Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan Me

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

indoprogress.com
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­
indonesia/

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali
Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia
Harian Indoprogress

Tanggapan Untuk Andre Barahamin
 
MEMBACA tanggapan Andre Barahamin[1] terhadap tulisan saya
di IndoPROGRESS[2], bagi saya memiliki beberapa poin yang
cenderung akan memukul mundur (regresif) arah gerakan
mahasiswa itu sendiri. Alih­alih menyodorkan anti­tesis terkait
perbaikan arah gerakan mahasiswa sekarang, bagi saya
tanggapan tersebut malahan seperti remaja galau yang menolak
belajar dari masa lalu. Mereka yang menganggap tidak penting

dan membuang­buang waktu untuk belajar dari sejarah.
Kemudian hanya asyik dengan dunianya sendiri tanpa melihat
realitas di sekitarnya.
Ada dua poin utama dari Barahamin dalam tanggapannya, yaitu
menolak ‘memori dan romantika’ dalam gerakan mahasiswa dan
yang berkarakter regresif adalah lontaran proposal yang menekankan gerakan mahasiswa untuk mengutamakan masalah
lokalitas dalam gerakan mereka, yaitu dengan menentang komodifikasi universitas. Dalam beberapa argumen, saya
sependapat dengan Barahamin, seperti tawarannya untuk mendorong kajian­kajian ilmiah terhadap sejarah gerakan
mahasiswa. Hal ini tepat jika melihat bahwa saat ini ada permasalahan serius di universitas yang berpijak pada
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

1/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

komersialisasi pendidikan. Namun tawaran tersebut seharusnya tidak mengurung gerakan mahasiswa dalam lokalitas
kampus semata.
 

Mencari dan Mengaitkan Kembali ke Akar Sejarah
Gerakan mahasiswa saat ini perlu memahami bahwa ia tidak bertujuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Itu
mengapa menemukan kembali tradisi sejarah atau akar historis menjadi sesuatu yang penting dalam gerakan mahasiswa.
Hal inilah yang coba saya kemukakan dalam tulisan terdahulu, sehingga saya melakukan pembabakan gerakan sejarah
mahasiswa Indonesia dari masa ke masa. Namun patut diakui bahwa perunutan sejarah tersebut memerlukan penelitian
lebih jauh sebagaimana kritik yang dilontarkan Barahamin dalam tulisannya.
Namun aspek terpenting sebagai cara untuk menemukan dan mengaitkan kembali pergulatan Indonesia hari ini ke akar
sejarahnya adalah ‘memori’. Milan Kundera menulis, “langkah pertama untuk memusnahkan suatu bangsa cukup dengan
menghapus memorinya. Hancurkan buku­bukunya, kebudayaannya dan sejarahnya, maka tak lama setelah itu, bangsa
tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi sekarang dan pada masa lampau. Dunia sekelilingnya bahkan akan
melupakannya lebih cepat” (Priyatmoko, 2009). Langkah  inilah yang dilakukan rejim Orde Baru ketika menjalankan politik
kontra­revolusi paska­1965, dengan memberantas gerakan politik rakyat, memberikan imajinasi ketakutan melalui berbagai
propaganda keji dan mendesain rakyat menjadi massa mengambang (floating mass). Langkah­langkah tersebut sukses
membuat rakyat Indonesia terputus dari memori yang menjadi sumber semangat perjuangan ‘menyelesaikan revolusi
nasional Indonesia’ yang telah mengalami pergulatan selama 300 tahun dan terbentuk selama tahun 1912­1965.
Hasil dari proses kontra­revolusi itulah yang kita alami hingga saat ini. Hal yang juga membuat gerakan mahasiswa
sekarang terputus dari proses dialektika sejarah perjuangan politik Indonesia yang terentang dari masa kolonial sampai era
revolusi nasional. Era dimana rakyat dan mahasiswa memiliki memori dan imajinasi untuk melakukan perubahan melalui
politik. Bentuk yang melalui proses panjang, namun dihancurkan oleh regim Orba selama 32 tahun berkuasa (Lane, 2014).
Kenyataan tersebut membuat sebagian besar generasi saat ini tidak memiliki memori perjuangan yang berakar kuat pada

sejarah. Akibatnya gerakan politik rakyat dan mahasiswa kehilangan pedomannya. Yang kemudian membuka ruang
tumbuh dan kembangnya gagasan serta organisasi relijius konservatif atau relijius fundamentalis radikal yang telah
menjerat memori arah perjuangan mahasiswa sekarang ini.
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

2/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

Proses kontra­revolusi juga menjadi karpet merah bagi berkembangnya kapitalisme di Indonesia yang menggurita sampai
sekarang. Kebijakan pemerintah yang berpondasikan neoliberalisme, akhirnya berjung pada kapitalisasi kampus,
penghisapan rakyat dan fasilitasi terhadap hak­hak eksklusif kaum pemilik modal. Sehingga perlawanan yang harus
dilakukan gerakan mahasiswa ke depan mestilah menghubungkan dan membangun kembali dan bahkan melampaui
perjuangan politik rakyat yang terbentuk pada 1912­1965 ketika berhasil menentang kolonialisme. Itu mengapa kita perlu
teori sebagai pondasi gerakan dan praktek di lapangan. Artinya memori pergerakan harus dibimbing untuk tidak
mengingkari pergulatan akar sejarah kita sebagai bangsa dan romantika, pada titik tertentu. menjadi penting sebagai alat
propaganda dan agitasi untuk menggelorakan semangat kesadaran serta perjuangan massa.
 


http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

3/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

Foto diambil dari https://www.bing.com
 
Menghancurkan Sekat Lokalitas Gerakan Mahasiswa
Menghadapi fakta mencuatnya kapitalisme di dalam segala sendi kehidupan (termasuk di universitas), Baharamin
kemudian mengajukan proposal yang menekankan gerakan mahasiswa mengutamakan masalah lokalitas dalam gerakan
mereka yaitu menentang kapitalisme di universitas. ‘Solidaritas lintas sektor’ baginya, ‘seberapa pentingnya sekalipun,
tidak dapat dijadikan pembenaran untuk meninggalkan arena pertarungan gerakan pelajar’. Lebih lanjut Barahamin
menjelaskan bahwa:

…universitas tak lain adalah pabrik, tenaga administrasi dan para pengajar berperan sebagai buruh, dan
pelajar adalah produk yang dihasilkan dari mata rantai produksi tersebut. Gerakan pelajar mesti memahami

dengan benar dan serius bahwa medan pertarungan dirinya yang sejati tidaklah terletak di luar institusi
pendidikan, tetapi di dalam kampus. Meninggalkan kampus tidak lain merupakan bentuk impotensi dan
cacat filosofis yang hari ini marak di tengah gerakan pelajar. Ironisnya hal tersebut sering dilabeli dengan
heroik untuk menutupi logika jungkir balik di tengah serikat­serikat pelajar saat memandang dirinya. 

Gagasan Andre Barahamin ini sebenarnya sudah jauh­jauh hari dibantah dan bertentangan dengan gagasan Lenin tentang
peran ‘intelektual sosial­demokrat’ dalam gerakan politik proletar, gagasan Gramsci tentang ‘intelektual organik’ dan kritik
tajam dari Ernest Mandel ketika menghadiri dan berpidato di ‘Majelis Internasional Mahasiswa Revolusioner”’ pada tahun
1968.
Barahamin melihat kapitalisme secara terpotong­potong dan memiliki sekat kamar berbeda­beda dalam berbagai sektor
dengan independensi tersendiri. Sikap Barahamin menunjukan ego lokalitas gerakan, hingga menganggap gerakan lintas
sektoral sebagai ‘bentuk impotensi dan cacat filosofis’. Gagasan tersebut menunjukkan paham sesat dalam arah gerakan
mahasiswa yang progresif. Barahamin menempatkan mahasiswa dan kampus sebagai produk kapitalisme yang berbeda
dengan apa yang terjadi di masyarakat.
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

4/9

16/4/2015


Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

Memang benar bahwa universitas sekarang tak ubahnya mesin yang memproduksi para ‘proletar’, yang mana membuat
mahasiswa tidak memiliki kesempatan menentukan kehidupan mereka sendiri di dalam kampus. Begitu pula untuk
menentukan kurikulum pendidikan. Kenyataan tersebut membuat mahasiswa teralienasi dalam kehidupan mereka. Akar
penyebab utama keadaan tersebut tak lain adalah ‘kapitalisme’, artinya selama masih ada kapitalisme maka proses
alienasi dan penghisapan masih akan terus terjadi. Sehingga penghancuran sistem kapitalisme ini tidak bisa dilakukan
hanya di kampus saja, karena proses kerja kapitalisme berada di segala sendi kehidupan masyarakat.
Artinya kesadaran gerakan ini harus dimulai dan dilakukan di masyarakat, dengan menyebarluaskan gagasan dan
kesadaran massa guna membangun blok historis untuk memukul sistem kerja kapitalisme ini. Berupaya mengubah sistem
ini hanya di kampus semata adalah sebuah kekonyolan, karena tidak akan dapat menghancurkan kapitalisme itu sendiri.
Perlu dicermati bahwasanya kampus adalah bagian dari masyarakat, sehingga yang diperlukan adalah gerakan di tengah
masyarakat secara luas. Gerakan mahasiswa harus mampu menyadari bahwa komersialisasi pendidikan yang telah dan
sedang berlangsung di kampus­kampus, tak bisa dilepaskan dari menjalarnya kapitalisme dalam segala sendi kehidupan.
Perlawanan terhadap kapitalisme berarti menyaratkan mahasiswa untuk bergerak lintas sektor untuk membentuk blok
historis. Itulah mengapa, sebagaimana dikatakan Lenin, mahasiswa yang telah memiliki kesadaran sebagai intelektual
sosial­demokratik perlu membawa kesadaran dan teorinya ke tengah­tengah gerakan buruh dan gerakan petani (Lenin,
1902). Sehingga perlawanan yang dapat dilakukan oleh gerakan mahasiswa revolusioner adalah perlawanan untuk
menghantam kapitalisme di dunia. Itu dapat dimulai dari kampus, melebar lintas kampus, ke basis gerakan buruh, gerakan
petani dan juga bersolidaritas serta bergabung dengan gerakan lintas negara (Internationale) dengan tujuan revolusioner

yang sama.
Namun ada hal yang penting untuk dipahami sebagaimana pidato D.N Aidit pada 1 Mei 1958, yang isinya masih relevan
dengan kondisi Indonesia sekarang sebagai negara pinggiran bahwa:

… Internasionalisme kita (harus) berdiri di atas bumi yang nyata, yaitu bumi patriotisme. Ini membuktikan
bahwa kita bukan kaum nihilis nasional atau kaum kosmopolitan, yang karena Internasionalismenya
mengingkari kepentingan nasional, mencemooh cinta tanah air. Kita menentang mereka, yang karena
idiologinya atau karena humanismenya atau karena agamanya tidak berpijak di bumi patriotisme. Kita
bukanlah warga­dunia yang tidak punya tanah air. Nihilisme nasional dan kosmopolitanisme adalah idiologi
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

5/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

imperialis, untuk mengebiri perjuangan rakyat­rakyat terjajah.

 

Blok Historis dan Organisasi Revolusioner
Ernest Mandel mengatakan bahwa memahami kapitalisme secara utuh dan tentang apa yang harus dilakukan oleh
gerakan mahasiswa tak lain adalah pergulatan dengan teori dan praktek. Tidak lagi ada pembedaan antara kerja intelektual
dengan kerja manual. Kita harus berpandangan bahwa tidak akan ada teoretisi  yang  baik jika tidak terlibat dalam
aksi, dan tidak akan ada aktivis yang baik jika tidak dapat menerima,  memperkuat, dan memajukan teori. Keduanya sama
pentingnya dan saling mengisi.
Melawan kapitalisme, tidak bisa hanya dengan membatasi diri pada sekat atau sektor tertentu semata. Ketidakadilan dan
eksploitasi sebagai akibat dari kapitalisme itu terjadi secara luas di masyarakat, termasuk yang sedang terjadi di lingkup
universitas. Sehingga penentangan pada kapitalisme tidak dapat hanya dilakukan di universitas tapi harus meluas.
Mengingat juga bahwa seseorang tidak akan selamanya berada di universitas dan menyandang status sebagai
mahasiswa. Rentang waktunya terbatas antara 4­7 tahun. Hal yang jelas berbeda dengan kondisi yang dialami buruh
ataupun petani. Itulah mengapa Ernest Mandel menekankan pentingnya fungsi dari organisasi revolusioner untuk
mereproduksi perlawanan tersebut.
Gerakan mahasiswa, gerakan buruh dan gerakan petani harus mampu membangun blok historis karena mereka memiliki
kesamaan nasib di bawah dominasi kapitalisme. Blok historis ini akan menjadi pijakan terbentuknya organisasi revolusioner
berupa Partai Pelopor sebagaimana yang ditekankan oleh Lenin. Ernest Mandel lebih lanjut menjelaskan bahwa

…untuk memelihara kelanjutan aktivitas revolusioner  ini,  kita harus punya organisasi yang lebih luas
jangkauannya  dari organisasi mahasiswa biasa, sebuah  organisasi di mana mahasiswa dan bukan
mahasiswa dapat bekerja sama. Dan ada alasan yang lebih penting lagi, di balik kepentingan kita memiliki

 satu organisasi partai. Karena tanpa  organisasi semacam itu, tidak akan dapat dicapai kesatuan aksi
dengan  kelas buruh  industri,  dalam pengertian yang  paling  umum sekalipun.
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

6/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

Kegunaan permanen dari organisasi revolusioner ini adalah  untuk menyediakan integrasi timbal balik antara
mahasiswa, perjuan gan kelas buruh dan perjuangan kelas tertindas lainnya oleh para pelopornya secara terus menerus.
 Bukan sekedar kesinambungan dalam  batas  waktu tertentu saja, akan tetapi berkelanjutan di antara kelompok­kelompok
sosial  yang berbeda yang memiliki tujuan sosialis  revolusioner yang sama. Mereka harus memiliki alat propaganda dan
agitasi massa serta alat organisator kolektif sebagaimana ditekankan oleh Lenin dalam pamphlet berjudul Dari Mana Kita
Mulai (1901), yaitu Koran. Peran Koran menjadi penting untuk menyebarluaskan gagasan, pandangan dan pendidikan
politik kepada massa.
 
Penutup
Dalam konteks Indonesia saat ini, gerakan mahasiswa revolusioner harus dapat menemukan dan mengaitkan akar sejarah

pergulatan bangsa Indonesia. Peran memori pergerakan menjadi sangat penting agar mahasiswa tak terjebak dan
akhirnya melupakan akar sejarah pergerakan. Penghancuran memori yang dilakukan oleh rezim Soeharto telah memutus
benang kesadaran dalam “menyelesaikan revolusi nasional Indonesia” yang telah berlangsung semenjak tahun 1912­1965.
Mahasiswa harus belajar dari kekurangan dan kegagalan terdahulu semenjak proses kontra­revolusi yang dilakukan oleh
rezim Orde Baru. Strategi live­in (hidup dan berjuang bersama) di tengah­tengah masyarakat yang tereksploitasi sebagai
akibat proses kerja kapitalisme menjadi penting untuk membangun kesadaran politik. Gerakan mahasiswa harus bergerak
lintas sektoral, membentuk kesatuan blok historis yang merupakan sintesis dari aspirasi dan identitas dari kelompok­
kelompok yang berbeda­beda dalam proyek yang mampu melampaui kepentingan masing­masing sektor. Penciptaan
organisasi revolusioner juga sangat mendesak untuk dilakukan oleh para mahasiswa sosial­demokratik untuk memelihara
keberlangsungan gerakan revolusioner
Juga penting disadari bahwa mahasiswa harus melengkapi dirinya dengan pondasi teoritik sebelum melakukan aksi.
Mempelajari sejarah, bahwa kolonialisme di segala penjuru dunia tidak pernah dapat ditumbangkan melalui perjanjian­
perjanjian, akan tetapi adalah melalui aksi dan perlawanan. Kapitalisme yang digunakan sebagai pondasi kebijakan
pemerintah Indonesia saat ini, pasti akan terus menciptakan krisis dan konflik dengan rakyat. Krisis dan konflik yang
menjadi ruang aksi dan perlawanan dari gerakan mahasiswa untuk membangun kembali kesadaran rakyat agar mau
berjuang bersama dengan bimbingan memori akar sejarah untuk berjuang “menyelesaikan revolusi nasional Indonesia”.
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

7/9


16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

 
Penulis adalah Mahasiswa Manajemen & Kebijakan Publik di Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (ISIPOL) – UGM 2010.
Berbagai tulisannya dapat dinikmati di arifnovianto.wordpress.com / Kontak: arif.novianto@mail.ugm.ac.id
 
Kepustakaan: 
Gramsci, Antonio. 2013. Prison Notebooks: Catatan­catatan Dari Penjara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lane, Max. 2014. Unfinished Nation. Yogyakarta: Penerbit Djaman Baroe.
Lenin, V.I. (1902). Apa Yang Harus Dikerjakan?: Masalah­Masalah Mendesak Gerakan Kita. Sumber:
http://www.marxistsfr.org/indonesia/archive/lenin/1902/ApaYang/index.htm diakses pada 08 April 2015
Lenin, V.I. (2014 [1901]). Dari Mana Kita Mulai?, Sumber:
https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1901/Dimana.htm diakses pada 08 April 2015.
Mandel, Ernest. (2002 [1968]). Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek. Sumber
http://www.marxistsfr.org/indonesia/archive/mandel/001.htm diakses pada 08 April 2015
Shiraishi, Takashi. 2005. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912­1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
 
————
[1] Andre Barahamin, “Menolak Memori dan Romantika: Proposal Awal Tentang Otonomi Kognitif untuk Skema Perebutan
Ruang dalam Institusi Pendidikan”, Harian IndoPROGRESS, 6 April 2015, diakses 9 April 2015
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­memori­dan­romantika­proposal­awal­tentang­otonomi­kognitif­untuk­skema­
perebutan­ruang­dalam­institusi­pendidikan/
http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

8/9

16/4/2015

Menolak Paham Sesat Lokalitas Gerakan: Mengaitkan Kembali Memori Akar Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Indonesia « Indoprogress

[2] Arif Novianto, “Kemana Ara Gerakan Mahasiswa Sekarang?: Dar Refleksi Menuju Aksi”, Harian IndoPROGRESS, 25
Maret 2015, diakses 9 April 2015. http://indoprogress.com/2015/03/kemana­arah­gerakan­mahasiswa­sekarang­dari­
refleksi­menuju­aksi/ nyagulatan Indonesia hari ini ng rang­dari­refleksi­menuju­aksi/i­pendidikan

http://indoprogress.com/2015/04/menolak­paham­sesat­lokalitas­gerakan­mengaitkan­kembali­memori­akar­sejarah­pergerakan­mahasiswa­di­indonesia/

9/9