggunakan QEC adalah :
1) Mudah untuk diterapkan.
2) Membantu untuk melakukan perubahan ergonomi.
3) Selaras dengan metod epengukuran lainnya.
4) Melindungi bahaya fisika akibat MSDs
5) Tidak perlu waktu lama untuk mempelajarinya.
6) Mempertimbangkan kombinasi bahaya yang ada di tempat kerja.
Kekurangan dari metode ini adalah :
1) Metode ini hanya terfokus pada factor fisik tempat kerjas aja.
2) Skor/nilai paparan yang disarankan butuh validitas kembali.
3) Perlu pengembangan lebih lanjut untuk memberikan pengukuran yang tepat.
b. Pengukuran
1) Punggung
Mengukur postur punggung (fleksi, ekstensi, deviasi, radial, memutar)
dengan posisi normal ≤ 200 yang ditulis dengan A1, sedangkan bahaya sedang
dengan gerakan fleksi atau putaran atau bengkok 200-600 (A2) dan bahaya
kategori berat dengan sudut ≥ 600 (A3). Serta dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan kategori statis ataupun manual handling.
2) Bahu dan Lengan
Mengukur postur bahu dan lengan (fleksi, ekstensi, deviasi, radial,
memutar) khsusnya pada saat pekerjaan mengangkat ataupun mengambil barang.
13
14
Posisi bahaya adalah saat lengan berada di atas kepala (C3) ataupun melakukan
pekerjaan dimana benda berada pada posisi di bawah pinggang (C1) dan C2 Pada
ketinggian dada.
3) Pergelangan Tangan
Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi pergelangan tangan tidak
sesuai. (E1 Posisi netral lurus dengan lengan, E2 Menyimpang atau bengkok ≥
450, F1 ≤10 kali/menit, F2 11 - 20 kali/menit, F3 ≥ 20 kali/menit)
4) Leher
Posisi leher didefinisikan berbahaya jika terdapat gerakan fleksi, ekstensi,
deviasi dan radial lebih dari 200 serta gerakan memutar.
5) Berat beban
Berat beban yang dibawa pada saat melakukan pekerjaan dengan kategori
beban rendah ≤ 5 kg (H1), beban sedang 5-10 kg (H2), beban berat 11-20 kg (H3)
dan H4, sangat berat (≥ 20 kg). Untuk kategori berat benda yang
digunakan/dibawa dengan menggunakan satu tangan adalah ringan K1 dengan
berat benda≤ 1 kg, K2 sedang 1-4 kg & K3 dengan berat ≥ 4 kg.
6) Waktu kerja
Ketegori penilaian waktu kerja berdasarkan lama yang dibutuhkan dalam
sehari oleh sesorang untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan kategori penilaian
J1 untuk pekerjaan dilakukan ≤ 2 jam, 2-4 jam J2 dan J3 ≥ 4 jam
c. Penghitungan
Contoh perhitungan/penilaian MSDs untuk factor pekerjaan diuraikan
sebagai berikut :
Untuk menetukan besar risiko dari factor pekerjaan dengan berpedoman pada
tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung yang menghasilkan nilai kombinasi
postur kerja (A1-A3) dan berat (H1-H4). Jika diperoleh nilai pada A2 dan H2
maka akan didapat nilai 6, kemudian nilai tersebut ditulis pada yang kolom
kosong yang tersedia di bagian pojok kanan bawah. Setelah itu, nilai yang
terdapat pada kotak bertuliskan ”score 1”hingga “score 6” dijumlahkan sehingga
diperoleh total skor risiko paparan MSDs pada salah satu bagian tubuh yang
14
15
nantinya dibandingkan dengan nilai standar yang ada. Prosedur yang sama dapat
dilakukan kembali pada perhitungan risiko MSDs bagian tubuh lainnya seperti
bahu, pergelangan tangan, leher.
Gambar 2.1 Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC )
2.4.4 Nordic Body Map
Salah satu metode untuk mengetahui keluhan MSDs adalah dengan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). NBM adalah peta tubuh untuk
mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot skeletal
yang dirasakan pekerja. NBM membagi tubuh menjadi nomor 0 sampai 27 dari
leher hingga kaki yang mengestimasi tingkat keluhan MSDs yang dialami pekerja.
15
16
2.5 Kerangka Teori
Faktor Pekerjaan
Karakteristik
Individu
Usia
Penurunan
kekuatan
otot
Kekuatan otot
menurun
seiring
bertambahnya
usia
Jenis
Kelamin
Otot
perempuan
lebih kecil
2/3 dari otot
laki-laki
Adanya
perbedaan
fisiologis
otot antara
laki-laki
dan
perempuan
Kebiasaan
Merokok
Penurunan
fungsi paruparu
Kapasitas paruparu untuk
menghasilkan
O2 mengalami
penurunan
Pasokan O2 dalam
darah mengalami
penurunan
Pembakaran karbohidrat
terhambat dan terjadi
penumpukan asam laktat
IMT
Masa
kerja
Perbedaan
fisiologis tubuh
berdasar berat
dan tinggi badan
Posisi Kerja
Gerakan kerja
berulang-ulang
Perbedaan kondisi
keseimbangan dan
struktur rangka
dalam tubuh
Otot dalam
keadaan statik
pada kurun
waktu yang
lama
Pada orang yang
bertubuh tinggi
mempunyai struktur
rangka tulang yang
tinggi dan
menyebabkan
kerentanan terhadap
beban kerja begitu pula
sebaliknya
Beban
Kerja
Perbedaan
batasan
beban
angkut
berdasarkan
umur, jenis
kelamin
dan
frekuensi
MMH
RWL
dan LI
Adanya
kesalahan cara
membawa
barang terhadap
beban
Faktor lingkungan
Paparan
suhu
Perbedaan suhu
udara panas dan
dingin
Menurunnya
produktivitas
kerja
Otot mengalami
over use
Kelelahan otot
Keluhan
Musculoskeletal
Gambar 2.2
16Kerangka Teori
Tubuh cepat
lelah dan
menjadi lamban
Getaran
Adanya
kontraksi otot
Peredaran
dalam darah
tidak lancar
akibat
penimbunan
asam laktat
17
2.6 Kerangka Konsep
Faktor Pekerjaan
1. Posisi kerja
2. Beban kerja
MSDs
Karakteristik Individu
1. Usia
2. Kebiasaan merokok
3. Masa kerja
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
17
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dilihat dari pendekatan waktu pengumpulan data, penelitian ini menggunakan
penelitian cross-sectional. Penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan
dalam waktu yang bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda (Arikunto, 2006).
Ditinjau dari kedalaman analisis atau hubungan antar variabel, penelitian ini
termasuk penelitian korelasi. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana
variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2001).
Dilihat dari ada atau tidaknya intervensi, penelitian ini masuk dalam penelitian
survei/obsevasional. Penelitian survei adalah penellitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono, 2001).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei s.d. Juli 2015
3.3 Objek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember. Populasi berjumlah 30 orang.
18
19
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian adalah pekerja angkut karung beras di Pasar Tanjung,
Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian berjumlah 14 orang. Penentuan sampel
ditentukan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
1. n
: jumlah sampel minimal
2. d
: tingkat kepercayaan/ketepatan
3. N : jumlah populasi
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Teknik
sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pemberian sampelnya, peneliti
“mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.
Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama pada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu, hak setiap
subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau
beberapa subjek untuk dijadikan sampel (Arikunto dalam Siswanto dkk, 2013:222)
3.5 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data yang
dikumpulkan berupa karakteristik individu (usia, kebiasaan merokok dan masa kerja),
frekuensi keluhan MSDs, gambaran pekerjaan, beban kerja fisik, posisi kerja, nilai
20
aktivitas. Karakteristik individu dan frekuensi keluhan MSDs diperoleh melalui
pengisian Nordic Musculoskeletal Quesionnaire (QEC). Sedangkan gambaran
pekerjaan, beban kerja fisik, posisi kerja, dan nilai aktivitas didapatkan berdasarkan
observasi langsung menggunakan dan wawancara tidak terstruktur.
3.6 Variabel dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:
a. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan, yaitu posisi kerja dan
beban kerja
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
3.6.2 Definisi Operasinal
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
tersebut (Nazir, 2009).
21
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasonal, Instrumen dan Skala Data
No
Variabel yang
diteliti
1
Posisi kerja
2
Beban kerja
3
Keluhan
Musculosceletal
disorders
Definisi
operasional
Alat ukur
Posisi tubuh
pekerja saat
melakukan
aktivitas kerja
yang biasanya
terkait dengan
desain area kerja
dan task
requirements
kemampuan tubuh
pekerja dalam
menerima
pekerjaan
keluhan pada
bagian-bagian otot
skeletal yang
dirasakan oleh
seseorang mulai
dari keluhan
sangat ringan
sampai sangat
sakit.
RULA, REBA
Kategori
penilaian atau
pengukuran
Tercantum pada
instrumen
penelitian
Skala data
Ordinal,
Ordinal
RULA, REBA
Tercantum
instrumen
penelitian
pada
Ordinal,
Ordinal
NMQ, QEC
Tercantum
instrumen
penelitian
pada
Nominal,
Ordinal
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data secara lisan dari responden, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan responden tersebut. Untuk wawancara terpimpin (structured interview)
dilakukan dengan melakukan kuisioner. Pencatatan data wawancara dapat dilakukan
dengan cara: pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording,
pencatatan dengan filed rating, dan pencatatan dengan field coding. (Nuryadi, et al.,
2013)
22
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana, antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti. beberapa alat bantu dalam observasi yaitu: check list,
rating scale, daftar riwayat kelakuan, dan alat elektronik. (Nuryadi, et al., 2013)
3.8 Teknik Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan data melalui
beberapa tahap:
a.
Editing,
yaitu
kegiatan
untuk
memeriksa
kelengkapan,
kejelasan,
kesinambungan dan keseragaman data.
b. Coding, yaitu merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat menjadi
kode angka untuk mempermudah input dan pengolahan data.
1) Untuk variabel keluhan MSDs diberi kode 1 jika menderita keluhan
MSDs; kode 0 jika tidak menderita keluhan MSDs.
2) untuk variabel faktor pekerjaan diberi kode sesuai tingkatannya, misal
kode 1 untuk hasil skor rendah; kode 2 untuk hasil skor sedang; kode 3
untuk hasil skor tinggi.
3) Variabel umur diberi kode 1 jika usia ≥ 35 tahun dan kode 2 jika usia <
35 tahun.
4) Variabel kebiasaan merokok diberi kode 1 jika merokok ≥ 10 batang dan
kode 2 jika merokok < 10 batang.
5) variabel masa kerja diberi kode 1 (rendah) jika masa kerja ≥ median; kode
2 (tinggi) jika masa kerja < median.
c. Processing, yaitu memproses data dengan cara mengentri ke dalam komputer.
d. Cleaning, yaitu merupakan kegiatan pengecekan ulang data yang sudah di input.
3.9 Analisis Data
1) Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat karakteristik serta distribusi frekuensi dan
persentase daei setiap variabel yang diteliti.
23
2) Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan melakukan uji Chi Square yang merupakan analisis hubungan
variabel kategorik dengan α = 0,05.
Daftar Pustaka
Aprianto, Harrun. Analisis Faktor Penyebab Cumulative Trauma Disorders
Menggunakan Metode Quick Exposure Checklist Pada
Profesi
Penjahit.
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Depok Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424
Ardi, Khairil. 2012. K3 di Perusahaan Kelapa Sawit. (online available at
http://www.scribd.com/doc/110070646/Kesehatan-Dan-Keselamatan-KerjaIndustri-Perkebunan-Kelapa-Sawit-Dan-Industri-Minyak-Kelapa-Sawit diakses
pada 21 Maret 2015)
Nuryadi, Herawati, Y. T. & Sandra, C., 2013. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi
Program Kesehatan di Masyarakat. Jember: UPT Penerbitan UNEJ.
Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja . Gunung Agung,
Jakarta.
Tarwaka, PGDip.Sc., 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press.
Tarwaka. Et al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
24
Lampiran 1
1.a. Nordic Musculoskeletal Quesionnaire (NMQ)
Isilah semua pertanyaan ini dengan sebenarnya, dan berilah tanda silang “X” pada
jawaban yang sesuai: (jawaban boleh lebih dari satu)
Nama
: ……………………………………………………………….
Usia
: ………………
Tahun ……………….
Bulan Masa kerja
: ………………
Tahun ……………….
1.
Berapa jam rata – rata anda tidur dalam sehari? …………………… jam /
hari
2.
Berapa kali anda rata-rata berolah raga dalam seminggu ? ……… kali/
minggu (isi 0, jika tidak)
3.
Apakah Anda pernah merasakan gejala nyeri/sakit pada otot/tulang Anda
setelah bekerja ?
Ya/Tidak *(bukan disebabkan oleh kecelakaan/olahraga/aktivitas lain diluar
pekerjaan)
4.
Jenis aktivitas apa yang menurut Anda sering menyebabkan timbulnya gejala
nyeri/sakit pada otot/tulang Anda?
a. Berdiri terlalu lama
b. Duduk terlalu lama
c. Mencengkeram
d. Menengadah pada saat menyimpan beban di tempat tinggi
e. …………………………………………………………….
f. ……………………………………………………………
5.
Faktor apa yang menyebabkan timbulnya gejala nyeri/sakit pada otot/tulang
Anda? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Lantai tempat lalu lintas forklift tidak rata
b. Jarak rak-rak penyimpanan terlalu dekat
25
c. Getaran mesin
d. Suhu ruangan/mesin yang terlalu panas/dingin
e. Alat Pelindung Diri yang tidak nyaman
f. Pencahayaan di tempat kerja terlalu terang/gelap
g. Kurang istirahat
h. Target pekerjaan
i. …………………………………………………………………………….
j. …………………………………………………………………………….
6.
Perbaikan apa yang Anda usulkan/perlukan di tempat kerja Anda yang
dapat mengurangi atau menghilangkan timbulnya gejala nyeri/sakit pada
otot/tulang Anda?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……
*) coret yang tidak perlu
26
Lampiran 1.b: Nordic Musculoskeletal Quesionnaire
(lanjutan) Di bawah ini terdapat gambar bagian-bagian tubuh. Jika anda merasakan/pernah merasakan ketidaknyamanan, sakit, nyeri
atau ngilu pada bagian tubuh Anda, beri tanda “X” pada kolom “Ya”, jika tidak ada keluhan beri tanda “X” pada kolom “Tidak” (Keluhan
yang dimaksud adalah yang timbul akibat pekerjaan Anda, bukan disebabkan oleh kecelakaan/olah raga/aktivitas tubuh lainnya di luar
pekerjaan).
No
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bagian Tubuh
Leher bagian atas
Leher bagian bawah
Bahu kiri
Bahu kanan
Lengan atas bagian kiri
Punggung
Lengan atas bagian kanan
Pinggang
Pinggul
Pantat
Siku kiri
Siku kanan
Lengan kiri bawah
Lengan kanan bawah
Pergelangan tangan kiri
Dalam 12 bulan
Y
Tidak
Dalam 7 hari
Y
Tidak
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Pergelangan tangan kanan
Telapak tangan kiri
Telapak tangan kanan
Paha kiri
Paha kanan
Lutut kiri
Lutut kanan
Betis kiri
Betis kanan
Pergelangan kaki kiri
Pergelangan kaki kanan
Telapak kaki kiri
Telapak kaki kanan
Lampiran 2: Kuesioner Quick Exposure Checklist
PENILAIAN PENELITI
PENILAIAN POSTUR PUNGGUNG
A. Grup A Penilaian Untuk Postur Punggung (A1-A3)
Penilaian untuk postur punggung sebaiknya dibuat ketika punggung
mengalami
beban yang berat.
a. Punggung dianggap normal atau “Almost neutral” (Level A1) apabila
gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar
punggung atau membungkuk kurang dan 20°.
b. Bagian punggung dianggap sedang atau “Moderately flexed or twisted”
(Level A2) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau
ekstensi, memutar punggung atau membungkuk lebih dari 200 tetapi
kurang dari 600.
c. Punggung dianggap terlalu membungkuk atau memutar atau
“Excessively flexed or twisted” (Level A3) apabila gerakan orang
bekerja dengan sudut fleksi/ekstensi. memutar punggung atau
membungkuk lebih dan 60° atau mendekati 90°.
B. B. Grup B Penilaian untuk Pergerakan punggung (B1-B5)
a. B1 jika posisi tubuh non statis.
b. B2 jika posisi tubuh statis.
c. B3 jika pergerakan punggung jarang “infrequent” ( < 3 menit ).
d. B4 jika pergerakan punggung normal “frequent” (berkisar 8 menit).
e. B5 jika pergerakan punggung terlalu sering “very frequent” ( > 18
menit).
C. Grup C Penilaian Untuk Postur Bahu atau Lengan ( C1-C3 )
Penilaian seharusnya dilakukan ketika bahu atau lengan mengalami beban
yang berat selama bekerja, tetapi tidak terlalu mendesak apabila punggung
sedang dinilai.
a. C1 jika posisi bahu atau lengan di bawah ketinggian pinggang.
b. C2 jika posisi bahu atau lengan disekitar dada.
c. C3 jika posisi bahu atau lengan di sekitar atau diatas ketinggian bahu.
D. D. Grup D Penilaian untuk Pergerakan Bahu atau Lengan ( D1-D3)
Pergerakan dari bahu atau lengan dianggap sebagai :
a. D1 Jarang atau “infrequent” apabila tidak ada pola pergerakan yang
rutin.
b. D2 Sering atau “frequent” apabila terdapat pola gerakan yang rutin
dengan beberapa istirahat pendek.
c. D3 Sangat sering atau “very frequent” apabila terdapat pola gerakan
kontinyu selama bekerja.
PERGELANGAN TANGAN /TANGAN
E. Saat melakukan pekerjaan ,bagaimana postur pergelangan tangan /tangan
anda? (pilih situasi kasus buruk)
a. (E1) Pergelangan tangan hampir lurus
b. (E2) Pergelangan tangan tertekuk
F. Berapa kali gerakan repetitive pada pergelangan tangan/ tangan
a. (F1) 10 kali per menit atau kurang
b. (F2) 11 sampai 20 kali per menit
c. (F3) Lebih dari 20 kali per menit
LEHER
G. Ketika melakukan pekerjaan, apakah posisi kepala / leher tertekuk/ atau
memutar ?
a. (G1) jika posisi leher tidak menunduk.
b. (G2) jika posisi leher terkadang menunduk.
c. (G3) jika posisi leher sering menunduk.
PENILAIAN PEKERJA
H. Berapakah berat maksimum yang anda kerjakan secara manual dalam
pekerjaan anda?
H1 Ringan (5 kg atau kurang)
H2 Sedang (6 sampai 10 kg)
H3 Berat (11 sampai 20 kg)
H4 Sangat berat (lebih dari 20 kg)
I. Rata-rata, berapa lama anda melakukan pekerjaan tersebut per hari?
I1 Kurang dari 2 jam
I2 2 sampai 4 jam
I3 Lebih dari 4 jam
J. Ketika melakukan pekerjaan, berapa berat beban yang dikerahkan oleh
satu tangan ?
J1 Ringan (kurang dari 1 kg)
J2 Menengah (1 sampai 4 kg)
J3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
K. Apakah dibutuhkan ketelitian mata dalam melakukan pekerjaan anda
K1 Rendah (hampir tidak perlu melihat rincian halus)
K2 Tinggi (perlu melihat beberapa rincian halus)
L. Apakah anda mengendarai kendaraan dalam melakukan pekerjaan anda?
L1 Kurang dari satu jam per hari atau Tidak pernah
L2 Antara 1 dan 4 jam per hari?
L3 Lebih dari 4 jam per hari?
M. Apakah anda menggunakan alat getar saat melakukan pekerjaan
M1 Kurang dari satu jam per hari atau Tidak pernah
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
M3 Lebih dari 4 jam per hari
N. Apakah anda merasa kesulitan dengan pekerjaan anda?
N1 Tidak pernah
N2 Terkadang
N3 Sering
O. Secara umum, menurut Anda bagaimana pekerjaan yang anda lakukan?
O1 Tidak stres sama sekali
O2 Sedikit stres
O3 Cukup stres
O2 Sangat stres
Lampiran 3: Lembar Kerja RULA
Lampiran 4: Lembar Kerja REBA
KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA
ANGKUT KARUNG BERAS DI PASAR TANJUNG, KABUPATEN
JEMBER
(sebagai tugas mata kuliah Metode Penelitian Kesehatan)
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Kelompok K3/2 Kelas D
1.
Shinta Umi A.
(112110101131)
2.
Artma N.P.A.
(122110101139)
3.
Rizqi Dwi P
(122110101142)
4.
Iis Kresnawati
(122110101150)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal penelitian yang
berjudul ”HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN POSISI KERJA
TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
PADA PEKERJA ANGKUT KARUNG BERAS DI PASAR TANJUNG,
KABUPATEN JEMBER” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan proposal ini:
1. Ibu Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian Kesehatan
2. Ibu Ni’mal Baroya, S.KM., M.PH selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian Kesehatan
3. Bapak Andre Ramani, S.KM., M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian Kesehatan
4. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember tahun
angkatan 2012 yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penyusunan proposal penelitian ini telah disusun seoptimal mungkin.
Penulis berharap semoga dari proposal penelitian ini dapat diperoleh manfaat dan
tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca, kami juga mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Jember, 12 Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3
Hipotesis ................................................................................................... 2
1.4
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan umum .......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Beban Kerja ................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Beban Kerja .......................................................................... 5
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ............................................... 5
2.1.3 Pengukuran Beban Kerja ....................................................................... 6
2.1.4 Dampak Beban Kerja .............................................................................. 7
2.2 Postur Kerja ................................................................................................... 8
2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)............................................................... 9
2.4 Metode Penilaian Risiko MSDs .................................................................. 10
2.4.1 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) .............................................. 10
2.4.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment) .............................................. 11
2.4.3 QEC (Quick Expossure Checklist) ........................................................ 12
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 16
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................................ 17
BAB 3. METODE PENELITIAN......................................................................... 18
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 18
iii
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 18
3.2.1 Lokasi Penelitian................................................................................... 18
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 18
3.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 18
3.3.1 Populasi Penelitian................................................................................ 18
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 19
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................... 19
3.5 Data dan Sumber Data ................................................................................. 19
3.6 Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 20
3.6.1 Variabel Penelitian ................................................................................ 20
3.6.2 Definisi Operasinal ............................................................................... 20
3.7 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 21
3.8 Teknik Pengolahan Data ............................................................................. 22
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC ) ...................... 15
Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................................. 16
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasonal, Instrumen dan Skala Data ............................... 21
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman moderen saat ini, begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan
menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan
menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Peningkatan penggunaan mekanisasi dan
otomatisasi pada kecepatan kerja, dapat mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi
pekerjaan yang monoton dan kurang menarik untuk dikerjakan. Akibatnya, beban kerja
akan menjadi lebih dominan dirasakan oleh para pekerja. Di sisi lain, di berbagai industri
masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan
dan tekanan secara fisik yang berat.
Bekerja secara manual dengan penggunaan mekanisasi, dapat mengakibatkan
terjadinya keluhan dan komplain pada pekerja, seperti sakit pada pinggang dan punggung,
ketegangan pada sekitar leher, sakit di sekitar pergelangan lengan, tangan dan kaki,
kelelahan mata dan masih banyak lagi komplain yang lainnya. Banyaknya komplain
dalam bekerja baik secara fisik maupun secara psikis, dapat menurunkan performa kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Berkaitan dengan
permasalahan ini, maka ergonomi dapat memberikan solusi dari setiap permasalahan
yang muncul di tempat kerja (Tarwaka, 2010).
Menurut Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999), salah satu definisi
ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah
kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan
keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan
lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan
efisien (Tarwaka, 2010).
Di dalam ergonomi terdapat risiko ergonomi yang merupakan segala macam risiko
yang bisa terjadi berupa ketidaknyamanan, cedera, sakit, bahkan cacat yang disebabkan
cara kerja dan tempat kerja yang tidak ergonomis. Risiko ergonomi ini dapat muncul
karena kesalahan postur/posisi manusia saat bekerja. Dalam hal ini pekerja pasti pernah
mengalami keluhan atau gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs).
Begitu juga yang dialami para pekerja angkut beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
Mereka mengangkut beras yang memiliki berat bervariasi yaitu, 5 kg, 10 kg, 17
kg, 20 kg, 25 kg, hingga 50 kg. Dengan berat yang sedemikian rupa, akan
1
2
berpotensi menimbulkan gangguan pada fisiologis tubuh karena faktor ergonomi,
dimana gangguan kesehatan yang mungkin terjadi adalah gangguan otot rangka
(Musculosceletal Disorders), cidera dari sistem muskuloskeletal dan saraf
(Repetitive Strain Injury), timbul seperti sakit di pergelangan tangan (Carpal
Tunnel Syndrome) (Ardi, 2012).
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai yang sangat fatal
(Grandjean dalam Tarwaka et al, 2004). Pada awalnya, keluhan MSDs berupa rasa
sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur,
dan rasa terbakar. Akibatnya berujung pada ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas
sehingga
mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga
produtivitas kerja menurun.
Minimnya penelitian mengenai beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap
MSDs, terutama pada pekerja angkut karung beras. Selain itu, dengan beban kerja
fisik yang sangat berat juga berpotensi besar menimbulkan masalah kesehatan,
khususnya MSDs. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
MSDs pada pekerja angkut karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Jember?
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember.
3
1.4 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis hubungan beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan
musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
Mengetahui distribusi frekuensi beban kerja fisik pada pekerja angkut
karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
b.
Mengetahui gambaran risiko pekerjaan pada oekerja angkut karung beras di
Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
c.
Mengetahui skor, level resiko dan level tindakan pada pekerja angkut beras
di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
d.
Menganalisis terjadinya Musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras di Pasar Tanjung, Jember.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat, khususnya
bidang Kesehatan dan Keselamatan kerja yang terkait hubungan beban kerja fisik
dan posisi kerja terhadap keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember dan dapat dijadikan
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya agar dapat menghasilkan solusi
terhadap pengendalian kejadian MSDs yang dapat menimpa pekerja.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pekerja
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya pengendalian diri terhadap keluhan MSDs yang berakibat buruk bagi
kesehatan.
4
b.
Bagi Pemerintah
Penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam upaya penyelamatan pekerja yang berkaitan dengan kejadian
MSDs.
c.
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi mengenai hubungan
beban kerja fisik dan posisi kerja terhadap keluhan MSDs pada pekerja angkut
karung beras sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan mahasiswa, khususnya
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
d.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada peneliti
dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian serta dapat
menambah dan m emperdalam pengetahuan tentang hubungan beban kerja fisik
dan posisi kerja terhadap keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja
angkut karung beras.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban Kerja
2.1.1 Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan
jenis pekerjaanya ditunjukkan oleh Suma’mur dalam Tarwaka (2010). Beban
kerja dalam penelitian ini diukur atau diditeksi dengan denyut nadi. Beban kerja
fisiologis dapat didekati dari banyaknya O2 (oksigen) yang digunakan tubuh,
jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan
penguapan lewat keringat. Beban kerja ini menentukan bahwa berapa lama
seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya (Suma’mur, 2009).
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan
tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi Menurut Hart dan Staveland dalam
Tarwaka (2010), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari
interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai
tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Everly dkk (dalam
Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja
dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja
dipengaruhi faktor– faktor sebagai berikut :
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti:
1. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja,
tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap
kerja,
sedangkan
tugas-tugas
yang
bersikap
mental
seperti
kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab
pekerjaan.
5
6
2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga
aspek ini sering disebut sebagai stressor.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,umur,ukuran tubuh,statu gizi,
kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan
dan kepuasan). Sedangkan menurut Eko Nurmianto (2003:149), faktor yang
mempengaru beban kerja antara lain:
1. Beban yang diperkenankan
2. Jarak angkut dan intensitas pembebanan
3. Frekuensi angkut yaitu banyaknya aktivitas angkut
4. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja
5. Kondisi lingkungan kerja yaitu pencahayaan, temperatur, kebisingan,
lantai licin, kasar, naik dan turun
6. Keterampilan bekerja
7. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja
8. Peralatan kerja beserta keamanannya
2.1.3 Pengukuran Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan
yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun (Peraturan Menteri Dalam
Negeri dalam Muskamal, 2010). Selain untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi, pengukuran beban kerja juga
6
7
dilakukan untuk menetapkan jumlah jam kerja dan jumlah orang yang diperlukan
dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu (Komaruddin, 1996).
Pengukuran beban kerja dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung
pekerja. Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain : merasakan denyut yang ada pada arteri radial di pergelangan tangan,
mendengarkan
denyut
dengan
stethoscope,
menggunakan
ECG
(Electrocardiogram), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung
pada permukaan kulit dada (Eko Nurmianto, 2003:136).
Menurut Cristensen (dalam Tarwaka, 2004) dan Grandjean(1993),
pengukuran beban fisik melalui denyut jantung adalah salah satu pendekatan
untuk mengetahui berat ringannya beban kerja fisik selain ditentukan juga oleh
konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pengukuran denyut
nadi selama bekerja merupakan metode untuk menilai mendengarkan denyut
jantung dengan stetoskop, menggunakan EKG dan menggunakan alat heart rate.
Cardiovasculair strain . Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung/nadi dan
suhu tubuh mempunyai hubungan linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan
yang dilakukan. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan merasakan denyut
pada arteri radial pada pergelangan tangan mendengarkan denyut jantung dengan
stetoskop, menggunakan EKG dan menggunakan alat heart rate.
2.1.4 Dampak Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik
fisik maupun psikis dan reaksi- reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan
kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari- hari karena tugas atau pekerjaan
yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga
secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba,2000)
7
8
2.2 Postur Kerja
Postur kerja adalah posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja
yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan task requirements (Pulat,
1992:163). Salah satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur
janggal (awkward posture). Postur janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang
secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja
dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi dimana perpindahan tenaga dari otot
ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan lelah. Termasuk ke
dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi
menggapai, berputar (twisting), memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalan kondisi statis, dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan beberapa
area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut, karena bagian inilah yang paling
sering mengalami cidera (Straker, 2000).
Postur punggung yang merupakan faktor risiko adalah membungkukkan
badan sehingga membentuk sudut 20° terhadap vertikal dan berputar dengan
obyek ≥ 9 kg, durasi ≥ 10 detik, dan frekuensi ≥ 2 kali/menit atau total lebih dari 4
jam/hari. Memiringkan badan (bending) dapat didefinisikan sebagai refleksi dari
tulang punggung, biasanya ke arah dapan atau ke samping. Berputar (twisting)
adalah adanya rotasi atau torsi pada punggung (Hermans et al, 2000).
Postur bahu yang merupakan faktor risiko adalah melakukan pekerjaan
dengan tangan di atas kepala atau siku di atas bahu lebih dari 4 jam/hari atau
lengan atas membentuk sudut 45° ke arah samping atau ke arah depan terhadap
badan selama lebih dari 10 detik dengan frekuensi ≥ 2 kali/menit dan beban ≥ 4.5
kg (Humantech, 1995).
Postur leher yang merupakan faktor risiko adalah melakukan pekerjaan
dengan posisi menunduk (membengkokkan leher ≥ 20° terhadap vertikal),
menekukkan kepala atau menoleh ke samping kiri atau kanan, serta menengadah
(Humantech, 1995).
8
9
2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan muskuloskeletal, yaitu
cedera dan gangguan pada jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang
rawan) dan sistem saraf. MSDs dapat mempengaruhi hampir semua jaringan,
termasuk saraf dan selubung tendon, dan paling sering melibatkan lengan dan
punggung. MSDs terjadi dalam kurun waktu yang panjang, yaitu mingguan,
bulanan, bahkan sampai tahunan. MSDs dapat menyebabkan sejumlah kondisi,
termasuk nyeri, mati rasa, kesemutan, sendi kaku, sulit bergerak, dan kadangkadang kelumpuhan. Gangguan ini termasuk carpal tunnel syndrome, tendinitis,
linu panggul, dan nyeri pinggang.Penelitian telah mengidentifikasi bahwa faktor
risiko MSDs mencakup gerakan berulang dan gerakan yang terlalu kuat dan
dipaksakan seperti mengangkat, memindahkan, dan reposisi. (OSHA, 2000).
Faktor risiko ergonomi yang dapat menyebabkan terjadinya MSDs meliputi:
a. Pengulangan
Pengulangan adalah ukuran dari seberapa sering kita menyelesaikan
gerakan atau tenaga yang sama selema bertugas. Tingkat keparahan risiko
tergantung pada frekuensi pengulangan, kecepatan gerakan atau tindakan,
jumlah otot yang terlibat dalam kerja, dan jumlah pekerja yang melakukan
pekerjaan tersebut.
b. Vibrasi
Menggunakan alat-alat listrik bergetar dapat meningkatkan tekanan
pada tangan dan lengan. Hal ini dapat menurunkan aliran darah, kerusakan
saraf, dan berkontribusi pada kelelahan otot.
c. Masa kerja
Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi
seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal
disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan
kerja yang tinggi.
Ada beberapa jenis MSDs, yaitu:
9
10
a. Intersection Syndrome, disebabkan oleh rusaknya tendon pergelangan
tangan yaitu di daerah ibu jari dan pergelangan tangan yang mengalami
fleksi dan ekstensi berulang.
b. Tension Neck Syndrome, adalah ketegangan pada otot leher yang
disebabkan oleh postur leher melengkung ke arah belakang dalam waktu
lama sehingga timbul gejala kekakuan pada otot leher, kejang otot, dan
rasa sakit yang menyebar ke bagian leher.
c. Trigger Finger , adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-jari
akibat tekanan yang berulang pada jari-jari yang menekan tendon secara
terus menerus hingga ke jari-jari.
d. Carpal Tunnel Syndrome, yaitu tekanan pada saraf tengah yang terletak
di pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang. Penekanan
tersebut disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi dari tendon. CTS
dapat menyebabkan seseorang kesulitan menggenggam.
e. Tendinitis, merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi
pada tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.
Keadaan tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus
digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang berlebih seperti tekanan yang
kuat pada tangan, membengkokan pergelangan tangan selama bekerja,
atau menggerakan pergelangan tangan secara berulang.
2.4 Metode Penilaian Risiko MSDs
2.4.1 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
a. Definisi
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu
aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas
(upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang
akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan
diagram postur tubuh dan tiga table penilaian
untuk memberikan evaluasi
terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang
diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh Mc Phee‟
10
11
dalam Santon (2005) sebagai faktor beban eksternal (external load faktors) yang
meliputi :
1) Jumlah gerakan
2) Kerja otot statis
3) Gaya
4) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan
5) Waktu kerja tanpa istirahat
b. Pengukuran
1) Tahap 1
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan,
tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup
yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta
pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini
untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala
kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin
saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam
penilaian.
2) Tahap 2
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili
tingkat pembebanan postur dari system musculoskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup
A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.
Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
3) Tahap 3
Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
2.4.2 REBA (Rapid Entire Body Assessment)
REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn Mc
Atamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja.
11
12
Selain itu metode REBA memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu
sistem kerja, coupling dan aktivitas yang dilakukan. Metode ini relative mudah
digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan
besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut.Pada akhirnya nilai akhir dari
REBA memberikan indikasi level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang
harus dilakukan atau diambil (Neville Stanton, 2004). Terdapat empat tahapan
proses perhitungan yang dilalui yaitu:
a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh
seperti :
1) badan (trunk)
2) leher (neck)
3) kaki (leg)
4) lengan bagian atas (upper arm)
5) lengan bagian bawah (lower arm)
6) pergelangan tangan (hand wrist)
b. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.
c. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor
akhir dari kegiatan tersebut.
2.4.3 QEC (Quick Expossure Checklist)
a. Definisi
Quick expossure check (QEC) merupakan metode untuk mengukur risiko
terkait penyakit akibat musculoskeletal disorder s (MSDs) (Li dan Buckle, 1999).
Penggunaan QEC sangatlah mudah diterapkan, berfungsi untuk mengevaluasi
tempat kerja dan desain peralatan kerja serta memudahkan untuk mendesain ulang
tempat kerja. QEC membantu mencegah banyak MSDs yang ada di tempat kerja.
QEC mengukur 4 (empat) bagian tubuh yang paling berisiko terhadap MSDs.
Metode ini telah dikembangkan oleh praktisi/ahli di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada beberapa perusahaan untuk:
1) Mengidentifikasi faktor risiko untuk pekerjaan terkait cidera bagian belakang.
2) Mengevaluasi level risiko untukbagian tubuh yang berbeda.
12
13
3) Mengukur perbedaan risiko MSDs pada sebelum dan sesudah pekerjaan.
4) Mengembangkan tempat kerja menjadi sarana dalam mengurangi risiko MSDs
dan mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat MSDs.
5) Meningkatkan kesadaran tingkat manajer, teknisi, desainer, kesehatan dan
pelaksana keselamatan terhadap factor risiko ergonomi di tempat kerja.
6) Membandingkan tingkat paparan yang diterima oleh dua pekerja atau lebih
dengan pekerjaan yang sama, atau perbandingan risiko dengan pekerjaan
lainnya.
Keunggulan yang paling utama dalam menggunakan QEC adalah :
1) Mudah untuk diterapkan.
2) Membantu untuk melakukan perubahan ergonomi.
3) Selaras dengan metod epengukuran lainnya.
4) Melindungi bahaya fisika akibat MSDs
5) Tidak perlu waktu lama untuk mempelajarinya.
6) Mempertimbangkan kombinasi bahaya yang ada di tempat kerja.
Kekurangan dari metode ini adalah :
1) Metode ini hanya terfokus pada factor fisik tempat kerjas aja.
2) Skor/nilai paparan yang disarankan butuh validitas kembali.
3) Perlu pengembangan lebih lanjut untuk memberikan pengukuran yang tepat.
b. Pengukuran
1) Punggung
Mengukur postur punggung (fleksi, ekstensi, deviasi, radial, memutar)
dengan posisi normal ≤ 200 yang ditulis dengan A1, sedangkan bahaya sedang
dengan gerakan fleksi atau putaran atau bengkok 200-600 (A2) dan bahaya
kategori berat dengan sudut ≥ 600 (A3). Serta dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan kategori statis ataupun manual handling.
2) Bahu dan Lengan
Mengukur postur bahu dan lengan (fleksi, ekstensi, deviasi, radial,
memutar) khsusnya pada saat pekerjaan mengangkat ataupun mengambil barang.
13
14
Posisi bahaya adalah saat lengan berada di atas kepala (C3) ataupun melakukan
pekerjaan dimana benda berada pada posisi di bawah pinggang (C1) dan C2 Pada
ketinggian dada.
3) Pergelangan Tangan
Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi pergelangan tangan tidak
sesuai. (E1 Posisi netral lurus dengan lengan, E2 Menyimpang atau bengkok ≥
450, F1 ≤10 kali/menit, F2 11 - 20 kali/menit, F3 ≥ 20 kali/menit)
4) Leher
Posisi leher didefinisikan berbahaya jika terdapat gerakan fleksi, ekstensi,
deviasi dan radial lebih dari 200 serta gerakan memutar.
5) Berat beban
Berat beban yang dibawa pada saat melakukan pekerjaan dengan kategori
beban rendah ≤ 5 kg (H1), beban sedang 5-10 kg (H2), beban berat 11-20 kg (H3)
dan H4, sangat berat (≥ 20 kg). Untuk kategori berat benda yang
digunakan/dibawa dengan menggunakan satu tangan adalah ringan K1 dengan
berat benda≤ 1 kg, K2 sedang 1-4 kg & K3 dengan berat ≥ 4 kg.
6) Waktu kerja
Ketegori penilaian waktu kerja berdasarkan lama yang dibutuhkan dalam
sehari oleh sesorang untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan kategori penilaian
J1 untuk pekerjaan dilakukan ≤ 2 jam, 2-4 jam J2 dan J3 ≥ 4 jam
c. Penghitungan
Contoh perhitungan/penilaian MSDs untuk factor pekerjaan diuraikan
sebagai berikut :
Untuk menetukan besar risiko dari factor pekerjaan dengan berpedoman pada
tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung yang menghasilkan nilai kombinasi
postur kerja (A1-A3) dan berat (H1-H4). Jika diperoleh nilai pada A2 dan H2
maka akan didapat nilai 6, kemudian nilai tersebut ditulis pada yang kolom
kosong yang tersedia di bagian pojok kanan bawah. Setelah itu, nilai yang
terdapat pada kotak bertuliskan ”score 1”hingga “score 6” dijumlahkan sehingga
diperoleh total skor risiko paparan MSDs pada salah satu bagian tubuh yang
14
15
nantinya dibandingkan dengan nilai standar yang ada. Prosedur yang sama dapat
dilakukan kembali pada perhitungan risiko MSDs bagian tubuh lainnya seperti
bahu, pergelangan tangan, leher.
Gambar 2.1 Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC )
2.4.4 Nordic Body Map
Salah satu metode untuk mengetahui keluhan MSDs adalah dengan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). NBM adalah peta tubuh untuk
mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot skeletal
yang dirasakan pekerja. NBM membagi tubuh menjadi nomor 0 sampai 27 dari
leher hingga kaki yang mengestimasi tingkat keluhan MSDs yang dialami pekerja.
15
16
2.5 Kerangka Teori
Faktor Pekerjaan
Karakteristik
Individu
Usia
Penurunan
kekuatan
otot
Kekuatan otot
menurun
seiring
bertambahnya
usia
Jenis
Kelamin
Otot
perempuan
lebih kecil
2/3 dari otot
laki-laki
Adanya
perbedaan
fisiologis
otot antara
laki-laki
dan
perempuan
Kebiasaan
Merokok
Penurunan
fungsi paruparu
Kapasitas paruparu untuk
menghasilkan
O2 mengalami
penurunan
Pasokan O2 dalam
darah mengalami
penurunan
Pembakaran karbohidrat
terhambat dan terjadi
penumpukan asam laktat
IMT
Masa
kerja
Perbedaan
fisiologis tubuh
berdasar berat
dan tinggi badan
Posisi Kerja
Gerakan kerja
berulang-ulang
Perbedaan kondisi
keseimbangan dan
struktur rangka
dalam tubuh
Otot dalam
keadaan statik
pada kurun
waktu yang
lama
Pada orang yang
bertubuh tinggi
mempunyai struktur
rangka tulang yang
tinggi dan
menyebabkan
kerentanan terhadap
beban kerja begitu pula
sebaliknya
Beban
Kerja
Perbedaan
batasan
beban
angkut
berdasarkan
umur, jenis
kelamin
dan
frekuensi
MMH
RWL
dan LI
Adanya
kesalahan cara
membawa
barang terhadap
beban
Faktor lingkungan
Paparan
suhu
Perbedaan suhu
udara panas dan
dingin
Menurunnya
produktivitas
kerja
Otot mengalami
over use
Kelelahan otot
Keluhan
Musculoskeletal
Gambar 2.2
16Kerangka Teori
Tubuh cepat
lelah dan
menjadi lamban
Getaran
Adanya
kontraksi otot
Peredaran
dalam darah
tidak lancar
akibat
penimbunan
asam laktat
17
2.6 Kerangka Konsep
Faktor Pekerjaan
1. Posisi kerja
2. Beban kerja
MSDs
Karakteristik Individu
1. Usia
2. Kebiasaan merokok
3. Masa kerja
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
17
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dilihat dari pendekatan waktu pengumpulan data, penelitian ini menggunakan
penelitian cross-sectional. Penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan
dalam waktu yang bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda (Arikunto, 2006).
Ditinjau dari kedalaman analisis atau hubungan antar variabel, penelitian ini
termasuk penelitian korelasi. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana
variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2001).
Dilihat dari ada atau tidaknya intervensi, penelitian ini masuk dalam penelitian
survei/obsevasional. Penelitian survei adalah penellitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Sugiyono, 2001).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Pasar Tanjung, Kabupaten Jember.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei s.d. Juli 2015
3.3 Objek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja angkut karung beras di Pasar
Tanjung, Kabupaten Jember. Populasi berjumlah 30 orang.
18
19
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian adalah pekerja angkut karung beras di Pasar Tanjung,
Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian berjumlah 14 orang. Penentuan sampel
ditentukan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
1. n
: jumlah sampel minimal
2. d
: tingkat kepercayaan/ketepatan
3. N : jumlah populasi
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Teknik
sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pemberian sampelnya, peneliti
“mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.
Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama pada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu, hak setiap
subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau
beberapa subjek untuk dijadikan sampel (Arikunto dalam Siswanto dkk, 2013:222)
3.5 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data yang
dikumpulkan berupa karakteristik individu (usia, kebiasaan merokok dan masa kerja),
frekuensi keluhan MSDs, gambaran pekerjaan, beban kerja fisik, posisi kerja, nilai
20
aktivitas. Karakteristik individu dan frekuensi keluhan MSDs diperoleh melalui
pengisian Nordic Musculoskeletal Quesionnaire (QEC). Sedangkan gambaran
pekerjaan, beban kerja fisik, posisi kerja, dan nilai aktivitas didapatkan berdasarkan
observasi langsung menggunakan dan wawancara tidak terstruktur.
3.6 Variabel dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu:
a. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan, yaitu posisi kerja dan
beban kerja
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
3.6.2 Definisi Operasinal
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
tersebut (Nazir, 2009).
21
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasonal, Instrumen dan Skala Data
No
Variabel yang
diteliti
1
Posisi kerja
2
Beban kerja
3
Keluhan
Musculosceletal
disorders
Definisi
operasional
Alat ukur
Posisi tubuh
pekerja saat
melakukan
aktivitas kerja
yang biasanya
terkait dengan
desain area kerja
dan task
requirements
kemampuan tubuh
pekerja dalam
menerima
pekerjaan
keluhan pada
bagian-bagian otot
skeletal yang
dirasakan oleh
seseorang mulai
dari keluhan
sangat ringan
sampai sangat
sakit.
RULA, REBA
Kategori
penilaian atau
pengukuran
Tercantum pada
instrumen
penelitian
Skala data
Ordinal,
Ordinal
RULA, REBA
Tercantum
instrumen
penelitian
pada
Ordinal,
Ordinal
NMQ, QEC
Tercantum
instrumen
penelitian
pada
Nominal,
Ordinal
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data secara lisan dari responden, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan responden tersebut. Untuk wawancara terpimpin (structured interview)
dilakukan dengan melakukan kuisioner. Pencatatan data wawancara dapat dilakukan
dengan cara: pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording,
pencatatan dengan filed rating, dan pencatatan dengan field coding. (Nuryadi, et al.,
2013)
22
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana, antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti. beberapa alat bantu dalam observasi yaitu: check list,
rating scale, daftar riwayat kelakuan, dan alat elektronik. (Nuryadi, et al., 2013)
3.8 Teknik Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan data melalui
beberapa tahap:
a.
Editing,
yaitu
kegiatan
untuk
memeriksa
kelengkapan,
kejelasan,
kesinambungan dan keseragaman data.
b. Coding, yaitu merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat menjadi
kode angka untuk mempermudah input dan pengolahan data.
1) Untuk variabel keluhan MSDs diberi kode 1 jika menderita keluhan
MSDs; kode 0 jika tidak menderita keluhan MSDs.
2) untuk variabel faktor pekerjaan diberi kode sesuai tingkatannya, misal
kode 1 untuk hasil skor rendah; kode 2 untuk hasil skor sedang; kode 3
untuk hasil skor tinggi.
3) Variabel umur diberi kode 1 jika usia ≥ 35 tahun dan kode 2 jika usia <
35 tahun.
4) Variabel kebiasaan merokok diberi kode 1 jika merokok ≥ 10 batang dan
kode 2 jika merokok < 10 batang.
5) variabel masa kerja diberi kode 1 (rendah) jika masa kerja ≥ median; kode
2 (tinggi) jika masa kerja < median.
c. Processing, yaitu memproses data dengan cara mengentri ke dalam komputer.
d. Cleaning, yaitu merupakan kegiatan pengecekan ulang data yang sudah di input.
3.9 Analisis Data
1) Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat karakteristik serta distribusi frekuensi dan
persentase daei setiap variabel yang diteliti.
23
2) Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan melakukan uji Chi Square yang merupakan analisis hubungan
variabel kategorik dengan α = 0,05.
Daftar Pustaka
Aprianto, Harrun. Analisis Faktor Penyebab Cumulative Trauma Disorders
Menggunakan Metode Quick Exposure Checklist Pada
Profesi
Penjahit.
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Depok Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424
Ardi, Khairil. 2012. K3 di Perusahaan Kelapa Sawit. (online available at
http://www.scribd.com/doc/110070646/Kesehatan-Dan-Keselamatan-KerjaIndustri-Perkebunan-Kelapa-Sawit-Dan-Industri-Minyak-Kelapa-Sawit diakses
pada 21 Maret 2015)
Nuryadi, Herawati, Y. T. & Sandra, C., 2013. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi
Program Kesehatan di Masyarakat. Jember: UPT Penerbitan UNEJ.
Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja . Gunung Agung,
Jakarta.
Tarwaka, PGDip.Sc., 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press.
Tarwaka. Et al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
24
Lampiran 1
1.a. Nordic Musculoskeletal Quesionnaire (NMQ)
Isilah semua pertanyaan ini dengan sebenarnya, dan berilah tanda silang “X” pada
jawaban yang sesuai: (jawaban boleh lebih dari satu)
Nama
: ……………………………………………………………….
Usia
: ………………
Tahun ……………….
Bulan Masa kerja
: ………………
Tahun ……………….
1.
Berapa jam rata – rata anda tidur dalam sehari? …………………… jam /
hari
2.
Berapa kali anda rata-rata berolah raga dalam seminggu ? ……… kali/
minggu (isi 0, jika tidak)
3.
Apakah Anda pernah merasakan gejala nyeri/sakit pada otot/tulang Anda
setelah bekerja ?
Ya/Tidak *(bukan disebabkan oleh kecelakaan/olahraga/aktivitas lain diluar
pekerjaan)
4.
Jenis aktivitas apa yang menurut Anda sering menyebabkan timbulnya gejala
nyeri/sakit pada otot/tulang Anda?
a. Berdiri terlalu lama
b. Duduk terlalu lama
c. Mencengkeram
d. Menengadah pada saat menyimpan beban di tempat tinggi
e. …………………………………………………………….
f. ……………………………………………………………
5.
Faktor apa yang menyebabkan timbulnya gejala nyeri/sakit pada otot/tulang
Anda? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Lantai tempat lalu lintas forklift tidak rata
b. Jarak rak-rak penyimpanan terlalu dekat
25
c. Getaran mesin
d. Suhu ruangan/mesin yang terlalu panas/dingin
e. Alat Pelindung Diri yang tidak nyaman
f. Pencahayaan di tempat kerja terlalu terang/gelap
g. Kurang istirahat
h. Target pekerjaan
i. …………………………………………………………………………….
j. …………………………………………………………………………….
6.
Perbaikan apa yang Anda usulkan/perlukan di tempat kerja Anda yang
dapat mengurangi atau menghilangkan timbulnya gejala nyeri/sakit pada
otot/tulang Anda?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……
*) coret yang tidak perlu
26
Lampiran 1.b: Nordic Musculoskeletal Quesionnaire
(lanjutan) Di bawah ini terdapat gambar bagian-bagian tubuh. Jika anda merasakan/pernah merasakan ketidaknyamanan, sakit, nyeri
atau ngilu pada bagian tubuh Anda, beri tanda “X” pada kolom “Ya”, jika tidak ada keluhan beri tanda “X” pada kolom “Tidak” (Keluhan
yang dimaksud adalah yang timbul akibat pekerjaan Anda, bukan disebabkan oleh kecelakaan/olah raga/aktivitas tubuh lainnya di luar
pekerjaan).
No
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bagian Tubuh
Leher bagian atas
Leher bagian bawah
Bahu kiri
Bahu kanan
Lengan atas bagian kiri
Punggung
Lengan atas bagian kanan
Pinggang
Pinggul
Pantat
Siku kiri
Siku kanan
Lengan kiri bawah
Lengan kanan bawah
Pergelangan tangan kiri
Dalam 12 bulan
Y
Tidak
Dalam 7 hari
Y
Tidak
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Pergelangan tangan kanan
Telapak tangan kiri
Telapak tangan kanan
Paha kiri
Paha kanan
Lutut kiri
Lutut kanan
Betis kiri
Betis kanan
Pergelangan kaki kiri
Pergelangan kaki kanan
Telapak kaki kiri
Telapak kaki kanan
Lampiran 2: Kuesioner Quick Exposure Checklist
PENILAIAN PENELITI
PENILAIAN POSTUR PUNGGUNG
A. Grup A Penilaian Untuk Postur Punggung (A1-A3)
Penilaian untuk postur punggung sebaiknya dibuat ketika punggung
mengalami
beban yang berat.
a. Punggung dianggap normal atau “Almost neutral” (Level A1) apabila
gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar
punggung atau membungkuk kurang dan 20°.
b. Bagian punggung dianggap sedang atau “Moderately flexed or twisted”
(Level A2) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau
ekstensi, memutar punggung atau membungkuk lebih dari 200 tetapi
kurang dari 600.
c. Punggung dianggap terlalu membungkuk atau memutar atau
“Excessively flexed or twisted” (Level A3) apabila gerakan orang
bekerja dengan sudut fleksi/ekstensi. memutar punggung atau
membungkuk lebih dan 60° atau mendekati 90°.
B. B. Grup B Penilaian untuk Pergerakan punggung (B1-B5)
a. B1 jika posisi tubuh non statis.
b. B2 jika posisi tubuh statis.
c. B3 jika pergerakan punggung jarang “infrequent” ( < 3 menit ).
d. B4 jika pergerakan punggung normal “frequent” (berkisar 8 menit).
e. B5 jika pergerakan punggung terlalu sering “very frequent” ( > 18
menit).
C. Grup C Penilaian Untuk Postur Bahu atau Lengan ( C1-C3 )
Penilaian seharusnya dilakukan ketika bahu atau lengan mengalami beban
yang berat selama bekerja, tetapi tidak terlalu mendesak apabila punggung
sedang dinilai.
a. C1 jika posisi bahu atau lengan di bawah ketinggian pinggang.
b. C2 jika posisi bahu atau lengan disekitar dada.
c. C3 jika posisi bahu atau lengan di sekitar atau diatas ketinggian bahu.
D. D. Grup D Penilaian untuk Pergerakan Bahu atau Lengan ( D1-D3)
Pergerakan dari bahu atau lengan dianggap sebagai :
a. D1 Jarang atau “infrequent” apabila tidak ada pola pergerakan yang
rutin.
b. D2 Sering atau “frequent” apabila terdapat pola gerakan yang rutin
dengan beberapa istirahat pendek.
c. D3 Sangat sering atau “very frequent” apabila terdapat pola gerakan
kontinyu selama bekerja.
PERGELANGAN TANGAN /TANGAN
E. Saat melakukan pekerjaan ,bagaimana postur pergelangan tangan /tangan
anda? (pilih situasi kasus buruk)
a. (E1) Pergelangan tangan hampir lurus
b. (E2) Pergelangan tangan tertekuk
F. Berapa kali gerakan repetitive pada pergelangan tangan/ tangan
a. (F1) 10 kali per menit atau kurang
b. (F2) 11 sampai 20 kali per menit
c. (F3) Lebih dari 20 kali per menit
LEHER
G. Ketika melakukan pekerjaan, apakah posisi kepala / leher tertekuk/ atau
memutar ?
a. (G1) jika posisi leher tidak menunduk.
b. (G2) jika posisi leher terkadang menunduk.
c. (G3) jika posisi leher sering menunduk.
PENILAIAN PEKERJA
H. Berapakah berat maksimum yang anda kerjakan secara manual dalam
pekerjaan anda?
H1 Ringan (5 kg atau kurang)
H2 Sedang (6 sampai 10 kg)
H3 Berat (11 sampai 20 kg)
H4 Sangat berat (lebih dari 20 kg)
I. Rata-rata, berapa lama anda melakukan pekerjaan tersebut per hari?
I1 Kurang dari 2 jam
I2 2 sampai 4 jam
I3 Lebih dari 4 jam
J. Ketika melakukan pekerjaan, berapa berat beban yang dikerahkan oleh
satu tangan ?
J1 Ringan (kurang dari 1 kg)
J2 Menengah (1 sampai 4 kg)
J3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
K. Apakah dibutuhkan ketelitian mata dalam melakukan pekerjaan anda
K1 Rendah (hampir tidak perlu melihat rincian halus)
K2 Tinggi (perlu melihat beberapa rincian halus)
L. Apakah anda mengendarai kendaraan dalam melakukan pekerjaan anda?
L1 Kurang dari satu jam per hari atau Tidak pernah
L2 Antara 1 dan 4 jam per hari?
L3 Lebih dari 4 jam per hari?
M. Apakah anda menggunakan alat getar saat melakukan pekerjaan
M1 Kurang dari satu jam per hari atau Tidak pernah
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
M3 Lebih dari 4 jam per hari
N. Apakah anda merasa kesulitan dengan pekerjaan anda?
N1 Tidak pernah
N2 Terkadang
N3 Sering
O. Secara umum, menurut Anda bagaimana pekerjaan yang anda lakukan?
O1 Tidak stres sama sekali
O2 Sedikit stres
O3 Cukup stres
O2 Sangat stres
Lampiran 3: Lembar Kerja RULA
Lampiran 4: Lembar Kerja REBA