BAB IV HASIL PENELITIAN (1)

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara, sebagai bentuk
pengumpulan data dan informasi-informasi dengan narasumber. Hasil penelitian berasal
dari analisis data dari wawancara. Partisipan yang menjadi narasumber terdiri dari 7 guru
dan 1 kepala sekolah.
Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana hasil penelitian cara guru
mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap siswa/siswi.
B. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
1) Sejarah singkat Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Berawal dari desakan masyarakat kampung nagrog kepada tokoh masyarakat
setempat, dimana masyarakat menginginkan adanya sekolah dasar yang bernuansakan
islami. Tokoh masyarakat setempat setuju dan diberikanlah tanah wakaf oleh K.H
Samirin sebagai tokoh masyarakat yang dikenal memiliki tanah untuk dijadikan
sekolah oleh masyarakat. Pada zaman dahulu sekolah dasar merupakan tingkat
pendidikan yang tinggi untuk masayarakat pedesaan dikarenakan setelah lulus
sekolah dasar banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, bahkan banyak
yang berhenti ditengah perjalanan belajar. Pada tahun 1968 didirikanlah Madrasah
yang diberikan nama Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog dibawah naungan
Yayasan As Sufiyah karena terletak di Kampung Nagrog dan memiliki harapan bahwa

kampung tersebut dijadikan dan dikenal sebagai kampung pendidikan oleh
masyarakat luar kampung nagrog.
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog terletak di daerah pedesaan bawah
kaki gunung salak yang masih menganut kepada ajaran-ajaran adat yang mereka
percayai. Pada awalnya madrasah tersebut hanya memiliki 5 murid ditahun pertama
dimulainya sekolah, lambat laun madrasah tersebut semakin banyak mendapatkan
murid, hingga saat ini karena banyaknya sekolah-sekolah tingkat dasar maka semakin
banyak saingan dalam mencari siswa yang ingin sekolah di Madrasah.
2) Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog yaitu sebagai
lembaga Pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama. Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ikut bertanggung jawab mewujudkan Pendidikan
Nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa, mempertinggi budi pekerti melalui
akhlakul karimah agar dapat menumbuhkan insan-insan kamil yang mempunyai ilmu
pengetahuan, serta iman dan taqwa, bertanggung jawab kepada dirinya, agama,
bangsa dan negara.
3) Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog memiliki tanah seluas 360 m 2 yang
merupakan milik masyarakat kampung nagrog yang dikelola oleh keluarga Yayasan

As Sufiah dengan luas bangunan 250 m2, berikut keterangan sarana dan prasarana
yang terdapat di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog:
Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog
Tabel 4.1
Luas Tanah
No.

1.
2.
3.
4.
5.

Luas Tanah (m2) Menurut Status Sertifikat

Status Kepemilikan

Bersertifikat

Belum Sertifikat


Total

360

360

Hak Milik Sendiri
Wakaf
Hak Guna Bangunan
Sewa/Kontrak
Pinjam/Menumpang

Tabel 4.2
Penggunaan Tanah
Luas Tanah Menurut Status Sertifikat (m2)
No.

1.
2.

3.
4.
5.

Penggunaan
Tanah

Bersertifikat

Bangunan
Lapangan Olahraga
Halaman
Kebun/Taman
Belum Digunakan

Belum Sertifikat

Total

Status

Kepemilikan

Status
Penggunaan

1)

2)

250
40
70

Tabel 4.3
Jumlah dan Kondisi Bangunan
No.

Jenis Bangunan

Jumlah Ruangan Menurut Kondisi

Baik

Status
Kepemilikan 1)

Total Luas
Bangunan (m2)

1.

Ruang Kelas

1

2.

Ruang Kepala Madrasah

1


3.

Ruang Guru

4.

Ruang Tata Usaha

5.

Laboratorium IPA (Sains)

6.

Laboratorium Komputer

7.

Laboratorium Bahasa


8.

Laboratorium PAI

9.

Ruang Perpustakaan

10.

Ruang UKS

11.

Ruang Keterampilan

12.

Ruang Kesenian


13.

Toilet Guru

14.

Toilet Siswa

15.

Ruang Bimbingan Konseling
(BK)

16.

Gedung Serba Guna (Aula)

17.

Ruang OSIS


18.

Ruang Pramuka

19.

Masjid/Mushola

20.

Gedung/Ruang Olahraga

21.

Rumah Dinas Guru

22.

Kamar Asrama Siswa (Putra)


23.

Kamar Asrama Siswi (Putri)

24.

Pos Satpam

25.

Kantin

Rusak
Ringan

Rusak
Sedang

5

1

Rusak
Berat

1

1

Kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah Mathlau Anwar Nagrog tidak memiliki
banyak sarana dan prasaran yang mendukung dalam proses pembelajaran maupun dalam
proses sosialisasi perbedaan dan peran gender kepada siswa. Madrasah Ibtdaiyah
Mathlaul Anwar Nagrog hanya memiliki 1 Ruang Guru yang menyatu dengan Ruang
Kepala Sekolah, kemudian hanya ada 1 toilet dan kurang layak untuk digunakan oleh

siswa dan siswi, dan Ruang Kelas yang tidak memiliki cukup sarana dan prasarana untuk
mendukung proses pembelajaran yang ada.
4) Data Guru
Data guru Madrasah Ibtidaiyah mathlaul Anwar Nagrog Tahun Pelajaran 20162017, sebagai berikut:
Tabel 4.1
NIP / NIGNP

NUPTK / PegId

111232010232320
003
195803011990031
004
111232010232320
002
111232010232320
004
111232010232320
006
111232010232320
005
111232010232290
008

9845756657200
022
6633734638200
002
2163755657300
033
5933764666300
012
4834750653210
042
7839756658300
052
Id202300781940
01

Nama Lengkap
Personal
WAWAN
GUNAWAN, S.PD.I
JEANUDDIN, S.PD
TUTI HERAWATI
.SOS.I
LATIFAH, S.PD.I
KHOTIMATUL
WILDAH,S.AG
KOMARIAH, S.PD.I
WINDIANA
PUSPITA DEWI
LUSI CITRA
YUREZA

NIK/No. KTP
32011513057800
05
32011501035800
02
32011571087700
03
32011541068600
02
32030542057205
287
32030547057803
367
32011554119400
03
32011531109400
04

Tanggal Lahir
(dd/mm/yyyy
)

Jenis
Kelamin

BOGOR

13/05/1978

L

BOGOR

01/03/1958

L

BOGOR

31/08/1977

P

BOGOR

01/06/1986

P

BOGOR

02/05/1972

P

BOGOR

07/05/1978

P

BOGOR

14/11/1994

P

BOGOR

31/10/1994

P

Tempat
Lahir

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat delapan guru, yang salah
satunya adalah sebagai kepala sekolah. Berdasarkan tabel di atas peneliti
mendapatkan keterangan bahwa di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar dalam
Administrasi memiliki kekurangan yang cukup disayangkan, karena di Madrasah
tersebut tidak memiliki cukup guru untuk membantu berlangsungnya administrasi di
sekolah. Seperti halnya diketahui bahwa hanya ada Kepala Sekolah, Wali Kelas dan
Guru Mata Pelajaran saja, tidak ada TU (Tata Usaha), Wakil Kepala Madrasah bagian
Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan lain sebagainya dalam
membantu proses administrasi di Madrasah tersebut, selama ini semua pekerjaan
yang bersangkutan dengan hal-hal tersebut diambil alih oleh Kepala Madrasah.
5) Data Siswa
Berikut data siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog Tahun Pelajaran
2016-2017:
Tabel 4.5
Nama Rombel

Tingkat/
Kelas 1)

Kurikulum
2)

Nama
Ruang
Kelas 3)

Lk.

Pr.

1

1

1

1

5

11

Jumlah Siswa

Nama Wali Kelas

Latifah

2
3

2
3

1
2

2
3

9
9

7
11

Kholimatul Wildah
Komariah

4
5

4
5

1
1

4
5

14
15

10
9

Lusy Citra Yureza
Jaenuddin

6

6

2

6

17

6

Tuti Herawati

1)

Tingkat/Kelas

:

1 : Kelas
1

2)

Kurikulum Yang
Digunakan

:

1 : Kurikulum 2013

2 : Kelas 2

3:
Kelas 3
2:
KTSP
2006

4:
Kelas 4

5 : Kelas
5
3:
Mandiri

Berdasarkan tabel di atas jumlah keseluruhan siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul
Anwar Nagrog yaitu 123 siswa, meliputi : 69 Siswa laki-laki dan 54 Siswi
perempuan.
C. Informasi Partisipan
Dalam penelitian ini partisipan sebanyak 8 orang yang terdiri dari 7 guru dan 1
Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.
Informasi partisipan penelitian dijabarkan pada bab ini agar pembaca dan penguji
dapat memahami situasi dan hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif kesimpulan
penilitan tidak bisa disamakan, oleh karena itu siapa yang diwawancarai dan kapan
diwawancarai itu sangat penting karena kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda dari
setiap orang yang diwawancarai maupun jika dilakukan dengan waktu yang berbeda dan
mewawancarai orang yang berbeda, informasi partisipan yang telah peneliti wawancarai
sebagai berikut:
Partisipan WG adalah Kepala Sekolah dari Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar
Nagrog, partisipan WG berusia 39 tahun dan berjenis kelamin laki-laki, partisipan WG
sudah menjabat sebagai Kepala Sekolah selama 3 tahun dan mengajar di Madrasah
selama 14 tahun, partisipan selain menjabat sebagai Kepala Sekolah partisipan pun
mengajar pelajaran Matematika di kelas 4, 5 dan 6.
Partisipan WPD adalah guru mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Inggris di kelas
3, 4 dan 6, partisipan WPD berusia 23 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan
WPD mengajar di madrasah ibtidaiyah mathlaul anwar nagrog selama 3 tahun.
Partisipan LCY adalah wali kelas 4 dan mengajar Bahasa Indonesia di kelas 6,
partisipan LCY berusia 23 tahun dan berjenis kelamin perempuan, partisipan LCY sudah
mengajar di madrasah ibtidaiyah mathlaul anwar nagrog selama 2 tahun.

6:
Kelas 6

Partisipan KW adalah wali kelas 2, partisipan KW berusia 45 tahun dan berjenis
kelamin perempuan, partisipan KW sudah mengajar di madrasah ibtidaiyah mathlaul
anwar nagrog selama 10 tahun.
Partisipan J adalah guru mata pelajaran PKN, Fikih dan Bahasa Sunda tetapi pada
ajaran baru di semester 2 partisipan J ditunjuk menjadi wali kelas 5 menggantikan wali
kelas yang berhenti dari sekolah, partisipan J berusia 59 tahun dan berjenis kelamin lakilaki, partisipan J sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama
31 tahun.
Partisipan K adalah wali kelas 3, partisipan K berusia 39 tahun dan berjenis
kelamin perempuan, partisipan K sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul
Anwar Nagrog selama 10 tahun.
Partisipan TH adalah wali kelas 6, partisipan TH berusia 40 tahun dan berjenis
kelamin perempuan, partisipan TH sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul
Anwar Nagrog selama 15 tahun.
Partisipan L adalah wali kelas 1, partisipan L berusia 31 tahun dan berjenis
kelamin perempuan, partisipan L sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul
Anwar Nagrog selama 12 tahun.

D. Paparan Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil penelitian
terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu mendeskripsikan bagaimana
cara guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap siswa/siswi.
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan jawaban partisipan pada saat
diwawancarai yang dilakukan oleh peneliti. Pada wawancara ini terdapat 15 (lima belas)
pertanyaan untuk 8 (delapan) guru tentang cara guru mensosialisasikan perbedaan dan
peran gender. Hasil wawancara lalu peneliti buatkan transkip, kemudian transkip tersebut
peneliti olah dengan cara mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data. Data
yang direduksi adalah informasi yang tidak berhubungan dengan penelitian. Data yang
disajikan dibuat dalam bentuk-bentuk poin, berdasarkan pertanyaan wawancara. Baru
setelah itu peneliti dapat menyimpulkan secara deskriptif dan juga penelitian ini
menjawab pertanyaan penelitian, dan bagaimana data tersebut menjawab penelitian ini.

Untuk membuat paparan hasil lebih mudah dibaca dan dimengerti, maka peneliti
membagi pembahasan menjadi tiga bagian, sesuai dengan tema yang dibahas oleh
partisipan, yaitu: (1) guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan
peran gender; 2) guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender; 3) sarana dan
prasarana sekolah tidak mendukung.
1. Guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan peran
gender
Tidak adanya perbedaan secara khusus yang dilakukan oleh guru kepada siswa
menjadikan salah satu faktor utama alasan siswa berperilaku tidak sesuai dengan
peran gendernya masing-masing, di mana siswa tidak diberikan sosialisasi khusus
mengenai perbedaan dan peran gender. Pengenalan gender kepada siswa dianggap
penting oleh guru tetapi sosialisasi yang dilakukan tidak terlaksana dengan baik,
hingga gurupun tidak menyadari yang mereka ajarkan mengenai pengenalan gender
kepada siswa.
Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan WG sebagai Kepala Sekolah
pada saat diwawancarai, berikut pemaparannya:
“Kalau untuk mensosialisasikan gender itu sendiri sebetulnya belum yah.
Tetapi kita selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi, mungkin
dengan adanya penelitian seperti ini kan dijadikan acuan untuk sekolah hmm
untuk memperhatikan lagi mengenai pengenalan gender gitu yah. Karena
selama ini kita lebih terfokus kepada hal yang namanya bully gitu,
dikhawatirkan namanya anak-anak mah ya suka aja bercandanya keterlaluan
mau itu anak laki-laki apa perempuan sama aja.”1
Hal serupapun dikatakan oleh partisipan LCY, bahkan ia mengatakan baru
mengetahui apa itu gender, berikut pemaparan LCY:
“Belum yah, karena di IPA itu juga hanya jenis kelamin aja karena gender itu
juga saya baru tahu sekarang makanya kaget oh ternyata gender dan jenis
kelamin itu berbeda, mungkin dengan adanya penelitian begini jadi perhatian
tersendiri untuk kedepannya dalam memperkenalkan gender dan jenis
kelamin.. Secara khususnya mah ga ada ya dikasih tau ke anaknya gitu mah ga
ada sama aja semuanya juga.”2

1

Partisipan WG, Wawancara Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28
April 2017 di Ruang Guru
2
Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru

Tidak hanya itu, WPD, KW, J, K, dan TH juga mengatakan bahwa belum ada
sosialisasi secara khusus mengenai perbedaan peran gender, berikut pemaparannya
pada saat diwawancarai:
“Belum ada (hahaha). Disini tuh sama sekali tidak mendukung gitu, (haha).
Justru kalau kita punya kreativitas sendiri aja belum didukung malahan tidak
didukung. Jadi, guru-gurunya juga ga ada yang sosialisasiin secara khusus gitu
loh ke anak-anak tentang peran-peran mereka bagaimana, kalaupun ada
kayanya itu mah emang ngalir aja kayanya guru-gurunya aja semuanya ga ada
yang ngerti deh (hehe).”3
“Kayanya sama aja engga ada sosialisasi khusus gitu yahh yang dilakukan oleh
sekolah gitu untuk gender mah. Ya ngajar kaya biasa aja gitu yah (hehe).”4
“Kalau saya liat yah mengenai gender serpetinya ga ada yang kita
sosialisasikan secara khusus. Tapi, ya mungkin ada guru kali ya yang ngerti
gender dia memberikan pengarahan khusus gitu. Setau saya sih ga ada ya sama
aja semuanya juga.”5
“Saya liat di sekolah ini belum ada usaha sendiri mengenai pengenalan gender
kepada siswa, palingan juga guru-gurunya menyelipkan di pelajarannya
masing-masing yang mereka ajarkan ya walaupun sebenarnya ga semua guru
faham kalau yang mereka sampaikan ternyata mengenai gender gitu
(hehehe).”6
“(hmm) mungkin ya kalau dari pihak guru mah melakukan sosialisasinya
secara ga disadari aja yaah, dari metode pengajarannya mungkin kan udah
membedakan antara anak laki-laki sama anak perempuan. Kalau dari pihak
sekolah mah mungkin belum ada sosialisasi khusus (hehehe) pernah ada
sosialisasi itu tentang bully neng soalnya disini bully itu sering terjadi yang
dilakuin sama anak perempuan atau laki-laki.”7
Dari paparan partisipan di atas menunjukkan bahwa guru tidak pernah
mensosialisasikan secara khusus tentang pemahaman peran gender pada siswa, hal
3

Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
4
Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru
5
Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April 2017
di Rumah Partisipan
6
Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
7
Partisipan TH, WawancaraWali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan

tersebut membuat siswa berperilaku tidak sesuai dengan peran gendernya masing2.

masing.
Guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender
Kurangnya pengetahuan guru tentang perbedaan dan peran gender
menjadikan tidak adanya sosalisasi kepada siswa, sehingga siswa tidak mempunyai
pengetahuan lebih tentang perbedaan dan peran gender. Seperti yang dikatakan
langsung oleh partisipan LCY, berikut pemaparannya :
“Maksudnya buat anak-anak? baru tau juga ya gender sama jenis kelamin itu
berbeda gitu, ternyata gender itu berarti tanggung jawabnya yaah peran
penting untuk si laki-laki dan si perempuan. (Eeeehmm) ya mungkin kalau
laki-laki mah umum ya maksudnya mereka harus tanggung jawab dan lakilaki itu tanggung jawabnya besar untuk perempuan mungkin apa ya
perempuan itu? Hanya mampu menerima kali yah (hahaha). Makanya saya
kaget juga kalau ternyata gender dan jenis kelamin berbeda, gender lebih
fungsi laki-laki dan perempuan sedangkan jenis kelamin itu ternyata vagina
dan penis yah.”8

Hal serupa disampaikan pula oleh partisipan WPD, KW, J, mereka
mengatakan bahwa benar baru mengetahui bahwa gender dan jenis kelamin itu
berbeda, berikut pemaparannya:
“Jadi gini (hmm) saya aja baru paham gitu kalau gender sama jenis kelamin
itu beda (hehe) ya mungkin apa yang saya pahami tentang gender disini
bagaimana siswa dan gurunya itu mengetahui gitu (hmm) perannya itu lebih
jelas maksudnya siswa tuh terhadap guru bagaimana, dan guru kepada murid
harus bagaimana gitu, berdasarkan fungsinya masing-masing lah gitu.”9
“(hmmm) gimana yah (hehe) ternyata gender itu beda yah sama jenis
kelamin. Jadi, kaayanya ini apa (hmm) laki-laki sama perempuan gitu yah,
ya beda sih karakternya gitu yah kalau perempuan mungkin agak apa
penurut gitu yah, kalau laki-laki biasanya kalau kita suruh ini itu yah agak
susah ada yang nurut ada yang engga gitu. Kalau anak laki-laki gitu yah
berani gitu yah misalnya tanggung jawabnya juga kan beda kan yah. Kalau
anak perempuan mah lebih ke keibuan kali yah sikapnya.”10
8

Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru
9

Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
10
Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru

“Jujur aja ya neng saya aja baru tau kalau emang namanya gender sama
jenis kelamin itu beda (hehehe). Yang saya pahami dari pengertian gender
itu tadi ternyata mengenai peran, tanggung jawab gitu, sifat sama fungsinya
antara laki-laki sama perempuan itu berbeda, ya mungkin lebih kepada
itunya kali. Kalau peran laki-laki biasanya mah ya dikenalnya orang yang
bertanggung jawab terhadap perempuan, gagah dan berani, kemudian
perannya adalah untuk mencari nafkah dan sebagai pemimpin atau imam.
Kalau peran perempuan mah ya itu dikenalnya tugasnya mengasuh anak,
mendidik anak, dan memiliki sifat yang lemah lembut gitu.”11
Tidak hanya itu K, TH dan L, juga mengatakan hal yang sama berikut
pemaparannya:
“Yang saya pahami tentang gender tadi ternyata berbeda sama jenis kelamin,
gender yang saya pahami disini (mikir) kayanya tentang bagaimana
seseorang bersikap, seseorang melakukan hal yang sesuai dengan jenis
kelaminnya, seseorang yang tidak melakukan hal yang menyimpang dari
apa yang sudah ditakdirkan tuhan kepada dia. Peran laki-laki harus berani,
tanggung jawab dan tidak bersikap seperti halnya perempuanyang kemayu
yang lemah lembut dalam berbicara dan tugasnya menjadi istri yang
(hmmm) mendidik anak di rumah, memasak dan lain-lainnya.”12
“(hehe) saya takut salah juga nih yah tapi saya coba jawab yah mudahmudahan aja bener (hehe). Gender yang saya pahami mungkin mengenai
tentang peran, fungsi dan tanggung jawabnya seseorang baik itu untuk lakilaki maupun perempuan dan itu memiliki fungsi dan peranannya masingmasing yang berbeda gitu yah. Jika laki-laki memiliki peran sebagai seorang
imam atau pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk bekerja memberikan
nafkah kepada keluarga, memiliki sikap atau sifat yang berani dan maskulin
atau gagah. Sedangkan perempuan memiliki peran sebagai seorang yang
bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga,
memasak dan membersihkan rumah, sikap dan sifatnya lemah lembut dan
kemayu.”13
“(hmmm) gender yah (hehe) saya baru faham gender dengan jenis kelamin
itu beda, (hmm) gender yang saya fahami disini ternyata sebagai pembeda
antara tugas dan fungsinya laki-laki dan perempuan yang ini bukan hanya
untuk anak-anak bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Peran laki-laki
11

Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
12
Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
13
Partisipan TH, Wawancara Wali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan

sebagai pemimpin dan perempuan sebagai makmum. Tugasnya pun berbeda
jika laki-laki dianjurkan untuk mencari nafkah dan perempuan mengurus
rumah tangga, sifatnyapun berbeda kalau laki-laki gagah berani dan
perempuan lemah lembut dan memiliki keayuan dalam bersikap.”14
Dari pemaparan partisipan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru
mengatakann tidak mengetahui apa itu perbedaan peran gender, dengan tidak
mengetahui apa itu perbedaannya, secara otomatis mereka tidak akan bisa
mensosialisasikan kepada siswa-siswinya.

3.

Sarana dan prasarana sekolah tidak mendukung sosialisasi perbedaan dan
peran gender
Sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung dijadikan alasan utama
guru dalam tidak tercapainya proses sosialisasi perbedaan dan peran gender kepada
siswa. Seperti yang dikatakan oleh partisipan WG, berikut pemaparannya:
“Belum ada dan masih jauh. Kalau berkaitan dengan sarpras belum,
mungkin yang masih bisa kita lakukan adalah dengan adanya tindakantindakan persuasive aja dulu yah, sosialisasi misalnya begitu. Kemudian,
yang paling penting adalah perlakuan sekolah yah, perlakuan-perlakuan
guru terhadap anak untuk mendukungnya perbedaan gender gitu.”15
Hal serupapun dikatakan oleh partisipan LCY, WPD dan J yang mengatakan
bahwa sekolah tidak menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk
proses sosialisasi perbedaan dan peran gender, jangankan untuk peran gender dan
jenis kelamin sarana untuk mata pelajaran saja tidak memadai, Berikut adalah
pernyataan dari LCY, WPD, J:
“Kalau boleh jujur sih yaah sebenarnya tidak memadai (hehehe). Jangankan
untuk peran gender sama jenis kelamin untuk mata pelajaran yang lain pun
tidak, sepintar-pintarnya guru lah, lihat sendiri lah bagaimana situasi di
sekolah untuk medianya aja engga disiapin yaah mau gimana lagi ya
namanya sekolahan di kampung segini aja udah alhamdulillah masih bisa
dapet rezeki disini (hahaha).”16

14

Partisipan L, Wawancara Wali Kelas
2017 di Rumah Partisipan
15

1 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April

Partisipan WG, Wawancara Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28
April 2017 di Ruang Guru
16
Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru

“Sama sekali tidak ada yang ngedukung sarana dan prasarananya. Untuk
mengajar aja ga ada alat peraganya, situasi di sekolahnya juga ga ada kata
ngedukung dari mulai kelas , toilet terus sama peralatan yang lainnya di
sekolah ini mah masih jauh ketinggalan deh.”17
“Engga ada juga yah, itu mungkin masih kurang lah kelemahan di sekolah
ini. Jadi, ya gimana yah susah juga yah (hehe), kalau kita bahasnya sarana
prasarana sekolah di kampung mah yaah begini ada toilet aja masih
bersyukur gitu (hehe).”18
Tidak hanya sarana untuk belajar mengajar saja yang tidak mendukung,
partisipan KW, K, TH dan L juga pengatakan toilet yang hanya ada 1 di sekolah
mengakibatkan siswa dan siswi menyatu, kemudian tidak adanya baliho-baliho
yang membedakan peran laki-laki dan peran perempuan, pemberian tugas di
sekolah disamakan antara laki-laki dan perempuan. Gurupun harus menyediakan
media sendiri jika ingin proses kegiatan belajar dan mengajarnya berbeda dari
biasanya. Berikut pemaparan KW, K, TH dan L:
“(mikir) (hehehe) Belum ada sarana dan prasarana di sekolah yang
mendukung sosialisasi gender ya neng, bisa diliat sendiri sekolahnya
gimana, namanya juga sekolah swasta di kampung ya kaya gini, bantuan
dari pemerintah aja jarang ada bahkan hampir ga ada neng. Toilet ya cuman
1 idealnya kan 2 ya neng anak laki-laki sama anak perempuan dipisah gitu,
terus dari fasilitas lainnya juga yang namanya olahraga kan idealnya dipisah
alat-alatnya antara laki-laki sama perempuan. Yaah, masih jauh deh
pokoknya untuk menuju kata ideal dalam mensosialisasikan gender yang
sebenarnya ini sangat penting yah dalam mendidik siswa dan siswi.”19
“(mikir) (hehehe) sarana dan prasarana di sekolah amat sangat jauh dari kata
sempurna, jangankan untuk mensosialisasikan gender untuk hal-hal yang
lainnya aja engga gitu. Guru aja kalau mau ngajar yam au pake alat peraga
apapun ya modal sendiri ga pernah dikasih dari sekolah (hehehe) toilet aja
udah jelek banget, bangkunya aja jelek-jelek. Ya pokoknya jauh deh dari
kata sempurna.”20
17

Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,
Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru
18
Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
19

Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Jum’at 28 April
2017 di Ruang Guru

“(mikir) kalau kita ngbahasnya sarana prasarana yah sebenernnya di sekolah
ini masih belum sempurna (hmm) ga sempurna malah yah, dari segi
bangunan masih jauh toilet aja liat sendiri aja neng kaya gimana (hehe),
mungkin untuk bangku sekolah kali yah udah ngedukung sosialisasi gender
kan salnya dibedain laki-laki sama perempuan. Untuk alat peraga yang
mendukung juga belum ada maklum lah neng namanya sekolah di kampung
mah, segini aja alhamdulillah ada bantuan bangunan ya semoga kedepannya
ditingkatkan lagi sarana dan prasarananya, dari segi alat olahraga juga kita
disamakan antara laki-laki sama perempuan.”21
(mikir) (hehe) sarana dan prasarana di sekolah ini masih sangat kurang yah
teh untuk mendukung peran dan perbedaan gender mah, kalau yang bisa kita
liat jelas mah dari toilet aja cuman ada 1 dan bisa dibilang kurang layak
untuk anak-anak (hehe), palingan ya kalau ruangan kelas dikasih pembeda
sendiri yaitu tempat duduknya dipisahkan, untuk situasinya mah sama aja
lah namanya anak-anak negbaur aja kalau udah istirahat mah tapi banyak
juga yah yang anak perempuan emang ga mau main sama anak laki-laki.” 22
Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana tidak
mendukung untuk mensosialisasikan perbedaan peran gender, jangankan untuk
itu, untuk kegiatan belajar-mengajar saja sarana dan prasarana tidak memadai.
E. Diskusi
Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun hasil
penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang digunakan sudah
dijelaskan pada Bab 2 Kajian Teori, namun beberapa lainnya peneliti cari setelah data
lapangan terkumpul. Hal ini sesuai dengan prinsip penggunaan teori pada penelitian
kualitatif.
Partisipan WG sebagai kepala sekolah mengatakan kalau untuk mensosialisasikan
gener itu belum ada, beliau mengataakan lebih terfokus kepada bully, hal serupapun
diperkuat dengan pernyataan guru lainnya seperti LCY, WPD, KW, J, K dan TH yang
mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi secara khusus yang diberikan kepada siswa dan
siswi mengenai apa itu peran gender, partisipan WPD mengatakan bahwa pihak sekolah
tidak mendukung apabila kita sebagai guru mempunyai kreativitas lebih, partisipan K dan
20

Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
21
Partisipan TH, Wawancara Wali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan
22
Partisipan L, Wawancara Wali Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, Sabtu 29 April
2017 di Rumah Partisipan

TH mengatakan bahwa secara tidak disadarai

guru hanya menyelipkan di sela-sela

pelajaran saja tidak ada sosialisasi khusus untuk gender. Hal ini sesuai dengan teori
………… yang mengatakan bahwa :

Sebagian besar partisipan mengatakan bahwa tidak mengetahui perbedaan peran
gender itu sendiri, bagaimana mereka bias mensosialisasikan kepada siswa siswinya
apabila mereka sebagai guru tidak mengetahui konsep dari peran gender itu. Hal ini
sesuai dengan teori ………………… yang mengatakan bahwa :

Partisipan WG mengatakan sarana dan prasana sekolah belum memadai bahkan
masih jauh untuk menunjang sosialisasi perbedaan peran gender, yang dilakukan hanya
tindakan-tindakan persuasive saja, Hal serupapun diperkuat oleh partisipan LCY, WPD
dan J yang mengatakan bahwa sekolah tidak menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai untuk proses sosialisasi perbedaan dan peran gender, jangankan untuk peran
gender dan jenis kelamin sarana untuk mata pelajaran saja tidak memadai, tidak hanya itu
toilet yang ada di sekolah saja hanya ada satu, tidak dibedakan antara toilet laki-laki dan
perempuan, guru harus menyediakan sendiri media belajar, karena pihak sekolah tidak
menfasilitasinya. Hal tersebut sesuai dengan teori …………. Yang mengatakan bahwa:

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62