PENGARUH AKRUAL DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP RISIKO LITIGASI

Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi
Vol. 17 No.2 September 2017 : 145-158
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v17i2.2527

ISSN 2442 - 9708 (Online)
ISSN 1411 - 8831 (Print)

PENGARUH AKRUAL DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
TERHADAP RISIKO LITIGASI
Ari Purwanti*
Universitas Islam As-Syafi’iyah
aripurwanti2501@gmail.com

Abstract
This study aims to investigate the effect of accruals on the occurrence of litigation risk.
The higher accruals made by managers are thought to cause high litigation risks as
well. Therefore, in this study will also see the effect of managerial ownership on the
occurrence of litigation risk. Using a sample of consumer goods industries that often
experience litigation, testing is done on 37 companies from 2012 until 2016. The results
of this study proves that by using multiple regression, developed hypothesis proved that
accruals and managerial ownership have a significant positive effect on litigation risk.

Keywords: Litigation, Accruals, Consumer Good
JEL Classification: M41 G34

Submission Date: Februari 2018

Accepted Date: Maret 2018

*Corresponding Author

PENDAHULUAN
Litigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah acara/proses
persidangan. Perusahaan yang merupakan Nexus of Contracts tentunya tidak terlepas
dari risiko terjadinya litigasi. Semua kontrak dibuat dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berupaya keras agar tidak terjadi pelanggaran
atas kontrak-kontrak yang telah disepakati.Para manajer dituntut berperan membuat
pagar-pagar yang merupakan aturan operasional dalam pengelolaan perusahaan secara
efektif dan efisien serta menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Dalam menjalankan perannya, para manajer sering kali ditemukan
berbenturan dengan kepentingan para pemilik, yang dalam Jensen dan Meckling (1976)
disebut sebagai konflik kepentingan.Horison yang terbatas pada penetapan target, dapat

membuat manajer mengelola laba untuk kepentingan jangka pendek.Tidak
mengherankan sering kali terjadi transfer untuk kepentingan pribadi yang bertentangan
dengan peran utama seorang manajer.Kondisi tersebut menimbulkan kecenderungan

145

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017
investor secara ekonomi untuk mengajukan tuntutan hukum (litigasi) terhadap manajer,
auditor, dan pihak lainnya untuk menutup dugaan kerugian investasi (Liu, 2013).
Tindakan manajer dalam mencapai tujuan perusahaan sering kali memberikan
pilihan yang dapat memberikan insentif kepadanya. Manajer cenderung memiliki
insetif untuk melaporkan laba yang tinggi berkaitan dengan kontrak kompensasi yang
akan diterima (bonus hyphothesis) ataupun untuk kepentingan yang berkaitan dengan
kontrak hutang (debt hypothesis) (Scott, 2014). Manajer dapat menggunakan kebijakan
akrual untuk mencapai kondisi tersebut.Kebijakan akrual ini dapat membuat beberapa
akun dalam Laporan Keuangan terlihat overstatement dalam rangka mencapai tujuan
manajer (Guenther et al., 1997).Manajer yang melaporkan laba/asset nya secara
overstatementberpotensi menghadapi tuntutan hukum dibandingkan dengan yang
melaporkan understatement (Kellog, 1984).Pilihan metode akuntansidapat menjadi
salah satu pemicu risiko terjadinya penyimpangan akuntansi yang berkontribusi

terhadap penilaian risiko litigasi yang lebih tinggi (Houston, Peters & Pratt, 1999).
Optimisme manajer dalam melaporkan laba, diharapkan dapat dieliminasi
karena dapat membuat para investor harus melakukan penyesuaian terhadap tingkat
pengembalian investasinya apabila hanya bersifat pencapaian tujuan jangka pendek.
Oleh karenanya, litigasi merupakan salah satu system monitoring selain dari
pelaksanaan tata kelola perusahaan.Tata kelola perusahaan yang buruk yang mengarah
pada pendisiplinan manajer yang tidak efektif dapat menyiratkan risiko litigasi yang
lebih tinggi, yang mengindikasikan adanya hubungan negatif antara tata kelola
perusahaan dan risiko litigasi. Romano (1991) juga menemukan bahwa menambahkan
variabel tata kelola perusahaan memberikan sedikit kekuatan tambahan dalam model
risiko litigasi dengan mempertimbangkan risiko pelaporan keuangan.Isu ini pun
ditelaah lebih lanjut, 20 tahun setelahnya, Rogers, Van Buskirk, dan Zechman (2011)
melakukan kompilasi tuntutan hukum yang diajukan olehinvestor di pengadilan federal
dan menemukan bahwa pengumuman laba yang optimis memicu tingginya risiko
litigasi.
Aspek mekanisme tata kelola pada penelitian sebelumnya menggunakan
pengukuran yang beragam. Namun, pada penelitian ini, peneliti memiliki ketertarikan
pada kepemilikan manajerial sebagai ukuran tata kelola. Dimana, penelitian ini ingin
melihat manajer yang berperan untuk mengoptimalisasikan nilai pemegang saham, lalu
ia bertindak sebagai pemilik juga. Situasi ini yang ingin diselidiki pengaruh kebijakan

akrual manajer terhadap risiko terjadinya litigasi dan pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap risiko terjadinya litigasi.
REVIU LITERATUR DAN HIPOTHESIS
Pemisahan kepemilikan dengan control memicu terjadinya masalah moral
hazard, seperti managerial shirking (Fama dan Jensen, 1983a; danJensen dan
Meckling, 1976). Untuk mengurangi permasalahan tersebut dan pemilik dapat
menyelaraskan tujuannya dengan manajemen yang memegang control perusahaan, teori
Kontrak Efisien menyarankan agar terdapat kontrak antara manajer dan perusahaan,
yang salah satunya tertuang dalam angka akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986).
Informasi akuntansi inilah yang menjadi dasar terjadinya Kontrak Kompensasi (bonus
hypothesis) (Holthausen, et al., 1995); yang pada gillirannya adanya aliran
kemakmuran kepada manajer; dan Kontrak hutang (debt hypothesis).

146

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi
Scott (2014) memaparkan motif manajer yang terbagi dalam dua arah yang
berbeda, oportunistik dan efisen. Selama kebijakan akuntansi yang dipilih manajer
memberikan hasil yang selaras dengan kepentingan pemilik dalam rangka
meningkatkan nilai pemegang saham, tentunya situasi ini yang diharapkan

(efisien).Namun pada penelitian sebelumnya, justru ditemukan motif yang sebaliknya.
Alih-alih untuk memaksimalkan bonus karena angka bonus berdasarkan pencapaian
angka akuntansi (Healy, 1985); memaksimalkan kompensasi saham (Safdar, 2003); dan
memaksimalkan gaji yang besar namun NPV investasi yang negatif, sehingga hasil dari
investasi tidak dapat memberikan tingkat pengembalian sesuai keinginan pemegang
saham (Watts, 2004).
Untuk menjalankan motifnya tersebut, apakah oportunistik ataukah efisien,
manajer menggunakan kebijakan akrual (Guenther et al., 1997).Kebijakan akrual ini
dapat memperlihatkan perilaku para manajer dalam pemilihan kebijakan akuntansi
yang agresif atau konservatif. Situasi ini tercermin pada angka laba dan angka aliran
kas dari kegiatan operasional. Apabila angka laba lebih besar dari pada angka aliran
kas, maka manajer cenderung untuk berperilaku oportunis. Namun, apabila sebaliknya,
maka manajer cenderung berperilaku konservatif.
Idealnya, angka laba sama dengan atau tidak jauh berbeda dari angka aliran kas
dari kegiatan operasional. Artinya, manajer dapat melakukan pemilihan kebijakan
akuntansi yang sesuai dan tepat dengan kebutuhan operasional perusahaan. Hal ini juga
memberikan tingkat kepastian yang lebih baik bagi para pemegang saham karena
asimetri informasi menjadi lebih lebih rendah. Dimana, kebijakan akuntansi dapat
termonitor melalui angka aliran kas real dari kegiatan operasional. Oleh karena itu,
regulator menyarankan agar perusahaan hendaknya lebih memilih untuk berperilaku

konservatif dalam upaya mengurangi benturan dengan tujuan pemegang saham.
Manajer yang melaporkan laba/asset nya secara overstatement berpotensi menghadapi
tuntutan hukum dibandingkan dengan yang melaporkan understatement (Kellog,
1984).Kondisi tersebut terbukti banyaknya pengumuman laba yang optimis memicu
tingginya risiko litigasi (Rogers, Van Buskirk, dan Zechman, 2011)
Risiko litigasi dapat muncul dengan mempertimbangkan risiko pelaporan
keuangan (Romano, 1991) karena salah satu sarana informasi ekonomi kepada
pemegang saham adalah melalui laporan keuangan. Dalam pelaporan keuangan, pilihan
metode akuntansidapat menjadi salah satu pemicu risiko terjadinya penyimpangan
akuntansi melalui kebijakan akrual (Guenther et al., 1997) yang berkontribusi terhadap
penilaian risiko litigasi yang lebih tinggi (Houston, Peters & Pratt, 1999). Kebijakan
akrual yang agresif mendorong laporan keuangan menjadi overstated. Hal ini
disebabkan adanya kontrak bonus yang berlandaskan angka akuntansi.Padahal sering
kali ditemukan banyak investasi yang memberikan NPV negative.Sehingga, pada
gilirannya, pemegang saham yang awalnya berharap tingkat pengembalian atas
investasinya tinggi, harus menanggung penurunan nilai akibat pemilihan kebijakan
manajer yang myopic.Untuk menutup dugaan kerugian investasi, pemegang saham
secara ekonomi memiliki kecenderungan untuk mengajukan tuntutan hukum (litigasi)
terhadap manajer, auditor, dan pihak lainnya (Qiang, 2004; Liu, 2013).
Berdasarkan pemaparan mengenai kebijakan akrual yang ditempuh manajer

dengan berbagai motif yang menjadi pilihan mereka, yang pada gilirannya akan
memicu terjadinya litigasi, maka penelitian ini mencoba membangun hipotesis sebagai
berikut:
H1: Kebijakan akrual berpengaruh positif terhadap risiko terjadinya litigasi

147

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017
Alchian and Demsetz (1972) pernah berargumen bahwa kepemilikan internal
dapat mengurangi adanya aktivitas shirking yang dilakukan manajer. Kondisi ini
didasarkan pada kepemilikan managerial memiliki dominasi dalam pengambilan
keputusan secara hirarki dan distribusi atas control rights (Blau 1984). Namun
demikian, kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa manajer yang juga sebagai
pemilik dapat memainkan peranan yang dapat selaras dengan pemegang saham lainnya
dalam rangka menaikan nilai perusahaan secara keseluruhan, atau dapat bertindak
oportunis yang hanya akan mencari kebijakan yang memberikan insentif pribadi
(Holthausen, et al., 1995) Tidak mengherankan bila locus kepemilikan memiliki
hubungan dengan risiko terjadinya litigasi (Fama dan Jensen, 1983b; dan Greenwood
and Empson, 2003). Terbukti dengan tingginya risiko litigasi dapat terjadi apabila
terjadi konflik kepentingan yang potensial (Mehran and Stulz, 2007)

Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengelaborasi tidak hanya motivasi
manajer atas kebijakan akrualnya terhadap risiko terjadinya litigasi. Lebih lanjut,
penelitian ini juga ingin menyelidiki bagaimana jika manajer juga sebagai
pemilik.Apakah manajer yang juga sebagai pemegang saham diduga dapat
mempengaruhi risiko terjadinya litigasi akibat dari hirarki struktur yang memberikan
keleluasaanya untuk pengambil kebijakan. Berdasarkan uraian singkat tersebut,
penelitian ini menduga:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap risiko terjadinya litigasi
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Laporan Keuangan Tahunan perusahaan yang termasuk dalam industri barang
konsumsi diunduh dari website idx.co.id mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun
terakhir Laporan Keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2016. Hasil pengumpulan
data diperoleh 156 tahun-perusahaan dari 37 perusahaan yang memiliki data yang
lengkap.
Pemilihan sample pada industri barang konsumsi karena selama lima tahun
belakangan ini, banyak terjadi tuntutan hukum pada industri (makanan dan obatobatan) tersebut dibandingkan dengan industri lainnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diurai sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh, maka penelitian ini akan dimulai
dengan melakukan analisa statistik deskriptif atas data yang dipergunakan dalam

pengujian. Selanjutnya, untuk menguji hipotehsis yang dikembangkan
akanmenggunakan pengujian regresi berganda, dengan sebelumnya melakukan
serangkaian pengujian asumsi klasik dalam rangka memenuhi kaidah pengujian model
best liniear unbiased estimated (Gujarati, 2014 dan Hair et. al., 2014). Diantaranya,
pengujian normalitas, pengujian heteroskedastisitas, pengujian multikolinearitas, dan
pengujian autokorelasi. Setelah itu dilakukan pengujian hypothesis dengan
menggunakan uji regresi berganda.
Model yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah:
Litigai,t= β0 + β1accrualsi,t+ β2mgrowni,t+ Ɛi,t

148

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi

keterangan:
 litiga adalah variabel dependen, yaitu proksi dari risiko terjadinya litigasi. Risiko
litigasi dalam penelitian ini mengikuti pengukuran risiko litigasi yang digunakan
pada penelitian Qiang(2003), dimana diukur dari berbagai indikator keuangan
yang menjadi determinan kemungkinan terjadinya litigasi. Pada penelitian Qiang
(2003) menggunakan indikator-indikator yang berisiko menimbulkan masalah

litigasi dari sisi ex-ante, antara lain:beta saham (BETA), dan perputaran volume
saham (TURNVOL), keduanya merupakan proksi volatilitas saham. Kemudian,
likuiditas (LIKUID) dan solvabilitas (LEV), keduanya merupakan proksi dari
risiko keuangan dan ukuran perusahaan (SIZE) yang merupakan proksi dari risiko
politik. Dimana, pengukuran BETA (RETit = α + β RMit + ei), TURNVOL
diperoleh dari rasio rata-rata volume perdagangan terhadap jumlah saham beredar,
LIKUID diperoleh dari rasio hutang jangka pendek terhadap total asset lancar,
LEV diperoleh dari rasio total hutang jangka panjang terhadap total asset, dan
SIZE diperoleh dari logaritma total asset.
Selanjutnya, untuk mengukur risiko litigasi, digunakan indeks risiko litigasi
dengan melakukan dekomposit melalui analisis faktor (component factor analysis)
terhadap kelima ukuran tersebut.Semakin tinggi indeks menunjukkan semakin
tinggi risiko litigasi.
 Accrua ladalah variabel independen, yaitu untuk melihat kebijakan akrual yang
dilakukan oleh manajer perusahaan dalam pemilihan kebijakan akuntansi dalam
pelaporan keuangan yang diukur dengan laba sebelum penyusutan dikurangi
dengan arus kas kegiatan operasi (Hu dan Gu, 2015; Abbott, L.J., Parker. S., &
Peters. G.F., 2006; Qiang, 2003).Karena pengukuran terbaik menggunakan skala
rasio, maka nilai akrual tadi diskala dengan total asset.
 mgrown adalah variabel independen yang diukur dengan proporsi kepemilikan

manajerial terhadap total kepemilikan saham (Mehran and Stulz, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan kemudian dilakukan statistik
deskriptif, rata-rata risiko litigasi industri bernilai negatif, yang berarti bahwa rata-rata
risiko litigasi pada industri barang konsumsi hampir dikatakan tidak ada.Namun
demikian, setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata terdapat 60 perusahaan
memiliki risiko litigasi (berindeks positif) dengan risiko terbesar terjadi pada LMPI dan
KAEF pada tahun 2016.
Sementara itu, data akrual terdiri dari 120 perusahaan bernilai akrual positif,
yang artinya 60% sample memilih akuntansi yang agresif dan sisanya bernilai akrual
negative yang memilih melakukan akuntansi konservatif. Rata-rata akrual industri
barang konsumsi hanya sekitar 18% dari total asset, artinya tingkat agresif dari
kebijakan akrual atas pilihan metode akuntansi yang dilakukan manajer cenderung
kecil.Hal ini dapat dikatakan para manajer perusahaan industri barang konsumsi
cenderung berhati-hati dalam pemilihan akuntansinya.
Untuk data kepemilikan manajerial, terdapat 86 perusahaan (55% dari sampel)
memiliki proporsi kepemilikan manajerial yang besar, sementara data sisanya, di tahuntahun awal penelitian tidak memiliki kepemilikan manajerial atau ada kepemilikan
manajerial namun sangat kecil jumlah kepemilikannya. Hal ini mengindikasikan

149

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017
adanya tren kepemilikan manajerial pada perusahaan industri barang konsumsi semakin
meningkat.
Selanjutnya, sebelum melakukan pengujian hypothesis, data diuji asumsi klasik
dengan hasil seperti pada Lampiran.Hasil uji asumsi klasik membuktikan bahwa model
yang digunakan untuk pengujian hypothesis sudah BLUE.Hasil uji normalitas,
memperlihatkan bahwa residu dari model yang akan diujikan terbukti terdistribusi
normal. Hasil ini ditunjukkan pada nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari
5%. Kemudian, uji heteroskedasitas yang ditunjukkan pada probabilitas Obs*RsquaredHeteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey di atas 5%, yang
membuktikan bahwa model pengujian terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Begitu
pula dengan uji multikolinearitas yang nilainya di bawah 0,95 yang menunjukkan
bahwa model tidak terindikasi masalah multikolinearitas dan uji autokorelasi yang
ditunjukkan probabilitas Obs*R-squaredBreusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
di atas 5% yang juga berarti model pengujian tidak ada masalah autokorelasi.
Setelah memastikan bahwa model yang digunakan dalam menguji hypothesis
telah BLUE, maka dilakukan pengujian model penelitian dengan menggunakan regresi
berganda. Hasilnya memperlihatkan model penelitian memiliki probabilitas (F-statistic)
0,0019877 yang lebih kecil dari 5%. Artinya, model fit untuk menguji hypothesis yang
dikembangkan. Meski nilai R-square hanya sebesar 4,9928% yang artinya akrual dan
kepemilikan manajerial hanya memberikan kontribusi yang sangat kecil, hanya sebesar
4,9928% terhadap terjadinya risiko litigasi, sisanya diterangkan variabel lain yang tidak
diujikan dalam model ini.
Berdasarkan hasil pengujian model memperlihatkan bahwa baik nilai uji-t
kebijakan akrual dan kepemilikan manajerial memang lebih sedikit lebih besar dari 5%,
namun masih di bawah 10%. Hasil ini berarti bahwa keduanya memiliki pengaruh
signifikan terhadap terjadinya risiko litigasi. Koefisien dari akrual dan kepemilikan
manajerial bernilai positif. Dengan demikian, akrual dan kepemilikan manajerial
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap risiko litigasi.
Koefisien akrual pada hasil regresi berganda memperlihatkan nilai 0,441379.
Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1% dari akrual terhadap total asset, akan
mendorong tingginya indeks risiko litigasi sebesar 0,441. Hasil tersebut membuktikan
bahwa semakin besar akrual akan mendorong semakin tinggirisiko terjadinya litigasi.
Konsisten dengan temuan Rogers, Van Buskirk, dan Zechman (2011).
Manajer cenderung untuk menjalankan kebijakan akrual yang bersifat
agresif.Metode akuntansi dipilih atau diubah dengan metode yang dapat memberikan
kontribusi pada besarnya pencapaian angka laba(Guenther et al., 1997).Pemilihan
metode yang dapat memperkecil nilai non-kas, seperti mengubah metode yang dapat
memperkecil beban penyusutan dan amortisasi. Sementara itu, manajer juga cenderung
melakukan overstatement (Kellog, 1984) pada beberapa nilai asset lancar yang
memerlukan waktu untuk menjadi kas kembali, seperti piutang dagang yang pada
pelaporan arus kas dapat sebagai pengurang ketersediaan kas dalam arus kas kegiatan
operasi. Dengan demikian, angka laba semakin tinggi sementara angka arus kas dari
kegiatan operasi semakin kecil, yang memberikan hasil akrual yang semakin besar.
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan manajer boleh jadi karena manajer
memiliki kontrak dengan perusahaan atas kompensasi prestasinya yang diukur
berdasarkan besarnya angka laba, sehingga, manajer memiliki insentif yang akan akan
mengalir pada kemakmuran pribadinya, apabila ia melakukan kebijakan akrual yang
agresif. Kondisi ini seolah-olah memperlihatkan keadaan yang saling menguntungkan

150

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi
antara pihak perusahaan, karena memiliki laba yang tinggi, dan pihak manajer yang
diuntungkan karena angka bonus sebagai pencapaian prestasi telah dapat memberikan
perusahaan laba yang tinggi. Demikian halnya dengan angka arus kas dari kegiatan
operasi yang nilainya relative kecil.Hal ini mengindikasikan bahwa manajer telah dapat
melakukan pengelolaan kas secara efisien karena semua kas sedang dalam perputaran
operasi.
Kondisi kebijakan akrual yang agresif ini, pada awalnya mungkin akan
memberikan kabar baik bagi para pemegang saham. Namun, laba akuntansi yang
memiliki perbedaan dengan laba riil akan membawa konsekwensi, laba yang tinggi
adalah laba atas pemilihan atau perubahan metode akuntansi. Sehinggga, tidak
mengherankan apabila pemegang saham yang awalnya senang karena akan
mendapatkan laba yang tinggi, justru malah sebaliknya. Pemegang saham secara
ekonomi akan berupaya untuk menutupi kerugian yang ditanggung perusahaan karena
perolehan arus kas dari kegiatan operasional kecil yang membuat NPV investasi
menjadi negative (Watts, 2004) yang kemudian akan mengajukan tuntutan hukum atas
tidak terrealisasinya target (Liu, 2013; dan Qiang, 2004).
Selain itu, pemegang saham juga memiliki aspek monitoring evaluasi atas risiko
bisnis melalui laporan keuangan dengan ukuran tingkat likuiditas dan solvabilitas.
Tingkat likuiditas dan solvabilitas dapat sebagai acuan sehatnya operasional perusahaan
karena perusahaan tidak ada kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Kedua ukuran tersebut apabila tersendat dapat
mengakibatkan operasional perusahaan juga tersendat.
Kemudian, pemegang saham dapat melakukan monitoring melalui volatilitas
saham yang beredar.Pemegang saham dapat mengetahui risiko sistematik (beta) yang
terjadi pada saham yang dimilikinya dan juga dapat memonitor perputaran volume
saham.Kedua ukuran ini dapat membantu pemegang saham untuk memahami tingkat
risiko kepemilikannya terhadap risiko pasar saham dan mengetahui apakah saham yang
dimilikinya termasuk aktif yang diperdagangkan.Apabila saham yang dimilikinya
merupakan saham yang aktif diperdagangkan, artinya pasar bereaksi terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan operasional perusahaan.Situasi ini memberikan sinyal yang baik
bahwa adanya transparansi atas operasi perusahaan atau rendahnya asimetri informasi
antara internal perusahaan dengan reaksi pasar saham.Sementara untuk beta perusahaan
yang tinggi, dapat memberikan sinyal high risk high return.
Lebih lanjut, pemegang saham juga dapat memonitor adanya risiko political
cost hypothesis. Hal ini dapat lihat pantau dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Semakin besar asset yang dimiliki perusahaan, semakin banyak para analis pasar dan
regulator yang memantau. Sehingga segala aksi yang dilakukan perusahaan dapat
mendorong munculnya risiko yang bersifat politis.Seperti pada aksi restatement
perusahan yang bergerak di bidang farmasi ternama di Indonesia yang terbilang relative
besar asetnya.Aksi tersebut berujung pada tekanan politis pemerintah atas serangkaian
kebijakan mengenai harga eceran tertinggi.
Berdasarkan kelima ukuran tersebut, likuiditas, solvabilitas, beta saham, volume
perdagangan, dan besarnya asset, maka penelitian ini mengikuti penelitian Qiang
(2004) yang melakukan indeks melalui confirmatory factor analysis untuk
mendapatkan nilai risiko litigasi.
Hasil pengujian regresi yang memberikan bukti pengaruh positif kebijakan
akrual terhadap risiko litigasi secara signifikan, memberikan indikasi bahwa semakin

151

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017
manajer melakukan kebijakan akrual yang agresif, maka semakin tinggi risiko
likuiditas, solvabilitas, beta, volume perdagangan, dan risiko politis.
Akrual yang agresif dapat mendorong manajer memilih metode penyisihan yang
memberikan nilai beban penghapusan piutang yang rendah dan tetap memiliki nilai
piutang yang tinggi (overstatement) (Romano, 1991). Sehingga, laba tinggi dan aliran
kas kegiatan operasi rendah. Pada gilirannya, perusahaan berisiko tersendat dalam
memenuhi kewajibannya. Dengan demikian, risiko likuiditas dan solvabilitas akan
tinggi.
Senada dengan risiko bisnis, risiko pasar yang merupakan cerminan dari operasi
perusahaan, memperlihatkan bahwa kebijakan akrual yang agresif mendorong pasar
berreaksi yang mendorong volume perdagangan aktif dan diikuti dengan tingkat risiko
sistematis yang tinggi. Demikian halnya dengan kebijakan akrual yang akan membuat
hutang piutang menjadi lebih besar, sehingga asset akan terlihat besar.
Oleh karena itu, kebijakan akrual manajer yang semakin agresif akan
mendorong pemegang saham memiliki risiko yang tinggi dan pada gilirannya
mendorong pengguna laporan keuangan lainnya, tidak hanya pemegang saham saja
dapat melakukan litigasi atau tuntutan hukum.
Hasil pengujian berikutnya adalah pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
risiko litigasi. Hasil pengujian regresi berganda memperlihatkan koefisien kepemilikan
manajerial sebesar 0,016031 memberikan arti bahwa setiap kenaikan 1% kepemilikan
manajerial terhadap total kepemilikan saham, akan mendorong tingginya indeks risiko
litigasi sebesar 0,016. Meskipun kenaikan ini tidak setinggi besarnya kenaikan indeks
risiko litigasi akibat kebijakan akrual manajer yang agresif, namun hasil regresi ini
memperlihatkan kecenderungan kenaikan indeks akibat kenaikan proporsi kepemilikan
manajerial.
Manajer yang juga merupakan pemilik memiliki kecenderungan melakukan
akrual sesuai dengan kebutuhannya. Idealnya, pemilik tentu akan mereduksi adanya
risiko litigasi akibat adanya risiko likuiditas, solvabilitas, risiko pasar, dan risiko politis.
Hal ini konsisten dengan argumen Fama dan Jensen (1983b) dan Greenwood and
Empson (2003) yang menyebut hubungan locus of control dan risiko terjadinya litigasi
adalah terbalik. Namun, berdasarkan hasil pengujian regresi justu memperlihatkan
sebaliknya, dimana proporsi pemilik (yang juga manajer) justru akan mendorong
tingginya risiko litigasi.
Hasil ini mengindikasikan boleh jadi, manajer yang secara struktur organisasi
memiliki wewenang untuk memilih kebijakan akrual yang mana saja, akan lebih kuat
wewenangnya bila ia juga merupakan pemegang saham perusahaan. Kondisi ini senada
dengan temuan (Blau 1984).Di sini manajer mendapatkan dua insentif
sekaligus.Dengan kontrak bonusnya dan dengan kontrak kepemilikannya. Sehingga,
semakin besar proporsi kepemilikan manajer, ia dapat dengan mudah merealisasikan
kebijakannya. Adanya trade-off dari kontrak bonus dan kontrak kepemilikan, diduga
dapat mendorong manajer untuk memilih mana yang akan memberikan kemakmuran
yang maksmimal bagi dirinya (Holthausen, et al., 1995). Konsiten dengan Mehran and
Stulz(2007) yang berargumen bahwa semakin tinggi konflik kepentingan, maka akan
mendorong tingginya risiko litigasi. Sehingga, apabila ia mendapatkan bonus yang jauh
lebih besar dari kontrak kepemilikannya yang hanya memberikan tingkat dividen yang
relative kecil disertai dengan pelaporan pajak yang menambah perolehan dividen akan
menjadi kecil, tidak mengherankan bila masih banyak manajer yang juga merupakan

152

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi
pemilik cenderung memilih kontrak bonusnya dengan pencapaian prestasi angka laba
yang tinggi.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Penelitian ini memberikan bukti empiris pada perusahaan di industri barang
konsumsi pada tahun 2012 sampai dengan 2016, bahwa akrual yang dilakukan manajer
berpengaruh positif terhadap terjadinya risiko litigasi. Demikian halnya, dengan
kepemilikan menajerial yang juga terbukti memberikan pengaruh positif signifikan
terhadap risiko terjadinya litigasi. Namun demikian, penelitian ini masih memiliki
banyak kelemahan.
Penelitian ini hanya menyelidiki risiko litigasi pada industri barang konsumsi.
Padahal, perusahaan pada industri lainnya boleh jadi memiliki risiko litigasi yang lebih
rendah/tinggi dari pada industri barang konsumsi.Dengan demikian, penelitian
selanjutnya dapat dikembangkan untuk semua perusahaan dalam populasi perusahaan
yang terdaftar di bursa efek Indonesia dengan menggunakan variabel dummy industri
untuk dapat melihat karakteristik risiko litigasi tiap industri.
Sementara untuk dapat melihat pengaruh akrual yang lebih komprehensif
terhadap terjadinya risiko litigasi, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan diskresioner akrual karena diduga dapat lebih menjelaskan motif manajer
dalam menentukan besarnya akrual yang dapat memicu risiko litigasi.
Selain itu, untuk lebih dapat melihat karakter tiap perusahaan per periodenya,
maka untuk peneliltian yang akan datang dapat menggunakan pengujian data panel dan
menambahkan beberapa variabel, seperti kesempatan bertumbuh yang diduga dapat
memperkuat terjadinya risiko litigasi akibat manajer terlalu optimis dalam pengambilan
keputusan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L.J., Parker. S., & Peters. G.F. (2006). Earnings Management, Litigation Risk,
and Asymmetric Audit Fee Responses. Auditing: A Journal of Practice and
Theory, (25), 85-98.
Alchian, Armen A., and Harold Demsetz. (1972). Production, Information Costs, and
Economic Organization. American Economic Review 62 (5): 777–795.
Blau, Judith R. (1984). Architects and Firms: A Sociological Perspective on
Architectural Practice. Cambridge: MIT Press.
Demsetz, Harold. (1983). The structure of Ownership and The Theory of the Firm.
Journal of Law and Economics, 26 (2): 375–390.
Fama, Eugene F., and Michael C. Jensen. (1983a). Agency Problems and Residual
Claims. Journal of Law and Economics, 26 (2): 327–349.
Fama, Eugene F., and Michael C. Jensen. (1983b). Separation of Ownership and
Control. Journal of Law and Economics, 26 (2): 301–325.
Greenwood, Royston, and Laura Empson. (2003). The Professional Partnership: Relic
or Exemplary Form of Governance? Organization Studies, 24 (6): 909–933.
Gu, Junjian; Hu, Dan. (2015). Audit Fees, Earnings management, and Litigation Risk:
Evidence from Japanese Firm Cross-Listed on U.S. Market. Academy of
Accounting and Financial Studies Journal, 19 (3): 125-139.

153

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017
Guenther, D.A., Maydew, E. L., Nutter, S. E. (1997). Financial Reporting, Tax Costs,
and Book-Tax Conformity. Journal of Accounting & Economics, 23: 225-48.
Gujarati N. Damodar.(2010). Essentials of Econometrics 4rd Edition. McGraw Hill
Higher Education.
Hair, Joseph F; Black, William C.; Anderson, Rolph E.; Babin, Barry J., (2014).
Multivariate Data Analysis. 7th Edition. Publish Harlow, Essex: Pearson.
Healy, P.M. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of
Accounting & Economics, 7: 85-107.
Holthausen, R.W., Larcker, D.F., Sloan, R.G. (1995). Annual Bonus Schemes and The
Manipulation of Earnings. Journal of Accounting & Economics, 19: 29-74.
Houston, R.W., Peters, M.F, & Pratt, J.H. (1999). The Audit Risk Model, Business
Risk, and Audit Planning Decisions. The Accounting Review, 74 (7): 281-298.
Jensen, M.C., Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3:
305-60.
Kellogg, R.L. (1984). Accounting Activities, Security Prices, and Class Action
Lawsuits. Journal of Accounting & Economics, 6: 185-204.
Liu, Zhefeng and Fayez A. Elayan. (2013). Litigation Risk, Information Asymmetry
and Conditional Conservatism. Springer Science, Business Media New York.
Mehran, Hamid, and Rene´ Stulz. (2007). The Economics of Conflicts of Interest in
Financial Institutions. Journal of Financial Economics, 85 (2): 267–296.
Qiang, Xinrong. (2004). Accounting Conservatism Among Firms: Cross-Sectional Test
of The Litigation and Contracting Cost Hypotheses. Copyright 2004 by
ProQuest Information and Learning Company.
Rogers, J., A. Van Buskirk, and S. Zechman. (2011). Disclosure Tone and Shareholder
Litigation. The Accounting Review, 86: 2155-2183.
Romano, R. (1991). The Shareholder Suit: Litigation without Foundation? Journal of
Law, Economics, & Organization: 55-87.
Safdar, I. (2003). Stock Option Exercise, Earnings Management, and Abnormal Stock
Returns. Working Paper, University of Rochester.
Scott R. William. (2014). Financial Accounting Theory 7th Edition. Pearson Canada.
Seetharaman, A., Gul, F. A., & Lynn, S. G. (2002). Litigation Risk and Audit Fees:
Evidence from UK Firms Cross-Listed on U.S. Markets. Journal of Accounting
and Economics, 33 (1): 91–115.
Watts, R.L. (2003). Conservatism in Accounting. Part I: Explanations and Implications.
Accounting Horizons, 17 (3): 207-221.

154

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi

LAMPIRAN
UJI NORMALITAS
14

Series: Residuals
Sample 1 156
Observations 156

12
10
8
6
4
2

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

-4.98e-17
-0.009976
1.890273
-1.647601
0.781819
0.313217
2.770832

Jarque-Bera
Probability

2.892086
0.235500

0
-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

UJI HETEROSKEDASTISITAS
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

0.833315
1.680999
1.431688

Prob. F(2,153)
Prob. Chi-Square(2)
Prob. Chi-Square(2)

0.4366
0.4315
0.4888

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 10/28/17 Time: 12:44
Sample: 1 156
Included observations: 156
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
ACCRUALS
MGROWN

0.625242
0.084409
-0.011044

0.080790
0.236918
0.008707

7.739050
0.356281
-1.268417

0.0000
0.7221
0.2066

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.010776
-0.002155
0.811657
100.7944
-187.2861
0.833315
0.436569

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

0.607323
0.810784
2.439565
2.498216
2.463387
1.463434

UJI MULTIKOLINEARITAS
LITIGA ACCRUALS MGROWN

155

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017

LITIGA
1.000000 0.165934
ACCRUALS 0.165934 1.000000
MGROWN 0.164315 0.092239

0.164315
0.092239
1.000000

UJI AUTOKORELASI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared

0.821527
1.679188

Prob. F(2,151)
Prob. Chi-Square(2)

0.4417
0.4319

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 10/28/17 Time: 12:44
Sample: 1 156
Included observations: 156
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
ACCRUALS
MGROWN
RESID(-1)
RESID(-2)

0.005546
-0.027215
-7.04E-05
-0.066210
-0.084709

0.078785
0.230962
0.008652
0.082717
0.081961

0.070390
-0.117834
-0.008142
-0.800435
-1.033535

0.9440
0.9064
0.9935
0.4247
0.3030

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

156

0.010764
-0.015441
0.787832
93.72258
-181.6121
0.410763
0.800691

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

-4.98E-17
0.781819
2.392463
2.490215
2.432165
1.989278

Pengaruh Akrual dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Risiko Litigasi
UJI MODEL
Dependent Variable: LITIGA
Method: Least Squares
Date: 10/28/17 Time: 12:49
Sample: 1 156
Included observations: 156
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
ACCRUALS
MGROWN

-0.216662
0.441379
0.016031

0.078327
0.229695
0.008442

-2.766110
1.921590
1.899049

0.0064
0.0565
0.0594

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.049928
0.037509
0.786913
94.74239
-182.4562
4.020248
0.019877

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

-0.088910
0.802099
2.377644
2.436295
2.401466
2.104482

157

Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 17 No. 2 September 2017

158

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26