MACAM MACAM ORGANISASI INTERNASIONAL SEL

MACAM-MACAM ORGANISASI INTERNASIONAL SELAIN ANGGOTA PBB dan
ASEAN
MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa)
1) Terbentuknya MEE
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Eropa mengalami kemiskinan dan perpecahan. Usaha
untuk mempersatukan Eropa sudah dilakukan. Namun, keberhasilannya bergantung pada dua
negara besar, yaitu Prancis dan Jerman Barat. Pada tahun 1950 Menteri Luar Negeri Prancis,
Maurice Schuman berkeinginan menyatukan produksi baja dan batu bara Prancis dan Jerman
dalam wadah kerja sama yang terbuka untuk negara-negara Eropa lainnya, sekaligus mengurangi
kemungkinan terjadinya perang. Keinginan itu terwujud dengan ditandatanganinya perjanjian
pendirian Pasaran Bersama Batu Bara dan Baja Eropa atau European Coal and Steel Community
(ECSC) oleh enam negara, yaitu Prancis, Jerman Barat (Republik Federal Jerman-RFJ), Belanda,
Belgia, Luksemburg, dan Italia. Keenam negara tersebut selanjutnya disebut The Six State.
Keberhasilan ECSC mendorong negara-negara The Six State membentuk pasar bersama yang
mencakup sektor ekonomi. Hasil pertemuan di Messina, pada tanggal 1 Juni 1955 menunjuk
Paul Henry Spaak (Menlu Belgia) sebagai ketua komite yang harus menyusun laporan tentang
kemungkinan kerja sama ke semua bidang ekonomi. Laporan Komite Spaak berisi dua
rancangan yang lebih mengintegrasikan Eropa, yaitu:
a) membentuk European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE);
b) membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) atau Badan Tenaga Atom Eropa.
Rancangan Spaak itu disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua perjanjian itu

mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958. Dengan demikian, terdapat tiga organisasi di Eropa, yaitu
ECSC, EEC (MEE), dan Euratom (EAEC). Pada konferensi di Brussel tanggal 22 Januari 1972,
Inggris, Irlandia, dan Denmark bergabung dalam MEE. Pada tahun 1981 Yunani masuk menjadi
anggota MEE yang kemudian disusul Spanyol dan Portugal. Dengan demikian keanggotaan
MEE sebanyak 12 negara.
MEE merupakan organisasi yang terpenting dari ketiga organisasi tersebut. Bukan saja
karena meliputi sektor ekonomi, melainkan juga karena pelaksanaannya memerlukan pengaturan
bersama yang meliputi industri, keuangan, dan perekonomian.
2) Tujuan Pembentukan Organisasi MEE
MEE menegaskan tujuannya, antara lain:
a. Integrasi Eropa dengan cara menjalin kerja sama ekonomi, memperbaiki taraf hidup, dan
memperluas lapangan kerja;
b. Memajukan perdagangan dan menjamin adanya persaingan bebas serta keseimbangan
perdagangan antarnegara anggota;
c. Menghapuskan semua rintangan yang menghambat lajunya perdagangan internasional;
d. Meluaskan hubungan dengan negara-negara selain anggota MEE. Untuk mewujudkan
tujuannya, MEE membentuk Pasar Bersama Eropa (Comman Market ), keseragaman tarif, dan
kebebasan bergerak dalam hal buruh, barang, serta modal.
3) Struktur Organisasi MEE
Organisasi MEE memiliki struktur organisasi sebagai berikut.


a) Majelis Umum (General Assembly) atau Dewan Eropa (European Parliament)
Keanggotaan Majelis Umum MEE berjumlah 142 orang yang dipilih oleh parlemen
negara anggota. Tugasnya memberikan nasihat dan mengajukan usul kepada Dewan
Menteri dan kepada Komisi tentang langkah-langkah kebijakan yang diambil, serta
mengawasi pekerjaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE serta meminta
pertanggungjawabannya.
b) Dewan Menteri (The Council)
Dewan Menteri MEE mempunyai kekuasaan tertinggi untuk merencanakan dan memberikan
keputusan kebijakan yang diambil. Keanggotaannya terdiri atas Menteri Luar Negeri negaranegara anggota. Tugasnya menjamin terlaksananya kerja sama ekonomi negara anggota dan
mempunyai kekuasaan membuat suatu peraturan organisasi. Ketuanya dipilih secara bergilir
menurut abjad negara anggota dan memegang jabatan selama enam tahun.
c) Badan Pengurus Harian atau Komisi (Commision)
Keanggotaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE terdiri atas sembilan anggota yang
dipilih berdasarkan kemampuannya secara umum dengan masa jabatan empat tahun. Komisi
berperan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan badan pelaksana MEE. Di samping itu
komisi juga mengamati dan mengawasi keputusan MEE, memperhatikan saran-saran baru, serta
memberikan usul dan kritik kepada sidang MEE dalam segala bidang. Hasil kerjanya dilaporkan
setiap tahun kepada Majelis Umum (General Assembly).
d) Mahkamah Peradilan (The Court of Justice)

Keanggotaan Mahkamah Peradilan MEE sebanyak tujuh orang dengan masa jabatan enam tahun
yang dipilih atas kesepakatan bersama negara anggota. Fungsinya merupakan peradilan
administrasi MEE, peradilan pidana terhadap keanggotaan komisi, dan peradilan antarnegara
anggota untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul di antara para negara anggota. Peradilan
konstitusi berfungsi untuk menyelesaikan konflik perjanjian internasional.
Untuk melancarkan aktivitasnya, Masyarakat Ekonomi Eropa membentuk beberapa organisasi
baru, yaitu:
a) Parlemen Eropa (European Parliament);
b) Sistem Moneter Eropa (European Monetary System);
c) Unit Uang Eropa (European Currency Unit);
d) Pasar Tunggal (Single Market).
Menurut perhitungan suara referendum Prancis yang diselenggarakan pada tanggal 20
September 1992 tentang perjanjian Maastrich, menunjukkan bahwa 50,95% pemilih menyatakan
setuju. Untuk mendirikan organisasi-organisasi tersebut pada tanggal 7 Februari 1992 di
Maastrich, Belanda diadakan pertemuan anggota MEE. Hasil pertemuan itu dituangkan dalam
sebuah naskah perjanjian yang disebut The Treaty on European Union (TEU) atau Perjanjian
Penyatuan Eropa yang telah ditandatangani oleh Kepala Negara/Pemerintah di Maastrich,
Belanda. Referendum dimaksudkan untuk mendapatkan persetujuan dari 12 negara anggota
Masyarakat Eropa, yakni Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg, Italia, Irlandia,
Denmark, Portugal, Spanyol, dan Yunani.


OPEC
(Organization of the Petroleum Exporting Countries)
A.

Sejarah Berdirinya OPEC
Venezuela adalah negara pertama yang memprakarsai pembentukan organisasi OPEC dengan
mendekati Iran, Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia pada tahun 1949, menyarankan mereka
untuk menukar pandangan dan mengeksplorasi jalan lebar dan komunikasi yang lebih dekat
antara negara-negara penghasil minyak. Pada 10 – 14 September 1960, atas gagasan dari Menteri
Pertambangan dan Energi Venezuela Juan Pablo Pérez Alfonzo dan Menteri Pertambangan dan
Energi Saudi Arabia Abdullah Al Tariki, pemerintahan Irak, Persia, Kuwait, Saudi Arabia dan
Venezuela bertemu di Baghdad untuk mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan harga dari
minyak mentah yang dihasilkan oleh masing-masing negara. OPEC didirikan di Baghdad,
dicetuskan oleh satu hukum 1960 yang dibentuk oleh Presiden Amerika Dwight Eisenhower
yang mendesak kuota dari impor minyak Venezuela dan Teluk Persia seperti industri minyak
Kanada dan Mexico. Eisenhower membentuk keamanan nasional, akses darat persediaan energi,
pada waktu perang. Yang menurunkan harga dari minyak dunia di wilayah ini, Presiden
Venezuela Romulo Betancourt bereaksi dengan berusaha membentuk aliansi dengan negaranegara Arab produsen minyak sebagai satu strategi untuk melindungi otonomi dan profabilitas
dari minyak Venezuela. Sebagai hasilnya, OPEC didirikan untuk menggabungkan dan

mengkoordinasi kebijakan-kebijakan dari negara-negara anggota sebagai kelanjutan dari yang
telah dilakukan.
B. Latar Belakang OPEC
OPEC adalah organisasi antar pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara anggotanya adalah
negara eksportir minyak yang saat ini terdiri dari Arab Saudi,
Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair, Qatar, Libya, UAE dan Indonesia.
Sebelumnya Equador, Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada
tahun 1992 dan 1994.
Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak
multinasional (The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industri
minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran
Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970
menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak
internasional.
C.

Dasar Organisasi OPEC
Organisasi ini didirikan agar masing masing negara anggota penghasil minyak dalam
mengambil kebijakan dalam bidang perminyakan dan harga minyak dapat menguntungkan
negara negara anggota atau produsen, oleh sebab itu organisasi inilah yang nantinya dapat

mencegah persaingan yang tidak sehat dari negara negara penghasil minyak.
D.

Tujuan OPEC
Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai strategi
dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya
menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu: “preserving and enhancing
the role of oil as a prime energy source in achieving sustainable economic

development” melalui:
> Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;
> Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara
anggota;
> Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar
internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;
> Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
> Menjamin suplai minyak bagi konsumen;
> Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.
E.


Struktur Organisasi OPEC

a. konferensi OPEC
b. dewan gubernur
c. materi pemantauan sub komite
d. sekretaris
e. dewan komisi ekonomi
f. auditor internal
g. kantor SG
h. kantor hukum
i. divisi penelitian
j. Dukungan Divisi Layanan
k. departemen layanan data
l. departemen studi minyak tanah
m. departemen studi energi
n. departemen hubungan multilateral
o. departemen PR dan informasi
p. departemen keuangan dan sumber daya manusia
q. departemen admin dan layanan
F.


Badan Utama OPEC
Organisasi OPEC terdiri dari 3 badan utama yaitu Konferensi OPEC, Dewan Gubernur, dan
Sekretariat beserta dengan badan-badan lainnya yang berada di bawah badan utama sesuai
dengan struktur OPEC.
1. Konferensi
Yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan.
2. Dewan Gubernur
Terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh masing-masing anggota OPEC untuk duduk dalam
Dewan yang bersidang sedikitnya dua kali dalam setahun.
Ø Tugas Dewan :
a) Melaksanakan keputusan Konferensi
b) Mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan sekretaris jenderal
c) Memberikan rekomendasi dan laporan kepada pertemuan konferensi OPEC

d) Mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang auditor untuk masa tugas
selama 1 tahun
e) Menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan Negara
anggota
f) Menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan mempersiapkan agenda

sidang
g) Membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya kepada Sidang Konferensi
setiap tahun
3. Sekretariat
Pelaksana eksekutif organisasi sesuai dengan status dan pengarahan dari Dewan
Gubernur.Sekretaris Jenderal adalah wakil resmi dari organisasi yang dipilih untuk periode 3
tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk periode yang sama. Dalam melaksanakan tugasnya
Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur dan mendapat bantuan dari para kepala
Divisi dan Bagian
4. Economic Commission Board ( dewan komisi ekonomi ) yang bertugas mengkaji dan
mempersiapkan bahan bahan dan syarat syarat untuk konferensi terutama mengenai hal hal
teknis bidang perminyakan.
G.

Konferensi Tingkat Tinggi OPEC
Konferensi Tingkat Tinggi OPEC dilakukan 2 kali dalam setahun. Tetapi pertemuan extraordinary dapat dilaksanakan jika diperlukan (pasal 11-12). Konferensi OPEC dipimpin oleh
Presiden dan Wakil Presiden OPEC yang dipilih oleh anggota pada saat pertemuan Konferensi
(Pasal 14). Pasal 15 menetapkan Konferensi OPEC bertugas merumuskan kebijakan umum
organisasi dan mencari upaya pengimplementasian kebijakan tersebut. Sebagai organisasi
tertinggi, pertemuan Konferensi OPEC mengukuhkan penunjukan anggota Dewan Gubernur dan

Sekretaris Jenderal OPEC.
CGI
(Consultative Group On Indonesia)
A. Sejarah Singkat CGI
CGI didirikan pada tahun 1992. Organisasi ini merupakan pengganti IGGI (Inter Governmental
Group On Indonesia). Negara yang tergabung adalah Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman
Barat, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Swiss, Inggris, dan AS. IGGI ini dinyatakan tidak
berfungsi lagi oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 25 Maret 1992.
B. Tujuan CGI
Tujuan CGI adalah membantu pembangunan Indonesia untuk pengembangan berbagai proyek di
lndonesia. Bantuan berupa pinjaman itu harus melalui angsuran dalam jangka waktu 30 sampai
50 tahun.
C. Anggota CGI
Anzgota CGI terdiri atas badan-badan internasional dan negara-negara maju. CGI pertama kali
bersidang di Paris tanggal 16 — 17 Juli 1992, dan dihadiri oleh 10 badan internasional dan 18
negara. Badan internasional yang membantu CGI, antara lain: Bank Dunia, Bank Pembangunan

Asia, Kuwait Fund, Saudi Fund, IDB (Islamic Development Bank), IFAD, UNICEF, Nordic
Investment Bank, EIB (European Investment Bank).
Negara yang mendukung adalah Jepang, Jerman, AS, Austria, Inggris, Belgia, Prancis, Selandia

Baru, Denmark, Swis, Finlandia, dan Republik Korea, Swedia, Spanyol, Australia, Kanada,
Norwegia dan Italia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia sedikit banyak membutuhkan bantuan asing untuk
mendukung percepatan pembangunan. Oleh karena itu, dengan adanya CGI, pembangunan di
Indonesia bisa berkembang lebih cepat dan membantu cita-cita bangsa Indonesia agar Indonesia
bisa menjadi negara maju dan makmur secara ekonomi.
Organisasi Konferensi Islam (OKI)
OKI merupakan organisasi Negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam yang dibentuk sebagai reaksi terhadap pembakaran mesjid Al
Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus 1969 yang merupakan salah satu tempat suci umat
Islam, selain Mekkah dan Madinah serta bentuk penolakan terhadap pendudukan wilayahwilayah arab oleh Israel termasuk pula penguasaan atas Yerussalem semenjak tahun 1967.
Latar belakang dan sejarah terbentuknya OKI
Pendudukan Israel atas wilayah-wilayah arab khususnya kota Yerusalem semenjak tahun 1967
telah menimbulkan kekawatiran bagi negara-negara arab dan umat Islam akan tindakan-tindakan
yang mungkin dilakukan Israel terhadap wilayah pendudukannya termasuk di Yerusalem yang
didalamnya berdiri mesjid Al Aqsa. Pada tanggal 21 Agustus 1969 kekawatiran Negara-negara
arab dan umat Islam terbukti dengan tindakan Israel yang membakar mesjid Al aqsa.
Pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut menimbulkan reaksi dari pemimpin negara arab khususnya
Raja Hasan II dari Maroko, menyerukan para pemimpin negara-negara arab dan umat Islam agar
bersama-sama menuntut Israel bertanggungjawab atas pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut
Seruan Raja Hasan II dari Maroko mendapat sambutan dari Raja Faisal dari Arab Saudi dan Liga
Arab, yang langsung ditindaklanjuti dengan pertemuan para duta besar dan menteri luar negeri
liga arab pada tanggal 22-26 Agustus 1969 yang berhasil memutuskan :
• Tindakan Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang tidak dapat
diterima.
• Tindakan Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta mengancam
keamanan Arab.
• Mendesak agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam.
Untuk merealisasikan hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia penyelenggara
KTT Negara-negara Islam oleh Arab Saudi dan Maroko berangotakan; Malaysia, Palestina,
Somali dan Nigeria, dan pada tanggal 22-25 September 1969 dilangsungkan Konfrensi Tingkat
Tinggi negara-negara Islam dihadiri 28 negara dan menghasilkan beberapa keputusan penting
diantaranya :
1. Mengutuk pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel
2. Menuntut pengembaliam kota Yerusalem sebagaimana sebelum perang tahun 1967.

3. Menuntut Israel untuk menarik pasukannya dari seluruh wilayah arab.
4. Menetapkan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab Saudi pada bulan Maret 1970.
Tujuan OKI
1. Memelihara dan meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan.
2. Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci.
3. Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
4. Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi, kolonialisme dalam segala bentuk.
5. Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi martabat umat, dan hak masingmasing negara Islam.
6. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling pengertian antar negara OKI dan
Negara-negara lain.
Struktur organisasi OKI
Struktur organisasi terdiri dari :
1. Badan utama meliputi :
• KTT para raja dan Kepala negara/pemerintahan
• Sekretaris Jenderal sebagai badan eksekutif
• Konferensi para Menteri luar negeri
• Mahkamah Islam Internasional sebagai badan Yudikatif
• Komite-komite khusus, meliputi :
• komite Al-Quds
2. komite social, ekonomi dan budaya
3. Badan-badan subsider meliputi:
a). Bidang Ekonomi terdiri dari:
1. Pusat Riset dan latihan sosial ekonomi berpusat di Ankara (Turki).
2. Pusat Riset dan latihan teknik berpusat di Dhakka (Bangladesh)
3. Kamar Dagang Islam berpusat di Casablanca (Maroko).
4. Dewan Penerbangan Islam berpusat di Tunis (Tunisia).
5. Bank Pembangunan Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
b). Bidang Sosial Budaya terdiri dari:
1. Dana Solidaritas Islam berpusat di Jeddah (Arab Saudi)
2. Pusat Riset Sejarah dan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
3. Dana Ilmu, teknologi dan Pembangunan berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
4. Komisi Bulan Sabit Islam berpusat di Bengasi (Libya)
5. Komisi Warisan Budaya Islam berpusat di Istambul (Turki).
6. Kantor Berita Islam Internasional berpusat di Jeddah (Arab Saudi).
Anggota - Anggota OKI
Organisasi Konfrensi Islam (OKI) pada saat pembentukannya memiliki anggota 28 Negara dan
terus mengalami pertambahan, hingga dewasa ini anggota OKI berjumlah 46 negara yang berasal
dari kawasan Asia Barat, Asia Tengah, Asia Tenggara, Afrika. Negara-negara anggota OKI
adalah : Arab Saudi, Maroko, Aljazair, Bahrain, Libya, Mauritania, Djiboti, Mesir, Suriah,
Tunisia, Yaman, Yordania, Oman, Qatar, Somalia, Irak, Lebanon, Kuwait, Uni Emirat Arab,
Palestin, Afganistan, Bangladesh, Iran, Pakistan, Maladewa, Turki,Azerbaijan, Indonesia,

Malaysia, Brunai Darussalam, Nigeria, Mali, Niger, Senegal, Uganda, Siera Leone, Guinea issau,
Gabon, Gambia, Chad, Comoros, Camerun, Burkina Faso, Benin.
Gerakan Non Blok (GNB)
Latar belakang
Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu
terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold
war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere
of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di
dunia dengan berkedok pada ideology anutan masing-masing.
Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni
Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negative bagi
beberapa Negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian,
Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah
menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
Dalam pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat
mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain
yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar.
Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia
ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa
pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.
Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan
Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas
secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula
sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi
inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
Tujuan
Dengan didasari semangat Dasa Sila Bandung, Gerakan Non Blok dibentuk pada tahun 1961
dengan tujuan utama mempersatukan Negara-negara yang tidak ingin beraliansi dengan Negaranegara adidaya peserta Perang Dingin yaitu USA dan Uni Sovyet.
Terbentuknya gerakan non blok
Seperti diketahui, pembangunan Gerakan Non-blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) yang dihadiri 25 negara dari Asia, Afrika, Eropa, dan Latin Amerika
diselenggarakan di Biograd (Belgrade), Yugoslavia pada tahun 1961. Pemimpin kharismatik dari
Yugoslavia, Presiden Broz Tito, menjadi pemimpin pertama dalam Gerakan Non-Blok. Sejak
pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok
telah diselenggarakan di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir
kebanyakan dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian Lusaka,

Zambia (1969), Alzier, Aljazair (1973) saat terjadinya krisis minyak dunia, Srilangka (1977),
Cuba (1981), India (1985), Zimbabwe (1989), Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan terakhir
di Malaysia pada tahun 2003. Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka pada
tahun 1961 Gerakan Non Blok dibentuk oleh Josep Broz Tito, Presiden Yugoslavia saat itu
Penggunaan istilah “Non-Alignment” (Tidak Memihak) pertama kali dilontarkan Perdana
Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya di Srilangka tahun 1954. Dalam pidato ini,
Perdana Menteri Nehru menjelaskan lima pilar prinsipil, empat pilar diantaranya disampaikan
oleh Petinggi Tiongkok Chou En-lai, yang dijadikan pedoman bagi hubungan antara Tiongkok
dengan India. Lima prinsip itu disebut dengan “Panchshell”, yang kemudian menjadi basis dari
Gerakan Non-Blok. Kelima prinsip tersebut adalah:
1. Saling menghormati kedaulatan teritorial
2. Saling tidak melakukan agresi
3. Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri
4. Setara dan saling menguntungkan, serta
5. Berdampingan dengan Damai
Melihat kenyataan di atas, keberadaan Gerakan Negara-Negara Non-Blok secara tegas mengacu
pada hasil-hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955. Penggunaan
istilah bangsa-bangsa non-blok atau “tidak memihak” adalah pernyataan bersama untuk menolak
melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara Barat-Timur dalam suasana Perang Dingin.
Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri
pada upaya perjuangan pembebasan nasional, menghapuskan kemiskinan, dan mengatasi
keterbelakangan di berbagai bidang. Dengan demikian, jelas terang bagi kita besarnya kontribusi
Konferensi Bandung bagi perkembangan Gerakan Non-Blok sebagai gerakan politik dari negaranegara yang menentang perang dingin.