BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tari Saman Gayo Dalam Pembangunan Pariwisata Di Kabupaten Gayo Lues

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mengkaji tinjauan kepustakaan secara khusus mengenai

  permasalahan Tari Saman di Kabupaten Gayo Lues sangatlah rumit. Masalahnya sangat jarang ada referensi yang valid untuk dijadikan rujukan, baik dari buku maupun referensi lainnya. Namun ada beberapa dokumen yang dapat dijadikan sebagai acuan yang dapat menjelaskan sedikit tentang Tari Saman ini.

2.1. Kebudayaan

2.1.1. Pengertian Kebudayaan

  Menurut Mulyana dan Rakhmat (2006) “Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi”. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termas

  

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian

  tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha bedengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

  Menurut Tylor dalam (Ndraha, 1997) Budaya adalah : “culture or

  

civilization, taken in its wide ethnografic ense, is its wide ethnografic ense, is that

complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and

any other capabilities and habits acquired by man as a member of society”.

  Dapat diketahui bahwa terbentuknya budaya pada suatu masyarakat tertentu tidak terlepas dari unsur yang membangunnya. Adapun unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama lain sehingga membentuk suatu tatanan yang baik dan berkembang menjadi budaya masyarakat tersebut. Begitu juga dengan Tari

  Saman yang menjadi salah satu unsur budaya yang ada di masyarakat Gayo Lues.

  Sementara itu menurut seorang antropolog, (Koenjaraningrat, 1979) ”kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Hal ini sangat berkaitan dengan Tari Saman. Artinya Tari Saman merupakan suatu kebudayaan yang mencakup keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya masyarakat gayo lues itu sendiri dalam rangka melaksanakan kehidupan bermasyarakat.

  Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits dan Malinowski mengemukakan ”segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism” 012). Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, kemudian disebut sebagai Superorganic. Selanjutnya menurut Andreas Eppink ”kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat 2012).

  Menurut Edward Burnett Tylor ”kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat

  

2012). Sementara itu menurut Soemardjan dan Soemardi

  ”kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat” 012). Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia melangsungkan kehidupan.

2.1.2. Unsur-Unsur Kebudayaan

  Menurut Koenjaraningrat (1979) unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia ini ada tujuh yaitu:

  1.

  ”Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3.

  Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup 6. Sistem religi 7. Kesenian”.

  Ada beberapa pendapat ahli lainnya yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan sebagai berikut: 1. ”Melville J. Herskovits menyatakan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: a) Alat-alat teknologi

  b) Sistem ekonomi

  c) Keluarga

  d) Kekuasaan politik

  2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

  a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

  b) Organisasi ekonomi

  c) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

  d) Organisasi kekuatan (politik)” 2012).

2.1.3. Wujud dan Komponen

  Menurut Koenjaraningrat (1979) kebudayaan itu ada tiga wujudnya yaitu: ”Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia”.

  Sedangkan menurut Hoenigman wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak 2012), a.

  “Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasaraturan, dan sebagainya yang sifatnya tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

  b.

  Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas- aktivitas manusia yang saliengadakan kontak, serta bergaul dengaerjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

  c.

  yang berupa hasil

  Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaa dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia”.

  Berdasarkan wujudnya tersebut, budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora

   2012) yaitu: a.

  “Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan- temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit dan mesin cuci.

  b.

  Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat dan lagu atau tarian tradisional.

  c.

  Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbentuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di Indonesia pada kota dan desa di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan, tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier.

  d.

  Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

  e.

  Estetika berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari–tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerahan, setiap akan membangun bagunan jenis apa saja harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti di setiap daerah berbeda, tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

  f.

  Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain”.

  Pendapat-pendapat para ahli di atas tentang wujud dan komponen budaya sangatlah beragam. Namun kesemuanya itu telah mencakup dari tiga wujud dan komponen budaya yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak. Ketiga wujud inilah yang sangat penting dalam kesempurnaan suatu kebudayaan.

2.2. Pembangunan dan Pariwisata

2.2.1. Pengertian Pembangunan

  Todaro menjelaskan pembangunan adalah “merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin-melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional-demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik”

  

ekonomi.html? m=1, 2012). Lebih lanjut Todaro (2000) menyatakan “pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia”. Pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dann peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Dari devinisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa: 1.

  Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan.

  2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti peningkatan : a.

  Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

  b.

  Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai dan tidak diisap orang lain.

  c.

  Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

  Konsep dasar diatas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang sekarang ini menjadi populer:

  1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.

  2. Equity, hal ini menyangkut aspek pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan daerah.

  3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.

4. Sustainable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan (Todaro, 2000).

  Menurut Rostow dalam (Arief, 1996) “pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis output dari pada yang diproduksi sebelumnya”. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyarakat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar- besaran. Kunci diantara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang didorong oleh satu sektor atau lebih.

  Sementara itu (Bryant dan White, 1982) menegaskan bahwa pembangunan mengandung implikasi yaitu, pertama, pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok. Kedua, pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemerataan sistem nilai dan kesejahteraan. Ketiga, pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesepakatan yang pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri. Kelima, pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu terhadap negara yang lain dengan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati.

2.2.2. Pengertian Pariwisata

  Sebagai bagian dari kebudayaan, maka keberadaan Tari Saman jelas juga berpotensi dikembangkan sebagai ikon budaya untuk mendukung pembangunan pariwisata di Kabupaten Gayo Lues secara keseluruhan. Hal ini dapat dimaklumi sebab berdasarkan elemen atau objek yang akan dinikmati terdapat beberapa jenis wisata yaitu : wisata flora, wisata fauna, wisata bahari, wisata sejarah, wisata alam, wisata budaya, wisata museum, wisata daerah, wisata Indonesia, wisata purbakala, wisata seo, wisata religi, dll.

  Sementara itu, seorang antropolog yang bernama Smith 12) dalam bukunya Hosts and Guest: The

  Anthropology of Tourism mengkategorikan lima jenis kepariwisataan, yakni

  kepariwisataan etnik, budaya, sejarah, lingkungan dan rekreasi. Smith mengilustrasikan bahwa pariwisata etnik dipasarkan berkenaan dengan Tari

  Saman ini. Pemerintah Daerah menjadi fasilitator terhadap peningkatan

  pembangunan seni budaya yang bermutu sehingga berkembang menjadi ikon budaya di Kabupaten Gayo Lues. Mengingat hal ini dapat dijadikan sumber devisa negara maupun pandapatan asli daerah Kabupaten Gayo Lues itu sendiri. menitikberatkan pembangunan secara fisik semata tetapi tidak terhadap pembangunan secara kebudayaan. Pembangunan secara kebudayaan berarti pembangunan secara intelektualitas, kreativitas, dan kualitas yang terjamin salah satunya melalui jalan pemeliharaan kesenian Tari Saman. Pembangunan secara intelektual mengacu pada pendidikan sebagai bentuk pemeliharaan kesenian Tari

  Saman , yang mana hal itu diberikan secara menyeluruh pada setiap jenjang

  pendidikan di Kabupaten Gayo Lues tentang mengenai pentingnya pemeliharaan kesenian Tari Saman. Pembangunan secara kreativitas dilakukan dengan jalan memacu para penggerak di balik kesenian tersebut dalam hal ini seniman ataupun penari Saman untuk terus berkarya dan mendidik generasi selanjutnya sebagai penerusnya. Pembangunan semacam ini tidak semata hanya mendorong para seniman untuk terus berkarya tetapi juga memberikan ruang kepada mereka untuk bergerak lebih leluasa dan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues juga harus mengakui bahwa seniman penari Saman adalah salah satu tonggak penopang dari Budaya Bangsa Indonesia melalui hasil-hasil karyanya serta memberikan suatu atraksi positif di bidang pariwisata daerah Kabupaten Gayo Lues. Pembangunan secara kualitas adalah lebih menitik beratkan pada tingginya tingkat kualitas yang harus dicapai dan dijamin mutunya sehingga suatu karya seni memiliki nilai filosofis baik secara estetika di dalam bentuk esensi suatu kesenian. Sehingga karya seni yang muncul tidak lagi bersifat dangkal dan lebih mengacu pada pembangunan moral bangsa ini yang muncul dari dasar cita-cita budaya bangsa bukan lagi mengimitasi dari kebudayaan suatu kelompok ataupun suku lain.

  Sebelum membahas lebih lanjut tentang Tari Saman terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang bentuk-bentuk Folklor Indonesia. Folklor menurut Jan Harold Brunvand seorang ahli Folklor dari Amerika Serikat dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya (Danandjaja, 1994) : 1.

  “Folklor lisan (Verbal Volklore).

2. Folklor sebagian lisan (Partly Verbal Volklore).

3. Folklor bukan lisan (Non Verbal Volklore)”.

  Tari Saman termasuk kedalam Folklor sebagian lisan (Partly Verbal

  

Volklore ) karena bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan

  lisan. Tari Saman sendiri merupakan salah satu unsur budaya, keberadaannya sudah turun temurun ada pada masyarakat Gayo Lues pada umumnya. Tari Saman juga merupakan termasuk salah satu kebudayaan non material atau sering dikatakan sebagai budaya tak benda. Dokumen yang ditulis oleh seorang cendikiawan Gayo Lues Safarudin S.Sos mengenai ringkasan singkat tentang Tari

  

Saman . Namun dalam pembahasan ini lebih menjelaskan kepada pendekatan

deskripsi secara umum saja dan hanya berbentuk seperti makalah biasa.

  Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut: dari sudut pengertian Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesaTarian ini mencerminkan agamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.

  Sebelum Tari Saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton. pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititikberatkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

  Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringa akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini ditarikan oleh para pria dipandu oleh seorang pemimpin yang disebut Syech. Keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.

  Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukan dalam acara adat tertentu, diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahir

  Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar dan acara lainnya.

  Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari Tari Saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam Tari Saman dibagi dalam 5 macam:

  1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.

  2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.

  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.

  4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.

  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

  Tari Saman dimainkan oleh sekelompok pria. Kaum wanita tidak ada yang melakukannya, karena kesenian ini melakukan gerakan dengan memukul dada, menggelengkan kepala, membungkukkan badan dan juga kadang-kadang melakukan gerakan yang cepat. Hal ini menjadi faktor penyebab kaum wanita tidak bisa bahkan dilarang melakukan tarian ini karena tidak sesuai dengan kodrat keadaan seorang wanita. Selain itu, secara naluri wanita selalu menunjukkan gerakan yang lemah gemulai yang tidak tercermin dalam Saman.

  Pengaturan penari Saman harus teratur sesuai dengan formasinya. Urutan formasi sesuai dengan kedudukan penari sebagai pemimpin atau anggota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Pertunjukan Tari Saman

  Tari Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar yaitu: tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, Syeikh Saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan melalui pertunjukan-pertunjukan. Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti

  

gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adala

  . Pada umumnya, Tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki- laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain ada yang mengatakan tarian ini ditarikan oleh 10 orang penari, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyayi.

  Pada umumnya Tari Saman banyak mengandung nilai yang mencerminkan keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Secara singkat dijelaskan lagi oleh salah seorang pendiri Kabupaten Gayo Lues Dr. Rajab Bahry, M.Pd mengenai filosofi Tari Saman. Aspek pertama adalah mengenai Kepemimpinan. Tarian ini diawali oleh teriakan pemimpin, diikuti lagu dan ada atau tidak musik pengiring menjadi tidak masalah. Pemimpin disinilah yang akan membawa irama menjadi cepat dan melambat. Dia harus tahu kelompoknya, sehingga kapan harus menaikkan tempo tarian. Dalam

  Power

  bahasa organisasi ini disebut Emphatic Leadership atau empati seorang pemimpin.

  Kemudian aspek lainnya adalah koordinasi dan komunikasi. Sangat tidak mungkin keserentakan gerak tanpa koordinasi. Komunikasi yang dibangun tidak harus dengan bahasa verbal, namun justru menggunakan bahasa isyarat, misal: sentuhan di bahu, tepukan tangan penari lain, dan lirikan mata antar anggota. Selanjutnya bagian lainnya adalah semangat dan antusias.

  Tari Saman merupakan salah satu tarian yang nge-beat dan tidak mungkin dilakukan tanpa semangat apalagi tanpa energi yang baik.

  Irama dan birama yang begitu cepat dan gerakan yang begitu dinamis sangat membutuhkan konsentrasi luar biasa dan fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan. Sekalipun ada anggota yang bersedih atau berduka, maka dia tetap akan memacu (memaksa) diri untuk bergerak cepat dan akhirnya terhanyut dalam semangat akibat ”Virus” antusias yang ada pada orang-orang di sekitarnya.

  

Feedback juga sangat ditekankan dalam tari ini di mana teriakan dan nyanyian

  anggota tim, layaknya sebuah Feedback yang menyemangati. Membangun energi dan kebersamaan, sekaligus membangun irama kerja yang dinamis namun padu.

  Membangun sebuah tim dibutuhkan Feedback yang terus menerus, agar arah tetap terjaga, sekaligus energi tim terus penuh. Siapapun anda yang memiliki tim, maka

  Feedback adalah wajib hukumnya.

  Sehingga dengan adanya Feedback tersebut keterlibatan secara emosi teriakan, nyanyian dan gerakan yang dilakukan merupakan sinergi energi yang ada di dalam diri penari sebagai sebuah pelepasan emosi. Satu hal, emosi yang diangkat memadukan melodi yang dinyatakan dengan irama gerakan yang dilakukan. Disinilah letak Mood Concruency (kesesuaian suasana hati) para penari dengan tarian dan nyanyiannya, serta penari lain di dalam grup. Ada kohesivitas di dalamnya, ikatan ini yang mungkin oleh Le Bon dibilang sebagai The Collective Mind.

  Baik hanya sepuluh orang atau ratusan penari, maka kita akan melihat bagaimana cara penari ini bisa melakukan menyamakan tindakan dan gerakan yang sangat perlahan hingga sangat cepat. Awalnya para penari akan melakukan dengan sangat perlahan, kemudian setelah iramanya terbentuk, dan gerak tim sudah mantap, maka mereka mulai melakukan Speed-up. Makin cepat, semakin cepat, semakin cepat dan semakin memikat. Inilah cara membuat tim menjadi bisa bekerja secara optimal. Formasi yang kuat dan kokoh, dengan skrup yang sudah kuat, maka mulailah menambah kecepatan. Formasi belum terbentuk, irama belum selaras dan anda akan melakukan genjotan untuk Speed-up Team anda, maka sudah bisa dipastikan, akan ada korban-korban disana.

  Kesuksesan tim adalah buah proses belajar/ latihan dan perencanaannya anda percaya Tari Saman ini tercipta atau ada seketika. Tentu saja tidak, masing- masing anggota harus paham gerakan dasar dan keseluruhan gerakan sebagai totalitas, dirinya juga harus belajar nyanyian dan bagaimana irama/ hentakan yang dilakukan. Belum termasuk bagaimana menyamakan gerakan dan nyanyian. Semua tim butuh proses belajar untuk berpadu dalam Actionnya.

  Selanjutnya filosofi lainnya adalah tertib dan teratur s eperti rukun shalat yang terakhir: tertib dan teratur. Tarian ini juga sebuah tarian yang tidak bisa diimprovisasi masing-masing anggota tim, apalagi yang sifatnya spontan. Tarian harus dilakukan sesuai aturan yang disepakati. Sekali ada anggota yang egois dan mencoba ingin menonjol sendiri dengan improvisasi, maka sudah pasti akan terjadi benturan kepala atau gesekan lainnya.

  

2.4. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Pariwisata Kaitannya dengan

Tari Saman

  Berdasarkan banyak kajian, pemerintah terutama pemerintah daerah memiliki banyak peran terkait dengan penyelenggaraan kegiatan masyarakat.

  Namun demikian, peran Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam pembangunan seni termasuk Tari Saman dapat disederhanakan sebagai berikut:

  1. Pemerintah Kabupaten Gayo Lues mengeluarkan kebijakan untuk membangun seni seperti Tari Saman selama ini dengan menjadikan kesenian terutama Tari

  Saman ke dalam pendidikan ekstrakulikuler di setiap jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat lanjutan atas.

2. Program Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terhadap pembangunan seni Tari

  Saman adalah pembentukan grup Saman binaan Dinas Kebudayaan dan

  Parawisata Kabupaten Gayo Lues yang diseleksi dari seluruh grup Saman yang ada di 144 Desa di Kabupaten Gayo Lues dan menyelenggarakan pertunjukan Tari Saman sebagai hiburan pada waktu perayaan hari besar nasional dan keagamaan dan jamuan tamu agung. Program ini juga berupa perlombaan dan festival Tari Saman. Even kegiatan Tari Saman yang ditampilkan selama ini lebih kepada kebiasaan yang sudah menjadi turun temurun di kalangan masayarakat Gayo Lues seperti penyambutan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pesta pernikahan, pesta khittan, pesta-pesta rakyat lainnya. Namun demikian pemerintah Kabupaten Gayo Lues berupaya mengikutsertakan Tari Saman pada setiap even-even penting yang diselenggarakan baik oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues sendiri maupun pihak-pihak lainnya seperti kegiatan expo, festival kesenian dan sebagainya.

  3. Menjadi fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini dapat diartikan sebagai menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku kegiatan kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif.

  Pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB) oleh UNESCO bertujuan untuk melakukan pencatatan terhadap semua ragam gerak dan syair yang digunakan untuk Saman, terutama dari guru/ pelatih Saman yang berusia lanjut, untuk digunakan sebagai bahan dasar untuk pelestarian, khususnya untuk ditransmisikan kepada generasi penerus, yang kurang mendapatkan budaya

  

Saman . Pencatatan tertulis dan berupa dokumentasi foto, video, buku/ karya tulis

  dan lain-lain agar saman Preserved by Record. Data akan disimpan di Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film dan juga oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gayo Lues.

  

2.5. Keterlibatan Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata Kaitannya

dengan Tari Saman

  Untuk mencapai keberhasilan pembangunan, maka banyak aspek atau hal- hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan. Sanit dalam (Suryono, 2001) menjelaskan bahwa pembangunan dimulai dari pelibatan partisipasi masyarakat. Ada beberapa keuntungan ketika partisipasi masyarakat dilibatkan dalam pembangunan yaitu, pertama, pembangunan akan berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

  Artinya bahwa jika masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan maka akan tercipta kontrol terhadap pembangunan tersebut. Kedua, pembangunan yang berorientasi pada masyarakat akan menciptakan stabilitas politik. Oleh karena masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap pembangunan yang sedang terjadi.

  Berkaitan dengan Tari Saman keterlibatan masyarakat disini meliputi beberapa hal yaitu:

  1. Masyarakat Gayo Lues selama ini menjadikan Tari Saman berfungsi sebagai hiburan atau media komunikasi sehingga mendapat manfaat yang sangat besar.

  2. Masyarakat Gayo Lues selalu mempertunjukkan Tari Saman dalam kegiatan penyambutan pada peringatan hari nasional, keagamaan, penyambutan tamu agung ataupun festival-festifal seperti: Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW serta acara-acara peresmian lainnya.