: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01880

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)
URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

JMP Online
Vol 2, No. 2, 333-344.
© 2018 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
p-ISSN 2614-7254

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN
INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK
KELAS 4 SD YANG DITINJAU DARI HASIL BELAJARNYA

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti 3)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana


INFORMASI ARTIKEL
Dikirim :30 Maret 2018
Revisi pertama : 31 Maret 2018
Diterima : 31 Maret 2018
Tersedia online : 04 April 2018
Kata Kunci : Make A Match, Index
Card Match,Tematik, Hasil Belajar

Email:aprilianwahyud@gmail.com1),
mawardi@staff.uksw.edu2),
suhandi.astuti70@gmail.com 3)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar Tematik siswa kelas 4 di SD Gugus
Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran menggunakan
model Make A Match dan Index Card Match. Penelitian
dilakukan pada SD Gugus Ki Hajar Dewantara pada
tanggal 12 sampai 21 Maret 2018. Jenis penelitian
menggunakan penelitian kuasi eksperimen. Instrumen

pengumpulan data menggunakan instrumen soal tes yang
telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas item soalnya.
Hasil uji hipotesisi menggunakan uji Ancova pada muatan
IPA 1,570 taraf signifikansi atau probabilitas 0,214, pada
muatan Bahasa Indonesia F hitung 0,334 taraf signifikansi
atau probabilitas 0,565. Oleh karena 0,214 dan 0,565 >
0,005 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Maknanya hasil
belajar menggunakan model Index Card Match tidak lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan model pembelajaran
Make A Match. simpulan tersebut didukung temuan rerata
Make A Match dalam muatan IPA sebesar 82,44 dan
muatan Bahasa Indonesia sebesar 76,17 dan Index Card
Match pada muatan IPA sebesar 76,08 dan muatan Bahasa
Indonesia sebesar 76,03. Artinya pemberian perlakuan
dengan model Index Card Match tidak lebih tinggi secara
signifikan dari model Make A Match. Dari simpulan
penelitian ini disarankan agar para guru SD menggunakan
model pembelajaran Make A Match.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)


333

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran bermakna yang terdiri dari
beberapa mata pelajaran yang diikat oleh suatu tema tertentu, dengan tidak sadar
peserta didik akan mempelajarai semua atau sebagian muatan mata pelajaran dalam
setiap pembelajaran. Dalam satu kali tatap muka atau satu pembelajaran peserta didik
akan belajar materi berdasarkan tema yang telah dibagi menjadi subtema dimana setiap
subtema dilaksanakan dalam waktu satu minggu. Jadi satu pembelajaran dialokasikan
dalam satu hari, tema yang dipilih merupakan pengembangan dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator (Rini&Mawardi, 2015: 105). Sedangkan menurut
Mulyasa (2014: 3) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan
tema yang digunakan untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Keberhasilan para peserta didik dalam mempelajari pembelajaran tematik bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti peran guru saat melakukan pembelajaran

pengaruhnya akan sangat besar dalam keberhasilan peserta didik. Menurut Desty Lusia
Sari & Mawardi (2015: 82-99) sebagai seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan saat melakukan kegiatan belajar mengajar di
kelas, tetapi juga harus memiliki kreativitas. Diantaranya dalam pemilihan model
pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan
bisa menumbuhkan semangat belajar pada siswa dan membuat siswa lebih aktif.
Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual untuk merancang dan
melaksanakan suatu pembelajaran, mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan atau kompetensi, dan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran
karena berisi langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Model pembelajaran
umumnya berkait erat dengan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan pesan dan
informasi materi pembelajaran sehingga terjadi proses belajar (Mawardi, 2018: 29 )
Dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Salah satunya dengan cara menerapkan model pembelajaran yang
bisa menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran Make A Match dan Index Card Match. Model Make A Match
merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan menjodohkan kartu soal dan
kartu jawaban sesuai kartu yang dipegang masing-masing peserta didik. Melalui
pembelajaran ini, memberikan kesempatan peserta didik untuk mengkatkan

pemahaman mengenai materi sehingga peserta didik dapat menentukan pasangan yang
tepat dan dapat mengkomunikasikan didepan kelas dengan pasangan (Sari & Mawardi,
2015: 87). Sedangkan model pembelajaran Index Card Match merupaka penerapan
gabungan dari dua hal yaitu belajar dengan kemampuan masing-masing individu dan
belajar kelompok (Prawira, Zulaikha, & Negara, 2014: 3-4). Model pembelajaran
Make A Match dan Index Card Match jika dilihat dari langkah-langkahnya hampir
sama, tetapi kedua model tersebut mempunyai persamaan yaitu proses
pembelajarannya lebih difokuskan pada siswa untuk bekerja sama dalam mencari kartu
dengan siswa lain. Kedua model tersebut memiliki potensi yang sama jika diterapkan
dalam pembelajaran tematik.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

334

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan
hasil belajar tematik yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran Make A
Match dan Index Card Match pada siswa kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara.

Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Make a Match dan Index Card Match pada peserta
didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara?.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran tematik dengan penerapan model pembelajaran Make a match dan
model pembelajaran Index Card Match pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar
Dewantara.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran merupakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar
untuk tercpainya suatu tujuan tertentu yaitu hasil belajar. Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013.
Tematik terpadu juga memiliki beberapa tujuan: 1) Mudah memusatkan
perhatian pada satu tema atau topik tertentu, 2) Mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) Memiliki
pemahaman terhadap materi pelajaran yang lebih mendalam dan berkesan, 4)
Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitan berbagai
macam mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik, 5) Lebih

memiliki sifat bergairah dalam belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, seperti : bercerita, bertanya, menulis, dan mempelajari pelajaran yang
lain, 6) Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajaran, karena materi yang
diberikan dalam konteks tema yang jelas, 7) Guru dapat menghemat waktu, karena
mata pelajaran yang diberikan secara terpadu dapat dipersiapkan dan diberikan 2 atau
3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan, 8) Budi pekerti dan moral peserta didik
dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai
dengan situasi dan kondisi peserta didik
Model Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan adanya kerjasama antar
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dikemas dalam
suasana yang menyenangkan (Isjoni, 2010 : 27). Model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dapat digunakan di sekolah dasar. Dalam model ini dapat digunakan
dengan cara yang sederhana, yaitu mencari pasangan, make a match merupakan salah
satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Make A
Match adalah jenis pembelajaran menyenangkan dengan adanya unsur permainan yang
dapat meningkatan keaktifan belajar peserta didik baik secara kognitif maupun
psikomotorik. Selain aspek kognitif dan psikomotorik, model pembelajaran Make A

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)


335

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Match juga dapat melatih peserta didik dalam hal afektif, antaranya melatih keberanian
peserta didik untuk tampil berpresentasi dan melatih kedisiplinan peserta didik untuk
menghargai waktu (Huda, 2015:253-254). Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa Make A Match adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan
menggunakan kartu bergambar, sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif
dalam pembelajaran. Model pembelajaram Make A Match juga membantu peserta
didik untuk bekerja sama dengan orang lain atau peserta didik yang lain, dengan model
Make A Match dapat meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru.
Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur, sama halnya dengan model
pembelajaran Make A Match seperti beriku: 1) Sintak Make A Match menurut Aqib
(2013: 23) : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban, 2. Setiap pesertadidik mendapat satiu buah kartu, 3. Tiap
peserta didik memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang, 4. Setiap peserta

didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal /
jawaban), 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin, 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, 7. Demikian seterusnya, 8. Penutup. 2) Prinsip
Reaksi, merupakan pola yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat
dan memperlakukan para peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru hanya
berperan sebagai fasilitator di mana siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan
suatu permasalaha. 3) Sistem Sosial, merupakan suatu pola hubungan antara guru
dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
pembelajaran peserta didik saling bekerjasama dalam kelompok. Peserta didik
berdiskusi untuk mencari kartu yang sesuai dengan peserta didik yang lain. 4) Sistem
Pendukung, ialah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang
terlasananya kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran sistem pendukung dilihat
dari segi kondisi lingkungan fisik. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan
perencanaan untuk mengajar. 5) Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring. Dampa
Intruksional akan timbulkan dari proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan
materi. Dampak pengiring adalah hasil yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan
model pembelajaran tertentu. Secara umum, dampak pengiring yang akan timbul
dengan penerapan model pembelajaran adalah siswa bisa berkerjasama dengan baik,
keaktifan dalam bekerja sama, kreatif dalam menganalisis suatu masalah untuk

mencari kartu, bertanggung jawab dan percaya diri.
Model Pembelajaran Index Card Match
Isjoni (2011:14) pembelajaran cooperative learning adalah model belajar dengan
sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda, dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus
saling bekerjasama, dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Index
card match merupakan model pembelajaran Cooperative Learning. Index card match
merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif
dan bertujuan agar peserta didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

336

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

menumbuhkan daya kreatifitas pada peserta didik. Model pembelajaran index card
match berhubungan dengan cara-cara untuk mengingatkan kembali apa yang telah
mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka, dengan cara
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan (Mustikasari, Suratno, &
Wahyuni, 2014: 38).
Komponen yang terdapat dalam model pembelajaran Index Card Match, yaitu 1)
Sintak.menurut Silberman (2013: 250-251), diataranya: 1. Guru menyiapkan kartu
sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas, 2. Tulis pertanyaan tentang materi yang
telah di berikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang disiapkan, 3. Setiap
kertas berisi satu pertanyaan. Pada potongan kertas yang lain, tulis jawaban dari
pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat, 4. Kocoklah semua kertas sehingga akan
tercampur antara soal dan jawaban, 5. Bagikan kepada setiap peserta didik satu
potongan kertas. Sebagian peserta didik akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain
akan mendapatkan jawaban, 6. Minta perserta didik untuk menemukan pasangan
mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk
berdekatan, 7. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, minta secara bergantian untuk membacakan soal yang di peroleh dengan
keras kepada teman-teman yang lain, 8. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh
pasangan yang lain, 9. Penutup. 2) Prinsip Reaksi, pola yang menggambarkan
bagaimana cara guru dalam memperlakukan peserta didik. Dalam pembelajaran guru
berperan sebagai fasilitator. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif sesuai dengan
karakter model pembelajaran yaitu menemukan sendiri. 3) Sistem Sosial, pola
hubungan guru dengan peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Index Card Match kegiatan
berorientasi pada belajar menemukan sendiri secara kelompok. 4) Sistem Pendukung,
meliputi sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk menunjang terlaksananya
pembelajaran. Dalam pembelajaran sistem pendukung dilihat dari segi kondisi
lingkungan fisik.Selain itu, guru juga harus mempersiapkan perencanaan untuk
mengajar. 5) Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring. Dampa Intruksional
merupakan kemampuan siswa yang diperoleh setelah dilaksankannya pembelajaran.
Dampak pengiring ialah hasil yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model
pembelajaran tertentu. Secara umum, dampak pengiring yang akan timbul dengan
penerapan model pembelajaran adalah peserta didik, keaktifan dalam bekerja sama,
kreatif dalam menganalisis suatu permasalahan, bertanggung jawab, mandiri dan
percaya diri.
Penelitian yang telah dilakukan bahwa hasil belajar peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran Index Card Match memberikan pengaruh lebih
baik dibandingkan dengan menggunkan pembelajaran konvesional (Prawira, Zulaikha,
& Negara, 2014: 7-9). Tetapi peningkatan hasil belajar siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan Make A Match lebih baik dari pada siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan Index Card Match (Anggraini, Jufri,
& Juliati, 2017: 204-205). Menurut Amalia (2014: 157) implementasi model
kooperatif tipe Make A Match terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik
pada materi persamaan dan fungsi kuadrat lebih baik dari pada implementasi model

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

337

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

CPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi per-samaan dan
fungsi kuadrat.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam
pembelajaran IPA, dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V
(Sriwulansari, Rati, & Dibia, 2016 : 9-10). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dengan menerapkan model index card match dalam pembelajaran IPA, dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik (Sunarsi, Chamdani, & Ngatman, 2013: 168170).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen semu (quasi
eksperimental research). Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar tematik dengan penerapan model pembelajaran Make A Match dan model
pembelajaran Index Card Match, teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan soal pre-test dan post-test dalam bentuk soal. Penelitian dilakukan pada
SD Gugus Ki Hajar Dewantara, yang terdiri atas 3 sekolah yaitu SD Negeri Jlumpang
yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 17 Maret 2018, SD Negeri Plumutan 12
sampai 14 Maret 2018, dan SD Negeri Rejosari 03 19-21 Maret 2018. Sebelum
dilaksanakannya penelitian, peneliti melaksanakan uji validitas, uji reliabilitas dan soal
dinyatakan valid jika koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembeda dianggap sangat
memuaskan (Azwar, 2011: 158). Hasil validitas soal menunjukkan dari jumlah 45 soal
terdapat 32 soal dinyatakan valid dengan jumlah responden 42 siswa. Peneliti
menggunakan 30 soal untuk soal pre-test dan post-test. Sedangkan hasil uji reliabilitas
menggunakan Anates Ver 4.0.9 memperoleh hasil reliabitas 0,81. Hasil uji reliabilitas
sesuai dengan pendapat Widjaja (2013:112 ) bahwa pengelompokan reliabilitas dapat
disebutkan sebagai berikut, jika berada dibawah 0,60 tidak dapat diterima, antara 0,60
dan 0,65 tidak memuaskan, antara 0,65 dan 0,70 dapat diterima secara minimal; antara
0,70 dan 0,80 dapat diterima; antara 0,80 dan 0,90 sangat baik sedangkan jauh diatas
0,90 sebaiknya skala yang sedang disusun diperpendek saja. Selain uji validitas dan
reliabilitas, peneliti melaksanakan uji tingkat kesukaran soal diperoleh hasil 1 soal
sangat mudah, 7 soal mudah, 20 soal sedang dan 4 soal sukar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji ANCOVA Rerata Hasil Belajar
Peneliti melakukan Uji normalitas untuk mengetahui data berasal dari distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan bantuan uji KolmogrovSmirnov, Slameto (2015: 295) jika nilai siginifikansi/probabitas < 0,05, maka data
distribusi tidak normal. Apabila nilai signifikansi/probabitas > 0,05, maka data
berdistribusi normal.
Dari uji normalitas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) uji KolmogorovSmirnov Z hasil pretest-posttestpada muata IPA kelompok eksperimen 1 adalah 0,134
dan 0,200. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 2 adalah 0,110 dan
0,131. Jika dirumuskan hipotesisH0 adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi
berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka dapat diputuskan jika probabitas < nilai α (0,05) H0 ditolak,

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

338

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

jika sebaliknya maka H0 diterima. Karena nilai signifikansi/probabitas Asymp. Sig. (2tailed) data pada muatan IPA tersebut adalah 0,134, 0,200; 0,110, dan 0,131 > 0,05
maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulakan bahwa persebaran data pada muatan IPA
hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Setelah itu dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok
tersebut homogen atau tidak. Slameto (2015: 298) apabila nilai signifikansi/probabitas
< 0,05, maka dikatakan tidak homogen. Sebaliknya jika nilai signifikansi/probabitas >
0,05, maka data dikatakan homogen. Dari hasil Test of Homogeneity of Variances
signifikan/probabilitas nilai pretest menunjukkan 0,196. Dirumuskan sebuah hipotesis
H0 adalah variasi data pada tiap kelompok sama (homogen) da Ha adalah variansi data
pada setiap kelompok tida sama (tidak homogen), maka dapat diputuskan jika
probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena
itu nilai signifikansi/probabilitas data pretest dan posttest pada muatan IPA kedua
kelompok adalah sebesar 0,258 dan 0,775 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya dapat
dikatan bahwa skor pretes tematik dengan dua muatan IPA dan Bahasa Indoneisa
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen. Skor
signifikansi/probabilitas posttesttematik dengan dua muatan IPA dan Bahasa
Indoneisakelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah juga homogen.
Melihat skor signifikansi/probabilitas pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2, dapat disimpulkan bahwa data skor pretest-posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki variasi data yang semuanya
homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan
denganuji homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan
koefisien regresi X2 (variabel kovariat-pretest) dengan (Y) hasil belajar. Jika
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi linier kedua sampel homogen.
Dapat dilihat nilai beta (B) pada muatan IPA sebesar 0,608 lebih besar dari 0,60, nilai t
sebesar 4,759 berada pada signifikansi/probabilitas 0,000, maka koefisien regresi linier
kedua sampel homogen dan model ANCOVA dapat digunakan. Berdasarkan hasil uji
normalitas yang menunjukkan data berdistribusi normal, uji homogenitas yang
menunjukkan varian data homogen, dan uji homogenitas regresi linier maka dapat
dikatakan uji prasyarat sudah terpenuhi. Uji analisis berikutnya adalah ANCOVA atau
uji kombinasi analisis regresi dan varians.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

339

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Tabel 1. Hasil Uji Ancova Muatan Ilmu Pengetahuan Alam
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Posttest
Type III
Mean
Partial Eta
Source
Sum of
Df
F
Sig.
Square
Squared
Squares
Corrected Model
2967.017a
2 1483.509
15.082
.000
.301
Intercept
10910.273
1 10910.273 110.917
.000
.613
Pretest
2228.170
1 2228.170
22.652
.000
.244
Model
154.464
1
154.464
1.570
.214
.022
Error
6885.476 70
98.364
Total
467977.000 73
Corrected Total
9852.493 72
Sumber : Data diolah (2018) pada SPSS 20 for windows
Pada muatan Bahasa Indonesia kelompok eksperimen 1 adalah 0,139 dan
0,168. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 2 0,126 dan 0,141. Jika
dirumuskan hipotesis H0 adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi
normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal,
maka dapat diputuskan jika probabitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya
maka H0 diterima. Karena nilai signifikansi/probabitas Asymp. Sig. (2-tailed) data
pada 0,139, 0168, 0,126, dan 0,141 > 0,05 maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulakan
bahwa persebaran data pada muatan Bahasa Indonesia hasil pretest-posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Setelah itu dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua
kelompok tersebut homogen atau tidak. Slameto (2015:298) apabila nilai
signifikansi/probabitas < 0,05, maka dikatakan tidak homogen. Sebaliknya jika nilai
signifikansi/probabitas > 0,05, maka data dikatakan homogen. Dari hasil Test of
Homogeneity of Variances signifikan/probabilitas nilai pretest menunjukkan 0,196.
Dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah variasi data pada tiap kelompok sama
(homogen) da Ha adalah variansi data pada setiap kelompok tida sama (tidak
homogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika
sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena itu nilai signifikansi/probabilitas data
pretest dan posttest pada muatan Bahasa Indonesia adalah 0,535 dan 0,709 > 0,05
maka H0 diterima.
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan
denganuji homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan
koefisien regresi X2 (variabel kovariat-pretest) dengan (Y) hasil belajar. Jika
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi linier kedua sampel homogen.
Dapat dilihat nilai beta (B) pada muatanpada muatan Bahasa Indonesia sebesar 0,604
lebih besar dari 0,60, nilai t sebesar 3,411 berada pada signifikansi/probabilitas 0,000,
maka koefisien regresi linier kedua sampel homogen dan model ANCOVA dapat
digunakan.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

340

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Tabel 2. Hasil Uji Ancova Muatan Bahasa Indonesia
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Posttest
Type III
Mean
Partial Eta
Source
Sum of
Df
F
Sig.
Square
Squared
Squares
Corrected Model
1353.202a
2
676.601
5.818 .005
.143
Intercept
13187.957
1 13187.957 113.394
Pretest
1352.846
1 1352.846
11.632
Model
38.889
1
38.889
.334
Error
8141.127 70
116.302
Total
432207.000 73
Corrected Total
9494.329 72
Sumber : Data diolah (2018) pada SPSS 20 for windows

.000
.001
.565

.618
.142
.005

Pembahasan
Hasil uji hipotesis menggunakan teknik ANCOVA seperti yang telah dilakukan
terhadap nilai pretestdan posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
diperoleh hasil signifikansi/probabilitas 0,000 < 0,05, oleh karena probabilitas lebih
kecil dari nilai Alpha, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Maknanya tidak ada perbedaan
yang signifikan model pembelajaran Make A Match dan Index Card Match ditinjau
dari hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara
Bancak.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan, menurut Anggarawati,
Kristiantari, & Asri (2014: 9) model pembelajaran Make A Match berbantuan media
kartu gambar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD
Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. Menurut Amalia (2013 : 157)
implementasi model kooperatif tipe Make a Match terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa pada materi persamaan dan fungsi kuadrat lebih baik daripada implementasi model CPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi persamaan dan fungsi kuadrat. Menurut Mustadi, Afif, & Angriani (2017 : 29-30 ) tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika peserta didik yang
diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Make A Match dengan metode
pembelajaran Scramble pada peserta didik kelas IV SD Inpres Tanah Karaeng karena
rata-rata hasil belajar matematika antara yang diajar dengan metode pembelajaran
Make A Match maupun metode pembelajaran Scramble tidak terjadi perbedaan yang
signifikan.
Tetapi menurut Suawrtiani (2017: 5) bahwa model pembelajaran Index Card
Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas VI
SD. Dari hasil penelitian bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran Index Card Match memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan
dengan menggunkan pembelajaran konvesional (Prawira, Zulaikha, & Negara, 2014 :7
- 9). Bahwa peneran model Index Card Match dengan penerapan langkah-langkah
yang sesuai dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

341

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Glontor (Sunarsih, Chamdani, & Ngatman, 2012:169). Menurut Cintia Chotijah,
Imam Suyanto, dan Ngatman (2013:480) bahwa model pembelajaran Index Card
Match dan media gambar yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang
tepat dapat meningkatkan hasil pembelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas IV SD
Negeri 2 Grenggeng Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar IPS siswa antara menggunakan strategi Index
Card Match dan stategi Card Sort. Strategi Index Card Match ternyata lebih edektif
dari pada menggunakan strategi Card Sort dalam meningkatan prestasi belajar IPS.
Hal ini diketahui dari hasil nilai posttest dengan jumlah rata-rata 77,48 dari kelompok
kontrol yang menggunakan strategi Card Sort (Arniasih, 2015:1).
Terdapat kelebihan pada model pembelajaran menurut Miftahul Huda
(2013:253-254) model pembelajaran Make A Match memiliki kelebihan diantaranya:
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara kognitif ataupun
fisik, 2. Karena ada unsure permainan, metode ini menyenangkan, 3. Meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, 4. Efektif sebagai saranan melatih keberanian peserta
didik untuk tampil didepan kelas, 5. Efektif melatih kedisiplinan peserta didik
menghargai waktu belajar.
Begitu juga dengan Index Card Match, memiliki kelebihan. Ada beberapa
kelebihan dalam model pembelajaran Index Card Match menurut Sanjaya (2008:163),
diantaranya: 1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan pembelajaran, 2. Materi
pembelajaran yang disampaikan lebih menarik bagi peserta didik, 3. Mampu
menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, 4. Mampu meningkatkan
hasil belajar peserta didik, 5. Penilaian dilakukan bersama.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa kelas 4 SD yang sedang berada
pada perkembangan yang sudah mampu untuk berpikir secara logis dan nyata. Dengan
terjadinya interaksi dengan teman sebaya, siswa akan lebih santai dalam mengikuti
pembelajaran sehingga lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Dalam
pembelajaran yang menggunakan model pembelejaran Problem Based
Learningataupun Index Card Match siswa akan merasa tertantang.
Langkah pertama pada pembelajaran yang menggunakan model Make a Match
dan Index Card Match yaitu mengorientasikan siswa pada kerja sama dengan siswa
lain. Kegiatan tersebut mampu meningkatkan saling kerjasama antar siswa satu dan
siswa yang lain, serta membuat siswa terlihat aktif terhadap materi yang akan
dipelajarai. Siswa diorganisasikan untuk mencari kartu yang telah diberikan oleh guru
sehingga dapat terbentuk dalam sebuah kelompok atau sepasang-sepasang, supaya
siswa juga berinteraksi dengan siswa yang lain. Selanjutnya siswa diminta untuk
presentasi didepan kelas untuk menguji rasa percaya diri siswa didepan siswa lain dan
siswa yang lain belajar untuk berpendapat menanggapi presentasi siswa yang
membacakan didepan. Kemudian siswa mendapatkan umpan balik dari pembelajaran
yang sudah dilakukan yaitu melakukan analisis dan evaluasi.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

342

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menggunakan model pembelajaran
Index Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dari pada model pembelajaram
Make a Match pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak. Hal
tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukan uji Ancova diperoleh hasil F hitung dalam
muatan Ilmu Pengetahuan Alam 1,570 taraf signifikansi atau probabilitas 0,214. Oleh
karena probabilitas 0,214 > 0,05, maka
diterima, dan
ditolak. Sedangkan pada
muatan Bahasa Indonesia F hitung 0,334 taraf signifikansi atau probabilitas 0,565.
Oleh karena probabilitas 0,565 > 0,05, maka
diterima, dan
ditolak. Maknanya
hasil belajar menggunakan model pembelajaran Index Card Match tidak lebih tinggi
secara signifikan dri pada menggunakan model Make a Match ditinjau dari hasil
belajar Tematik pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, peneliti menyarankan beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1. Model pebelajaran Make a Match dan Index Card Match dapat digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, karena kdeua model mempunyai keampuhan yang sama.
2. Model pembelajaran Make a Match dan Index Card Match dapat diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran tematik serta menjadi masukan dalam peningkatan
kualitas hasil belajar peserta didik di setiap kelas sehingga pendidikan di SD Gugus
Ki Hajar Dewantara Bancak semakin berkembang dan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. 2013. Keefektifan Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Model CPS
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar. Jurnal
Kreano , 4 (2): 157.
Anggarawati, I. G., Kristiantari, M. R., & Asri, I. G. 2014. Pengaruh Make a Match
Berbantuan Media Kartu Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS SD. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha , 2 (1): 9.
Arniasih, F. 2015. Efektivitas Strategi Active Learning Tipe Index Card Match dan
Card Sort Ditinjau dari Prestasi Belajar IPS Sisw Kelas III SD N Kasihan Bantul
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal PGSD Indonesia , 1 (2): 1.
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Aqib, Z. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Chotijah, Cinta., Suyanto, I., & Ngatman. 2013. Penerapan Metode Index Card Match
dan Media Gambar dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa
Kelas IV SDN 2 Grenggeng Tahun Ajaran 2013/2014. Kalam Cendekia, 5 (6.1):
480.
Huda, M. 2015. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

343

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti3) / JMP Online Vol. 2 No. 3 Maret (2018) 333-344

Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka
Pelajar.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mawardi. 2018. Merancang Model dan Media Pembelajaran. Scholaria, 1 (1): 29.
Mulyasa. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mustadi, Afif, A., & Angriani, A. D. 2017. Perbandingan Hasil Belajar Matematika
dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Make a Match dan Scrambel pada
Peserta Didik Kelas IV SD Inpres Tanah Karaeng. Jurnal Matematika dan
Pembelajaran , 5 (1), 29-30.
Nahartyo, E., & Utami, D. I. 2016. Panduan Praktis Riset Eksperimen. Jakarta: PT
Indeks.
Mustikasari, F. D., Suratno, & Wahyuni, D. 2014. Penerapan Strategi Index Card
Match dengan Teknik Mind Mapping dalam Meningkatkan Karakter dan Hasil
Belajar. Pancaran, 3 (1), 38.
Prawira, S. N., Zulaikha, S., & Negara, I. G. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Siswa SD.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2 (1) : 3-4.
Rini, R, &. Mawardi. 2015. Peningkatan Keterampilan Proses Saintifik dan Hasil
Belajar Siswa Kelas 4 SDN Slungkep 02 Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup
Menggunakan Model Problem Based Learning. Scholaria.5(1) : 105.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sari, D. L., & Mawardi. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Picture And Picture
dan Make a Match Ditinjau dari Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas 4
SD Gugus Mawar-Suruh.Scholaria. 5 (3): 87.
Silberman, M. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Slameto. (20115). Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan2015. Salatiga: Satya
Wacana University Press.
Sriwulansari, A. A., Rati, N. W., & Dibia, I. K. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Make a Match dalam Peningkatan Motivasi dan Aktivitas Belajar
IPA. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4 (1): 9-10.
Suawrtiani, S. A. 2017. Metode Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mapel IPS Kelas VI SD. Jurnal Pendidikan, 1 (1): 5.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuanti-tatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarsi, Chamdani, M., & Ngatman. 2013. Penerapan Model Cooperativ Learning
Tipe Index Card Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV
SDN Glontor Tahun 2012/2013. Kalam Cendekia, 4 (2): 168-170.
Widjaja, F. N. 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas Index of Teaching Stress. Jurnal
Neotic Psychology , 3 (2): 112.

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3)

344

Dokumen yang terkait

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53