HPI 8 Recent site activity teeffendi
Pengadilan Pidana Internasional
Gambaran Umum
Mempelajari hukum pidana internasional mempunyai
dua pengertian, yaitu mempelajari substansi (tindak
pidana internasional) dan mempelajari cara-cara untuk
menyelesaikan tindak pidana internasional.
Hukum pidana internasional tidak hanya mempelajari
hukum materiilnya saja, melainkan juga hukum
formilnya yang isinya tentang penyelesaian tindak
pidana internasional, baik prosedur dalam penegakan
hukumnya maupun dalam hal kerjasama internasional
antar negara untuk menyelesaikan perkara tersebut
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional
Menurut Schabas, peradilan internasional
pertama atas perlakuan kejam adalah peradilan
Peter von Hagenbach, yang diselenggarakan
pada tahun 1474, untuk kekejaman yang
dilakukan selama pendudukan Breisach. Von
Hagenbach dipersalahkan telah melakukan
kejahatan perang, dihukum dan dipancung
(Lihat William A. Schabas, 2004: 1)
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional (lanjutan)
Berbeda dengan Schabas, Bassiouni mencatat
bahwa peradilan terhadap pelaku kejahatan
internasional pertama kali diselenggarakan pada
tahun 1268 di Naples, ketika Conradin von
Höhenstaufen dijatuhi hukuman karena ia
dianggap melancarkan perang yang tidak
dibenarkan
(Lihat Arie Siswanto, 2005: 2)
Pembentukan Peradilan Pidana
Internasional
1. Perjanjian Versailles 1919 (The Treaty of Peace
Between the Allied and Associated Powers and
Germany);
2. Perjanjian Sèvres 1920, yang merupakan perjanjian
perdamaian antara pasukan sekutu dengan
kekaisaran Usmaniyah Turki;
3. Piagam London (Agreement for The Prosecution and
Punishment of The Major War Criminals of The
European Axis, and Charter of The International
Military Tribunal).
Road to International Criminal Court
• Pembentukan mahkamah pidana internasional dari
segi sejarah, diawali oleh Peradilan Nuremberg
(International Military Tribunal Nuremberg) di Jerman,
yang berfungsi mengadili para penjahat perang Pasca
Perang Dunia II yang dilakukan di Eropa.
• Hampir bersamaan dengan itu, di Jepang juga dibuat
sebuah lembaga yang serupa yang disebut Peradilan
Tokyo (International Military Tribunal for the Far East/
Tokyo Trial).
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Tiga puluh tahun setelah IMTFE, disusun sebuah
peradilan pidana internasional lagi, kali ini di negara
bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for
The Former Yugoslavia),
• Dilanjutkan ke Afrika tahun 1990-an dengan
membentuk peradilan pidana internasional untuk
Rwanda (International Criminal Tribunal for Rwanda).
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Selain peradilan-peradilan tersebut, dunia mencatat
pernah membentuk peradilan campuran diantaranya
di Kamboja (The Law on the Establishment of
Extraordinary Chambers in The Courts of Cambodia for
the Prosecution of Crimes Commited during the Period
of Democratic Cambodia), Sierra Leone (Special Court
for Sierra Leone), Kosovo (International Judge for
Kosovo) dan di Timor Leste (Special Panel for Serious
Crime – Timor Leste).
Tugas Terstruktur II
Ketentuan Umum
• Tugas dilaksanakan secara berkelompok;
• Kelas dibagi ke dalam 8 kelompok;
• Masing-masing kelompok rata-rata
beranggotakan 5 mahasiswa;
• Anggota kelompok telah ditentukan;
Tugas Terstruktur II
Substansi Tugas
• Membuat resume tentang peradilan pidana
internasional yang berisi tentang yurisdiksi
(teritorial, temporal, personal dan material),
prinsip dasar dan uraian tentang proses
persidangan;
• Resume dipresentasikan secara panel, dua
kelompok setiap minggunya;
• Diskusi dimulai minggu depan
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok I Peradilan Nuremberg
Kelompok II Peradilan Tokyo
Lindadari Uswatun
Ibnu Amin Ibrohim
Frike Citra Virgita
Mirza Noor
Murni Lestari
Agustina Pramita
Sare Bambang
Suhaili
Muchsin
Ronny Hendriyanto
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok III
Peradilan Yugoslavia
Kelompok IV
Peradilan Rwanda
Ahmad Sauqi
Sabitullah
Eko Santoso
Ita Meriana Putri
Eva Fitriyani
Zairofi Faddol
Abdul Manan
Siti Qomariyah
Dhimas Gusti A
Rr. Nenden Puspita S
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok V
Peradilan Kamboja
Kelompok VI
Peradilan Sierra Leone
Jamaluddin
Aisyah Nurmalasari
Rizkie Septiyani
Dewi Purwati
M Wasyib Tirtanang
Rani Mita Masifa
Khoirul Hakim
Abdur Rahman Halim
Maulana Ishaq
Fengky Hariyadi
Helmi Faqih
Didit Wahyudi
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok VII Peradilan Kosovo
Kelompok VIII Peradilan Timor Leste
Sofa Wahyudi
Ega Diva Harwiyanti
Muklas Adi Putra
Siti Umairoh
Ferri Ardiansa Putra
Lisaratul Fuadiyah
Ummul Khoiriyah
Dani Nur Ismanto
Nur kholis
Moh Subaidi
M. Adnan Fanani
Isi Resume terkait yurisdiksi
• Yurisdiksi Teritorial (berlaku dimana pengadilan
tersebut);
• Yurisdiksi Temporal (kapan berlakunya pengadilan
tersebut);
• Yurisdiksi Personal (terhadap siapa berlakunya
pengadilan tersebut);
• Yurisdiksi Material (perbuatan apa yang dapat
disidangkan di pengadilan tersebut)
Daftar Referensi
1. Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah
Kejahatan Internasional, 2005
2. Schabas, William A., An Introduction to The
International Criminal Court, 2004
Gambaran Umum
Mempelajari hukum pidana internasional mempunyai
dua pengertian, yaitu mempelajari substansi (tindak
pidana internasional) dan mempelajari cara-cara untuk
menyelesaikan tindak pidana internasional.
Hukum pidana internasional tidak hanya mempelajari
hukum materiilnya saja, melainkan juga hukum
formilnya yang isinya tentang penyelesaian tindak
pidana internasional, baik prosedur dalam penegakan
hukumnya maupun dalam hal kerjasama internasional
antar negara untuk menyelesaikan perkara tersebut
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional
Menurut Schabas, peradilan internasional
pertama atas perlakuan kejam adalah peradilan
Peter von Hagenbach, yang diselenggarakan
pada tahun 1474, untuk kekejaman yang
dilakukan selama pendudukan Breisach. Von
Hagenbach dipersalahkan telah melakukan
kejahatan perang, dihukum dan dipancung
(Lihat William A. Schabas, 2004: 1)
Sejarah Peradilan Pidana
Internasional (lanjutan)
Berbeda dengan Schabas, Bassiouni mencatat
bahwa peradilan terhadap pelaku kejahatan
internasional pertama kali diselenggarakan pada
tahun 1268 di Naples, ketika Conradin von
Höhenstaufen dijatuhi hukuman karena ia
dianggap melancarkan perang yang tidak
dibenarkan
(Lihat Arie Siswanto, 2005: 2)
Pembentukan Peradilan Pidana
Internasional
1. Perjanjian Versailles 1919 (The Treaty of Peace
Between the Allied and Associated Powers and
Germany);
2. Perjanjian Sèvres 1920, yang merupakan perjanjian
perdamaian antara pasukan sekutu dengan
kekaisaran Usmaniyah Turki;
3. Piagam London (Agreement for The Prosecution and
Punishment of The Major War Criminals of The
European Axis, and Charter of The International
Military Tribunal).
Road to International Criminal Court
• Pembentukan mahkamah pidana internasional dari
segi sejarah, diawali oleh Peradilan Nuremberg
(International Military Tribunal Nuremberg) di Jerman,
yang berfungsi mengadili para penjahat perang Pasca
Perang Dunia II yang dilakukan di Eropa.
• Hampir bersamaan dengan itu, di Jepang juga dibuat
sebuah lembaga yang serupa yang disebut Peradilan
Tokyo (International Military Tribunal for the Far East/
Tokyo Trial).
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Tiga puluh tahun setelah IMTFE, disusun sebuah
peradilan pidana internasional lagi, kali ini di negara
bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for
The Former Yugoslavia),
• Dilanjutkan ke Afrika tahun 1990-an dengan
membentuk peradilan pidana internasional untuk
Rwanda (International Criminal Tribunal for Rwanda).
Road to International Criminal Court
(lanjutan)
• Selain peradilan-peradilan tersebut, dunia mencatat
pernah membentuk peradilan campuran diantaranya
di Kamboja (The Law on the Establishment of
Extraordinary Chambers in The Courts of Cambodia for
the Prosecution of Crimes Commited during the Period
of Democratic Cambodia), Sierra Leone (Special Court
for Sierra Leone), Kosovo (International Judge for
Kosovo) dan di Timor Leste (Special Panel for Serious
Crime – Timor Leste).
Tugas Terstruktur II
Ketentuan Umum
• Tugas dilaksanakan secara berkelompok;
• Kelas dibagi ke dalam 8 kelompok;
• Masing-masing kelompok rata-rata
beranggotakan 5 mahasiswa;
• Anggota kelompok telah ditentukan;
Tugas Terstruktur II
Substansi Tugas
• Membuat resume tentang peradilan pidana
internasional yang berisi tentang yurisdiksi
(teritorial, temporal, personal dan material),
prinsip dasar dan uraian tentang proses
persidangan;
• Resume dipresentasikan secara panel, dua
kelompok setiap minggunya;
• Diskusi dimulai minggu depan
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok I Peradilan Nuremberg
Kelompok II Peradilan Tokyo
Lindadari Uswatun
Ibnu Amin Ibrohim
Frike Citra Virgita
Mirza Noor
Murni Lestari
Agustina Pramita
Sare Bambang
Suhaili
Muchsin
Ronny Hendriyanto
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok III
Peradilan Yugoslavia
Kelompok IV
Peradilan Rwanda
Ahmad Sauqi
Sabitullah
Eko Santoso
Ita Meriana Putri
Eva Fitriyani
Zairofi Faddol
Abdul Manan
Siti Qomariyah
Dhimas Gusti A
Rr. Nenden Puspita S
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok V
Peradilan Kamboja
Kelompok VI
Peradilan Sierra Leone
Jamaluddin
Aisyah Nurmalasari
Rizkie Septiyani
Dewi Purwati
M Wasyib Tirtanang
Rani Mita Masifa
Khoirul Hakim
Abdur Rahman Halim
Maulana Ishaq
Fengky Hariyadi
Helmi Faqih
Didit Wahyudi
Pembagian kelompok dan Penugasan
Kelompok VII Peradilan Kosovo
Kelompok VIII Peradilan Timor Leste
Sofa Wahyudi
Ega Diva Harwiyanti
Muklas Adi Putra
Siti Umairoh
Ferri Ardiansa Putra
Lisaratul Fuadiyah
Ummul Khoiriyah
Dani Nur Ismanto
Nur kholis
Moh Subaidi
M. Adnan Fanani
Isi Resume terkait yurisdiksi
• Yurisdiksi Teritorial (berlaku dimana pengadilan
tersebut);
• Yurisdiksi Temporal (kapan berlakunya pengadilan
tersebut);
• Yurisdiksi Personal (terhadap siapa berlakunya
pengadilan tersebut);
• Yurisdiksi Material (perbuatan apa yang dapat
disidangkan di pengadilan tersebut)
Daftar Referensi
1. Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah
Kejahatan Internasional, 2005
2. Schabas, William A., An Introduction to The
International Criminal Court, 2004