PERANCANGAN FASILITAS KERJA PROSES PENGELASAN YANG ERGONOMIS (Studi Kasus pada Bengkel PT Aji Batara Perkasa)

ISSN 2338-3925

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

PERANCANGAN FASILITAS KERJA PROSES

PENGELASAN YANG ERGONOMIS

  

(Studi Kasus pada Bengkel PT Aji Batara Perkasa)

1 2 3 Ronny Tuhumena , Rudy Soenoko , Slamet Wahyudi 1,2, 3 Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang ,65145 There are many small industryy that manufacture parts and accessories two-wheeled. Production process of

  Abstract

parts and accessories has been done in the welding process. Welding is a common method used to connect the metal

permanently. The results of observation on welding process identify there are many problems faced by operators of welding

process. Welding facilities are not ergonomic and resulted in complaints of the welding operator. Results of nbm

questionnaire given to operators welding showed that there are many complaints from operators. To solve the problems,

this paper propose repairing on a working position and design work facilities that match with the anthropometry operators

and then propose the additional aids ( jigs and a fixture ) for operators.

  Ergonomics, Biomechanics, Anthropometry, Software Mannequin Pro Key Word

   PENDAHULUAN posisi kerja menjadi tidak nyaman. Perbaikan Industri kecil yang memproduksi part dan posisi kerja dan perancangan fasilitas kerja serta aksesoris kendaraan roda dua terletak di alat bantu dalam proses produksi merupakan Kabupaten Sidoarjo, tepatnya Daerah Ngingas salah satu solusi untuk menyelesaikan Waru. Industri kecil ini membuat part dan permasalahan diatas. aksesoris yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan buatan pabrik yang harganya relatif terjangkau (lebih murah dari harga buatan 2.

  Fasilitas kerja yang tidak sesuai menyebabkan 1.

   METODOLOGI PENELITIAN pabrik).

  Pada proses produksi pembuatan part dan aksesoris, teridentifikasi bahwa fasilitas kerja

  a.

  Tahap survei awal

  operator kurang memperhatikan prinsip-prinsip

  Survey awal dilakukan untuk mengetahui pengelasan

  ergonomi terutama pada bagian pengelasan. Pada

  pembuatan part motor serta fasilitas apa saja yang

  bagian pengelasan, operator bekerja dalam posisi digunakan. kerja yang tidak benar, yang menyebabkan posisi b.

  Identifikasi masalah kerja yang terbentuk adalah membungkuk. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang

  Kondisi kerja dimana punggung dan leher

  menyebabkan ketidaknyamanan operator pada saat

  operator selalu membungkuk mengindikasikan

  bekerja, yaitu pada stasiun kerja yang tidak ergonomis

  bahwa fasilitas kerja yang ada bersifat tidak c.

  Analisa postur kerja dan alat bantu ergonomis. Adapun analisa yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

  1) Postur kerja

  2) Biomekanika

  3) Alat bantu

  • Corresponding author: Ronny Tuhumena, Rudy Soenoko, Slamet Wahyudi 4) Tahap perbaikan

  

  Setelah analisa dilakukan maka perlu perbaikan pada

  Published online a

  posisi kerja operator agar dapat bekerja dengan posisi

  Copyright © 2014JTI UB Publishing. All Rights Reserved

ISSN 2338-3925

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

  kerja yang benar yang sesuai dengan prinsip-prinsip Dari data biomekanika, posisi kerja proses pengelasan dilakukan dalam 1 (satu) posisi yaitu ergonomis. posisi duduk. Analisa posisi tubuh dilakukan dengan d. Tahap Analisa antrhopometri menggunakan software Mannequin Pro. Software ini

  Analisa berikutnya yaitu anthropometri ukuran tubuh dapat menghitung gaya dan momen yang terjadi pada operator pengelasan sebagai dasar perancangan bagian-bagian tubuh. Posisi tubuh tersebut dapat fasilitas kerja. menunjukan kondisi kerja yang sebenarnya dan dapat e. Tahap perancangan. dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Perancangan dibuat sesuai dengan kebutuhan dari fasilitas kerja yang dirancang yaitu fasilitas kerja yang dimensinya sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Setelah menyebarkan kuisoner kepada seluruh operator yang berjumlah 15 orang pada bagian pengelasan, dapat terlihat beberapa keluhan yang sering dialami oleh operator pengelasan. Hasil rekapitulasi perhitungan kuisioner Nordic Body map

  Gambar 2. Posisi Kerja dapat dilihat pada Gambar 1.

  Gambar 1. Diagram NBM

  Dari rekapitulasi kuisoner diatas dapat dilihat bahwa

  Gambar 3. Grafik Momen Awal

  jumlah keluhan terbesar terdapat pada bagian pinggang yaitu sebesar 43.33%, bagian lain yaitu Dari hasil perhitungan gaya dan momen dapat pinggul sebesar 40%, kemudian pada bagian leher diketahui gaya dan momen yang terjadi pada bagian- sebesar 38.33% dan terakhir pada bagian lengan atas bagian tubuh operator pengelasan. Hal tersebut kanan sebesar 38.33%. Berdasarkan hasil kuisioner menunjukan bahwa momen terbesar yang terjadi diatas dapat dilihat penyebab keluhan tersebut sebagai adalah pada bagian Lower Back yaitu 332.9 LbF in berikut: dan yang kedua adalah bagian leher 63.1 LbF in.

  a.

  Keluhan pada pinggang dan pinggul dikarenakan punggung dalam posisi membungkuk akibat

  Fasilitas kerja sering menunduk pada saat proses pengelasan.

  b.

  Keluhan pada leher disebabkan oleh posisi Dimensi fasilitas kerja pada bagian pembuatan rangka menunduk pada saat melakukan proses bagasi dapat dilihat pada Gambar 4. pengelasan karena ingin melihat benda kerja dengan jelas.

  c.

  Keluhan pada lengan atas kanan dikarenakan pada saat proses pengelasan lengan mengangkat beban yaitu brander las.

  Biomekanika

ISSN 2338-3925

  Gambar 5 Perbaikan posisi kerja Gambar 6 Perbandingan Moment

  D 9 = ̅

  Data dibawah ini akan digunakan sebagai pertimbangan didalam perancangan fasilitas kerja khususnya dalam merancang meja dan kursi pengelasan. Data diambil dari pengukuran langsung dimensi tubuh operator pengelasan yang bekerja. Tujuan tahap ini adalah untuk mendapatkan dimensi yang berada dalam suatu batas jangkauan sewajarnya sehingga dapat digunakan untuk memperbaharui postur kerja pada fasilitas kerja di bagian pengelasan Tabel 1 Anthropometri operator D 9 dengan menggunakan persentil 90

  Analisis Anthropometri

  95.2.LbF.in. Perbaikan ini sangat berpengaruh terhadap posisi kerja.

  menjadi

  Back. Momen posisi tubuh berubah dari 332.9 LbF.in

  Berdasarkan perbandingan momen awal dan momen setelah dilakukan perbaikan posisi tubuh maka hasilnya adalah terjadi penurunan momen pada Lower

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

  Gambar 4. Fasilitas Kerja

  Software Mannequin Pro. Software ini adalah Software Biomekanika dan dapat digunakan untuk

  Posisi punggung kearah depan yaitu badan bagian atas akan mumbungkuk untuk dapat meraih benda apabila benda berada jauh di depan tubuh. Pada saat peletakan benda kerja di atas meja dan pada saat proses pengelasan, posisi bagian atas dianjurkan tidak membentuk sudut ≥ 20°. Dengan menggunakan BRIEF Survey, perbaikan fasilitas kerja yaitu meja dan kursi pengelasan dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran fasilitas kerja dengan ukuran tubuh operator pengelasan. Perbaikan kedua hal tersebut diatas menjadikan posisi kerja berubah. Ini dapat digambarkan menggunakan

  b.

  Posisi menunduk dilakukan pekerja jika obyek yang sedang dikerjakannya berada ≥ 20° di bawah pandangan mata. sehingga pekerja harus menundukkan kepala untuk melihat obyek tersebut.

  Posisi pada leher menunduk, postur janggal pada leher jika leher menunduk membentuk sudut ≥ 20° dan garis vertikal dengan ruas tulang leher.

  Dengan posisi kerja yang kurang nyaman yang dialami oleh operator pengelasan dan dapat menyebabkan sakit dibeberapa bagian tubuh yaitu rasa sakit pada leher, lengan atas kanan serta pinggang dan pinggul maka perlu dilakukan perbaikan posisi kerja dengan mengikuti prinsip-prinsip ergonomi yaitu berdasarkan BRIEF Survey yaitu : a.

  Perbaikan Posisi Kerja

  Dari data tersebut menunjukkan bahwa fasilitas kerja yang ada tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomic. Kondisi ini sangat berpengaruh kepada operator baik kenyamanan dan keamanan.

  mengetahui momen yang terjadi seperti terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

ISSN 2338-3925

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

  D 9 = D 9 = 32,008 cm D 12 dengan menggunakan persentil 50 D 12 =

  ̅ D 12 = D 12 = 46,80 cm

  Gambar 7. Meja 3 Dimensi

  D 14 dengan menggunakan persentil 90 D 14 =

  ̅ D 14 = D 14 = 43,7 cm D 16 dengan menggunakan persentil 95 D 16 =

  ̅ D 16 = D 16 =39,39 cm

  Gambar 8. Meja Pandangan Depan

  D 26 dengan menggunakan persentil 50 D 26 =

  ̅ D 26 = 66,73 cm

  Perancangan Fasilitas Kerja

  Pada tahap ini akan dilakukan perancangan fasilitas kerja pada bagian pengelasan berdasarkan

  Gambar 9.Meja Pandangan Atas analisa beberapa aspek pada kondisi fasilitas awal.

  Perancangan fasilitas kerja meliputi perancangan meja pengelasan dan kursi kerja pengelasan. Perancangan ini didasari atas analisa kondisi fasilitas kerja awal dimana dari analisa awal diperlukan perbaikan posisi kerja dan beberapa aspek lainnya. Perancangan fasilitas kerja ini diharapkan dapat mengatasi keluhan- keluhan dibeberapa bagian tubuh yang dialami oleh operator pengelasan.

  Dari analisa awal telah diketahui bahwa bagian tubuh yang mengalami rasa sakit adalah pada leher, lengan atas kanan, pinggang, pinggul. Demikian pula

  Gambar 10.Dongkrak

  dengan analisa momen telah diketahui bahwa bagian tubuh yang mengalami momen terbesar adalah bagian punggung kemudian yang kedua adalah leher. Dari hasil tersebut maka perlu dilakukan perbaikan yang dapat mengurangi nilai momen yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan perancangan fasilita kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ergonomi.

  Perancangan meja

  Perancangan meja pengelasan ini menggunakan data Gambar 11.Tuas Pemutar anthropometri operator pengelasan untuk mendapatkan rancangan meja yang ergonomi bagi operator pengelasan sebagai pengguna.

  Perancangan kursi

ISSN 2338-3925

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

  Rancangan kursi pengelasan yaitu berdasarkan data antropometri operator pada saat posisi duduk. Dibawah ini adalah gambar kursi yang dirancang.

  Gambar 15.Dimensi Jig AndFixture Gambar 12. Kursi 3 Dimensi Gambar16.Jig AndFixturePandangan Depan Gambar 13. Kursi Pandangan Depan

  Gambar 17.Jig AndFixturePandangan Samping

  Dengan rancangan Jig and Fixture pembuatan rangka bagasi maka untuk Jig and Fixture pembuatan arm

  Gambar 14. Kursi Pandangan Atas menyesuaikan saja yaitu dengan menambahkan pipa

  pada Jig and Fixture pembuatan arm dengan ukuran yang sama.

  Perancangan Jig and Fixture 4.

   KESIMPULAN

  Perancangan Jig and Fixture adalah untuk dapat mencekam benda kerja (matras) untuk pembuatan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rangka bagasi agar posisi matras tidak bergeser pada diperoleh kesimpulan sebagai berikut : saat anggota tubuh bersentuhan. Fungsi kedua yaitu a.

  Fasilitas kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh pada saat proses pengelasan untuk menjangkau benda operator yaitu tinggi meja 78 cm , tinggi kursi 46 yang terjauh untuk dilas operator hanya memutar Jig cm, lebar kursi 42 cm. Meja yang dirancang

  and Fixture karena Jig and Fixture diletakan diatas

  adalah meja adjustable yaitu meja yang dapat dongkrak dimana pipa dari Jig and Fixture masuk dinaik turunkan. kedalam pipa dongkrak dengan suaian pas.

  b.

  Alat bantu yang digunakan yaitu berupa Jig dimana fungsi Jig sebagai pemegang landasan benda kerja agar tidak terjadi pergeseran pada landasan benda kerja.

  5. DAFTAR PUSTAKA

ISSN 2338-3925

  JEMIS VOL. 2 NO. 2 TAHUN 2014

  [1] Dyah Ika Rinawati dkk. (2011) Perancangan alat bantu guna mereduksi beban otot dan gaya yang ditentukan oleh pekerja Fine Focus Adjusment, Undip, Semarang

  [2] Eko Nurmianto (1996) Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasnya , Guna Widya, Surabaya

  [3] Fitri Prasetyaningrum dkk. (2010) Perancangan meja cekam dan kursi guna memperbaiki postur kerja berdasarkan pendektan anthropometri di Lathan Furniture, UNS, Surakarta.

  [4] Ketut Agus Sanjaya (2008) Perancangan stasiun kerja yang ergonomis pada industri Kerajinan perak, ITS, Surabaya

  [5] Ishak (2011) Desain ergonomic stasiun kerja,

  STMIK Trigana Dharma [6]

  Lobe S Herdiman dkk. (2011) Perbaikan rancangan pada disain knee ankle foot orthosis (KAFO) dengan pendekatan metode Function

  Analysis System Technique

  [7] Mochmad Hatta (2003) Perbaikan alat bantu proses produksi pada pengrajin setir di kabupaten

  Pasuruan dengan metode Value Enginering, ITS, Surabaya

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25