Prinsip- Prinsip Hukum Pidana Internasional

  Prinsip- Prinsip Hukum Pidana Internasional

Dasar Pemikiran

  Sebagai disiplin hukum tersendiri, Hukum pidana internasional telah memenuhi

persyaratan keilmuan, diantaranya adalah:

  1. Memiliki prinsip hukum;

  2. Memiliki kaidah hukum;

  3. Memiliki proses penegakan hukum;

  4. Memiliki objek kajian tersendiri

(Lihat Romli Atmprinsipmita, 2006: 13-17)

Dasar Pemikiran (lanjutan)

  Sebagai disiplin hukum yang merupakan

gabungan dari dua disiplin hukum yang berbeda,

maka secara umum hukum pidana internasional

juga membawa prinsip-prinsip dari disiplin hukum sebelumnya, yaitu prinsip-prinsip dari hukum pidana dan hukum internasional.

Prinsip-prinsip Hukum Pidana Internasional

  prinsip-prinsip yang dibawa dari hukum pidana adalah: 1. prinsip legalitas; 2. prinsip kesalahan; 3. prinsip praduga tak bersalah; dan 4. prinsip ne bis in idem. Sedangkan prinsip-prinsip yang dibawa dari hukum internasional adalah: 1. prinsip kemerdekaan, kedaulatan dan kesamaan derajat negara-negara; 2. prinsip non intervensi; 3. prinsip hidup berdampingan secara damai; dan

4. prinsip penghormatan dan perlindungan terhadap Hak prinsipi

  

Prinsip Legalitas

Prinsip dasarnya adalah tiada delik, tiada pidana

tanpa pengaturan yang mengancam terlebih dahulu. Adagium yang dicetuskan oleh Von Feurbach adalah, Nullum delictum noela poena sine praeviae lege.

  (Lihat Bambang Poernomo, 1994: 68)

Prinsip Legalitas (lanjutan)

  Di dalam prinsip legalitas terdapat tiga hal mendasar, yaitu:

  1. Suatu aturan haruslah bersifat tertulis;

  2. Suatu aturan tidak boleh berlaku surut;

  

3. Suatu aturan tidak boleh ditafsirkan secara

analogi.

Prinsip Non Retroactive

  prinsip non-retroactive ini merupakan turunan dari prinsip legalitas dengan keharusan untuk menetapkan terlebih dahulu suatu perbuatan sebagai kejahatan atau tindak pidana di dalam hukum atau peraturan perundang-undangan pidana nasional, dan atas dasar itu barulah negara itu menerapkannya terhadap si pelaku perbuatan tersebut. Dengan kata lain, bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak boleh diberlakukan surut. (Lihat I Wayan Parthiana, 2006: 65)

Prinsip Kesalahan

  Unsur kesalahan adalah unsur yang menjembatani antara perbuatan melawan hukum dan pertanggungjawaban pidana.

  

Dikatakan menjembatani karena suatu tindak pidana secara fisik

adalah perbuatan melawan hukum, sedangkan secara psikis adalah dapat dipertanggungjawabkannya perbuatan melawan hukum tersebut, dan untuk mengetahui hubungan antara perbuatan perbuatan dan pertanggung jawaban itu diperlukan unsur kesalahan ini. Hubungan tersebut adalah mengenai hal kebatinan, hanya dengan hubungan batin ini perbuatan yang dilarang dapat dipertanggungjawabkan pada si pelaku. Dan jika hal ini tercapai, maka betul-betul ada suatu tindak pidana yang pelakunya dapat dijatuhi hukuman pidana (geen strafbaar feit zonder schuld)

  

Prinsip Kesalahan (lanjutan)

Kesalahan menurut J. Enschede dan A. Heijder memiliki tiga arti,

  1. Pertama, yang paling mudah, adalah kesalahan dalam arti “itu adalah kesalahannya ”, dalam arti ini, kesalahan diartikan secara harfiah sebagai penyebab dari terjadinya tindak pidana. Kesalahan dalam arti ini merujuk pada perbuatan seseorang yang mengakibatkan tindak pidana.

  2. Kedua, kesalahan diartikan sebagai hubungan batin antara perbuatan dengan akibatnya, yaitu kesengajaan dan kelalaian (culpa).

  

3. Ketiga, kesalahan dalam arti adanya pengecualian atau perihal lain

yang mengakibatkan perbuatan tersebut tidak dapat dipersalahkan terhadap pelaku perbuatan (alasan pembenar dan alasan pemaaf). (Lihat CH. J. Enschede dan A. Heijder, diterjemahkan oleh R. Achmad

Prinsip Praduga Tak Bersalah

  Prinsip praduga tak bersalah ini adalah prinsip utama perlindungan hak warga negara dalam proses hukum yang adil yang mencakup sekurang-kurangnya:

  

1. Perlindungan terhadap tindakan sewenang-wenang dari

pejabat negara;

  2. Bahwa pengadilanlah yang berhak menentukan salah tidaknya terdakwa;

  3. Bahwa sidang pengadilan harus terbuka (tidak boleh bersifat rahasia); dan

  (Lihat Mien Rukmini, 2003: 105)

  

Prinsip Ne bis in Idem

  Pengertian prinsip ne bis in idem atau principle of double

  jeopardy adalah prinsip yang menyatakan bahwa

  seseorang tidak dapat dituntut lebih dari satu kali di depan pengadilan atas perkara yang sama. prinsip ini menegaskan, bahwa orang yang sudah diadili dan atau dijatuhi hukuman yang sudah memiliki kekuatan mengikat yang pasti oleh badan peradilan yang berwenang atas suatu kejahatan atau tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, tidak boleh diadili dan atau dijatuhi putusan untuk kedua kalinya atau lebih, atas kejahatan atau tindak pidana tersebut.

Kedudukan Hukum Pidana Internasional dalam Ilmu Hukum

  Sebelum membicarakan kedudukan hukum pidana internasional dalam ilmu hukum, maka perlu disinggung sedikit tentang ilmu hukum. Ilmu Hukum merupakan salah satu ilmu yang termasuk dalam kelompok ilmu praktis. Namun, ilmu hukum merupakan ilmu yang istimewa karena dampak langsungnya terhadap kehidupan manusia dan masyarakat yang terbawa oleh sifat dan problematikanya yang telah memunculkan dan membimbing pengembanan serta pengembangannya. (Lihat Bernard Arief Sidharta, 2008: 111)

Prinsip Kemerdekaan, Kedaulatan dan Kesamaan Derajat Negara-Negara

  prinsip ini adalah prinsip yang mendasari setiap negara dalam berinteraksi dengan negara lain sebagai bagian dari masyarakat internasional. Setiap negara merdeka dan berdaulat memiliki kedudukan yang sederajat dengan negara lainnya. prinsip inilah yang menempatkan negara-negara di dunia ini tanpa memandang besar, kecil, kuat atau lemahnya suatu negara memiliki kedudukan yang sama antara satu dengan yang lainnya.

Prinsip Non Intervensi

  

Menurut prinsip ini, suatu negara tidak boleh

campur tangan atas masalah dalam negeri negara lain, kecuali negara tersebut

menyetujuinya secara tegas. Jika suatu negara

menggunakan kekuatan bersenjata berusaha memadamkan pemberontakan di negara lain tanpa persetujuan negara bersangkutan

merupakan pelanggaran terhadap prinsip non

intervensi.

Prinsip Hidup berdampingan secara damai

  prinsip ini menekankan kepada negara-negara dalam menjalankan kehidupannya baik secara internal maupun eksternal, supaya dilakukan dengan cara hidup bersama secara damai, saling menghormati dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Apabila ada masalah atau sengketa yang timbul antar negara hendaknya diselesaikan secara damai yang dapat diwujudkan dengan pengaturan masalah-masalah internasional baik dalam lingkup global, regional maupun bilateral melalui perjanjian internasional.

Prinsip Penghormatan dan Perlindungan HAM

  prinsip ini menuntut kewajiban kepada negara-negara (dalam lingkup internasional) untuk menghormati dan melindungi hak prinsipi manusia dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga.

  Berdasarkan prinsip ini, tindakan apapun yang dilakukan oleh negara-negara atas seseorang atau lebih dalam status apapun juga, tindakannya tidak boleh melanggar ataupun bertentangan dengan hak prinsipi manusia.

Pembagian Kelompok HPI

  Kelompok I Kelompok II

  IRENE VERSHEYLIA LUPITASARI FIGAR FADLILAH BAIHAKI AGUS HADIYANTO NURMAWAN WAHYUDI SOFYAN MUSLIM FAHMI ROSEK M. BAYU RAMADHAN KOHAR NURHAMIDIN MOH. LUKYAN BASRONI RIZAL ABD. ROHIM HARIYANTO AKHMAD FAUZI ERWIN SRI DEVITA SARI ERLANDA EKA PRAYUGI

  SANDY PRAMU WINALDHA HALIMATUS SA`DIYAH

Pembagian Kelompok HPI

  Kelompok III Kelompok IV DIVO KURNIAWAN J MUZAKKI DHEWI PRASTIKE AGUSTIN MUHAMMAD ALI TAUFAN MARNIDA GIOVANNI L.T KEVIN RAHADIAN FAUDINI HARTIKA DEWI RIKA FEBRIYANTI W RICO AKHMALUL F RATNA ARIES WIJAYA SELA ZERLINA SYOFA SETIA LINGGAR ANGGARA ESA MOHAMAD ZAINURI BAYU CIPTA YUDHA MEITA PRASTYAHARA MOCH BASRI MUCH. ROSID ANWAR

Pembagian Kelompok HPI

  Kelompok V Kelompok VI

  ALI RIDHO TRYSNO H TEZAR ADHANI F SAM LETARE SIMANJUNTAK MA'ARIF UMI KHAIRAH MUHAMMAD FAJAR P ROSITA AGUSTIN KRISWANTO S SIRAIT HOSNI

  ISHAK MAULANA AKBAR RIO RAMADHAN PUTRA

  IMAM ZARKASI

  IHROM DWI CAHYO RICO SANDI IRYANTO HIKMATUN BALIGHOH ALEX RANGGA KELANA MOH. IMAM NASRULLOH DARI ILHAM RAMADHAN

Pembagian Kelompok HPI

  Kelompok VII Kelompok VIII AHMAD ZAIRONI RISKIYANTO KALIMATUS SYAHADATINI HANDIKA NURRAHMAN DIKY ARISTA ERIANTO HIWANDA DIQYA K MUH.ARIEF IRVANDI. F DANIEL PANJAITAN LIA NUR INDAH SARI

  IMAM WAHYUDI TAMPAN BUDI HARTONO NOVIYA RANDI FARIDA

  IRWAN PRIHANDOKO MOH. JAMIL ACHMAD BAIHAKI AMIROTUL LAILIA TRI WIDYA AYUASHARI

Pembagian Kelompok HPI

  Kelompok IX Kelompok X BAIDI

  AGUS SUGIARTO MOH. NURUL HAMDALI LAILATUL QOMARIYAH NANDA CAESAR R ARYA TRI YULIAN FADILAH CHOIRUN N HENDRA AGUS A MUHAMMAD NIZAM MOH. DWI JUNIARTO SURYA PRADESA LADY DIANA FERI IRAWAN ABDURROSYID MASDUKI AHMAD SAHID MINULLAH MERZA BAYU MENTARI PUTRA KOMARUL ANAM

  

Daftar Bacaan

  1. Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, 1994 2. CH. J. Enschede dan A. Heijder, diterjemahkan oleh R.

  Achmad Soema Di Pradja, Asas-Asas Hukum Pidana, 1982

  3. Eddy Omar Sharif Hiariej, Pengantar Hukum Pidana Internasional, 2009

  4. I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional, 2006

  5. Mien Rukmini, Perlindungan Hak Asasi Manusia melalui Asas Praduga tidak Bersalah dan asas Persamaan Kedudukan dalam Hukum pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia, 2003

  6. Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, 2008