Proposal Skripsi Sistem Akuntansi Keuang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah penelitian mengenai
terjemahan kultural dalam kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Abdullah Al Sadhan. Peneliti memilih terjemahan kultural,
karena dari sekian banyaknya penelitian yang dilakukan pada jenjang sarjana
strata satu (S1), cukup jarang menyinggung penerjemahan kultural. Dalam
menerjemahkan kita tidak akan pernah terlepas dari budaya penulis. Maka dari itu
dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana kita bisa mengetahui
unsur budaya yang terkandung dalam budaya penulis yang ditransferkan ke dalam
budaya sang penterjemah.
Proses menerjemahkan tidak akan pernah terlepas dari budaya penulis.
Jika penerjemahan berpretensi dapat memecahkan problem komunikasi antara dua
pihak yang sama-sama tidak memahami bahasa masing-masing, wajar jika suatu
terjemahan yang beredar dalam masyarakat dikenai penilaian.
Praktik terjemahan muncul akibat dari problema komunikasi yang berbeda
bahasa. Bicara mengenai bahasa berarti juga menyinggung tentang budaya,
dikarenakan bahasa merupakan bagian dari budaya. Oleh karena itu,
penerjemahan juga bisa disebut sebagai komunikasi lintas budaya. Studi mengenai

penerjemahan dalam bidang budaya perlu mendapatkan perhatian yang lebih,

mengingat kebudayaan tidak selalu bisa diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran
dengan baik. Oleh karenanya peneliti tertarik melakukan studi mengenai
penerjemahan kultural tersebut, dengan menjadikan buku berjudul Min
Mukhallafātun An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan

sebagai korpus pada penelitian skripsi ini.
Peneliti tertarik menggunakan buku Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan ini sebagai korpus data
karena di dalamnya terdapat berbagai macam budaya, baik secara perkata, prasa,
atau pun kalimat.
Transmisi pengetahuan dari Timur Tengah di Indonesia sekarang ini
memang melalui berbagai transmisi. Salah satu jalur transmisi yang paling
domain sejak paruh kedua abad kedua puluh adalah jalur penerjemahan bukubuku Timur Tengah berbahasa Arab. Namun demikian, fenomena penerjemahan
buku berbahasa Arab di Indonesia tidak berlangsung secara linear, artinya ragam
atau metode penerjemahan, bahasa sasaran yang digunakan, tema buku yang
diterjemahkan, penerbit buku terjemahan maupun distribusi dan sasaran pembaca
buku terjemahan menunjukkan pergeseran waktu ke waktu. Pergeseranpergeseran tersebut tentu menarik untuk diteliti secara mendalam guna
mengetahui bagaimana esensi dinamika intelektualisme Islam di Indonesia yang

tercermin dalam kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab berlangsung selama
paruh kedua abad kedua puluh.1

1

Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia, (Jakarta: Puslitbang
Lektur Keagamaan, 2010) h. 7.

Dalam masyarakat modern penerjemahan tidak lagi dipandang hanya
sebagai proses pengalihan makna kata-kata dari satu bahasa kebahasa lainya,
tetapi telah berkembang menjadi sarana informasi, ide dan nilai-nilai kultural
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya. Tanpa penerjemahan, yang
secara umum didefinisikan sebagai upaya mengungkapkan kembali pesan yang
terkandung dalam bahasa sumber (Bsa) ke dalam bahasa sasaran (Bsa).
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa dan budaya
merupakan dua hal yang sangat penting dalam penerjemahan. Penerjemahan
adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber (Bsa) kedalam bahasa sasaran
(Bsu). Maksud “proses” disini adalah proses pengambilan keputusan dalam
komunikasi interlingual lintas dua bahsa yang berbeda.2

Selain itu pula, agar penerjemahan bisa mentrasnformasikan pesan yang
dipahaminya dari Tsu ke dalam benak pembaca, seorang penerjemah harus
mempunyai faktor-faktor keterbacaan, di antaranya: seorang penerjemah harus
bisa menyampaikan ide dan pesan pada Tsu secara tegas dan tidak bertele-tele
dalam Tsu. Seorang penerjemah juga harus bisa menyampaikan ide dan pesan
pada Tsu dengan bahasa yang populer atau lazim. Ia harus berani
mengkonversikan arti kata-kata tertentu yang sebetulnya sudah tidak popular lagi
dalam penggunaan Bsa.3 Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Peter
Newmark, “rendering the meaning of a text into another language in the way that
2

Mangatur Nababan, Kompetisi dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan,
(www.uns.ac.id/cp/p/penelitian.php) di akses pada tanggal 12 Oktober 2016.
3
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab
Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2009) h. 16.

the author intended the text”4 (mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa
lain sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penulis).
Selain itu, di berbagai belahan dunia sekarang ini penerjemahan kembali

mendapat perhatian, terutama karena arus dan ledakan informasi yang disebabkan
oleh globalisasi. Seiring dengan ledakan ini, lahirlah kode etik, tata cara
menerjemahkan dan sebagainya. Terjemahan pun kini menjadi salah satu cara
untuk mendapatkan segala sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
Dalam menerjemahkan bahasa asing, misalnya bahasa Arab, seorang
penerjemah akan menemukan pelbagai permasalahan. Seperti kesulitan dalam
memilihkan padanan kata, kesesuaian diksi, ideologi penulis, estetika bahasa dan
lain sebagainya.
Buku

yang

berjudul

Min

Mukhallafātin

Al-Nisā’


yang

artinya

“Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Perempuan” karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Adullah Al Sadhan ini menggunakan strategi pernerjemahan
secara kultural, karena bahasa dan budaya saling berkaitan.5 Pada kenyataannya,
bahasa yang digunakan oleh penulis teks sumber seringkali memiliki kekhasan
budaya yang berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh penerjemah. Oleh karena
itu strategi yang digunakan dalam menerjemahkan kitab tersebut ialah strategi
penerjemahan kultural, agar pesan yang dimaksud dalam isi buku tersebut dapat

4

Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988) h. 5.
5
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta 2010) h. 64.


mudah dipahami oleh banyak orang, serta sebagai khazanah keilmuan di pelbagai
dunia pendidikan dan keIslaman.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar pokok permasalahan tidak meluas peneliti perlu memberikan batasan
dan perumusan masalah yang akan dikaji. Dalam penelitian ini penulis hanya akan
meneliti terkait metode terjemahan kultural, strategi serta unsur budaya yang akan
digunakan pada buku Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Adullah Al Sadhan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana konsep terjemahan kultural pada kitab Min Mukhallafātin
Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
2. Bagaimana proses terjemahan kultural dalam kitab Min Mukhallafātin
Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
3. Bagaimana strategi penerjemahan kultural yang digunakan dalam
menerjemahkan kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz
bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menguraikan


konsep

terjemahan

kultural

pada

buku

Min

Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah
Al Sadhan.
2. Menjelaskan proses terjemahan pada kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’
bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan.

3. Menjelaskan strategi penerjemahan kultural, sehingga menghasilkan
hasil terjemahan yang sesuai dengan budaya penulis.
D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan harus memberikan beberapa manfaat,
baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan khazanah keilmuan mengenai teori penerjemahan, khususnya pada
strategi penerjemahan kultural dalam dunia penerjemah. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi serta sumbangan dalam perkembangan
ilmu penerjemahan yang dapat dibaca atau dipelajari bagi yang membutuhkannya,
serta untuk dikembangkan lebih lanjut dalam pembelajaran atau penelitian.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
teori mengenai penerjemahan kultural yang dapat digunakan untuk tulisan fiksi
mau pun nonfiksi, terutama dalam memahami konsep penerjemahannya. Adapun
manfaat penelitian ini, jika dilihat dari objek yang berbeda-beda, diantaranya
adalah:
1. Peneliti: mengaplikasikannya dengan membuat jurnal yang bisa
dijadikan sebagai khazanah keilmuan.
2. Mahasiswa:

membantu

pemahaman


mahasiswa

tentang

teori

penerjemahan dalam kajian terjemahan kultural dalam memahami
budaya penulis pada budaya Arab.
3. Pengajar: sebagai bahan masukan dalam pembelajaran pada mata
kuliah penerjemahan.

4. Peneliti lainnya: Dijadikan acuan atau referensi untuk mengadakan
penelitiannya selanjutnya.
5. Masyarakat: Dijadikan sebagai khazanah keilmuan bagi masyarakat
khususnya bagi kaum perempuan dalam berprilaku.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini, peneliti akan mencantumkan sumber literatur yang berisi
pendapat para ahli bahasa, penterjemah dan peneliti terdahulu yang berkaitan
dengan strategi penerjemahan. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan akan

dijadikan accuan dan perbandingan oleh peneliti untuk mempermudah penelitian
di bidang yang sama. Berikut pustaka yang akan ditinjau:
Pertama, Penerjemahan Dokumen Resmi Arab –Indonesia (Studi Kritik
Gramatikal Terjemahan Penerjemah Resmi Al-Hadi) disusun oleh Yuyun
Yuningsih UIN Suarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora
jurusan Tarjamah tahun 2010. Pada penelitian ini peneliti meneliti suatu
terjemahan dokumen dalam segi gramatikal dengan melihat beberapa kesalahan
yang terdapat dalam terjemahan tersebut menggunakan strategi penerjemahan
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dalam dokumen resmi. Perbedaan yang
terdapat pada penelitian yang peneliti lakukan ialah bahwa peneliti menggunakan
strategi penerjemahan dari aspek kulturalnya, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Yuyun yakni strategi penerjemahan dari aspek gramatikalnya.
Kedua, pada penelitian ini berjudul, “Metode dan Strategi Terjemahan alQuran Mahmud Yunus”. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Tarjamah,
Lukman Hakim pada tahun 2015. Skripsi tersebut menganalisis metode serta

strategi penerjemahan al-Quran dengan studi kasus terjemahan ayat yang
mengandung isim maushul ( ‫ ما‬dan ‫ )من‬dan min bayaniyyah. Sedangkan penelitian
yang saya lakukan ialah hanya memfokuskan terhadap strategi penerjemahan
dengan melihat dari segi unsur budaya yang terkandung dalam korpus data
peneliti.

Ketiga,

Benny

Hoedoro

Hoed

dalam

bukunya

yang

berjudul

“Penerjemahan dan Kebudayaan” mengemukakan bahwa faktor kebudayaan
terdapat dalam kendalam penerjemahan, di anatara problema tersebut ialah:
a. Dalam penerjemahan dan penjurubahasaan adalah perbedaan sistem
dan struktur antara bahasa sumber (Bsu), dan bahasa sasaran (Bsa).
b. Problema pemahaman teks pada konteks tempat teks itu diproduksikan
(faktor penulis) dan ditafsirkan (faktor pembaca/penrejemah).
c. Tidak ada dua budaya yang sama.
d. Bagaimana menilai terjemahan sebagai solusi problem komunikasi.
e. Kendala kualitas dan kendala sosial dalam dunia penerjemahan di
Indonesia.
Keempat, peneliti menemukan beberapa hasil kajian terdahulu dari
mahasiswa konsentrasi penerjemahan (translation) Bahasa dan Sastra Inggris UIN
Jakarta. Penelitian tersebut diantaranya berjudul, “The Translation Procedures in
Serving Suggestion of Food and Drink Products”, adalah skripsi Jehan Fadhilla
pada tahun 2012. Penelitian ini menganalisis strategi yang digunakan dalam buku
panduan penyajian makanan dan minuman. Hasil dalam penelitian yang peneliti
lakukan adalah menjelaskan bagaimana strategi yang peneliti lakukan dalam

menemukan unsur budaya yang terkandung dalam kitab Min Mukhallafātin AlNisā’.
Kelima, pada penelitian ini berjudul “Strategi Penerjemahan Bahasa
Indonesia Ke Dalam Bahasa Arab Pada Teks Kemasan Produk Makanan Ringan.”
Pada penelitian ini mengenai analisis strategi penerjemahan pada teks kemasan
produk, dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab. Seorang penerjemah tidak
hanya dituntut untuk dapat menerjemahkan dari bahasa asing ke dalam bahasa
sendiri, tetapi juga dituntut untuk dapat menerjemahkan dari bahasa sendiri ke
dalam bahasa asing. Perbedaan yang terdapat dalam kajian terdahulu pada skripsi
tersebut ialah bahwa penelitian yang peneliti lakukan memfokuskan kajian
peneliyian dengan strategi penelitian kepada korpus data sebuah kitab yang
berjudul Min Mukhallafātin Al-Nisā’.
Adapun perbedaan secara umum dengan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang peneliti lakukan, yakni pada objek serta teori yang digunakan.
Pada skripsi yang penelti lakukan menggunakan strategi penerjemahan kultural,
yaitu menitik beratkan pada unsur budaya yang terkandung pada objek penelitian
peneliti, yaitu pada kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Adullah Al Sadhan. Analisis penelitian yang dilakukan oleh
peneliti pun jarang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan jarang ditemukan
dalam penelitian-penelitian mahasiswa jurusan Tarjamah. Mengingat strategi
penerjemahan kultural merupakan salah satu teori penting dalam kegiatan
menerjemahkan sebuah kata ataupun kelompok kata pada unsur budaya yang
terkandung pada Bsu, maka penelitian ini mengangkat judul tersebut.

F. Kerangka Teori
Secara khusus, penelitian ini ditujukan untuk mengkaji tentang teori dan
strategi menerjemahkan dalam buku Mukhallafatun An-Nisâ karya Abdul Aziz
bin Muhammad bin Adullah As Sadhan.
Teori penerjemahan yang digunakan ialah teori yang dikemukakan oleh
Newmark yaitu “rendering the meaning of a text into another language in the way
that the author intended the text” ‘mengalihkan makna suatu teks ke dalam
bahasa lain sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penulis’.6
Secara umum, penerjemahan adalah proses memindahkan makna yang
telah diungkapkan dalam bahasa sumber ke bahasa target dengan ekuivalen yang
sedekat-dekatnya dan sewajarnya. Secara singkat dikatakan bahwa proses
menerjemahkan adalah memindahkan pesan teks bahasa sumber ke bahasa target,
bukan memindahkan struktur bahasanya.7
Strategi yang digunakan dalam menerjemahkan buku ini ialah strategi
penerjemahan kultural. Meurut Newmark Budaya adalah a way of life and it’s
manifestations that are peculiar to a community that uses a particular language
as it’s mean of expression. Jadi, budaya menurut Newmark aldalah sebuah jalan
hidup yang menggambarkan sebuah perkumpulan tertentu. Selain itu, budaya juga
mempunyai keunikan masing-masing dan juga menggunakan bahasa sebagai alat
untuk mengeskpresikannya.

6

Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2008) h. 7.
7
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: AlKitabah), h. 151.

Hidayatullah berpendapat ada tiga aspek penerjemahan kultural yaitu:
adaptasi, pemadanan berkonteks, dan pemadanan bercatatan.8 Akan tetapi, strategi
penerjemahan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
Pertama, penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum.
Strategi ini adalah strategi yang paling umum yang dipakai oleh penerjemah untuk
mencari padanan dari berbagai macam kata yang tidak memiliki padanan
langsung.
Kedua, penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih netral.
Strategi ini digunakan untuk mengurangi kesan negatif yang ditimbulkan oleh
kata dalam bahasa sumber, yang dikarenakan oleh makna yang dimiliki oleh kata
dalam bahasa sumber tersebut.
Ketiga, penerjemahan dengan menggunakan

pengganti kebudayaan.

Strategi penerjemahan ini adalah dengan mengganti konsep kebudayaan pada
bahasa sumber dengan konsep kebudayaan pada bahasa sumber dengan memiliki
makna yang menyerupai dalam bahasa sumber tersebut.
Keempat, penerjemahan dengan menggunakan kata serapan atau kata
serapan yang disertai dengan penjelasan. Strategi ini sering digunakan dalam
menerjemahkan kata yang berhubungan dengan kebudayaan, konsep modern dan
kata yang tidak jelas maknanya.
Kelima, penerjemahan dengan parafrasa. Startegi ini digunakan ketika
konsep yang diungkapkan dalam bahasa sumber memiliki makna kamus dalam
bahasa sasaran, tetapi memiliki bentuk yang berbeda, dan frekuensi kemunculan
8

Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia, (Tangerang
Selatan: Al-Kitabah 2014) h. 91.

kata tersebut lebih sering dalam bahasa sumber. Penerjemahan dengan parafrasa
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang
berbeda atau menggunakan kalimat untuk mengungkapkan makna kata yang
terdapat dalam bahasa sumber.9
G. Metodologi Peneltian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif.
Penelitian kualitatif merupakan aktivitas atau proses memahami hakikat
fenomena dengan latar alamiah, dengan berporos pada data deskriptif
yang disediakan untuk dianalisis sehingga menghasilkan pemahaman
yang holistik berdasarkan perspektif partisipan yang sesuai dengan
konteksnya.10

Sedangkan

deskriptif

yaitu

penelitian

berdasarkan

pengalaman sendiri atau orang lain yang berusaha membuktikan hipotesis
dengan coba dan ralat (trial and error).11
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mengumpulkan terjemahan kultural
yang terdaoat pada kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ dari bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang diasumsikan dapat menjadi objek
penelitian

dalam

buku

Min

Mukhallafātin

Al-Nisā’

adalah

mendeskripsikan metode penerjemahan kultural yang digunakan saat

9

Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia, (Tangerang
Selatan: Al-Kitabah 2014) h. 95-96.
10
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 31.
11
Heinz Frick, Pedoman Karya Ilmiah (Yogyakarta: Kanisus, 2008), h. 24.

menerjemahkan buku Min Mukhallafātin Al-Nisā’ dari bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia.

3. Sumber Data
Sumber data ini diperoleh dari kitab berbahasa Arab yang berjudul
Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin
Adullah Al Sadhan yang akan diterjemahkan oleh peneliti, karena di
dalamnya banyak memuat teks yang sarat akan unsur-unsur budaya pada
penerjemahan sebagai objek penelitian. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kultural. Populasi dalam penelitian
ini berupa unsur budaya yang ada pada teks sumber (Bsu) pada strategi
penerjemahan kultural kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ karya Abdul
Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan, sample dalam penelitian ini
adalah kata yang mengandung unsur budaya pada kitab tersebut.
4. Teknik Pemerolehan dan Pengumpulan Data
Sebagai data utama yang akan diterjemahkan, peneliti menentukan
pilihannya pada kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’. Seperti yang telah
disebutkan pada bab pertama, bahwa kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ ini
merupakan buku berbahasa Arab fusha. Sebelum menjatuhkan pilihan
pada buku ini, peneliti telah mengadakan komparasi dengan dua buku
berbahasa Arab lainnya. Namun, pada akhirnya peneliti memilih buku
Min Mukhallafātin Al-Nisā’ sebagai korpus penelitian, karena buku ini
memuat beberapa unsur-unsur budaya pada teks sumber. Pemilihan data

ini sangat penting kedudukannya bagi penulis, karena hal ini merupakan
langkah utama yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian, terutama
penelitian penerjemahan kultural. Hal ini senada dengan yang
disampaikan oleh Sudaryanto pada bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Linguistik Kedua: Metode dan Aneka Tehnik Pengumpulan
Data yang menyatakan bahwa seorang linguis yang ingin meneliti bahasa
harus mengawali penelitiannya dengan pengumpulan data tertentu.12
Dalam kegiatan ini penelitian akan mengolah data menjadi sebuah
klasifikasi berdasarkan kebutuhan penelitiannya setelah melalui proses
mencari data, pemerolehan dan pengumpulan data dan menentukan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu;
Langkah pertama yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
menerjemahkan kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’ sampai selesai.
Langkah ini peneliti lakukan untuk memahami isi dari kitab tersebut
secara utuh dan memperhatikan unsur budaya yang ada di dalamnya.
Langkah kedua adalah mengumpulkan data berdasarkan batasan ruang
lingkup penelitian yang sudah dikemukakan. Langkah ketiga, peneliti
mengklasifikasikan atau menulis serta menyusun data tersebut menjadi
transkripsi nahkah yang rapih berdasarkan konsep yang sesuai untuk
kepentingan penelitian. Kegiatan ini senada dengan yang disampaikan
oleh sudaryanto yang menyebutkan bahwa tahapan strategi pengumpulan
data biasanya diakhiri dengan sebuah transkripsi.
12

Sudaryanto. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Tehnik Pengumpulan
Data. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press1992), h. 57.

Kemudian, data yang telah ditranskripsikan menjadi sebuah naskah
terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya peneliti menelaah
kembali transkripsi nahkah terjemahan tersebut yang telah dibuat
berdasarkan sumber data dengan tujuan untuk menemukan sejumlah
unsur budaya terkandung dalam kitab tersebut. Setelah melakukan
kegiatan ini, peneliti melakukan wawancara kepada dua informan
terhadap penutur yang pernah tinggal di tanah Arab dan penutur yang
sangat dekat dengan budaya Arab akan tetapi bukan Asli orang Arab.
Kemudian peneliti akan menemukan sejumlah data yang nantinya akan
diolah kembali.
Selain itu, peneliti akan menganilisis temuan bukan hanya dari
kata, tetapi terdapat beberapa frase, idiom dan kolokasi. Peneliti akan
menganalisis data tersebut dari aspek unsur budayanya.Untuk proses
pemerolehan data bisa dilihat bagan dibawah ini:

5. Metode Analisis Data
Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat
dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan
metode penelitian kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur
statistik.13
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penulis mencari data berupa pustaka dan menyaring
serta memilih data-data yang ada untuk mendukung hasil penelitian.
13

Edi Subroto, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. (Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2007), h. 5.

Setelah mendapatkan data, penulis mengolah dan menganalisis data serta
menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.
Sudaryanto menerangkan bahwa istilah deskriptif bahwa penelitian
yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena
yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai sifat
pemaparan apa adanya. Dengan demikian, hasil analisisnya akan
berbentuk deskripsi fenomena unsur budaya yang terkandung dalam hasil
terjemahan kitab Min Mukhallafātin Al-Nisā’.14 Dan dalam

bentuk

Glosarium.
Pada tahap ini, peneliti mulai menempatkan sejumlah teori pada
beberapa data yang telah dipilih. Selanjutnya, penulis akan menganalisis
data-data tersebut. Dalam tahapan ini juga penulis akan melihat unsur
budaya pada data dan disesuaikan dengan strategi penerjemahan kultural
yang telah ditentukan. Kegiatan analisis ini akan dilakukan oleh penulis
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Pada tahap analisis ini
peneliti akan menjelaskan tahap analisis pada penelitian terjemaahan
kultural, yang kemudian, setelah mengklasifikasikan data yang sesuai,
penulis akan menjelaskan unsur budaya apa saja yang ada pada buku
tersebut. Lebih lanjut, dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

14

Sudaryanto, Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Tehnik Pengumpulan
Data. (Yogyakarta: Gadjah Mada University1992) Press, h. 62.

Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Setelah peneliti menerjemahkan (mentransfer) bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran dengan menerjemahkannya secara harfiah dan
kemudian mengklasifikasikannya sesuai kategori unsur budaya.
b. Pada proses analisis (pemahaman) bahasa sumber dianalisis menurut
hubungan gramatikal dengan makna kata, kombinasi kata, makna
tekstual dan bahkan secara kontekstual, sehingga ketika mentransfer
kedalam bahasa sasaran dapat sesuai dengan maksud yang terkandung
di dalam bahasa sumber dan penyampaiannya pun sesuai. Hal ini
merupakan proses transformasi balik.
c. Pada proses transfer ini yang telah dianalisis dan di pahami maknanya

tadi dan diolah oleh penerjemah ke dalam pikirannya kemudian
dipindahkan dari Bsu ke dalam Bsa yang sepadanan.
d. Pada tahap dan evaluasi ini, didapatkannya hasil terjemahan di Bsa,
hasil itu di evaluasi dan di cocokkan kembali dengan teks aslinya. Jika
dirasa masih kurang padan, maka dilakukanlah revisi, hingga
mendapatkan kata yang sesuai.
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku pedoman
penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima Bab, agar penulisan tidak
keluar dari pembahasan yang telah dicantumkan, oleh karena itu peneliti akan
memaparkannya sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab
tersendiri yang terdiri dari enam sub-bab, yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II adalah kerangka teori. kerangka teori ini terdiri dari empat sub-bab
yang menguraikan tentang hakikat terjemahan dan penerjemahan yang di
dalamnya berisi tentang pengertian serta konsep penerjemahan. Sub-bab kedua
menguraikan tentang penerjemahan kultural, definisi penerjemahan kultural
(budaya) serta proses penerjemahan kultural. Sub-bab ketiga yaitu mengenai teks

dan konteks sosial budaya. Sub-bab yang keempat yaitu mengenai strategi
penerjemahan kultural (budaya).
Bab III akan memaparkan korpus penelitian. Bagian ini akan membahas
sekilas tentang kitab dan penulis, mendeskripsikan tentang biografi Abdul Aziz
bib Muhammad bin Abdullah Al Sadhan.
Bab IV merupakan uraian tentang analisis data dan pembahasannya
dengan menggunakan hasil temuan. Serta pokok penelitian korpus data yang
peneliti peroleh dalam analisis berdasarkan konsep penerjemahan serta tahap
strategi menerjemahkan secara kultural yang digunakan untuk kepentingan pada
penelitian ini. kemudian mengetahui unsur budaya yang terkandung dalam
penelitian ini.
Bab V, pada bab ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang berupa hasil
analisis data, yang berisi uraian tentang ringkasan analisis dan evaluasi data yang
akan dijadikan kesimpulan dan rekomendasi bagi penelitian-penelitian berikutnya.