REGULASI PERKEMBANGAN FINTECH DENGAN IND

REGULASI PERKEMBANGAN FINTECH DENGAN INDUSTRI
PERBANKAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

LALU ADE WIRAWAN SASMITA
55417110021
Dosen : DR IR IWAN KRISNADI, MBA

MAGISTER TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
JULI 2018

REGULASI PERKEMBANGAN FINTECH DENGAN INDUSTRI
PERBANKAN DI INDONESIA
Lalu Ade Wirawan Sasmita
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi, MBA
Magister Teknik Elektro, Pasca Sarjana Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: [email protected]

Abstract

Di Indonesia, Teknologi Keuangan telah diatur oleh Bank Indonesia di Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 18/40 / PBI / 2016 tentang Pelaksana Proses Transaksi Pembayaran.
Undang-undang tersebut diatur menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dan UU No. 3 tahun
2011 tentang Transfer Dana. Untuk meningkatkan kehandalan dan industri daya
saing dalam sistem pembayaran nasional, jadi undang-undang ini juga mengatur struktur
kepemilikan eksekutor sebagai principal, switching eksekutor, kliring pelaksana, dan
pelaksana penyelesaian. Dua pihak yang tertata dengan baik di PBI PJP (Peraturan Bank
Indonesia Penyelenggara Jasa Pembayaran) adalah Pelaksana Penyedia Jasa Jasa
Pembayaran atau PJSP) dan Mendukung Pelaksana di Sistem Pembayaran.

Keyword: Financial Technology (Fintech), Industri Perbankan.

Pendahuluan
Indonesia adalah Negara kepulauan dengan penduduk terbanyak di Asia, memiliki lebih
dari 260 juta penduduk yang tersebar di antara 17.000 pulau dan tersebar dari barat ke timur
dan dari utara ke selatan.
Kondisi geografis seperti ini menimbulkan tantangan dan masalah yang berkaitan dengan
aspek pemerataan pembangunan dan perkembangan ekonomi, termasuk diantaranya adalah
masalah keuangan inklusif. Keuangan inklusif merupakan hal yang sangat penting untuk

segera diwujudkan dan ditingkatkan pencapaiannya di Indonesia karena hal tersebut diyakini
akan mendukung program penanggulangan kemiskinan dan penurunan kesenjangan
kemampuan ekonomi masyarakat.

Pemerintah memberikan perhatian serius terkait keuangan inklusif, yang dibuktikan
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Disebutkan dalam peraturan dimaksud bahwa sistem
keuangan inklusif diwujudkan melalui akses masyarakat terhadap layanan keuangan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonomi dan membuka jalan untuk keluar dari
kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun kenyataannya, jika di
bandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia, Indeks Keuangan Inklusif di Indonesia
masih relatif lebih rendah. Berdasarkan data Global Index 2014, baru sekitar 36% penduduk
dewasa di Indonesia yang memiliki akses keuangan pada lembaga keuangan formal. Dari
data survei 2016 yang dikeluarkan oleh OJK pada Strategi Nasional Literasi Keuangan
Indonesia (SNLKI), disebutkan bahwa indeks literasi keuangan sebesar 29,7%.
Berdasarkan Perpres No.82 diatas, pemerintah telah mendirikan Dewan Nasional
Keuangan Inklusif yang keanggotaannyaterdiri dari Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia,

Menko


Perekonomian,

Gubernur

Bank

Indonesia, Ketua

Dewan

Komisioner OJK, dan 12 Kementerian terkait lainnya. Implementasi dari SNKI ditujukan
untuk mencapai target keuangan inklusif yaitu persentase jumlah penduduk dewasa yang
memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal menjadi sebesar 75% pada
akhir tahun 2019.
Berkaitan dengan penggunaan teknologi
keuangan di

Indonesia, maka


saat

informasi

ini dapat dilihat

dan inovasi

di

sektor jasa

perkembangan yang

cukup

signifikan.Beragam layanan keuangan yang memanfaatkan teknologi informasi atau yang
sering disebut sebagai Financial Technology (Fintech) telah menjadi hal yang umum di
masyarakat, baik yang ditawarkan oleh lembaga keuangan yang diawasi oleh OJK (seperti
layanan pada bank, asuransi, asuransi, atau lembaga keuangan tedaftar lainnya) maupun

yang

ditawarkan

oleh

perusahaan

start- up (perusahaan yang belum terdafar dan

diawasi oleh OJK). Fintech sudah semakin diterima oleh masyarakat karena dapat
menghadirkan beragam layanan yang relatif menarik, mudah digunakan, dan nyaman untuk
digunakan oleh konsumen. Memperhatikan data Asosiasi Fintech Indonesia (AFI), jumlah
perusahaan Fintech di Indonesia tumbuh 78% pada periode 2015-2016. Sampai dengan
November 2016, tercatat tercatat sebanyak 103 perusahaan start-up Fintech yang terdaftar di

AFI. Melihat perkembangan dan potensi tersebut, maka Fintech diharapkan dapat berperan
sebagai pendukung untuk meningkatkan tingkat inklusi keuangan di Indonesia.
Teknologi Keuangan merupakan salah satu implementasi IT (Information Technology) di
bidang keuangan. Konsep inti FinTech berasal dari aplikasi Peer to Peer Concept (P2P)

yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk sharing musik. Lalu FinTech
pertama kali muncul pada tahun 2004 oleh Zopa, yang merupakan lembaga keuangan di
Inggris Raya itu melakukan dalam meminjam uang. Pada tahun 2008, BitCoin yang
diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pertama kali muncul sebagai uang digital untuk transaksi
online tapi ternyata tidak diperbolehkan lagi di indonesia Lalu datanglah Apple Pay,
Samsung Pay, dan PayPall. Di Faktanya, itu adalah banyak jenis perusahaan sebagai
pelaksana di FinTech seperti: diproduksi perusahaan (Apple Pay dan Samsung Pay),
penyedia dan perusahaan telekomunikasi (T-Cash, Dompet Indosat, XL Tunai, dll),
perusahaan sistem operasi (Android Pay), perbankan (Dompetku dll) dan lain-lain. Di
Indonesia, FinTech tumbuh dengan cepat karena peningkatan pengguna internet dan
smartphone, terutama bagi kaum muda Indonesia.
Industri perbankan di Indonesia masih merupakan pasar yang menarik bagi investor
untuk terjun ke dalam persaingan tersebut, terlebih lagi dengan Indonesia sebagai Negara
kepulauan dengan luas wilayah sebesar 1,9 juta km persegi dengan jumlah penduduk
yang mencapai ±241 juta jiwa sekaligus merupakan Negara keempat didunia yang memiliki
jumlah penduduk terbesar setelah China, India dan Amerika. Dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang meningkat dari berbagai sektor membuat Indonesia merupakan peluang pasar
industri perbankan yang cukup besar. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri
perbankan di Indonesia memasuki tahun 2011, maka persaingan antar perusahaan perbankan
pun semakin kompetitif. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya perusahaan perbankan

yang beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi dengan skala internasional yang
memaksa setiap bank untuk lebih kreatif dan inovatif agar dapat bertahan dan
mengembangkan dirinya. Industri perbankan merupakan sektor yang berperan cukup besar
dalam pembangunan suatu Negara.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka umusan masalah yang akan dibahas
adalah: Apakah pengertian Fintech? Apakah pengertian Industri Perbankan? Apakah
perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan? Bagaimana perkembangan Fintech
dengan Industri Perbankan diIndonesia?

2. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
Untuk mengetahui pengertian dari Fintech. Untuk mengetahui pengertian dari Industri
Perbankan. Untuk mengetahui perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan. Untuk
mengetahui perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia.

3. Studi Literatur
Dalam era perkembangan teknologi dan digitalisasi, kebutuhan masyarakat akan kegiatan

di sektor jasa keuangan yang mudah, cepat dan fleksibel pun meningkat. Kebutuhan
masyarakat ini mendorong para pelaku jasa keuangan untuk terus melakukan inovasi dan
transformasi dari transaksi secara tradisional ke dalam bentuk digital. Kegiatan dalam sektor
jasa keuangan, seperti mendatangi bank untuk melakukan transaksi, bertemu dengan agen
penjual langsung untuk mendaftarkan diri sebagai konsumen asuransi, atau mendatangi
perusahaan sekuritas bagi masyarakat yang ingin berinvestasi, diharapkan dapat digantikan
dengan proses yang lebih singkat, mudah, dan terjangkau dengan adanya platform digital.
PUJK juga dituntut untuk meningkatkan standar dan inovasi untuk menarik serta
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin modern. Upaya yang dilakukan adalah
dengan mengembangkan produk inovatif dan menguatkan sistem teknologi dalam bisnis
yang dilakukan oleh pelaku jasa keuangan. Dengan demikian, pelaku jasa keuangan dapat
bersaing pula dengan perusahaan-perusahaan Fintech yang berkembang di Indonesia bahkan
regional dan internasional.
Di Indonesia, Teknologi Keuangan telah diatur oleh Bank Indonesia di Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 18/40 / PBI / 2016 tentang Pelaksana Proses Transaksi Pembayaran.
Undang-undang tersebut diatur menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dan UU No. 3 tahun
2011 tentang Transfer Dana. Lisensi ini dari Bank Indonesia menerbitkan pelaksana layanan

sistem pembayaran baru itu tidak diatur dalam undang-undang sebelumnya, yaitu untuk:

mengalihkan eksekutor, gateway pembayaran pelaksana, dan eksekutor dompet elektronik.
Untuk meningkatkan kehandalan dan industri daya saing dalam sistem pembayaran
nasional, jadi undang-undang ini juga mengatur struktur kepemilikan eksekutor sebagai
principal, switching eksekutor, kliring pelaksana, dan pelaksana penyelesaian. Dua pihak
yang tertata dengan baik di PBI PJP (Peraturan Bank Indonesia Penyelenggara Jasa
Pembayaran) adalah Pelaksana Penyedia Jasa Jasa Pembayaran atau PJSP) dan Mendukung
Pelaksana di Sistem Pembayaran.

4. Pembahasan
A. Pengertian Financial Technology (FinTech)
Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut The
National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu inovasi pada sektor
finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern. Keberadaan
fintech diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan
aman. Proses transaksi keuangan ini meliputi proses pembayaran, proses peminjaman uang,
transfer, ataupun jual beli saham.
Dari konsep ini, kemudian muncullah startup yang bergerak di bidang fintech. Di
berbagai negara, startup fintech tengah menjadi tren terkini. Di Indonesia sendiri, startup
fintech juga sudah mulai banyak bermunculan dan diperkirakan akan menjadi tren di tahun
2018 ini. Startup-startup fintech di Indonesia tersebut, misalnya CekAja, UangTeman,

Pinjam, CekPremi, Bareksa, Kejora, Doku, Veritrans, Kartuku, adalah beberapa di
antaranya. Bahkan, seiring dengan perkembangan startup-startup fintech di Indonesia,
September 2015 lalu telah diluncurkan pendirian asosiasi perusahaan teknologi finansial
bernama FinTech Indonesia.

Layanan yang diberikan oleh startup fintech pastinya berkaitan dengan finansial.Namun,
setiap startup fintech memiliki fokus yang berbeda-beda.Ada startup yang fokus terhadap
bisnis mikro, dengan menyediakan penjualan pulsa, pembayaran tagihan, dan layanan
keuangan.Kemudian ada juga startup yang fokus menyediakan payment gateway untuk
memudahkan berbagai macam urusan pembayaran. Ada juga startup fintech yang fokus

menyediakan produk finansial, seperti kartu kredit, asuransi, dan investasi (ummi: 2016).
Fintech telah membawa warna baru dalam dunia finansial.

a. Sejarah Singkat Fintech
Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi
informasi di bidang keuangan. Alhasil, munculah berbagai model keuangan baru yang
dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan di Inggris yang
menjalankan jasa peminjaman uang. Kemudian model keuangan baru melalui perangkat
lunak Bitcoin yang digagas oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008. Dalam perspektif

sejarah, konsep inti dari pengembangan FinTech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari
aplikasi konsep peer-to-peer (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk
music sharing. Inovasi yang berkembang di sini adalah pengadaptasian prinsip jaringan
komputer yang diterapkan pada bidang keuangan. Meski pada mulanya konsep finansial P2P
ini diperuntukkan bagi para startup (wirausaha baru) dalam mencari investor untuk
membiayai bisnisnya. Tetapi dalam perkembangannya finansial P2P ini memiliki partisipan
yang lebih luas tidak hanya para pemodal untuk menginvestasikan uangnya kepada startup baru. Dengan banyaknya partisipan yang berkontribusi memasukkan uang maka
kemudian menjadi crowdfunding, sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi
para start-up saja seperti yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di Inggris.

b. Manfaat FinTech
(1) Kemudahan pelayanan finansial
Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih mudah. Nasabah juga
mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses pembayaran, pinjaman uang, transfer,
ataupun jual beli saham dengan cara mudah dan aman. Nasabah bisa mengakses pelayanan
finansial melalui teknologi seperti ponsel pintar maupun laptop. Sehingga tidak perlu datang
langsung

ke

bank

untuk

mendapatkan

pinjaman

demi

memenuhi

berbagai

kebutuhan.Kehadiran teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas membantu masyarakat
dalam memaksimalkan layanan finansial. Masyarakat yang memerlukan produk finansial

tertentu, cukup mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan finansial ini tercermin
dari proses kerja yang tergolong cepat serta minimnya kebutuhan dokumen untuk
mendapatkan produk finansial terkait.

(2) Melengkapi rantai transaksi keuangan
Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah melengkapi rantai
transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun karena ada tuntunan zaman dan pasar
ekonomi. Melalui Fintech segala transaksi keuangan seperti proses pembayaran,
pembiayaan, jual beli dan transfer semakin praktis dan aman. Pun, semuanya bisa diakses
hanya melalui smartphone atau tablet.Peranan Fintech bukan sebagai pengganti bagi bank
konvensional, melainkan sebagai pelengkap rantai transaksi keuangan.Hadirnya Fintech
memperkuat ekosistem keuangan di Indonesia karena bisa meningkatkan daya beli
masyarakat terhadap produk-produk finansial.Hal ini menjadi kesempatan emas dalam
menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai layanan keuangan.

(3) Meningkatkan taraf hidup
Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang mumpuni menikmati
layanan finansial. Bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), mengajukan kartu
kredit atau KTA bunga rendah saja sepertinya sulit. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan Bank
Indonesia yang mewajibkan masyarakat harus memiliki kartu kredit terlebih dahulu untuk
mendapatkan kartu kredit atau pinjaman. Pernyataan tersebut perlahan sirna karena Fintech
memudahkan MBR untuk mendapatkan pinjaman dana tunai hingga pembayaran dengan
cara mudah. Sehingga dengan adanya Fintech dapat mempercepat terwujudnya inklusi
keuangan seluruh

masyarakat

Indonesia,

bahkan

MBR

sekalipun. Dan

hal

ini

sekaligus meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan MBR.Mereka bisa memperoleh
pinjaman dengan bunga rendah untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.Pada akhirnya,
Fintech turut mendorong perekonomian Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan.

(4) Melawan lintah darat
Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah yang ingin mengajukan
produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat dengan penghasilan pas-pasan yang kurang

memenuhi syarat untuk mengajukan pinjaman di bank, mereka kerap meminjam pada lintah
darat atau rentenir dengan bunga tinggi. Ketika muncul Fintech, hal-hal seperti itu dapat
terhindari (ummi: 2016).

c. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara
penerapan FinTech
Dilihat dari pengertian dan beberapa manfaat dari Fintech, tidak dipungkiri bahwa
teknologi keuangan ini juga akan mampu membantu Indonesia dalam mengembangkan
teknologi di bidang keuangan. Di dukung oleh sifat masyarakat Indonesia yang konsumsif,
termasuk mengenai teknologi, maka inovasi perkembangan keuangan digital di Indonesia
akan cepat berkembang.
Manfaat positif dari penggunaan Fintech turut menarik perhatian masyarakat untuk
berbondong-bondong

menggunakan

teknologi

tersebut.

Beberapa

dampak

positif

pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan Fintech antara lain:
kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi keuangan, meningkatkan taraf
hidup, melawan lintah darat.
Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara transparan.
Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus dibayarkan, berapa cicilan per
bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang tersedia. Bahkan di AturDuit, Anda juga
menghitung simulasi cicilan per bulan sesuai jumlah pinjaman yang diajukan. Jadi, Fintech
dapat meringankan persoalan finansial. Secara khusus, keberadaan Fintech membantu
masyarakat dalam membuat keputusan keuangan.Saat inipun, Fintech jadi salah satu
sarana meningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena produk
online saat ini makin digemari publik.
d. Peranan FinTech
(1) Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik (e-commerce).
(2) Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya wirausahawan
(entrepreneur) baru.
(3) Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi, dsb.) untuk
meraih distribusi pasar yang luas (critical mass).
(4) Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum terlayani jasa

keuangan dan perbankan konvensional (unbanked population).

B. Perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia
a. Perkembangan FinTech di Indonesia
Menurut statista.com para ahli keuangan di Eropa melihat banyak potensial yang dimiliki
FinTech banyak berpengaruh dibidang “Pembayaran” 95% responden melihat perkembangan
tersebut sangat mungkin terjadi. Nilai transaksi FinTech di pasar dunia telah mencapai
US$

1,025,519

M

ditahun

2017,

dan segmen pasar terbesar berada pada segmen

pembayaran digital dengan nilai transaksi total US$ 738,340 M tahun 2017.
Sistem pembayaran digital munjul sejak hadirnya kecanggihan transaksi e- commerce (
Sumanjeet, 2009). Pembayaran digital (e-Payment) menurut Shon dan Swatman (1998)
merupakan pertukaran dana melalui saluran eletronik. E-payment membutuhkan
internet

untuk

bekerja,

sama

dengan

fungsi

pada penggunaan

koneksi

dilingkungan

perbankan elektronik (e-banking) dan belanja elektronik (e-shopping).
Di Indonesia telah banyak muncul perusahaan startup yang memakai jasa layanan
FinTech dan berbasis teknologi digital seperti seperti Gojek, Grab, dan Uber. Di Indonesia
FinTech dikenal lebih baik jika dibandingkan dengan bisnis konvensional yang

memiliki

citra yang biasa saja dan kaku. FinTech menggunakan teknologi, software, dan Big
Data. Usaha FinTech juga menggunakan data dari sosial media, seperti aktivitas sosial media
yang dapat dijadikan bagian dari analisis resiko. FinTech memiliki image “menghancurkan”
terhadap bidang perbankan, akan tetapi usaha FinTech dibentuk untuk memberikan
solusi bagi masyarakatbukan untuk merusak usaha lain.

b. Perkembangan Industri Perbankan di Indonesia
Bank Indonesia (BI) menyiapkan enam langkah perbaikan baik di industri perbankan
maupun dari sisi regulator. Ini dilakukan berdasarkan tantangan dan permasalahan
operasional yang timbul belakangan ini.
Langkah itu juga termasuk menyempurnakan standard operational procedure (SOP) dan
memastikan implementasinya di setiap aktivitas fungsional bank, termasuk pengawasan yang

dilakukan Dewan Komisaris. Langkah kedua, penguatan kebijakan Sumber daya manusia
(SDM) bank. Manajemen bank wajib menjaga integritas pegawai antara lain penegakan
prinsip know your employee.

Ketiga,

penguatan

customer. Bank

pelaksanaan

Sentral

prinsip

pengenalan

meminta perbankan

nasabah

agar lebih

aktif

atau

know your

dalam melakukan

pemantauan terhadap transaksi mencurigakan yang terjadi di bank dan melaporkannya pada
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). "Hal ini perlu dilakukan agar
industri perbankan tidak dijadikan sarana oleh pelaku kejahatan untuk mencuci hasil
kejahatan mereka," tambah Muliaman. Adapun langkah keempat menyasar sisi regulator
yaitu

melakukan penyempurnaan fokus pengawasan dan pemeriksaan. Muliaman

menjelaskan, selain pengawasan berbasis risiko, BI akan meningkatkan fokus aspek
kepatuhan pada aktivitas fungsional.
Langkah kelima, BI akan melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai alat
pembayaran menggunakan kartu (APMK), mengeluarkan aturan baru yang mengatur
aktivitas layanan nasabah premium termasuk wealth management, dan menerbtkan aturan
mengenai pelaksanaan kegiatan alih daya (outsourcing) pada bank umum.

5. Penutup
Financial Technology itu adalah Kegiatan usaha yang sangat efisien, tidak perlu banyak
karyawan, tidak perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi small office saja. Lebih
efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga dapat menyalurkan pinjaman
dengan bunga kredit lebih rendah. Dan perusahaan fintech yang sekarang tumbuh subur
dikawasan Asia, yang jumlahnya diperkirakan telah mencapai 2.500 perusahaan itu
tampaknya sangat berpotensi menggerus pasar Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik bank
di Indonesia. Industri Perbankan itu adalah Usaha perbankan yang kurang efisien
dibandingkan dengan Financial Technology, sehingga membuat beban operasional cukup
besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari pendapatan operasionalnya.

Daftar Pustaka
PERATURAN
Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/ PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic
Money). Gubernur Bank Indonesia. Jakarta
Indonesia. 2008. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi

Elektronik.

Presiden Republik Indonesia. Jakarta.
Indonesia. 1999. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Presiden Republik
Indonesia. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.77/POJK.01/2016 tentang

Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Against Dwolla For Misrepresenting Data Security Practices. Deloitte. 2016. “National Readiness For
Fintech”.
IMF Staff Discussion Note. 2017. Fintech and Financial Services: Initial Consideration.
Information Technology & Innovation Foundation. 2016. Policy Principles For Fintech.
International
Organization
Financial Technologies (Fintech).

of

Securities

Commissions. 2017.

IOSCO Research

Latumaerissa Julius, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta, salemba empat Press, 2011)

Report On