BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Adaptasi Alat Ukur Kepribadian Big Five Factor Marker dari International Personality Item Pool (IPIP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar

  terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997).

  Penggunaan tes psikologi saat ini menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam pengukuran terhadap individu. Tes psikologi berperan sebagai alat untuk menggali atribut psikologi individu. Terdapat tujuh jenis tes psikologi yang beragam tergantung tujuan pengukurannya. Pertama, tes intelegensi untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Kedua, tes bakat untuk mengetahui bakat atau potensi khusus seseorang. Ketiga, tes kreativitas untuk mengukur kapasitas individu untuk menemukan solusi yang tidak biasa dan tidak terduga khususnya dalam memecahkan masalah yang masih samar. Keempat, tes kepribadian untuk mengukur trait, kualitas, atau perilaku yang menunjukkan individualitas seseorang. Kelima, tes prestasi untuk mengukur pencapaian individu setelah mempelajari sesuatu. Keenam, tes inventori minat untuk mengukur kecenderungan seseorang pada aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan terakhir, tes neuropsikologi untuk mendapatkan data mengenai keluhan gangguan kognitif (Gregory, 2004).

  1 Hasil tes psikologi digunakan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan. Informasi individu yang digali melalui suatu tes psikologi dapat menjadi prediktor yang meramalkan performa individu dalam suatu tugas. Oleh karena itu tes psikologi yang akan dipergunakan harus memenuhi kualitas psikometri yang baik agar dapat diterapkan dalam mengukur suatu atribut psikologi pada individu (Murphy, 2005).

  Tes psikologi digunakan dalam konteks industri organisasi, pendidikan atau sekolah serta dalam konteks klinis. Dalam konteks industri organisasi tes psikologi memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam proses perekrutan dan seleksi karyawan. Tes psikologi yang digunakan diantaranya tes kemampuan kognitif, tes situasional, serta tes kepribadian objektif dan proyektif. Tes psikologi dalam konteks pendidikan berperan untuk memeriksa intelegensi atau IQ, prestasi akademik, kepribadian, minat serta bakat. Dalam konteks klinis peran tes sebagai alat untuk memeriksa orang-orang yang mengalami masalah perilaku untuk kemudian menetapkan keputusan-keputusan terapeutik (Anastasi, 1997).

  Tes intelegensi digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Dalam konteks industri organisasi tes intelegensi berperan dalam proses penyeleksian berdasarkan intelegensi. Proses seleksi selanjutnya, menekankan pentingnya tes kepribadian sebagai bagian dalam proses akhir pengambilan keputusan. Tes kepribadian menjadi penting dalam proses perekrutan karyawan karena posisi jabatan tertentu membutuhkan spesifikasi orang-orang dengan karakteristik kepribadian tertentu yang tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan umum atau intelegensi (Jewell, 1998).

  Para psikolog yang tertarik dalam bidang perilaku karir juga berpendapat bahwa kepribadian berhubungan dengan jenis karir yag dipilih seseorang dan bagaimana mereka berfungsi dalam pekerjaan tersebut. Orang dengan karakteristik tertentu akan memilih pekerjaan tertentu dan akan berfungsi dengan lebih baik dalam beberapa pekerjaan dibandingkan pekerjaan yang lain (De Fruyt & Salgado, dalam Pervin, 2005). Dalam konseling sekolah tes kepribadian berfungsi untuk memeriksa dan kemudian mengarahkan serta menangani anak- anak berdasarkan karakter pribadinya. Terlihat bahwa dalam bidang-bidang tersebut kepribadian individu menjadi salah satu faktor pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan.

  Menurut Gordon W.Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas (Barrick & Ryan, dalam Pervin, 2005). Banyak teori-teori kepribadian yang berkembang dalam menggambarkan perbedaan manusia. Masing-masing teori menggambarkan kepribadian berdasarkan satu perspektif tertentu, sehingga tidak bisa menggambarkan perbedaan manusia secara luas dan menyeluruh. Salah satu pendekatan dalam kepribadian yang diketahui dapat melihat perbedaan individual secara luas ialah Big Five Factor. Big Five

  

Factor mengorganisir perbedaan individu dalam lima dimensi yang luas dan

  bipolar (John & Srivastava, 1999; McCrae & Costa, 2006). Kelima dimensinya berupa unit dasar kepribadian atau trait, yang merupakan kecenderungan umum individu untuk merespons dengan cara tertentu (Pervin, 2005).

  Sifat atau trait diperlakukan sebagai sesuatu yang benar-benar eksis dalam teori Big Five Factor, yaitu tiap faktor dipandang sebagai struktur psikologi yang dimiliki oleh tiap orang dalam tingkatan yang bervariasi. Sifat tersebut dianggap mempengaruhi secara kausal tiap perkembangan psikologi individual. Dalam teori

  

Big Five Factor, kelima faktornya merupakan disposisional dasar kecenderungan

yang dimiliki oleh semua orang (Pervin, 2005).

  Selama dua dekade terakhir, perkembangan Big Five Factor telah menjadi model paling menonjol untuk menggambarkan struktur sifat kepribadian.

  Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa banyak hal yang mampu diprediksi dan digambarkan oleh trait-trait dalam kepribadian Big Five Factor. Salah satu contohnya dalam bidang pekerjaan. Individu dengan tingkat Extraversion yang tinggi akan memilih dan lebih baik pada pekerjaan sosial dan hiburan dibandingkan dengan individu Introversion (Pervin, 2005).

  Contoh lainnya dalam penggunaan model Big Five Factor ialah dalam

memilih dan merencanakan perawatan psikologi individu (Harkness & Lilienfeld,

dalam Pervin, 2005). Pemahaman terhadap kepribadian individual, membuat para

terapis mampu untuk mengantisipasi masalah dan merencanakan serangkaian

penanganan dalam perawatan psikologi individu (Sanderson & Clarkin, dalam

Pervin, 2005). Prinsipnya disini ialah sebagaimana individu dengan kepribadian

yang berbeda akan berfungsi lebih baik atau lebih buruk dalam pekerjaan yang

berbeda, maka individu juga bisa lebih banyak atau lebih sedikit mendapatkan

  

keuntungan dari bentuk perawatan psikologi yang berbeda (Costa & McCrae,

dalam Pervin, 2005).

  Terlihat banyak aspek yang dapat diprediksi dan digambarkan dengan kepribadian Big Five Factor, namun pengembangan alat ukur kepribadiannya masih sedikit. Goldberg (1999) menyatakan bahwa progres ilmiah dalam pengembangan inventori kepribadian masih sangat lambat. Salah satu penyebabnya adalah fakta bahwa inventori kepribadian yang luas berkembang merupakan instrumen hak milik, diantaranya NEO PI-R (Neoriticsm,

  

Extraversion, Openness, Personality Inventory- Revised ) dan CPI (California

Psychological Inventory ), yang mengarah pada sedikitnya pembaharuan karena

  ketika akan dikembangkan peneliti membutuhkan izin serta biaya dalam penggunaan kuisionernya .

  Di Indonesia sendiri ketersediaan inventori kepribadian masih sedikit (Halim, 2004). Di kota Medan, peneliti mewawancara psikolog di Biro Psikologi Persona, Sandra Dwi Anita, M.Psi. Sandra mengungkapkan tes kepribadian yang biasa digunakan ialah EPPS, Papi Kostick dan tes grafis seperti Wartegg, DAP, dan Baum. Dalam penggunaannya, pelaksanaan inventori kepribadian harus disertai wawancara dan observasi untuk melihat kesesuaian dan konsistensi hasil tes dengan hasil wawancara. Observasi dan wawancara juga dapat digunakan sebagai antisipasi kecurangan akibat banyaknya alat tes yang bocor dan beredar secara bebas (Sandra, komunikasi personal tanggal 29 November 2012, pukul 14.00)

  Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan di Indonesia adalah NEO PI-R yang dikonstruksikan pada tahun 1992 oleh Costa dan McCrae. Terdiri dari 240 aitem pernyataan-pernyataan pendek berupa self-report pada orang pertama, contoh: Saya benar-benar seperti orang yang kebanyakan saya temui. Dan mengobservasi peringkat pada orang ketiga, contoh: Dia memiliki imajinasi yang sangat aktif. Aitem-aitemnya dievaluasi dengan lima poin skala mulai dari “sangat tidak setuju” sampai “sangat setuju” (McCrae & Costa, 2006).

  Penggunaan alat ukur kepribadian Big Five maupun pengembangan alatnya masih belum begitu populer di Indonesia. Penelitian alat ukur kepribadian

  

Big Five secara psikometri juga belum banyak dilakukan (Mastuti, 2005). Melihat

  fenomena tersebut, adaptasi inventori yang memenuhi syarat kedalam bahasa dan budaya indonesia sangat berkontribusi pada perkembangan penelitian alat ukur kepribadian di Indonesia.

  Pada tahun 1996 Goldberg mengusulkan suatu kolaborasi Internasional untuk mengembangkan inventori kepribadian yang mudah tersedia dan luas.

  Semua peneliti bebas menggunakan aitem dan menyebarkan penemuan mereka untuk memperbaruinya. Aitem-aitemnya dikembangkan dan kemudian disajikan pada website internet yang dikenal dengan International Personality Item Pool (IPIP) (Gow, 2005).

  IPIP berisi versi pengganti dari inventori yang luas digunakan. Sebagai contoh, sebuah versi IPIP dari NEO PI-R tersedia. Asosiasi antara versi hak milik (asli) dan IPIP telah dicatat dan hasilnya bentuk pendek dari IPIP NEO dengan NEO PI-R yang asli rentang korelasinya 0,70 - 0,82. Namun tingginya korelasi tersebut tidak berarti bahwa versi IPIP dengan versi aslinya benar-benar setara (Costa & McCrae, dalam Gow, 2005). Selain berisi berbagai versi dari tes Big

  

Five yang berkembang, Goldberg juga mengembangkan beberapa aitem dalam

  IPIP yang dikenal dengan Big Five Factor Marker yaitu suatu tes untuk mengukur kepribadian berdasarkan Big Five Factor, kelima faktornya yaitu Extraversion vs

  

Introversion , Agreeableness vs Antagonism, Conscientiousness vs Lack of

Direction , Emotional Stability vs Neuroticism, dan Intellec atau Openness vs

Closedness .

  Big Five Factor Marker terdiri dari 50-100 aitem yang berupa pernyataan-

  peryataan pendek. Kesemua aitemnya dapat di download di internet untuk digunakan dalam penelitian. Awalnya pengembangan Big Five Factor Marker oleh Goldberg ini terdiri dari 100 unipolar Big Five Factor Markers yang berisi kata sifat tunggal atau trait-descriptive. Namun kemudian, Goldberg mengusulkan bahwa kata sifat dapat diperbaiki untuk menciptakan aitem-aitem kuesioner yang menyediakan informasi yang lebih kontekstual daripada kata tunggal, tapi tetap masih lebih singkat daripada aitem dalam inventori kebanyakan lainnya (Gow, 2005).

  Pernyataan-pernyatan dalam Big Five Factor Marker berupa frasa pendek yang menjelaskan perilaku atau behavior-descriptive sehingga ketika digunakan secara luas lebih mudah diterjemahkan dalam bahasa yang berbeda di dunia daripada kata sifat tunggal atau trait-descriptive (Mlacic & Goldberg, 2007).

  Selain itu aitem yang disajikan juga sederhana sehingga mudah dipahami oleh responden. Masing-masing aitemnya direspon dengan memeringkatkan diri mereka pada lima tingkatan, yaitu “sangat sesuai”, “sesuai”, “netral”, “tidak sesuai”, dan “sangat tidak sesuai”.

  Big Five Factor Marker banyak dilaporkan dalam jurnal-jurnal

  pengembangan alat ukur. Big Five Factor Marker memiliki aitem yang sedikit, tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan beberapa inventori kepribadian lainnya, aitem-aitemnya yang berupa frasa memudahkan pengerjaan oleh responden. Kesemua aitem singkat dalam Big Five Factor Marker mampu mengukur lima faktor kepribadian Big Five, yaitu Surgency atau Extraversion,

  

Agreeableness , Conscientiousness, Emotional Stability atau kebalikan dari

Neuroticism , dan Intellec atau Openness (Guenelo & Chernyshenko, 2005).

  Big Five Factor Marker juga dapat menghemat pelaksanaan pemeriksaan

  kepribadian. Teori Big Five yang mampu menggambarkan kepribadian secara luas memungkinkan untuk melakukan tes kepribadian hanya sekali saja. Karena praktiknya, pemeriksaan kepribadian menggunakan beberapa alat tes untuk melihat beberapa dimensi kepribadian tertentu. Ini disebabkan oleh satu tes kepribadian biasanya mengukur suatu dimensi kepribadian tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Yunita sebagai psikolog di biro psikologi Persona (Yunita Zahra, M.Psi, komunikasi personal tanggal 11 Januari 2013, pukul 13.00).

  Berdasarkan keluasan Big Five Factor yang mampu menggambarkan dan memprediksi banyak aspek dari traitnya, serta kebutuhan pengembangan inventori kepribadian Big Five di Indonesia, peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengadaptasi Big Five Factor Marker dari IPIP kedalam versi indonesia.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  Apakah Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam versi Indonesia memiliki validitas konstruk dan reliabilitas yang baik?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah: Mengadaptasi Big Five Factor Marker (IPIP) kedalam versi Indonesia dan menguji validitas konstruk serta reliabilitasnya.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis berikut:

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang psikometri melalui suatu bentuk pelaporan pengadaptasian tes kepribadian beserta pengujian validitas konstruk serta reliabilitasnya.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alat tes kepribadian berdasarkan teori Big Five Factor yaitu Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi dalam versi Indonesia dan memiliki karakteristik psikometri yang baik.

E. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan Menggambarkan tentang peranan teori kepribadian Big Five dalam menjelaskan perbedaan individu, kurangnya pengembangan inventori kepribadian hingga perumusan masalah, tujuan dan manfaat yang diharapkan dari

  Big Five penelitian.

  Bab II Landasan Teori Berisi teori Big Five serta tipe-tipe kepribadian Big Five, penjelasan mengenai Big Five Factor Marker serta IPIP, teori mengenai adaptasi alat ukur serta tata cara pengadaptasian, serta teori mengenai karakteristik psikometri yaitu validitas serta reliabilitas. Juga berisi mengenai sumber-sumber error dalam adaptasi.

  Bab III Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang jenis penelitian, karakteristik populasi penelitian serta teknik pengambilan sampelnya. Juga berisi proses pengadaptasian Big Five

  

Factor Marker serta penjelasan tentang teknik dan prosedur yang dilaksanakan

dalam pengumpulan data serta analisa data.

  Bab IV Hasil dan Pembahasan Berisi deskripsi data sampel, hasil analisis validitas konstruk serta reliabilitasnya. Serta berisi pembahasan validitas konstruk dan reliabilitas Big

  Five Factor Marker dalam versi Indonesia.

  Bab V Kesimpulan dan Saran Berisi rangkuman dari hasil penelitian dan beberapa saran yang diajukan untuk pengembangan penelitian.