ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL CAPABILITY BEFORE AND AFTER EXPANSION OF THE PROVINCIAL (Studies in District City in the province of North Kalimantan)
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH PROVINSI (Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara)
Adha Pramidaya Haji 1 , Sutrisno T 2 , Nurkholis 3
1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang Email: 1 adhapramidaya@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan memberi bukti empiris kemampuan keuangan daerah berdasarkan peran, pertumbuhan, Indeks Kemampuan Keuangan (IKK), pendapatan dan belanja kabupaten/kota di Kalimantan Utara sebelum dan sesudah pemekaran provinsi. Penelitian menggunakan mixed method dengan data sekunder APBD dan PDRB 5 kabupaten/kota di Kalimantan Utara tahun 2010-2015 untuk analisis kuantitatif. Terdapat 6 sampel informan dari
3 kabupaten/kota untuk analisis kualitatif deskriptif dengan metode wawancara. Hasil uji-t indeks peran, pertumbuhan dan IKK tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah pemekaran, sedangkan hasil analisis kualitatif terdapat penurunan rata-rata indeks peran, pertumbuhan dan IKK. Indeks peran turun karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak didesain sebagai sumber utama APBD, indeks pertumbuhan turun karena kabupaten/kota menggunakan deposito untuk meningkatkan PAD sehingga sesudah pemekaran, deposito digunakan untuk menutup defisit APBD. Penurunan IKK setelah pemekaran juga terjadi karena kabupaten/kota cenderung bergantung dana perimbangan. Hasil uji-t pendapatan dan belanja daerah terdapat perbedaan lebih besar sesudah pemekaran. Hasil analisis kualitatif, mengindikasikan kenaikan pendapatan dan belanja daerah hanya dua tahun awal pemekaran karena adanya alasan politik dan tahun selanjutnya terjadi penurunan APBD disebabkan DBH Migas turun drastis. Perbedaan hasil analisis dipengaruhi kepentingan politik dari masing-masing provinsi. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam jangka pendek pemekaran provinsi bukan solusi percepatan pembangunan kabupaten/kota di Kalimantan Utara.
Kata kunci: Indeks Kemampuan Keuangan, Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, Pemekaran Wilayah Provinsi
ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL CAPABILITY BEFORE AND AFTER EXPANSION OF THE PROVINCIAL (Studies in District / City in the province of North Kalimantan)
Abstract
The purpose of study is to give empirical evidence the financial capability based on the share, growth, Financial Capability Index (IKK) regional, local revenue and expenditure districts/cities in North Kalimantan before and after expansion of the province. This study uses a mixed method with secondary data of local government budget (APBD) and Gros Domestic Product (GDP) budget 5 (five) districts/cities in North Kalimantan by time series 2010 to 2015 for quantitative analysis. There are 6 samples of informants from 3 districts/cities for the analysis of qualitative descriptive with interviews methods. T- test results of share, growth index and IKK aren’t difference before and after expansion of the province. Based on the results of qualitative analysis has found an average decrease in share, growth index and IKK. Share index down because of local own source revenue (PAD) is not designed as a primary source of APBD, growth index down because of district/city uses deposits to increase PAD so after expansion of the province, the deposit is used to cover the APBD deficit. IKK decrease occurred because the district/city tends to depend on the balancing of funds after the expansion of the province. The result of t-test local revenue and expenditure had better difference after expansion of the province. The results of qualitative analysis, indicate an increase in local revenue and expenditure that is occurred only two years early expansion because of political reasons and after the third years APBD had decrease is due to DBH Migas dropped dramatically. Differences results of this analysis are influenced by political interests of each province.This study proves that the expansion of the province is not short-term solutions for the acceleration of development in the district / city in North Kalimantan.
Keywords: Financial Capability Index; local revenue; local expenditure; expansion of province
130 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas
PENDAHULUAN 2 wilayah 204.534,34 km menyebabkan belum tersentuhnya pembangunan terutama di wilayah
1.1. Latar Belakang
utara Provinsi Kalimantan Timur khususnya perbatasan dan pedalaman, sehingga pemekaran
Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang terjadi fiskal menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun
pada tahun 2012 menyebabkan perubahan wilayah 2014 tentang Pemerintah Daerah bertujuan untuk
Kalimantan Timur. meningkatkan
administratif
Provinsi
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2012 tentang Daerah ketergantungan fiskal pemerintah daerah terhadap
Kalimantan Utara pemerintah pusat. Pelaksanaan desentralisasi fiskal
membawahi 4 kabupaten dan 1 kota yaitu di Indonesia ditandai dengan proses pengalihan
Kabupaten Malinau, sumber keuangan dari pemerintah pusat ke
Kabupaten
Bulungan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung dan pemerintah daerah dalam jumlah sangat signifikan.
Kota Tarakan.
pembentukan provinsi 2002 desentralisasi fiskal, transfer ke daerah berupa
Data dari Ditjen Perimbangan Keuangan pada tahun
Secara
politik
Kalimantan Utara sangat diperlukan, namun Dana Perimbangan Rp. 94,7 triliun dan pada tahun
pemekaran Provinsi Kalimantan Utara yang terjadi 2014 Dana Perimbangan mencapai Rp. 487,9 triliun
saat ini dalam aspek keuangan daerah berakibat atau mengalami peningkatan sebesar 415,2 persen
dengan semakin menurunnya dana bagi hasil migas dari tahun 2002. Selain transfer ke daerah
karena sebagian besar wilayah kerja pertambangan mengalami lonjakan drastis, desentralisasi dan
migas berada di Provinsi Kalimantan Timur yang otonomi daerah ini juga diwarnai oleh maraknya
merupakan induk dari Provinsi Kalimantan Utara. pembentukan daerah baru, baik di tingkat provinsi
Potensi ekonomi Kalimantan Utara yang maupun kabupaten/kota. Data dari Dirjen Otonomi
belum dikembangkan sangat besar, potensi di Daerah Kementerian Dalam Negeri pada tahun
wilayah perbatasan yaitu potensi bidang kehutanan 1998 jumlah provinsi yang ada di Indonesia
yang mempunyai luas 1.2 juta Ha di Kab. Nunukan berjumlah 27 provinsi, pada tahun 2012 bertambah
dan Kab. Tana Tidung serta 4.2 juta hektar potensi menjadi 34 provinsi atau meningkat 25,9%. Begitu
kehutanan di Kab. Malinau. Kawasan hutan di juga kabupaten/kota, pada tahun 1999 berjumlah
wilayah perbatasan menghasilkan hutan kayu alam 344 dan tahun 2012 mencapai 505 kabupaten/kota
dan hasil hutan ikutan yang bernilai ekonomi cukup atau meningkat 46,8%.
tinggi. Potensi tambang yang ada antara lain potensi Pemekaran wilayah dapat dimungkinkan
migas di perairan Ambalat dengan kandungan sesuai UU No. 22 Tahun 1999 maupun UU No. 32
sementara minyak bumi sebesar 764 juta barel dan Tahun 2004, dengan tujuan mendekatkan pelayanan
1,4 triliun mmcfd, emas, uranium dan batubara. publik
Potensi ekonomi yang ada sebagian besar kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah
dan sekaligus
dapat
meningkatkan
belum dikembangkan dan memerlukan jangka No. 78/2007 tentang Persyaratan Pembentukan dan
waktu panjang untuk pengembangannya. Dalam Kriteria
jangka pendek, pemekaran Provinsi Kalimantan Penggabungan
Utara dan semakin sedikitnya wilayah kerja pembentukan,
menyebabkan penurunan penggabungan
penerimaan DBH Migas untuk kabupaten/kota di meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui: (i)
Provinsi Kalimantan Utara sehingga diduga akan peningkatan pelayanan kepada masyarakat; (ii)
pendapatan daerah dan percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi; (iii)
terdapat
perbedaan
kemampuan keuangan daerah pada kabupaten/kota percepatan
sebelum dan sesudah pemekaran wilayah Provinsi perekonomian daerah; (iv) percepatan pengelolaan
pelaksanaan
pembangunan
Kalimantan Utara. Tidak adanya konsistensi hasil potensi daerah; (v) peningkatan keamanan dan
penelitian tentang dampak pemekaran wilayah ketertiban; dan (vi) peningkatan hubungan yang
terhadap kemampuan keuangan daerah, pendapatan serasi antara pusat dan daerah.
dan belanja daerah sehingga peneliti perlu Syafarudin (2008) mengenai implementasi
kajian mengenai analisis kebijakan
melakukan
suatu
kemampuan keuangan daerah sebelum dan sesudah cenderung muncul pasca pemekaran adalah
pemekaran wilayah pada kabupaten/kota di kesulitan keuangan dan pembiayaan pembangunan.
Kalimantan Utara.
Hal tersebut diperkuat penelitian Saputra (2006) yang melakukan penelitian di 17 daerah pemekaran
1.2. Rumusan Masalah
baru di Indonesia dimana hasil riset tersebut menunjukkan
berkaitan kemampuan pemekaran tidak jauh beda dengan daerah induk
keuangan daerah (Bappenas, 2003; Setiaji, 2007; sehingga ketergantungan pada dana perimbangan
Frediyanto, 2010 dan Adi, 2012) menguji tentang seperti DAU dari pemerintah pusat masih tinggi.
kemampuan keuangan daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah, sedangkan penelitian dampak
Adha Pramidaya Haji, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah … 131
pemekaran wilayah kabupaten/kota terhadap APBD minimum di setiap daerah; dan 6) meningkatkan telah banyak menjadi fokus penelitian (Irawan,
kesejahteraan masyarakat.
2006; Lukman 2006; Saputra, 2006; Juanda, 2007, Syafarudin, 2008 dan Vidayani, 2012). Adapun
2.2. Konsep Pemekaran Wilayah
pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:
(2002) dalam Apakah kemampuan keuangan daerah artikelnya kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
Swianiewicz
“Consolidation or Fragmentation? The Size of sesudah pemekaran provinsi lebih besar
Local Governments in Central and Eastern daripada sebelum pemekaran provinsi?
Europe” menyatakan bahwa pemekaran wilayah
2. Apakah pendapatan daerah kabupaten/kota di dilihat sebagai faktor negatif di sebagian besar Provinsi Kalimantan Utara sesudah pemekaran
negara Eropa Timur dan Tengah dimana pelayanan provinsi lebih besar daripada
pada pemerintah daerah yang kecil memiliki biaya pemekaran provinsi?
sebelum
unit yang lebih tinggi dan lemah untuk
3. Apakah belanja daerah kabupaten/kota di melaksanakan kebijakan pembangunan, namun Provinsi Kalimantan Utara sesudah pemekaran
pemekaran wilayah dipertahankan atas nilai provinsi lebih besar daripada
demokratis dan otonomi daerah. Kontak antara pemekaran provinsi?
sebelum
legislatif, eksekutif dan warga lebih dekat pada
unit-unit yang kecil dan legislatif lebih bertanggung jawab pada masyarakat lokal juga.
1.3. Tujuan Penelitian
wilayah bertujuan untuk Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
Pemekaran
publik, kehidupan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
percepatan
pelayanan
berdemokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan berikut:
potensi daerah, ketertiban dan keamanan, serta
1. Untuk memberi bukti empiris kemampuan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat agar keuangan daerah kabupaten/kota di Provinsi
kesejahteraan masyarakat di daerah meningkatkan Kalimantan Utara sesudah pemekaran provinsi
sehingga upaya peningkatan sumber daya secara lebih besar daripada sebelum pemekaran
peningkatan keserasian provinsi.
berkelanjutan,
pembangunan antar wilayah dan antar sektor, serta
2. Untuk memberi bukti empiris pendapatan penguatan integritas nasional secara keseluruhan daerah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
meningkatkan kualitas hidup Utara sesudah pemekaran provinsi lebih besar
juga
dapat
masyarakat. Ferrazzi (2007) menuliskan beberapa daripada sebelum pemekaran provinsi.
alasan yang menyebabkan suatu negara aktif
3. Untuk memberi bukti empiris belanja daerah
radikal mengadakan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
mengelola
atau secara
rektrukturisasi teritorial atau dalam kata lain sesudah pemekaran provinsi lebih besar
pemekaran wilayah.
sebelum pemekaran provinsi. Beberapa faktor pendorong dilakukannya pemekaran ataupun penggabungan wilayah yakni,
2. TINJAUAN TEORITIS
(1) penyediaan pelayanan yang efisien, (2) insentif keuangan, dalam pengertian pemerintah Indonesia
2.1. Teori Desentralisasi Fiskal
yaitu insentif dalam bentuk transfer keuangan pemerintah
daerah yang akan Rondinelli et al. (1983) mendefinisikan
pusat
ke
menyebabkan banyaknya usulan pembentukan desentralisasi
daerah otonom baru, (3) motivasi politik, dimana pengambilan keputusan dan/atau kewenangan
baru bertujuan untuk administrasi
pembentukan
daerah
mendekatkan pemerintah kepada masyarakatnya. pemerintah
dari pemerintah
mengemukakan bahwa
desentralisasi
dalam
2.3. Kemampuan Keuangan Daerah
dimensi fiskal merupakan pengaturan kembali pengeluaran, penerimaan dan transfer fiskal antar
Kemampuan daerah dalam bidang keuangan tingkatan pemerintah dengan tujuan memperbaiki
merupakan kriteria penting untuk mengetahui kinerja keuangan melalui peningkatan penerimaan
secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan pengeluaran yang rasional.
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan Sasaran umum desentralisasi
kata lain, keuangan daerah adalah faktor yang harus Indonesia menurut Simanjuntak (2002) yaitu: 1)
fiskal di
mengatur tingkat untuk memenuhi aspirasi daerah menyangkut
dipertimbangkan
dalam
dalam melaksanakan penguasaan atas sumber-sumber keuangan negara;
kemampuan
daerah
pemekaran wilayah. Menurut Halim (2004),
pemerintah daerah pemerintah daerah; 3) meningkatkan partisipasi
2) mendorong akuntabilitas dan tranparansi
kemampuan
keuangan
merupakan suatu ukuran bagaimana melihat daerah masyarakat dalam proses pembangunan daerah; 4)
kemampuan keuangan dalam mengurangi
mempunyai
menjalankan otonomi daerah, dimana pengukuran menjamin
terselenggaranya pelayanan publik kemampuan dapat berupa indikator keuangan
132 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
maupun non keuangan dari suatu pelaksanaan rendah, sedang/mampu dan tinggi/sangat mampu kegiatan atau hasil yang dicapai dari suatu proses
seperti yang terdapat dalam tabel berikut. maupun aktivitas dari suatu unit organisasi.
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kemampuan Keuangan
kemampuan keuangan menggunakan
kuadran berdasarkan
Pertumbuhan (growth) kinerja PAD, serta nilai
Keuangan
elastisitas dalam perhitungan Indeks Kemampuan Rendah
Sedang/Mampu Keuangan (IKK) sehingga daerah
Tinggi/Sangat Mampu kabupaten/kota dapat diklasifikasikan sesuai hasil
provinsi,
Sumber : Bappenas, 2003
perhitungan share dan growth maupun IKK seperti yang dilakukan dalam penelitian Setiaji (2007) dan
2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Adi (2012). Menurut Syafrizal (2008) kriteria kelayakan pemekaran wilayah dari sudut pandang
APBD merupakan rencana kerja pemerintah sosial ekonomi yang harus dipenuhi yaitu rasio
secara kuantitatif dalam satuan moneter, yang kapasitas dan kebutuhan fiskal lebih besar atau
merefleksikan sumber-sumber pendapatan dan sama untuk menjaga kamampuan keuangan DOB.
pengeluaran daerah sebagai pembiayaan program kegiatan pemerintah daerah baik fisik dan non-fisik
Tabel 1. Peta Kemampuan Keuangan Berdasarkan
dalam satu tahun anggaran. Halim dan Damayanti,
(2007) menyatakan bahwa aspek penting APBD KUADRAN II
Metode Kuadran
adalah alat bagi pemerintah daerah untuk Share : Rendah
KUADRAN I
menjamin kesinambungan Growth : Tinggi
Share : Tinggi
mengarahkan
dan
Growth : Tinggi
pembangunan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang diperlukan karena adanya KUADRAN III
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak Share : Tinggi
KUADRAN IV
terbatas dan terus berkembang tapi sumber daya Growth : Rendah
Share : Rendah
Growth : Rendah
yang ada terbatas.
Sumber : Bappenas, 2003
2.5. Pendapatan Daerah
Klasifikasi status kemampuan keuangan Pendapatan merupakan penambahan kekayaan daerah berdasarkan Metode Kuadran diatas akan
akibat terjadinya suatu peristiwa pada suatu periode dijelaskan sebagai berikut:
tertentu. Warren et al. (1995:56) Pendapatan
KUAD
KONDISI
merupakan kenaikan harta secara kotor (gross)
RAN
dalam modal pemilik hasil dari penjualan barang,
I Kondisi ideal. PAD berperan lebih besar pada pelaksanaan jasa, pinjaman uang, penyewa harta, total belanja daerah, dan pemerintah daerah
semua kegiatan usaha dan profesi dengan tujuan mempunyai
penghasilan. Kieso (1995:56) mengembangkan potensi lokal. Hal tersebut
mengartikan pendapatan sebagai arus masuk atas terlihat dari besarnya nilai share dan growth
harta sebagai suatu kesatuan atau penyelesaian yang tinggi.
kewajiban (atau kombinasi keduanya) dalam satu
II Kondisi menuju ideal, tetapi terdapat periode dari produksi atau penyerahan barang, kemampuan berkembangnya potensi lokal
sehingga PAD mempunyai peluang lebih penyerahan jasa, atau aktivitas lain atas operasi
besar dalam total belanja daerah. Nilai share utama kesatuan tersebut. Halim (2002:66) juga masih rendah namun growth PAD tinggi.
menyatakan bahwa Pendapatan daerah adalah III
Kondisi belum ideal. Kecilnya peluang PAD penambahan manfaat ekonomi dalam periode untuk memperbesar peran dalam total belanja
akuntansi berbentuk arus masuk atau peningkatan daerah karena PAD tumbuh secara lambat.
aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban Nilai share sudah tinggi, namun growth PAD
sehingga terjadi penambahan ekuitas dana yang rendah.
berasal dari kontribusi ekuitas dana.
IV Kondisi paling buruk. Kecilnya peran PAD dalam total belanja dan kemampuan daerah dalam mengembangkan potensi lokal belum
2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
maksimal. Nilai growth dan share PAD Penerimaan PAD menurut Bastian (2002:82- rendah
83) adalah total keseluruhan dari Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Penerimaan Non-
IKK daerah dikembangkan dalam penelitian Pajak dari penerimaan perusahaan milik daerah, Bappenas (2003), Setiaji (2006) dan Adi (2012)
Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber yang
Daya Alam. PAD merupakan pendapatan yang perhitungan indeks share, growth dan elastisitas
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. masing-masing daerah dalam tiga kategori yaitu
Adha Pramidaya Haji, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah … 133
Halim (2004:94), PAD adalah penerimaan keseluruhan pengurangan ekuitas dana lancar dari yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
rekening kas umum daerah pada periode tahun wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
anggaran berjalan dan tidak akan diperoleh peraturan
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. perundang-undangan yang berlaku. Menurut UU
daerah sesuai
dengan
peraturan
Belanja daerah digunakan sebagai pembiayaan Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi Keuangan Pusat dan Daerah disebutkan bahwa
kewenangan daerah.
PAD merupakan penerimaan
Dari studi empiris yang telah dilakukan bersumber dari pajak daerah, hasil retribusi daerah,
daerah
yang
sebelumnya, terdapat perbedaan antara penelitian hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis. dan lain-lain PAD yang sah, bertujuan untuk
Dalam penelitian ini dikembangkan ruang lingkup memberikan kebebasan kepada daerah dalam
penelitian mengenai kemampuan keuangan daerah menggali sumber pendanaan dalam pelaksanaan
sebelum dan sesudah pemekaran wilayah provinsi, otonomi daerah atas dasar asas desentralisasi fiskal.
sedangkan
terdahulu kemampuan keuangan daerah sebelum dan sesudah era otonomi
penelitian
2.8. Belanja Daerah
daerah. Dalam penelitian ini, penulis fokus pada kemampuan keuangan daerah kabupaten/kota
pemekaran Provinsi secara keseluruhan yang diakui sebagai pengurang Kalimantan Utara termasuk pendapatan maupun nilai kekayaan bersih selama periode tahun belanja daerahnya, sehingga dapat dianalisis anggaran bersangkutan (UU Nomor 33 Tahun 2004 bagaimana peta kemampuan keuangan daerah pasal 1). PP Nomor 24 Tahun 2005 menyatakan dengan mengukur pertumbuhan (growth) dan peran bahwa Belanja Daerah semua pengeluaran oleh (share), serta elastisitas untuk IKK sebelum dan Bendahara
Belanja Daerah merupakan kewajiban daerah
sesudah pemekaran provinsi pada kabupaten/kota di pengurangan ekuitas dana lancar selama periode Provinsi Kalimantan Utara termasuk pendapatan tahun anggaran bersangkutan dan tidak akan
Umum Daerah
yang
berakibat
dan belanja daerah.
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Mahmudi (2007:141) Belanja daerah merupakan
2.9. Model Penelitian
Hasil Studi Empiris tentang
Teori Pemekaran Wilayah
Pemekaran Wilayah
Pemekaran Wilayah di Provinsi Kalimantan Utara
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Beda
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
sesudah Pemekaran Wilayah Provinsi sebelum Pemekaran Wilayah Provinsi
1. Kemampuan Keuangan Daerah Berdasarkan Peran (share)
1. Kemampuan Keuangan Daerah
H1a
Berdasarkan Peran (share)
2. Kemampuan Keuangan Daerah Berdasarkan Pertumbuhan (growth)
2. Kemampuan Keuangan Daerah
H1b
Berdasarkan Pertumbuhan (growth)
3. Indeks Kemampuan Keuangan Daerah H1c 3. Indeks Kemampuan Keuangan Daerah
4. Pendapatan Daerah
4. Pendapatan Daerah
5. Belanja Daerah
H2 5. Belanja Daerah
H3
Gambar 1. Model Penelitian
134 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
Penelitian Juanda (2007) menyatakan bahwa
2.10. Pengembangan Hipotesis
APBN dan APBD Provinsi berdampak negatif secara langsung terhadap pemekaran wilayah. Hal
Kemampuan Keuangan Daerah Sebelum dan
tersebut diartikan bahwa anggaran pendapatan
Sesudah Pemekaran
Provinsi
pada
daerah dalam APBD dapat menurun dengan adanya
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
pemekaran wilayah. Syafarudin (2008) mengenai Kemampuan keuangan daerah sebelum dan implementasi kebijakan pemekaran wilayah dan sesudah otonomi daerah sangat penting untuk persoalan yang cenderung muncul pasca pemekaran diukur karena untuk melihat pengaruh pertumbuhan wilayah yang pertama terjadi adalah kesulitan dan peran PAD terhadap total pendapatan daerah keuangan dan pembiayaan pembangunan. seperti penelitian yang dilakukan oleh Bappenas Saputra (2006) yang melakukan penelitian di (2003) mengenai peta kemampuan keuangan
17 daerah pemekaran baru di Indonesia dimana provinsi dalam era otonomi daerah. Hasil dalam
menunjukkan struktur penelitian tersebut dilihat dari indikator kinerja
penerimaan daerah pemekaran tidak jauh beda PAD secara umum provinsi-provinsi di Kawasan dengan daerah induk. Ketergantungan pada dana Barat Indonesia mempunyai kemampuan keuangan perimbangan seperti DAU dari pemerintah pusat lebih baik jika dibandingkan provinsi di Kawasan masih sangat besar sehingga kontribusi PAD baik Timur Indonesia dan provinsi yang mempunyai daerah induk dan daerah pemekaran masih sama- sumber daya alam melimpah belum tentu memiliki sama sangat kecil daripada total pendapatan daerah. kinerja PAD yang baik. Dalam hal ini anggaran pendapatan daerah tidak Setiaji (2007) meneliti peta kemampuan ada peningkatan dan kemungkinan ada peningkatan keuangan daerah sesudah otonomi daerah pada dikarenakan transfer dari pemerintah pusat dalam kabupaten kota se Jawa-Bali dengan menggunakan
bentuk dana perimbangan.
dan Lukman (2006) (growth) PAD dan peran (share) PAD, dimana hasil
metode perhitungan berdasarkan pertumbuhan
Irawan
terdapat peningkatan penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada era
mengemukakan
bahwa
APBD pasca pemekaran otonomi daerah telah terjadi peningkatan growth Kabupaten Bima dan Kabupaten Maluku Utara atas dari PAD pada kabupaten/kota se Jawa-Bali, namun kabupaten Halmahera Barat, dimana dua penelitian share PAD terhadap total belanja menunjukkan tersebut terdapat kontribusi positif terhadap penurunan sehingga ketergantungan fiskal terhadap
penerimaan
pada
pemekaran, walaupun pemerintah pusat masih tinggi. peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh Penelitian Adi (2012) dengan lokasi penelitian meningkatnya dana transfer pusat. yang sama, namun penelitiannya mengaitkan Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga kemampuan keuangan daerah dengan pertumbuhan bahwa pendapatan daerah kabupaten/kota di ekonomi
penerimaan
pasca
Kalimantan Utara sesudah pemekaran wilayah melaporkan bahwa otonomi daerah memberi
dimana hasil
penelitian
tersebut
provinsi lebih baik daripada sebelum pemekaran peluang yang lebih besar pada daerah untuk
wilayah provinsi.
meningkatkan kemampuan keuangannya sehingga
H2: Pendapatan daerah kabupaten/kota
daerah harus lebih sensitif terhadap kebutuhan dan
sesudah pemekaran provinsi lebih besar
potensi lokal untuk mempercepat pembangunan.
daripada sebelum pemekaran provinsi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga
kemampuan keuangan daerah kabupaten/kota di
Belanja
Daerah
Sebelum dan Sesudah
Kalimantan Utara sesudah pemekaran wilayah
Pemekaran Provinsi pada Kabupaten/Kota di
provinsi lebih baik daripada sebelum pemekaran
Kalimantan Utara
wilayah provinsi Belanja daerah sangat tergantung dengan
H1a: Kemampuan
keuangan
daerah
pendapatan daerah dimana penelitian Juanda (2007)
berdasarkan
share
kabupaten/kota
menyatakan bahwa APBN dan APBD Provinsi
sesudah pemekaran provinsi lebih baik
berdampak negatif secara langsung terhadap
daripada sebelum pemekaran provinsi.
pemekaran wilayah sehingga dapat diartikan bahwa
H1b: Kemampuan
keuangan
daerah
anggaran pendapatan daerah dalam APBD dapat
kabupaten/kota berdasarkan growth
menurun dengan adanya pemekaran wilayah, maka
sesudah pemekaran provinsi lebih baik
belanja daerah juga akan menurun. Syafarudin
daripada sebelum pemekaran provinsi.
(2008) mengungkapkan adanya kesulitan keuangan
H1c: Indeks kemampuan keuangan daerah
dan pembiayaan pembangunan pasca pemekaran,
kabupaten/kota sesudah pemekaran
yang dapat diartikan bahwa belanja daerah
provinsi lebih besar daripada sebelum
mengalami penurunan diakibatkan karena kesulitan
pemekaran provinsi.
keuangan atau menurunnya pendapatan daerah. Penelitian Saputra (2006) terhadap 17 DOB di
Pendapatan Daerah Sebelum dan Sesudah
Indonesia menunjukkan struktur penerimaan daerah
Pemekaran Provinsi pada Kabupaten/Kota di
pemekaran tidak jauh beda dengan daerah induk.
Kalimantan Utara
Adha Pramidaya Haji, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah … 135
Ketergantungan pada dana perimbangan (DAU) mengumpulkan, menganalisis dan mencampurkan dari pemerintah pusat masih sangat besar sehingga
baik penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam belanja daerah sangat berpengaruh terhadap transfer
penelitian untuk memahami suatu masalah dalam dari pemerintah pusat.
penelitian sehingga memberikan pemahaman lebih Irawan
luas terhadap masalah-masalah penelitian. Desain mengemukakan
mixed methods yang digunakan dalam penelitian ini penerimaan pada APBD pasca pemekaran Kab.
yaitu concurrent embedded sebagai strategi metode Bima dan Kab. Maluku Utara atas Kab. Halmahera campuran
menerapkan satu tahap Barat,
yang
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam pendapatan daerah maka akan berpengaruh dengan
dimana dengan
adanya
peningkatan
satu waktu (Creswell, 2012: 321). Metode peningkatan belanja daerah pasca pemekaran.
Kuantitatif sebagai metode primer dan metode Vidayani (2012) menyatakan belanja daerah Kota
kualitatif sebagai metode sekunder (Sugiyono, Tangerang Selatan mengalami peningkatan baik
2010: 41). Metode primer digunakan untuk dari belanja daerah.
memperoleh data yang utama, dan metode sekunder Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga
digunakan untuk pendukung data yang diperoleh belanja daerah kabupaten/kota di Kalimantan Utara
dari metode primer. Metode sekunder yang tidak sesudah pemekaran wilayah provinsi lebih baik
prioritas dimasukkan (embedded) ke dalam metode daripada sebelum pemekaran wilayah provinsi.
primer yang lebih dominan.
H3: Belanja daerah kabupaten/kota sesudah
Metode primer concurrent embedded dengan
pemekaran wilayah provinsi lebih besar
pendekatan
kuantitatif
bertujuan untuk
daripada sebelum pemekaran wilayah
menganalisis
kemampuan keuangan daerah
provinsi.
sebelum dan sesudah pemekaran wilayah dengan sumber data APBD dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Kabupaten/kota di Provinsi
3. METODE PENELITIAN
Kalimantan Utara yang disajikan dalam bentuk angka-angka. Metode sekunder dengan pendekatan
3.1. Pendekatan Penelitian.
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan teknik
Pendekatan penelitian menggunakan metode wawancara. Alur desain mix methods yang campuran (mixed methods) antara pendekatan
digunakan antara metode kuantitatif dan kualitatif kuantitatif dan kualitatif. Menurut Creswell (2012:
dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. 304) mixed methods merupakan sebuah prosedur
Tahap I Pendekatan Kuantitatif Tahap II Pendekatan Kualitatif
Indeks Kemampuan Data PDRB keuangan Daerah
Data APBD
Pendapatan Daerah
Wawancara
Kesimpulan
Belanja Daerah
Gambar 2. Desain Penelitian
Dari Gambar 2, tahap I menggunakan Tahap II menggunakan metode kualitatif pendekatan kuantitatif sebagai metode primer
metode sekunder dengan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data
deskriptif sebagai
melakukan wawancara terhadap narasumber baik sekunder berupa data APBD kabupaten/kota di
bertemu secara langsung maupun tertulis dengan Kalimantan Utara Tahun Anggaran 2010 –2015 dan
narasumber. Kedua tahap tersebut dilakukan secara Data PDRB kabupaten/kota di Kalimantan Utara
berdampingan sebagai dua gambaran berbeda periode 2010 –2015. Data yang sudah diperoleh
terhadap suatu masalah sehingga dapat memperoleh dianalisis menggunakan SPSS untuk mengetahui
perspektif-perspektif yang lebih luas terhadap perbedaan IKK, pendapatan daerah dan belanja
kesimpulan dari penelitian (Creswell, 2012: 322). daerah sebelum dan sesudah pemekaran.
136 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
3.2. Lokasi dan Sampel Penelitian
yang mengeluarkan dokumen negara, surat kabar, internet, dan artikel yang berhubungan dengan
materi penelitian. Data yang digunakan yaitu data Kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara yang APBD dan PDRB Kabupaten/kota di Provinsi terdiri dari Kabupaten Bulungan, Kabupaten kalimantan Utara dari tahun anggaran 2010 Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana
Penelitian ini
– 2015. Sumber data diperoleh dari Biro Keuangan Provinsi
Tidung dan Kota Tarakan. Sampel penelitian Kalimantan Utara, Badan Pusat Statistik (BPS) digunakan
untuk memilih
narasumber atau
Provinsi Kaltim. Wawancara dilakukan kepada informan yang sesuai dengan kriteria penulis, yaitu narasumber yang sesuai dengan kriteria penulis, tokoh masyarakat dalam pembentukan provinsi
yang mencetuskan Kalimantan Utara, pejabat pengelola keuangan dari pemekaran wilayah Provinsi Kaltara dan Pegawai dua kabupaten dan satu kota di Kalimantan Utara. Negeri Sipil eselon II, III dan IV dalam lingkup
keuangan daerah di kabupaten/kota Provinsi
3.3. Metode Pengambilan Data
Kalimantan Utara.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan wawancara sebagai alat pengambilan data. Data
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran
sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan
Variabel
peneliti tidak perlu
Definisi dari variabel dapat diuraikan pada (Sekaran, 2006:137). Data sekunder dapat diperoleh
mengumpulkan
sendiri
Tabel 3 berikut:
melalui pihak ketiga seperti situs resmi pemerintah
Tabel 3.Variabel Penelitian
No Variabel
Pengukuran Pengukuran
Definisi Operasional
1 Indeks Peran Merupakan rasio PAD terhadap Belanja Daerah dengan tujuan (Share): XS
untuk mengukur seberapa besar PAD membiayai kegiatan pada Belanja Daerah sehingga mencerminkan peningkatan PAD dari
PAD suatu daerah (Bappenas, 2003; Setiaji, 2007; Frediyanto, 2010
Belanja Daerah dan Adi, 2012).
2 Indeks Merupakan rasio PAD daerah tahun saat ini dengan tahun Pertumbuhan
sebelumnya dengan tujuan melihat seberapa besar PAD (Growth): XG
dipertahankan dan ditingkatkan untuk keberhasilan antar PAD t – PAD t-1 periode tahun anggaran. Growth yang baik apabila setiap tahun
PAD t-1 anggaran mengalami peningkatan (Bappenas, 2003; Setiaji, 2007; Frediyanto, 2010 dan Adi, 2012).
3 Indeks Merupakan rasio PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Elastisitas: XE
tujuan untuk melihat sensivitas atau elastisitas PAD terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan Ekonomi
Growth PAD diukur dari pertumbuhan PDRB tahun pengukuran dengan
PE PDRB tahun sebelumnya (Bappenas, 2003; Frediyanto, 2010 dan Adi, 2012).
4 Peta Merupakan cara menampilkan kemampuan keuangan daerah Growth : Tinggi/Rendah Kemampuan
berdasarkan kuadran yang ditentukan oleh besaran nilai indeks Share : Keuangan
growth dan indeks share (Bappenas, 2003; Setiaji, 2007; Tinggi/Rendah Frediyanto, 2010 dan Adi, 2012).
5 Indeks Merupakan hasil rata-rata hitung dari indeks share, indeks IKK = (XS + XG + XE)/N Kemampuan
growth dan indeks elastisitas terhadap jumlah tahun yang akan Indeks x = (Nilai x Hasil Keuangan
diteliti dengan untuk mengetahui kategori kemampuan Pengukuran - Nilai x Kondisi (IKK)
keuangan suatu daerah dalam kategori rendah, mampu dan Minimum) / (Nilai x Kondisi sangat mampu. Nilai indeks share, growth dan elastisitas, Maksimum – Nilai x Kondisi digunakan pengukuran dengan persamaan umum(Bappenas, Minimum) 2003; Frediyanto, 2010 dan Adi, 2012).
6 Pendapatan merupakan semua penerimaan dana yang diperoleh dari PAD, Daerah
Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diterima oleh kas umum daerah yang dilaporkan dalam LRA pemerintah daerah periode tahun anggaran bersangkutan.
7 Belanja Daerah Merupakan pengeluaran dana dari kas umum daerah yang dilaporkan dalam LRA pemerintah daerah periode tahun anggaran bersangkutan.
Adha Pramidaya Haji, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah … 137
Keterangan : PAD
= Pendapatan Asli Daerah PAD t = Pendapatan Asli Daerah tahun t
PAD t-1 = Pendapatan Asli Daerah tahun t-1 PE
= Pertumbuhan Ekonomi --- PDRB t – PDRB t-1 / PDRB t-1
PDRB t = Produk Domestik Regional Bruto tahun t PDRB t-1 = PDRB tahun t-1 XS
= Indeks Share XG = Indeks Growth XE = Indeks Elastisitas
Berdasarkan
perhitungan indeks peran,
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan dan IKK kabupaten/kota sebelum dan sesudah pemekaran provinsi dapat diketahui
4.1. Analisis Statistik Deskriptif
diketahui dalam tabel berikut:
Peta Kemampuan
Keuangan
Daerah
Kabupaten/Kota Sebelum
dan
Sesudah
Pemekaran Provinsi Berdasarkan Peran (share), Pertumbuhan (growth) dan IKK
Tabel 4. Indeks Peran (share), Pertumbuhan (growth) dan IKK Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara Kemampuan Keuangan
IKK Daerah
Indeks Peran
Indeks Pertumbuhan
Sebelum Sesudah
Pemekaran Pemekaran Kab Bulungan
Kab Malinau
Kab Nunukan
Kota Tarakan
0,2705 0,4263 Sumber data: Data sekunder (diolah)
Kab Tana Tidung
Hasil pengolahan dengan
SPSS dapat
diketahui statistik deskriptif kemampuan keuangan daerah berdasarkan share, growth dan IKK pada tabel berikut:
Tabel 5. Statistik Deskriptif Indeks Peran, Pertumbuhan dan IKK Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara
IKK Statistik
Indeks Peran
Indeks Pertumbuhan
Sebelum Sesudah Pemekaran Pemekaran Pemekaran Pemekaran Pemekaran Pemekaran
0,46 0,427 Simpangan baku
Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas maksimum sebelum pemekaran sebesar 117,24. dapat diketahui bahwa peta kemampuan keuangan
Rata-rata growth kemampuan keuangan daerah daerah berdasarkan peran (share) minimum
sebesar 48,91 dengan sebelum pemekaran sebesar 1,59 sedangkan share
sebelum
pemekaran
simpangan baku sebesar 44,199. Hal ini berarti maksimum sebelum pemekaran sebesar 6,00. Rata-
growth kemampuan keuangan daerah memusat rata kemampuan keuangan daerah berdasarkan
pada angka 48,91 dengan penyimpangan data share sebelum pemekaran sebesar 4,39 dengan
sebesar 44,199. Sedangkan Indeks Kemampuan simpangan baku sebesar 1,824. Hal ini berarti
Keuangan (IKK) daerah minimum sebelum kemampuan keuangan daerah berdasarkan share
pemekaran sebesar 0,27, sedangkan IKK daerah memusat pada angka 4,39 dengan penyimpangan
maksimum sebelum pemekaran sebesar 0,57. Rata- data sebesar 1,824. Analisis deskriptif berdasarkan
rata IKK daerah sebelum pemekaran sebesar 0,46 pertumbuhan (growth) kemampuan keuangan
dengan simpangan baku sebesar 0,114. Hal ini daerah minimum sebelum pemekaran sebesar 3,37
berarti IKK daerah memusat pada angka 0,46 sedangkan growth kemampuan keuangan daerah
dengan penyimpangan data sebesar 0,114.
138 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
Pendapatan
dan
Belanja Daerah
Kabupaten/Kota
Sebelum dan Sesudah
Pemekaran Provinsi
Tabel 6. Statistik Deskriptif Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara
Belanja Daerah Statistik
Pendapatan Daerah
Sebelum Pemekaran
Sesudah Pemekaran
Sebelum Pemekaran Sesudah Pemekaran
1.867,27 Simpangan baku
Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas rupiah dengan simpangan baku sebesar 395,583 dapat diketahui bahwa pendapatan daerah minimum
miliar rupiah. Hal ini berarti belanja daerah sebelum pemekaran sebesar 482,91 miliar rupiah,
memusat pada angka 1,318 triliun rupiah dengan sedangkan pendapatan daerah maksimum sebelum
penyimpangan data sebesar 395,583 miliar rupiah. pemekaran sebesar 1,332 triliun rupiah. Rata-rata pendapatan daerah sebelum pemekaran sebesar
4.2. Uji Normalitas
894.199 miliar rupiah dengan simpangan baku sebesar 225,017 miliar rupiah. Hal ini berarti
Pengujian normalitas dilakukan menggunakan pendapatan daerah memusat pada angka 894,199
uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria pengujian miliar rupiah dengan penyimpangan data sebesar
apabila nilai probabilitas > level of significant 225,017
(alpha) maka data indeks peran (share), Indeks deskriptif belanja daerah minimum sebelum
miliar rupiah.
Sedangkan
analisis
pertumbuhan (growth), IKK daerah, pendapatan pemekaran sebesar 659,47 miliar rupiah, sedangkan
daerah dan belanja daerah sebelum dan sesudah belanja daerah maksimum sebelum pemekaran
pemekaran dinyatakan normal. sebesar 1,887 triliun rupiah. Rata-rata belanja
Hasil pengujian asumsi normalitas dapat daerah sebelum pemekaran sebesar 1,318 triliun
dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 7. Uji Normalitas Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara berdasarkan Peran
Indeks Peran
Indeks Pertumbuhan
IKK
Pendapatan Belanja
(Share)
(Growth)
Daerah Daerah
Kolmogorov-Smirnov Z
Hasil pengujian asumsi normalitas di atas menunjukkan bahwa probabilitas > level of diketahui bahwa nilai statistik uji Kolmogorov
significant (α=5%) maka data indeks share sebelum Smirnov dari data kemampuan keuangan daerah
dan sesudah pemekaran dinyatakan normal. berdasarkan peran (share) sebelum dan sesudah pemekaran sebesar 0,399 dengan probabilitas
4.3. Pengujian Hipotesis
sebesar 0,997, kemampuan keuangan daerah berdasarkan pertumbuhan (growth) sebelum dan
Uji Beda Peta Kemampuan Keuangan Daerah
sesudah pemekaran
Kabupaten/Kota
Sebelum dan Sesudah
probabilitas sebesar 0,968, IKK sebelum dan
Pemekaran
Provinsi
Berdasarkan Peran
sesudah pemekaran
(Share), Pertumbuhan (Growth) dan IKK
perbedaan kemampuan sebelum dan sesudah pemekaran sebesar 0,544
probabilitas sebesar 0,780, pendapatan daerah
Hasil pengujian
keuangan daerah sebelum dan sesudah pemekaran dengan probabilitas sebesar 0,929 dan belanja
provinsi berdasarkan peran (share) dapat diketahui daerah sebelum dan sesudah pemekaran sebesar
melalui tabel berikut:
0,738 dengan probabilitas sebesar 0,648. Hasil ini
Tabel 8. Uji Beda Kemampuan Keuangan Daerah berdasarkan Peran (Share), Pertumbuhan (Growth) dan IKK
IKK Rata- t-test Probabilitas
Indeks Peran
Indeks Perrtumbuhan
t-test Probabilitas Rata- t-test Probabilitas Rata
Sebelum Pemekaran 4,390 0,758
0,576 Sesudah Pemekaran
H1c = Ditolak Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada
H1a = Ditolak
H1b = Ditolak
sebesar 0,490. Hal ini berarti probabilitas > level of tabel di atas dapat diketahui bahwa statistik uji t
significance ( =5%). Dengan demikian dapat kemampuan keuangan daerah berdasarkan peran
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang dihasilkan sebesar 0,758 dengan probabilitas
signifikan peta kemampuan keuangan daerah
Adha Pramidaya Haji, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah … 139
sebelum dan sesudah pemekaran berdasarkan peran probabilitas > level of significance ( =5%). Dengan (share), sehingga H1a ditolak. Hasil pengujian
demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan statistik uji t kemampuan keuangan daerah
indeks kemampuan keuangan daerah sebelum dan berdasarkan
sesudah pemekaran sehingga H1c ditolak. probabilitas sebesar 0,113. Hal ini berarti probabilitas > level of significance ( =5%). Dengan
peran sebesar
dengan
Uji Beda Pendapatan dan Belanja Daerah
demikian dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
Kabupaten/Kota
Sebelum dan Sesudah
perbedaan yang signifikan peta kemampuan
Pemekaran Provinsi
keuangan daerah sebelum dan sesudah pemekaran Hasil pengujian perbedaan pendapatan dan berdasarkan pertumbuhan (growth) sehingga H1b
belanja daerah sebelum dan sesudah pemekaran ditolak. Hasil statistik uji t IKK sebesar -0,609
dapat diketahui melalui tabel berikut: dengan probabilitas sebesar 0,576. Hal ini berarti
Tabel 9. Uji Beda Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara
Pendapatan Daerah
Belanja Daerah
t-test Probabilitas
Sebelum Pemekaran
Sesudah Pemekaran
H2 = Diterima
H3 = Diterima
Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada
Sesudah Pemekaran Wilayah Lebih Baik
tabel di atas dapat diketahui bahwa statistik uji t
daripada Sebelum Pemekaran Provinsi
pendapatan daerah sebesar
Bappenas (2003) kemampuan daerah pada 33 probabilitas sebesar 0,030. Hal ini berarti
dengan
provinsi setelah otonomi daerah banyak mengalami probabilitas < level of significance ( =5%). Dengan
peningkatan walaupun masih terdapat beberapa demikian dapat
provinsi peningkatannya masih rendah dengan perbedaan yang signifikan pendapatan daerah
pengukuran share dan growth APBD untuk sebelum dan sesudah pemekaran. Ditinjau dari rata-
peta kemampuan keuangan rata, pendapatan daerah sebelum pemekaran dengan
pengklasifikasian
daerah. Hasil uji beda terhadap indeks share rata-rata sebesar 894,199 miliar rupiah, sedangkan
kemampuan keuangan daerah sebelum dan sesudah pendapatan daerah sesudah pemekaran dengan rata-
pemekaran wilayah provinsi ditolak. Hal tersebut rata sebesar 1,111 triliun rupiah. Hal ini
terjadi karena sesudah pemekaran provinsi secara menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan daerah
rata-rata terdapat penurunan indeks share yang sesudah pemekaran lebih baik dibandingkan rata-
terjadi pada empat Kabupaten yaitu Bulungan, rata pendapatan daerah sebelum pemekaran,
Malinau, Nunukan dan Tana Tidung. Peningkatan sehingga H2 diterima.
indeks share hanya terjadi pada Kota Tarakan Hasil pengujian statistik uji t belanja daerah
sehingga secara keseluruhan tidak ada perbedaan sebesar -2.524 dengan probabilitas sebesar 0.024.
signifikan indeks share kabupaten/kota sebelum Hal ini berarti probabilitas < level of significance
pemekaran wilayah provinsi. ( =5%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
dan
sesudah
Penurunan yang terjadi pada empat kabupaten terdapat perbedaan yang signifikan belanja daerah
memperlihatkan bahwa ketergantungan daerah sebelum dan sesudah pemekaran. Ditinjau dari rata-
semakin besar terhadap dana perimbangan dari rata, belanja daerah sebelum pemekaran dengan
pemerintah pusat, sejalan dengan penelitian Fitriani
(2005) dimana hampir seluruh kabupaten/kota di belanja daerah sesudah pemekaran dengan rata-rata
rata-rata sebesar 1,37 1 triliun rupiah, sedangkan
sangat tergantung Dana sebesar 1,867 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan
Indonesia
masih
Perimbangan karena adanya jaminan dana transfer, bahwa rata-rata belanja daerah sesudah pemekaran
khususnya DAU dari pemerintah pusat ke lebih baik dibandingkan sebelum pemekaran
sehingga memperbesar sehingga H3 diterima.
pemerintah
daerah,
ketergantungan pemerintah daerah pada dana perimbangan.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Ditolaknya hipotesis 1a, penulis melakukan wawancara
Dr. Yusuf SK, Ketua Berdasarkan dari hasil pengujian diperoleh
dengan
Bersatu (MKB)/mantan tiga hipotesis (H1a, H1b dan H1c) ditolak dan dua
Masyarakat
Kaltara
walikota Tarakan periode 1999-2009, pada tanggal hipotesis (H2) dan (H3) diterima. Setiap hipotesis
4 Juli 2015:
akan dibahas dalam sesi berikut ini dengan analisis “Pengamatan saya bahwa pemerintah pusat kuantitatif dan kualitatif deskriptif sebagai penjelas
tidak mendesain agar pemerintah daerah atas fakta yang terjadi dari hasil uji hipotesis.
dapat membiayai APBDnya sebagian besar dari PAD, hanya beberapa kota besar saja
Kemampuan Keuangan
Daerah
yang PADnya mampu membiayai 30 %
Kabupaten/Kota Berdasarkan Peran (share)
APBDnya. Selebihnya PAD hanya dibawah
140 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG), Vol. 1, No. 2, Oct 2015, pages 129-146
10% dari total APBD. Hal tersebut Atas hipotesis tersebut, penulis melakukan dimaksudkan karena pemerintah pusat masih
wawancara dengan Eddy Sukwansyah, SE., M.Hp., ingin memegang kendali pemerintah daerah
Kepala Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan, melalui dana transfer yang diberikan.
Pengelola Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Potensi-potensi penerimaan daerah yang
Tarakan pada tanggal 1 Agustus 2015. strategis saat ini masih dikuasai pemerintah
“Penurunan terbesar dari DBH Migas karena pusat.”
wilayah Kerja Pertambangan banyak di Dari pernyataan tersebut, pemerintah pusat
dan DJPK tidak terlihat sengaja tidak mendesain PAD sebagai
wilayah
Kaltim
menggunakan surat persetujuan bersama sumber
alokasi DBH SDA yang menyesuaikan ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat
utama pembiayaan
daerah
karena
wilayah Kaltim. Selain itu penurunan digunakan
pendapatan bunga deposito digunakan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
sebagai kontrol
kebijakan
yang
menutup defisit APBD akibat penurunan Desentralisasi fiskal tidak lain hanya sebagai alat
dana perimbangan. Tahun 2015 deposito kontrol pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
Pemkot Tarakan tinggal Rp. 150 Milyar, sehingga hal ini tidak relevan dengan Riduansyah
padahal tahun 2014 deposito mencapai Rp. (2003) yang menyatakan sumber pembiayaan
320 Milyar dan tahun 2013 sampai Rp. 650 utama daerah adalah pembiayaan yang berasal dari
Milyar. Jadi setelah pemekaran provinsi, PAD.
deposito terus berkurang untuk menutupi Fasilitas-fasilitas publik seperti pelabuhan,
defisit APBD.”
bandara beserta pajak-pajak daerah seperti pajak Ditambahkan wawancara dengan Sehan, SE., reklame pada fasilitas publik tersebut mempunyai
M.Si., Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola potensi penerimaan daerah yang besar namun
Aset Kab. Tana Tidung pada tanggal 30 Juli 2015 dikuasai oleh BUMN maupun kementerian karena
menyatakan bahwa:
terganjal dengan UU no 20 Tahun 1997 tentang “PAD Kab. KTT banyak ditunjang dari Penerimaan