ANALISIS PERILAKU KOPING PADA MAHASISWA

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERILAKU KOPING PADA MAHASISWA DALAM
MENGHADAPI PROGRAM IMUNISASI
STIKES AISYIYAH SURAKARTA

Oleh :
Ummi Hany Eprilia, S.Psi, M.Pd
Imam Muqoyyadi, S.Pd.I

Usulan Penelitian Tahun 2017
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta

PROGDI D IV FISIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
SURAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirraahiim

Alhamdulillah kami lantunkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat mengajukan proposal penelitian
ini. Adapun fokus penelitian ini adalah prilaku koping pada mahasiswa yang menerima
program imunisasi STIKES ‘Aisyiyah Surakarta.
Proposal penelitian ini dimaksudkan agar kami para peneliti mampu mengembangkan
sisi-sisi lain dunia medis secara ilmiah dan bertanggungjawab. Selain itu diharapkan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi sesuai bidang studi yaitu psikologi.
Peneliti hanya berharap dan berusaha akan menghasilkan penelitian-penelitian yang
bermanfaat bagi Agama Islam, masyarakat, dan bangsa ini.

Surakarta, 25 Maret 2017

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................

1


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................

2

KATA PENGANTAR..................................................................................................

3

DAFTAR ISI.................................................................................................................

4

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................

5

B. Identifikasi Masalah.........................................................................................

6


C. Pembatasan Masalah........................................................................................

6

D. Rumusan Masalah............................................................................................

7

E. Tujuan Penelitian.............................................................................................

7

F. Manfaat Penelitian...........................................................................................

7

BAB II TINJAUAN TEORI
A.


Kajian Teori......................................................................................................

9

B.

Penelitian yang Relevan...................................................................................

15

C.

Kerangka Berfikir............................................................................................

18

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian..............................................................................................

19


B. Waktu dan Jadwal Penelitian..........................................................................

19

C. Subjek Penelitian...............................................................................................

20

D. Objek Penelitian................................................................................................

20

E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................

21

F. Teknik Analisa Data.........................................................................................

23


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Rasa khawatir dan takut sakit dalam mengikuti program imunisasi dapat
mengakibatkan tekanan dan stres pada mahasiswa STIKES Aisyiyah Surakarta. Keadaan
ini dihadapi dengan berbagai cara, yaitu ada sebagian yang berhasil mengatasi rasa
kawatir dan takut sakit. Setiap individu dalam menghadapi masalah akan memilih salah
satu reaksi yaitu untuk bereaksi negatif atau bereaksi positif. Reaksi yang muncul dalam
bentuk negatif berupa sikap acuh tak acuh ataupun lari dari permasalahan bahkan tidak
mengikuti program tersebut. Sedangkan reaksi positif yang muncul berupa bentuk
penyesuaian yang adaptif.
Manusia dalam hal ini mahasiswa tidak dapat menolak atau menghindar dari
tuntutan atau tekanan yang berupa kewajiban imunisasi dirinya sebagai mahasiswa
kesehatan. Oleh karena itu kemampuan untuk berdamai dengan faktor-faktor penyebab
permasalahan atau coping skill perlu untuk dikembangkan. Hal ini merupakan suatu
proses yang dibutuhkan sepanjang waktu, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
di masyarakat.

Lazaruz (Santrock, 2012 : 230) berpendapat bahwa stres tergantung pada cara
individu, secara kognitif menilai dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa. Sebagian
orang mengalami peristiwa dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang membahayakan,
mengancam, atau menantang. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan individu untuk
memiliki sarana dan kemampuan agar secara efektif mampu menghadapi peristiwa
tersebut sebagai perisai pelindung.

Mahasiswa sebagai individu yang belajar diharapkan aktif dan mandiri dalam
membangun ilmu pengetahuannya, menghadapi rintangannya, dan menyelesaikan
masalahnya. Pembelajaran pada level pendidikan apapun akan terjadi tidaknya suatu
kegiatas tergantung pada individu itu sendiri. Kenyataan di masyarakat, manusia akan
tetap mengalami stres terutama pada aktivitas rutin yang menimbulkan rasa tidak berdaya
yang didalamnya berisi sesuatu yang dirasa monoton, memaksa dan menimbulkan rasa
sakit.
Kenyataannya masih banyak dimasyarakat orang-orang yang merasa tidak
nyaman, merasa takut sakit, ataupun memiliki keadaan terpaksa unuk di suntik/ imunisasi
apapun. Begitupula dengan mahasiswa STIKES Aisyiyah Surakarta ketika harus
mengikuti program imunisasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dihadapi pada mahasiswa yang
menerima program imunisasi. Mahasiswa tersebut sering mengulang-ulang ketidak
nyamananya, terlihat panik dan gelisah, mencoba untuk membahasakan dengan berbagai
cara bergurau, tangan yang dingin dan atau berkeringat dingin, dan terjadi beberapa
perubahan-perubahan antrian diantara mereka walaupun sudah diurutkan menggunakan
absensi. Dengan demikian penting untuk mengetahui prilaku-perilaku koping mahasiswa
STIKES ‘Aisyiyah Surakarta.

C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi penelitian, tetapi permasalahan dalam
penelitian ini :

1.

Berfokus pada perilaku koping mahasiswa dalam menghadapi program imunisasi
STIKES Aisyiyah Surakarta.

2.

Bentuk-bentuk perilaku koping yang sering dilakukan mahasiswa STIKES

Aisyiyah Surakarta.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah perilaku koping mahasiswa dalam menghadapi program imunisasi
STIKES Aisyiyah Surakarta.
2. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku koping yang sering muncul pada mahasiswa
STIKES Aisyiyah Surakarta.

E. Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui perilaku koping mahasiswa dalam menghadapi program imunisasi
STIKES Aisyiyah Surakarta.

2.

Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku koping yang sering muncul pada
mahasiswa STIKES Aisyiyah Surakarta.


F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi DepKes, pimpinanpimpinan lembaga yang mewajibkan program imunisasi, orangtua, dan masyarakat untuk
bersama-sama berupaya meningkatkan kualitas pemuda pemudi bangsa demi terciptanya
kualitas sumber daya manusia.

1.

Bagi Dep Kes, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
penentuan

kebijakan

pendidikan

dan

pengambilan

tindakan


pelanggaran

penyelenggaraan program apapun pada level pendidikan apapun di Indonesia.
2.

Bagi Pimpinan Lembaga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam rangka menyiapkan lulusan yang sehat jiwa dan raga atau psikis dan fisik.
Dengan demikian, diharapkan akan ada peningkatan kualitas dan kuantitas pada
tenaga-tenaga medis Indonesia.

3.

Bagi orang tua dan Masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan sehingga dapat memilihkan putra-putrinya lembaga-lembaga yang tidak
hanya menyelenggarakan pendidikan namun juga benar-benar peduli pada
keberlangsungan kualitas lulusannya.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Perilaku Koping
a. Pengertian Perilaku Koping
Manusia tidak dapat menolak atau menghindar dari masalah, tuntutan atau
tekanan yang menimpa dirinya, oleh karena itu tingkah laku koping merupakan suatu
proses yang dibutuhkan sepanjang waktu, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun di masyarakat. Proses ini dapat digunakan sebagai kunci dalam memahami
reaksi seseorang terhadap stres atau hambatan-hambatan (Fasikhah, 1995: 2) pendapat
ini sejalan dengan Taylor (Smet, 1994: 136) bahwa koping adalah kecenderungan
untuk berdamai dengan faktor-faktor penyebab stres.
Pestanjee (1992: 89) mengungkapkan bahwa koping memiliki tiga efek yaitu
psikologis, sosial, dan fisik. Ketiga efek tersebut ada yang mengarah positif ada pula
yang mengarah negatif. Strategi koping menunjukkan pada berbagai upaya baik
mental

maupun perilaku

untuk menguasai,

mentoleransi,

mengurangi

dan

meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan (Mu’tadin, 2002: 2),
dengan kata lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha
untuk menangani dan menguasai situasi stres yang merupakan akibat dari masalah
yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Koping dilakukan untuk memberikan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi
untuk memecahkan, mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan.
Menurut Lazarus (Rostiana, 2003) Strategi koping merupakan penyesuaian diri dari
tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri

yang dianggap di luar batas kemampuannya, yang dilakukan bila ada tuntutantuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan
melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan
menahan tuntutan.
Prilaku koping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan
tugas atau masalah. Koping melibatkan berbagai strategi pengaturan potensi, skill, dan
kemampuan untuk mengatur kejadian yang menyebabkan stres (Santrock, 2007:24)
Demikian pula Lazarus dan Folkman (Smet,1994 : 140) menjelaskan koping sebagai
suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara
tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang
berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam
menghadapi situasi stressful.
Berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prilaku koping
adalah usaha atau strategi yang dilakukan individu dalam menghadapi situasi yang
menekan atau stressfull. Sehingga individu dalam hal ini adalah mahasiswa yang
masih remaja dapat mengatasi hambatan-hambatan yang secara fisik dan psikis yang
menimbulkan stres atau tekanan batin. Remaja berusaha untuk menangani dan
menguasai situasi stres yang menekan dengan cara melakukan perubahan kognitif
maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
b. Aspek-aspek koping
Carver & Scheiner (Santrock, 2012: 268 ) mengemukakan aspek-aspek dalam
perilaku koping, yaitu :

1) Keaktifan diri, yaitu suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau
mengelabuhi penyebab stress atau memperbaiki akibatnya dengan cara bertindak
langsung.
2) Perencanaan, yaitu memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stress,
antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah
apa yang perlu diambil untuk menangani suatu masalah.
3) Kontrol diri, yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi
atau persaingan dengan tidak bertindak terburu-buru.
4) Mencari dukungan sosial, yaitu mencari nasihat, pertolongan, informasi,
dukungan moral, simpati atau pengertian. Positif atau negatifnya strategi koping
yang dilakukan juga tergantung dari dukungan sosial karena dukungan sosial
dapat membuat suasana hati individu menjadi positif.
5) Mengingkari, yaitu pengingkaran terhadap suatu masalah
6) Penerimaan, yaitu suatu situasi yang penuh dengan stress dan keadaan ini
memaksa individu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
7) Religiusitas, yaitu sikap individu untuk merenungkan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi secara keagamaan.
Berdasarkan

ketujuh

pendapat

diatas

maka

penelitian

ini

akan

menggunakannya sebagai indikator penelitian perilaku koping pada mahasiswa
STIKES Aisyiyah Surakarta. Perilaku tersebut didapatkan dari mahasiswa yang telah
mengikuti proses program imunisasi.

c.

Bentuk-bentuk perilaku koping
Lazarus dan Folkman (Smet, 1994: 145) membagi koping menjadi dua
macam, yaitu :

1) Problem focused coping, yaitu perilaku koping yang berpusat pada masalah. Anak
akan berusaha mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan–
keterampilan yang baru. Anak akan cenderung menggunakan strategi ini, bila
dirinya yakin akan dapat mengubah situasi membuat dirinya nyaman. Contoh
dalam hal ini adalah membereskan mainan setelah main kemudian meminta
perhatian.
2) Emotion focused coping, yaitu perilaku koping yang berpusat pada emosi.
Digunakan untuk mengatur atau menghindarkan diri dengan respon emosional
terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku remaja, seperti penggunaan
melempar benda disekitarnya. Upaya meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan melalui strategi kognitif, dapat digambarkan, bagaimana individu
tidak mampu mengubah kondisi yang stressfull, individu akan cenderung untuk
mengatur emosinya.
Strategi koping yang berfokus pada masalah sulit untuk dilakukan. Tetapi tetap
ada hal-hal yang dapat menjadi jalan keluar agar tercapai strategi tersebut. Menurut
Parry (1992: 55) prilaku koping dapat dilakukan dengan cara :
1) Mengubah gaya hidup (life style canging). Problem focused coping adalah penting
di dalam kehidupan individu, selama masalah-masalah tersebut merupakan bagian
dalam hidupnya dan adanya usaha menyelesaikannya.
2) Mencari bantuan (seeking help). Merupakan kekuatan yang positif ketika individu
memiliki masalah kemudian mencari bantuan.
3) Mencari informasi (searching information). Langkah utama dalam mengahadapi
suatu masalah adalah mencari informasi tentang masalah yang dihadapi kepada
orang yang dipercaya sehingga akan memberikan masukan dan akan memudahkan
kita dalam penyelesaian masalah.

Melihat pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
terdapat dua bentuk perilaku koping, yaitu problem focussed coping (koping yang
berorientasi pada masalah) dan emotion focused coping (koping yang berorientasi
pada emosi). Problem focussed coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan dari
situasi yang stresfull dengan melakukan usaha-usaha yang berfokus pada pemecahan
masalah. Sedangkan pada emotion focused coping bertujuan mengontrol respon
emosional terhadap situasi yang stresfull melalui perilaku.
Berhasil tidaknya aktivitas civitas academika akan sangat tergantung pada
kesiapan mahasiswa dalam menjalani rutinitas kegiatan yang harus mereka jalani.
Soemarto (1998) mengemukakan kemandirian adalah kemampuan berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dewasa dalam membawa dan
menempatkan diri. Dengan demikian kemandirian remaja merupakan suatu
kemampuan diri untuk menangung diri sendiri tidak tergantung kepada orang lain
pada saat melakukan aktivitasnya. Sementara menurut Gea (2002:146) mandiri
adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan dan kebutuhan
hidupnya dengan kekuatan sendiri. Havighurst (Mu’tadin, 2002:2) menyatakan
bahwa kemandirian seseorang meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan
sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dimengerti bahwa kemandirian
remaja adalah melakukan sesuatu pekerjaan tanpa harus tergantung pada orang
lain, tanpa menghindari interaksi atau hubungan dengan sesama dan lingkungan.
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa kemandirian belajar
adalah suatu aktivitas psikis dan fisik yang dilakukan oleh individu dengan tidak
tergantung pada pihak lain, untuk mendapatkan pengalaman baru atau kecakapan.
Pengalaman baru tersebut dapat menghasilkan perubahan kecakapan, pengetahuan,

pengalaman atau sikap. Perubahan-perubahan tiap remaja tidak sama, tergantung
besarnya aktivitas belajar yang dilakukan atau yang diusahakan. Remaja dengan
kemandirian belajar yang tinggi tentu perubahan yang dihasilkan juga tinggi dan
berkualitas, demikian juga sebaliknya.
Tentang ciri kemandirian, Gea (2002:145) menyebutkan beberapa hal yaitu
percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan,
menghargai waktu dan bertanggung jawab. Sedangkan Barnadib (Mu’tadin,
2002:1) menyatakan kemandirian seseorang meliputi mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasar pada pernyataan Gea di atas
disimpulkan bahwa kemandirian mengandung tiga aspek berikut :
a. aspek kognitif; yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan dan
keyakinan seseorang tentang sesuatu, misalnya pemahaman seorang remaja
tentang prestasi akademik.
b. aspek afektif; yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang terhadap
sesuatu seperti halnya hasrat, keinginan atau pun kehendak yang kuat terhadap
suatu kebutuhan, misalnya keinginan seorang remaja untuk berhasil tenang dan
menerima untuk kebaikan dirinya walaupun disuntik merupakan perlakuan yang
menimbulkan rasa sakit, kemeng, dan sebagianya.
c. aspek psikomotor; yaitu aspek yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya tindakan mahasiswa yang
berinisiatif harus sehat agar ketika mengikuti program imunisasi tidak
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.
Adapun tiga aspek diatas akan menjadi indikator kemandirian yang
menyertai remaja dalam melakukan koping. Efektifitas dalam belajar akan

membentuk seseorang untuk meningkatkan kamampuannya sesuai dengan yang
diharapkan berdasarkan

tujuan yang ingin dicapai.

Kemandirian

terbentuk oleh

interaksi antara faktor bawaan dan lingkungan.
Kemandirian dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensi bawaan melalui latihan terus menerus dan
dilakukan sejak dini. Proses belajar tersebut diawali dari lingkungan terdekat yaitu
keluarga, dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai lingkungan di luar rumah.
Jika lingkungan mendukung tumbuhnya kemandirian pada masa mahasiswa
dan mengembangkannya pada masa remaja akan terbentuk pribadi mandiri yang
utuh pada masa dewasa. Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa
perkembangan seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan.

B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan sajian hasil–hasil penelitian dan penulisan yang telah
dilakukan oleh peneliti serta penulis terdahulu. Kajian Pustaka ini terdapat keterkaitan
dengan penelitian ini.
1.

Skybo, Theresa

and Buck, Jacalyn (2007) Stress and Coping Responses to

Proficiency Testing in School-Age Children. Nurses encounter school-age children
experiencing multiple stressors and stress symptoms. Performance on proficiency
tests is viewed as stressor. The purpose of this repeated measures study was to assess
53 fourth grade children's appraisal of proficiency tests, concurrent stressors, stress
symptoms, and coping strategies. During October, February, March, and April,
children completed a ranking of their stress associated with proficiency testing and
also reported their stressors, stress symptoms, and coping strategies. Results
indicated that children appraised proficiency tests as most stressful at the beginning

of the school year but less stressful at the time of the test. Stressors and stress
symptoms increased from baseline to 1 month before testing then declined. The
number of coping strategies used by the children decreased throughout the year.
Nurses can work with parents and teachers to identify children with test anxiety and
target these children for interventions to improve their coping strategies
2. Marti Rice, Duck-Hee Kang, Michael Weaver, Carol C Howell (2008) Relationship of
Anger, Stress, and Coping With School Connectedness in Fourth-Grade Children.
High trait anger and stress, ineffective patterns of anger expression, and coping are
risk factors for the development of disease and negative social behaviors in children
and adults. School connectedness may be protective against negative consequences in
adolescents, but less is known about this in school-aged children. The purposes of this
study were to characterize relationships between trait anger, stress, patterns of anger
expression, resources for coping, and school connectedness and to determine if race
and gender moderate these relationships in elementary school-aged children. Using
self-report, standardized instruments, a convenience sample of 166 fourth graders in
4 elementary schools in 1 US school district was assessed in the fifth week of the
school year. School connectedness was positively associated with social confidence
and behavior control and negatively associated with trait anger, anger-out, and stress.
In multiple regression analyses to test for interactions, gender did not moderate the
effects of school connectedness in any of the models, while race moderated the
relationships between school connectedness and both stress and social confidence.
Students with higher school connectedness had lower trait anger and anger-out and
higher behavior control, regardless of gender and/or race. White students higher in
school connectedness had lower stress and higher social confidence. Findings
indicate the protective effect of school connectedness on trait anger, anger-out, and

behavior control in school-aged children, regardless of race or gender. The protective
effect of school connectedness on stress and social confidence may depend on race.
3.

Eprilia,Ummi Hany dan Prasetyarini, Aryati (2010) dengan judul Implementasi
Pembelajaran Calistung Permulaan bagi Anak Play Group Aisyiah di Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Lembaga yang diteliti memiliki kesamaan
menetapkan metode Bercerita, Tanya jawab, Pemberian tugas/ Penugasan,
Demonstrasi, Bernyanyi dan Tepuk tangan dengan pola tertentu. Namun terdapat
beberapa lembaga memfariasikan dengan bercakap-cakap dan bermain peran.
Permasalahan yang dihadapi guru-guru Play Group di Kartasura dalam menerapkan
metode-metode tersebut adalah kurangnya keilmuan mengenai perkembangan secara
mikro mengenai anak usia 2-4 tahun, melakukan adaptasi pembelajaran TK, kurang
fahamnya guru terhadap variasi pembelajaran Calistung untuk anak PG. Upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan pembelajaran Calistung di lembaganya adalah
mengikuti pelatihan, bertanya pada orang-orang yang dipandang faham, mengikuti
pertemuan Himpaudi.
Mengkaji kajian pustaka diatas, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan.

Perbedaannya adalah penelitian diatas meneliti mengenai koping yang dikaitkan dengan
marah, stres, dan test di sekolah. Selain itu mengenai membaca yang dipaparkan diatas
merupakan kajian metode, permasalahan, dan upayanya. Adapun persamaannya adalah
mengkaji perilaku koping.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian perlu adanya kerangka pemikiran yang dapat digunakan sebagai
pedoman pemecahan masalah. Kerangka pemikiran merupakan sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima.
Penelitian ini ingin mengetahui perilaku koping pada remaja dan bentuk-bentuk
kongkritnya dalam menghadapi pembelajaran program imunisasi. Kemandirian belajar
dapat menimbulkan perubahan pada diri remaja sendiri dan konflik antar remaja. Hal ini
memberikan gambaran adanya keadaan-keadaan yang harus dihadapi remaja dalam
menghadapi aktivitas kampus.
Perilaku koping perlu diketahui dan dianalisa sesuai hasil observasi lapangan
karena akan terdeteksi beberapa bentuk pengalihan untuk menghindari kejenuhan yang
sangat beragam. Prilaku koping merupakan tingkah laku dimana individu melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas kampus atau
masalah dalam menghadapi rasa tidak nyaman dengan berbagai hal. Koping melibatkan
berbagai strategi pengaturan potensi, skill, dan kemampuan untuk mengatur kejadian
yang menyebabkan stres (Santrock, 2007:24). Remaja membutuhkan proses untuk
mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang
berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumbersumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan sarana yang paling penting guna menemukan,
mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan, oleh sebab itu sebelum
melakukan penelitian hendaknya menentukan terlebih dahulu metode yang hendak
digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode penelitian ini adalah
adanya kesesuaian antara masalah dengan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi ataupun suatu kelas. Termasuk dalam penelitian
kualitatif, karena penganalisaan data yang berupa kata-kata dan gambar bukan berupa
angka (Moleong, 2004:111).
B. Waktu dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, yang dimulai bulan April 2017
sampai dengan bulan September 2017. Adapun jadwal penelitian adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Waktu dan Jadwal Penelitian
Kegiatan

April

Mei-Juni-Juli

Agustus-

2017

2017

September

1 2
Pengajuan

proposal

ke

lokasi Penelitian
Penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data/tabulasi
data
Penyusunan Laporan

3

4 1

2

3

4

2017
1 2 3

4

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang telah mengikuti program imunisasi
STIKES Aisyiyah Surakarta. Peneliti berperan sebagai observer dan intervier. Mahasiswa
STIKES Aisyiyah Surakarta.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah program imunisasi STIKES Aisyiyah Surakarta. .
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan perilaku koping mahasiswa dalam
menghadapi program imunisasi STIKES Aisyiyah Surakarta.
Sehubungan dengan penelitian ini, pemilihan informan dilakukan secara
purposive yaitu berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Adapun data primer dan
sekunder pada penelitian kali ini adalah:
a. Data primer
Data primer adalah data dari hasil penelitian secara langsung melalui penelitian
lapangan. Data primer ini diperoleh dari: (1) Petugas Imunisasi dan (2) Mahasiswa
b. Data sekunder
Data sekunder ini sebagai penjelas dan pendukung data primer yang secara tidak
langsung memberikan keterangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data
ini berupa dokumen-dokumen data mahasiswa.

D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif memanfaatkan analisis data secara induktif. Selain itu, ciri lainnya adalah
manusia sebagai alat penelitian, sasaran penelitian mengarah pada usaha menemukan
teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, dan ada

batasan studi dilakukan dalam rangka keabsahan data, rancangan penelitian (yang
bersifat sementara), hasil penelitian dan subyek penelitian (Moleong, 2002 : 7).
Usman & Akbar (2001 : 81) mengemukakan bahwa metode kualitatif berarti metode
penelitian yang dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang
dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif.
Penelitian Diskripsi merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,
dengan menggambarkan keadaan objek penelitian apa adanya pada saat sekarang serta
memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana
keadaan sebenarnya (Nawawi & Martini, 2006: 73). Penelitian Deskriptif
mengarahkan data dan fakta diolah dan di analisis, guna melakukan representasi
objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan Wawancara, Observasi partisipan, dan Dokumentasi. Adapun keterangan
tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi dilakukan dengan cara peneliti mengamati secara langsung
prilaku mahasiswa. Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
perilaku-perilaku yang muncul ketika sebelum, pada saat, dan setelah mengikuti
imunisasi. Pendapat petugas imunisasi juga penting.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
menanyakan secara langsung/tatap muka dengan para pihak yang dipandang
perlu (responden), atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah.
Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data melalui tanya
jawab yang dilakukan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi yang mendukung dengan
penelitian (Moleong, 2002 : 135-146). Peneliti melakukan wawancara mendalam
dengan kuesioner terbuka, yaitu subyek penelitian diberikan pertanyaan yang
telah disiapkan sehingga tidak terbatas dalam memberikan jawaban dan dapat
memberikan keterangan secara bebas.
c. Dokumentasi
Dokumen berguna untuk memberikan latar belakang yang lebih luas
mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan untuk mengecek kesesuaian
data (Moleong, 2002:160-163).

E. Teknik Analisis Data
Adapun pelaksanaan analisa data adalah setelah data dilapangan terkumpul
peneliti langsung melakukan analisis untuk menghindari bertumpuknya data yang
mengakibatkan tereduksinya validitas dan kredibilitas data. Jenis analisis yang dilakukan
adalah analisis interaktif, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berjalan secara
simultan (Miles dan Huberman, 1992:16), yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan
Penulisan hasil penelitian dilakukan secara diskriptif. Hasil yang ingin
diperoleh adalah gambaran perilaku koping dan bentuk-bentuknya yang muncul ketika
mahasiswa mendengar atau mengatahui serta menjalani program imunisasi yang
diwajibkan oleh STIKES Aisyiyah. Penulisan hasil penelitian ini, dalam penggunaan
nama-nama informan tidak disebutkan aslinya, tetapi dengan nama samaran. Nama lakilaki menunjukkan informan laki-laki, begitu pula sebaliknya, informan perempuan
ditunjukkan dengan nama perempuan. Nama asli disimpan oleh peneliti, tetapi tempat,
tanggal dan waktu sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Data sekunder yang telah tersedia menjadi pendukung penelitian dihubungkan
dengan data primer yang meliputi hasil observasi dan wawancara, kemudian dianalisa
secara kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan interpretasi data secara
menyeluruh dengan interaktif model, yaitu:
1.

Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan dan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.

2.

Penyajian data, sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Suatu penyajian data dapat
diketahui apa yang terjadi dan kemungkinan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa
ataupun tindakan penyajian data itu sendiri, sehingga dapat diketahui apa yang
terjadi ataupun tindakan penyajian data tersebut dapat berupa kalimat-kalimat,
cerita-cerita maupun tabel-tabel.

3.

Verifikasi, sejak permulaan pengumpulan data dilakukan pencatatan, pertimbangan
pada peraturan-peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan
sebab akibat, dan proporsi untuk mengetahui sesuatu dari hal-hal yang kemudian
ditarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut pada awalnya kurang jelas kemudian
semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan
akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berupa pengumpulan yang
cepat sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas dari pikiran pada waktu melihat
kembali pada catatan lapangan.
Pengumpulan
data
Penyajian data

Reduksi data

Kesimpulan-kesimpulan
penarikan/verifikasi

Gb.3.1.Komponen-komponen analisis data: Model Interaktif

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III.. Jakarta: DepDikNas.Balai
Pustaka.
Carver, CS.

Weintroub, J.K, and Scheiner. M.F. 1989. Assesing Coping

Strategies:

Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Sosial Psychology. Vol 56.
No. 2, 267 – 283

Chaplin, C.P. 1995. Kamus Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Cheng, C. 2001. Assesing Coping Flexibility in Real Life and Laboratory setting : A Multiple
Method Approach. Journal of Personality and Social Psycology, Vol.80, No.5, 814833
Fasikhah, SS. 1995. Perencanaan Kompetensi Sosial dan Tingkah laku Koping Remaja Akhir.
Kognisi, Vol. 2, 2 – 14
Hapsari, R.A., Karyani, U., Taufik. 2002. Perjuangan Hidup Pengungsi, kerusuhan Etnik
(studi kualitatif tentang Perilaku koping Pada Pengungsi di Madura) Indegenius.
Journal Ilmiah. Berkala 122 – 129 vol. 6. No. 2
Lazarus, R. 1999. Stress and emotion: A new synthesis. New York: Springer.Lazarus, R.
2000. Handbook of stress, coping, and discrete emotions. Thousand Oaks, CA: Sage.
Marti Rice, Duck-Hee Kang, Michael Weaver, Carol C Howell. 2008. Relationship of Anger,
Stress, and Coping With School Connectedness in Fourth-Grade Children. The
Journal of School Health. Kent: Mar 2008. Vol. 78, Edisi 3; pg. 149, 8 pgs
Milyawati, Lia dan Hastuti, Dwi. 2009.Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Dan Persepsi Ibu
Serta Hubungannya Dengan Strategi Koping Ibu Pada Anak Dengan Gangguan
Autism Spectrum Disorder (Asd). Jur.lIm. Kel. dan Kans., Agustus. p: 137-142 Vol.
2. No.2 ISSN : 1907 -6037.
Mu’tadin, Z. 2002. Strategi Koping. http: www. e-psikologi.com.12 oktober 2005
Moleong, Lexy J.. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. VI. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ofm, Nico Syukur Dister.1993. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta :Kanisius
Parry, G. 1992. Coping with Crises. New York: The British Psychological Society and
Routhledge Ltd
Pestanjee, D.M. 1992. Stress and Coping. The Indian Eksperien. New Delhi Sage Publication
Poerwodarminto, W. J. S. 1986.

Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka.

Jakarta.
Santrock. John. 2002. Life Spon Development. Ed.5. Jakarta: Erlangga
Setyaningrum. 2004. Strategi Koping Menghadapi Kecemasan pada pasien Parapleghia.
Skripsi. Surakarta.UMS

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum. Bandung. CV Pustaka Setia
Tabrani, Rusyan. dkk. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Theresa Skybo, Jacalyn Buck. 2007. Stress and Coping Responses to Proficiency Testing in
School-Age Children. . Pediatric Nursing. Pitman: Sep/Oct 2007. Vol. 33, Edisi 5;
pg. 410, 6 pgs

Rencana Penggunaan Anggaran
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rincian
Kertas HVS Kuarto (2 x Rp.28.500,-)
Dokumentasi
Penyusunan Proposal dan Revisi
Penyusunan Instrumen
Penyusunan Hasil- hasil Observasi
Print hasil Proposal, Lembar Observasi dan
Instrumen, dan Laporan
Kertas Folio Bergaris

Jumlah (Rp)
57.000
110.000
200.000
480.000
200.000
150.000
200.000

8.
9.
10.

Jilid Soft, hard, dan copy
Pengolahan data
Penyusunan Laporan Penelitian dan

11.

Revisi
Honorarium Peneliti
Jumlah

500.000
250.000
250.000
1.000.000
4.000.000

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25