BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Terhadap Produksi Usaha Padi Sawah(Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Padi sawah Oryza Sativa termasuk jenis rumput-rumputan dan berakar

  serabut. Seperti tanaman jenis rumput-rumputan lainnya, padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Setiap batang padi umumnya dapat beranak lebih dari satu batang. Tetapi tidak semua anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit (Yandianto, 2003).

  Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia.

  Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan / disubstitusikan oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang bisa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

  Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput- rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:

  • Plantae Kingdom :
  • : Poales

  : Magnoliophyta

  Divisi

  Ordo

  • Famili -

  : Graminiae (Poaceae) : Oryza Sativa L

  • : Oryza Linn

  Spesies

  • (AAK, 1990)

  Genus

  Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi, dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman Padi merupakan salah satu komoditas pertanian yang menghasilkan limbah berupa jerami 3,0-3,7 ton/ha. (Wahyuni, 2010)

  Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Varietas padi merupakan teknologi yang paling mudah di adopsi petani dan praktis. Pengguna benih bersertifikat dan benih dengan vigor tinggi sangat disarankan, karena: 1. benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.

  2. benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan tumbuhan yang 3. ketika di tanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar dan

  4. benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi.

  (Helmi, 2009).

  Budidaya Tanaman Padi Sawah

  • Kesuburan tanah merupakan syarat mutlak yang dibutuhkan tanaman padi.

  Pembenihan dan Pembibitan

  Tanah subur, artinya cukup mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman padi berkembang biak dengan biji artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi penanaman dengan biji sulit dilakukan, maka untuk memudahkan penanaman bibit padi harus disemai dulu. Biji padi yang baik dan dapat dijadikan bibit harus memenuhi syarat berikut: (1). Buah dari tanaman utama/induk.

  (2). Biji benar-benar tua dan masak. (3). Biji kering atau dengan kadar air minimal. (4). Biji berisi padat dan tidak berhampa. (5). Kulit biji baik dan tidak rusak. (6). Biji sehat/tidak rusak akibat hama (Wiryani, 1967). Ada beberapa kegiatan untuk perlakuan benih sebelum ditebar di persemaian. Sebelum ditebar, benih sebaiknya direndam dulu dalam air selama kira-kira 48 jam. Harus diperhatikan bahwa pada saat merendam, seluruh bagian benih harus terendam secara sempurna. Proses perendaman ini dimaksudkan agar gabah menyerap air yang cukup untuk keperluan perkecambahan. Sesudah 48 jam untuk memberi kesempatan kepada enzim melakukan kegiatan anabolisme dan katabolisme sehingga gabah berkecambah. Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses 48 jam perendaman dan pemeraman. Benih yang sudah berkecambah secara hati-hati ditebarkan di atas lahan yang sudah disiapkan. tebar benih juga dilakukan secara acak, tetapi dijaga agar benih tertebar merata.

  Tidak ada alat khusus untuk menyemai benih kecuali secara manual. Setelah benih direndam 48 jam, benih ditebar dengan tangan pada persemaian secara merata. Di tahun 1995, mulai dikembangkan sistem tabur benih langsung (tabela) pada lahan sawah. Sistem ini tanpa melalui tahap persemaian, setelah direndam selama semalam dan ditiriskan, benih dimasukan kedalam drum dari alat penanaman. Penggunaan alat tersebut adalah dengan cara ditarik. Saat ditarik, benih akan keluar dari drum tersebut, alat tanamnya dinamakan drum seeder. Kelebihan alat ini adalah menghemat tenaga kerja, dan kekurangannya adalah lahan harus dipersiapkan sempurna, pembuangan air sempurna, lahan harus rata dan bebas gulma.

  • 1.

  Pengolahan tanah

  Membenahi pematang Berfungsi untuk menahan air dalam petakan sehingga terjadi genangan air yang dikehendaki. Pematang juga harus dalam keadaan baik seperti tidak terinjak- injak manusia saat panen, tidak terdapat sarang ketam/kepiting kecil dan membenah pematang dengan cangkul.

2. Membajak sawah

  Pembajakan dilakukan 2-3 minggu sebelum tanam dan biasanya dilakukan pertukaran udara dalam tanah dan distribusi air merata. Hasil bajakan pertanam dibiarkan 2-3 hari sambil digenangi agar proses pelumpuran dan perombakan bahan organik. Pembajakan kedua atau ketiga dilakukan 3-5 hari menjelang tanam. Pembajakan kedua atau ketiga bertujuan untuk memecah bongkahan tanah hasil bajakan pertama menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil dan halus.

  Proses ini dikenal dengan proses pelumpuran.

  • Menurut Suparyono dan Agus (1997), Tanaman padi di lahan sawah dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama yakni pindah bibit, dimana bibit padi

  Penanaman bibit yang telah berumur 21 hari dicabut, kemudian ditanam dengan bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 10 cm ke dalam lumpur. Pembenaman tersebut harus sempurna dan kuat agar pada saat terjadi genangan, bibit tidak akan terapung kembali dan mati. Cara kedua adalah sebar langsung, yakni menebar benih dalam pembibitan. Benih yang sudah berkecambah ditebar secara hati-hati di lahan yang sudah disiapkan. Lahan diairi bila benih sudah terlihat tumbuh, sekitar 3-4 hari sesudah disebar.

  Jarak tanaman padi sawah yang dianjurkan adalah 20 cm x 20 cm atau 30 cm x 15 cm. Jarak tanam ini dianjurkan agar dalam satu hektar lahan, populasi tanaman tidak kurang dari 220.000 rumpun. Dalam lubang tanam, bibit perlubang yakni sebanyak 2 bibit agar perkembangannya baik.

  • Gulma dapat dikendalikan dengan dua cara yakni secara manual dan secara kimia. Secara manual dengan menggunakan tangan, hasilnya sangat baik namun, membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan secara kimia yakni dengan menggunakan pre-emergece herbicide yaitu herbisida yang digunakan untuk memberantas gulma sebelum biji gulma tumbuh dan post-emergence herbicide yaitu gulma yang sudah tumbuh. Penyiangan yang dapat juga dilakukan adalah dengan cara kombinasi. Cara ini merupakan penyiangan dengan tangan yang diikuti penyemprotan herbisida. Pengendalian gulma tidak akan terlalu berat jika pengolahan tanah dilakukan dengan baik. Pengolahan tanah sebelum tanam sangat menentukan keadaan gulma dalam lahan pertanaman.

  Penyiangan gulma dan pemberantasan hama penyakit

  Padi umumnya tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit. Di indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas, dan ketersediaan tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan penyakit. Yang menjadi utama dalam menyebabkan kerusakan pada padi adalah wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) yang menyerang dengan mengisap cairan sel tanaman padi dan menyebabkan gejala terbakar pada padi (Haryono, 1963).

  Suparyono dan Setyono (1997) menyebutkan, jenis serangga hama lain ialah kepik penghisap bulir padi. Termasuk golongan ini adalah walang sangit (Leptocorisa oratorus). Hama lain yakni hama putih (Nympula depunctalis), hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) dan ganjur (Orseolia oryzae).

  Wereng coklat dapat dikendalikan dengan cara : pengaturan pola tanam, yakni tanam serentak yang menekan perkembangbiakan wereng coklat secara terus menerus. Selain itu dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman non padi (jagung, kacang tanah, kedelai) juga akan memberikan kondisi sumber makanan yang tidak cocok untuk wereng coklat dan dengan cara pergiliran varietas tanam. Cara lain ialah eradikasi yakni teknologi yang bertujuan untuk

  Tidak ada satu cara yang mampu menekan penyakit sendirian karena penyakit itu merupakan hasil kerja tiga faktor, yaitu tanaman, patogen dan lingkungan. Oleh karenanya, konsep pengendalian juga sebaiknya ditunjukan untuk tiga faktor tersebut. panen

  • Dalam panen Suparyono dan setyono (1997), penetapan waktu panen padi dapat melalui metode optimalisasi. Dengan metode ini padi dipanen pada saat mulai berumur 30-35 hari, terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB) yang
ditandai dengan 95% mulai tampak kuning dan kadar air tanah berkisar antara 21- 26%.

  Ada beberapa cara untuk menentukan umur panen padi sawah, yakni: a. berdasarkan umur tanaman yakni sekitar 105-125 hari setelah tanam (HST). Cara ini paling mudah diingat dan paling banyak di lakukan petani.

  b.

  Berdasarkan kadar air gabah Kadar air gabah saat panen sekitar 22-24%. Cara ini jarang dilakukan petani karena umumnya mereka tidak mempunyai alat pengukur kadar air. Alat pengukur kadar air gabah yang umum digunakan adalah iseki moisture tester dan cera moisture tester.

  c.

  Berdasarkan hari setelah berbunga (HSB) Ketepan HSB tergantung dari varietas padi, umumnya sekitar 28-40 HSB.

  Cara ini belum dilaksanakan oleh para petani.

  d.

  Berdasarkan kenampakan Cara ini dilakukan dengan melihat warna bulir padi yang sudah menguning dan daun bendera yang masih hijau atau mulai menguning cara ini umum dilaksanakan petani.

  Cara panen padi dilakukan dengan dua cara yakni cara tradisional dan dengan menggunakan mesin. Secara tradisional, padi dipotong dengan sabit bergerigi atau sabit biasa. Panen padi dengan menggunakan ani-ani sedapat mungkin dihindari karena panennya cenderung memilih-milih padi yang baik.

  Akibatnya banyak bulir padi yang kelewatan sehingga memperbesar kehilangan hasil. Sedangkan panen padi dengan mesin digolongkan berdasarkan tipe mesin yang digunakan berdasarkan cara kerjanya, yakni: a.

  Stripper Memanen padi dengan cara menyisir butir gabah dan malainya sehinngga gabah terlepas dari malainya, tetapi batang padi masih tertinggal di lahan sawah. Dengan demikian, masih diperlukan biaya untuk memotong jerami yang tertinggal b.

  Bekerja dengan cara memotong jerami (batang padi) dan merebahkannya secara teratur di samping mesin permanen.

  c.

  Mini combine harvester Merupakan mesin pemanen yang sangat canggih. Mesin ini dilengkapi alat kemudi dan operator naik pada mini combine. Cara kerjanya secara otomatis, yaitu batang padi dipotong, kemudian masuk ke mesin perontok. Kotoran dan jerami sudah terpotong kecil-kecil langsung terbuang keluar, sedangkan dijahit dan diganti dengan karung lain. Pascapanen

  • Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1986, yang dimaksud dengan pasca panen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan mulai dari pemungutan hasil pertanian sampai hasil pertanian tersebut siap di konsumsi. Adapun yang dimaksud dengan penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan pada tahap pascapanen agar hasil pertanian mempunyai daya simpan dan daya guna yang lebih tinggi. Kegiatan pascapanen tersebut
meliputi: pemanenan, pengawetan, pengeringan, penyimpanan, pengolahan, pengemasan, tranportasi dan standarisasi (Suparyono dan Agus, 1993).

  Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1.

  Umur Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006)

  Umur sesorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut .semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008)

  Pendidikan Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kuranganya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia (Kartasapoetrra, 1994).

  Menurut ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.

3. Lama berusahatani

  Pengalaman seseorang dalam berusahatani sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian lamanya berusahatani diukur mulai sejak kapan petani itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauziah, 1991).

  Menurut soekartawi (1999) petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

  Jika petani mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan usahataninya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang kurang mengusahakan usahatani tertentu, maka dapat menimbulkan rasa enggan untuk mengusahakan usahataninya tersebut (Lubis, 2000).

4. Luas lahan

  Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehinngga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung mengahasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 1999).

  Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut: a.

  Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran dan sebagainya.

  b.

  Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.

  c.

  Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.

  (Suratiyah, 2008).

  5. Jumlah tanggungan Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

  Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

  6. Modal Modal adalah seluruh asset yang digunakan dalam proses produksi padi sawah oleh petani, tanah dan bangunan, mesin dan peralatan preoduksi, bibit, pupuk, pestisida, dan herbisida dinilai dalam satuan rupiah (Rp)

  Menurut Rahim dan Diah (2008) modal dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (varible cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang di keluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pakan, obat-obatan, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

  Sumber modal dalam usahatani berasal dari petani itu sendiri atau dari pinjaman. Besar kecilnya modal yang dipakai ditentukan oleh besar kecilnya skala usahatani. Makin besar skala usahatani makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai ( Rahim dan Diah, 2008).

  Tenaga kerja

  Di samping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan pula penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa besar kebutuhan tenaga kerja luar yang diperlukan. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan usahatani karena tenaga kerja luar keluarga harus diberi upah.

  Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis komoditas per satuan luas dinamakan intensitas tenaga kerja. Intesitas tenaga kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang diusahakan (Suratiyah, 2008). Curahan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni a. faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah dan topografi, b. faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan.

  c. luas, letak, dan penyebarannya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja (Suratiyah, 2009).

  Tenaga kerja merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikatagorikan bekerja. Sumber tenaga kereja dalam usahatani dibedakan atas: a.

  Tenaga kerja dalam keluarga (family labour) yaitu seluruh tenaga kerja yang terdapat dalam keluarga, baik manusia, ternak, maupun tenaga mesin.

  b.

  Tenaga kerja luar keluarga (hired labour) yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga baik manusia, ternak maupun tenaga mesin.

  Satuan tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas: a.

  Hari kerja pria (HKP) tenaga yang dikeluarkan satu pria dewasa per hari dalam kegiatan usahatani.

  b.

  Hari kerja wanita (HKW) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu wanita dewasa per hari dalam kegiatan usahatani yang nilainya setara dengan 0,8 HKP.

  c.

  Hari kerja anak (HKA) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh seorang anak per hari yang nilainya setara dengan 0,5 HKP. d.

  Hari kerja ternak (HKT) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh satu ekor hewan ternak (kerbau, lembu/sapi) per hari yang nilainya setara dengan 5 HKP.

  e.

  Hari kerja mesin (HKM) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh satu unit mesin yang setara denagn 25 HKP per hari penggunaannya dalam kegiatan usahatani.

  Konsep Produksi

  Produksi adalah satuan proses merubah kombinasi berbagai input manjadi Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, output. tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga pemasaran hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan sebenaranya perbedaan antara barang maupun jasa itu sendiri, dari sudut pandang ekonomi sangat tipis. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja. Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi diasumsikan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan (Pracoyo, 2006)

  Produksi adalah suatu aktivitas ekonomi atau proses pengkombinasian, pengkoordinasian, penggunaan atau pemanfaatan dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produksi) yang mengubah suatu komoditas, yaitu berbagai material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya, atau jasa- jasa produksi), untuk menghasilkan atau menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda (output) (Beattie dan Taylor, 1996).

  Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa karena istilah komoditas memang mengacu kepada barang dan jasa. Produksi merupakan konsep arus, dimana produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat- tingkat output per unit periode atau waktu. Sedangkan output sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan tingkat output dengan mengasumsikan bahwa faktor-faktor lain yang sekiranya tidak berpengaruh tidak berubah sama sekali/konstan (Miller dan Mainers, 1997).

  Soekartawi, dkk (1984) menyatakan bahwa produksi yang tinggi merupakan salah satu tujuan usaha tetapi belum tentu usaha tersebut efisien.

  Prinsip dari pengusaha selalu berusaha agar hasil yang diperoleh dari pengolahannya lebih produktif dan efisien, usaha yang produktif adalah usaha yang secara ekonomis menguntungkan dalam penggunaan biaya untuk berproduksi, sedangkan efisiensi berarti dalam suatu usaha mempunyai perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi lebih besar dari satu.

  Dalam kegiatan usahatani sebagai salah satu bentuk unit produksi, selalu ada upaya untuk memaksimumkan keuntunagan atau meminimumkan biaya perencanaan usahatani dengan mengkombinasikan berbagai input dalam berbagai karakter keterbatasan untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya.

  Kerangka Pemikiran

  Karakteristik petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan jumlah tenaga kerja luar keluarga dalam mengusahakan usahatani padi sawah. Keputusan penggunaan tenaga kerja luar keluarga tersebut akan memberikan pengaruh juga terhadap produksi padi sawah. Selain itu, karakteristik petani juga akan mempengaruhi jumlah produksi padi sawah yang diusahakan oleh petani.

  Dalam melakukan usahatani padi sawah, tentunya harus melakukan beberapa kegiatan dalam usahatani tersebut, diantaranya pengolahan bibit, pengolahan tanah, penanaman bibit, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, panen dan pasca panen. Dalam melakukan kegiatan tersebut tentunya memerlukan tenaga kerja. Penggunaan jumlah tenaga kerja dalam berbagai kegiatan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap produksi padi sawah.

  Petani Penggunaan Tenaga

  Kerja luar keluarga Karakteristik Petani: 1.

  Umur 2. Pendidikan 3. Lama Berusaha

  Tani 4. Luas Usaha Tani 5.

  Jumlah Tanggungan 6. Modal

  Produksi Padi Sawah Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Tenaga Kerja Luar Keluarga

  Terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah

  Keterangan : : Pengaruh

  Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian pada identifikasi maslah, yang menjadi hipotesis penelitian adalah :

  1. Terdapat pengaruh Karakteristik (umur, pendidikan, lama berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan, modal) terhadap produksi padi sawah.

  2. Terdapat pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, lama berusaha tani, luas lahan, jumlah tanggungan, modal) terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga.

  3. Terdapat pengaruh tenaga kerja luar keluarga terhadap produksi padi sawah.

Dokumen yang terkait

Analisis Dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

14 224 80

Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Terhadap Produksi Usaha Padi Sawah(Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

1 51 83

Penilaian Nelayan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap Khususnya Pemberian Bantuan Alat Tangkap Ikan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

6 58 99

Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Dan Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

0 30 117

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 49 105

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Semangka - Analisis Usahatani Semangka (Studi Kasus: Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 14

SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

0 3 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 17

Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Terhadap Produksi Usaha Padi Sawah(Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 17