RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MEMPAWAH Nunik Fauziah, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email : fauziahnunik3yahoo.com Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan relasi se

RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU
DIALEK MEMPAWAH
Nunik Fauziah, Sisilya Saman, Agus Syahrani
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email : fauziahnunik3@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan relasi semantik kata dalam bahasa
Melayu dialek Mempawah di 2 kecamatan yang ada di Kabupaten Mempawah.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan relasi semantik kata sinonim, antonim,
homonim, hiponim, dan polisemi dalam BMDM. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan bentuk penelitian kualitatif.
Relasi semantik kata pada penelitian ini yakni terdapat lima puluh empat pasang
sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi empat jenis sinonim, yaitu
sinonim total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total tetapi
tidak komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat tiga puluh
empat pasang antonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi lima jenis
antonim, yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim
hierarkial, dan antonim majemuk, sebelas homonim, delapan hiponim, dan enam
belas polisemi.
Kata kunci: relasi, semantik, dan kata.
Abstract: This research describes the semantic relation in the Malay Language of
Mempawah Dialect in two subdistricts in Mempawah Regency. This research

aims to describe the semantic relation of synonyms, antonyms, homonyms,
hyponym, and polysemy in the MLMD. The method used in this research is
descriptive research method and in the form of qualitative research. Semantic
relation in this study resulted in There are fifty-four pairs of synonyms in this
research which are divided into four types of synonyms, i.e. synonyms that are
total and complete, synonyms that are not total but complete, synonyms that are
total but not complete, and synonyms that are not total and complete. There are
thirty-four pairs of antonyms in this research which are divided into five types of
antonyms, i.e. absolute antonyms, relational antonyms, polar antonyms,
hierarchical antonyms and compound antonyms, eleven homonyms, eight
hyponyms and sixteen polysemies.
Keywords: relation, semantics, and word

1

Kajian linguistik khususnya dalam bidang semantik terdapat relasi semantik
atau relasi makna. Relasi semantik merupakan hubungan suatu makna antara
suatu kata dengan kata lainnya. Relasi semantik tentunya memiliki hubungan
dengan bahasa, seperti yang terdapat pada bahasa daerah.
Indonesia memiliki warisan bahasa daerah yang dimiliki oleh setiap suku

mulai Sabang sampai Marauke. Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang
dituturkan di suatu wilayah dan memiliki ciri khas. Bahasa daerah berfungsi bagi
masyarakat di suatu wilayah tertentu dalam berkomunikasi sehari-hari, sebagai
ciri khas suatu daerah, dan sebagai alat pengembangan serta pendukung
kebudayaan suatu daerah.
Bahasa daerah yang ada di Indonesia beraneka ragam, seperti bahasa
Melayu, bahasa Dayak, bahasa Jawa, dan sebagainya. Bahasa Melayu khususnya
tidak hanya ada satu, tetapi terbagi menjadi berbagai macam bahasa Melayu. Satu
di antaranya ada Bahasa Melayu Dialek Mempawah (BMDM). BMDM
merupakan ragam bahasa Melayu yang ada di Kalimantan Barat yang berada di
Kabupaten Mempawah. BMDM adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat
Suku Melayu di Mempawah, bahkan Suku Dayak dan suku lainnya yang ada di
Kabupaten Mempawah dalam berkomunikasi.
BMDM yang memiliki peran penting dalam berkomunikasi sehari-hari tentu
menemui kendala di era globalisasi khususnya bagi generasi muda. Karena,
sekarang banyak generasi muda yang lebih menyukai menggunakan bahasa asing
dan bahasa gaul yang disisipkan dalam bahasa daerah saat berkomunikasi kepada
masyarakat. Faktor penyebabnya karena generasi muda merasa bagus saat
menggunakan bahasa asing maupun bahasa gaul. Faktor penyebab lainnya adalah
orang tua yang mengajarkan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa untuk berkomunikasi dalam keluarga sehingga membuat BMDM
akan memudar seiring berjalannya waktu yang akan berpengaruh dalam
berkomunikasi pada masyarakat pemakai BMDM. Banyaknya tempat les
keterampilan berbahasa asing di era globalisasi ini pun membuat memudarnya
kecintaan generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah yang ada. Beberapa
faktor tersebut akan membuat lenyapnya keeksistensian bahasa daerah. Bahasa
daerah tidak dapat dikatakan hanyalah sebuah bahasa untuk berkomunikasi antara
sesama masyarakat tetapi bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang
beragam di setiap daerah di Indonesia yang harus selalu dijaga dan dilestarikan
dari generasi ke generasi berikutnya agar bahasa daerah tidak akan punah tanpa
disadari.
Penelitian bahasa Melayu dialek Mempawah ini difokuskan pada relasi
semantik kata. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari
hubungan antara tanda-tanda dengan objek-objek yang ditandainya atau mengacu
pada studi tentang makna. Dalam bidang semantik terdapat subbidang tentang
relasi makna. Relasi semantik merupakan hubungan kebermaknaan antara sebuah
kata dengan kata lainnya antara lain sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan
polisemi. Adapun contohnya sebagai berikut.
1) Sinonim (persamaan makna)
Kata [kame] bersinonim dengan kata [say] yang artinya “saya”

Kata [tilam] bersinonim dengan kata [kaso฀] yang artinya “kasur”

2

2) Antonim (lawan makna)
Kata [giget] >< [kulom] artinya artinya “gigit” >< “kulum”
Kata [kci] >< [bsa] artinya artinya “kecil” >< “besar”
3) Homonim (kelainan makna)
[paku] artinya tanaman sayur.
[paku] artinya benda bulat panjang dari logam besi yang berkepala dan
berujung runcing
4) Hiponim (ketercakupan makna)
[binata฀] (binatang) berhiponim dengan kata [tikos] (tikus), [bo฀o฀ pipt]
(burung pipit), [ke฀a] (kera), [si฀e] (singa), [buaya] (buaya) dan [kud]
(kuda).
5) Polisemi (kegandaan makna)
Kata [mat] (mata) memiliki beberapa makna antara lain:
[kaki] artinya anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan
(dari pangkal paha ke bawah).
[kaki lima] artinya toko yang terdapat di pinggir jalan.

[kaki ta฀an] artinya orang yang diperalat orang lain untuk membantu.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti dalam penelitian ini
mendeskripsikan relasi semantik kata antara lain sinonim, antonim, homonim,
hiponim, dan polisemi berdasarkan kelas kata. Sinonim dalam BMDM yang
difokuskan dalam pendeskripsian pasangan sinonim antara lain verba, adjektiva,
nomina, dan numeralia. Antonim dalam BMDM yang difokuskan dalam
pendeskripsian pasangan antonim antara lain verba, adjektiva, nomina, dan
numeralia. Homonim dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian
pasangan homonim antara lain verba, adjektiva, dan nomina. Hiponim dalam
BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan hiponim berupa nomina.
Polisemi dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan
polisemi antara lain verba, adjektiva, nomina, dan numeralia.
Subroto (2011:59) mengatakan bahwa “Relasi makna adalah satuan-satuan
leksem dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal makna. Relasi makna
antarleksem di dalam sebuah bahasa juga bersifat internal bahasa”. Relasi
semantik adalah hubungan antara makna sebuah kata dengan makna kata yang
lainnya dalam suatu bahasa yang meliputi sinonim, antonim, homonim, hiponim,
dan polisemi (Chaer, 2013:83).
Tarigan (2009: 14) mengatakan bahwa kata sinonim terdiri atas sin (“sama”
atau “serupa”) dan akar kata onim “nama” yang bermakna “sebuah kata yang

dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan
makna umum”. Dengan kata lain, sinonim adalah kata-kata yang mengandung
makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa, atau secara singkat
sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda
dalam konotasi.
Chaer (2013:88) mengatakan bahwa “Kata antonim berasal dari kata Yunani
Kuno, yaitu anoma yang artinya “nama” dan anti yang artinya “melawan”. Maka
secara harfiah antonim berarti “nama lain untuk benda lain pula”. Antonim terbagi
berdasarkan sifatnya sebagai berikut.
a. Oposisi Mutlak

3

Terdapat pertentangan makna secara mutlak (Chaer, 2013:90). Makna
secara mutlak maksudnya adalah makna dari suatu kata sudah pasti dan tidak
dapat diubah dengan kata lain untuk menggantikan maknanya. Seperti antara kata
hidup dan mati. Antara kata hidup dan mati terdapat batas yang mutlak karena
sesuatu yang hidup tentu tidak (belum) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu
sudah tidak hidup lagi.
b. Oposisi Kutub

Makna kata-kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangan tidak
bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi (Chaer, 2013:91). Artinya terdapat
tingkat- tingkat makna pada kata- kata tersebut, misalnya kata kurus dan gendut.
Orang yang tidak kurus belum tentu merasa gendut, dan begitu juga orang yang
tidak gendut belum tentu merasa kurus. Jadi, kata-kata yang beroposisi kutub
bersifat tidak mutlak.
c. Oposisi Hubungan
Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling
melengkapi yang berarti bahwa adanya kata yang satu karena ada kata yang lain
yang menjadi oposisinya (Chaer, 2013:92). Tanpa ada keduanya maka oposisi ini
tidak ada. Umpamanya, kata mengirim beroposisi dengan kata menerima. Kata
mengirim dan menerima walaupun maknanya berlawanan, tetapi proses secara
bersamaan. Sehingga dapat dikatakan tidak ada proses mengirim jika tidak ada
proses menerima.
d. Oposisi Hierarkial
Makna kata- kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret
jenjang tingkatan (Chaer, 2013:93). Menurut Keraf (2010:41) “Oposisi hirarkis
adalah oposisi yang terjadi karena tiap istilahnya menduduki derajat yang
berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan oposisi majemuk, namun terdapat
suatu kriteria tambahan yaitu tingkat”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat

disimpulkan bahwa oposisi hiererkial adalah oposisi yang memiliki tingkatan
antara satu kata dengan kata lainnya yang berupa nama satuan ukuran (berat,
panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang
kepangkatan, dan sebagainya. Contoh kata komandan dan pasukan adalah dua
buah kata yang beroposisi secara hierarkial karena berada dalam deretan nama
jenjang kepangkatan..
e. Oposisi Majemuk
Perbendaharaan kata bahasa Indonesia, terdapat kata-kata yang beroposisi
terhadap lebih dari sebuah kata, misalnya kata berdiri bisa beroposisi dengan kata
berbaring, dengan kata tiarap, dengan kata berjongkok (Chaer, 2013:93). Menurut
Keraf (2010:41) mengatakan bahwa “Oposisi majemuk adalah oposisi yang
mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Oposisi ini bertalian
terutama dengan hiponim-hiponim dalam sebuah kelas: logam, species binatang,
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, warna dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat
beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa oposisi majemuk adalah terdapat
penegasan terhadap suatu anggota yang akan mencakup penegasan mengenai
kemungkinan dari semua anggota yang lain. Contoh, kata untung beroposisi
dengan rugi dan bangkrut.

4


Verhaar (dalam Pateda 2010:211) mengatakan bahwa “Homonimi adalah
ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu
ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna di antara kedua ungkapan
tersebut”.
Djajasudarma (2012:48) mengatakan bahwa “Hiponim adalah hubungan
makna yang mengandung pengertian hierarki”.
Parera (2004:81) mengatakan bahwa “Polisemi adalah satu ujaran dalam
bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan
dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut. Misalnya, kata “kepala”
dapat bermakna “kepala manusia, kepala jawatan, dan kepala sarung”.
METODE
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Mempawah. Kabupaten
Mempawah merupakan kabupaten yang terdapat di Kalimantan Barat. Kabupaten
Mempawah memiliki luas wilayah yaitu 1,276,90 km2. Kabupaten Mempawah
memiliki 9 kecamatan yaitu Kecamatan Siantan, Segedong, Sungai Pinyuh,
Anjongan, Mempawah Hilir, Mempawah Timur, Sungai Kunyit, Toho, dan
Sadaniang. Namun, dalam penelitian ini peneliti memilih dua kecamatan yaitu
Kecamatan Mempawah Hilir dan Kecamatan Mempawah Timur. Mengingat
begitu banyak desa yang terdapat di Kabupaten Mempawah yaitu terdapat 60

desa. Peneliti memfokuskan pada Desa Tengah, Desa Tanjung, dan Desa Pulau
Pedalaman.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan unutk
menggambarkan dan merincikan fakta yang ada secara apa adanya tanpa
mengurangi maupun melebih-lebihkan. Penelitian menggunakan metode ini
bertujuan untuk menggambarkan dan memberikan fakta yang ada mengenai relasi
semantik kata bahasa Melayu dialek Mempawah di Kabupaten Mempawah.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud unutk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan
dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2010:6).
Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung relasi
semantik dalam BMDM di Kabupaten Mempawah yang digunakan masyarakat
Melayu yang bertempat tinggal di Desa Tengah, Desa Tanjung, dan Desa
Pedalaman di Kabupaten Mempawah. Adapun kriteria informan yang dijadikan
sumber data dalam penelitian ini yaitu berjenis kelamin pria atau wanita, berusia
antara 35-65 tahun (tidak pikun), bersuku Melayu, penduduk asli desa tersebut,

sehat jasmani dan rohani, dan tidak cacat alat ucap.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
teknik cakap semuka, teknik pancing, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik
cakap semuka yaitu peneliti mendatangi lokasi penelitian dan melakukan
percakapan dengan informan. Teknik pancing yaitu peneliti akan melakukan
stimulasi berupa pertanyaan kepada informan. Teknik rekam yaitu peneliti akan

5

merekam informan ketika bertutur dalam hal ini yang berhubungan dengan relasi
semantik kata bahasa Melayu dialek Mempawah. Teknik catat yaitu peneliti akan
mencatat tuturan informan yang berhubungan dengan relasi semantik kata bahasa
Melayu dialek Mempawah.
Peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian akan menggunakan alat
pengumpul data yaitu buku catatan, daftar pertanyaan, daftar gambar, dan alat
perekam seperti tape recorder. Pada teknik analisis data yang dilakukan peneliti
yaitu mentranskripsikan data, menterjemahkan data, mengklasifikasikan data,
menganalisis data (berdasarkan relasi semantik yang antara lain sinonim, antonim,
homonim, hiponim, dan polisemi), dan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilakukan di desa Tengah, desa Tanjung, dan desa Pulau
Pedalaman, Kabupaten Mempawah. Dalam penelitian ini diwawancarai 6
informan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, nelayan, dan petani.
Penelitian ini berhasil mengumpulkan 123 pasang kata antara lain 54 pasang
sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi 4 jenis sinonim, yaitu sinonim
total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total tetapi tidak
komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat 34 pasang antonim
dalam penelitian ini yang dibagi menjadi 5 jenis antonim, yaitu antonim mutlak,
antonim hubungan, antonim kutub, antonim hierarkial, dan antonim majemuk, 11
homonim, 8 hiponim, dan 16 polisemi.
Pembahasan
Keseluruhan data yang diperoleh peneliti, dianalisis berdasarkan relasi
semantik yaitu sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Pada analisis
sinonim terdapat 4 jenis sinonim yaitu sinonim total dan komplet, sinonim total
tetapi tidak komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, dan sinonim tidak total
dan tidak komplet berdasarkan verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Antonim
terdapat 5 jenis antonim yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub,
antonim hierarkial, dan antonim majemuk berdasarkan verba, adjektiva, nomina,
dan numeralia. Homonim berdasarkan verba, adjektiva, dan nomina. Hiponim
berdasarkan nomina. Polisemi berdasarkan verba, adjektiva, nomina, dan
numeralia. Selanjutnya akan dipaparkan hasil analisis relasi semanti kata dalam
bahasa Melayu dialek Mempawah di Kabupaten Mempawah. Adapun
penjabarannya sebagai berikut.
1. Sinonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah
Analisis sinonim dalam penelitian ini ada empat jenis. Keempat jenis
sinonim BMDM dipaparkan sebagai berikut.
1.1 Sinonim Total dan Komplet
Sinonim total dan komplet adalah sinonim yang kata-katanya dapat saling
bertukar dalam konteks dan memiliki makna kognitif dan emotif yang sama.
Sinonim total dan komplet yang dianalisis, yaitu verba, adjektiva, nomina, dan
numeralia.

6

1.1.1 Sinonim Total dan Komplet Verba
Pada sinonim total dan komplet verba terdapat enam pasang kata antara lain
[minom] dan [tgo] [a฀os] dan [฀to฀], [jawa] dan [฀aloy], [posoh] dan
[s฀eh], [jmo฀] dan [ddai],dan [฀฀ek] dan [฀goso], [nubi]. Berikut ini
penjelasan tentang sinonim total dan komplet verba pada kata [a฀os] dan [฀to฀].
1) Kata [a฀os] dan [฀to฀]
Kata [a฀os] maknanya ‘hangus’ dan kata [฀to฀] maknanya juga ‘hangus’.
Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna
kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.1.2 Sinonim Total dan Komplet Adjektiva
Pada sinonim total dan komplet adjektiva terdapat tujuh pasang kata antara
lain [seke] dan [masin], [kdkot], [gil] dan [pni฀], [li฀au], [lteh] dan
[lmah], [฀akos] dan [sla], [tama], [฀lohom], [takot] dan [฀฀i], [g฀un],
[gmo] dan [gdmpo฀], [gndut], dan [k฀del] dan [ktu]
[kendet], [pnde]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total dan komplet
adjektiva pada kata [seke] dan [masin], [kdkot].
1) Kata [seke] dan [masin], [kdkot]
Kata [seke] maknanya ‘pelit’ dan kata [masin] maknanya juga ‘pelit’ serta
kata [kdkot] maknanya juga ‘pelit’. Ketiga kata tersebut dapat bertukar pada
semua konteks dan memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.1.3 Sinonim Total dan Komplet Nomina
Pada sinonim total dan komplet nomina terdapat dua puluh empat pasang
kata antara lain [nanti] dan [ka฀a฀], [list฀e] dan [anem], [jmbatan] dan
[g฀ta], [slimot] dan [gba฀], [ploh] dan [k฀i฀at], [ktombe] dan
[klmumo฀], [clan] dan [slua฀], [speda] dan [le฀e฀], [pi฀e฀] dan
[pi฀gan], [tlo฀an] dan [ti฀kap], [buloh] dan [bambu], [ku฀o฀an] dan [฀ban],
[juadah] dan [tambol], [puace฀], [jamo฀] dan [kulat], [cento฀] dan [timba],
[gayo฀], [sendo] dan [sudu], [p฀pel] dan [slaba฀], [ho฀den] dan [tabe฀],
[ti฀ai], [seki฀am], [pnsil] dan [ptlot], [j฀igen] dan [ken], [ppaya] dan
[bte], [koboan], dan [cembokan], [tembokan], [฀i฀u] dan [pnampi],
[beskom] dan [sa฀gan]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total dan komplet
nomina pada kata [slimot] dan [gba฀].
1) Kata [slimot] dan [gba฀]
Kata [slimot] maknanya ‘selimut’, kata [gba฀] maknanya juga ‘selimut’.
Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna
kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.1.4 Sinonim Total dan Komplet Numeralia
Pada sinonim total dan komplet numeralia terdapat dua pasang kata antara
lain [smu] dan [slu฀oh], [sgal] dan [st฀ah] dan [sparoh]. Berikut ini
penjelasan tentang sinonim total dan komplet numeralia pada kata [st฀ah] dan
[sparoh].
1) Kata [st฀ah] dan [sparoh]
Kata [st฀ah] maknanya ‘setengah’, kata [sparoh] maknanya juga
‘setengah’. Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki
makna kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.2 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet

7

Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba, adjektiva,
dan nomina.
1.2.1 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Verba
Pada sinonim total tetapi tidak komplet verba terdapat dua pasang kata
antara lain [abes] dan [psai], [฀anap], dan [tamba฀] dan [bi฀al]. Berikut ini
penjelasan tentang sinonim total tetapi tidak komplet verba pada kata [tamba฀]
dan [bi฀al].
1) Kata [tamba฀] dan [bi฀al]
Kata [tamba฀] dan kata [bi฀al] sama-sama menyatakan makna
‘membangkang’ dan dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua
kata-kata tersebut tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata
[tamba฀] terasa lebih halus dan digunakan sehari-hari, sedangkan kata [bi฀al]
terasa lebih kasar dan biasanya juga digunakan untuk menyindir.
1.2.2 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Adjektiva
Pada sinonim total tetapi tidak komplet verba terdapat tiga pasang kata antara
lain [tuli] dan [pka], [฀osa] dan [pke฀], dan [pusi฀] dan [mdam],
[pni฀]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total tetapi tidak komplet
adjektiva pada kata [฀osa] dan [pke฀].
1) Kata [฀osa] dan [pke฀]
Kata [฀osa] dan kata [pke฀] sama-sama menyatakan makna ‘rusak’ dan
dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua kata-kata tersebut
tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata [฀osa] terasa
lebih halus dan digunakan sehari-hari, sedangkan kata [pke฀] terasa lebih kasar
dan biasanya juga digunakan untuk menyindir.
1.2.3 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Nomina
Pada sinonim total tetapi tidak komplet nomina terdapat satu pasang kata
antara lain [klpe] dan [kcoa]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total
tetapi tidak komplet nomina pada kata [klpe] dan [kcoa].
1) Kata [klpe] dan [kcoa]
Kata [klpe] dan kata [kcoa] sama-sama menyatakan makna ‘kecoa’
dan dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua kata-kata tersebut
tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata [klpe] terasa
lebih kasar, sedangkan kata [kcoa] terasa lebih halus.
1.3 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet
Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba, adjektiva, dan
nomina.
1.3.1 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Verba
Pada sinonim tidak total tetapi komplet verba terdapat satu pasang kata antara
lain [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim
tidak total tetapi komplet verba pada kata [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu].
1) Kata [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu]
Kata [tsando฀], kata [t฀anto], dan kata [t฀udu] sama-sama menyatakan
makna ‘tersandung’ artinya ketiga kata tersebut memiliki makna kognitif dan nilai
emotif yang sama, tetapi ketiga kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua
konteks kalimat karena kata [tsando฀], kata [t฀anto] dan kata [t฀udu]

8

memiliki kegunaan khusus. Kata [tsando฀] digunakan untuk menyatakan ‘kaki
yang tersandung benda keras seperti batu, kayu, dan sebagainya’, kata [t฀anto]
digunakan untuk menyatakan ‘kepala yang tersandung benda keras’ sedangkan
kata [t฀udu] digunakan untuk menyatakan ‘badan yang tersandung benda keras’.
Jadi, kata [tsando฀], kata [t฀anto], dan kata [t฀udu] tidak dapat ditukar,
walaupun makna kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.3.2 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Adjektiva
Pada sinonim tidak total tetapi komplet adjektiva terdapat dua pasang kata
antara lain [se฀et] dan [me฀e฀], dan [jangko฀] dan [mlajo฀]. Berikut ini
penjelasan tentang sinonim tidak total tetapi komplet adjktiva pada kata [se฀et]
dan [me฀e฀].
1) Kata [se฀et] dan [me฀e฀]
Kata [s฀t] dan kata [m฀฀] sama-sama menyatakan makna ‘miring’
artinya kedua kata tersebut memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama,
tetapi kedua kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua konteks kalimat
karena kata [s฀t] dan kata [m฀฀] memiliki kegunaan khusus. Kata [s฀t]
digunakan untuk menyatakan ‘benda yang terbang miring’, sedangkan kata
[m฀฀] digunakan untuk menyatakan ‘benda dengan posisi miring’. Jadi, kata
[s฀t] dan kata [m฀฀] tidak dapat ditukar, walaupun makna kognitif dan nilai
emotif yang sama.
1.3.3 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Nomina
Pada sinonim tidak total tetapi komplet nomina terdapat dua pasang kata
antara lain [pupo฀] dan [bda], dan [sa฀gol] dan [sipot]. Berikut ini penjelasan
tentang sinonim tidak total tetapi komplet nomina pada kata [sa฀gol] dan [sipot].
1) Kata [sa฀gol] dan [sipot]
Kata [sa฀gol] dan kata [sipot] sama-sama menyatakan makna ‘sanggul’
artinya kedua kata tersebut memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama,
tetapi kedua kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua konteks kalimat
karena kata [sa฀gol] dan kata sipot] memiliki kegunaan khusus. Kata [sa฀gol]
digunakan untuk menyatakan ‘ukuran gulungan rambut yang besar dan digunakan
untuk acara khusus’, sedangkan kata [sipot] digunakan untuk menyatakan ‘ukuran
gulungan rambut yang kecil’. Jadi, kata [sa฀gol] dan kata [sipot] tidak dapat
ditukar, walaupun makna kognitif dan nilai emotif yang sama.
1.4 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet
Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba dan nomina.
1.4.1 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet Verba
Pada sinonim tidak total dan tidak komplet verba terdapat satu pasang kata
yaitu [bkumpol] dan [bkrumon], [bk฀omo]. Berikut ini penjelasan
tentang sinonim tidak total dan tidak komplet verba pada kata [bkumpol] dan
[bkrumon], [bk฀omo].
1) Kata [bkumpol] dan [bkrumon], [bk฀omo]
Kata [bkumpol], kata [bkrumon] dan [bk฀omo] memiliki makna
kognitif dan nilai emotif yang berbeda. Kata [bkrumon] dan [bk฀omo] nilai
rasanya lebih kasar daripada kata [bekumpol]. Ketiga kata tersebut tidak dapat
ditukarkan pada semua konteks kalimat karena kata [bkumpol] maknanya
‘berkumpul untuk melaksanakan suatu kegiatan’, kata [bkrumon] maknanya

9

‘berkumpul secara berdesakkan’, sedangkan kata [bk฀omo] digunakan untuk
menyatakan ’binatang yang berkumpul’. Jadi, kata [bkumpol], kata [bkrumon]
dan [bk฀omo] tidak dapat ditukar dan tidak memiliki makna kognitif dan nilai
emotif yang sama.
1.4.2 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet Nomina
Pada sinonim tidak total dan tidak komplet nomina terdapat dua pasang kata
yaitu [katel] dan [฀osba฀], dan [ayonan] dan [toja฀]. Berikut ini penjelasan
tentang sinonim tidak total dan tidak komplet nomina pada kata [ayonan] dan
[toja฀].
1) Kata [ayonan] dan [toja฀]
Kata [ayonan] dan kata [toja฀] memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang
berbeda. kata [ayonan] nilai rasanya berbeda dengan kata [toja฀] dan kedua kata
tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua kalimat. Kata [ayonan] maknanya
‘ayunan yang dapat terbuat dari kayu, rotan, dan kain’, sedangkan kata [toja฀]
maknanya ‘ayunan yang terbuat dari kain yang digunakan untuk menindurkan
bayi’. Jadi, kata [ayonan] dan kata [toja฀] tidak dapat ditukar dan tidak memiliki
makna kognitif dan nilai emotif yang sama.
2. Antonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah
Lima jenis antonim, yaitu 1) antonim mutlak, 2) antonim hubungan, 3)
antonim kutub, 4) antonim hierarkial, dan 5) antonim majemuk. Kelima jenis
antonim itu akan dianalisis sesuai dengan data yang diperoleh dalam BBDM.
Analisis antonim juga dipilah berdasarkan kelas kata, yaitu verba, adjektiva,
nomina, dan numeralia.
2.1 Antonim Mutlak
Antonim mutlak adalah kedua kata yang memiliki makna yang saling
berlawanan. Penyangkalan terhadap kata yang satu berarti penegasan terhadap
kata yang lain, penegasan terhadap kata yang satu berarti penyangkalan terhadap
kata yang lain. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung
antonim mutlak, yaitu verba, adjektiva, dan nomina.
2.1.1 Antonim Mutlak Verba
Pada antonim mutlak verba terdapat tujuh pasang kata antara lain [tido]
dan [ba฀on], [฀aja฀] dan [blaja฀], [klua฀] dan [maso], [nae] dan [tu฀on],
[idop] dan [mni฀gal], [dudo] dan [bdi฀i] , dan [go฀฀] dan [฀bos]. Berikut
ini penjelasan tentang antonim mutlak verba pada kata [tido] dan [ba฀on].
1) Kata [tido] >< kata [ba฀on]
Kata [tido] ‘tidur’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [ba฀on]
‘bangun’ dalam BMDM. Kata [tido] hanya berantonim dengan kata [ba฀on].
Penyangkalan terhadap kata [tido] merupakan penegasan terhadap kata [ba฀on]
dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [ba฀on] merupakan penegasan
terhadap kata [tido]. Ketika tidur pasti tidak bangun, sedangkan ketika bangun
pasti tidak tidur.
2.1.1 Antonim Mutlak Adjektiva
Pada antonim mutlak adjektiva terdapat delapan pasang kata antara lain
[b฀ani] dan [takot], [wa฀i] dan [busu], [kcew] dan [ba฀g], [ba฀u] dan
[lama], [gil] dan [wa฀as], [pnoh] dan [koso฀], [tu] dan [mud], dan

10

[bo฀ko] dan [tgap]. Berikut ini penjelasan tentang antonim adjektiva pada kata
[ba฀u] dan [lama].
1) Kata [ba฀u] >< kata [lama]
Kata [ba฀u] ‘baru’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [lama] ‘lama’
dalam BMDM. Kata [ba฀u] hanya berantonim dengan kata [lama].
Penyangkalan terhadap kata [ba฀u] merupakan penegasan terhadap kata [lama]
dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [lama] merupakan penegasan
terhadap kata [ba฀u]. Sesuatu yang baru pasti tidak lama, sedangkan sesuatu yang
lama pasti tidak baru.
2.1.1 Antonim Mutlak Nomina
Pada antonim mutlak nomina terdapat enam pasang kata antara lain [timo฀]
dan [ba฀at], [gul] dan [ga฀am], [ko฀si] dan [mej], [buah] dan [sayo], [puteh]
dan [itam], dan [kot] dan [ds]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak
nomina pada kata [timo฀] dan [ba฀at].
1) Kata [timo฀] >< kata [ba฀at]
Kata [timo฀] ‘timur’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [ba฀at]
‘barat’ dalam BMDM. Kata [timo฀] hanya berantonim dengan kata [ba฀at].
Penyangkalan terhadap kata [timo฀] merupakan penegasan terhadap kata [ba฀at]
dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [ba฀at] merupakan penegasan
terhadap kata [timo฀]. Mata angin yang arahnya timur pasti tidak barat, sedangkan
mata angin yang arahnya barat pasti tidak timur.
2.2 Antonim Hubungan
Antonim hubungan adalah kedua kata saling berlawanan tetapi memiliki
hubungan yang bersifat saling melengkapi yang berarti adanya kata yang satu
disebabkan ada kata yang lain yang menjadi posisinya. Analisis antonim
berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim hubungan, yaitu verba dan
nomina.
2.2.1 Antonim Hubungan Verba
Pada antonim hubungan verba terdapat lima pasang kata antara lain [฀asi]
dan [n฀ima], [bale] dan [pgi], [ta฀] dan [ulo฀], [฀uci] dan [jmo฀], dan
[฀apo฀] dan [t฀glam]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak nomina
pada kata [ta฀] dan [ulo฀]
1) Kata [ta฀e] >< kata [ulo฀]
Kata [ta฀e] ‘tarik’ dan [ulo฀] ‘ulur’ merupakan kata-kata yang mengandung
antonim hubungan. Kata [ta฀e] memiliki relasi yang bertentangan dengan kata
[ulo฀], walaupun kedua kata tersebut merupakan kata-kata yang saling
bertentangan, tetapi keduanya saling berhubungan dan melengkapi. Dikatakan
[ta฀e] karena telah [ulo฀], jika tidak [ulo฀] maka tidak bisa dikatakan [ta฀e].
Begitu juga sebaliknya, dikatakan [ulo฀] karena telah [ta฀e], jika tidak [ta฀e]
maka tidak bisa dikatakan [ulo฀]. Seandainya disebutkan kata [ta฀e] maka kata
[ulo฀] yang paling tepat untuk melengkapinya.
2.2.2 Antonim Hubungan Nomina
Pada antonim hubungan nomina terdapat tiga pasang kata antara lain
[ma] dan [bapa], [dolo] dan [ska฀a฀], dan [nene] dan [dato]. Berikut ini
penjelasan tentang antonim mutlak nomina pada kata [ma] dan [bapa].
1) Kata [ma] >< kata [bapa]

11

Kata [ma] ‘ibu’ dan [bapa] ‘bapak’ merupakan kata-kata yang
mengandung antonim hubungan. Kata [ma] memiliki relasi yang bertentangan
dengan kata [bapa], walaupun kedua kata tersebut merupakan kata-kata yang
saling bertentangan, tetapi keduanya saling berhubungan dan melengkapi.
Dikatakan [ma] karena telah [bapa], jika tidak [bapa] maka tidak bisa
dikatakan [ma]. Begitu juga sebaliknya, dikatakan [bapa] karena telah [ema],
jika tidak [ema] maka tidak bisa dikatakan [bapa]. Seandainya disebutkan kata
[ma] maka kata [bapa] yang paling tepat untuk melengkapinya.
2.3 Antonim Kutub
Antonim hubungan adalah kedua kata yang bertentangan memiliki tingkatantingkatan pada maknanya. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang
mengandung antonim kutub, yaitu adjektiva.
2.3.1 Antonim Kutub Adjektiva
Pada antonim kutub adjektiva terdapat tiga pasang kata antara lain [koto฀]
dan [b฀seh], [kci] dan [bsa], dan [ba฀a] dan [sikit]. Berikut ini
penjelasan tentang antonim kutub adjektiva pada kata [koto฀] dan [b฀seh].
1) Kata [koto฀] >< [b฀seh]
Kata [koto฀] ‘kotor’ dan kata [b฀seh] ‘bersih’ merupakan kata-kata yang
berantonim kutub. Antonim kutub menunjukkan bahwa makna yang bertentangan
itu merupakan ada tingkatan-tingkatan pada maknanya. Antara kata [koto฀] dan
kata [b฀seh] terdapat tingkat, seperti: sa฀at koto฀ ‘sangat kotor’, lbh koto฀
‘lebih kotor’, koto฀ ‘kotor’, sa฀at b฀sh ‘sangat bersih’, lbh b฀sh ‘lebih
bersih, b฀sh ‘bersih’.
2.4 Antonim Hierarkial
Antonim hierarkial adalah kata yang berlawana dan memiliki suatu deret
jenjang atau tingkatan. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung
antonim hierarkial, yaitu numeralia.
2.4.1 Antonim Hierarkial Numeralia
Pada antonim hierarkial numeralia terdapat satu pasang kata antara lain
[satuan] dan [pulohan], [฀atosan]. Berikut ini penjelasan tentang antonim
hierarkial numeralia pada kata [satuan] dan [pulohan], [฀atosan].
1) Kata satuan >< kata pulohan, ฀atosan
Kata satuan >< kata pulohan, ฀atosan merupakan antonim hierarkial karena
menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan.
2.5 Antonim Majemuk
Antonim majemuk adalah satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim majemuk,
yaitu adjektiva.
2.5.1 Antonim Majemuk Adjektiva
Pada antonim majemuk adjektiva terdapat satu pasang kata yaitu [jujo฀] dan
[฀akal], [m฀ampot]. Berikut ini penjelasan tentang antonim majemuk adjektiva
pada kata [jujo฀] dan [฀akal], [m฀ampot].
1) Kata [jujo฀] >< kata [฀akal], [m฀ampot]
Kata [jujo฀] ‘jujur’ >< kata [฀akal] ‘menipu’, [m฀ampot] ‘bohong’. Kata
jujo฀ memiliki lawan makna yang lebih dari satu. Jika dikata [jujo฀] artinya tidak
[฀akal] dan tidak [m฀ampot].

12

3. Homonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah
Analisis homonim dalam BMDM tidak dipilih berdasarkan kelas kata
karena kata berhomonim maknanya tidak tetap sesuai kelas katanya. Pada
homonim terdapat sebelas pasang kata antara lain [bis] ‘mampu’dan [bis] ‘bisa
ular’, [tka] ‘tenggorokan’ dan [tka] ‘suara’, [mdam] ‘pusing’ dan [mdam]
‘cepat’, [timba] ‘timba’ dan [timba] ‘mengambil air’, [sla฀] ‘pipa’ dan [sla฀]
‘antara’, [ga฀am] ‘garam’ dan [ga฀am] ‘pelit’, [bu฀i] ‘bicara’ dan [bu฀i] ‘bunyi’,
[฀apat] ‘dekat’ dan [฀apat] ‘rapat’, [abes] ‘habis’ dan [abes] ‘selesai’, [paku]
‘pakis’ dan [paku] ‘paku’, dan [gasa] ‘berkelahi’ dan [gasa] ‘makan’. Berikut
ini penjelasan tentang homonim pada kata [jujo฀] dan [฀akal], [m฀ampot].
1) Kata [gasa] ‘berkelahi’ dan [gasa] ‘makan’
Kata [gasa] merupakan homonim karena kata [gasa] memiliki makna
ganda. Terdapat [gasa] I dan [gasa] II. Dua kata tersebut memiliki tulisan dan
lafal yang sama, tetapi makna dari kedua kata tersebut berbeda. [gasa] I
bermakna bertengkar saling adu kata-kata dan tenaga. [gasa] II bermakna
memasukkan makanan ke dalam mulut, dan mengunyah serta menelannya..
4. Hiponim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah
Analisis kata yang mengandung hiponim dalam BMDM yang ada hanya
kata nomina. Kata-kata yang mengandung hiponim dalam BMDM antara lain
[ja฀om] dan kata [jat], [pntol], [sonte], [sayo] dan kata [ka฀ko฀], [pi฀ia],
[jago฀], [timon], [slad], [buah] dan kata [ma฀g], [sma฀k], [j฀o],
[฀ambotan], [klapa], [bte], [na฀ka], [nag], [binata฀] dan kata [buaya],
[kambe฀], [kud], [tikos], [cca], [si฀], [k฀a], [a฀s], [sa฀o฀] dan kata
[bantal], [guli฀], [tilam], [plekat], [ta฀an], [tali] dan kata [spatu], [฀apia],
[klaya฀], [tamba฀],[panci฀], [ikan] dan kata [sabo฀], [pa฀i], [hiu], [blida],
[bao฀], [gmbo฀], [paten], [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an].
Berikut ini penjelasan tentang homonim pada kata [tia฀] dan kata [bnde฀],
[list฀], [jmo฀an].
1) Kata [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an]
Kata [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an] merupakan hiponim.
Kata [tia฀] merupakan kelas atas sedangkan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an]
merupakan kelas bawah. Kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an] adalah hiponim
terhadap kata [tia฀] dan kata [tia฀] merupakan hipernim dari kata [bnde฀],
[list฀], [jmo฀an].
5. Polisemi dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah
Polisemi adalah suatu kata dengan kata lainnya yang memiliki makna berbedabeda, tetapi masih saling berkaitan. Analisis polisemi mencakup verba, adjektiva,
nomina dan numeralia. Analisisnya dipaparkan sebagai berikut.
5.1 Polisemi Verba
Pada polisemi verba terdapat lima polisemi verba antara lain [nae], [nae
klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan [nae aji], [maso],
[maso akal], dan [maso a฀en], [jato], [jato saket], [jato misken], [jato
tempo], dan [jato ha฀g], [a฀kat], [a฀kat ta฀an], [a฀kat kaki], dan [a฀kat bsi],
dan [putos], [putos as], dan [putus hubo฀an]. Berikut ini penjelasan tentang

13

polisemi verba pada kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae
da฀ah], dan [nae aji].
1) Kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan
[nae aji]
Kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan
[nae aji] disebut polisemi karena kata-kata tersebut maknanya masih saling
berkaitan. Polisemi merupakan kata yang masih dalam satu bentuk, tetapi
memiliki beberapa makna yang masih dalam satu hubungan arti. Kata [nae]
‘naik’ bermakna gerakan atau kejadian dari rendah ke yang lebih tinggi. Kata
[nae klas] ‘naik kelas’ bermakna berganti kelas dari kelas tingkat rendah ke
kelas tingkat tinggi karena memenuhi nilai dan syarat yang ditentukan. Kata
[nae pa฀kat] ‘naik jabatan’ bermakna perubahan jabatan seseorang yang
sebelumnya rendah menjadi tinggi. Kata [nae daon] ‘naik daun’ bermakna orang
yang sebelumnya kehidupannya biasa saja menjadi sangat beruntung. Kata [nae
da฀ah] ‘naik pitam’ bermakna sikap seseorang yang sebelumnya biasa saja
menghadapi sesuatu menjadi sangat marah. Kata [nae aji] ‘naik haji’ bermakna
seseorang yang sebelumnya mendambakan ingin menunaikan rukun islam yang
kelima dan akhirnya dapat menunaikan. Keenam makna kata [nae] tersebut
mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling berkaitan antara maknamakna yang satu dengan makna yang lain, yaitu perubahan sesuatu dari atas ke
bawah.
5.2 Polisemi Adjektiva
Pada polisemi adjektiva terdapat empat polisemi adjektiva antara lain
[ba฀a], [ba฀a duet], dan [ba฀a ana], [k฀as], [k฀as ati], dan [k฀as
kpala], [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀], dan [฀ajn], [฀ajn
blaja฀], dan [฀ajn bkmas]. Berikut ini penjelasan tentang polisemi adjektiva
pada kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀].
1) Kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀]
Kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀] disebut polisemi karena
kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi merupakan kata
yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna yang masih dalam
satu hubungan arti. Kata [bsa] ‘besar’ bermakna sesuatu yang tidak kecil. Kata
[bsa kpala] ‘besar kepala’ bermakna sifat yang merasa paling hebat. Kata
[bsa omo฀] ‘besar bicara’ bermakna omongan yang terlalu dibesar-besarkan
tidak sesuai. Ketiga makna kata [bsa] tersebut mempunyai makna berbedabeda tetapi masih saling berkaitan antara makna-makna yang satu dengan makna
yang lain, yaitu sesuatu yang besar.
5.3 Polisemi Nomina
Pada polisemi nomina terdapat empat polisemi nomina antara lain [kpala],
[kpala klua฀g], dan [kpala di฀in], [mat], [mat duetan], [mat ae], dan
[mat panci฀], [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos], dan
[kaba฀], [kaba฀ a฀n], [kaba฀ ba], dan [kaba฀ duk]. Berikut ini penjelasan
tentang polisemi nomina pada kata [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan
tmbos].
1) Kata [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos]

14

Kata [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos] disebut
polisemi karena kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi
merupakan kata yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna
yang masih dalam satu hubungan arti. Kata [jalan] ‘jalan’ bermakna tempat untuk
lalu lintas orang maupun berkendara. Kata [jalan ฀ay] ‘jalan raya’ bermakna
jalan yang lebar dan besar. Kata [jalan buntu] ‘jalan buntu’ bermakna jalan yang
ujungnya tidak ada terusannya dan tertutup. [jalan tmbos] ‘jalan pintas’
bermakna jalan yang lebih dekat untuk sampai di tempat tujuan. Keempat makna
kata [jalan] tersebut mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling
berkaitan antara makna-makna yang satu dengan makna yang lain, yaitu tempat
untuk lalu lintas orang.
5.4 Polisemi Numeralia
Pada polisemi numeralia terdapat tiga polisemi numeralia antara lain [dua
mej], [dua pi฀฀], dan [dua cincen], [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig
p฀io], [lima lso฀], [lima plit], dan [lima kacu]. Berikut ini penjelasan
tentang polisemi numeralia pada kata [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig
p฀io].
1) Kata [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig p฀io]
Kata [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig p฀io] disebut polisemi karena
kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi merupakan kata
yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna yang masih dalam
satu hubungan arti. Kata [tig kalo฀] ‘tiga kalung’ bermakna jumlah kalung tiga
buah. Kata [tig bakol] ‘tiga bakul’ bermakna jumlah bakul tiga buah. Kata [tig
p฀io] ‘tiga periuk’ bermakna jumlah periuk tiga buah. Ketiga makna kata [tig]
tersebut mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling berkaitan antara
makna-makna yang satu dengan makna yang lain, yaitu jumlah bendanya tiga
buah.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Relasi semantik kata pada penelitian ini yakni terdapat lima puluh empat
pasang sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi empat jenis sinonim,
yaitu sinonim total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total
tetapi tidak komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat tiga
puluh empat pasang antonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi lima jenis
antonim, yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim
hierarkial, dan antonim majemuk, sebelas homonim, delapan hiponim, dan enam
belas polisemi.
Saran
Ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan yakni sebagai berikut: 1)
peneliti berharap ada penelitian selanjutnya tentang BMDM dari berbagai aspek
kebahasaan dan 2) peneliti juga berharap hasil penelitian tentang relasi semantik
ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang
relasi semantik dan satu diantara bahasa Melayu yang terdapat di Kalimantan
Barat.

DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Semantik 1. Bandung: Eresco.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga
Pateda, Manseor. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta:
Cakrawala Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

16

17