laporan praktikum kromosom politen Indonesia
Laporan Praktikum Genetika
PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN PADA Drosophila melanogaster
Nadia Rizki Shabrina*, A. N. Latifah, F. M. Normasiwi, I. Nurazizah, M. Fitroh, M. Farhan, M. F. Purwanto,
R. D. Rachmawati, S. J. Sindhuarta, Y. Wulandari, M. N. Rohimah, M. L. Adnan, S. F. Selasih
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Maret 2015
Abstrak
Kromosom politen merupakan gabungan dari beberapa kromosom yang saling bersinapsis menjadi satu
kromosom, bentuknya seperti kromosom normal namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran besar. Struktur
kromosom politen memiliki pola gelap atau band dan pola terang atau interband. Kromosom politen terbentuk saat
replikasi DNA tanpa diiringi oleh pembelahan sel atau disebut dengan peristiwa endoreduplikasi. Kromosom politen
mempunyai lengan kromosom yang lebih banyak sehingga memiliki jumlah Salinan DNA yang lebih banyak dan dapat
memproduksi protein lebih banyak sehingga membantu proses tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat. Kromosom
politen banyak ditemukan pada kelenjar saliva larva instar III Drosophila melanogaster karena larva terus berkembang
dan membutuhkan energi yang banyak untuk persiapan menjadi pupa. Praktikum pengamatan kromosom politen pada
larva instar III D. melanogaster dilakukan untuk memahami pengertian, fungsi, struktur, dan proses terbentuknya
kromosom politen, serta mengamatinya pada larva instar III D. melanogaster dan mengetahui cara isolasi kelenjar ludah
D. melanogaster.
Kata kunci: Band; endoreduplikasi; interband; kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster.
1. Pendahuluan
Kromosom politen pertama kali ditemukan saat
E.G Balbiani (1881) meneliti kelenjar ludah serangga
pada pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster dan
*) Kelompok 4D
Chironomus tentans (Passarge 2007: 289). Selanjutnya
Theophillus Painter (1933-1934) adalah orang pertama
yang menemukan keberadaan kromosom politen pada
Drosophila melanogaster dan menekankan pentingnya
kromosom
politen
untuk
mempelajari
struktur
1
kromosom dan wilayah dari gen itu sendiri. Lalu Calvin
kromosom dan berfungsi sebagai tempat melekatnya
Bridges (1935-1937) segera membuat peta yang
benang spindel pada saat pembelahan sel (Raven dkk
mendetail tentang kromosom politen yang terdapat pada
2001: 214).
Drosophila
dengan
melanogaster
peta
genetik.
dan
Lalu
menghubungkannya
penelitian
Kromosom dapat diamati pada saat pembelahan
pemetaan
mitosis. Struktur kromosom terlihat berpola gelap-
kromosom politen dilanjutkan oleh Phillip Bridges
terang, pola tersebut bergantung pada kepadatan
(1939) hingga terus berkembang menjadi standar
kromatin penyusun kromosom yang disebut dengan
penelitian. Praktikum penelitian kromosom politen pada
eukromatin dan heterokromatin (Passarge 2007: 180)
kelenjar ludah larva instar III Drosophila melanogaster
Eukromatin adalah pola terang pada kromosom, yang
dilakukan untuk membuktikan penemuan kromosom
mengandung konsentrasi gen yang padat. Eukromatin
politen pada Drosophila melanogaster.
mengandung paling banyak jumlah genom dalam sel
Kromosom pada eukariotik terdiri dari untaian
molekul
DNA
yang
bergabung
menjadi
hingga 92% (Yale University 2015: 1). Heterokromatin
helaian
adalah segmen dari kromosom yang amat padat sehingga
kompleks kromatin (Solomon dkk 2005: 85). Kromosom
membentuk warna hitam pada lengan kromosom (Huret
terdiri dari berjuta juta gen. Gen ini terdapat didalam
2015: 1). Eukromatin mengandung satu salinan DNA
DNA. DNA memiliki struktur yang sangat panjang dan
yang aktif secara genetik, sedangkan heterokromatin
tipis yang dapat setiap saat rusak dan kusut. Setiap
mengandung sekuens repetitif yang tidak aktif secara
molekul DNA mengandung dua rantai polinukleotida
genetik karena daerah tersebut mengandung gen non-
yang bersusun melingkar menjadi double helix atau dua
koding yang tidak bisa diterjemahkan menjadi protein
untai benang (Solomon dkk 2005: 265). DNA kemudian
(McClean 1997: 1)
akan dikemas mengelilingi protein histon dan memadat.
Struktur kromatin dapat mengalami modifikasi
Gabungan antara DNA dan protein histon disebut
atau perubaha secara alami dalam segi bentuk, seperti
dengan nukleosom (Raven dkk 2001: 88). Protein histon
contohnya adalah kromosom politen. Kromosom politen
adalah susunan dari asam amino (arginin dan lisin) yang
adalah kromosom raksasa yang biasanya ditemukan
menempel
pada sisi negatif DNA. Selanjutnya
didalam organ Drosophila melanogaster dan organ
nukleosom akan bergabung menjadi kromatin. Lalu
hewan lainnya. Kromosom politen memiliki struktur
kromatin akan memadat dan bergulung membentuk
kromosenter, band, interband dan puff. Kromosenter
kromosom (Cooper 2000: 1).
merupakan pengganti sentromer pada kromosom politen
Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian
yaitu bagian dimana lengan-lengan kromosom saling
yaitu telomer, sentromer, dan lengan kromosom.
menempel pada satu titik (King, dkk 2013: 82). Band
Telomer merupakan pelindung dan penutup kromosom
dan interband adalah pola pita gelap dan terang yang
dan tidak mengandung kode informasi genetik (Solomon
berselang-seling atau disebut dengan kromomer. Band
dkk 2005: 275). Sentromer membagi kromosom menjadi
adalah pola gelap yang mengandung 80% dari DNA pda
dua lengan, yaitu lengan pendek (p) dan lengan panjang
kromosom sedangkan interband adalah pola terang dan
(q). Sentromer dapat terletak pada sepanjang lengan
hanya mengandung sisa 15% dari daerah band (Passarge
2
2001: 174). Kromatin yang berada pada pita gelap atau
Kromosom politen ditemukan di jaringan seperti
band, terkondensasi lebih besar daripada kromatin di
esofagus, kelenjar ludah, usus, gastric ceca, tubulus
daerah interband. Hal ini yang menyebabkan lebih
malphigi, jaringan lemak, sel dinding trakea, otot, dan
banyak kromosom yang berlipat-lipat di daerah band,
beberapa tipe sel pada saraf ganglia. (D’Amato 1997:
sehingga terlihat gelap jika diamati (Passarge 2001:
130). Kromosom politen lebih sering ditemukan di
174). Pola pita ini dapat terlihat jika kromosom diberi
salivary gland dari larva, karena kelenjar ludah lebih
pewarna (Pierce dkk 2002: 297). Dalam beberapa
mudah untuk dibelah dan kromosom politen yang
situasi, kromosom mengalami kondisi puff atau disebut
ditemukan berukuran cukup besar (Sullivan dkk: 126).
dengan pembengkakan atau penonjolan beberapa daerah
Kromosom politen banyak ditemukan pada
pada lengan kromosom. Puffing terjadi ketika beberapa
kelenjar ludah larva instar III D. melanogaster karena
bagian dari kromatin mengalami relaksasi sehigga legan
pada kelenjar ludah larva ini, kromosom mengalami
kromosom terbuka sedikit. Puffing mengindikasikan
replikasi lebih banyak daripada kromosom di jaringan
bahwa ada beberapa daerah pada lengan kromosom yang
lainnya. Jumlah kromosom politen bergantung pada
sedang aktif mentranskripsikan DNAnya (Pierce dkk
kondisi pertumbuhan larva (Goldstein & Fyrberg 1995:
2002: 297).
335).
Kromosom
politen
akibat
Tujuan dilakukannya praktikum adalah agar
pengulangan berulang dari replikasi DNA namun tidak
praktikan dapat mengetahui definisi, struktur, fungsi,
melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan
dan proses terbentuknya kromosom politen. Praktikan
peristiwa
juga diharapkan dapat mengetahui cara isolasi kelenjar
endoreduplikasi,
ini
terjadi
sehingga
menyebabkan
banyak terdapat DNA berganda yang saling bersinapsis
ludah
Drosophila
melanogaster
(Pierce dkk 2002: 297). Kromosom politen memiliki
kromosom politen secara langsung.
dan
mengamati
fungsi untuk mengontrol perubahan fisiologi suatu
organisme
karena
mengandung
gen
dalam
2. Metodologi
kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan
eukromatin disebut dengan position effects yang dapat
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan
menyebabkan mutasi pada hewan (Jain 2013: 1).
kromosom politen Drosophila melanogaster adalah
Peran penting kromosom politen adalah untuk
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, kaca objek, kaca
mengakumulasi mRNA dalam jumlah besar yang
penutup, jarum sonde, tisu, pipet tetes, dan pinset.
nantinya
Bahan-bahan
akan
diperlukan
pada
tahap
embrionik
yang
digunakan
politen
praktikum
(Muhlenberg College 2013: 1). Kromosom politen
pengamatan
memproduksi banyak protein dikarenakan Kromosom
melanogaster adalah larva instar III Drosophila
politen memiliki lebih banyak DNA berganda pada
melanogaster, pewarna asetokarmin, dan larutan ringer.
lengannya dibandingkan kromosom pada umumnya.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil
Protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
beberapa larva instar III Drosophila melanogaster dari
pertumbuhan dan perkembangan.
botol pembiakan. Larva diambil menggunakan pinset
3
kromosom
dalam
Drosophila
Gambar 1. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.
Perbesaran 4x10
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
dan diletakkan pada kaca objek yang sebelumnya
ditetesi larutan ringer agar larva tidak kekeringan.
Kemudian larva instar III D. melanogaster diamati dan
diisolasi kelenjar ludahnya dibawah mikroskop stereo.
Larva instar III D. melanogaster terus ditetesi dengan
larutan ringer. Dalam pengisolasian kelenjar ludah,
bagian kepala dan tubuh larva harus dipisahkan dengan
jarum sonde secara perlahan dan hati-hati. Setelah
kepala
dan
badan
telah
terpisah,
dilakukan
pengisolasian kelenjar ludah dan dibersihkan dari
lemak serta kotoran yang berada di sekitarnya.
Langkah berikutnya adalah diberikan pewarna
asetokarmin pada kelenjar ludah yang telah berhasil
Gambar 2. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.
[Sumber: Microscope imaging station.]
diisolasi, kemudian didiamkan selama 10—15 menit.
Setelah
10—15
menit,
seka
sisa
asetokarmin
menggunakan tisu. Selanjutnya preparat pada kaca
objek ditutup dengan kaca penutup serta dilakukan
Praktikum kali ini merupakan pengamatan
metode squashing, yaitu ditekan menggunakan jarum
kromosom
sonde agar sel pada jaringan tidak saling tertumpuk dan
tersebar
secara
merata
sehingga
cahaya
sampai
ditemukan
larva
instar
III
Drosophila
melanogaster atau lalat buah sebagai model penelitian
memudahkan
genetika. Praktikum menggunakan sampel Drosophila
pegamatan. Kemudian preparat diamati di bawah
mikroskop
politen
melanogaster tahap larva instar III karena pada tahap
kromosom
tersebut Drosophila melanogaster memiliki 1024 (210)
politen.
kromatid yang identik dan saling bersinapsis. Ada 80%
DNA di kromosom politen yang berlokasi di band dan
3. Hasil dan Pembahasan
15% nya berada di interband. Satu band mengandung
3000-300.000 pasangan basa nukleotida. Drosophila
melanogaster memiliki 5000 bands dan 5000 interbands
(Passarge 2001: 174). Pada tahap ini, larva mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sampai dengan 200 kali
lipat
berat
awalnya
karena
disebabkan
proses
endoreplikasi (Dahmann 2008: 28).
Kelenjar ludah larva instar III Drosophila
melanogaster digunakan karena kromosom politen yang
ditemukan berukuran besar sehingga memudahkan
pengamatan. Kelenjar ludah larva instar III ini,
4
kromosom mengalami replikasi hingga mencapai 1000
menyerap sempurna kedalam jaringan. Kesulitan lain
kopi. Kelenjar ludah juga mengandung banyak enzim
yang dialami pada saat praktikum adalah pengisolasian
untuk
kelenjar ludah, yaitu memisahkan kepala dan badan,
proses
mempersiapkan
pencernaan
memasuki
makanan,
tahap
karena
pupa.
Hal
ini
yang mana beberapa kali gagal karena perlakuan salah
menyebabkan massa dan volum sel bertambah, sehingga
yang menyebabkan kelenjar ludah robek.
ukuran jaringan besar. (Clark 2013: 1)
Praktikum
ini
menggunakan
dua
macam
4. Kesimpulan
mikroskop yaitu mikroskop stereo dan mikroskop
Kromosom politen merupakan gabungan dari
cahaya. Mikroskop stereo digunakan untuk meneliti
beberapa kromosom yang saling bersinapsis menjadi
objek yang relatif besar seperti larva instar III
satu kromosom, bentuknya seperti kromosom normal
Drosophila melanogaster, sedangkan mikroskop cahaya
namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran
digunakan untuk mengamati kromosom politen pada
besar. Terjadi akibat peristiwa endoreduplikasi, yaitu
kelenjar ludah yang sudah diisolasi dan dibersihkan.
replikasi berulang tanpa diiringi pembelahan sel atau
Beberapa larutan digunakan untuk membuat
pembelahan mitotik. Struktur pada kromosom politen
preparat kromosom Drosophila melanogaster yang
terdiri atas lengan-lengan kromosom yang saling
antara lain adalah larutan ringer (larutan NaCl) dan
bersinapsis dan berpusat pada kromosenter, pola pita
larutan Asetokarmin. Larutan ringer atau bisa disebut
gelap-terang yaitu band (gelap) dan interband (terang),
sebagai larutan fisiologis, digunakan untuk mencegah
serta puff, yaitu bagian kromosom yang menggembung
larva mongering pada saat diteliti, pemberian larutan
sehingga DNA terekspos dan aktif melakukan proses
ringer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat
transkripsi.
menyebabkan larva bergerak terlalu bebas. Larutan
Fungsi
Asetokarmin diberikan pada kelenjar ludah yang sudah
besar.
asetokarmin dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit
kromosom
mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x40. Hal
bahwa pada kelenjar ludah terdapat banyak kromosom
terlihat
jelas
karena
politen
mikroskop cahaya.
tersebut sesuai dengan kajian literatur yang menyatakan
tidak
ludah
Drosophila
kemudian dibersihkan dan dijadikan preparat. Kemudian
instar III didapatkan gambar kromosom politen dengan
kromosom
kelenjar
didapatkan kelenjar ludah yang utuh. Kelenjar ludah
Berdasarkan hasil pengamatan, pada sel larva
Namun,
Pengisolasian
tubuh dan kepala larva secara perlahan hingga
1).
1).
untuk
melanogaster dilakukan dengan memisahkan bagian
agar kromosom terwarnai sempurna (Frankhauser 2010:
2010:
adalah
politen memproduksi sejumlah protein dalam jumlah
Pastikan jaringan sudah tertutupi dengan larutan
(Frankhauser
politen
petumbuhan dan perkembangan karena kromosom
dibersihkan dan berfungsi sebagai pewarna kromosom.
politen
kromosom
Daftar Pustaka
struktur
pemberian
asetokarin yang kurang lama sehingga warna belum
5
diamati
dengan
menggunakan
Clark, Jonathan. 2013. Polythene Chromosomes in
Drosophila.
4
hlm.
http://faculty.weber.edu/jclark1/Cell%20Biology
%20Labs/Polytenechsomes.pdf. 26 Maret 20145
pk 22.08
King, R. C., P. K. Mulligan, w. D. Stansfield. 2013. A
Dictionary of Genetics, Eight Edition. Oxford
University Press, New York: 641 hlm.
McClean, Phillip. 1997. Eucaryotic Chromosome
Structure.
http://www.ndsu.edu/pubweb/~mcclean/plsc431/e
ukarychrom/eukaryo3.htm. 22 Maret 2015 pk
02.58
Cooper, Geoffrey M. 2000. Chromosome and
chromatin.
1
hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9863/.
22 Maret 2015 pk 02.00
Microscope Imaging Station. 2015. Drosophila
melanogaster polytene chromosomes. 1 hlm.
http://www.exploratorium.edu/imaging-station/gal
lery.php. 26 Maret 2015 ok. 21.47
Dahmann, Christian. Methods in Molecular Biology,
Drosophila: Methods and Protocol. Humana
Press, New Jersey: 432 hlm.
D’Amato, F.1997. Nuclear Cytology in Relation to
Development. Syndics of the Cambridge University
Press. Cambridge: 291 hlm.
Muhlenberg College (=MU). 2013.
Polytene
chromosome
of
drosophila.
1
hlm.
http://www.muhlenberg.edu/main/academics/biol
ogy/courses/bio240/polytene.html. 24 Maret 2015
pk 22.20
Frankhauser, D. B. 2010. DROSOPHILA SALIVARY
GLAND CHROMOSOME.
http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/labs/Genetics/
Drosophila_chromosomes/
Drosophila_Chromosomes.htm. 26 Maret 2015 pk
22.24
Passarge, Eberhard. 2001. Color atlas of genetics. 2nd ed.
Thieme Stuttgart, New York: 468 hlm.
Passarge, Eberhard. 2007. Color atlas of genetics. 3rd ed.
Thieme Stuttgart, New York: 497 hlm.
Goldstein, L. S. B. & E. A. Fyrberg. 1995. Methods in
Cell Biology Vol. 44, Drosophila melanogaster:
Practical Uses in Cell and Molecular Biology.
Academic Press, California: xx + 757 hlm.
Huret,
Pierce, B. A. 2002. Genetics a conceptual approach.
W.H.Freeman Publishing, New York:709 hlm
Raven, P. H, & G. B. Johnson. 2001. Biology. 6th ed.
Jean-Loup. 2015. Heterochromatin, from
chromosome
to
protein.
1
hlm.
http://atlasgeneticsoncology.org/Educ/Heterochro
mEng.html 22 Maret 2015 pk 02.47
McGraw-Hill Corporation: 1344 hlm.
Solomon, E. P., D. W. Martin, & L. R. Berg. 2005.
Biology. 8th ed. Thomson Corporation, Belmont,
USA: 1379 hlm.
Jain, Kritika. 2013. Kinds of chromosomes: lampbrush,
polytene,
and
supernumery.
1
hlm.
http://www.biologydiscussion.com/chromosomes/
kinds-of-chromosomes-lampbrush-polytene-andsupernumery/569. 25 Maret 2015 22.10
Sullivan, W., M. Ashburner, R. S. Hawley. 2000.
Drosophila protocols. Cold spring harbor
laboratory press, New York: 712 hlm.
Yale University (=YU). 2015. Euchromatin. 1 hlm.
http://medcell.med.yale.edu/histology/keyword.c
gi?keeyword=euchromatin. 22 Maret 2015 pk
02.30
Khan, Rehana. 2007. A Textbook of Biotechnology
(Volume I). Laxmi Publications, New Delhi: 335
hlm.
6
7
PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN PADA Drosophila melanogaster
Nadia Rizki Shabrina*, A. N. Latifah, F. M. Normasiwi, I. Nurazizah, M. Fitroh, M. Farhan, M. F. Purwanto,
R. D. Rachmawati, S. J. Sindhuarta, Y. Wulandari, M. N. Rohimah, M. L. Adnan, S. F. Selasih
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Maret 2015
Abstrak
Kromosom politen merupakan gabungan dari beberapa kromosom yang saling bersinapsis menjadi satu
kromosom, bentuknya seperti kromosom normal namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran besar. Struktur
kromosom politen memiliki pola gelap atau band dan pola terang atau interband. Kromosom politen terbentuk saat
replikasi DNA tanpa diiringi oleh pembelahan sel atau disebut dengan peristiwa endoreduplikasi. Kromosom politen
mempunyai lengan kromosom yang lebih banyak sehingga memiliki jumlah Salinan DNA yang lebih banyak dan dapat
memproduksi protein lebih banyak sehingga membantu proses tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat. Kromosom
politen banyak ditemukan pada kelenjar saliva larva instar III Drosophila melanogaster karena larva terus berkembang
dan membutuhkan energi yang banyak untuk persiapan menjadi pupa. Praktikum pengamatan kromosom politen pada
larva instar III D. melanogaster dilakukan untuk memahami pengertian, fungsi, struktur, dan proses terbentuknya
kromosom politen, serta mengamatinya pada larva instar III D. melanogaster dan mengetahui cara isolasi kelenjar ludah
D. melanogaster.
Kata kunci: Band; endoreduplikasi; interband; kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster.
1. Pendahuluan
Kromosom politen pertama kali ditemukan saat
E.G Balbiani (1881) meneliti kelenjar ludah serangga
pada pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster dan
*) Kelompok 4D
Chironomus tentans (Passarge 2007: 289). Selanjutnya
Theophillus Painter (1933-1934) adalah orang pertama
yang menemukan keberadaan kromosom politen pada
Drosophila melanogaster dan menekankan pentingnya
kromosom
politen
untuk
mempelajari
struktur
1
kromosom dan wilayah dari gen itu sendiri. Lalu Calvin
kromosom dan berfungsi sebagai tempat melekatnya
Bridges (1935-1937) segera membuat peta yang
benang spindel pada saat pembelahan sel (Raven dkk
mendetail tentang kromosom politen yang terdapat pada
2001: 214).
Drosophila
dengan
melanogaster
peta
genetik.
dan
Lalu
menghubungkannya
penelitian
Kromosom dapat diamati pada saat pembelahan
pemetaan
mitosis. Struktur kromosom terlihat berpola gelap-
kromosom politen dilanjutkan oleh Phillip Bridges
terang, pola tersebut bergantung pada kepadatan
(1939) hingga terus berkembang menjadi standar
kromatin penyusun kromosom yang disebut dengan
penelitian. Praktikum penelitian kromosom politen pada
eukromatin dan heterokromatin (Passarge 2007: 180)
kelenjar ludah larva instar III Drosophila melanogaster
Eukromatin adalah pola terang pada kromosom, yang
dilakukan untuk membuktikan penemuan kromosom
mengandung konsentrasi gen yang padat. Eukromatin
politen pada Drosophila melanogaster.
mengandung paling banyak jumlah genom dalam sel
Kromosom pada eukariotik terdiri dari untaian
molekul
DNA
yang
bergabung
menjadi
hingga 92% (Yale University 2015: 1). Heterokromatin
helaian
adalah segmen dari kromosom yang amat padat sehingga
kompleks kromatin (Solomon dkk 2005: 85). Kromosom
membentuk warna hitam pada lengan kromosom (Huret
terdiri dari berjuta juta gen. Gen ini terdapat didalam
2015: 1). Eukromatin mengandung satu salinan DNA
DNA. DNA memiliki struktur yang sangat panjang dan
yang aktif secara genetik, sedangkan heterokromatin
tipis yang dapat setiap saat rusak dan kusut. Setiap
mengandung sekuens repetitif yang tidak aktif secara
molekul DNA mengandung dua rantai polinukleotida
genetik karena daerah tersebut mengandung gen non-
yang bersusun melingkar menjadi double helix atau dua
koding yang tidak bisa diterjemahkan menjadi protein
untai benang (Solomon dkk 2005: 265). DNA kemudian
(McClean 1997: 1)
akan dikemas mengelilingi protein histon dan memadat.
Struktur kromatin dapat mengalami modifikasi
Gabungan antara DNA dan protein histon disebut
atau perubaha secara alami dalam segi bentuk, seperti
dengan nukleosom (Raven dkk 2001: 88). Protein histon
contohnya adalah kromosom politen. Kromosom politen
adalah susunan dari asam amino (arginin dan lisin) yang
adalah kromosom raksasa yang biasanya ditemukan
menempel
pada sisi negatif DNA. Selanjutnya
didalam organ Drosophila melanogaster dan organ
nukleosom akan bergabung menjadi kromatin. Lalu
hewan lainnya. Kromosom politen memiliki struktur
kromatin akan memadat dan bergulung membentuk
kromosenter, band, interband dan puff. Kromosenter
kromosom (Cooper 2000: 1).
merupakan pengganti sentromer pada kromosom politen
Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian
yaitu bagian dimana lengan-lengan kromosom saling
yaitu telomer, sentromer, dan lengan kromosom.
menempel pada satu titik (King, dkk 2013: 82). Band
Telomer merupakan pelindung dan penutup kromosom
dan interband adalah pola pita gelap dan terang yang
dan tidak mengandung kode informasi genetik (Solomon
berselang-seling atau disebut dengan kromomer. Band
dkk 2005: 275). Sentromer membagi kromosom menjadi
adalah pola gelap yang mengandung 80% dari DNA pda
dua lengan, yaitu lengan pendek (p) dan lengan panjang
kromosom sedangkan interband adalah pola terang dan
(q). Sentromer dapat terletak pada sepanjang lengan
hanya mengandung sisa 15% dari daerah band (Passarge
2
2001: 174). Kromatin yang berada pada pita gelap atau
Kromosom politen ditemukan di jaringan seperti
band, terkondensasi lebih besar daripada kromatin di
esofagus, kelenjar ludah, usus, gastric ceca, tubulus
daerah interband. Hal ini yang menyebabkan lebih
malphigi, jaringan lemak, sel dinding trakea, otot, dan
banyak kromosom yang berlipat-lipat di daerah band,
beberapa tipe sel pada saraf ganglia. (D’Amato 1997:
sehingga terlihat gelap jika diamati (Passarge 2001:
130). Kromosom politen lebih sering ditemukan di
174). Pola pita ini dapat terlihat jika kromosom diberi
salivary gland dari larva, karena kelenjar ludah lebih
pewarna (Pierce dkk 2002: 297). Dalam beberapa
mudah untuk dibelah dan kromosom politen yang
situasi, kromosom mengalami kondisi puff atau disebut
ditemukan berukuran cukup besar (Sullivan dkk: 126).
dengan pembengkakan atau penonjolan beberapa daerah
Kromosom politen banyak ditemukan pada
pada lengan kromosom. Puffing terjadi ketika beberapa
kelenjar ludah larva instar III D. melanogaster karena
bagian dari kromatin mengalami relaksasi sehigga legan
pada kelenjar ludah larva ini, kromosom mengalami
kromosom terbuka sedikit. Puffing mengindikasikan
replikasi lebih banyak daripada kromosom di jaringan
bahwa ada beberapa daerah pada lengan kromosom yang
lainnya. Jumlah kromosom politen bergantung pada
sedang aktif mentranskripsikan DNAnya (Pierce dkk
kondisi pertumbuhan larva (Goldstein & Fyrberg 1995:
2002: 297).
335).
Kromosom
politen
akibat
Tujuan dilakukannya praktikum adalah agar
pengulangan berulang dari replikasi DNA namun tidak
praktikan dapat mengetahui definisi, struktur, fungsi,
melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan
dan proses terbentuknya kromosom politen. Praktikan
peristiwa
juga diharapkan dapat mengetahui cara isolasi kelenjar
endoreduplikasi,
ini
terjadi
sehingga
menyebabkan
banyak terdapat DNA berganda yang saling bersinapsis
ludah
Drosophila
melanogaster
(Pierce dkk 2002: 297). Kromosom politen memiliki
kromosom politen secara langsung.
dan
mengamati
fungsi untuk mengontrol perubahan fisiologi suatu
organisme
karena
mengandung
gen
dalam
2. Metodologi
kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan
eukromatin disebut dengan position effects yang dapat
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan
menyebabkan mutasi pada hewan (Jain 2013: 1).
kromosom politen Drosophila melanogaster adalah
Peran penting kromosom politen adalah untuk
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, kaca objek, kaca
mengakumulasi mRNA dalam jumlah besar yang
penutup, jarum sonde, tisu, pipet tetes, dan pinset.
nantinya
Bahan-bahan
akan
diperlukan
pada
tahap
embrionik
yang
digunakan
politen
praktikum
(Muhlenberg College 2013: 1). Kromosom politen
pengamatan
memproduksi banyak protein dikarenakan Kromosom
melanogaster adalah larva instar III Drosophila
politen memiliki lebih banyak DNA berganda pada
melanogaster, pewarna asetokarmin, dan larutan ringer.
lengannya dibandingkan kromosom pada umumnya.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil
Protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
beberapa larva instar III Drosophila melanogaster dari
pertumbuhan dan perkembangan.
botol pembiakan. Larva diambil menggunakan pinset
3
kromosom
dalam
Drosophila
Gambar 1. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.
Perbesaran 4x10
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
dan diletakkan pada kaca objek yang sebelumnya
ditetesi larutan ringer agar larva tidak kekeringan.
Kemudian larva instar III D. melanogaster diamati dan
diisolasi kelenjar ludahnya dibawah mikroskop stereo.
Larva instar III D. melanogaster terus ditetesi dengan
larutan ringer. Dalam pengisolasian kelenjar ludah,
bagian kepala dan tubuh larva harus dipisahkan dengan
jarum sonde secara perlahan dan hati-hati. Setelah
kepala
dan
badan
telah
terpisah,
dilakukan
pengisolasian kelenjar ludah dan dibersihkan dari
lemak serta kotoran yang berada di sekitarnya.
Langkah berikutnya adalah diberikan pewarna
asetokarmin pada kelenjar ludah yang telah berhasil
Gambar 2. Kromosom politen larva instar III
Drosophila melanogaster.
[Sumber: Microscope imaging station.]
diisolasi, kemudian didiamkan selama 10—15 menit.
Setelah
10—15
menit,
seka
sisa
asetokarmin
menggunakan tisu. Selanjutnya preparat pada kaca
objek ditutup dengan kaca penutup serta dilakukan
Praktikum kali ini merupakan pengamatan
metode squashing, yaitu ditekan menggunakan jarum
kromosom
sonde agar sel pada jaringan tidak saling tertumpuk dan
tersebar
secara
merata
sehingga
cahaya
sampai
ditemukan
larva
instar
III
Drosophila
melanogaster atau lalat buah sebagai model penelitian
memudahkan
genetika. Praktikum menggunakan sampel Drosophila
pegamatan. Kemudian preparat diamati di bawah
mikroskop
politen
melanogaster tahap larva instar III karena pada tahap
kromosom
tersebut Drosophila melanogaster memiliki 1024 (210)
politen.
kromatid yang identik dan saling bersinapsis. Ada 80%
DNA di kromosom politen yang berlokasi di band dan
3. Hasil dan Pembahasan
15% nya berada di interband. Satu band mengandung
3000-300.000 pasangan basa nukleotida. Drosophila
melanogaster memiliki 5000 bands dan 5000 interbands
(Passarge 2001: 174). Pada tahap ini, larva mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sampai dengan 200 kali
lipat
berat
awalnya
karena
disebabkan
proses
endoreplikasi (Dahmann 2008: 28).
Kelenjar ludah larva instar III Drosophila
melanogaster digunakan karena kromosom politen yang
ditemukan berukuran besar sehingga memudahkan
pengamatan. Kelenjar ludah larva instar III ini,
4
kromosom mengalami replikasi hingga mencapai 1000
menyerap sempurna kedalam jaringan. Kesulitan lain
kopi. Kelenjar ludah juga mengandung banyak enzim
yang dialami pada saat praktikum adalah pengisolasian
untuk
kelenjar ludah, yaitu memisahkan kepala dan badan,
proses
mempersiapkan
pencernaan
memasuki
makanan,
tahap
karena
pupa.
Hal
ini
yang mana beberapa kali gagal karena perlakuan salah
menyebabkan massa dan volum sel bertambah, sehingga
yang menyebabkan kelenjar ludah robek.
ukuran jaringan besar. (Clark 2013: 1)
Praktikum
ini
menggunakan
dua
macam
4. Kesimpulan
mikroskop yaitu mikroskop stereo dan mikroskop
Kromosom politen merupakan gabungan dari
cahaya. Mikroskop stereo digunakan untuk meneliti
beberapa kromosom yang saling bersinapsis menjadi
objek yang relatif besar seperti larva instar III
satu kromosom, bentuknya seperti kromosom normal
Drosophila melanogaster, sedangkan mikroskop cahaya
namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran
digunakan untuk mengamati kromosom politen pada
besar. Terjadi akibat peristiwa endoreduplikasi, yaitu
kelenjar ludah yang sudah diisolasi dan dibersihkan.
replikasi berulang tanpa diiringi pembelahan sel atau
Beberapa larutan digunakan untuk membuat
pembelahan mitotik. Struktur pada kromosom politen
preparat kromosom Drosophila melanogaster yang
terdiri atas lengan-lengan kromosom yang saling
antara lain adalah larutan ringer (larutan NaCl) dan
bersinapsis dan berpusat pada kromosenter, pola pita
larutan Asetokarmin. Larutan ringer atau bisa disebut
gelap-terang yaitu band (gelap) dan interband (terang),
sebagai larutan fisiologis, digunakan untuk mencegah
serta puff, yaitu bagian kromosom yang menggembung
larva mongering pada saat diteliti, pemberian larutan
sehingga DNA terekspos dan aktif melakukan proses
ringer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat
transkripsi.
menyebabkan larva bergerak terlalu bebas. Larutan
Fungsi
Asetokarmin diberikan pada kelenjar ludah yang sudah
besar.
asetokarmin dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit
kromosom
mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x40. Hal
bahwa pada kelenjar ludah terdapat banyak kromosom
terlihat
jelas
karena
politen
mikroskop cahaya.
tersebut sesuai dengan kajian literatur yang menyatakan
tidak
ludah
Drosophila
kemudian dibersihkan dan dijadikan preparat. Kemudian
instar III didapatkan gambar kromosom politen dengan
kromosom
kelenjar
didapatkan kelenjar ludah yang utuh. Kelenjar ludah
Berdasarkan hasil pengamatan, pada sel larva
Namun,
Pengisolasian
tubuh dan kepala larva secara perlahan hingga
1).
1).
untuk
melanogaster dilakukan dengan memisahkan bagian
agar kromosom terwarnai sempurna (Frankhauser 2010:
2010:
adalah
politen memproduksi sejumlah protein dalam jumlah
Pastikan jaringan sudah tertutupi dengan larutan
(Frankhauser
politen
petumbuhan dan perkembangan karena kromosom
dibersihkan dan berfungsi sebagai pewarna kromosom.
politen
kromosom
Daftar Pustaka
struktur
pemberian
asetokarin yang kurang lama sehingga warna belum
5
diamati
dengan
menggunakan
Clark, Jonathan. 2013. Polythene Chromosomes in
Drosophila.
4
hlm.
http://faculty.weber.edu/jclark1/Cell%20Biology
%20Labs/Polytenechsomes.pdf. 26 Maret 20145
pk 22.08
King, R. C., P. K. Mulligan, w. D. Stansfield. 2013. A
Dictionary of Genetics, Eight Edition. Oxford
University Press, New York: 641 hlm.
McClean, Phillip. 1997. Eucaryotic Chromosome
Structure.
http://www.ndsu.edu/pubweb/~mcclean/plsc431/e
ukarychrom/eukaryo3.htm. 22 Maret 2015 pk
02.58
Cooper, Geoffrey M. 2000. Chromosome and
chromatin.
1
hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9863/.
22 Maret 2015 pk 02.00
Microscope Imaging Station. 2015. Drosophila
melanogaster polytene chromosomes. 1 hlm.
http://www.exploratorium.edu/imaging-station/gal
lery.php. 26 Maret 2015 ok. 21.47
Dahmann, Christian. Methods in Molecular Biology,
Drosophila: Methods and Protocol. Humana
Press, New Jersey: 432 hlm.
D’Amato, F.1997. Nuclear Cytology in Relation to
Development. Syndics of the Cambridge University
Press. Cambridge: 291 hlm.
Muhlenberg College (=MU). 2013.
Polytene
chromosome
of
drosophila.
1
hlm.
http://www.muhlenberg.edu/main/academics/biol
ogy/courses/bio240/polytene.html. 24 Maret 2015
pk 22.20
Frankhauser, D. B. 2010. DROSOPHILA SALIVARY
GLAND CHROMOSOME.
http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/labs/Genetics/
Drosophila_chromosomes/
Drosophila_Chromosomes.htm. 26 Maret 2015 pk
22.24
Passarge, Eberhard. 2001. Color atlas of genetics. 2nd ed.
Thieme Stuttgart, New York: 468 hlm.
Passarge, Eberhard. 2007. Color atlas of genetics. 3rd ed.
Thieme Stuttgart, New York: 497 hlm.
Goldstein, L. S. B. & E. A. Fyrberg. 1995. Methods in
Cell Biology Vol. 44, Drosophila melanogaster:
Practical Uses in Cell and Molecular Biology.
Academic Press, California: xx + 757 hlm.
Huret,
Pierce, B. A. 2002. Genetics a conceptual approach.
W.H.Freeman Publishing, New York:709 hlm
Raven, P. H, & G. B. Johnson. 2001. Biology. 6th ed.
Jean-Loup. 2015. Heterochromatin, from
chromosome
to
protein.
1
hlm.
http://atlasgeneticsoncology.org/Educ/Heterochro
mEng.html 22 Maret 2015 pk 02.47
McGraw-Hill Corporation: 1344 hlm.
Solomon, E. P., D. W. Martin, & L. R. Berg. 2005.
Biology. 8th ed. Thomson Corporation, Belmont,
USA: 1379 hlm.
Jain, Kritika. 2013. Kinds of chromosomes: lampbrush,
polytene,
and
supernumery.
1
hlm.
http://www.biologydiscussion.com/chromosomes/
kinds-of-chromosomes-lampbrush-polytene-andsupernumery/569. 25 Maret 2015 22.10
Sullivan, W., M. Ashburner, R. S. Hawley. 2000.
Drosophila protocols. Cold spring harbor
laboratory press, New York: 712 hlm.
Yale University (=YU). 2015. Euchromatin. 1 hlm.
http://medcell.med.yale.edu/histology/keyword.c
gi?keeyword=euchromatin. 22 Maret 2015 pk
02.30
Khan, Rehana. 2007. A Textbook of Biotechnology
(Volume I). Laxmi Publications, New Delhi: 335
hlm.
6
7