sumber sumber hukum islam hukum Takfili
HALAMAN PENGESAHAN
Anggota Kelompok
Resti Anisa Lestari
Muhammad Fawwazi Mutazzam
Oppi Ulandari
Anggota Kelompok
Putri Keizia Olivia Muhammad Rizky Arif Rindana Regyta Vieska
Pembimbing yang mengesahkan,
Drs. Muslich
ABSTRAK
Karya tulis ini berisi tentang sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i.
Dan juga berisi tentang keteladanan Rasulullah SAW periode Mekah. Dengan membaca karya tulis
ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami mengenai agama Islam dan beserta sejarahnya.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dalam rangka Tugas Pendidikan Agama Islam tahun
ajaran 2011/2012 kelas X5 SMA Negeri 1 Pangkalpinang.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada keluarga yang telah mendukung
kami dalam pembuatan karya tulis ini, dan juga pada setiap rekan kami yang telah membantu
dalam pembuatan karya tulis ini.
Karya tulis ini pun tidak luput dari kekurangan, dan kami meminta maaf sebesar-besarnya
atas kekurangan karya tulis ini. Saran dan kritik kami terima dari pembaca dan penilai.
Salam Hormat,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. 0
Halaman Pengesahan................................................................................................... 1
Abstrak....................................................................................................................... 2
Kata Pengantar............................................................................................................ 3
Daftar Isi..................................................................................................................... 4
Bab I
Bab II
Bab III
Pendahuluan.........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................
5
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
5
1.3 Batasan Masalah........................................................................
6
5
Pembahasan..........................................................................................
7
4.1 Sumber Hukum Islam, Hukum Taklifi, Dan Hukum Wad’i................
7
4.2 Keteladanan Rasulullah Saw Periode Mekah...................................
13
Penutup.................................................................................................
21
5.1 Kesimpulan......................................................................................
21
5.2 Saran...............................................................................................
21
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna yang sudah barang tentu mengandung aturan dan hukum
yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki
sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna,
yang disampaikan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Hukum Islam termaktub lengkap dalam
Al-Qur’an dan Sunnah, yang kemudian disebut sebagai Sumber Hukum Islam. Al-Qur’an dan
Sunnah adalah dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan
hidup demi mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat.
Selain Al-Qur’an dan Sunnah, juga terdapat beberapa dalil yang dijadikan sebagai sumber
hukum Islam, di antaranya ialah ijma’ dan qiyas.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hukum?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan sumber hukum Islam?
1.2.3 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Al-Qur’an?
1.2.4 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Hadis?
1.2.5 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Ijtihad?
1.2.6 Apa pengertian hukum Takfili dan hukum Wad’i, bagaimana kedudukan dan fungsinya?
1.2.7 Bagaimana penerapan hukum Takfili dan hukum Wad’i dalam kehidupan sehari-hari?
1.2.8 Bagaimana sejarah dakwah Rasulullah SAW dalam periode Mekah?
1.2.9 Bagaimana pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul?
1.2.10Bagaimana ajaran Islam periode Mekah?
1.2.11Bagaimana stategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah?
1.2.12Bagaimana reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW?
1.3Batasan Masalah
Pemahaman pembaca mengenai sumber hukum Islam dan sejarah keteladanan Rasulullah
SAW periode Mekah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
4.1 SUMBER HUKUM ISLAM, HUKUM TAKLIFI, dan HUKUM WAD’I
A. Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Dan Sumber Hukum Islam
Hukum menurut pengertian bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak
menetapkannya. Misalnya, menetapkan sifat panas pada api dan menetapkan sifat dingin pada es
atau tidak menetapkannya. Menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah khitab atau perintah
Allah SWT, yang menuntut mukalaf (orang yang sesudah balig dan berakal sehat) untuk memilih
antara mengerjakan dan tidak mengerjakan atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau
penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal, rukhsah (kemudahan), dan azimah.
Menurut istilah ahli fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan syariat,
berupa al-wujub, al-mandub, al-hurmah, al-karahah dan al-ibadah. Sedangkan perbuatan yang
dituntut itu disebut wajib, sunnah (mandub), haram, makruh, dan mubah
Maksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam.
Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah AlQur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegangan pada keduanya, yaitu
Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunahku (Hadis).” (H.R. Baihaqi)
5
Di samping itu, para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam,
setelah Al-Qur’an dan Hadis. Dasar hukum ijtihad adalah Hadis Nabi Muuhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Turmuzi dan Abu Daud yang mengungkapkan dialog Nabi SAW dengan Mu’az
bin Jabal, ketika Mu’az akan ditugaskan sebagai Gubernur Yaman.
2. Pengertian, Kedudukan, Dan Fungsi Al-Qur’an
a. Pengertian
Secara harfiah, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang artinya bacaan atau himpunan. AlQur’an berarti bacaan, karena merupakan kitab yang wajib dibaca dan dipelajari, dan berarti
himpunan karena merupakan himpunan firman-firman Allah SWT (wahyu).
Menurut istilah, Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT
yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada rasul/nabi terakhir Nabi Muhammad SAW, yang
membacanya adalah ibadah.
Al-Qur’an memiliki beberapa nama, seperti Al-Kitāb atau Kitab Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah,
2: 2), Al-Furqān yang artinya pembeda antara benar dan salah (Q.S. Al-Furqān 25: 1), Aż-Żikr yang
berarti peringatan (Q.S. Al-Ḥijr, 15: 9), dan At-Tanzīl yang artinya diturunkan (Q.S. Asy-Syu’arā’,
26: 192)
b. Kedudukan
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama
dari seluruh ajaran Islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan
manusia dengan alam. Dalil naqli bahwa Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama antara lain Q.S. An-Nisā’, 4: 59, Q.S. An-Nisā’, 4: 105 dan Hadis.
Hadis yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama adalah hadis riwayat Turmuzi dan Abu Daud yang berisi dialog, antara Rasulullah SAW
dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal, gubernur Yaman, sebagaimana sudah dikemukakan
terdahulu.
c. Fungsi
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Q.S. Al-Isrā’, 17: 9). Al-Qur’an merupakan mukjizat
terbesar yang Allah SWT karuniakan kepada Nabi Muhammad SAW terdiri dari 30 juz dan 114
surah, 89 Surah Makkiyyah dan 25 Surah Madaniyyah. Sedangkan jumlah ayat-ayatnya, 4.726
ayat dari Surah-surah Makkiyyah dan 1510 ayat dari Surah-surah Madaniyyah.
Sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, isi atau kandungan Al-Qur’an dapat dibagi
menjadi tiga pembahasan pokok, yaitu: (1) Akidah (keimanan), (2) Ibadah, (3) prinsip-prinsip
syariat, yaitu meliputi pembahasan tentang manusia, sosial, ekonomi, musyawarah, hukum
perkawinan, hukum waris, hukum perdana, dan hukum antarbangsa.
3. Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Hadis
a. Pengertian
Perkataan hadis berasal dari bahasa Arab yang artinya baru, tidak lama, ucapan,
pembicaraan, dan cerita. Menurut istilah ahli hadis yang dimaksud dengan hadis adalah segala
berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa ucapan, perbuatan, dan takrir
(persetujuan Nabi SAW) serta penjelasan sifat-sifat Nabi SAW.
b. Kedudukan
Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada tingkat kedua
sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an. Mereka beralasan kepada dalil-dalil Al-Qur’an
surah Ali-’Imran 3:132, surah Al-Ahzab 33:36 dan Al-Hasyr 59:7, serta hadis riwayat Turmuzi dan
Abu Daud yang berisi dialog antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal tentang
sumber hukum Islam.
6
c. Fungsi
Fungsi atau peranan hadis (sunah) di samping Al-Qur’anul Karim adalah:
1) Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
(bayan at-taqriri atau at-ta’kid).
2) Menjelaskan, menafsirkan, dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum dan samar
(bayan at-tafsir).
3) Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an (bayan attasyri) namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
4. Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Ijtihad
a. Pengertian
Menurut pengertian kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya
“jahada” yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh.
b. Kedudukan
Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Hadis.
Dalilnya adalah Al-Qur’an dan Hadis. Allah SWT berfirman yang artinya: ”Dan dari mana saja kamu
keluar maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram dan di mana saja kamu (sekalian)
berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya.” (Q.S.Al-Baqarah,2:150)
c. Fungsi
Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya
secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Bentuk-bentuk ijtihad
∞ Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.
∞ Qiyâs
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan, artinya menetapkan suatu hukum
perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
∞ Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan
kepentingan
hidup
manusia
berdasarkan
prinsip
menarik
manfaat
dan
menghindari
kemudharatan.
∞ Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya.
∞ Urf
7
Adalah
tindakan
menentukan
masih
bolehnya
suatu
adat-istiadat
dan
kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
B. Hukum taklifi dan hukum wad’i
1. Pengertian Hukum Taklifi dan Hukum wad’i Kedudukan dan Fungsinya
a. Pengertian
Hukum taklifi menurut pengertian kebahasaan adalah hukum pemberian beban. Sedangkan
menurut istilah ialah ketentuan Allah SWT yang menuntut mukalaf (balig dan berakal sehat) untuk
melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan, atau berbentuk pilihan untuk melakukan suatu
perbuatan.
Tuntunan Allah SWT untuk melakukan suatu perbuatan misalnya mendirikan salat dan
menunaikan zakat. Tuntunan Allah tersebut melahirkan kewajiban untuk melaksanakan salat dan
menunaikan zakat bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat wajibnya.
Tuntunan Allah SWT meninggalkan suatu perbuatan misalnya janganlah membunuh jiwa
yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu alasan yang benar . Tuntunan tersebut bersifat
pasti yakni dilarang membunuh jiwa yang diharamkan Allah maka pelakunya mendapat dosa.
Tuntunan Allah SWT yang mengandung pilihan misalnya dalam firman Allah berikut ini
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi “.
Tuntunan untuk mencari rezeki setelah selesai salat jum‘at itu, semula merupakan suatu
kewajiban. Karna masalah mencari rezeki itu tidak wajib bagi semua orang, dan tidak wajib juga
mencari rezeki setelah salat jum’at.
b. Kedudukan dan fungsi
Kedudukan dan fungsi hukum taklifi adalah membahas sumber hukum islam yang utama
yaitu Qur’an dan hadis dari segi perintah Allah dan Rosulnya wajib dikerjakan, dan laranganlarangan Allah dan Rosulnya harus ditinggalkan.
Macam – macam hukum taklifi:
1. Al-Ijab, yaitu tuntunan secara pasti dan syariat untuk dilaksanakan, tidak boleh
ditinggalkan, karna orang yang meninggalkannya dikenai hukuman. Bentuk hukuman
dari al-ijab ialah wajib (fardu). Perbuatan fardu ditinjau dari segi orang yang
melakukannya dapat dibagi menjadi dua :
Fardu’ain yaitu perbuatan yang harus dikerjakan setiap mukalaf contoh: melaksanakan
puasa ramadhan, salat lima waktu, haji, berbakti pada orang tua.
Fardu kifayah yaitu perbuatan yang harus dilakukan oleh salah seorang anggota
masyarakat, jika perbuatan tersebut dikerjakan minimal seorang masyarakat maka
anggota masyarakat lain tidak dikenai kewajiban dan bila tidak dikerjakan oleh seorang
pun maka seluruh anggota masyarakat dianggap berdosa. Contoh: memandikan,
mengkafani, mensalatkan dan menguburkan jenazah seorang muslim.
2. An-Nadb, yaitu tuntunan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, bila
dikerjakan dapat pahala dan ditinggalkan tidak dapat siksa. Perbuatan sunnah dibagi
menjadi dua yaitu:
Sunnah’ain yaitu perbuatan yang dianjurkan contoh: salat sunnah rawatib dll.
Sunnah kifayah yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh seseorang atau
beberapa orang dari golongan masyarakat. Contoh: mendoakan orang bersin dengan
lafal yarhamukallah (semoga Allah merahmati anda)
8
3. Al-karahah ialah sesuatu yang dituntut kepada mukalaf hukumnya makruh yaitu orang
mengerjakannya tidak berdosa dan yang meninggalkannya mendapat pahala. Contoh:
berjulan ketika azan jumat dll.
4. Al_tahrim ialah tuntunan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan atas sebab yang
pasti. Hukumnya ialah haram bila dikerjakan berdosa dan bila ditingalkan mendapat
pahala. Contoh: minum minuman keras dan durhaka pada orang tua dll.
5. Al-ibahah yaitu firman Allah yang mengandung pilihan untuk melakukan atau
meninggalkan suatu perbuatan. Hukumnya ialah mubah yaitu perbuatan yang boleh
dikerjakan dan ditinggalkan tidak dapat pahala ataupun berdosa. Contoh: memakan
jenis makanan halal dll.
Bentuk hukum wad’I ialah merupakan ketentuan Allah yang mengatur tentang sebab, syarat
mani (penghalang), batalazimah dan rukhsah dalam islam.
1. Sebab adalah suatu keadaan atau pristiwa yang dijadikan sebagai sebab adanya hukum
dan sebaliknya. Contoh: transaksi jual beli menjadi sebab perpindahan hak milik dari
penjual kepada pembeli.
2. Syarat adalah suatu yang dijadikan sebagai pelengkap terhadap perintah syar’i tidak sah
pelaksanaan suatu syar’i kecuali dengan adanya syarat tersebut. Contoh: menutup aurat
merupakan syarat sah salat dengan ini orang yang salat terbuka aurat nya maka salatnya
dianggap tidak sah.
3. Mani (penghalang) adalah suatu keadaan atau peristiwa yang ditetapkan menjadi
penghalang bagi adanya hukum. Contoh : najis yang ada di badan atau pakaian orang yang
sedang mengerjakan menjadi penghalang bagi sahnya salat.
4. Azimah dan Rukhsah adalah peraturan Allah SWT yang asli dan tersurat pada Qur‘an
misalnya kewajiban salat lima waktu dan puasa Ramadan. Rukhsah adalah ketentuan yang
di syariatkan oleh Allah sebagai keringanan yang diberikan kepada mukalaf dalam keadaan
khusus. Misal bagi orang dalam perjalanan jauh diberi keringanan untuk mengerjakan salat
zuhur di waktu asar dan salat maghrib di waktu isya.
2. Penerapan hukum taklifi dan hukum wad’I dalam kehidupan sehari-hari
Setiap muslim atau muslimah hendaknya menerapkan hukum taklifi dan hukum wad’I
dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim/muslimah yang menerapkan hukum taklifi dalam
kehidupan sehari-hari tentu selama hidup di alam dunia ini akan senantiasa melaksanakan
perintah allah dan meninggalkan segala larangan allah. Seorang muslim/muslimah yang
menerapkan hukum wad’I tentu akan senantiasa beribadah kepada allah dengan dilandasi rasa
ikhlas karena allah dan sesuai dengan ketentuan syara’ yakni terpenuhi syarat-syarat sahnya
rukun-rukunnya dan dipelihara dari hal-hal yang membatalkannya.
Beruntunglah muslim/muslimah yang selama hidup di dunia senantiasa menerapkan huum
taklifi dan hukum wad’I dalam kehidupan, serta-serta kebaikan-kebaikan yang banyak baik di alam
dunia maupun di akhirat.
4.2 KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
9
A. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah
1. Masyarakat Arab Jahiliah Periode Mekah
Objek dakwah rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab jahilliah atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat Arab waktu itu
terdapat dalam bidang agama, moral , dan hukum .
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari
ajaran agama Tauhid yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu , seperti Nabi Ibrahim A.S.
mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembahan . Berhala-berhala yang mereka
puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300
lebih . Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi , Hubal , Khuza’ah ,Lata
,Uzaa , dan Manat .
Selain itu ada pula sebagian masyarakat arab jahiliah yang menyembah malaikat dan
bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari , bulan , dan jin yang diperbuat
oleh sebagian masyarakat di luar kota mekah . Dalam bidang moral , masyarakat Arab jahiliah
telah menempuh cara-cara yang sesat seperti :
Bila terjadi peperangan antarkabilah , maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan
budak oleh kabilah yang menang perang .
Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah . Dalam masyarakat Arab jahiliah
perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya , ayahnya , atau anggota
keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau
anggota keluarga lain dari suaminya yang telah mati .
Memiliki kebiasaan buruk , yakni berjudi dan minum-minuman keras . Kejahiliah mereka
dalam bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-mabuk, berzina,
mencuri, merempok dan membunuh bukan merupakan perbuatan salah .
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab jahiliah itu buruk ,
tetapi ada pula yang baik seperti : memiliki keberanian dalam kepahlawanan, suka menghormati
tamu, murah hati, dan mempunyai harga diri. Dalam bidang perdagangan ada sebagian
masyarakat Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan . misalnya , para pedagang dari kabilah
Quraisy, Libanon, Palestina, dan Yordania dan pada musim dingin ke yaman (Q.S Quraisy , 106: 14). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali .
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Allah SWT , Tuhan yang maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak
membiarkan umat manusia khususnya masyarakat Arab berada dalam kebodohan sepanjang
zaman . lalu Dia mengutus seorang nabi dan rasul –Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad
SAW . Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT terjadi pada tanggal 17
ramadan , 13 tahun sebelum hijriah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu
itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur beberapa kilometer sebelah
utara kota Mekah dan berada di lerengnya (kira-kira berjalan 20 m dari puncaknya).
Muhammad diangkat Allah SWT sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai turunnya Malaikat
Jibril pada tanggal 17 ramadan 610 M, untuk menyampaikan wahyu yang pertama yakni Al-Qur’an
surah Al-‘Alaq 96: 1-5, turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut dalam sejarah islam dinamakan
Nuzul Al-Qur’an .
Setibanya di rumah , Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya Khadijah tentang
peristiwa yang dialaminya . Sebenarnya Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan
suaminya ,tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal saudara
sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya itu. Waraqah adalah seorang pemikir yang
10
telah berusia lanjut , beragama Nasrani yang telah menyalin kitab Injil dari bahasa Ibrahim ke
dalam bahasa Arab .
Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW, ia berkata , “itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Isa.
Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh kaummu .”
Nabi Muhammad SAW berkata ,”Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab Waraqah , “Ya , tidak
seorang pun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa (ajaran Islam) yang tidak
dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu , tentu aku akan menolongmu dengan
sekuat tenangaku.” ( H. R.Ahmad , Al-Bukhari dan Muslim). Menurut sebagian ulama, setelah turun
wahyu pertama (Q.S. AL-‘Alaq: 1-5) turun pula surah AL-Muddassir: 1-7, yang berisi perintah Allah
SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode mekah) selama 13
tahun (610-622 M), Secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau wahyu berupa AlQur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode
Mekah dinamakan surah Makkiyyah
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah yang harus didakwahkan Rasulullah SAW diawal kenabiannya
adalah sebagai berikut :
a. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa . Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dari makhluk-Nya, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT yang menyamai-Nya.
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT .
Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT termasuk kedalam perilaku syirik yang
hukumnya haram , dan merupakan dosa yang paling besar.
b. Hari kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia
bukanlah akhir
kehidupan tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang yakni kehidupan dialam kubur dan
dialam akhirat .
Manusia yang ketika didunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi
pekerti yang terpuji tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Dialam kubur akan
memperoleh berbagai kenikmatan dan dialam akhirat akan ditempatkan disurga yang penuh
dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika didunianya durhaka kepada Allah
SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan
dicampakkan kedalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan .
c. Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan
melarang keras mengotorinya . Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat dikandung
badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa dan dianggap
mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh beruntung
orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya dan alangkah ruginya orang yang mengotori
jiwanya .
d. Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan
adalah landasan bagi terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman
adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi dibawah
11
naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda ‘’Tidak dianggap beriman seorang Muslim diantara
kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya .‘’ ( H.R. Bukhari , Muslim ,
Ahmad , dan Nasa’I ).
Selain itu sesama umat Islam hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan, jangan saling menganiaya dan
jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan
umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa,
yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar ( Q.S. Al-Ma’un , 107 : 1-7 ).
B. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliannya dibidang agama, moral, dan hukum sehingga menjadi umat yang
meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah
mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut :
1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin bahwa masyarakat Arab
jahiliyah masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka.
Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya.
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat
dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut
adalah ;
a. Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian)
b. Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya,
waktu masuk Islam ia baru berusia 10tahun)
c. Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M)
d. Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dari tahun 573-634
M)
e. Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil) .
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasullulah SAW
tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang
saudagar kaya yang dihormati dan disegani banyak orang karena budi bahasanya yang halus,
ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasulullah SAW, yakni
berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
1. Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam
melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi
Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang Maha Pengasih.
2. Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris .
3. Utsman bin Affan .
4. Zubair bin Awam .
5. Sa’ad bin Abu Waqqas .
6. Thalhah bin Ubaidillah .
12
Orang-orang yang masuk Islam pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi yang
namanya sudah disebutkan diatas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian yaitu setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terangterangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an surah 26: 214-216. Tahap-tahap dakwah
rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari bani hasyim untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk islam.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota mekah terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar ka’bah untuk berkumpul di bukit shafa yang
letaknya tidak jauh dari ka’bah, Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua
yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan
hanya menyembah kepada Allah SWT.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok
yang menolak disertai teriakan dan ejekan. Salah satunya adalah Abu Lahab, ia
berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”
sebagai balasan terhadap kutukan abu lahab itu turunlah ayat al’quran yang berisi
kutukan Allah SWT terhdap abu lahab yakni surah al-lahab 111 : 1-5.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir quraisy, yaitu : hamzah bin abdul
muthalib (paman nabi SAW) dan umar bin khattab.
c. Rasulullah SAW menyampaikan dakwahnya kepada para penduduk diluar kota
mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar mekah yang masuk silam antara
lain :
Abu zar al-giffari, seorang tokoh dari kaum giffar. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh
kaumnya.
Tufail bin amr ad-dausi, seorang penyair terpandang dari kaum daus. Keislamannya itu
diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap yastrib (madinah), yang datang ke mekah untuk
berziarah nampak berhasil. Para penduduk yastrib secara bergelombang telah masuk
islam dihadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama pada tahun 620m telah masuk
islam dari suku aus dan khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621m,
Pada gelombang
ini telah
ke mekah
dan menemui Rasulullah
sebanyak
13 orang danketiga
gelombang
ketiga datang
tahun berikutnya
lebihuntuk
banyakberziarah
lagi .
SAW, umat islam penduduk yastrib yang jumlahnya mencapai 73 orang dan diantaranya 2 orang
wanita. Pertemuan umat islam yastrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan bai’atul aqabah. Isi bai’atul aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat islam yastrib bahwa mereka akan melindungi dan membela
Rasulullah SAW.
Setelah terjadinya peristiwa bai’atul aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya, yakni orang-orang islam yang bertempat tinggal di mekah untuk segera berhijrah ke
yastrib. Dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat islam penduduk mekah telah berhijrah
ke yastrib. Sedangkan nabi Muhammad SAW, abu bakar ash-shiddiq r.a, dan ali bin abu thalib
masih tetap tinggal di mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang
perintah dari Allah SWT kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama abu bakar ash-shiddiq r.a,
meninggalkan kota mekah tempat kelahirannya menuju yastrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini
terjadi pada awal bulan rabiul awal tahun pertama hijrah (622m). Sedangkan ali bin abu thalib
13
tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk
mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah
SAW itu dilaksanakan, kemudian ali bin abu thalib menyusul Rasulullah SAW berhijrah ke yastrib.
3. Reaksi kaum kafir quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW
Kaum kafir quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW, setelah berdakwah itu dilakukan
secara terang-terangan yakni semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof. Dr.a. shalaby dalam bukunya
“sejarah kebudayaan islam” telah menjelaskan sebab-sebab kaum kafir quraisy menentang
dakwah Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
a. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya terhadap Allah SWT.
Orang miskin yang bertakwa di hadapan Allah SWT lebih mulia dibandingkan orang kaya
yang durhaka (QS. Al-Hujurat 49:13)
b. Islam mengajarkan adanya kehidupan setelah mati yakni hidup di alam kubur dan dialam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam kuburnya akan
memperoleh kenikmatan dan di alam akhiratnya akan masuk surga. Sedangkan manusia
yang ketika didunianya durhaka dan banyak berbuat jahat, maka dialam kuburnya akan
disiksa dan dialam akhiratnya akan masuk neraka.
c. Kaum kafir quraisy menolak ajaran islam karena mereka berat meninggalkan agama dan
tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka. Mereka berkata “cukuplah bagi
kami apa yang telah kami terima dari nenek moyang kami” (QS. Al-Maidah 5:104)
d. Islam melarang menyembah berhala, mempejual-belikan berhala-berhala dan melarang
penduduk mekah dan luar mekah berziarah memuja berhala.
Usaha-usaha kafir quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam . antara lain :
Para budak yang telah masuk islam disiksa oleh para pemiliknya atau tuannya diluar
batas perikemanusiaan
Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir quraisy diharuskan menyiksa anggota
keluarganya yang telah masuk islam sehingga ia kembali menganut agama
keluarganya (agama watsani)
Nabi Muhammad SAW berdiri sendiri dilempari kotoran oleh ummu jamil (istri abu
lahab) dan dilempari isi perut kambing oleh abu jahal.
Kaum kafir quraisy meminta abu thalib, paman dan pelindung Rasulullah SAW agar
Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya.
Kaum kafir quraisy mengusulkan pada nabi Muhammad SAW agar permusuhan
diantara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir quraisy menganut islam
dan melaksanakan
ajaranya.
Disaat
lain umatkaum
islam menganut
agama terhadap
kaum kafir orang-orang islam,
Menghadapi
tantangan
dan
kekerasan
kafir Quraisy
selain nabi
SAWdan
bersabar,
berdoa
beliau menyuruh 16 orang sahabatnya untuk
Quraisy
melakukanbertawakal
penyembahandan
terhadap
berhala.
berhijrah ke habasyah (ethiopia) karena raja negus di negeri itu suka memberikan jaminan
keamanan kepada orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya. Peristiwa hijrah yang
pertama ke habasyah terjadi pada tahun 615m.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619m) abu thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat dalam usia 87 tahun. Empat hari setelah itu isteri tercintanya khadijah juga
wafat dalam usia 65 tahun. Dalam sejarah islam tahun wafatnya abu thalib dan khadijah disebut
‘amul huzni (tahun duka cita). Wafatnya abu thalib sebagai pemimpin bani hasyim menyebabkan
abu lahab seorang kafir yang sangat keras dalam memusuhi nabi SAW menggantikan kedudukan
abu thalib sebagai pemimpin.
14
Allah SWT senantiasa melindungi nabi Muhammad SAW dari berbagai malapetaka. Tidak
lama setelah bani hasyim dipimpin abu lahab, mut’im bin adi pemimpin kaum naufal menyatakan
perlindungannya terhadap nabi SAW. Bahkan menjelang peristiwa hijrah tahun 622m, umat islam
yastrib telah bersumpah setia akan melindungi Rasulullah SAW beserta para pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari opini penulis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mempelajari serta
memahami sumber hukum islam dan keteladanan Rasulullah SAW mak akan menambah wawasan
siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
5.2 Saran
Saran kepada para pembaca adalah, semoga anda semua dapat lebih memahami dan
memaknai arti Islam dalam hidup kita.
15
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri,2007, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta
16
Anggota Kelompok
Resti Anisa Lestari
Muhammad Fawwazi Mutazzam
Oppi Ulandari
Anggota Kelompok
Putri Keizia Olivia Muhammad Rizky Arif Rindana Regyta Vieska
Pembimbing yang mengesahkan,
Drs. Muslich
ABSTRAK
Karya tulis ini berisi tentang sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i.
Dan juga berisi tentang keteladanan Rasulullah SAW periode Mekah. Dengan membaca karya tulis
ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami mengenai agama Islam dan beserta sejarahnya.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dalam rangka Tugas Pendidikan Agama Islam tahun
ajaran 2011/2012 kelas X5 SMA Negeri 1 Pangkalpinang.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada keluarga yang telah mendukung
kami dalam pembuatan karya tulis ini, dan juga pada setiap rekan kami yang telah membantu
dalam pembuatan karya tulis ini.
Karya tulis ini pun tidak luput dari kekurangan, dan kami meminta maaf sebesar-besarnya
atas kekurangan karya tulis ini. Saran dan kritik kami terima dari pembaca dan penilai.
Salam Hormat,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. 0
Halaman Pengesahan................................................................................................... 1
Abstrak....................................................................................................................... 2
Kata Pengantar............................................................................................................ 3
Daftar Isi..................................................................................................................... 4
Bab I
Bab II
Bab III
Pendahuluan.........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................
5
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
5
1.3 Batasan Masalah........................................................................
6
5
Pembahasan..........................................................................................
7
4.1 Sumber Hukum Islam, Hukum Taklifi, Dan Hukum Wad’i................
7
4.2 Keteladanan Rasulullah Saw Periode Mekah...................................
13
Penutup.................................................................................................
21
5.1 Kesimpulan......................................................................................
21
5.2 Saran...............................................................................................
21
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna yang sudah barang tentu mengandung aturan dan hukum
yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki
sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna,
yang disampaikan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Hukum Islam termaktub lengkap dalam
Al-Qur’an dan Sunnah, yang kemudian disebut sebagai Sumber Hukum Islam. Al-Qur’an dan
Sunnah adalah dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan
hidup demi mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat.
Selain Al-Qur’an dan Sunnah, juga terdapat beberapa dalil yang dijadikan sebagai sumber
hukum Islam, di antaranya ialah ijma’ dan qiyas.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hukum?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan sumber hukum Islam?
1.2.3 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Al-Qur’an?
1.2.4 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Hadis?
1.2.5 Bagaimana pengertian, kedudukan, dan fungsi Ijtihad?
1.2.6 Apa pengertian hukum Takfili dan hukum Wad’i, bagaimana kedudukan dan fungsinya?
1.2.7 Bagaimana penerapan hukum Takfili dan hukum Wad’i dalam kehidupan sehari-hari?
1.2.8 Bagaimana sejarah dakwah Rasulullah SAW dalam periode Mekah?
1.2.9 Bagaimana pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul?
1.2.10Bagaimana ajaran Islam periode Mekah?
1.2.11Bagaimana stategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah?
1.2.12Bagaimana reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW?
1.3Batasan Masalah
Pemahaman pembaca mengenai sumber hukum Islam dan sejarah keteladanan Rasulullah
SAW periode Mekah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
4.1 SUMBER HUKUM ISLAM, HUKUM TAKLIFI, dan HUKUM WAD’I
A. Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Dan Sumber Hukum Islam
Hukum menurut pengertian bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak
menetapkannya. Misalnya, menetapkan sifat panas pada api dan menetapkan sifat dingin pada es
atau tidak menetapkannya. Menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah khitab atau perintah
Allah SWT, yang menuntut mukalaf (orang yang sesudah balig dan berakal sehat) untuk memilih
antara mengerjakan dan tidak mengerjakan atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau
penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal, rukhsah (kemudahan), dan azimah.
Menurut istilah ahli fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan syariat,
berupa al-wujub, al-mandub, al-hurmah, al-karahah dan al-ibadah. Sedangkan perbuatan yang
dituntut itu disebut wajib, sunnah (mandub), haram, makruh, dan mubah
Maksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam.
Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah AlQur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegangan pada keduanya, yaitu
Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunahku (Hadis).” (H.R. Baihaqi)
5
Di samping itu, para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam,
setelah Al-Qur’an dan Hadis. Dasar hukum ijtihad adalah Hadis Nabi Muuhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Turmuzi dan Abu Daud yang mengungkapkan dialog Nabi SAW dengan Mu’az
bin Jabal, ketika Mu’az akan ditugaskan sebagai Gubernur Yaman.
2. Pengertian, Kedudukan, Dan Fungsi Al-Qur’an
a. Pengertian
Secara harfiah, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang artinya bacaan atau himpunan. AlQur’an berarti bacaan, karena merupakan kitab yang wajib dibaca dan dipelajari, dan berarti
himpunan karena merupakan himpunan firman-firman Allah SWT (wahyu).
Menurut istilah, Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT
yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada rasul/nabi terakhir Nabi Muhammad SAW, yang
membacanya adalah ibadah.
Al-Qur’an memiliki beberapa nama, seperti Al-Kitāb atau Kitab Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah,
2: 2), Al-Furqān yang artinya pembeda antara benar dan salah (Q.S. Al-Furqān 25: 1), Aż-Żikr yang
berarti peringatan (Q.S. Al-Ḥijr, 15: 9), dan At-Tanzīl yang artinya diturunkan (Q.S. Asy-Syu’arā’,
26: 192)
b. Kedudukan
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama
dari seluruh ajaran Islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan
manusia dengan alam. Dalil naqli bahwa Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama antara lain Q.S. An-Nisā’, 4: 59, Q.S. An-Nisā’, 4: 105 dan Hadis.
Hadis yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama adalah hadis riwayat Turmuzi dan Abu Daud yang berisi dialog, antara Rasulullah SAW
dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal, gubernur Yaman, sebagaimana sudah dikemukakan
terdahulu.
c. Fungsi
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Q.S. Al-Isrā’, 17: 9). Al-Qur’an merupakan mukjizat
terbesar yang Allah SWT karuniakan kepada Nabi Muhammad SAW terdiri dari 30 juz dan 114
surah, 89 Surah Makkiyyah dan 25 Surah Madaniyyah. Sedangkan jumlah ayat-ayatnya, 4.726
ayat dari Surah-surah Makkiyyah dan 1510 ayat dari Surah-surah Madaniyyah.
Sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, isi atau kandungan Al-Qur’an dapat dibagi
menjadi tiga pembahasan pokok, yaitu: (1) Akidah (keimanan), (2) Ibadah, (3) prinsip-prinsip
syariat, yaitu meliputi pembahasan tentang manusia, sosial, ekonomi, musyawarah, hukum
perkawinan, hukum waris, hukum perdana, dan hukum antarbangsa.
3. Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Hadis
a. Pengertian
Perkataan hadis berasal dari bahasa Arab yang artinya baru, tidak lama, ucapan,
pembicaraan, dan cerita. Menurut istilah ahli hadis yang dimaksud dengan hadis adalah segala
berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa ucapan, perbuatan, dan takrir
(persetujuan Nabi SAW) serta penjelasan sifat-sifat Nabi SAW.
b. Kedudukan
Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada tingkat kedua
sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an. Mereka beralasan kepada dalil-dalil Al-Qur’an
surah Ali-’Imran 3:132, surah Al-Ahzab 33:36 dan Al-Hasyr 59:7, serta hadis riwayat Turmuzi dan
Abu Daud yang berisi dialog antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal tentang
sumber hukum Islam.
6
c. Fungsi
Fungsi atau peranan hadis (sunah) di samping Al-Qur’anul Karim adalah:
1) Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
(bayan at-taqriri atau at-ta’kid).
2) Menjelaskan, menafsirkan, dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum dan samar
(bayan at-tafsir).
3) Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an (bayan attasyri) namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
4. Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Ijtihad
a. Pengertian
Menurut pengertian kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya
“jahada” yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh.
b. Kedudukan
Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Hadis.
Dalilnya adalah Al-Qur’an dan Hadis. Allah SWT berfirman yang artinya: ”Dan dari mana saja kamu
keluar maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram dan di mana saja kamu (sekalian)
berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya.” (Q.S.Al-Baqarah,2:150)
c. Fungsi
Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya
secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Bentuk-bentuk ijtihad
∞ Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.
∞ Qiyâs
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan, artinya menetapkan suatu hukum
perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
∞ Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan
kepentingan
hidup
manusia
berdasarkan
prinsip
menarik
manfaat
dan
menghindari
kemudharatan.
∞ Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya.
∞ Urf
7
Adalah
tindakan
menentukan
masih
bolehnya
suatu
adat-istiadat
dan
kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
B. Hukum taklifi dan hukum wad’i
1. Pengertian Hukum Taklifi dan Hukum wad’i Kedudukan dan Fungsinya
a. Pengertian
Hukum taklifi menurut pengertian kebahasaan adalah hukum pemberian beban. Sedangkan
menurut istilah ialah ketentuan Allah SWT yang menuntut mukalaf (balig dan berakal sehat) untuk
melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan, atau berbentuk pilihan untuk melakukan suatu
perbuatan.
Tuntunan Allah SWT untuk melakukan suatu perbuatan misalnya mendirikan salat dan
menunaikan zakat. Tuntunan Allah tersebut melahirkan kewajiban untuk melaksanakan salat dan
menunaikan zakat bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat wajibnya.
Tuntunan Allah SWT meninggalkan suatu perbuatan misalnya janganlah membunuh jiwa
yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu alasan yang benar . Tuntunan tersebut bersifat
pasti yakni dilarang membunuh jiwa yang diharamkan Allah maka pelakunya mendapat dosa.
Tuntunan Allah SWT yang mengandung pilihan misalnya dalam firman Allah berikut ini
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi “.
Tuntunan untuk mencari rezeki setelah selesai salat jum‘at itu, semula merupakan suatu
kewajiban. Karna masalah mencari rezeki itu tidak wajib bagi semua orang, dan tidak wajib juga
mencari rezeki setelah salat jum’at.
b. Kedudukan dan fungsi
Kedudukan dan fungsi hukum taklifi adalah membahas sumber hukum islam yang utama
yaitu Qur’an dan hadis dari segi perintah Allah dan Rosulnya wajib dikerjakan, dan laranganlarangan Allah dan Rosulnya harus ditinggalkan.
Macam – macam hukum taklifi:
1. Al-Ijab, yaitu tuntunan secara pasti dan syariat untuk dilaksanakan, tidak boleh
ditinggalkan, karna orang yang meninggalkannya dikenai hukuman. Bentuk hukuman
dari al-ijab ialah wajib (fardu). Perbuatan fardu ditinjau dari segi orang yang
melakukannya dapat dibagi menjadi dua :
Fardu’ain yaitu perbuatan yang harus dikerjakan setiap mukalaf contoh: melaksanakan
puasa ramadhan, salat lima waktu, haji, berbakti pada orang tua.
Fardu kifayah yaitu perbuatan yang harus dilakukan oleh salah seorang anggota
masyarakat, jika perbuatan tersebut dikerjakan minimal seorang masyarakat maka
anggota masyarakat lain tidak dikenai kewajiban dan bila tidak dikerjakan oleh seorang
pun maka seluruh anggota masyarakat dianggap berdosa. Contoh: memandikan,
mengkafani, mensalatkan dan menguburkan jenazah seorang muslim.
2. An-Nadb, yaitu tuntunan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, bila
dikerjakan dapat pahala dan ditinggalkan tidak dapat siksa. Perbuatan sunnah dibagi
menjadi dua yaitu:
Sunnah’ain yaitu perbuatan yang dianjurkan contoh: salat sunnah rawatib dll.
Sunnah kifayah yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh seseorang atau
beberapa orang dari golongan masyarakat. Contoh: mendoakan orang bersin dengan
lafal yarhamukallah (semoga Allah merahmati anda)
8
3. Al-karahah ialah sesuatu yang dituntut kepada mukalaf hukumnya makruh yaitu orang
mengerjakannya tidak berdosa dan yang meninggalkannya mendapat pahala. Contoh:
berjulan ketika azan jumat dll.
4. Al_tahrim ialah tuntunan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan atas sebab yang
pasti. Hukumnya ialah haram bila dikerjakan berdosa dan bila ditingalkan mendapat
pahala. Contoh: minum minuman keras dan durhaka pada orang tua dll.
5. Al-ibahah yaitu firman Allah yang mengandung pilihan untuk melakukan atau
meninggalkan suatu perbuatan. Hukumnya ialah mubah yaitu perbuatan yang boleh
dikerjakan dan ditinggalkan tidak dapat pahala ataupun berdosa. Contoh: memakan
jenis makanan halal dll.
Bentuk hukum wad’I ialah merupakan ketentuan Allah yang mengatur tentang sebab, syarat
mani (penghalang), batalazimah dan rukhsah dalam islam.
1. Sebab adalah suatu keadaan atau pristiwa yang dijadikan sebagai sebab adanya hukum
dan sebaliknya. Contoh: transaksi jual beli menjadi sebab perpindahan hak milik dari
penjual kepada pembeli.
2. Syarat adalah suatu yang dijadikan sebagai pelengkap terhadap perintah syar’i tidak sah
pelaksanaan suatu syar’i kecuali dengan adanya syarat tersebut. Contoh: menutup aurat
merupakan syarat sah salat dengan ini orang yang salat terbuka aurat nya maka salatnya
dianggap tidak sah.
3. Mani (penghalang) adalah suatu keadaan atau peristiwa yang ditetapkan menjadi
penghalang bagi adanya hukum. Contoh : najis yang ada di badan atau pakaian orang yang
sedang mengerjakan menjadi penghalang bagi sahnya salat.
4. Azimah dan Rukhsah adalah peraturan Allah SWT yang asli dan tersurat pada Qur‘an
misalnya kewajiban salat lima waktu dan puasa Ramadan. Rukhsah adalah ketentuan yang
di syariatkan oleh Allah sebagai keringanan yang diberikan kepada mukalaf dalam keadaan
khusus. Misal bagi orang dalam perjalanan jauh diberi keringanan untuk mengerjakan salat
zuhur di waktu asar dan salat maghrib di waktu isya.
2. Penerapan hukum taklifi dan hukum wad’I dalam kehidupan sehari-hari
Setiap muslim atau muslimah hendaknya menerapkan hukum taklifi dan hukum wad’I
dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim/muslimah yang menerapkan hukum taklifi dalam
kehidupan sehari-hari tentu selama hidup di alam dunia ini akan senantiasa melaksanakan
perintah allah dan meninggalkan segala larangan allah. Seorang muslim/muslimah yang
menerapkan hukum wad’I tentu akan senantiasa beribadah kepada allah dengan dilandasi rasa
ikhlas karena allah dan sesuai dengan ketentuan syara’ yakni terpenuhi syarat-syarat sahnya
rukun-rukunnya dan dipelihara dari hal-hal yang membatalkannya.
Beruntunglah muslim/muslimah yang selama hidup di dunia senantiasa menerapkan huum
taklifi dan hukum wad’I dalam kehidupan, serta-serta kebaikan-kebaikan yang banyak baik di alam
dunia maupun di akhirat.
4.2 KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
9
A. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah
1. Masyarakat Arab Jahiliah Periode Mekah
Objek dakwah rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab jahilliah atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat Arab waktu itu
terdapat dalam bidang agama, moral , dan hukum .
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari
ajaran agama Tauhid yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu , seperti Nabi Ibrahim A.S.
mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembahan . Berhala-berhala yang mereka
puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300
lebih . Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi , Hubal , Khuza’ah ,Lata
,Uzaa , dan Manat .
Selain itu ada pula sebagian masyarakat arab jahiliah yang menyembah malaikat dan
bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari , bulan , dan jin yang diperbuat
oleh sebagian masyarakat di luar kota mekah . Dalam bidang moral , masyarakat Arab jahiliah
telah menempuh cara-cara yang sesat seperti :
Bila terjadi peperangan antarkabilah , maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan
budak oleh kabilah yang menang perang .
Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah . Dalam masyarakat Arab jahiliah
perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya , ayahnya , atau anggota
keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau
anggota keluarga lain dari suaminya yang telah mati .
Memiliki kebiasaan buruk , yakni berjudi dan minum-minuman keras . Kejahiliah mereka
dalam bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-mabuk, berzina,
mencuri, merempok dan membunuh bukan merupakan perbuatan salah .
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab jahiliah itu buruk ,
tetapi ada pula yang baik seperti : memiliki keberanian dalam kepahlawanan, suka menghormati
tamu, murah hati, dan mempunyai harga diri. Dalam bidang perdagangan ada sebagian
masyarakat Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan . misalnya , para pedagang dari kabilah
Quraisy, Libanon, Palestina, dan Yordania dan pada musim dingin ke yaman (Q.S Quraisy , 106: 14). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali .
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Allah SWT , Tuhan yang maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak
membiarkan umat manusia khususnya masyarakat Arab berada dalam kebodohan sepanjang
zaman . lalu Dia mengutus seorang nabi dan rasul –Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad
SAW . Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT terjadi pada tanggal 17
ramadan , 13 tahun sebelum hijriah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu
itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur beberapa kilometer sebelah
utara kota Mekah dan berada di lerengnya (kira-kira berjalan 20 m dari puncaknya).
Muhammad diangkat Allah SWT sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai turunnya Malaikat
Jibril pada tanggal 17 ramadan 610 M, untuk menyampaikan wahyu yang pertama yakni Al-Qur’an
surah Al-‘Alaq 96: 1-5, turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut dalam sejarah islam dinamakan
Nuzul Al-Qur’an .
Setibanya di rumah , Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya Khadijah tentang
peristiwa yang dialaminya . Sebenarnya Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan
suaminya ,tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal saudara
sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya itu. Waraqah adalah seorang pemikir yang
10
telah berusia lanjut , beragama Nasrani yang telah menyalin kitab Injil dari bahasa Ibrahim ke
dalam bahasa Arab .
Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW, ia berkata , “itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Isa.
Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh kaummu .”
Nabi Muhammad SAW berkata ,”Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab Waraqah , “Ya , tidak
seorang pun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa (ajaran Islam) yang tidak
dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu , tentu aku akan menolongmu dengan
sekuat tenangaku.” ( H. R.Ahmad , Al-Bukhari dan Muslim). Menurut sebagian ulama, setelah turun
wahyu pertama (Q.S. AL-‘Alaq: 1-5) turun pula surah AL-Muddassir: 1-7, yang berisi perintah Allah
SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode mekah) selama 13
tahun (610-622 M), Secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau wahyu berupa AlQur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode
Mekah dinamakan surah Makkiyyah
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah yang harus didakwahkan Rasulullah SAW diawal kenabiannya
adalah sebagai berikut :
a. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa . Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dari makhluk-Nya, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT yang menyamai-Nya.
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT .
Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT termasuk kedalam perilaku syirik yang
hukumnya haram , dan merupakan dosa yang paling besar.
b. Hari kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia
bukanlah akhir
kehidupan tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang yakni kehidupan dialam kubur dan
dialam akhirat .
Manusia yang ketika didunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi
pekerti yang terpuji tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Dialam kubur akan
memperoleh berbagai kenikmatan dan dialam akhirat akan ditempatkan disurga yang penuh
dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika didunianya durhaka kepada Allah
SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan
dicampakkan kedalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan .
c. Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan
melarang keras mengotorinya . Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat dikandung
badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa dan dianggap
mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh beruntung
orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya dan alangkah ruginya orang yang mengotori
jiwanya .
d. Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan
adalah landasan bagi terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman
adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi dibawah
11
naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda ‘’Tidak dianggap beriman seorang Muslim diantara
kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya .‘’ ( H.R. Bukhari , Muslim ,
Ahmad , dan Nasa’I ).
Selain itu sesama umat Islam hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan, jangan saling menganiaya dan
jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan
umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa,
yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar ( Q.S. Al-Ma’un , 107 : 1-7 ).
B. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekah.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliannya dibidang agama, moral, dan hukum sehingga menjadi umat yang
meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah
mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut :
1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin bahwa masyarakat Arab
jahiliyah masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka.
Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya.
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat
dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut
adalah ;
a. Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian)
b. Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya,
waktu masuk Islam ia baru berusia 10tahun)
c. Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M)
d. Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dari tahun 573-634
M)
e. Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil) .
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasullulah SAW
tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang
saudagar kaya yang dihormati dan disegani banyak orang karena budi bahasanya yang halus,
ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasulullah SAW, yakni
berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
1. Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam
melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi
Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang Maha Pengasih.
2. Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris .
3. Utsman bin Affan .
4. Zubair bin Awam .
5. Sa’ad bin Abu Waqqas .
6. Thalhah bin Ubaidillah .
12
Orang-orang yang masuk Islam pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi yang
namanya sudah disebutkan diatas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian yaitu setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terangterangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an surah 26: 214-216. Tahap-tahap dakwah
rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari bani hasyim untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk islam.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota mekah terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar ka’bah untuk berkumpul di bukit shafa yang
letaknya tidak jauh dari ka’bah, Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua
yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan
hanya menyembah kepada Allah SWT.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok
yang menolak disertai teriakan dan ejekan. Salah satunya adalah Abu Lahab, ia
berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”
sebagai balasan terhadap kutukan abu lahab itu turunlah ayat al’quran yang berisi
kutukan Allah SWT terhdap abu lahab yakni surah al-lahab 111 : 1-5.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir quraisy, yaitu : hamzah bin abdul
muthalib (paman nabi SAW) dan umar bin khattab.
c. Rasulullah SAW menyampaikan dakwahnya kepada para penduduk diluar kota
mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar mekah yang masuk silam antara
lain :
Abu zar al-giffari, seorang tokoh dari kaum giffar. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh
kaumnya.
Tufail bin amr ad-dausi, seorang penyair terpandang dari kaum daus. Keislamannya itu
diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap yastrib (madinah), yang datang ke mekah untuk
berziarah nampak berhasil. Para penduduk yastrib secara bergelombang telah masuk
islam dihadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama pada tahun 620m telah masuk
islam dari suku aus dan khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621m,
Pada gelombang
ini telah
ke mekah
dan menemui Rasulullah
sebanyak
13 orang danketiga
gelombang
ketiga datang
tahun berikutnya
lebihuntuk
banyakberziarah
lagi .
SAW, umat islam penduduk yastrib yang jumlahnya mencapai 73 orang dan diantaranya 2 orang
wanita. Pertemuan umat islam yastrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan bai’atul aqabah. Isi bai’atul aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat islam yastrib bahwa mereka akan melindungi dan membela
Rasulullah SAW.
Setelah terjadinya peristiwa bai’atul aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya, yakni orang-orang islam yang bertempat tinggal di mekah untuk segera berhijrah ke
yastrib. Dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat islam penduduk mekah telah berhijrah
ke yastrib. Sedangkan nabi Muhammad SAW, abu bakar ash-shiddiq r.a, dan ali bin abu thalib
masih tetap tinggal di mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang
perintah dari Allah SWT kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama abu bakar ash-shiddiq r.a,
meninggalkan kota mekah tempat kelahirannya menuju yastrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini
terjadi pada awal bulan rabiul awal tahun pertama hijrah (622m). Sedangkan ali bin abu thalib
13
tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk
mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah
SAW itu dilaksanakan, kemudian ali bin abu thalib menyusul Rasulullah SAW berhijrah ke yastrib.
3. Reaksi kaum kafir quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW
Kaum kafir quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW, setelah berdakwah itu dilakukan
secara terang-terangan yakni semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof. Dr.a. shalaby dalam bukunya
“sejarah kebudayaan islam” telah menjelaskan sebab-sebab kaum kafir quraisy menentang
dakwah Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
a. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya terhadap Allah SWT.
Orang miskin yang bertakwa di hadapan Allah SWT lebih mulia dibandingkan orang kaya
yang durhaka (QS. Al-Hujurat 49:13)
b. Islam mengajarkan adanya kehidupan setelah mati yakni hidup di alam kubur dan dialam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam kuburnya akan
memperoleh kenikmatan dan di alam akhiratnya akan masuk surga. Sedangkan manusia
yang ketika didunianya durhaka dan banyak berbuat jahat, maka dialam kuburnya akan
disiksa dan dialam akhiratnya akan masuk neraka.
c. Kaum kafir quraisy menolak ajaran islam karena mereka berat meninggalkan agama dan
tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka. Mereka berkata “cukuplah bagi
kami apa yang telah kami terima dari nenek moyang kami” (QS. Al-Maidah 5:104)
d. Islam melarang menyembah berhala, mempejual-belikan berhala-berhala dan melarang
penduduk mekah dan luar mekah berziarah memuja berhala.
Usaha-usaha kafir quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam . antara lain :
Para budak yang telah masuk islam disiksa oleh para pemiliknya atau tuannya diluar
batas perikemanusiaan
Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir quraisy diharuskan menyiksa anggota
keluarganya yang telah masuk islam sehingga ia kembali menganut agama
keluarganya (agama watsani)
Nabi Muhammad SAW berdiri sendiri dilempari kotoran oleh ummu jamil (istri abu
lahab) dan dilempari isi perut kambing oleh abu jahal.
Kaum kafir quraisy meminta abu thalib, paman dan pelindung Rasulullah SAW agar
Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya.
Kaum kafir quraisy mengusulkan pada nabi Muhammad SAW agar permusuhan
diantara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir quraisy menganut islam
dan melaksanakan
ajaranya.
Disaat
lain umatkaum
islam menganut
agama terhadap
kaum kafir orang-orang islam,
Menghadapi
tantangan
dan
kekerasan
kafir Quraisy
selain nabi
SAWdan
bersabar,
berdoa
beliau menyuruh 16 orang sahabatnya untuk
Quraisy
melakukanbertawakal
penyembahandan
terhadap
berhala.
berhijrah ke habasyah (ethiopia) karena raja negus di negeri itu suka memberikan jaminan
keamanan kepada orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya. Peristiwa hijrah yang
pertama ke habasyah terjadi pada tahun 615m.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619m) abu thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat dalam usia 87 tahun. Empat hari setelah itu isteri tercintanya khadijah juga
wafat dalam usia 65 tahun. Dalam sejarah islam tahun wafatnya abu thalib dan khadijah disebut
‘amul huzni (tahun duka cita). Wafatnya abu thalib sebagai pemimpin bani hasyim menyebabkan
abu lahab seorang kafir yang sangat keras dalam memusuhi nabi SAW menggantikan kedudukan
abu thalib sebagai pemimpin.
14
Allah SWT senantiasa melindungi nabi Muhammad SAW dari berbagai malapetaka. Tidak
lama setelah bani hasyim dipimpin abu lahab, mut’im bin adi pemimpin kaum naufal menyatakan
perlindungannya terhadap nabi SAW. Bahkan menjelang peristiwa hijrah tahun 622m, umat islam
yastrib telah bersumpah setia akan melindungi Rasulullah SAW beserta para pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari opini penulis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mempelajari serta
memahami sumber hukum islam dan keteladanan Rasulullah SAW mak akan menambah wawasan
siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
5.2 Saran
Saran kepada para pembaca adalah, semoga anda semua dapat lebih memahami dan
memaknai arti Islam dalam hidup kita.
15
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri,2007, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta
16